Anda di halaman 1dari 23

A.

KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar
manusia dalam memenuhi kebutuhannyya guna mempertahankan
hidupnya, kesehatannya dan kesejahteraannya sesuai dengan kondisi
kesehatannya.Klien dinyatakan terganggu perawatan dirinya jika tidak
dapat melakukan perawatan dirinya. (Lilik Ma rifatul Azizah, 2016)

2. Tanda Dan Gejala


Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut (Keliat &
Akemat, 2019) adalah sebagai berikut :
a. Mandi/ hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam
membersikan badan, memperoleh atau mendapatkan sumber
air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan
pperlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan
keluar kamar mmandi
b. Berpakaian/bershias
Klienmempunyai kkelemahan dalam meletakan atau
mengambil potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta
memperoleh aatau menukarpakaian. Klian juga memiliki
ketidakmapuan untukpengenakan pakaian dalam, memilih
pakain, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing
tarikmelepaskan pakaian, mengguankan kaos kaki,
mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan,
mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan
makanan, mempersiapkan makanan, menangani perkakas,
mengunya makanan, menggunakan alat tambahan,
mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi
makanan dalam mulut, mengambil makanan dalam wadahlalu
memasukannya ke mulut, melengkai makan, mencerna
makanan menurut, cara yang diterima masyarakat, mengambil
cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan
aman
d. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan
dalam mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau
bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting,
membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan
menyiram toilet atau kamar kecil.

3. ETIOLOGI
Menurut (Yosep & Sutini, 2014) Penyebab kurang perawatan
diri adalah:
a. Faktor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan menjalani klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak
mampu melakukan perawatan diri
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termauk perwatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan
perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan
mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan
diri adalah kurang penurunan motifasi, kerusakan kognisi atau
perceptual, cemas, lelah/lemah yaang dialami iindividu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.

