Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan Makalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Diet Saluran Pencernaan

B. Gangguan Saluran Pencernaan

1. Gastritis (Upper Abdominal Syndrome)

2. Sindrom Fungsional Hipogastrium (Lower Abdominal Syndrom)

3. Aerofagi

4. Mencret (Diare)

5. Heartburn

6. Esofagitis

7. Peritonitis

8. Sembelit (Konstipasi)

9. Wasir atau hemoroid

10. Kanker usus


C. Diet pada Penyakit Gangguan Pencernaan

1. Diet Saluran Cerna Atas

2. Diet Saluran Cerna Bawah

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB l

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan akan asupan nutrisi merupakan salah satu kebutuhan mendasa

r bagi manusia untuk bertahan hidup. Nutrisi tersebut juga harus memiliki

persyaratan kelengkapan gizi untuk pemenuhan secara sempurna bagi ses

eorang dalam melengkapi kebutuhan nutrisi. Namun terkadang kebutuhan

akan nutrisi tersebut terhambat manakala terjadi gangguan pada sistem p

encernaan. Gangguaan tersebut utamanya adalah gangguan pada saluran c

erna.Jika seseorang mengalami gangguan saluran cerna, maka harus ada l

angkah rehabilitasi, salah satu caranya yaitu dengan melakukan diet salur

an cerna.

B. Rumusan Masalah

Berikut ini adalah rumusan masalah mengenai diet pada saluran pencerna

an: 1. Apa definisi diet saluran pencernaan? 2. Apa saja gangguan saluran

pencernaan? 3. Bagaimana diet pada penyakit saluran pencernaan?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan dari pembahasan mengenai diet saluran cerna adalah sebagai beri

kut: 1. Menjelaskan tentang definisi diet saluran pencernaan. 2. Menjelask

an gangguan saluran pencernaan 3. Menjelaskan diet pada penyakit salura

n pencernaan
BAB ll

PEMBAHASAN

A. Definisi Diet Saluran Pencernaan

Dalam konteks bahasa, istilah diet memiliki arti sebagai jumlah makanan

yang dikonsumsi oleh seseorang.Di Indonesia, penggunaan istilah diet le

bih menunjukkan pada usaha menurunkan berat badan atau mengatur asu

pan nutrisi. Definisi diet menurut para ahli: 1. Muda (2003) Diet merupak

an aturan makan khusus untuk kesehatan dan sebagainya (biasanya atas p

etunjuk dokter), berpantang atau menahan diri terhadap makanan tertentu

untuk kesehatan, mengatur kuantitas, dan jenis makanan untuk menguran

gi berat badan atau karena penyakit. 2. Kim dan Lennon (2006) Diet adala

h pengurangan kalori untuk mengurangi berat badan. 3. Hawks (2008) Die

t merupakan usaha sadar seseorang dalam membatasi dan mengontrol ma

kanan yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan mempert

ahankan berat badan.

Diet Saluran Pencernaan

Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal adalah sistem organ dalam

manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjad

i zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sis

a proses tersebut dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halu

s, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-or

gan yang terletak diluar saluran pencernaan yaitu pankreas, hati dan kand

ung empedu.

Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada

saluran pencernaan.Penderita dapat mengalami gangguan pencernaan wal

aupun penyebab dan mekanisme terjadinya gangguan tersebut secara past

i belum diketahui secara pasti, namun gangguan tersebut sangat dipengar

uhi oleh faktor psikologis.

B. Gangguan Saluran Pencernaan 1. Gastritis (Upper Abdominal Sy

ndrome)

Gangguan pencernaan bagian atas yang secara umum dikenal sebagai

penyakit “maag” merupakan gangguan saluran cerna yang cukup sering

dikeluhkan. Selain disebabkan oleh faktor organik seperti adanya luka/per

adangan pada saluran cerna bagian atas (lambung), gangguan ini juga dih

ubungkan dengan faktor psikologis mendasarinya. Gangguan ini ditandai


antara lain oleh adanya rasa sakit dan atau rasa penuh di daerah epigastriu

m (ulu hati), kanan atau kiri di bawah lengkung iga

2. Sindrom Fungsional Hipogastrium (Lower Abdominal Syndrom)

Gangguan pencernaan yang mengenai saluran cerna bagian bawah ini jug

a dikenal sebagai spastic colon, irritable colon, colitis nervosa, dan obstip

asi spastic. Penderita penyakit ini akan mengeluhkan rasa sakit pada perut

biasanya di bawah pusat, diare atau obstipasi (sembelit). Bila terjadi obsti

pasi, feses penderita dapat keluar berbentuk seperti potlot atau tahi kambi

ng (obstipasi spastik).

