Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Oleh

ROLANDA GUSTI AL-SYUKRON

2022207209176

PROGRAM STUDY PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

2023
LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. MASALAH UTAMA : DEFISIT PERAWATAN DIRI


1. PENGERTIAN
a. Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika
tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2010 ).
b. Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri ( mandi, berhias, makan, toileting ) ( Nurjanah, 2014 ).
c. Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk meklakukan atau
menyelesaikan aktifitas perawatan diri untuk diri sendiri : mandi; berpakaiaan dan
berhias untuk diri sendiri ; aktifitas makan sendiri ; dan aktifitas eliminasi sendiri
( Herdman, 2012 ).
d. Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, ( Poter& Perry, 2015 ).
e. Defisit perawatan diri menggambarkan suatu keadaan sesorang yang mengalami
gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri, seperti mandi,
berganti pakaian, makan dan toileting ( Wilkinson, 2017 ).
f. Menurut Herdman ( 2012 ) deficit perawatan diri terbagi atas 4 kegiatan yaitu:
mandi/hygiene, berpakaian/berhias, makan dan toileting.

2. KOMPONEN PERAWATAN DIRI


Pada konsep manajemen kepetawatan pasien yang dirawat inap akan dikategorikan
berdasarkan tingkat ketergantungan yang dialaminya. Swansbrug dan Swansburg
( 2019 ) mengelompokan ketergantungan pasien menjadi lima kategori, yaitu :
a. Kategori I : Perawatan diri, yang meliputi; 1) Aktifitas sehari-hari, pada
kategori ini, seperti makan dan minum; dapat dilakukan secara mandiri atau
dengan sdikit bantuan. Merapikan diri, kebutuhan eliminasi dan kenyamana
posisi tubuh; dapat dilakukan secara mandiri; 2) Keadaan umum; baik, seperti
klien yang masuk rumah sakit untuk keperluan perawatan diri / check up atau
bedah minor; 3) Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi,
membutuhkan penjelasan untuk tiap prosedur tindakan, membutuhkan
pengobatan dan tndakan; tidak ada, atau hanya pengobatan dan tindakan
sederhana.
b. Kategori II: Perawatan Minimal, yang meliputi; 1) Aktifitas sehari-hari, pada
kategori ini, seperti makan dan minum; perlu bantuan dalam persiapannya dan
masih dapat makan sendiri. Merapikan diri; perlu sedikit bantuan. Kebutuhan
eliminasi; perlu dibantu ke kamar mandi atau menggunakan urinal. Kenyamanan
posisi tubuh; dapat melakukan sendiri dengan sedikit bantuan; 2) Keadaan
umum; tampak sakit ringan, perlu pemantauan tanda vital; 3) Kebutuhan
pendidikan kesehatan dan dukungan emosi; membutuhkan waktu 10-15 menit
per shift, sedikit bingung atau agitasi, tapi terkendali dengan obat; 4)
Pengobatan dan tindakan; membutuhkan waktu 20-30 menit per shift, perlu
sering dievaluasi keefektifan pengobatan dan tindakan, perlu obsevasi status
mental setiap 2 jam.
c. Kategori III : perawatan moderat, meliputi; 1)aktivits sehaari hari, pada
kategori ini;sperti makan dan minum; harus di suapi, masih dapat mengunyah
dan menelan. Merapikan diri tidak dapat melakukan sendiri. Kebutuhan
eliminasi; disediakan pispot/urinal, sering ngompol. Kenyamanan posisi tubuh;
bergantung pada bantuan perawat; 2) Keadaan umum; gejala akut, bisa hilang
timbul, perlu pemantauan fisik dan emosi tiap 2-4 jam. Klien dengan infus,
perlu di pantau setiap 1 jam; 3) Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan
emosi; membutuhkan waktu 10-30 menit per shift, gelisah, menolak bantuan,
cukup dikendalikan dengan obat; 4) pengobatan dan tindakan; membutuhkan
waktu 30-60 menit per shift, peril sering diawasin terhadap efek samping
pengobatan dan tindakan, perlu observasi status mental setiap 1 jam.
d. Ktegori IV: Perawatan ekstensif (semi total), meliputi; 1) Aktivitas sehari-hari,
pada kategori ini, seperti makan dan minum; tidak bisa mengunyah dan
menelan, perlu makan lewat sonde. Merapikan diri; perlu diurus semua,
dimandikan, penataan rambut dan kebersihan mulut. Kebutuhan eliminasi;
sering ngompol lebih dari 2 kali per shift. Kenyamanan posisi tubuh; perllu di
bantu oleh 2 orang; 2) Keadaan umum; tampak sakit berat, dapat kehilangan
cairan atau darah, gangguan system pernafasan akut dan perlu sering di pantau;
3) Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi; membutuhkan waktu
lebih dari 30 menit per shift, gelisah, agitasi dan tidak dapat di kendalikan
dengan obat; 4) pengobatan dan tindakan; membutuhkan waktu lebih dari 60
menit per shift, perlu observasi status mental setiap kurang dari 1 jam.
e. Kategori V: Perawatan Intensif (total); pada kategori ini, pemenuhan kebutuhan
dasar seluruhnya bergantung pada perawat. Keadaan umum; harus diobsevasi
secara terus menerus. Perlu frekuensi pengobatan dan tindakan yang lebih
sering, maka klien harus di rawat oleh seorang perawat per shift.

