Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

DIET PADA PENDERITA GANGGUAN PENCERNAAN

Oleh :

Layla Widya Nur Rohmah

(AOA0180862)

Maleo / DIII Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

JL. Panji Suroso No.6 Kel. Polowijen, Kec. Blimbing Kota Malang

Telp.(0341) 488762 , Email : stikeskendedesmalang@gmail.com


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME karena limpahan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul "Diet pada Penderita Gangguan Pencernaan" ini tanpa
halangan apapun. Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah memberikan dukungan selama penyusunan makalah ini.

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Gizi di STIKes Kendedes Malang. Penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Tetapi penulis berharap, makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Malang, 20 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II ISI

2.1 Definisi Diet Saluran Pencernaan

2.2 Gangguan Saluran Pencernaan

2.3 Diet Pada Penyakit Pencernaan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kebutuhan akan asupan nutrisi merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia untuk
bertahan hidup. Nutrisi tersebut juga harus memiliki persyaratan kelengkapan gizi untuk
pemenuhan secara sempurna bagi seseorang dalam melengkapi kebutuhan nutrisi.

Namun terkadang kebutuhan akan nutrisi tersebut terhambat manakala terjadi gangguan pada
sistem pencernaan. Gangguaan tersebut utamanya adalah gangguan pada saluran cerna.Jika
seseorang mengalami gangguan saluran cerna, maka harus ada langkah rehabilitasi, salah satu
caranya yaitu dengan melakukan diet saluran cerna.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi diet saluran pencernaan?

2. Apa saja gangguan pencernaan?

3. Bagaimana diet pada sistem saluran pencernaan?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan tentang definisi diet saluran pencernaan.

2. Menjelaskan gangguan sistem pencernaan.

3. Menjelaskan diet pada sistem pencernaan.


BAB II

ISI

2.1 Definisi Diet Saluran Pencernaan

Dalam konteks bahasa, istilah diet memiliki arti sebagai takaran jumlah makanan yang
dikonsumsi oleh seseorang. Di Indonesia, penggunaan istilah diet lebih menunjukkan pada
usaha untuk menurunkan berat badan atau mengatur asupan nutrisi yang masuk ke dalam
tubuh.

Definisi diet menurut ahli:

1. Muda (2003) : Diet merupakan aturan makan khusus untuk kesehatan dan sebagainya
(biasanya atas petunjuk dokter), yaitu berpantang atau menahan diri terhadap makanan
tertentu untuk kesehatan, pengatur kuantitas atau porsi, dan jenis makanan untuk mengurangi
berat badan atau karena penyakit.

2. Kim dan Lennon (2006) : Diet adalah pengurangan kalori yang dikonsumsi untuk mengurangi
berat badan.

3. Hawks (2008) : Diet merupakan usaha sadar seseorang dalam membatasi dan mengontrol
makanan yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat
badan.

Diet Saluran Pencernaan

Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal adalah sistem organ dalam manusia yang
berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap
zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna
atau sisa proses tersebut dari tubuh.

Saluran pencernaan dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan
anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan
yaitu pankreas, hati dan kantung empedu.

Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada saluran pencernaan.
Penderita dapat mengalami gangguan pencernaan walaupun penyebab dan mekanisme
terjadinya gangguan tersebut secara pasti belum diketahui secara pasti, namun gangguan
tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis.
2.2 Gangguan Saluran Pencernaan

1. Gastritis (upper abdominal syndrome)

Gangguan pencernaan bagian atas yang secara umum dikenal sebagai penyakit "maag"
merupakan gangguan saluran cerna yang cukup sering dikeluhkan. Selain disebabkan oleh
faktor organik seperti adanya luka atau peradangan pada saluran cerna bagian atas (lambung),
gangguan ini juga disebabkan faktor psikologis yang mendasarinya. Gangguan ini ditandai
antara lain oleh adanya rasa sakit dan atau rasa penuh di daerah epigastrium (ulu hati), kanan
atau kiri di bawah lengkung iga.