3. Aerofagi

Gejala yang timbul dari gangguan saluran cerna ini adalah berupa rasa sa

kit perut dan perut dirasakan penuh dan membengkak, hal ini dibuktikan

dengan bersendawa (belching) yang keras bertubi-tubi. Simtom ini teruta

ma ditemukan pada meraka yang bergantian menelan dan mengeluarkan

udara. Bila tidak dapat bersendawa, maka perut akan terasa kembung (me

teorismus) dan kentut (flatus) yang tidak berbau.

4. Mencret (Diare)

Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosa usu

s sehingga gerakan otot usus meningkat dan makanan kurang terserap sec
ara sempurna. Diare termasuk gangguan perncernaan yang paling sering

muncul terutama pada anak-anak. Diare akut kalau anak mencret lebih da

ri 4 kali sehari. Penyebabnya bisa infeksi, bisa juga hanya karena salah m

akan, sebagai contoh makanan yang tidak sesuai dengan usia anak.

Faktor kebersihan juga menjadi sebab diare. Diare yang disebabkan bakte

ri atau salah makan adalah penyebab utama gangguan pencernaan pada an

ak di bawah 5 tahun (Balita). Selain itu, ada juga diare akibat cacingan.

5. Heartburn

Heartburn adalah nyeri akut yang dirasakan di daerah epigastrium, yang d

irasakan dapat menyebar ke bagian lain dari dada atau lengan. Heartburn i

ni biasanya timbul setelah makan dan disebabkan oleh refluks

isi lambung ke esofagus.

6. Esofagitis

Esofagitis adalah peradangan kronik esofagus. Kelainan ini sering terjadi

akibat refluks kronik isi lambung ke dalam esofagus. Apabila hal ini terja

di, lapisan mukosa esofagus dapat mengalami tukak oleh asam. Kerusaka

n lapisan mukosa dapat menyebabkan peradangan kronik, spasme otot, da

n pembentukan jaringan parut di esofagus, yang dapat menyebankan terha

mbatnya makanan. Gejala klinis:


• Nyeri seperti terbakar di epigastrium

•Muntah

•Disfagia (kesulitan menelan)

7. Peritonitis

Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu membran yang melapisi

rongga abdomen. Perionitis biasnya terjadi akibat masuknya bakteri dari s

aluran cerna atau organ-organ abdomen ke dalam ruang peritoneum melal

ui perforasi usus atau rupturnya suatu organ. Gejala klinis:

•Nyeri, terutama di atas daerah yang meradang

•Peningkatan kecepatan denyut jantung akibat hipovolemia karena perpin

dahan cairan ke dalam perinium

•Mual dan muntah

•Abdomen yang kaku

8. Sembelit (Konstipasi)

Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan dengan gejala mengal

ami pengerasan feses yang sulit untuk dibuang yang dapat menyebabkan

kesakitan pada penderitanya. Konstipasi dapat disebabkan oleh pola maka

n, hormon, efek samping obat-obatan, dan juga karena kelainan anatomis.

Biasanya, konstipasi disebabkan karena defekasi yang tidak teratur sehin

gga feses mengeras dan sulit dikeluarkan. Pengobatan konstipasi dapat dil
akukan dengan mengubah pola makan, obat pencahar (laksatif), terapi ser

at, dan pembedahan, walaupun pilihan terakhir jarang dilakukan. Konstip

asi hebat disebut juga dengan obstipasi. Gangguan pada sistem pencernaa

n juga bisa disebabkan karena stres. Sebab stres dapat mempengaruhi sist

em saraf dalam tubuh. Sementara penanganan untuk yang susah BAB, har

us dilihat dulu apa penyebabnya.

9. Wasir atau hemoroid

Wasir atau hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena) di dal

am anyaman pembuluh darah. Keluhan pertama kali yaitu darah segar me

netes setelah buang air besar (BAB). Biasanya tanpa disertai rasa nyeri da

n gatal di anus. Pencegahannya adalah perlu diet tinggi serat dengan mak

an sayur sayuran dan buah-buahan yang bertujuan membuat volume tinja

nya besar, tetapi lembek, sehingga saat BAB, karena tidak perlu mengeja

n dapat merangsang wasir.

10. Kanker usus

Kanker usus merupakan penyakit ketiga yang menjadi penyebab kematia

n di seluruh dunia. Studi pada manusia juga menunjukan keseluruhan jum

lah kalsium yang dikonsumsi sangat positif dalam mengurangi tingkat dar

i resiko kanker susu ini. Setiap kenaikan 1.000 miligram kalsium sehari at

au lebih akan mempu mengurangi 15% resiko dari kanker usus pada wani

ta dan 10% pada pria.


Cara terbaik untuk mencegah dan mengurangi risiko kanker usus adalah d

engan mengkonsumsi makanan yang seimbang antara buah, sayuran, dan

kalori. untuk mengurai proses penimbunan lemak.

