Anda di halaman 1dari 12

ANAMNESA DAN PEMERIKSAAN FISIK PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

Anamnesis Sistem Muskuloskeletal


Perawat perlu melaksanankan dan memperhatikan beberapa hal agar proses anamnesis dapat optimal dilaksanakan yang
meliputi :
1.      Ketenangan.
Perawat melaksananakan anamnesis dengan bersikap tenang agar dapat mengorganisasi pikiran dan informasi lengkao
tentang apa yang akan disampaikan atau ditanyakan kepada klien.
2.      Mendengar dengan aktif.
Perawat membantu memastikan keakuratan data yang terkumpul. Perawat menunjukkan sikap ingin mendengar tanpa
melakukan penilaian. Perawat memusatkan sikap ingin mendengar tanpa melakukan penilaian. Perawat memusatkan
wawancara pada masalah kesehatan atau system tubuh tertentu untuk mengindari wawancara yang bertele-tele. Perawat
mengulang apa yang telah didengar dari komunikasi klien, ini merupakan validasi dalam bentuk yag lebih khusus tentang
apa yang dikatakan pasien. Ini memungkinkan klien mengetahui bagaimana orang lain memahami pesannya.
3.      Klarifikasi.
Perawat meminta klien untuk mengulang informasi dalam bentuk atau cara lain yang membantu perawat mengeri maksud
klien dengan baik.
4.      Memfokuskan.
Perawat membantu menghilangkan kesamaran komunikasi dengan mengajukan pertanyaan evaluasi dan meminta klien
untuk melengkapi data.
5.      Konfrontasi.
Suatu pendekatan konstruktif yang menginformasikan klien tentang apa yang dipikirkan atau dirasakan perawat terkait
dengan perilaku klien selama interaksi. Perawat dapat menggambarkan perilaku klien yang terlihat, dnegan menggunakan
respons yang mengacu pada pengertian klien dan umpan balik yang konstruktif. Keterampilan ini berfokus pada persepsi
perawat mengenai perilaku klien, baik yang jelas terlihat maupun yang samar.
6.      Memberi umpan balik.
Perawat member kline informasi mengenai apa yang telah diobservasi atau disimpulkan. Umpan balik yang efesien
meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Berfokus lebih pada perilaku daripada klien.
b. Berfokus lebih pada observasi daripada kesimpulan.
c. Berfokus lebih pada deskripsi daripada penilaian.
d. Berfokus lebih pada eksplorasi alternative daripada jawaban atau pemecahan.
e. Berfokus lebih pada nilai informasi klien daripada merasan terharu terhadap klien.
f. Berfokus pada apa yang dikatakan, bukan mengapa hal itu dikatakan.
7.      Pemberian informasi.
Perawat memberikan informasi kepada klien. Ketika member informasi, perawat menghindari informasi yang salah dan
komunikasi yang tidak terapeutik.
8.      Menyimpulkan.
Perawat menyimpulkan ide-ide utama setiap wawancara atau diskusi. Hal ini memvalidasi data dari klien dan menandakan
akhir bagian pertama wawancara sebelum berlanjut kebagian berikutnya. (Muttaqin: 2008).

Pengkajian Sistem Muskuloskeletal

Menurut Risnanto (2014), Pengkajian Sistem Muskuloskeletal terdiri dari :


1.      Riwayat Keperawatan
a.       Data Biografi
1)      Usia
Menurut jurnal Binarfika Maghfiroh (2014) Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi gejala adanya keluhan
muskuloskeletal disorders. Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa usia pekerja yang < 25 tahun adalah 2 responden,
yang berumur 25–35 tahun terdapat 27 responden, dan yang berumur ≥ 35 tahun terdapat 4 responden. Dari 33
respondenyang mengalami keluhan adalah usia 25–35 tahun.nyeri pinggang bisa terjadipada usia muda dan sebagian
besar menyerangpada usia-usia produktif. Prevalensi nyeri pinggangsemakin meningkat dengan bertambahnya usiayaitu
pada usia 40–45 tahun. keluhan nyeri punggung mulaidirasakan pada usia 20–40 tahun yang diperkirakandisebabkan oleh
faktor degenerasi dan beban static serta osteoporosis.