Rasa sakit bersifat membakar atau samar-samar, tidak jarang menjalar, intensitasnya sedang,
menghebat karena makanan atau langsung setelah makan, tidak ada yang terjadi dengan
kejadian tertentu. Gejala-gejala lain yang timbul antara lain gangguan menelan, eruktasi
(bersendawa), pirosis (rasa terbakar dan rasa asam atau pahit), mual dan muntah, kembung,
dan lain-lain.

Penderita gastritis biasanya menunjukkan perubahan yang cukup mencolok yaitu sikap depresi.
Seringkali penderita menyalahkan lingkungan atau makanannya, tetapi ternyata dengan diet
(makanan) juga tidak mengurangi rasa sakitnya. Keseimbangan yang rapuh yang mudah
menjadi runtuh yang dapat terlihat ketika penderita mengalami keluhan pada saluran cernanya
dan jelas terlihat adanya ketergantungan pada objek yang memanjakannya.

2. Sindrom Fungsional Hipogastrium (Sindrom Perut Bawah)

Gangguan pencernaan yang mengenai saluran bagian bawah ini juga dikenal sebagai spastik
colon, irritable colon, kolitis nervosa, dan obstipasi spastik. Penderita penyakit ini akan
mengeluhkan rasa sakit pada perut, biasanya di bawah pusat, diare atau obstipasi (sembelit).
Bila terjadi obstipasi, feses penderita dapat keluar bentuk seperti potlot atau tahi kambing
(obstipasi spastik). Faktor psikologis yang berperan pada penderitanya yaitu adanya harapan-
harapan untuk meminta lebih banyak lagi dari orang lain karena mereka telah memberi banyak
pada orang tersebut.

3. Gejala Aerofagi

Gejala Aerofagj yang timbul dari gangguan saluran cerna adalah berupa rasa sakit perut dan
perasaan penuh dan membengkak, hal ini dibuktikan dengan bersendawa (bersendawa) yang
keras bertubi-tubi. Simtom ini terutama ditemukan pada meraka yang bergantian dan keluar
udara. Bila tidak dapat bersendawa, maka perut akan terasa kembung dan kentut yang tidak
dapat dikelola. Karena penyebab yang mendasari gangguan ini adalah faktor psikologis (setelah
hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya penyebab organik yang mendasari nya) dari
penderitanya maka selain memberikan pengobatan yang dapat mengurangi gejala yang
meningkatkan penderitanya maka psikoterapi juga dibutuhkan untuk menghilangkan atau
mengurangi gangguan ini.

4. Mencret (Diare)

Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosa usus sehingga gerakan
otot meningkat dan makanan kurang terserap secara sempurna. Penyakit gangguan
perncernaan yang paling sering muncul terutama pada anak-anak. Diare akut kalau anak
mencret lebih dari 4 kali sehari. Penyebabnya bisa infeksi, bisa juga karena salah makan,
sebagai contoh makanan yang tidak sesuai dengan usia anak, misalnya sudah diberikan makan
padat sebelum waktunya.

Faktor kebersihan juga menjadi penyebab diare. Diare yang disebabkan bakteri atau salah
makan adalah penyebab utama gangguan pencernaan pada anak di bawah 5 tahun (Balita).
Selain itu, ada juga diare akibat cacingan.

5. Heartburn

Heartburn adalah nyeri yang dirasakan di daerah epigastrium, yang dirasakan dapat menyebar
ke bagian lain dari dada atau lengan. Heartburn ini biasanya timbul setelah makan dan
disebabkan oleh refluks isi lambung ke esofagus.

6. Esofagitis

Esofagitis adalah peradangan kronik esofagus. Kelainan ini sering terjadi akibat refluks kronik isi
lambung ke dalam esofagus. Apabila hal ini terjadi, lapisan mukosa esofagus dapat mengalami
tukak oleh asam. Kerusakan lapisan mukosa dapat menyebabkan peradangan kronik, spasme
otot, dan pemesanan jaringan parut di esofagus, yang dapat dikenakan biaya terhambatnya
makanan. Gejala klinis: Nyeri seperti terbakar di epigastrium, Muntah, Disfagia (kesulitan
menelan)

7. Peritonitis

Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu membran yang melapisi rongga perut. Bias
perionitis terjadi akibat masuknya bakteri dari saluran cerna atau organ-organ perut ke dalam
ruang peritoneum melalui perforasi usus atau rupturnya suatu organ. Gejala klinis: Nyeri,
terutama di atas daerah yang meradang, peningkatan kecepatan denyut jantung akibat
hipovolemia karena perpindahan cairan ke dalam perinium, Mual dan muntah, serta perut yang
kaku.