C. Diet Pada Penyakit Saluran Pencernaan

1. Diet Saluran Cerna Atas

a. Diet Disfagia

Disfagia adalah kesulitan menelan karena adanya gangguan aliran makan

an pada saluran cerna. Hal ini dapat terjadi karena kelainan sistem saraf

menelan, pascastoke dan adanya massa atau tomor yang menetupi saluran

cerna.

Tujuan diet disfagia adalah :

1) Menurunkan risiko aspirasi akibat masuknya makanan ke dalam salura

n pernapasan.

2) Mencegah dan mengoreksi defisiensi zat gizi dan cairan.

Syarat-syarat diet disfagia adalah:

1) Cukup energi, protein dan zat gizi lainnya.

2) Mudah dicerna, porsi makanan kecil dan sering diberikan.

3) Cukup cairan.
4) Bentuk makanan bergantung pada kemampuan menelan,. Diberikan se

cara bertahap,dimulai dari makanan cair penuh atau cair kental, makanan

saring dan makanan lunak.

5) Makanan cair jernih tidak diberikan karena sering menyebabkan tersed

ak atau aspirasi.

6) Cara pemberian makanan dapat per oral atau melalui pipa (selang) atau

sonde

Diet Pasca-Hematemesis-Melena

Hematemesis-melena adalah keadaan muntah dan buang air besar berupa

darah akibat luka atau kerusakan pada saluran cerna.

Tujuan diet pasca-hematomesis-melena adalah:

1) Memberikan makanan secukupnya yang memungkinkan istirahat pada

saluran cerna, mengurangi risiko perdarahan tulang dan mencegah aspirai.

2) Mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin.

Syarat diet :

a. Tidak merangsang sal.cerna

b. Tidak meninggalkan sisa

c. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 j

am untuk memberikan istirahat pada lambung

d. Diet diberikan jika perdarahan pada lambung atau duodenum sudah tid

ak ada Diet pasca-hematemesis-melena diberikan dalam bentuk makanan


cair jernih, tiap 2-3 jam pasca perdarahan. Nilai gizi makanan ini sangat r

endah, sehingga diberikan selama 1-2 hari saja.

c. Diet Penyakit Lambung :

Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan kronis,

ulkus peptikum, pasca-operasi lambung yang

sering diikuti dengan “dumping syndrome” dan kanker lambung.

Gangguan gastrointestinal sering d hubungkan dengan emosi atau

psikoneurosis dan makan terlalau cepat karena kurang di kunyah serta terl

alu banyak merokok.

Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma distepsia, yaitu kum

pulan gejaa yang terdiri dari mual, muntah, nyeri efigastrium, kembung, n

afsu makan berkurang dan rasa cepat kenyang.

Tujuan Diet Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan ma

kan dan cairan secukupnya yang tidak meberatkan lambung serta menceg

ah dan menetralakn sekresi asm lambung yang berlebihan.

Syarat Diet :

1. Mudah cerna, porsi kecil dan sering di berikan.


2. Energy dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk meneriman

ya.

3. Lemak rendah, yaitu 10 –

15 % dari kebutuhan energy total yang di tingkatkan secara bertahap hing

ga sesuai dengan kebutuhan.

4. Rendah serat, terutama serat tidak arut air yang di tingkatkan secara ber

tahap.

5. Cairan cukup, terutama bila ada muntah.

6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secar

a termis, mekanis, maupun kimia ( disesuaikan daya terima perorangan).

7. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak di an

jurkan minum susu terlalu banyak.

8. Makan secara perlahan di lingkunan yang tenang.

9. Pada fase akut dapat diberikan makan parenteral saja selama 24

48 jam untuk member istirahat pada lambung.

2. Diet Penyakit Saluran Cerna Bawah

a. Diet Penyakit Usus Inflamatorik (Inflammatory Bowel Disease)

Penyakit usus inflamatorik adalah peradangan terutama pada ileum dan u

sus besar dengan gejala diare, disertai darah, lendir, nyeri abdomen, berat

badan berkurang, demam dan kemungkinan terjadi streatorea (adanya


lemak dalam feses). Penyakit ini dapat berupa Kolitis Ulseratif dan Chron’

Disease.

Tujuan diet penyakit inflamatorik adalah:

1. Memperbaiki ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

2. Mengganti kehilangan zat gizi dan memperbaiki status gizi kurang.

3. Mencegah iritasi dan inflamasi lebih lanjut.

4. Mengistirahatkan usus pada masa akut.

Syarat-syarat diet penyakit usus inflamatorik adalah:

1. Pada feses akut dipuasakan dan diberi makanan secara parenteral saja.

2. Bila fase akut teratasi, pasien diberi makanan secara bertahap, mulai da

ri bentuk cair (peroral maupun enteral), kemudian meningkat menjadi siet

sisa rendah dan serat rendah.