2)      Jenis Kelamin
Menurut jurnal Binarfika Maghfiroh (2014) menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama
terhadap keluhan muskuloskeletal hingga usia 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat
mempengaruhi timbulnya keluhan. Pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus
menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang.

3)      Identifikasi ras, budaya, dan suku bangsa.


a Apakah latar belakang budaya klien?
b Apakah klien mampu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia (nasional) atau perlu penerjemah?
c Apa nilai kebudayaan klien yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan?
d Adakah tabu budaya atau acara tabu yang klien ikuti?
e Apa sistem sehat-sakit (dokter, ahli neurologi, kebatinan, dukun) atau kepercayaan rakyat yang klien gunakan?
f Sampai tingkat mana penyakit dan perawatan di rumah sakit memengaruhi kemampuan klien untuk mengikuti
norma budaya?(Muttaqin: 2008)

4)      Hubungan keluarga.
a Siapa saja yang klien anggap sebagai anggota keluarga?
b Bagaimana hubungan klien dengan pasangan, orang tua, saudara, dan teman?
c Bagaimana pembagian tugas dalam keluarga?
d Bagaimana status pernikahan klien?
e Adakah anggota keluarga dekat yang baru meninggal?
f Siapakah yang klien cari untuk mendapatkan dukungan?
g Bagaimana keluarga secara normal mengatasi stres saat ini?
h Apakah anggota keluarga menghormati pandangan setiap anggota lainnya? (Muttaqin: 2008)

b.      Keluhan utama
Kaji klien untuk mengungkapkanalasan klien memeriksakan diri/mengunjungi fasilitas kesehatan.Keluhan utama pasien-
pasien gangguan muskuloskeletal adalah: sakit/nyeri delormitas kelainan fungsi. Namun demikian perawat dapat
memfokuskan pertanyaan pada adanya nyeri, kulit dirasakan menipis, kram, sakit tulang belakang, kemerahan, bengkak,
delormitas, pengurangan gerakan atau faktor-faktor lain yang mempengaruhi aktifitas sehari-hari. (Risnanto: 2014)
1)      Nyeri.
Nyeri merupakan gejala yang tersering ditemukan pada masalah system musculoskeletal dan perlu diketahui secara
lengkap tentang sifat-sifat nyeri.
Menurut Risnanto (2014) Identifikasi apakah nyeri timbul setelah diberi aktivitas/gerakan. Nyeri saat bergerak merupakan
satu tanda masalah persendian. Degenerasi panggul menimbulkan nyeri selama badan bertumpu pada sendi tersebut.
Degenerasi pada lutut menimbulkan nyeri selama dan setelah berjalan. Nyeri pada osteoarthritis makin meningkat pada
suhu dingin. Tanyakan kapan nyeri semakin meningkat apakah pagi atau malam hari. lnflamasi pada bursa atau tendon
makin meningkat pada malam hari. Tentukan juga apakah nyeri menghilang setelah istirahat. Apakah nyerinya dapat
diatasi dengan aspirin. Apakah pernah jatuh atau yang lainnya.
Rasa nyeri berbeda antara satu individu dengan individu yang lain berdasarkan ambang nyeri dan toleransi nyeri masing-
masing klien. Sifat-sifat nyeri yang perlu diketahui dapat dikaji dengan menggunakan PQRST.
Menurut Risnanto (2014) untuk masing-masing gejala dimaksud gunakan pertanyaan pertanyaan sistem PQRST.
a)      Provokative/Paliative (apa penyebabnya dan apa yang dapat membuat lebih baik gejalanya atau lebih buruk,
b)      Quality/quantity, kualitas/kuantitas (bagaimana klien merasakan gejala yang timbul),
c)      Region/radiation lokasi/penyebaran (dimana saja terjadi penyebaran),
d)     Scale severity, Skala nyeri, tingkat beratnya masalah (bagaimana aktifitas sehari-hari dipengaruhi oleh sakitnya),
e)      Timing/waktu (kapan terjadinya, bagaimana terjadinya tiba tiba atau bertahap). (Risnanto: 2014)