3. Rentang Respon Perawatan Diri

Respon adaptif hh respon maladaptif

Asertif pasif frustasi Agresif amuk

a. Pola perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berperilaku adaftif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang , klien
masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak, saat klien mendapatkan stresor kadang –
kadang klien memperhatikan perawatan dirinya,
c. Tidak melakukan perawatan diri, klien mengatakan dia tiidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stresor.
B. PROSES TERJADINYA DIFISIT PERAWATAN DIRI
Struatr (2019) mendefinisikan stressor predisposisi sebagai factor resiko yang
menjadi sumber terjadinya stress yang mempengaruhi tipe dan sumber dari individu untuk
menghadapi stress baik yang biologis, psikososial dan social kultural. Stuart(2019)
membedakan stressor predisposisi menjadi 3, meliputi biologis, psikologis dan social
budaya. Stessor predisposisi ini kejadiannya telah berlalu. Penjelasan secara rinci tentang ke
tiga stesor predisposisi tersebut sebagai berikut:
1. Faktor predisposisi
a. Biologis,
Terkait adanya dengan neuropatologi dan ketidak seimbangan dari
neurotransmiternya. Dampak yang dapat dinilai sebagai manifestasi adanya gangguan
adalah pada perilaku maladaptife klien (townsend,2005). Secara biologi riset
neuorobiologikal memfokuskan pada 3 area otak yang di percaya dapat melibatkan
defisit perawatan diri yaitu system limbik, lobus frontalis dan hypothalamus.
Sistem limbic merupakan cincin kortek yang berlokasi di permukaan medial masing-
masing hemisfer dan mengelilingi pusat kutub serebrum. Fungsinya adalah mengatur
persyarapan otonon dan emosi (suluswati,et al, 2005 : stuart, 2009). Fungsi system
limbic berikutnya adalah menyimpan dan menyatukan informasi berhubungan dengan
emosi, tempat penyimpanan memori dan pengolahan informasi.Disfungsi pada system
limbic menghadirkan beberapa gejala klinik seperti hambatan emosu dan perubahan
kepribadian, isyarat antara rangsangan dan pengalaman masa lalu, emosi, perilaku
saling mempengaruhi, adanya periode peristiwa ketakutan, amukan, kemarahan dan
ketegangan (Kaplan, saddock & grebb, 1997). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa klien dengan deficit perawatan diri mengalami gangguan pada
system limbic sehingga tidak bisa mengontrol perilaku untuk dapat merawat diri.
Lobus frontal menurut Townsend (2005) lobus frontal terlibat dalam 2 fungsi
serebral utama yaitu control motoric gerakan voluntir termasuk fungsi bicara, fungsi
piker dan control berbagai eksspresi emosi. Kerusakan pada daerah lobus frontal dapat
menyebabkan gangguan berfikir, dan gangguan dalam bicara/disorganisasi
pembicaraan serta tidak mampu mengontro emosi sehingga berprilaku maladaptif.
Sehingga Klien deficit perawatan diri tisak mampu berprilaku untuk memenuhin
kebutuhan perawatan diri.
Hyotalamus, adalah bagian daridiensefalon yaitu bagian dalam dari serebrum yang
menghubungkan otak tengah dengan hemisfer serebrum. Fungsi utamanya adalah
sebagai respon tingkah laku terhadap emosi dan juga mengatur mood dan motivasi
(sulistyawati,et al, 2005;stuart, 2009). Kerusakan hypolatamus membuat seseoranf
kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan malasmelakukan
sesuatu. Apabila kerusakan hypotalamus terjadi pada klien deficit perawatan diri,
maka akan terjadi gangguan mood dan penurunan motivasi sehingga mengakibatkan
klien tidak dapat melakukan aktivitas perawatan diri .

