Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

Disusun Oleh

ROLANDA GUSTI AL-SYUKRON

2022207209176

PROGRAM STUDY PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

2023

1
LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

A. KASUS / MASALAH UTAMA : RESIKO BUNUH DIRI


1. Pengertian Bunuh Diri
a. Bunuh diri didefinisikan oleh herdman (2015) sebagai tindakan yang
secara sadar dilakukan oleh klien untuk mengakhiri kehidupnya.
b. Bunuh diri adalah tindakan sengaja membunuh diri sendiri.menyakiti diri
adalah istilh lenbih luas mengacu pada disengaja keracunan diri sendiri
secra sengaja atau cedera, yang mungkin tidak memiliki niat. Fatal atau
hasil (WHO,2014)
c. Bunuh diri adalah penyebab keempat kematian untuk usia 25-44, dan
penyebab utama kedelapan kematian bagi individu usia 45-64. (Townsend,
2014)
d. Bunuh diri adalah penyebab kesepuluh kematian, jumlah lebih banyak dari
pembunuhan, yang merupakan lima belas penyebab utama kematian di
Amerika Serikat (AamericanAssociation of Psikologi) (dalam, stuart,2013)

2. Kategori Bunuh Diri, (stuart, 2017)


a. Bunuh diri langsung
Bunuh diri langsung adalah tindakan yang disadari dan disengaja untuk
mengakhiri hidupnya seperti pengorbanan diri (membakar diri),
mrnggantung diri,mrnrmbak diri sendiri, meracuni diri, melompat dari
tempat yang tinggi, menenggelamkan diri, atau sufokasi.
b. Bunuh diri tidak langsung
Bunuh diri tidak langsung adalah keingin tersembunyi yang tidak disadari
untuk mati, yang ditandai dengan prilaku kronis beresiko seperti
penyalahgunaan zat, makan berlebihan, aktifitas seks bebas,
ketidakpastuhan terhadap program medis, atua olahraga atau pekerjaan
yang membahayakan.

3. Prilaku Resiko Bunuh Diri


Menurut (stuart 2013). Prilaku bunuh diri biasanya dibagi ke dalam kategori :
ide bunuh diri, ancaman bunuh diri, percobaan bunuh diri, dan bunuh diri.
2
a. Ide bunuh diri adalah pemikiran untuk melakukan bunuh diri. Ide bunuh diri
bisa pasif ketika hanya ada pikiran untuk bunuh diri tanpa niat untuk
bertindak atau aktif ketika ada pemikiran dan rencana yang menyebabkan
kematian.
b. Ancaman bunuh diri yaitu berupa peringatan langsung atau tidak langsung,
verbal aau nonverbal, bahwa seseorang berencana untuk mengakhiri
hidupnya. Orang dengan ancaman bunuh diri dapat membuat pernyataan
seperti berikut:
‘’apakah anda akan mengingat saya ketika saya pergi,’’
‘’saya tidak akan berada disini lebih lama lagi’’
‘’tidak ada yang bisa saya lakukan lagi.’’
c. Percobaan bunuh diri
Semua tindakan bunuh diri terhadap diri sendiri yang dilakukan olrh
individu yang sangat menyebabkan kematian, jika tidak dicegah.
d. Bunuh diri
Upaya tindakan bunuh diri yang akan menyebabkan kematian jika tidak
ditemukan tepat pada waktunya. Juga mengkomunikasikan secara nonverbal
dengan memberikan harta berharga, membuat surat wasiat atau peraturan
pemakaman, atau menarik diri dari persahabatan dan kegiatan social.

4. Jenis Bunuh Diri


a. Bunuh diri egoistik adalah karena kecewa terhadap masyarakat, maka ia
meninggalkan masyarakat itu.
b. Bunuh diri altruistic adalah bunuh diri demi orang lain atau membersihkan
kesalahannya.
c. Bunuh diri anomik adalah bunuh diri dalam keadaan masyarakat yang
kacau (tidak ada hukuman, pegangan agama menurun, dukungan social
tidak ada).

5. Skala
a. Skala intensitifitas bunuh diri (S I R S)
1) Skore 0 : Tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang.
2) Skore 1 : Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak
mengancam bunuh diri.

3
3) Skore 2 : Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan
bunuh diri.
4) Skore 3 : Mengancam bunuh diri, missal: tinggalkan saya atau saya
bunuh diri.
5) Skore 4 : Aktif mencoba bunuh diri.

b. SAD persons scale


1. Seks (laki-laki)
2. Usia lebih muda 19 atau lebih tua dari 45 tahun
3. Depresi (cukup parah untuk dianggap signifikan secara klinis)
4. Mencoba bunuh diri sebelumnya atau menerima layanan kesehatan
5. Alcohol berlebihan atau penggunaan narkoba
6. Berfikir rasional yang terpisah, bercerai atau janda (atau orang lain
akhir dari hubungan yang signifikan)
7. Rencan bunuh diri terorganisir atau attermp serius tidak ada atau sedikit
dukungan social penyakit kronis atau penyakit medis.