2)      Deformitas/ Imobilitas
Menurut Risnanto (2014) Tanyakan kapan terjadinya deformitas atau kelainan bentuk tubuh?, apakah tiba tiba atau
bertahap apakah menimbulkan keterbatasan gerak. Apakah semakin memburuk dengan aktivitas, apakah dengan posisi
tertentu makin memburuk dengan aktivitas sehari hari klien. Apakah klien menggunakan alat bantu misal kruk.
3)      Kekakuan/ketidakstabilan sendi.
Kekakuan atau ketidakstabilan sendi merupakan suatu keluhan yang dirasakan klien mengganggu aktivitasnya sehari-hari
dan menyebabkan klien meminta pertolongan layangan kesehatan.
Menurut Risnanto (2014) Tanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan, lamanya, apakah selalu terjadi kekakuan.
Beberapa kondisi seperti spondilitis ankilosis terjadi remisi kekakuan beberapa kali sehari. Pada penyakit penyakit
degenerasi sendi sering terjadi kekakuan yang meningkat pada pagi hari setelah bangun tidur (inaktivitas). Bagaimana
dengan perubahan suhu dan aktifitas. Suhu dingin dan kurang aktifitas biasanya meningkatkan kekakuan sendi. Suhu
panas biasanya menurunkan spasme otot.

4)      Pembengkakan/benjolan.
Tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga disertai dengan nyeri, karena bengkak dan nyeri sering kali
menyertai cedera pada otot. Penyakit penyakit degenerasi sendi sering kali tidak timbul bengkak pada awal awal serangan,
tetapi muncul setelah beberapa minggu setelah terjadi nyeri. Dengan istirahat dan meninggikan bagian yang sakit dapat
mengurangi bengkak. Apakah bagian tubuh ada yang dipasang Gips. Identifikasi apakah ada panas atau kemerahan karena
tanda tersebut menunjukan adanya inflamasi, infeksi atau injury (Risnanto: 2014).

5)      Kelemahan otot.
Keluhan adanya kelemahan otot biasanya dapat bersifat umum atau bersifat local karena gangguan neurologis pada otot.
(Muttaqin: 2008)

6)      Gangguan sensibilitas.
Keluhan adanya gangguan sensibilitas muncul apabila terjadi kerusakan saraf pada upper/lowermotor neuron,   baik
bersifat local maupunn menyeluruh.
Hal yang perlu ditanyakan adalah apakah klien mengalami perasaan yang tidak normal atau kebas, apakah gangguan ini
bertambah berat atau malah makin berkurang dari permulaan keluhan muncul sampai pada saat wawancara, apakah ada
keluhan lain yang dirasakan seperti nyeri atau edema, apakah ada perubahan warna kulit bagian distal dari daerah yang
terkena seperti pucat atau sianotik.

7)      Gangguan atau hilang fungsi.


Gangguan atau hilangnya fungsi baik pada sendi maupun anggota gerak mungkin disebabkan oleh nyeri, kekakuan sendi,
atau kelemahan otot. Anamnesis yang dilakukan perawat untuk menggali keluhan utama klien adalah berapa lama
keluhan muncul, lokasi atau organ yang mengalami gangguan atau kehilangan fungsi, dan apakah ada keluhan lain yang
menyertai.(Muttaqin: 2008)

c.       Riwayat kesehatan sekarang


Menurut Risnanto (2014)Sejak kapan timbul keluhan, apakah ada riwayat trauma. Hal-hal yang menimbulkan gejala.
Timbulnya gejala mendadak atau perlahan serta timbul untuk pertama kalinya atau berulang. Perlu ditanyakan pula
tentang ada tidaknya gangguan pada sistem lainnya.
Bagaimana penanganan yang sudah dilakukan. Presepsi dan harapan pasien sehubungan dengan masalah kesehatan dapat
mempengaruhi perbaikan kesehatan. Pengertian klien tentang masalah kesehatan. Hal ini memperlihatkan tingkat
penerimaan, tingkat intelektual, dan kemampuan untuk melaksanakan perawatan mandiri klien.
d.      Riwayat kesehatan masa lalu
Data ini meliputi kondisi kesehatan individu. Data tentang adanya efek langsung atau tidak langsung terhadap
muskuloskeletal, misal riwayat trauma/kerusakan tulang rawan. Riwayat Arthritis, osteomielitis. Riwayat pengobatan
berikut efek sampingnya, misal kortikosteroid dapat menimbulkan kelemahan otot(Risnanto 2014).