b. Psikologis, meliputi konsep diri, intelektualitas, kepribadian, moralitas, pengalaman


masa lalu, koping dan keterlampilan komunikasu scara verbal (stuart,2019). Beberapa
aspek tersebut perkirakan ikut berperan menjadi penyebab secara psikologis terjadinya
deficit perawatan diri. Konsep diri, dimulai dari gambaran diri secara keseluruhan
yang diterima secara positif atau negatif oleh seseorang. Penerimaan gambaran diri
yang negatif menyebabkan perubahan menyebabkan perubahan presepsi pada
seseorang dalam memandang aspek positif lain yang dimiliki. Peran merupakan bagian
terpenting dari hadirnya konsep diri secara utuh. Peran yang terlalu banyak dapat
menjadi beban bagi kehidupan seseorang hal ini akan berpengaruh terhadap kerancuan
dari peran dirinya dan dapat menimbulkan depresi yang berat. Ideal diri adalah
harapan, cita-cita , serta tujuan yang ingin diwujudkan atau dicapai dalam hidup secara
realistis.
Harga diri merupakan kemampuan seseorang untuk menghargai diri sendiri serta
memberi penghargaan terhadap kemampuan oranng lain.
Menurut Potter dan Perry (2005) klien dengan deficit perawatan diri cenderung
memiliki tingkat pengetahuan dan pendidikan yang rendah, sehingga tidak mampu
memutuskan untuk melakukan aktivitas perawatan diri yang meliputi mandi, berhias,
makan minum dan toileting. Kepribadian,pada klien deficit perawatan diri biasanya di
temukan klien memliki kepribadian yang tertutup klien tidak mudah menerima
masukan dan informasi yang berkaitan dengan kebersihan diri. Klien juga jarang
bergaul dan cenderung menutup diri.Klien memiliki ketidakmampuan untuk
mengevaluasi atau menilai keadaan dirinya dan tidak mampu memutuskan melakukan
peningkatan keadaan menjadi lebih baik.
Moralitas, klien deficit perawartan dirimenganggap dirinya tidak berguna,
negatif terhadap diri sendiri ini menyebabkan klien mengalami penurunan motifasi
untuk melakuakn aktivitas perawatan diri. Kesimpulannya, adanya penilaian diri yang
negatif yang menyebabkan tidak ada tanggung jawab secara moral pada klien untuk
melakukan aktivitas perawatan diri.
Menurut beberapa penjelasan di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa konsep
diri negatif, intlektualitas yang rendah, kepribadian dan moralitas yang tidak adekuat
merupakan penyebab secara psikologis untuk terjadinya defisit perawat diri.Klien
defisit perawatan diri memerlukan perhatian yang cukup besar untuk dapat
mengembalikan konsep diri yang seutuhnya.