6. Rentang Respon

 Peningkatan diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar
terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh
seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai
loyalitas terhadap pimpinan di tempat kerjanya.
 Pengambilan resiko yang meningkatkan pertumbuhan
Seseorang memiliki kecenderungan atau berisiko mengalami perilaku
destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya
dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja
4
ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah
melakukan pekerjaan secara optimal.
 Destruktif diri tidak langsung
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap
situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya
karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka
seseorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan
tidak optimal.
 Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencedaraan diri akibatnya
hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
 Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya
hilang.

7. Mitos Dan Fakta Resiko Bunuh Diri


Mitos
 Orang-orang yang berbicara tentang bunuh diri tidak bunuh diri. Bunuh diri
terjadi tanpa peringatan.
 Bunuh diri diwariskan, atau ‘’berjalan dalam keluarga’’
 Semua orang bunuh diri adalah gangguan jiwa, dan bunuh diri adalah
tindakan orang psikotik.
 Ancaman bunuh diri merupakan upaya untuk mencari perhatian dan tidak
harus siambil serius.
 Orang-orang biasanya melakukan bunuh diri dengan cara overdosis obat.
 Jika seseorang telah mencoba bunuh diri, dia tidak akan melakukannya lagi.

Fakta
 Delapan dari sepuluh orang yang bunuh diri telah memberikan petunjuk yang
pasti dan peringatan tentang niat bunuh diri mereka.
 Orang yang ingin bunuh diri hanya bunh diri untuk waktu yang terbatas. Jika
mereka diselamatkan dari perasaan ingin menghancurkan dirinya, mereka
bisa untuk menjalani kehidupan yang normal.

5
 Bunuh diri tidak diwariskan. Ini adalah masalah pribadi dan dapat di cegah.
Namun, anggota keluarga dengan bunuh diri meningkatkan factor individu
untuk bunuh diri
 Antara 50 dan 80 persen dari semua orang yang akhirnya bunuh diri memiliki
sejarah upaya sebelumnya.

Fakta menurut WHO, 2014


 Lebih dari 800.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahun
 Untuk setiap bunuh diri ada lebih banyak orang yang mencoba bunuh diri
setiap tahun
 Sebuah usaha bunuh diri sebelumnya merupakan factor resiko yang paling
penting tunggal untuk bunuh diri pada populasi umum.
 Bunuh diri adalah penyebab utama kedua kematian di antara 15-29 tahun
 75% dari kasu bunuh diri global yang terjadi di Negara-negara
berpenghasilan rendah dan mencegah.
 Minum pestisida, menggantung dan senjata api adalah salah satu metode
yang paling umum dari bunuh diri secara global.

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Factor predisposisi
a. Teori genetic dan biologis
1) Genetic
Perilaku bunuh diri merupakan yang diturunkan dalam keluarga kembar
monozigot memiliki resiko lebih tinggi melakukan bunuh diri. Selanjutnya
riwayat keluarga dengan bunuh diri secara signifikan berperan sebagai
factor resiko terhadap perilaku destruktif terhadap diri sendiri.
2) Hubungan neurokimia
Neuronstranmiter adalah zat kimia otak yang ditransmisikan dari dank e
sel-sel saraf. Peningakatan atau penurunan transmitter yang dikaitkan
dengan perilaku bunuh diri adalah dopamine.
3) Diagnosis psikiatri
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh
diri mengalami gangguan jiwa.
b. Factor psikologi

6
1) Kebencian terhadap diri sendiri
Bunuh diri merupakan hasil bentuk dari penyerangan atau kemarahan
terhdap orang lain
2) Ciri kepribadian
Keempat aspek kepribadian yang paling tepat terkait dengan peningkatan
resiko bunuh diri adalah permusuhan, impulsive, depresi, dan putus asa.
(stuart, 2013)
3) Teori psikodinamik
Teori psikodinamik menyatakan bahwa depresi yang terjadi karena
kehilangan sesuatu.