4. PROSES TERJADINYA DEFISIT PERAWATAN DIRI PADA


PASIEN GANGGUAN JIWA
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa
terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk
melakukan aktivitas diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri,
berhias diri secara mandiri, dan toileting (buang air besar/ buang air
kecil) secara mandiri. (Muhith, 2015)
Defisit perawatan diri terjadi diawali dengan proses terjadinya
gangguan jiwa yang dialami oleh klien sehingga menyebabkan
munculnya gangguan defisit perawatan diri pada klien. Pada klien
skizofrenia dapat mengalami defisit perawatan diri yang signifikan.Tidak
memerhatikan kebutuhan higiene dan berhias biasa terjadi terutama
selama episode psikotik. Klien dapat menjadi sangat preokupasi dengan
ide-ide waham atau halusinasi sehingga ia gagal melaksanakan aktivitas
dalam kehidupan sehari-hari
Faktor biologis terkait dengan adanya neuropatologi dan
ketidakseimbangan dari neurotransmiternya. Dampak yang dapat dinilai
sebagai manifestasi adanya gangguan adalah pada perilaku maladaptif
pasien Secara biologi riset neurobiologikal mempunyai fokus pada tiga
area otak yang dipercaya dapat melibatkan perilaku agresi yaitu sistem
limbik, lobus frontalis dan hypothalamus. Sistem Limbik merupakan
cicin kortek yang berlokasi dipermukaan medial masing-masing hemisfer
dan mengelilingi pusat kutup serebrum. Fungsinya adalah mengatur
persyarafan otonom dan emosi. Menyimpan dan menyatukan informasi
berhubungan dengan emosi, tempat penyimpanan memori dan
pengolahan informasi. Disfungsi pada sistem ini akan menghadirkan
beberapa gejala klinik seperti hambatan emosi dan perubahan
kebribadian. Lobus Frontal berperan penting menjadi media yang sangat
berarti dalam perilaku dan berpikir rasional, yang saling berhubungan
dengan sistem limbik Lobus frontal terlibat dalam dua fungsi serebral
utama yaitu kontrol motorik gerakan voluntir termasuk fungsi bicara,
fungsi fikir dan kontrol berbagai ekspresi emosi. Kerusakan pada daerah
lobus frontal dapat meyebabkan gangguan berfikir, dan gagguan dalam
bicara/disorganisasi pembicaraan serta tidak mampu mengontrol emosi
sehingga berperilaku maladaptif seperti tidak mau merawat diri : mandi,
berpakaian/berhias, makan, toileting. Kondisi ini menunjukkan gejala
defisit perawatan diri. Hypotalamus adalah bagian dari diensefalon yaitu
bagian dalam dari serebrum yang menghubungkan otak tengah dengan
hemisfer serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai respon tingkah laku
terhadap emosi dan juga mengatur mood dan motivasi.Kerusakan
hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi sehingga
kurang aktivitas dan dan malas melakukan sesuatu. Kondisi seperti ini
sering kita temui pada klien dengan defisit perawatan diri , dimana klien
butuh lebih banyak motivasi dan dukungan untuk dapat merawat dirinya.
Ganguan defisit perawatan diri juga dapat terjadi karena
ketidakseimbangan dari beberapa neurotransmitter. misalnya: Dopamine
fungsinya mencakup regulasi gerak dan koordinasi, emosi, kemampuan
pemecahan masalah secara volunter. Transmisi dopamin berimplikasi
pada penyebab gangguan emosi tertentu. Pada klien skizoprenia dopamin
dapat mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan)
dan psikomotor (perilaku) kondisi ini pada klien dengan defisit
perawatan diri memiliki perilaku yang menyimpang seperti tidak
berkeinginan untuk melakukan perawatan diri. (Muhith, 2015)
Serotonin berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam
perasaan, halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotonin dapat
mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan
psikomotor (perilaku) Jika terjadi penurunan serotonin akan
mengakibatkan kecenderungan perilaku yang kearah maladaptif. Pada
klien dengan defisit perawatan diri perilaku yang maladaptif dapat
terlihat dengan tidak adanya aktifitas dalam melakukan perawatan diri
seperti : mandi, berganti pakaian, makan dan toileting. (Muhith, 2015)
Norepinephrin berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian dan
orientasi; proses pembelajaran dan memori. Jika terjadi penurunan kadar
norepinephrine akan dapat mengakibatkan kelemahan sehingga perilaku
yang ditampilkan klien cendrung negatif seperti tidak mau mandi, tidak
mau makan maupun tidak mau berhias dan toileting. (Muhith, 2015)

5. RENTANG RESPON

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan diri Tidak melakukan


seimbang kadang tidak perawatan saat
stress
Penjelasan :
a. Pola perawatan dari seimbang : saat klien mendapat stres dan mampu
untuk berprilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih malakukan peawatan diri
b. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stres
kadang-kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli
dan tidak bisa melakukan perawatan diri saat stressor. (Lilik Ma
rifatul Azizah, 2016)
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat
merawat diri sendiri adalah :
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.
1) Bina hubungan saling percaya.
2) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
3) Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
1) Bantu klien merawat diri
2) Ajarkan ketrampilan secara bertahap
3) Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung
1) Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
2) Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
3) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien
misalnya, kamar mandi yang dekat dan tertutup. (Lilik Ma rifatul
Azizah, 2016)

6. FASE
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga
merasa tidak aman berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien
berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan,
kecemasan dimana-mana, tidak mungkin mengembangkan kehangatan
emosional, dan hubungan positif dengan orang lain yang melibatkan diri
dalam situasi yang baru. Ia terus berusaha mendapatkan rasa aman.
Begitu menyakitkan sehingga rasa nyaman itu tidak tercapai. Hal ini
menyebabkan ia membayangkan nasionalisasi dan mengaburkan realitas
dari pada kenyataan. Keadaan dimana seorang individu mengalami atau
beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam mengalami stressor
interval atau lingkungan dengan adekuatnya. (Keliat & Akemat, 2019)

