Disusun Oleh
2022207209176
FAKULTAS KESEHATAN
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
a. Pola perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berperilaku adaftif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang , klien
masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak, saat klien mendapatkan stresor kadang –
kadang klien memperhatikan perawatan dirinya,
c. Tidak melakukan perawatan diri, klien mengatakan dia tiidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stresor.
B. PROSES TERJADINYA DIFISIT PERAWATAN DIRI
Struatr (2019) mendefinisikan stressor predisposisi sebagai factor resiko yang
menjadi sumber terjadinya stress yang mempengaruhi tipe dan sumber dari individu untuk
menghadapi stress baik yang biologis, psikososial dan social kultural. Stuart(2019)
membedakan stressor predisposisi menjadi 3, meliputi biologis, psikologis dan social
budaya. Stessor predisposisi ini kejadiannya telah berlalu. Penjelasan secara rinci tentang ke
tiga stesor predisposisi tersebut sebagai berikut:
1. Faktor predisposisi
a. Biologis,
Terkait adanya dengan neuropatologi dan ketidak seimbangan dari
neurotransmiternya. Dampak yang dapat dinilai sebagai manifestasi adanya gangguan
adalah pada perilaku maladaptife klien (townsend,2005). Secara biologi riset
neuorobiologikal memfokuskan pada 3 area otak yang di percaya dapat melibatkan
defisit perawatan diri yaitu system limbik, lobus frontalis dan hypothalamus.
Sistem limbic merupakan cincin kortek yang berlokasi di permukaan medial masing-
masing hemisfer dan mengelilingi pusat kutub serebrum. Fungsinya adalah mengatur
persyarapan otonon dan emosi (suluswati,et al, 2005 : stuart, 2009). Fungsi system
limbic berikutnya adalah menyimpan dan menyatukan informasi berhubungan dengan
emosi, tempat penyimpanan memori dan pengolahan informasi.Disfungsi pada system
limbic menghadirkan beberapa gejala klinik seperti hambatan emosu dan perubahan
kepribadian, isyarat antara rangsangan dan pengalaman masa lalu, emosi, perilaku
saling mempengaruhi, adanya periode peristiwa ketakutan, amukan, kemarahan dan
ketegangan (Kaplan, saddock & grebb, 1997). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa klien dengan deficit perawatan diri mengalami gangguan pada
system limbic sehingga tidak bisa mengontrol perilaku untuk dapat merawat diri.
Lobus frontal menurut Townsend (2005) lobus frontal terlibat dalam 2 fungsi
serebral utama yaitu control motoric gerakan voluntir termasuk fungsi bicara, fungsi
piker dan control berbagai eksspresi emosi. Kerusakan pada daerah lobus frontal dapat
menyebabkan gangguan berfikir, dan gangguan dalam bicara/disorganisasi
pembicaraan serta tidak mampu mengontro emosi sehingga berprilaku maladaptif.
Sehingga Klien deficit perawatan diri tisak mampu berprilaku untuk memenuhin
kebutuhan perawatan diri.
Hyotalamus, adalah bagian daridiensefalon yaitu bagian dalam dari serebrum yang
menghubungkan otak tengah dengan hemisfer serebrum. Fungsi utamanya adalah
sebagai respon tingkah laku terhadap emosi dan juga mengatur mood dan motivasi
(sulistyawati,et al, 2005;stuart, 2009). Kerusakan hypolatamus membuat seseoranf
kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan malasmelakukan
sesuatu. Apabila kerusakan hypotalamus terjadi pada klien deficit perawatan diri,
maka akan terjadi gangguan mood dan penurunan motivasi sehingga mengakibatkan
klien tidak dapat melakukan aktivitas perawatan diri .
c. Townsend (2005) ada beberapa hal yang dikaitkan dengan masalah gangguan jiwa
salah satunya adalah dengan masalah status sosial.masyarakat dengan status sosial
ekonomi yang rendah perpeluang lebih besar untuk mengalami gangguan jiwa di
bandingkan dengan masyarakat yang memiliki status sosial ekonomi tinggi. Factor
sosial ekonomi tersebut meliputi kemiskinan,tidak memadainya sarana dan prasaraana,
tidak adekuat pemenuhanya nutrisi, rendahnya pemenuhan kebutuhan perawatan untuk
anggota keluarga, dan perasaan tidak berdaya.
Potter dan perry (2005), mengemukaan faktor-faktor yang mempengaruhi praktik
hygiene seseorang adalah citra tubuh,praktek sosial, Status sosial ekonomi,pendidikan
yang rendah, pengetahuan, kultur budaya, motivasi kurang dan kondisi fisik yang
lemah.
Citra tubuh, merupakan konsep subyektif seseorang tentang penanpilan fisiknya.
Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan perawatan diri.menurut
struart(2009) citra tubuh adalah kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak
disadari terhadap tubunya, termasuk peraepsi serta perasaan masalalu dan sekarang
tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi. Dapat disimpulkan bahwa citra tubuh
sangat berpengaruh bagi seseorang terutama dalam hal penanpilan fisiknya, seseorang
memiliki keyakinan terhadap ukuran, struktur, fungsi,dan penampilan diri untuk
melakukan perawatan diri.Citra tubuh yang negative menyebabkan penurunan
motivasi melakukan aktifitas perawatan diri.
Tahap perkembangan,pelajaran kebersihan diri dari orang tua yang meliputi kebiasaan
keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan peralatan kebersihan diri
merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perawatan kebersihan diri.