c. Townsend (2005) ada beberapa hal yang dikaitkan dengan masalah gangguan jiwa
salah satunya adalah dengan masalah status sosial.masyarakat dengan status sosial
ekonomi yang rendah perpeluang lebih besar untuk mengalami gangguan jiwa di
bandingkan dengan masyarakat yang memiliki status sosial ekonomi tinggi. Factor
sosial ekonomi tersebut meliputi kemiskinan,tidak memadainya sarana dan prasaraana,
tidak adekuat pemenuhanya nutrisi, rendahnya pemenuhan kebutuhan perawatan untuk
anggota keluarga, dan perasaan tidak berdaya.
Potter dan perry (2005), mengemukaan faktor-faktor yang mempengaruhi praktik
hygiene seseorang adalah citra tubuh,praktek sosial, Status sosial ekonomi,pendidikan
yang rendah, pengetahuan, kultur budaya, motivasi kurang dan kondisi fisik yang
lemah.
Citra tubuh, merupakan konsep subyektif seseorang tentang penanpilan fisiknya.
Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan perawatan diri.menurut
struart(2009) citra tubuh adalah kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak
disadari terhadap tubunya, termasuk peraepsi serta perasaan masalalu dan sekarang
tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi. Dapat disimpulkan bahwa citra tubuh
sangat berpengaruh bagi seseorang terutama dalam hal penanpilan fisiknya, seseorang
memiliki keyakinan terhadap ukuran, struktur, fungsi,dan penampilan diri untuk
melakukan perawatan diri.Citra tubuh yang negative menyebabkan penurunan
motivasi melakukan aktifitas perawatan diri.
Tahap perkembangan,pelajaran kebersihan diri dari orang tua yang meliputi kebiasaan
keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan peralatan kebersihan diri
merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perawatan kebersihan diri.
Remaja dapat menjadi lebih perhatian pada kebersihan diri karena ada ketertarikan
pada teman. Dapat di simpulkan bahwa perkembangan sangat berpengaruh terhadap
seseorang untuk melakukan perawatan diri sesuai dengan usia dan kelompok kerja.
Pengetahuan, pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri dan implikasinya bagi
kesehaatan mempengaruhi praktik kebersihan diri.pembelajaran yang di harapkan
dapat menguntungkan dalam mengurangi risiko kesehatan dan memotivasi seseorang
untuk memenuhi perawatan diri yang di perlukan.Semakin rendah tingkat pengetahuan
seseorang menyebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri.

Kultur atau budaya, kepercayaa kebudayaan klien dan nilai pribadi nmempengaruhi
perawatan diri.Kebudayaan di Asia kebersihan dipandang penting bagi kesehatan.
Beberapa Negara di Eropa, mandi biasa di lakukan hanya sekali dalam seminggu.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa kebiasaan yang di miliki tiap daerah ataupun
bangsa dalam hal perawatan diri berbeda beda, disesuaikan denagan letak giografis
dan kebiasaan masyarakat setempat
Motivasi, setiap orang memiliki keinginan dan pilihan tentang waktu untuk mandi,
bercukur, dan melakukan perawatan rambut sesuai dengan kebutuhan.Seseorang juga
memiliki pilihan mengenai bagaimana melakukan perawtan diri. Jika orang tersebut
tidak memiliki motivasi , maka dia tidak mampu menentukan pilihan, hal ini akan
mempengaruhi terpenuhinya kebutuhan perawatan diri.
Kondisi fisik, orang yang mengalami atau menderita penyakit tertentu atau yang
menjalani operasi seringkai kekurangan energy fisik atau ketangkasan untuk
melakukan perawatan kebersihan diri. Menurut Wilkinson (2007) defisit perawatan
diri seringkali disebabkan oleh intoleransi aktifitas,hambatan mobilitas
fisik,nyeri,ansietas,gangguan kognitif atau persepsi.
Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa status sosial
ekonomi, pendidikan yang rendah, kurangnya pengetahuan, motivasi yang kurang dan
kondisi fisik yang lemah dapat mempengaruhi klien dalam mempertahankan aktifitas
pemenuhan perawatan diri, sehingga mengakibatkan klien mengalami defisit
perawatan diri.

2. Faktor Presipitasi
Stuart (2019) mendefinisikan stressor presipitasi sebagai suatu stimulus yang
dipersepsikan sebagai suatu kesempatan, tantangan, ancaman/tuntutan.Stressor prespitasi
bisa berupa stimulus internal maupun eksternal yang mengancam individu.Komponen
stressor presipitasi terdiri atas sifat, asal, waktu dan jumlah stressor.
Sifat stressor, terjadinya defisit perawan diri berdasarkan sifat terdiri dari biologis,
psikologis, dan sosial budaya.
Asal stressor terdiri dari internal dan eksternal. Stresor internal atau yang berasal
dari diri sendiri seperti persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan
lingkungannya, merasa tidak mampu , ketidakberdayaan. Stresor eksternal atau berasal
dari luar diri seperti kurangnya dukungan keluarga, dukungan masyarakat, dukungan
kelompok/teman sebaya.
Stuart ( 2019 ) menjelaskan bahwa waktu dilihat sebagai dimensi kapan stesor
mulai terjadi dan berapa lama terpapar stressor sehingga menyebabkan munculnya gejala.
Berbagai penyebab/stressor di atas, yang meliputi stressor predisposisi dan
stressor presipitasi yang dialami oleh klien defisit perawatan diri akan memunculkan
beberapa respon. Respon-respon tersebut merupakan pikiran, sikap, tanggapan,
perasaan dan perilaku yang ditunjukan klien terhadap kejadian yanga dialami.