7. JENIS
Menurut (Yosep & Sutini, 2014) , jenis perawatan diri terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri: mandi;
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan mandi/ berkativitas perawatan diri untuk diri
sendiri
b. Defisit perawatan diri : berpakaian ;
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas berpakaian dan beriasuntuk diri sendiri
c. Defisit perawatan diri: makan ;
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas sendiri
d. Defisit perawatan diri: eliminasi ;
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan elimiinasi sendiri

8. PERILAKU
Perilaku klien tidak yakin dengan apa yang diharapkan jika
perilaku klien tidak lazim atau tidak dapat diperkirakan keluarga. Juga
dapat merasa bersalah atau bertanggung jawab dengan meyakini bahwa
mereka gagal menyediakan kehidupan penuh cinta dan dukungan klien
bahwa mereka gagal menyediakan kehidupan dirumah dan dukungan.
(Lilik Ma rifatul Azizah, 2016)

9. MEKANISME KOPING
a. Regresi
Kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan menemukan
ciri khas sari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
b. Penyangkalan (Denial)
Menyatakan ketidak setujuanterhadap realitia dengan
mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah
paling sederhana dan primitive
c. Isolasi diri, menarik diri
Sikap mengelompokkan orang/ keadaan hanya sebagai
semuanya baik atau semuanya buruk, kegagalan menandukkan
niali-nilai postif dan negatif didalam diri sendiri.
d. Intelektualisasi
Penggunaan logika dan alsan yang berlebihan untuk menghindari
pengalaman yang mengganggu. (Dermawan & Rusdi, 2014)
10. PENATALAKSANAAN
Pasien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak
membutuhkan perawatan medis karena hanya mengalami gangguan jiwa,
pasien lebih membutuhkan terapi kejiwaan melalui komunikasi
terapeutik. (Dermawan & Rusdi, 2014)

B. PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah :
a. Data Subjektif
1) Pasien merasa lemah
2) Malas untuk beraktifitas
3) Merasa tidak berdaya
b. Data Objektif
1) Rambut kotor, acak-acakan
2) Badan dan pakaian kotor dan bau
3) Mulut dan gigi bau
4) Kulit kusam dan kotor
5) Kuku panjang dan tidak terawat
c. Mekanisme Koping
1) Regresi
2) Penyangkalan
3) Isolasi sosial menarik diri
4) Intelektualisasi (Keliat & Akemat, 2019)
Format/Data fokus pengkajian pada klien dengan Defisit Perawatan Diri
a. Status Mental
Penampilan
[ ] Tidak rapi
[ ] Pengunaan oakaian tidak sesuai
[ ] Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan…………………………………
Masalah Keperawatan………………………………………
b. Kebutuhan sehari-hari
1) Kebersihan diri
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
2) Makan
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
3) BAB/BAK
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
4) Berpakaian/berhias
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
Jelaskan………………………………………….
Masalah Keperawatan……………………………………..

(Lilik Ma rifatul Azizah, 2016)

2. Masalah Keperawatan Yang Kemungkinan Muncul


a. Defisit keperawatan diri
b. Harga diri rendah
c. Resiko tinggi isolasi sosial (Muhith, 2015)

3. Analisa Data
a. Data subjektif
1) Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin,
atau di RS tidak tersedia alat mandi
2) Klien mengatakan dirinya malas berdandan
3) Klien mengatakan ingin disuapi makan
4) Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah
BAK maupun BAB. (Yosep & Sutini, 2014)
b. Data objektif
1) Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan
rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku
panjang dan kotor
2) Ketidakmampuan berapakaian/berhias ditandai dengan rambut
acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai,
tidak bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan (wanita).
3) Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makanan sendiri, makan berceceran
dan makan tidak pada tempatnya.
4) Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai BAB/BAK
tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik
setelah BAB/BAK (Yosep & Sutini, 2014)

4. Pohon Masalah
Efek Risiko Tinggi Isolasi Sosial

Core Problem Defisit Perawatan Diri

Etiologi Harga Diri Rendah Kronis
(Dermawan & Rusdi, 2014)

