Oleh :
(AOA0180862)
JL. Panji Suroso No.6 Kel. Polowijen, Kec. Blimbing Kota Malang
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME karena limpahan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul "Diet pada Penderita Gangguan Pencernaan" ini tanpa
halangan apapun. Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah memberikan dukungan selama penyusunan makalah ini.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Gizi di STIKes Kendedes Malang. Penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Tetapi penulis berharap, makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II ISI
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Kebutuhan akan asupan nutrisi merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia untuk
bertahan hidup. Nutrisi tersebut juga harus memiliki persyaratan kelengkapan gizi untuk
pemenuhan secara sempurna bagi seseorang dalam melengkapi kebutuhan nutrisi.
Namun terkadang kebutuhan akan nutrisi tersebut terhambat manakala terjadi gangguan pada
sistem pencernaan. Gangguaan tersebut utamanya adalah gangguan pada saluran cerna.Jika
seseorang mengalami gangguan saluran cerna, maka harus ada langkah rehabilitasi, salah satu
caranya yaitu dengan melakukan diet saluran cerna.
1.3 Tujuan
ISI
Dalam konteks bahasa, istilah diet memiliki arti sebagai takaran jumlah makanan yang
dikonsumsi oleh seseorang. Di Indonesia, penggunaan istilah diet lebih menunjukkan pada
usaha untuk menurunkan berat badan atau mengatur asupan nutrisi yang masuk ke dalam
tubuh.
1. Muda (2003) : Diet merupakan aturan makan khusus untuk kesehatan dan sebagainya
(biasanya atas petunjuk dokter), yaitu berpantang atau menahan diri terhadap makanan
tertentu untuk kesehatan, pengatur kuantitas atau porsi, dan jenis makanan untuk mengurangi
berat badan atau karena penyakit.
2. Kim dan Lennon (2006) : Diet adalah pengurangan kalori yang dikonsumsi untuk mengurangi
berat badan.
3. Hawks (2008) : Diet merupakan usaha sadar seseorang dalam membatasi dan mengontrol
makanan yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat
badan.
Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal adalah sistem organ dalam manusia yang
berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap
zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna
atau sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan
anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan
yaitu pankreas, hati dan kantung empedu.
Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada saluran pencernaan.
Penderita dapat mengalami gangguan pencernaan walaupun penyebab dan mekanisme
terjadinya gangguan tersebut secara pasti belum diketahui secara pasti, namun gangguan
tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis.
2.2 Gangguan Saluran Pencernaan
Gangguan pencernaan bagian atas yang secara umum dikenal sebagai penyakit "maag"
merupakan gangguan saluran cerna yang cukup sering dikeluhkan. Selain disebabkan oleh
faktor organik seperti adanya luka atau peradangan pada saluran cerna bagian atas (lambung),
gangguan ini juga disebabkan faktor psikologis yang mendasarinya. Gangguan ini ditandai
antara lain oleh adanya rasa sakit dan atau rasa penuh di daerah epigastrium (ulu hati), kanan
atau kiri di bawah lengkung iga.
Rasa sakit bersifat membakar atau samar-samar, tidak jarang menjalar, intensitasnya sedang,
menghebat karena makanan atau langsung setelah makan, tidak ada yang terjadi dengan
kejadian tertentu. Gejala-gejala lain yang timbul antara lain gangguan menelan, eruktasi
(bersendawa), pirosis (rasa terbakar dan rasa asam atau pahit), mual dan muntah, kembung,
dan lain-lain.
Penderita gastritis biasanya menunjukkan perubahan yang cukup mencolok yaitu sikap depresi.
Seringkali penderita menyalahkan lingkungan atau makanannya, tetapi ternyata dengan diet
(makanan) juga tidak mengurangi rasa sakitnya. Keseimbangan yang rapuh yang mudah
menjadi runtuh yang dapat terlihat ketika penderita mengalami keluhan pada saluran cernanya
dan jelas terlihat adanya ketergantungan pada objek yang memanjakannya.
