1
3. Prilaku Resiko Bunuh Diri
Menurut (stuart 2013). Prilaku bunuh diri biasanya dibagi ke dalam kategori ide
bunuh diri, ancaman bunuh diri, percobaan bunuh diri, dan bunuh diri.
a. Ide bunuh diri adalah pemikiran untuk melakukan bunuh diri. Ide bunuh diri
bisa pasif ketika hanya ada pikiran untuk bunuh diri tanpa niat untuk bertindak
atau aktif ketika ada pemikiran dan rencana yang menyebabkan kematian.
b. Ancaman bunuh diri yaitu berupa peringatan langsung atau tidak langsung,
verbal aau nonverbal, bahwa seseorang berencana untuk mengakhiri hidupnya.
Orang dengan ancaman bunuh diri dapat membuat pernyataan seperti berikut:
‘’apakah anda akan mengingat saya ketika saya pergi,’’
‘’saya tidak akan berada disini lebih lama lagi’’
‘’tidak ada yang bisa saya lakukan lagi.’’
c. Percobaan bunuh diri
Semua tindakan bunuh diri terhadap diri sendiri yang dilakukan olrh individu
yang sangat menyebabkan kematian, jika tidak dicegah.
d. Bunuh diri
Upaya tindakan bunuh diri yang akan menyebabkan kematian jika tidak
ditemukan tepat pada waktunya.
Juga mengkomunikasikan secara nonverbal dengan memberikan harta
berharga, membuat surat wasiat atau peraturan pemakaman, atau menarik diri
dari persahabatan dan kegiatan social.
5. Skala
a. Skala intensitifitas bunuh diri (S I R S)
1) Skore 0 :
Tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang.
2) Skore 1 :
2
Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam
bunuh diri.
3) Skore 2 :
Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri.
4) Skore 3 :
Mengancam bunuh diri, missal: tinggalkan saya atau saya bunuh diri.
5) Skore 4 :
Aktif mencoba bunuh diri.
b. SAD persons scale
1. Seks (laki-laki)
2. Usia lebih muda 19 atau lebih tua dari 45 tahun
3. Depresi (cukup parah untuk dianggap signifikan secara klinis)
4. Mencoba bunuh diri sebelumnya atau menerima layanan kesehatan
5. Alcohol berlebihan atau penggunaan narkoba
6. Berfikir rasional yang terpisah, bercerai atau janda (atau orang lain akhir
dari hubungan yang signifikan)
7. Rencan bunuh diri terorganisir atau attermp serius tidak ada atau sedikit
dukungan social penyakit kronis atau penyakit medis.
6. Rentang Respon
Peningkatan diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar
terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh
seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai
loyalitas terhadap pimpinan di tempat kerjanya.
Pengambilan resiko yang meningkatkan pertumbuhan
Seseorang memiliki kecenderungan atau berisiko mengalami perilaku
destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat
mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika
dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan
pekerjaan secara optimal.
Destruktif diri tidak langsung
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap
situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya
karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka
3
seseorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan
tidak optimal.
Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencedaraan diri akibatnya
hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya
hilang.
7. Mitos Dan Fakta Resiko Bunuh Diri
Mitos
Orang-orang yang berbicara tentang bunuh diri tidak bunuh diri. Bunuh diri
terjadi tanpa peringatan.
Bunuh diri diwariskan, atau ‘’berjalan dalam keluarga’’
Semua orang bunuh diri adalah gangguan jiwa, dan bunuh diri adalah tindakan
orang psikotik.
Ancaman bunuh diri merupakan upaya untuk mencari perhatian dan tidak harus
siambil serius.
Orang-orang biasanya melakukan bunuh diri dengan cara overdosis obat.
Jika seseorang telah mencoba bunuh diri, dia tidak akan melakukannya lagi.
Fakta
Delapan dari sepuluh orang yang bunuh diri telah memberikan petunjuk yang
pasti dan peringatan tentang niat bunuh diri mereka.
Orang yang ingin bunuh diri hanya bunh diri untuk waktu yang terbatas. Jika
mereka diselamatkan dari perasaan ingin menghancurkan dirinya, mereka bisa
untuk menjalani kehidupan yang normal.
Bunuh diri tidak diwariskan. Ini adalah masalah pribadi dan dapat di cegah.
Namun, anggota keluarga dengan bunuh diri meningkatkan factor individu
untuk bunuh diri
Antara 50 dan 80 persen dari semua orang yang akhirnya bunuh diri memiliki
sejarah upaya sebelumnya.
4
Untuk setiap bunuh diri ada lebih banyak orang yang mencoba bunuh diri
setiap tahun
Sebuah usaha bunuh diri sebelumnya merupakan factor resiko yang paling
penting tunggal untuk bunuh diri pada populasi umum.
Bunuh diri adalah penyebab utama kedua kematian di antara 15-29 tahun
75% dari kasu bunuh diri global yang terjadi di Negara-negara berpenghasilan
rendah dan mencegah.
Minum pestisida, menggantung dan senjata api adalah salah satu metode yang
paling umum dari bunuh diri secara global.
b. Factor psikologi
1) Kebencian terhadap diri sendiri
Bunuh diri merupakan hasil bentuk dari penyerangan atau kemarahan
terhdap orang lai
2) Cirri kepribadian
5
Keempat aspek kepribadian yang paling tepat terkait dengan peningkatan
resiko bunuh diri adalah permusuhan, impulsive, depresi, dan putus asa.