3. Penilaiaan Terhadap Stress


Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi hingga merasa tidak aman
dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang
penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan diamana tidak mungkin mengembangkan
kehangatan emosional dalam hubungan ynag positif dengan ornag lain yang
menimbulkan rasa aman. Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang
baru.Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan
menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia
mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari penyebab
kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan. Keadaan dimana seorang individu
mengalami atau berisiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam menangani stressor
internal atau lingkungan yang adekuat karena ketidak adekuatan sumber-sumber ( fisik,
psikologis, perilaku dan kognitif ).

4. Sumber Koping
Menurut Herdman ( 2012 ), kemmpuan individu yang harus dimiliki oleh klien
defisit perawatan diri adalah kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri dalam
hal pemenuhan kebutuhan mandi ; berhias ; makan dan minum ; serta toileting.
Sedangkan pada klien defisit perawatan diri biasanya didapatkan data rendahnya motivasi
klien dalam merawat diri, keterbatasan intelektual klien yang sangat mempengaruhi
dalam kemampuan perawatan diri dan keterbatasan fisik serta ketidakmampuan
memanfaatkan dukungan sosial.

5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 ( Stuart, GW,
2007 ) yaitu :
a. Mekanisme koping adaktif
Mekanisme koping yang mendukung funngsi integrasi, pertumbuhan,
belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah klien bisa memenuhi kebutuhan
perawatan diri secara mandiri.
b. Mekanisme koping maladaktif
Mekanisme koping yangh menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.
C. MASALAH KEPERWATAN YANG SERING MUNCUL
1. Defisit Perawatan Diri
2. Harga Diri Rendah
3. Isolasi Sosial

D. DATA YANG PERLU DIKAJI


Masalah Keperawatan Data Yang Perlu Dikaji

Defisit Perawatan Diri Subjektif :


Pasien mengatakan tentang :
1. Malas mandi
2. Tidak mau menyisir rambut
3. Tidak mau menggosok gigi
4. Tidak mau memotong kuku
5. Tidak mau berhias/berdandan
6. Tidak bisa/tidak mau menggunakan alat
mandi/kebersihan diri
7. Tidak menggunkan alat makan dan minum
saat makan dan minum
8. BAB dan BAK sembarangan
9. Tidak membersihkan diri dan tempat BAB
dan BAK setekah BAK dan BAK
10. Tidak mengetahui cara perawatan diri yang
benar
Objektif :

1. Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor,


gigi kotor, kuku panjang, tidak
menggunakan alat-alat mandi, tidak mandi
dengan benar.
2. Rambut kusut, berantakan, kumis dan
jenggot tidak rapi, pakaian tidak rapi, tidak
mampuu berdandan, memilih, mengambil,
dan memakai pakaian, memakai sandal,
sepatu, memakai resleting, memakai
barang-barang yang perlu dalam
berpakaiaan.
3. Makan dan minum sembarangan,
berceceran, tidak menggunakan alat makan,
tidak mampu ( mrnyiapkan makanan,
memindahkan makanan ke alat makan,
memegang alat makan, membawa dari
piring ke mulut, mengunyah, menelan
makanan secara aman, menyelesaikan
makanan ).
4. BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak
membersihkan diri setelah BAB dan BAK,
tidak mampu ( menjaga kebersihan toilet,
menyiram toilet ). ( Kemenkes, 2012 ).

E. POHON MASALAH
Kerusakan Integritas Kulit

Defisit Perawatan Diri

Intoleransi Aktivitas

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN:
Defisit Perawatan Diri

G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Pasien mampu : Setelah 3x pertemuan, SP 1


