2) Jenis Kelamin
Menurut jurnal Binarfika Maghfiroh (2014) menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama
terhadap keluhan muskuloskeletal hingga usia 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat
mempengaruhi timbulnya keluhan. Pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus
menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang.
4) Hubungan keluarga.
a Siapa saja yang klien anggap sebagai anggota keluarga?
b Bagaimana hubungan klien dengan pasangan, orang tua, saudara, dan teman?
c Bagaimana pembagian tugas dalam keluarga?
d Bagaimana status pernikahan klien?
e Adakah anggota keluarga dekat yang baru meninggal?
f Siapakah yang klien cari untuk mendapatkan dukungan?
g Bagaimana keluarga secara normal mengatasi stres saat ini?
h Apakah anggota keluarga menghormati pandangan setiap anggota lainnya? (Muttaqin: 2008)
b. Keluhan utama
Kaji klien untuk mengungkapkanalasan klien memeriksakan diri/mengunjungi fasilitas kesehatan.Keluhan utama pasien-
pasien gangguan muskuloskeletal adalah: sakit/nyeri delormitas kelainan fungsi. Namun demikian perawat dapat
memfokuskan pertanyaan pada adanya nyeri, kulit dirasakan menipis, kram, sakit tulang belakang, kemerahan, bengkak,
delormitas, pengurangan gerakan atau faktor-faktor lain yang mempengaruhi aktifitas sehari-hari. (Risnanto: 2014)
1) Nyeri.
Nyeri merupakan gejala yang tersering ditemukan pada masalah system musculoskeletal dan perlu diketahui secara
lengkap tentang sifat-sifat nyeri.
Menurut Risnanto (2014) Identifikasi apakah nyeri timbul setelah diberi aktivitas/gerakan. Nyeri saat bergerak merupakan
satu tanda masalah persendian. Degenerasi panggul menimbulkan nyeri selama badan bertumpu pada sendi tersebut.
Degenerasi pada lutut menimbulkan nyeri selama dan setelah berjalan. Nyeri pada osteoarthritis makin meningkat pada
suhu dingin. Tanyakan kapan nyeri semakin meningkat apakah pagi atau malam hari. lnflamasi pada bursa atau tendon
makin meningkat pada malam hari. Tentukan juga apakah nyeri menghilang setelah istirahat. Apakah nyerinya dapat
diatasi dengan aspirin. Apakah pernah jatuh atau yang lainnya.
Rasa nyeri berbeda antara satu individu dengan individu yang lain berdasarkan ambang nyeri dan toleransi nyeri masing-
masing klien. Sifat-sifat nyeri yang perlu diketahui dapat dikaji dengan menggunakan PQRST.
Menurut Risnanto (2014) untuk masing-masing gejala dimaksud gunakan pertanyaan pertanyaan sistem PQRST.
a) Provokative/Paliative (apa penyebabnya dan apa yang dapat membuat lebih baik gejalanya atau lebih buruk,
b) Quality/quantity, kualitas/kuantitas (bagaimana klien merasakan gejala yang timbul),
c) Region/radiation lokasi/penyebaran (dimana saja terjadi penyebaran),
d) Scale severity, Skala nyeri, tingkat beratnya masalah (bagaimana aktifitas sehari-hari dipengaruhi oleh sakitnya),
e) Timing/waktu (kapan terjadinya, bagaimana terjadinya tiba tiba atau bertahap). (Risnanto: 2014)
2) Deformitas/ Imobilitas
Menurut Risnanto (2014) Tanyakan kapan terjadinya deformitas atau kelainan bentuk tubuh?, apakah tiba tiba atau
bertahap apakah menimbulkan keterbatasan gerak. Apakah semakin memburuk dengan aktivitas, apakah dengan posisi
tertentu makin memburuk dengan aktivitas sehari hari klien. Apakah klien menggunakan alat bantu misal kruk.
3) Kekakuan/ketidakstabilan sendi.