Gangguan pencernaan yang mengenai saluran bagian bawah ini juga dikenal sebagai spastik
colon, irritable colon, kolitis nervosa, dan obstipasi spastik. Penderita penyakit ini akan
mengeluhkan rasa sakit pada perut, biasanya di bawah pusat, diare atau obstipasi (sembelit).
Bila terjadi obstipasi, feses penderita dapat keluar bentuk seperti potlot atau tahi kambing
(obstipasi spastik). Faktor psikologis yang berperan pada penderitanya yaitu adanya harapan-
harapan untuk meminta lebih banyak lagi dari orang lain karena mereka telah memberi banyak
pada orang tersebut.
3. Gejala Aerofagi
Gejala Aerofagj yang timbul dari gangguan saluran cerna adalah berupa rasa sakit perut dan
perasaan penuh dan membengkak, hal ini dibuktikan dengan bersendawa (bersendawa) yang
keras bertubi-tubi. Simtom ini terutama ditemukan pada meraka yang bergantian dan keluar
udara. Bila tidak dapat bersendawa, maka perut akan terasa kembung dan kentut yang tidak
dapat dikelola. Karena penyebab yang mendasari gangguan ini adalah faktor psikologis (setelah
hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya penyebab organik yang mendasari nya) dari
penderitanya maka selain memberikan pengobatan yang dapat mengurangi gejala yang
meningkatkan penderitanya maka psikoterapi juga dibutuhkan untuk menghilangkan atau
mengurangi gangguan ini.
4. Mencret (Diare)
Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosa usus sehingga gerakan
otot meningkat dan makanan kurang terserap secara sempurna. Penyakit gangguan
perncernaan yang paling sering muncul terutama pada anak-anak. Diare akut kalau anak
mencret lebih dari 4 kali sehari. Penyebabnya bisa infeksi, bisa juga karena salah makan,
sebagai contoh makanan yang tidak sesuai dengan usia anak, misalnya sudah diberikan makan
padat sebelum waktunya.
Faktor kebersihan juga menjadi penyebab diare. Diare yang disebabkan bakteri atau salah
makan adalah penyebab utama gangguan pencernaan pada anak di bawah 5 tahun (Balita).
Selain itu, ada juga diare akibat cacingan.
5. Heartburn
Heartburn adalah nyeri yang dirasakan di daerah epigastrium, yang dirasakan dapat menyebar
ke bagian lain dari dada atau lengan. Heartburn ini biasanya timbul setelah makan dan
disebabkan oleh refluks isi lambung ke esofagus.
6. Esofagitis
Esofagitis adalah peradangan kronik esofagus. Kelainan ini sering terjadi akibat refluks kronik isi
lambung ke dalam esofagus. Apabila hal ini terjadi, lapisan mukosa esofagus dapat mengalami
tukak oleh asam. Kerusakan lapisan mukosa dapat menyebabkan peradangan kronik, spasme
otot, dan pemesanan jaringan parut di esofagus, yang dapat dikenakan biaya terhambatnya
makanan. Gejala klinis: Nyeri seperti terbakar di epigastrium, Muntah, Disfagia (kesulitan
menelan)
7. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu membran yang melapisi rongga perut. Bias
perionitis terjadi akibat masuknya bakteri dari saluran cerna atau organ-organ perut ke dalam
ruang peritoneum melalui perforasi usus atau rupturnya suatu organ. Gejala klinis: Nyeri,
terutama di atas daerah yang meradang, peningkatan kecepatan denyut jantung akibat
hipovolemia karena perpindahan cairan ke dalam perinium, Mual dan muntah, serta perut yang
kaku.