(stuart, 2013)
3) Teori psikodinamik
Teori psikodinamik menyatakan bahwa depresi yang terjadi karena
kehilangan sesuatu.
D. Pohon Masalah
Resiko Bunuh Diri
Ketidakberdayaan
7
IV. Perencana Tindakan Keperawatan (Tulis Sesuai Dengan Masalah Utama)
Dengan Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri
Perencanaan
No Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 Pasien Mampu : Setelah 3x pertemuan, SP 1
1) Mengendalikan pasien dapat menunjukan 1) Identifikasi beratnya masalah risiko 1) Mencari tahu atau menggali apa saja aspek
diri dari pentingnya : bunuh diri : isarat, ancaman, yang mengarah resiko bunuh diri
dorongan 1) Wajah bersahabat percobaan yang mengarah untuk 2) Memberikan pemahaman bahwa lingkungan
bunuh diri, dan 2) Menunjukan latihan bunuh diri nya aman
berfikir positif berfikir positif 2) Identifikasi benda benda berbahaya 3) Memberi pengetahuan
diri sendiri 3) dan mengatakannya bahwa 4) Mengontrol apa apa saja yang pasien
2) Mengendalikan lingkungan aman lakukan untuk kegiatan latihannya.
diri dari 3) Latihan cara mengendalikan diri dari
dorongan dorongan bunuh diri, latihan berfikir
bunuh diri, positif diri sendiri
latihan berfikir 4) Masukan dalam jadwal kegiatan
positif keluarga pasien.
dan lingkungan SP 2
3) Mengetahui 1) Evaluasi Kegiatan yang lalu (SP 1) 1) Membandingkan hasil dan harapan.
cara 2) Latihan cara mengendalikan diri dari 2) Memberi pengetahuan.
4) Membina dorongan bunuh diri, latihan berfikir 3) Mengontrol apa apa saja yang pasien
hubungan positif keluarga dan lingkungan lakukan untuk latihannya.
8
saling percaya 3) Masukkan jadwal kegiatan pasien
SP 3
1) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 1) Membandingkan hasil dan harapan.
SP 2)
2) Diskusikan harapan dan masa depan 2) Memberikan waktu klien untuk mengatakan
dan cara mencapai harapan dan masa harapan nya
depan 3) Memberi pengetahuan.
3) Laih cara mencapai masa depan 4) Memberi pengetahuan.
dengan secara bertahap 5) Mengontrol apa apa saja yang pasien
4) Masukkan dalam jadwal kegiatan lakukan untuk latihannya.
pasien.
SP 4
1) Evaluasi kemampuan pasien yang 1) Membandingkan hasil dan harapan.
lalu (SP 1, SP 2 dan SP 3)
2) Latih tahap kedua kegiatan mencapai 2) Memberikan latihan untuk mencapai masa
masa depan depan
3) Masukan pada jadwal latihan berpikir 3) Memberi pengetahuan.
positif tentang diri, keluarga dan
lingkungan , serta kegiatan yang
dipilih untuk persiapan masa depan
9
Keluarga mampu Setelah 4x pertemuan SP 1
merawat anggota keluarga mampu 1) Diskusikan masalah yang dirasakan 1) Mencari tahu atau menggali apa saja aspek
keluarga yang meneruskan melatih dalam merawat pasien yang akan di tingkatkan
mengalami kegiatan pasien dan 2) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, 2) Memberi pengetahuan
masalah resiko mendukung pasien dan proses terjadinya resiko bunuh 3) Memberi pengetahuan
bunuh diri diri dengan menggunakna booklet 4) Memberikan latihan pujian
3) Jelaskan cara merawat resiko bunuh 5) Mengontrol apa apa saja yang pasien
diri lakukan untuk latihannya.
4) Latih cara memberikan pujian hal
positif pasien, member dukungan
pencapaian masa depan
5) Anjurkan membantu pasien sesuai
jadual dan memberikan pujian
SP 2
1) Evaluasi SP 1 1) Membandingkan hasil dan harapan.
2) Latih keluarga cara member 2) Memberikan latihan untuk menciptakan
penghargaan pada pasien dan suasana positif
menciptakan suasana positif dalam
keluarga (tidak membicarakan 3) Mengontrol apa apa saja yang pasien
keburukan keluarga) lakukan untuk latihannya.
3) RTL keluarga atau jadwal keluarga
untuk merawat pasien.
SP 3
10
1) Evaluasi kemampuan SP 2 1) Membandingkan hasil dan harapan.
2) Bersama keluarga berdiskusi dengan 2) Memberikan pandangan positif pada pasien
pasien tentang harapan masa depan 3) Mengontrol apa apa saja yang pasien
serta langkah-langkah mencapainya lakukan untuk latihannya.
3) RTL krluarga atau jadwal keluarga
untuk merawat.
SP 4
1) Evaluasi kemampuan keluarga. 1) Membandingkan hasil dan harapan.
2) Bersama keluarga berdiskusi tentang 2) Memberikan pandangan pada pasien bahwa
langkah dan kegiatan untuk mencapai diirnya berguna
harapan masa depan 3) Dorongan/motivasi untuk mampu
3) Follow up
Terapi Spesialis
1. Terapi indivisu : Terapi CBT
2. Terapi kelompok : logoterapi, terapi supportif
3. Terapi keluarga : terapi komunikasi
4. Terapi komunitas : assertive community theraphy
11
DAFTAR PUSTAKA
12