3. Bila gejal ahilang dapat diberikan makanan biasa.

4. Kebutuhan gizi, yaitu : a. Energi dan protein tinggi. b. Suplemen vitami

n dan mineral antara lain vitamin A, C, D asm folat, vitamin B

12,

kalsium, zat besi, magnesium dan seng.


5. Makanan enteral rendah atau bebas laktosa dan mengandung asam lem

ak rantai sedang (medium chain trygliceride = MTC) dapat diberikan kare

na sering terjadi intoleransi laktosa dan malabsorpsi lemak.

6. Cukup cairan dan elektrolit.

7. Menghindari makanan yang mengandung gas.

8. Sisa rendah dan secara bertahap kembali ke makanan biasa.

b. Diet Penyakit Divertikular

Penyakit divertikular terdiri atas penyakit Divertikulosis dan Divertikuliti

s. Penyakit Divertikulosis yaitu adanya kantong-kantong kecil yang terbe

ntuk pada dinding kolon yang terjadi akibat tekanan intrakolon yang tingg

i pada konstipasi kronik. Hal ini terutama terjadi pada usia lanjut yang ma

kanannya rendah serat.

Penyakit Divertikulitis terjadi bila penumpukan sisa makanan pada diverti

kular menyebabkan peradangan.

Gejala-gjalanya antar alain kram pada bagian kiri bawah perut, mual, kem

bung, muntah, konstipase atau diare, menggigil dan demam.

Tujuan Diet Penyakit Divertikulosis

1. Meningkatkan volume dan konsistensi fees.

2. Menurunkan tekanan intra luminal.

3. Mencegah infeksi.
4. Mengistirahatkan usus untuk mencegah perforasi.

5. Mencegah akibat laksatif dari makanan berserat tinggi.

Syarat-syarat Diet Penyakit Divertikulosis

1. Kebutuhan energi dan zat-zat gizi normal.

2. Cairan tinggi, yaitu 2-2,5 liter sehari.

3. Serat tinggi.

4. Mengusahakan asupan energi dan zat-zat gizi cukup sesuai dengan bata

san diet yang ditetapkan.

5. Bila ada pendarahan, dimuali dengan makanan cair jernih.

6. Makanan diberikan secara bertahap, dimulai dari diet sisa rendah I kedi

et sisa rendah II dengan konsistensi yang sesuai.

7. Hindari makanan yang banyak mengandung biji-biji kecil, seperti toma

t, jambu biji dan stroberi yang dapat menumpuk dalam divertikular.

8. Bila perlu diberi makanan enteral rendah atau bebas laktosa.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada

saluran dan mekanisme pencernaan dalam tubuh manusia. Gangguan atau

kelainan dalam system pencernaan antara lain :

a. Gastritis (Upper Abdominal Syndrome) b. Sindrom Fungsional Hipoga

strium (Lower Abdominal Syndrom)

c. Aerofagi

d. Mencret (Diare)

e. Heartburn

f. Esofagitis

g. Peritonitis

h. Sembelit (Konstipasi)

i. Wasir atau hemoroid

j. Kanker usus

Diet pada gangguan saluran cerna dibagi menjadi 2 yaitu : Diet pada salur

an cerna atas dan diet pada saluran cerna bawah. Diet pada saluran cerna

atas meliputi diet disfagia, diet pasca hematemesis-melena dan diet penya

kit lambung. Sedangkan pada saluran cerna bawah meliputi diet penyakit

usus inflamatorik dan diet divertikular.

B. Saran
Dalam melakukan diet, hendaknya ditetapkan target waktu dan hasil; pen

yesuaian gejala serta diseimbangkan dengan aktivitas olahraga sehingga d

iet akan tetap sehat.Penyesuaian gejala utamanya dilakukan saat terjadi ga

ngguan (seperti gangguan saluran cerna) dan diharuskan melakukan diet,

sehingga nantinya diet akan lebih maksimal memberikan hasil.

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Gizi RS Dr.Cipto Mangunkusumo. 1997. Penuntun Diit. Jakarta :

PT Gramedia Pustaka Utama Beck, Mary E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet

Hubungannya Dengan Penyakit

penyakit untuk Perawat dan Dokter. Jakarta: Andi Publisher Hartono, An

dry dan Kristiani. 1995. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyaki

t-Penyakit untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta : Yayasan Essentia Me

dica

https://id.scribd.com/doc/315528796/Makalah-diet-pada-penyakit-saluran-

cerna-150131005419-Conversion-Gate02

Anda mungkin juga menyukai