Kekakuan atau ketidakstabilan sendi merupakan suatu keluhan yang dirasakan klien mengganggu aktivitasnya sehari-hari
dan menyebabkan klien meminta pertolongan layangan kesehatan.
Menurut Risnanto (2014) Tanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan, lamanya, apakah selalu terjadi kekakuan.
Beberapa kondisi seperti spondilitis ankilosis terjadi remisi kekakuan beberapa kali sehari. Pada penyakit penyakit
degenerasi sendi sering terjadi kekakuan yang meningkat pada pagi hari setelah bangun tidur (inaktivitas). Bagaimana
dengan perubahan suhu dan aktifitas. Suhu dingin dan kurang aktifitas biasanya meningkatkan kekakuan sendi. Suhu
panas biasanya menurunkan spasme otot.
4) Pembengkakan/benjolan.
Tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga disertai dengan nyeri, karena bengkak dan nyeri sering kali
menyertai cedera pada otot. Penyakit penyakit degenerasi sendi sering kali tidak timbul bengkak pada awal awal serangan,
tetapi muncul setelah beberapa minggu setelah terjadi nyeri. Dengan istirahat dan meninggikan bagian yang sakit dapat
mengurangi bengkak. Apakah bagian tubuh ada yang dipasang Gips. Identifikasi apakah ada panas atau kemerahan karena
tanda tersebut menunjukan adanya inflamasi, infeksi atau injury (Risnanto: 2014).
5) Kelemahan otot.
Keluhan adanya kelemahan otot biasanya dapat bersifat umum atau bersifat local karena gangguan neurologis pada otot.
(Muttaqin: 2008)
6) Gangguan sensibilitas.
Keluhan adanya gangguan sensibilitas muncul apabila terjadi kerusakan saraf pada upper/lowermotor neuron, baik
bersifat local maupunn menyeluruh.
Hal yang perlu ditanyakan adalah apakah klien mengalami perasaan yang tidak normal atau kebas, apakah gangguan ini
bertambah berat atau malah makin berkurang dari permulaan keluhan muncul sampai pada saat wawancara, apakah ada
keluhan lain yang dirasakan seperti nyeri atau edema, apakah ada perubahan warna kulit bagian distal dari daerah yang
terkena seperti pucat atau sianotik.
e. Riwayat Perkembangan
Data ini menggambarkan sejauh mana tingkat perkembangan pada neonatus, bayi, pra sekolah, usia sekolah, remaja,
dewasa dan tua (Suratun:2008). Kebutuhan akan aktifitas pada masing masing individu akan berbeda pada tiap-tiap tahap
perkembangan di atas sehingga perawat perlu memahaminya baik saat pengkajian maupun pembuatan rencana dan
pelaksanaan perawatan nantinya(Risnanto 2014).
f. Riwayat Sosial
Data ini meliputi antara lain pendidikan klien dan pekerjaannya. Seseorang yang terpapar terus pada agent-agent tertentu
dalam pekerjaannya akan dapat mempengaruhi status kesehatan. Sebagai contoh seseorang yang bekerja dengan
memerlukan kekuatan otot/skeletal untuk mengangkat benda benda berat hobi atau pekerjaan yang mengundang trauma
dan lain-lain(Risnanto 2014).
h. Riwayat Keluarga
Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi (mis, penyakit
diabetes melitus yang mcrupakan predisposisi penyakit sendi degeneratif; TBC, artritis, riketsia, osteomielitis, dll).
i. Riwayat Diet
Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini dapat mengakibatkan stress pada sendi sendi penyangga
tubuh dan predisposisi terjadinya instabilitas ligamen, khususnya pada punggung bagian bawah, kurangnya intake kalsium
dapat menimbulkan fraktur karena adanya dekalsifikasi.
j. Aktifitas kegiatan sehari hari
Identifikasi pekerjaan pasien dan aktifitasnya sehari-hari. Kebiasaan membawa benda-benda berat yang dapat
menimbulkan strain otot dan jenis jenis trauma Iainnya. Orang yang kurang aktivitas mengakibatkan tonus otot menurun.