2. Factor prepitasi (stuart, 2019)


a. Akibat stress berlebihan yang dialami individu
b. Masalah interpersonal
c. Kehilangan pekerjaan
d. Ancaman pengurungan
e. Dipermalukan di depan umum

3. Penilaian terhadap stress


a. Kognitif : Klien yang mengalami stress dapat mengganggu proses
kognitifnya, seperti pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi,
pikiran berulang, dan pikiran tidak wajar.
b. Afektif : Respon ungkapan hati klien yang sudah terlihat jelas dan nyata
akibat adanya stressor dalam dirinya, seperti: cemas, sedih dan marah.
c. Fisiologis : Respons fisiologis terhadap stres dapat diidentifikasi menjadi
dua, yaitu Local Adaptation Syndrome (LAS) yang merupakan respons
lokal tubuh terhadap stresor (misal: kita menginjak paku maka secara refleks
kaki akan diangkat) dan Genital Adaptation Symdrome (GAS) adalah reaksi
menyeluruh terhadap stresor yang ada.
d. Perilaku : Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini
secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh
diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social maupun budaya.
e. Sosial : Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong atau
bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat
7
menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk
melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat
lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif
dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan
tindakan bunuh diri.

4. Sumber koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih
untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan
banyak faktor, baik secara social maupun budaya. Struktur social dan kehidupan
bersosial dapat menolong bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh
diri. Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan
seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan
masyarakat lebih mampu mentoleransi stress, sehingga menurunkan angka
bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang
melakukan tindakan bunuh diri.

5. Mekanisme koping
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungan denga perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang seharusnya
tidak ditentang tanpa memeberikan koping alternative. Perilaku bunuh diri
menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin
menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat
mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan
mekanisme adaptif pada diri seseorang.

8
C. POHON MASALAH
1. Pohon Masalah
Resiko Bunuh Diri
Resiko Bunuh Diri

Ketidakberdayaan

Keputusasaan

Harga Diri Rendah Kronis

2. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji

NO DATA YANG PERLU DIKAJI MASALAH

1 Subjektif Resiko Bunuh Diri


Pasien mengatakan tentang :
1. Merasa hidupnya tak berguna lagi
2. Ingin mati
3. Pernah mencoba bunuh diri
4. Mengancam bunuh diri
5. Merasa bersalah / sedih / putus asa / tidak
berdaya
Objektif

1. Ekspresi murung
2. Tak bergairah
3. Banyak diam
4. Ada bekas percobaan bunuh diri

9
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan : Resiko bunuh diri
Diagnosis medis : Depresi
E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (TULIS SESUAI DENGAN
MASALAH UTAMA)
Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (individu, keluarga dan kelompok)
1) Individu
2) Keluarga
3) Terapi Aktifitas Kelompok
Perencana Tindakan Keperawatan (Tulis Sesuai Dengan Masalah Utama)
Dengan Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri

10
Perencanaan
No
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

1 Pasien Mampu : Setelah 3x pertemuan, SP 1


1) Mengendal pasien dapat menunjukan 1) Identifikasi beratnya masalah
ikan diri dari pentingnya : risiko bunuh diri : isarat,
dorongan bunuh 1) Wajah ancaman, percobaan yang
diri, dan berfikir bersahabat mengarah untuk bunuh diri
positif diri sendiri 2) Menunjuk 2) Identifikasi benda benda
2) Mengendal an latihan berfikir berbahaya dan
ikan diri dari positif mengatakannya bahwa
dorongan bunuh lingkungan aman
diri, latihan 3) Latihan cara mengendalikan
berfikir positif diri dari dorongan bunuh
keluarga dan diri : buat daftar aspek psoitif
lingkungan diri sendiri, latihan
3) Mengetahu afirmasi/berfikir aspek positif
i cara yang dimiliki
4) Membina 4) Masukan dalam jadwal
hubungan saling latiahnberpikir 5x per hari.
percaya SP 2
1) Evaluasi kegiatan berpikir
positif tentang diri sendiri,
beri pujian. Kaji ulang risiko
bunuh diri
2) Latih cara mengendalikan
diri dari dorongan bunuh diri:
buat daftar aspek positif
keluarga dan lingkungan,
latih afirmasi/berpikir aspek
positif keluarga dan
lingkungan
3) Masukkan pada jadual latihan
berpikir positif tentang diri,
keluarga dan lingkungan
SP 3
1) Evaluasi kegiatan berpikir
positif tentang diri, keluarga
11
dan lingkungan. Beri pujian.
Kaji risiko bunuh diri
2) Diskusikan harapan dan masa
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. (2010). Standar Pedoman Jiwa

Nurjanah, Intisari. 2011. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :


Momedia

Fik-Ui (2014). Standar Asuhan Keperawatan: Spesialis Keperawatan Jiwa. Workshops Ke-
7, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Jakarta.

Perry, Potter. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta. EGC

Stuart, G.W., And Laraia (2015), Principles And Practice Of Psychiaatric Nursing, (7th Ed.)
St. Louis : Mosby Year Book.

Stuart, G.W. (2019). Principles And Pratice Of Psichiatric Nursing. ( 9th Ed.) St. Louis : Mosby

Suliswati, Dkk (2015). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

12

Anda mungkin juga menyukai