8. Sembelit (Konstipasi)
Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan dengan sistem pencernaan yang mengalami
pengerasan feses yang sulit untuk dibuang yang dapat menyebabkan kesakitan pada
penderitanya. Konstipasi dapat disebabkan oleh pola makan, hormon, efek samping obat-
obatan, dan juga karena kelainan anatomis. Biasanya, konstipasi disebabkan karena defekasi
yang tidak teratur sehingga feses mengeras dan sulit dikeluarkan.

Pengobatan konstipasi dapat dilakukan dengan mengubah pola makan, obat pencahar
(laksatif), terapi serat, dan pembedahan, walaupun pilihan terakhir jarang dilakukan. Konstipasi
hebat disebut juga dengan obstipasi. Gangguan pada sistem pencernaan juga bisa disebabkan
karena stres. Sebab stres dapat mempengaruhi sistem saraf dalam tubuh. Sementara
penanganan untuk yang susah BAB, harus dilihat dulu apa penyebabnya.

9. Wasir atau hemoroid

Wasir atau hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena) di dalam pembuluh darah
manapun. Keluhan pertama kali yaitu darah segar menetes setelah buang air besar (BAB).
Biasanya tanpa rasa nyeri dan gatal di anus. Pencegahannya adalah perlu diet tinggi serat
dengan makan sayur sayuran dan buah-buahan yang bertujuan membuat volume tinjanya
besar, tetapi lembek, sehingga saat BAB, karena tidak perlu mengejan dapat merangsang wasir.
10. Kanker usus Kanker usus merupakan penyakit ketiga yang menjadi penyebab kematian di
seluruh dunia.

Studi pada manusia juga menunjukan total jumlah kalsium yang dikonsumsi sangat positif
dalam mengurangi tingkat risiko kanker susu ini. Setiap kenaikan 1.000 miligram kalsium sehari
atau lebih akan mengurangi 15% risiko dari kanker usus pada wanita dan 10% pada pria.
Konsumsi susu dan kalsium dapat mengurangi risiko terkena kanker usus. Keju dan yoghurt
juga merupakan hasil olahan dari susu.

Cara terbaik untuk mencegah dan mengurangi risiko kanker usus adalah dengan mengkonsumsi
makanan yang seimbang antara buah, sayuran, dan kalori. untuk mengurai proses penimbunan
lemak.

2.3 Diet Pada Penyakit Pencernaan

1. Diet Saluran Cerna Atas

a. Diet Disfagia : Disfagia adalah kesulitan kesulitan karena gangguan aliran makanan pada
saluran cerna. Hal ini dapat terjadi karena kelainan sistem saraf yang mengalami, adanya
massa atau massa yang menetupi saluran cerna.

Tujuan diet disfagia adalah:


1) Menurunkan risiko aspirasi akibat masuknya makanan ke dalam saluran pernapasan.

2) Mencegah dan mengoreksi defisiensi zat gizi dan cairan.

Syarat-syarat disfagia diet adalah:

1) Cukup energi, protein dan zat gizi lainnya.

2) Mudah dicerna, porsi makanan kecil dan sering diberikan.

3) Cukup cairan.

4) Bentuk makanan bergantung pada kemampuan menelan. Diberikan secara bertahap,dimulai


dari makanan cair penuh atau cair kental, makanan saring dan makanan lunak.

5) Makanan cair jernih tidak diberikan karena sering menyebabkan tersedak atau aspirasi.

6) Cara pemberian makanan dapat per oral atau melalui pipa (selang) atau sonde.