5. Diagnosis Keperawatan
Defisit perawatan diri kebersihan diri, makan, berdandan dan BAK/BAB.
(Lilik Ma rifatul Azizah, 2016)
6. Intervensi
Rencana Keperawatan Defisit Perawatan Diri
Diagnosa Perencanaan Intervensi
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
Defisit perawatan diri: mandi, 1. Klien dapat mengenal 1.1 Klien dapat menyebutkan 1.1.1 Diskusikan bersama klien
berpakaian, makan, eliminasi tentang pentingya pentingya kebersihan diri pentingya kebersihan diri
kebersihan diri dalam waktu 2 kali dengan cara menjelaskan
pertemuan: pentingya tentang arti
 Tanda tanda bersih bersih dan tanda – tanda
 Badan tidak bauh bersih
 Rambut rapih, bersih 1.1.2 Dorong klien untuk
dan tidak bauh menyebutkan 3 dari 5

 Gigi bersih dan tidak tanda kebersihan diri

bauh mulut
 Baju rapih an tidak bau

1.2 Klien mampu menyebutkan 1.2.1 Diskusikan fungsi

kembali kebersihan untuk kebersihan diri untuk

kesehatan kesehatan dengan


menggali pengetahan klien
terhadap hal yang
berhubungan dengan
kebersihan diri
1.2.2 Bantu klien
mengungkapkan ari
kebersihan diri dan tujuan
memelihara kebersihan
diri
1.2.3 Beri reinforcement positif
setelah klien mampu
mengungkapkan arti
kebersihan diri.

1.3 Klien dapat menjelaskan 1.3.1 Ingatkan klien untuk


cara perawatan diri, antara memelihara kebersihan
lain: diri seperti:
 Mandi 2 kali sehari  Mandi 2 kali, pagi
dengan sebuh dan sore
 Menggosok gigi  Sikat gigi minmal 2
minimal 2 kali sehari kali sehari (sesudah
setelah makan dan akan makan dan sebelum
tidur tidur)
 Mencuci rambut 2-3  Keramas dan menyisir
kali seminggu dan rambut
memotong kuu bila  Gunting kuku bila
panjang panjang
 Mencuci tangan
sebelum dan sesudah
makan

2. Klien dapat 2.1 Klien berusaha untuk 2.1.1 Motivasi klien untuk
mengidentifikasi penyebab memelihara kebersihan diri, mandi:
perilaku kekerasan yaitu:  Ingatkan caranya,
 Mandi pakai sabun dan evaluasi hasilya dan
disiram dengan air beri umpan balik
sampai bersih  Bimbing klien dengan
 Mengganti pakayan bantuan minimal
bersih sekali sehari dan  Jika hasilya kurang,
merapikan penampilan. kaji hambatan yang
ada
2.1.2 Bimbing klien untuk
mandi
 Ingatkan dan anjurkan
untuk mandi 2 kali
sehari dengan
menggunakan sbun
 Anjurkan klien untuk
meningkatkan cara
mandi yang benar
2.1.3 Anjurkan klien untuk
mengganti baju setiap
hari:
 Anjurkan lklien untuk
mempertahankan dan
meningkatkan
penampilan diri setiap
hari
 Dorong klien untuk
mencuci pakayanya
sendiri
 Demonstrasikan cara
mencuci pakayan
yang benar dengan
sabun dan dibilas
2.1.4 Kaji keinginan klien untik
memotong kuku dan
merapikan rambut
 Beri kesempatan pada
klien untuk
melakukan sendiri
 Ingatkan potong kuku
dan keramas
2.1.5 Kolaborasi dengan
perawat ruangan untuk
mengelolah fasilitas
perawatan kebersihan
diri, seoerti mandi, dan
kebersihan kamar mandi
2.1.6 Bekerja sama dengan
keluarga untuk
mengadakan fasilitas
kebersihan diri seperti
odol, sikat gigi, sampo,
pakayan ganti, handuk
dan sandal