8. Sembelit (Konstipasi)
Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan dengan sistem pencernaan yang mengalami
pengerasan feses yang sulit untuk dibuang yang dapat menyebabkan kesakitan pada
penderitanya. Konstipasi dapat disebabkan oleh pola makan, hormon, efek samping obat-
obatan, dan juga karena kelainan anatomis. Biasanya, konstipasi disebabkan karena defekasi
yang tidak teratur sehingga feses mengeras dan sulit dikeluarkan.
Pengobatan konstipasi dapat dilakukan dengan mengubah pola makan, obat pencahar
(laksatif), terapi serat, dan pembedahan, walaupun pilihan terakhir jarang dilakukan. Konstipasi
hebat disebut juga dengan obstipasi. Gangguan pada sistem pencernaan juga bisa disebabkan
karena stres. Sebab stres dapat mempengaruhi sistem saraf dalam tubuh. Sementara
penanganan untuk yang susah BAB, harus dilihat dulu apa penyebabnya.
Wasir atau hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena) di dalam pembuluh darah
manapun. Keluhan pertama kali yaitu darah segar menetes setelah buang air besar (BAB).
Biasanya tanpa rasa nyeri dan gatal di anus. Pencegahannya adalah perlu diet tinggi serat
dengan makan sayur sayuran dan buah-buahan yang bertujuan membuat volume tinjanya
besar, tetapi lembek, sehingga saat BAB, karena tidak perlu mengejan dapat merangsang wasir.
10. Kanker usus Kanker usus merupakan penyakit ketiga yang menjadi penyebab kematian di
seluruh dunia.
Studi pada manusia juga menunjukan total jumlah kalsium yang dikonsumsi sangat positif
dalam mengurangi tingkat risiko kanker susu ini. Setiap kenaikan 1.000 miligram kalsium sehari
atau lebih akan mengurangi 15% risiko dari kanker usus pada wanita dan 10% pada pria.
Konsumsi susu dan kalsium dapat mengurangi risiko terkena kanker usus. Keju dan yoghurt
juga merupakan hasil olahan dari susu.
Cara terbaik untuk mencegah dan mengurangi risiko kanker usus adalah dengan mengkonsumsi
makanan yang seimbang antara buah, sayuran, dan kalori. untuk mengurai proses penimbunan
lemak.
a. Diet Disfagia : Disfagia adalah kesulitan kesulitan karena gangguan aliran makanan pada
saluran cerna. Hal ini dapat terjadi karena kelainan sistem saraf yang mengalami, adanya
massa atau massa yang menetupi saluran cerna.
3) Cukup cairan.
5) Makanan cair jernih tidak diberikan karena sering menyebabkan tersedak atau aspirasi.
6) Cara pemberian makanan dapat per oral atau melalui pipa (selang) atau sonde.
Disfagia dapat terjadi pada lansia, adanya gangguan saraf menelan, tumor esofagus dan
pascastoke. Bentuk makanan bergantung pada cara pemberian. Bila diberikan melalui pipa,
makanan diberikan dalam bentuk makanan cair penuh, bila diberikan per oral maka makanan
diberikan dalam bentuk makanan cair kental, saring, atau lunak.
b. Diet Pasca-Hematemesis-Melena
Hematemesis-melena adalah keadaan muntah dan buang air besar berupa darah akibat luka
atau kerusakan pada saluran cerna.
Syarat diet :
c. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk
memberikan istirahat pada lambung
d. Diet diberikan jika perdarahan pada lambung atau duodenum sudah tidak ada.
Diet pasca-hematemesis-melena diberikan dalam bentuk makanan cair jernih, tiap 2-3 jam
pasca perdarahan. Nilai gizi makanan ini sangat rendah, sehingga diberikan selama 1-2 hari saja.
Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan kronis, ulkus peptikum,
pasca-operasi lambung yang sering diikuti dengan "dumping syndrome" dan kanker lambung.