e.       Riwayat Perkembangan
Data ini menggambarkan sejauh mana tingkat perkembangan pada neonatus, bayi, pra sekolah, usia sekolah, remaja,
dewasa dan tua (Suratun:2008). Kebutuhan akan aktifitas pada masing masing individu akan berbeda pada tiap-tiap tahap
perkembangan di atas sehingga perawat perlu memahaminya baik saat pengkajian maupun pembuatan rencana dan
pelaksanaan perawatan nantinya(Risnanto 2014).

f.       Riwayat Sosial
Data ini meliputi antara lain pendidikan klien dan pekerjaannya. Seseorang yang terpapar terus pada agent-agent tertentu
dalam pekerjaannya akan dapat mempengaruhi status kesehatan. Sebagai contoh seseorang yang bekerja dengan
memerlukan kekuatan otot/skeletal untuk mengangkat benda benda berat hobi atau pekerjaan yang mengundang trauma
dan lain-lain(Risnanto 2014).

g.      Keadaan Tubuh Lainnya.


Tanyakan pada klien tentang, kondisi sistem tubuh lainnya. Pengkajian pada sistem tubuh yang lain kadang kadang
merupakan indikasi problem muskuloskeletal, sebagai contoh gejala-gejala kardiovaskuler seperti takhikardi dan
hipertensi biasanya mendukung adanya gout/pirai, perubahan kulit misal keringnya kulit pada ibu jari tangan dan jari
telunjuk dan tengah menandai adanya carpal tunnel syndrome. (Risnanto 2014)

h.      Riwayat Keluarga
Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi (mis, penyakit
diabetes melitus yang mcrupakan predisposisi penyakit sendi degeneratif; TBC, artritis, riketsia, osteomielitis, dll).

i.        Riwayat Diet
Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini dapat mengakibatkan stress pada sendi sendi penyangga
tubuh dan predisposisi terjadinya instabilitas ligamen, khususnya pada punggung bagian bawah, kurangnya intake kalsium
dapat menimbulkan fraktur karena adanya dekalsifikasi.
j.        Aktifitas kegiatan sehari hari
Identifikasi pekerjaan pasien dan aktifitasnya sehari-hari. Kebiasaan membawa benda-benda berat yang dapat
menimbulkan strain otot dan jenis jenis trauma Iainnya. Orang yang kurang aktivitas mengakibatkan tonus otot menurun.
Pemeriksaan Fisik Pasien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal
PEMERIKSAAN GAIT

UMUM NORMAL ABNORMAL


-Minta pasien untuk -Fase: a. Antalgic gait : berjalan
berjalan a. Stance (62 %):kaki pincang,pasien bergerak lebih
-Amati cara berjalan bersentuhan dengan cepat pada sisi yang sakit, dengan
pasien dari tanah berkurangnya fase stance
samping,depan,dan b. Swing (38 %) : kaki di b. Trendelenburg Gait : condong ke
belakang udara ke depan arah lateral pada sisi dimana
- Nilai panjang tubuh bertumpu
langkah pasien dan kelemahan otot gluteus
cara berdiri medius
menggunakan masing c. Spastic Gait : kelainan cara
masing kaki berjalan dimana tungkai bawah
-Siklus Gait (Interaksi bergerak dengan kaku, jari jari kaki
yang kompleks dari saat berjalan diseret
berbagi otot dan sendi d. Wadling Gait : kelainan cara
pada kedua ekstremitas berjalan dimana langkah tubuh
inferior untuk dengan gerakan selang seling yang
menghasilkan gerakan berlebihan disertai peninggian hip
mendorong pada tubuh joint, berjalan
seperti bebek.
PEMERIKSAAN FISIK PADA ARTICULATIO COXAE

A • Memperkenalkan diri
• Meminta izin untuk memeriksa
• Buka pakaian pasien
• Menjelaskan pada pasien,kalau pasien akan diperiksa dengan baik tanpa membuat
pasien kesakitan