 Melakukan pasien dapat menjelaskan  Identifikasi kebersihan diri,
kebersihan diri pentingnya : berdandan, makan, dan BAK
sendiri secara  Kebersihan diri atau BAK
mandiri  Berdandan atau berhias  Jelaskan pentingnya kebersihan
 Melakukan  Makan diri
berhias atau  BAB atau BAK  Jelaskan alat dan cara
berdandan  Dan mampu melakukan kebersihan diri
secara baik cara merawat diri  Masukkan dalam jadwal
 Melakukan kegiatan pasien
makan dengan
baik
 Melakukan
BAB atau
BAK secara
mandiri
Sp 2
 Evaluasi kegiatan yang lalu
( sp1 )
 Jelaskan pentingnya berdandan
 Latih cara berdandan untuk
pasien laki-laki meliputi cara
 Berpakaian
 Menyisir rambut
 Bercukur
 Untuk pasien perempuan
 Berpakaiaan
 Menyisir rambut
 Berhias
 Masukkan jadwal
kegiatan pasien
Sp 3
 Evaluasi kegiatan yang lalu
(sp1 dan sp2 )
 Jelaskan cara dan alat makan
yang benar
 Jelaskan cara menyiapakan
makanan
 Jelaskan cara merapikan
peralatan makan setelah makan
 Praktek makan sesuai dengan
tahapan makan yang baik
 Latih kegiatan makan
 Masukkan dakam jadwl
kegiatan pasien
Sp 4
 Evaluasi kemampuan pasien
yang lalu ( sp 1, sp2, sp3 )
 Latih cara BAB atau BAK yang
baik
 Menjelaskan tempat BAB atau
BAK yang sesuai
 Menjalskan cara membersihkan
diri setelah BAB atau BAK
SP 5

1. Evaluasi kegiatan latihan


perawatan diri: kebersihan diri,
berdandan, makan & minum,
BAB & BAK. Beri pujian
2. Latih kegiatan harian
3. Nilai kemampuan yang telah
mandiri
4. Nilai apakah keperawatan diri
telah baik
Keluarga Setelah 4x pertemuan, Sp 1
mampu merawat keluarga nmampu  Identifikasi masalah keluarga
anggota meneruskan melatih dalam merawat pasien dengan
keluarga yang pasien dan mendukung masalah kebersihan diri,
mengalami agar kemampuan dalam berdandan, malan, BAK atau
masalah kurang perawatan pasien dirinya BAB.
perawatan diri meningkat  Jelaskan cara merawat
kebersihan diri, berdandan,
makan, BAB atau BAK
 Bermain peran cara merawat
 Rencana tindak lanjut keluarga
atau jadwal keluarga untuk
merawat pasien
Sp 2
 Evaluasi sp 1
 Latih keluarga merawat
langsung kepasien, kebersihan
diri, dan berdandan
 RTL keluarga atau jadwal
keluarga untuk merawat pasien
Sp 3
 Evaluasi kemampuan sp 1
 Latih keluarga merawat
langsung kepasien cara makan
 RTL keluarga atau jadwal
keluarga untuk merawat pasien
Sp 4
 Evaluasi kemampuan keluarga
 Rencana tindak lanjut keluarga
 Follow up
 rujukan
SP 5

1. Evaluasi kegiatan keluarga


dalam merawat/ melatih pasien
dalam perawatan diri:
kebersihan diri, berdandan,
makan & minum, BAB &
BAK. Beri pujian
2. Nilai kemampuan keluarga
merawat pasien
3. Nilai kemampuan keluarga
melakukan kontrol ke
RSJ/PKM

H. INTERVENSI SPESIALIS
a. Terapi Individu: Terapi perilaku : Token Ekonomi
b. Terapi Kelompok: Supportif Group Therapy
c. Terapi Keluarga: Terapi Triangle
d. Terapi Komunitas: ACT ( SAK FIK-UI, 2014 )
DAFTAR PUSTAKA

Grasela, M. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI Di RSJD
Dr. Arif Zainudin Surakarta. Disertasi Doktor, Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Sari, S. P., Hasanah, U., & Inayati, A. (2021). Penerapan Personal Hygiene Terhadap
Kemandirian Pasien Defisit Perawatan Di Ruang Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Lampung. Jurnal Cendikia Muda, 1(3).
Sutejo, N. (2019). Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Pres.
Wulandari, Y., Laia, V. A. S., Zega, R., Lestari Siregar, S. L., & Pardede, J. A. (2022).
Peningkatan Kemampuan dan Penurunan Gejala Pasien Skizofrenia Dengan
Masalah Defisit Perawatan Diri: Studi Kasus. https://doi.org/10.31219/osf.io/4d5eq

Anda mungkin juga menyukai