Gangguan gastrointestinal sering d hubungkan dengan emosi atau psikoneurosis dan makan
terlalau cepat karena kurang di kunyah serta terlalu banyak merokok. Gangguan pada lambung
umumnya berupa sindroma distepsia, yaitu kumpulan gejaa yang terdiri dari mual, muntah,
nyeri efigastrium, kembung, nafsu makan berkurang dan rasa cepat kenyang.
Tujuan Diet
Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makan dan cairan secukupnya yang
tidak meberatkan lambung serta mencegah dan menetralakn sekresi asm lambung yang
berlebihan.
Syarat Diet
3. Lemak rendah, yaitu 10 15 % dari kebutuhan energy total yang di tingkatkan secara bertahap
hingga sesuai dengan kebutuhan.
4. Rendah serat, terutama serat tidak arut air yang di tingkatkan secara bertahap.
6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara termis, mekanis,
maupun kimia ( disesuaikan daya terima perorangan).
7. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak di anjurkan minum susu
terlalu banyak.
9. Pada fase akut dapat dibe makan parenteral saja selama 24 48 jam untuk member istirahat
pada lambung.
Diet Lambung I
Diet lambung I diberikan pada pasien ulkus peptikum akut, ulkus peptikum perdaarahan,
oeseophagitis dan gastritis akutserta penderita tifus abdominalis berat. Makanan diberikan
berupa susu dan bubur susu dan hanya diberikan selama 2 hari saja karena membosankan serta
kurang energi, zat besi, tiamin, dan vitamin C. Makanan diberikan dalam porsi kecil tiap 3 jam.
Maizena 60 12 sdm
Nilai gizi
Kalori 1630 gr
Protein 58 gr
Lemak 63 gr
Kalsium 2,6 gr
Besi 2,0 mg
Vitamin A 2340 SI
Vitamin c 18 mg
Tiamin 0,5 mg
Diet Lambung II
Diet lambung Il diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung I, setelah fase akut dapat
diatasi kepada pasien tifus abdominalis dengan suhu tubuh tinggi dan sesudah operaasi saluran
pencernaan. Makanan berbentuk saring atau cincang, tiap 3 jam.Sebaiknya diberikan selama
beberapa hari saja karena membosankan.
Maizena 50 10 sdm
Biskuit 20 2 buah
Margarin 20 2 sdm
Gula pasir 70 7 sdm
Nilai gizi
Protein 73 gr
Lemak 84 gr
Karbohidrat 236 gr
Kalsium 1,2 gr
Besi 12,8 mg
Vitamin A 10103 SI
Thiamin 0,9 mg
Vitamin c 174 mg
Telur 50 gr = 1 butir
Margarin 10 gr = 1 sdm
Telur 50 gr = 1 butir
Biskuit 20 gr = 2 buah
Diet lambung III diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung Il pada pasien dengan ukus
peptikum, tifus abdominalis yang suhu tubuhnya sudah kembali normal. Makanan yang
berbentuk lunak atau yang bergantung pada toleransi pasien. Diberikan 6 kali sehari dengan
porsi kecil.Makanan ini cukup energy, protein, mineral, vitamin C dan kurang tiamin.
Maizena 30 6 sdm
Roti 40 2 helai
Nilai gizi
Protein 61 gr
Lemak 74 gr
Karbohidrat 257 gr
Kalsium 0,8 gr
Besi 17,8 gr
Vitamin a 10469 SI
Thiamin 0,8 mg
Vitamin c 134 mg
Telur 50 gr = 1 butir
Margarin 10 gr = 1 sdm
Sayuran 74 gr = ¾ gelas
Sayur 75 gr = ¾ gelas
Margarin 10 gr = 1 sdm
Margarin 10 gr = 1 sdm
Telur 50 gr = 1 butir
Diet Lambung IV
Diet lambung IV diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet lambung II atau kepada
pasien ulkus peptikum ringan, gastritis ringan, esofagus ringan, serta tifus abdominalis yang
hampir sembuh. Makanan diberikan dalam bentuk lunak dan biasa, tergantung toleransi pasien.