Disfagia dapat terjadi pada lansia, adanya gangguan saraf menelan, tumor esofagus dan
pascastoke. Bentuk makanan bergantung pada cara pemberian. Bila diberikan melalui pipa,
makanan diberikan dalam bentuk makanan cair penuh, bila diberikan per oral maka makanan
diberikan dalam bentuk makanan cair kental, saring, atau lunak.

b. Diet Pasca-Hematemesis-Melena

Hematemesis-melena adalah keadaan muntah dan buang air besar berupa darah akibat luka
atau kerusakan pada saluran cerna.

Tujuan diet pasca-hematomesis-melena adalah:

1) Memberikan makanan secukupnya yang memungkinkan istirahat pada saluran cerna,


mengurangi risiko perdarahan tulang dan mencegah aspirai.

2) Mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin.

Syarat diet :

a. Tidak merangsang salursn cerna

b. Tidak meninggalkan sisa

c. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk
memberikan istirahat pada lambung

d. Diet diberikan jika perdarahan pada lambung atau duodenum sudah tidak ada.
Diet pasca-hematemesis-melena diberikan dalam bentuk makanan cair jernih, tiap 2-3 jam
pasca perdarahan. Nilai gizi makanan ini sangat rendah, sehingga diberikan selama 1-2 hari saja.

c. Diet Penyakit Lambung

Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan kronis, ulkus peptikum,
pasca-operasi lambung yang sering diikuti dengan "dumping syndrome" dan kanker lambung.
Gangguan gastrointestinal sering d hubungkan dengan emosi atau psikoneurosis dan makan
terlalau cepat karena kurang di kunyah serta terlalu banyak merokok. Gangguan pada lambung
umumnya berupa sindroma distepsia, yaitu kumpulan gejaa yang terdiri dari mual, muntah,
nyeri efigastrium, kembung, nafsu makan berkurang dan rasa cepat kenyang.

Tujuan Diet

Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makan dan cairan secukupnya yang
tidak meberatkan lambung serta mencegah dan menetralakn sekresi asm lambung yang
berlebihan.

Syarat Diet

1. Mudah cerna, porsi kecil dan sering di berikan.

2. Energy dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk menerimanya.

3. Lemak rendah, yaitu 10 15 % dari kebutuhan energy total yang di tingkatkan secara bertahap
hingga sesuai dengan kebutuhan.

4. Rendah serat, terutama serat tidak arut air yang di tingkatkan secara bertahap.

5. Cairan cukup, terutama bila ada muntah.

6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara termis, mekanis,
maupun kimia ( disesuaikan daya terima perorangan).

7. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak di anjurkan minum susu
terlalu banyak.

8. Makan secara perlahan di lingkunan yang tenang.

9. Pada fase akut dapat dibe makan parenteral saja selama 24 48 jam untuk member istirahat
pada lambung.

Macam Diet Lambung Dan Indikasi Pemberian


Diet lambung diberikan pada pasien dengan gastritis, ulkus pektikum, tifus abdominalis, dan
paska bedah saluran cerna atas.

Diet Lambung I

Diet lambung I diberikan pada pasien ulkus peptikum akut, ulkus peptikum perdaarahan,
oeseophagitis dan gastritis akutserta penderita tifus abdominalis berat. Makanan diberikan
berupa susu dan bubur susu dan hanya diberikan selama 2 hari saja karena membosankan serta
kurang energi, zat besi, tiamin, dan vitamin C. Makanan diberikan dalam porsi kecil tiap 3 jam.