B TANDA
1 INSPEKSI
Inspeksi pasien dari Depan :
depan,belakang, dan • Apakah pasien berdiri dengan lurus?
dari samping Apakah ada pelvic tilting?
• Apakah ada tanda dari atropi otot paha?
• Apakah ada tanda flexion contracture
dari hip atau knee ?
• Apakah pasien menggunakan alat bantu
jalan atau tidak?
Belakang :
• Apakah lumbar spine dari pasien lurus
atau scoliotic?
• Periksa adakah atropi,bekas luka atau
sinus dari otot gluteal?
Samping :
• Jika didapatkan adanya flexion
contracture yang fixed dari hip
joint,biasanya disertai peningkatan
lumbar lordosis

Amati area hip • Apakah terdapat bekas luka dari operasi


sebelumnya atau penyakit sebelumnya?
• Akan sangat berguna bila kita bertanya
dimana tepatnya pasien merasakan sakit?

Kulit - Perubahan warna,luka Trauma


- deformitas  fraktur,dislokasi
- Laserasi,bruising,ecchymosis,edema,
Nodules,Scar/sinuses
Posisi - Shortening,External
rotationfemoral neck
fracture,intertrochanter fracture
- Adducted,Internal rotation Hip
Posterior dislocation
- Abducted,External
RotationAnterior Dislocaion
- Flexed Hip flexion contracture
2 PALPATION (FEEL)
-Selalu amati wajah pasien
-dimana letak nyerinya ?
-Selalu bandingkan satu sisi dengan sisi lainnya
Sof t tissue -nervus ischiadicus (flexi hip) p : herniasi diskus, - -
piriformis spasm
-Muscle group setiap grup dari otot tersebut harus
simetris bilateral
a. flexor group (anterior quadrant):
- M. iliopsoas: primary flexor hip,
abnormal contracture flexion
deformity of the hip
- M. Sartorius
- M. Rectus femoris
b. Adductor group (medial quadrant) :
- Gracilis,pectineous,adductor
longus,adductor brevis,adductor
magnus muscles
c. Abductor group (lateral quadrant) :
- M. Gluteus medius
d. Extensor Group (posterior quadrant) :
- M. Gluteus maximus and Hamstring
muscles

Kontur Tulang -Aspek Anterior :SIAS, crista iliaca, trochanter major,


tuberculum pubicum
-Aspek Posterior : PSIS, trochanter major ,ischial
tuberosity,sacral -prominence, sacroiliac joint (Greater
trochanter nyeri / bursa yang teraba
: infeksi/bursitis,gluteus medius tendinitis)
3 RANGE OF MOTION
Flexion (120-135°) Supine (lutut ke dada)
Extension (20-30°) Prone : tungkai bawah diangkat dari meja
Abduction (40-50°) Supine (tungkai bawah ke lateral)
Adduction (20-30°) Supine (tungkai bawah ke medial)
Internal rotation Seated (kaki ke medial)
(30) Prone (flexi lutut tungkai bawah ke dalam)
External rotation Seated (kaki ke lateral)
(50) Prone (flexi lutut tungkai bawah ke luar)
4 PEMERIKSAAN
KHUSUS (SPECIAL
TEST)
Thomas Sign Supine,salah satu lutut kearah dadajika paha yang
satunya terangkat (positif)
Leg length True leg length :SIAS ke malleolus medialis
Discrepancy Apparent leg length : umbilicus ke maleollus
medialis
 > 1 cm (positif)

Tredelenburg test Pasien berdiri,angkat satu lutut, jika pelvis dari yang
terangkat naik normal, jika kontralateral dari
naiknya pelvis  positif
 Inadekuat nya kekuatan gerakan dari hip
abductors

Ortolani (pediatric) Hips at 90,abduct hips ‘clunk’ mengindikasikan


hip terdislokasi dan sekarang
telah tereduksi
Barlow (pediatric) Hips at 90,posterior force ‘clunk’ mengindikasikan
hip telah terdislokasi,dan harus
direduksi dengan ortolani
Galeazzi (pediatric) Supine,flex hip dan lutut discrepancies pada tinggi
lutut ,dislokasi hip dan shortening dari
femur

PEMERIKSAAN FISIK ARTICULATIO HUMERI

1. Perkenalkan diri terlebih dahulu

2. Jelaskan dan meminta izin kepada


pasien bahwa akan diperiksa
bahunya.