Remaja dapat menjadi lebih perhatian pada kebersihan diri karena ada ketertarikan
pada teman. Dapat di simpulkan bahwa perkembangan sangat berpengaruh terhadap
seseorang untuk melakukan perawatan diri sesuai dengan usia dan kelompok kerja.
Pengetahuan, pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri dan implikasinya bagi
kesehaatan mempengaruhi praktik kebersihan diri.pembelajaran yang di harapkan
dapat menguntungkan dalam mengurangi risiko kesehatan dan memotivasi seseorang
untuk memenuhi perawatan diri yang di perlukan.Semakin rendah tingkat pengetahuan
seseorang menyebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Kultur atau budaya, kepercayaa kebudayaan klien dan nilai pribadi nmempengaruhi
perawatan diri.Kebudayaan di Asia kebersihan dipandang penting bagi kesehatan.
Beberapa Negara di Eropa, mandi biasa di lakukan hanya sekali dalam seminggu.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa kebiasaan yang di miliki tiap daerah ataupun
bangsa dalam hal perawatan diri berbeda beda, disesuaikan denagan letak giografis
dan kebiasaan masyarakat setempat
Motivasi, setiap orang memiliki keinginan dan pilihan tentang waktu untuk mandi,
bercukur, dan melakukan perawatan rambut sesuai dengan kebutuhan.Seseorang juga
memiliki pilihan mengenai bagaimana melakukan perawtan diri. Jika orang tersebut
tidak memiliki motivasi , maka dia tidak mampu menentukan pilihan, hal ini akan
mempengaruhi terpenuhinya kebutuhan perawatan diri.
Kondisi fisik, orang yang mengalami atau menderita penyakit tertentu atau yang
menjalani operasi seringkai kekurangan energy fisik atau ketangkasan untuk
melakukan perawatan kebersihan diri. Menurut Wilkinson (2007) defisit perawatan
diri seringkali disebabkan oleh intoleransi aktifitas,hambatan mobilitas
fisik,nyeri,ansietas,gangguan kognitif atau persepsi.
Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa status sosial
ekonomi, pendidikan yang rendah, kurangnya pengetahuan, motivasi yang kurang dan
kondisi fisik yang lemah dapat mempengaruhi klien dalam mempertahankan aktifitas
pemenuhan perawatan diri, sehingga mengakibatkan klien mengalami defisit
perawatan diri.
2. Faktor Presipitasi
Stuart (2019) mendefinisikan stressor presipitasi sebagai suatu stimulus yang
dipersepsikan sebagai suatu kesempatan, tantangan, ancaman/tuntutan.Stressor prespitasi
bisa berupa stimulus internal maupun eksternal yang mengancam individu.Komponen
stressor presipitasi terdiri atas sifat, asal, waktu dan jumlah stressor.
Sifat stressor, terjadinya defisit perawan diri berdasarkan sifat terdiri dari biologis,
psikologis, dan sosial budaya.
Asal stressor terdiri dari internal dan eksternal. Stresor internal atau yang berasal
dari diri sendiri seperti persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan
lingkungannya, merasa tidak mampu , ketidakberdayaan. Stresor eksternal atau berasal
dari luar diri seperti kurangnya dukungan keluarga, dukungan masyarakat, dukungan
kelompok/teman sebaya.
Stuart ( 2019 ) menjelaskan bahwa waktu dilihat sebagai dimensi kapan stesor
mulai terjadi dan berapa lama terpapar stressor sehingga menyebabkan munculnya gejala.
Berbagai penyebab/stressor di atas, yang meliputi stressor predisposisi dan
stressor presipitasi yang dialami oleh klien defisit perawatan diri akan memunculkan
beberapa respon. Respon-respon tersebut merupakan pikiran, sikap, tanggapan,
perasaan dan perilaku yang ditunjukan klien terhadap kejadian yanga dialami.
4. Sumber Koping
Menurut Herdman ( 2012 ), kemmpuan individu yang harus dimiliki oleh klien
defisit perawatan diri adalah kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri dalam
hal pemenuhan kebutuhan mandi ; berhias ; makan dan minum ; serta toileting.
Sedangkan pada klien defisit perawatan diri biasanya didapatkan data rendahnya motivasi
klien dalam merawat diri, keterbatasan intelektual klien yang sangat mempengaruhi
dalam kemampuan perawatan diri dan keterbatasan fisik serta ketidakmampuan
memanfaatkan dukungan sosial.
5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 ( Stuart, GW,
2007 ) yaitu :
a. Mekanisme koping adaktif
Mekanisme koping yang mendukung funngsi integrasi, pertumbuhan,
belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah klien bisa memenuhi kebutuhan
perawatan diri secara mandiri.
b. Mekanisme koping maladaktif
Mekanisme koping yangh menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.
C. MASALAH KEPERWATAN YANG SERING MUNCUL
1. Defisit Perawatan Diri
2. Harga Diri Rendah
3. Isolasi Sosial
E. POHON MASALAH
Kerusakan Integritas Kulit
Intoleransi Aktivitas
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN:
Defisit Perawatan Diri
H. INTERVENSI SPESIALIS
a. Terapi Individu: Terapi perilaku : Token Ekonomi
b. Terapi Kelompok: Supportif Group Therapy
c. Terapi Keluarga: Terapi Triangle
d. Terapi Komunitas: ACT ( SAK FIK-UI, 2014 )
DAFTAR PUSTAKA