Bahan makanan yang diberikan sehari

Bahan makanan Berat (gr) Keterangan

Susu 1800 9 gelas

Maizena 60 12 sdm

Gula pasir 90 9 sdm

Nilai gizi

Kalori 1630 gr

Protein 58 gr

Lemak 63 gr

Hidrat arang 213 gr

Kalsium 2,6 gr

Besi 2,0 mg

Vitamin A 2340 SI

Vitamin c 18 mg

Tiamin 0,5 mg

Pembagian makanan sehari

Pukul 07.00 Bubur susu 200ml = 1 gelas


Susu 200 ml = 1 gelas

Pukul 10.00 Susu 200 ml = 1 gelas

Pukul 13.00 Bubur susu 200ml = 1 gelas

Susu 200 ml = 1 gelas

Pukul 15.00 Susu 200 ml = 1 gelas

Pukul 18.00 Bubur susu 200ml = 1 gelas

Susu 200 ml = 1 gelas

Pukul 20.00 Susu 200 ml = 1 gelas

Diet Lambung II

Diet lambung Il diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung I, setelah fase akut dapat
diatasi kepada pasien tifus abdominalis dengan suhu tubuh tinggi dan sesudah operaasi saluran
pencernaan. Makanan berbentuk saring atau cincang, tiap 3 jam.Sebaiknya diberikan selama
beberapa hari saja karena membosankan.

Bahan makanan sehari

Bahan makanan Berat (gr) Keterangan

Beras 60 2 gelas bubur saring

Maizena 50 10 sdm

Biskuit 20 2 buah

Daging 100 Setengah gelas saring

Telur 150 3 butir

Susu segar 900 4 gelas

Pepaya 200 Satu gelas saring

Sayuran 100 Satu gelas

Margarin 20 2 sdm
Gula pasir 70 7 sdm

Nilai gizi

Energi 1990 kkal

Protein 73 gr

Lemak 84 gr

Karbohidrat 236 gr

Kalsium 1,2 gr

Besi 12,8 mg

Vitamin A 10103 SI

Thiamin 0,9 mg

Vitamin c 174 mg

Pembagian makanan sehari

Pagi Maizena 20 gr = 4 sdm

Telur 50 gr = 1 butir

Susu 300 gr = 1,5 gelas

Gula pasir 20 gr = 2 sdm

Pukul 10.00 Maizena 15 gr = 3 sdm

Susu 300 gr = 1,5 gelas

Gula pasir 20 gr = 2 sdm

Siang dan sore Beras 30 gr = 1 gelas bubur saring

Daging 50 gr = 0,5 gelas saring

Margarin 10 gr = 1 sdm
Telur 50 gr = 1 butir

Sayuran 50 gr = 0,5 gelas saring

Pepaya 100 gr = 0,5 gelas saring

Pukul 16.00 Maizena 15 gr = 3 sdm

Susu 100 ml = 0,5 gelas

Gula pasir 20 gr = 2 sdm

Pukul 20.00 Susu 200 ml = 1 gelas

Gula pasir 10 gr = 1 sdm

Biskuit 20 gr = 2 buah

Diet Lambung III

Diet lambung III diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung Il pada pasien dengan ukus
peptikum, tifus abdominalis yang suhu tubuhnya sudah kembali normal. Makanan yang
berbentuk lunak atau yang bergantung pada toleransi pasien. Diberikan 6 kali sehari dengan
porsi kecil.Makanan ini cukup energy, protein, mineral, vitamin C dan kurang tiamin.