3. pasien harus dapat dilihat kedua


bahunya. Pemeriksa harus
membuka bajunya agar dapat
melihat kedua bahunya dan
meminta izin terlebih dahulu.
1. Inspeksi Arti Klinis

a. Bandingkan bahu kanan dan kiri. Dislokasi bahu, atrofi otot, robekan
articulatio acromioclavicularis.
b. Kulit : perubahan warna, laserasi,
ekimosis.
c. Deformitas dan bengkak

d. Pengecilan pada otot Fraktur, cedera articulatio


acromioclavicularis
kompresi pada saraf

2. Palpasi
a. Nyeri menyeluruh Infeksi atau pengapuran tendon m.
supraspinatus.
b. Nyeri lokal Robekan pada Shoulder cuff dan
frozen shoulder
c. Palpasi pada lateral Nyeri merupakan adanya indikasi
clavicula untuk mengetahui ketidakstabilan dari distal articulatio
articulation acromioclavicularis. acromioclavicular yang terpisah
d. Palpasi acromion untuk
menegetahui tendon
supraspinatus. Nyeri merupakan indikasi adanya
e. Raba tonjolan pada lateral caput bursitis dan atau adanya robekan
humeri untuk meraba tuberositas tendon m. supraspinatus
major humeri.
Nyeri merupakan indikasi adanya
tendinitis pada rotator cuff atau
adanya robekan pada rotator cuff

3. Range of Motion
 Fleksi : 0 – 160/180°
 Ekstensi : 0 - 60°
 Abduksi: 0 – 160/180°
 Adduksi : 0 - 45°
 Rotasi internal : 0 -90°
 Rotasi eksternal :0 – 30/45 °
4. Tes Khusus
 Tanda Impingement : fleksi Nyeri menandakan syndrome
> 90 ° impingement.
 Tes Apprehension : abduksi Nyeri menandakan
kemudian rotasi eksternal ketidakstabilan anterior
 Tes Jerk: posisi supinasi, flexi 90°, Nyeri menandakan
dorong ke belakang. ketidakstabilan posterior
PEMERIKSAAN FISIK ARTICULATIO CUBITI

1. Perkenalkan diri terlebih dahulu

2. Jelaskan dan meminta izin kepada


pasien bahwa akan diperiksa
sikunya.

3. pasien harus dapat dilihat kedua


sikunya. Pemeriksa harus
membuka bajunya agar dapat
melihat kedua bahunya dan
meminta izin terlebih dahulu.

1 Inspeksi Arti klinis

a. Bandingkan siku kiri dan Dislokasi, fraktur , bursitis


kanan

b. Kulit :perubahan warna,


laserasi, ekimosis

c. Bengkak dan deformitas

d. Carrying angel : 5°-15° Cubitus varus and cubitus valgus


Penjepitan pada saraf (
e. Atrofi otot cubital tunnel syndrome )

2. Palpasi
 Palpasi epicondylus dan olecranon Subluksasi siku
yang membentuk segitiga sama
sisi

 Palpasi epicondylus medialis dan Nyeri : epicondylitis medialis


garis supracondiler (golfer elbow), fraktur
 Palpasi epicondylus lateralis dan
garis supracondyler Nyeri : epicondylitis lateralis
(tenis elbow), fraktur.

3. Range of Motion
 Fleksi dan ekstensi : ekstensi 0°
,fleksi 140-150 °
 Pronasi dan supinasi: supinasi 80°-
85°,pronasi 75°-80°

Tes khusus
4.  Tennis elbow : membuat kepalan,
pronasi, kemudian ekstensi sendi
pergelangan tangan dan jari Nyeri pada epicondiyus lateralis
melawan tahanan. menandakan adanya
 Golfer’s elbow :supinasi brachium, epicondylitis lateralis
ekstensi articulatio cubiti dan
articulatio radiocarpalis

Nyeri pada epicondiyus medialis


menandakan adanya
epicondylitis medialis

Anda mungkin juga menyukai