3. Klien dapat melakukan 3.1 Setelah satu minggu klien 3.1.1 Monitor klien dalam
kebersihan perawatan diri dapat melakukan perawatan melaksanakan kebersihan
secara mandiri kebersihan diri secara rutin diri secara teratur.
dan teratur tanpa anjuran Ingatkan untuk mencuci
 Mandi pagi dan sore rambut, menyisir, gosok
 Ganti baju setiap hari gigi, ganti baju dan pakai
 Penampilan bersih dan sandal
rapi

4. Klien dapat 4.1 Klien selau tampak bersih 4.1.1 Beri reinforcement positif
mempertahankan dan rapi jika klien berhasil
kebersihan diri secara melakukan kebersihan
mandiri diri

5. Klien dapat dukungan 5.1 Keluarga selalu mengingat 5.1.1 Jelaskan pada keluarga
keluarga dalam hal-hal yang berhubungan tentang penyebab kurang
meningkatkan kebersihan dengan kebersihan diri minatnya klien menjaga
diri kebersihan diri
5.1.2 Diskusikan bersama
keluarga tentang tindakan
yang telah dilakuan klien
selama di RS dalam
menjaga kebersihan dan
kemajuan
5.1.3 Anjurkan keluarga untuk
memutuskan memberi
stimulasi terhadap
kemajuan yang telah
dialami di RS

5.2 Keluarga menyiapkan 5.2.1 Jelaskan pada keluarga


sarana untuk membantu tentang manfaat sarana
klien dalam menjaga yang lengkap dalam
kebersihan diri menjaga kebersihan diri
klien
5.2.2 Anjurkan keluarga untuk
menyiapkan sarana dalam
menjaga kebersihan diri
5.2.3 Diskusikan bersama
keluarga cara membantu
klien menjaga kebersihan
diri

5.3 Keluarga membantu dan 5.3.1 Diskusikan dengan


membimbing klien dalam keluarga mengenai hal-
menjaga kebersihan diri hal yang dilakukan
misalnya:
 Meningkatkan klien
pada waktu mandi
 Sikat gigi, keramas,
ganti baju, dan lain-
lain
 Membantu klien
apabia mengalami
hambatan,memberi
pujian atas
keberhasilan kien.
Contoh Rencana Keperawatan Defisit Perawatan Diri
Dalam Bentuk Strategi Pelaksanaan
Pasien Keluarga
SPIP SPIK
 Identifikasi masalah perawatan diri:  Diskusi maslah yang dirasakan dalam
Kebersihan diri, berdandan, merawat pasien
makan/minum, BAK/BAB
 Jelaskan pentingnya kebersihan  Jelaskan pengertian, tanda & gejala,
dan proses terjadinya defisit perawatan
diri
 Jelaskan cara dan alat kebersihan diri  Jelaskan cara merawat defisit
perawatan diri
 Latih cara menjaga kebersihan diri :  Latih dua cara merawat: kebersihan diri
Mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, dan berdandan
cuci rambut, potong kuku
 Masuk pada jadwal kegiatan untuk  Anjurkan membantu pasien sesuai
latihan mandi, sikat gigi (2 kali jadwal dan memberikan pujian
perhari), cuci rambut (2 kali
perminggu), ptong kuku (satu kali
perminggu)
SPIIP SPIIK
 Evalusi kegiatan kebersihan diri, beri  Evaluasi kegiatan keluarga dalam
pujian merawat/melatih pasien kebersihan diri,
beri pujian
 Jelaskan cara dan alat untuk berdandan  Latih dua (yang lain) cara merawat:
makan & minum, BAB & BAK
 Latih cara berdandan setelah kebersihan  Anjurkan membantu pasien sesui
diri jadwal dan memberi pujian
 Masukan pada jadwal kegiatan untuk
kebersihan diri dan berdandan
SPIIIP SPIIIK
 Evaluasi kegiatan kebersihan dairi dan  Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berdandan. Beri pujian merawat/melatih pasien kebersihan diri
dan berdandan. Beri pujian
 Jelaskan cara dan alat makan dan  Bimbing keluarga merawat kebersihan
minum diri dan berdandan dan makan &
minum pasien
 Latih cara makan dan minum yang baik  Anjurkan membantu pasien sesui
jadwal dan berikan pujian
 Masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan kebersihan diri, berdandan dan
makan & minum yang baik
SPIVP SPIVK
 Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan  Evaluasi keluarga dalam
berdandan, makan & minum, beri merawat/melatih pasien kebersihan diri
pujian dan berdandan. Beri pujian
 Jelaskan cara BAB & BAK  Bimbing keluarga merawat kebersihan
diri dan berdandan dan makan &
minum pasien
 Latih BAB & BAK yang baik  Anjurkan membantu pasien sesui
jadwal dan berikan pujian
 Masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan kebersihan diri, berdandan dan
makan & minum yang baik, BAB &
BAK
SPVP SPVK
 Evaluasi kegiatan latihan perawatan  Evaluasi kegiatan keluarga dalam
diri: kebersihan diri, berdandan, makan merawat/melatih pasien dalam
& minum, BAB & BAK. Beri pujian perawatan diri: kebersihan diri,
berdandan, makan & minum, BAB
&BAK. Beri pujian
 Latih kegiatan harian  Nilai kemampuan keluarga merawat
pasien
 Niali kemampuan mandiri  Nilai kemampuan keluarga melakukan
kontrol RSJ/PKM
 Niali apakah perawatan diri telah baik