Bahan makanan sehari

Bahan makanan Berat (gr) Keterangan

Beras 90 2 ¾ gelas bubur

Maizena 30 6 sdm

Roti 40 2 helai

Daging 100 2 potong sedang

Telur 100 2 butir

Susu 600 3 gelas

Sayur 200 2 gelas

Buah 200 2 potong sedang pepaya


Margarin 35 3,5 sdm

Gula pasir 70 7 sdm

Nilai gizi

Energi 1921 kkal

Protein 61 gr

Lemak 74 gr

Karbohidrat 257 gr

Kalsium 0,8 gr

Besi 17,8 gr

Vitamin a 10469 SI

Thiamin 0,8 mg

Vitamin c 134 mg

Pembagian makanan sehari

Pagi Beras 30 gr = 1 gelas bubur

Telur 50 gr = 1 butir

Sayur 50 gr = 0,5 gelas

Pukul 10.00 Maizena 15 gr = 3 sdm

Gula pasir 25 gr = 2,5 sdm

Susu 300 gr = 1,5 gelas

Siang Beras 30 gr = 1 gelas bubur

Daging 50 gr = 1 potong sedang

Margarin 10 gr = 1 sdm
Sayuran 74 gr = ¾ gelas

Pepaya 100 gr = 1 potong sedang

Pukul 16.00 Maizena 15 gr = 3 sdm

Susu 300 ml = 1,5 gelas

Gula pasir 25 gr = 2,5 sdm

Sore Beras 30 gr = 1 gelas bubur

Daging 50 gr = 1 potong sedang

Sayur 75 gr = ¾ gelas

Pepaya 100 gr = 1 potong sedang

Margarin 10 gr = 1 sdm

Pukul 20.00 Roti 40 gr = 2 helai

Margarin 10 gr = 1 sdm

Telur 50 gr = 1 butir

Gula pasir 10 gr = 1 sdm

Diet Lambung IV

Diet lambung IV diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet lambung II atau kepada
pasien ulkus peptikum ringan, gastritis ringan, esofagus ringan, serta tifus abdominalis yang
hampir sembuh. Makanan diberikan dalam bentuk lunak dan biasa, tergantung toleransi pasien.
Makanan ini cukup kalori dan semua zat gizi.

Bahan makanan sehari

Bahan makanan Berat (gr) Keterangan

Beras 200 4 gelas tim

Maizena 15 3 sdm

Biskuit 20 2 buah
Daging 100 2 potong sedang

Telur 50 1 butir

Susu 400 2 gelas

Tempe 100 4 potong sedang

Sayur 200 2 gelas

Buah 200 2 potong pepaya sedang

Minyak 25 2,5 sdm

Gula pasir 40 4 sdm

Nilai gizi

Kalori 2080 kkal

Protein 74 gr

Lemak 65 gr

Karbohidrat 303 gr

Kalsium 0,8 gr

Zat besi 21,3 mg

Vitamin A 9055 SI

Tiamin 0,9 mg

Vitamin c 132 mg

Pembagian makanan sehari

Pagi Beras 50 gr = 1 gelas tim

Telur 50 gr = 1 butir

Sayur 50 gr = ½ gelas
Gula pasir 10 gr = 1 sdm

Minyak 5 gr = ½ gelas

Pukul 10.00 Maizena 15 gr = 3 sdm

Susu 200 gr = 1 gelas

Gula pasir 20 gr = 2 sdm

Siang dan sore Beras 75 gr = 1½ gelas tim

Daging 50 gr = 1 potong sedang

Tempe 50 gr = 2 potong sedang

Sayur 75 gr = ¾ gelas

Pepaya 100 gr = 1 potong sedang

Minyak 10 gr = 1 sdm

Pukul 16.00 Biskuit 20 gr = 2 biji

Susu 200 gr = 1 gelas

Gula pasir 10 gr = 1 sdm

2. Diet Penyakit Saluran Cerna Bawah

a. Diet Penyakit Usus Inflamatorik (Inflammatory Bowel Disease)

Penyakit usus inflamatorik adalah peradangan terutama pada ileum dan usus besar dengan
gejala diare, disertai darah, lendir, nyeri abdomen, berat badan berkurang, demam dan
kemungkinan terjadi streatorea (adanya lemak dalam feses). Penyakit ini dapat berupa Kolitis
Ulseratif dan Chron's Disease.

Tujuan diet penyakit inflamatorik adalah:

1. Memperbaiki ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

2. Mengganti kehilangan zat gizi dan memperbaiki status gizi kurang.

3. Mencegah iritasi dan inflamasi lebih lanjut.


4. Mengistirahatkan usus pada masa akut.

Syarat-syarat diet penyakit usus inflamatorik adalah:

1. Pada feses akut dipuasakan dan diberi makanan secara parenteral saja.

2. Bila fase akut teratasi, pasien diberi makanan secara bertahap, mulai dari bentuk cair (peroral
maupun enteral), kemudian meningkat menjadi siet sisa rendah dan serat rendah.

3. Bila gejal ahilang dapat diberikan makanan biasa.

4. Kebutuhan gizi, yaitu :

a. Energi dan protein tinggi.

b. Suplemen vitamin dan mineral antara lain vitamin A, C, D asm folat, vitamin B12, kalsium, zat
besi, magnesium dan seng.