Makanan ini cukup kalori dan semua zat gizi.
Maizena 15 3 sdm
Biskuit 20 2 buah
Daging 100 2 potong sedang
Telur 50 1 butir
Nilai gizi
Protein 74 gr
Lemak 65 gr
Karbohidrat 303 gr
Kalsium 0,8 gr
Vitamin A 9055 SI
Tiamin 0,9 mg
Vitamin c 132 mg
Telur 50 gr = 1 butir
Sayur 50 gr = ½ gelas
Gula pasir 10 gr = 1 sdm
Minyak 5 gr = ½ gelas
Sayur 75 gr = ¾ gelas
Minyak 10 gr = 1 sdm
Penyakit usus inflamatorik adalah peradangan terutama pada ileum dan usus besar dengan
gejala diare, disertai darah, lendir, nyeri abdomen, berat badan berkurang, demam dan
kemungkinan terjadi streatorea (adanya lemak dalam feses). Penyakit ini dapat berupa Kolitis
Ulseratif dan Chron's Disease.
1. Pada feses akut dipuasakan dan diberi makanan secara parenteral saja.
2. Bila fase akut teratasi, pasien diberi makanan secara bertahap, mulai dari bentuk cair (peroral
maupun enteral), kemudian meningkat menjadi siet sisa rendah dan serat rendah.
b. Suplemen vitamin dan mineral antara lain vitamin A, C, D asm folat, vitamin B12, kalsium, zat
besi, magnesium dan seng.
5. Makanan enteral rendah atau bebas laktosa dan mengandung asam lemak rantai sedang
(medium chain trygliceride = MTC) dapat diberikan karena sering terjadi intoleransi laktosa dan
malabsorpsi lemak.
3. Mencegah infeksi.
4. Mengistirahatkan usus untuk mencegah perforasi.
3. Serat tinggi.
4. Mengusahakan asupan energi dan zat-zat gizi cukup sesuai dengan batasan diet yang
ditetapkan.
6. Makanan diberikan secara bertahap, dimulai dari diet sisa rendah I kediet sisa rendah Il
dengan konsistensi yang sesuai.
7. Hindari makanan yang banyak mengandung biji-biji kecil, seperti tomat, jambu biji dan
stroberi yang dapat menumpuk dalam divertikular.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada saluran dan
mekanisme pencemaan dalam tubuh manusia. Gangguan atau kelainan dalam system
pencernaan antara lain :
c. Aerofagi
d. Mencret (Diare)
e. Heartburn
f. Esofagitis
g. Peritonitis
h. Sembelit (Konstipasi)
j. Kanker usus
Diet pada gangguan saluran cerna dibagi menjadi 2 yaitu : Diet pada saluran cerna atas dan diet
pada saluran cerna bawah. Diet pada saluran cerna atas meliputi diet disfagia, diet pasca
hematemesis-melena dan diet penyakit lambung. Sedangkan pada saluran cerna bawah
meliputi diet penyakit usus inflamatorik dan diet divertikular.
3.2 Saran
Dalam melakukan diet, hendaknya ditetapkan target waktu dan hasil; penyesuaian gejala serta
diseimbangkan dengan aktivitas olahraga sehingga diet akan tetap sehat. Penyesuaian gejala
utamanya dilakukan saat terjadi gangguan (seperti gangguan saluran cerna) dan diharuskan
melakukan diet, sehingga nantinya diet akan lebih maksimal memberikan hasil.
DAFTAR PUSTAKA
https://fdokumen.com/document/makalah-diet-pada-penyakit-saluran-cerna-150131005419-
conversion-gate02
https://pdfcoffee.com/isi-makalah-diet-pdf-free.html
http://ygi.or.id/diet-brat-diet-saat-mengalami-gangguan-saluran-pencernaan/
http://web.rshs.or.id/diet-lambung-meringankan-pekerjaan-saluran-pencernaan/