Pemeriksaan Fisik Pasien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal
PEMERIKSAAN GAIT
A • Memperkenalkan diri
• Meminta izin untuk memeriksa
• Buka pakaian pasien
• Menjelaskan pada pasien,kalau pasien akan diperiksa dengan baik tanpa membuat
pasien kesakitan
B TANDA
1 INSPEKSI
Inspeksi pasien dari Depan :
depan,belakang, dan • Apakah pasien berdiri dengan lurus?
dari samping Apakah ada pelvic tilting?
• Apakah ada tanda dari atropi otot paha?
• Apakah ada tanda flexion contracture
dari hip atau knee ?
• Apakah pasien menggunakan alat bantu
jalan atau tidak?
Belakang :
• Apakah lumbar spine dari pasien lurus
atau scoliotic?
• Periksa adakah atropi,bekas luka atau
sinus dari otot gluteal?
Samping :
• Jika didapatkan adanya flexion
contracture yang fixed dari hip
joint,biasanya disertai peningkatan
lumbar lordosis
Tredelenburg test Pasien berdiri,angkat satu lutut, jika pelvis dari yang
terangkat naik normal, jika kontralateral dari
naiknya pelvis positif
Inadekuat nya kekuatan gerakan dari hip
abductors
a. Bandingkan bahu kanan dan kiri. Dislokasi bahu, atrofi otot, robekan
articulatio acromioclavicularis.
b. Kulit : perubahan warna, laserasi,
ekimosis.
c. Deformitas dan bengkak
2. Palpasi
a. Nyeri menyeluruh Infeksi atau pengapuran tendon m.
supraspinatus.
b. Nyeri lokal Robekan pada Shoulder cuff dan
frozen shoulder
c. Palpasi pada lateral Nyeri merupakan adanya indikasi
clavicula untuk mengetahui ketidakstabilan dari distal articulatio
articulation acromioclavicularis. acromioclavicular yang terpisah
d. Palpasi acromion untuk
menegetahui tendon
supraspinatus. Nyeri merupakan indikasi adanya
e. Raba tonjolan pada lateral caput bursitis dan atau adanya robekan
humeri untuk meraba tuberositas tendon m. supraspinatus
major humeri.
Nyeri merupakan indikasi adanya
tendinitis pada rotator cuff atau
adanya robekan pada rotator cuff
3. Range of Motion
Fleksi : 0 – 160/180°
Ekstensi : 0 - 60°
Abduksi: 0 – 160/180°
Adduksi : 0 - 45°
Rotasi internal : 0 -90°
Rotasi eksternal :0 – 30/45 °
4. Tes Khusus
Tanda Impingement : fleksi Nyeri menandakan syndrome
> 90 ° impingement.
Tes Apprehension : abduksi Nyeri menandakan
kemudian rotasi eksternal ketidakstabilan anterior
Tes Jerk: posisi supinasi, flexi 90°, Nyeri menandakan
dorong ke belakang. ketidakstabilan posterior
PEMERIKSAAN FISIK ARTICULATIO CUBITI
2. Palpasi
Palpasi epicondylus dan olecranon Subluksasi siku
yang membentuk segitiga sama
sisi
3. Range of Motion
Fleksi dan ekstensi : ekstensi 0°
,fleksi 140-150 °
Pronasi dan supinasi: supinasi 80°-
85°,pronasi 75°-80°
Tes khusus
4. Tennis elbow : membuat kepalan,
pronasi, kemudian ekstensi sendi
pergelangan tangan dan jari Nyeri pada epicondiyus lateralis
melawan tahanan. menandakan adanya
Golfer’s elbow :supinasi brachium, epicondylitis lateralis
ekstensi articulatio cubiti dan
articulatio radiocarpalis