5. Makanan enteral rendah atau bebas laktosa dan mengandung asam lemak rantai sedang
(medium chain trygliceride = MTC) dapat diberikan karena sering terjadi intoleransi laktosa dan
malabsorpsi lemak.

6. Cukup cairan dan elektrolit.

7. Menghindari makanan yang mengandung gas.

8. Sisa rendah dan secara bertahap kembali ke makanan biasa

b. Diet Penyakit Divertikular

Penyakit divertikular terdiri atas penyakit Divertikulosis dan Divertikulitis. Penyakit


Divertikulosis yaitu adanya kantong-kantong kecil yang terbentuk pada dinding kolon yang
terjadi akibat tekanan intrakolon yang tinggi pada konstipasi kronik. Hal ini terutama terjadi
pada usia lanjut yang makanannya rendah serat. Penyakit Divertikulitis terjadi bila penumpukan
sisa makanan pada divertikular menyebabkan peradangan. Gejala-gjalanya antar alain kram
pada bagian kiri bawah perut, mual, kembung, muntah, konstipase atau diare, menggigil dan
demam.

Tujuan Diet Penyakit Divertikulosis :

1. Meningkatkan volume dan konsistensi fees.

2. Menurunkan tekanan intra luminal.

3. Mencegah infeksi.
4. Mengistirahatkan usus untuk mencegah perforasi.

5. Mencegah akibat laksatif dari makanan berserat tinggi.

Syarat-syarat Diet Penyakit Divertikulosis :

1. Kebutuhan energi dan zat-zat gizi normal.

2. Cairan tinggi, yaitu 2-2,5 liter sehari.

3. Serat tinggi.

4. Mengusahakan asupan energi dan zat-zat gizi cukup sesuai dengan batasan diet yang
ditetapkan.

5. Bila ada pendarahan, dimuali dengan makanan cair jernih.

6. Makanan diberikan secara bertahap, dimulai dari diet sisa rendah I kediet sisa rendah Il
dengan konsistensi yang sesuai.

7. Hindari makanan yang banyak mengandung biji-biji kecil, seperti tomat, jambu biji dan
stroberi yang dapat menumpuk dalam divertikular.

8. Bila perlu diberi makanan enteral rendah atau bebas laktosa.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada saluran dan
mekanisme pencemaan dalam tubuh manusia. Gangguan atau kelainan dalam system
pencernaan antara lain :

a. Gastritis (Upper Abdominal Syndrome)

b. Sindrom Fungsional Hipogastrium (Lower Abdominal Syndrom)

c. Aerofagi

d. Mencret (Diare)

e. Heartburn

f. Esofagitis

g. Peritonitis

h. Sembelit (Konstipasi)

i. Wasir atau hemoroid

j. Kanker usus

Diet pada gangguan saluran cerna dibagi menjadi 2 yaitu : Diet pada saluran cerna atas dan diet
pada saluran cerna bawah. Diet pada saluran cerna atas meliputi diet disfagia, diet pasca
hematemesis-melena dan diet penyakit lambung. Sedangkan pada saluran cerna bawah
meliputi diet penyakit usus inflamatorik dan diet divertikular.

3.2 Saran

Dalam melakukan diet, hendaknya ditetapkan target waktu dan hasil; penyesuaian gejala serta
diseimbangkan dengan aktivitas olahraga sehingga diet akan tetap sehat. Penyesuaian gejala
utamanya dilakukan saat terjadi gangguan (seperti gangguan saluran cerna) dan diharuskan
melakukan diet, sehingga nantinya diet akan lebih maksimal memberikan hasil.
DAFTAR PUSTAKA

https://fdokumen.com/document/makalah-diet-pada-penyakit-saluran-cerna-150131005419-
conversion-gate02

https://pdfcoffee.com/isi-makalah-diet-pdf-free.html

http://ygi.or.id/diet-brat-diet-saat-mengalami-gangguan-saluran-pencernaan/

http://web.rshs.or.id/diet-lambung-meringankan-pekerjaan-saluran-pencernaan/

Anda mungkin juga menyukai