7. Implementasi
Implementasi keperawatan disesuiakan dengan rencana tindakan
keperawatn.Dengan memperhatikan mengutaman masalah utama yang aktual dan
mengancam integritas klien dan lingkungan. (Lilik Ma rifatul Azizah, 2016)

8. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjuatan uantuk emniali efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon
klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dilakukan dengan
menggunakan SOAP, sebagai pola piker atauacuan.
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan
O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan
A: Analis aulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang
terkontradiksi dengan masalah yang ada
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
klien (Muhith, 2015)

9. Hasil Yang Diharapkan Untuk Pasien


a. Menyebutkan pentingnya kebersihan diri
b. Menyebutkan cara membersihkan diri
c. Mempraktekan cara membersihkan diri dan memasukkan dalam jadwal
d. Menyebutkan cara makan yang baik
e. Mempraktekkan cara makan yang baik dan memasukkan dalam jadwal
f. Menyebutkan cara BAB/BAK yang baik
g. Mempraktekkan cara BAB/BAK yang baik dan memasukkan dalam jadwal
h. Menyebutkan cara berdandan
i. Mempraktekkan cara berdandan dan memasukkan dalam jadwal (Dermawan &
Rusdi, 2014)

10. Hasil Yang Diharapkan Untuk Keluarga


a. Menyebutkan pengertian perawatan diri dan proses terjadinya msalah kurang
perawatan diri
b. Menyebutkan cara merawat pasien dengan kurang perawatan diri
c. Menpraktekkan cara merawat pasien dengan kurang perawatan diri
d. Membuat jadwal aktivitas dan minum obat klien dirumah. (Dermawan & Rusdi,
2014)

11. Terapi Aktivitas Kelompok


Terapi aktivitas kelompok yang dapat diberikan untuk pasien dengan
masalah perawatan diri adalah : TAK stimulasi persepsi: perawatan diri
Sesi I : Manfaat perawatan diri
Sesi II : Menjaga kebersihan diri
Sesi III : Tata cara makan dan minum
Sesi IV : Tata caratoiletting
Sesi V : Tata cara berdandan
(Keliat & Akemat, 2019)
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, D., & Rusdi. (2014). Keperawatan Jiwa : Konsep Dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogjakarta: Gosyen Publishing.

Keliat, N. A., & Akemat. (2019). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lilik Ma rifatul Azizah. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa . Yogyakarta:
Indomedia Pustaka.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori Dan Aplikasi. Yogjakarta: CV Andi
Offset.

Yosep, I., & Sutini, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa Dan Advance Mental Health
Nursing. Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai