Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini merupakan salah satu
tugas mata kuliah pelajaran Ilmu Gizi dan Diet.

Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan sehingga kami mengharapkan partisipasi
dari pembaca untuk memberikan saran dan kritikan yang membangun demi perbaikan
kekurangan dalam makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Walaupun masih banyak
kekurangan.
COVER

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan Makalah ....................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Diet Saluran Pencernaan ................................................................................. 5

B. Gangguan Saluran Pencernaan .....................................................................................6

1. Gastritis (Upper Abdominal Syndrome) .............................................................7


2. Sindrom Fungsional Hipogastrium (Lower Abdominal Syndrom) ....................7
3. Aerofagi ..............................................................................................................8
4. Mencret (Diare) ...................................................................................................8
5. Heartburn7 ...........................................................................................................9
6. Esofagitis .............................................................................................................9
7. Peritonitis ............................................................................................................10
8. Sembelit (Konstipasi) ..........................................................................................10
9. Wasir atau hemoroid ...........................................................................................11
10. Kanker usus ...........................................................................................................11
C. Diet pada Penyakit Gangguan Pencernaan
1. Diet Saluran Cerna Atas .......................................................................................12
2. Diet Saluran Cerna Bawah ....................................................................................12

BAB III PENUTUP ..............................................................................................................13

A. Kesimpulan ........................................................................................................................13
B. Saran .................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................14


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan akan asupan nutrisi merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia
untuk bertahan hidup. Nutrisi tersebut juga harus memiliki persyaratan kelengkapan gizi
untuk pemenuhan secara sempurna bagi seseorang dalam melengkapi kebutuhan nutrisi.
Namun terkadang kebutuhan akan nutrisi tersebut terhambat manakala terjadi gangguan
pada sistem pencernaan. Gangguaan tersebut utamanya adalah gangguan pada saluran
cerna.Jika seseorang mengalami gangguan saluran cerna, maka harus ada langkah
rehabilitasi, salah satu caranya yaitu dengan melakukan diet saluran cerna.

B. Rumusan Masalah
Berikut ini adalah rumusan masalah mengenai diet pada saluran pencernaan:
1. Apa definisi diet saluran pencernaan?
2. Apa saja gangguan saluran pencernaan?
3. Bagaimana diet pada penyakit saluran pencernaan?

C. Tujuan Penulisan Makalah Tujuan dari pembahasan mengenai diet saluran cerna
adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan tentang definisi diet saluran pencernaan.
2. Menjelaskan gangguan saluran pencernaan.
3. Menjelaskan diet pada penyakit saluran pencernaan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Diet Saluran Pencernaan

Dalam konteks bahasa, istilah diet memiliki arti sebagai jumlah makanan yang dikonsumsi oleh
seseorang.Di Indonesia, penggunaan istilah diet lebih menunjukkan pada usaha menurunkan
berat badan atau mengatur asupan nutrisi. Definisi diet menurut para ahli :

1. Muda (2003) Diet merupakan aturan makan khusus untuk kesehatan dan sebagainya
(biasanya atas petunjuk dokter), berpantang atau menahan diri terhadap makanan tertentu
untuk kesehatan, mengatur kuantitas, dan jenis makanan untuk mengurangi berat badan
atau karena penyakit.

2. Kim dan Lennon (2006) Diet adalah pengurangan kalori untuk mengurangi berat badan.

3. Hawks (2008) Diet merupakan usaha sadar seseorang dalam membatasi dan mengontrol
makanan yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat
badan.

Diet Saluran Pencernaan

Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal adalah sistem organ dalam manusia yang
berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak
dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri
dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan yaitu
pankreas, hati dan kandung empedu. Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat
terjadi gangguan pada saluran pencernaan.Penderita dapat mengalami gangguan
pencernaan walaupun penyebab dan mekanisme terjadinya gangguan tersebut secara pasti
belum diketahui secara pasti, namun gangguan tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor
psikologis.
B. Gangguan Saluran Pencernaan

1. Gastritis (Upper Abdominal Syndrome) Gangguan pencernaan bagian atas yang secara umum
dikenal sebagai penyakit “maag” merupakan gangguan saluran cerna yang cukup sering
dikeluhkan. Selain disebabkan oleh faktor organik seperti adanya luka/peradangan pada
saluran cerna bagian atas (lambung), gangguan ini juga dihubungkan dengan faktor
psikologis mendasarinya. Gangguan ini ditandai antara lain oleh adanya rasa sakit dan atau
rasa penuh di daerah epigastrium (ulu hati), kanan atau kiri di bawah lengkung iga. Rasa sakit
bersifat membakar atau samar-samar, tidak jarang menjalar, intensitasnya sedang,
menghebat karena makanan atau langsung setelah makan, tidak ada hubungannya dengan
kejadian tertentu. Gejala-gejala lain yang timbul antara lain gangguan menelan, eruktasi
(bersendawa), pirosis (merasa terbakar dan rasa asam atau pahit), mual dan muntah,
kembung (meteorismus), dan lain-lain. Penderita gastritis biasanya menunjukkan perubahan
yang cukup mencolok yaitu sikap depresi. Seringkali penderita menyalahkan lingkungan atau
makanannya, tetapi ternyata dengan diet (makanan) juga tidak mengurangi rasa sakitnya.
Keseimbangan yang rapuh yang mudah menjadi runtuh dapat terlihat ketika penderita
mengalami keluhan pada saluran cernanya dan jelas terlihat adanya ketergantungan pada
objek yang memanjakannya.

2. Sindrom Fungsional Hipogastrium (Lower Abdominal Syndrom) Gangguan pencernaan yang


mengenai saluran cerna bagian bawah ini juga dikenal sebagai spastic colon, irritable colon,
colitis nervosa, dan obstipasi spastic. Penderita penyakit ini akan mengeluhkan rasa sakit
pada perut, biasanya di bawah pusat, diare atau obstipasi (sembelit). Bila terjadi obstipasi,
feses penderita dapat keluar berbentuk seperti potlot atau tahi kambing (obstipasi spastik).
Faktor psikologis yang berperan pada penderitanya yaitu adanya harapan- harapan untuk
meminta lebih banyak lagi dari orang lain karena mereka telah memberi banyak pada orang
tersebut.

3. Aerofagi Gejala yang timbul dari gangguan saluran cerna ini adalah berupa rasa sakit perut
dan perut dirasakan penuh dan membengkak, hal ini dibuktikan dengan bersendawa
(belching) yang keras bertubi-tubi. Simtom ini terutama ditemukan pada meraka yang
bergantian menelan dan mengeluarkan udara. Bila tidak dapat bersendawa, maka perut
akan terasa kembung (meteorismus) dan kentut (flatus) yang tidak berbau. Karena penyebab
yang mendasari gangguan ini adalah faktor psikologis (setelah hasil pemeriksaan tidak
ditemukan adanya penyebab organik yang mendasari nya) dari penderitanya maka selain
memberikan pengobatan yang dapat mengurangi gejala yang dialami penderitanya maka
psikoterapi juga dibutuhkan untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi gangguan ini.
4. Mencret (Diare) Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosa usus
sehingga gerakan otot usus meningkat dan makanan kurang terserap secara sempurna. Diare
termasuk gangguan perncernaan yang paling sering muncul terutama pada anak-anak. Diare
akut kalau anak mencret lebih dari 4 kali sehari. Penyebabnya bisa infeksi, bisa juga hanya
karena salah makan, sebagai contoh makanan yang tidak sesuai dengan usia anak, misalnya
sudah diberikan makan padat sebelum waktunya. Faktor kebersihan juga menjadi sebab
diare. Diare yang disebabkan bakteri atau salah makan adalah penyebab utama gangguan
pencernaan pada anak di bawah 5 tahun (Balita). Selain itu, ada juga diare akibat cacingan.

5. Heartburn Heartburn adalah nyeri akut yang dirasakan di daerah epigastrium, yang dirasakan
dapat menyebar ke bagian lain dari dada atau lengan. Heartburn ini biasanya timbul setelah
makan dan disebabkan oleh refluks isi lambung ke esofagus.

6. Esofagitis Esofagitis adalah peradangan kronik esofagus. Kelainan ini sering terjadi akibat
refluks kronik isi lambung ke dalam esofagus. Apabila hal ini terjadi, lapisan mukosa esofagus
dapat mengalami tukak oleh asam. Kerusakan lapisan mukosa dapat menyebabkan
peradangan kronik, spasme otot, dan pembentukan jaringan parut di esofagus, yang dapat
menyebankan terhambatnya makanan.

Gejala klinis:

 Nyeri seperti terbakar di epigastrium


 Muntah
 Disfagia (kesulitan menelan).

7. Peritonitis Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu membran yang melapisi rongga
abdomen. Perionitis biasnya terjadi akibat masuknya bakteri dari saluran cerna atau organ-
organ abdomen ke dalam ruang peritoneum melalui perforasi usus atau rupturnya suatu
organ.

Gejala klinis:

 Nyeri, terutama di atas daerah yang meradang


 Peningkatan kecepatan denyut jantung akibat hipovolemia karena perpindahan cairan ke
dalam perinium
 Mual dan muntah
 Abdomen yang kaku
8. Sembelit (Konstipasi) Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan dengan gejala
mengalami pengerasan feses yang sulit untuk dibuang yang dapat menyebabkan kesakitan
pada penderitanya. Konstipasi dapat disebabkan oleh pola makan, hormon, efek samping
obat-obatan, dan juga karena kelainan anatomis. Biasanya, konstipasi disebabkan karena
defekasi yang tidak teratur sehingga feses mengeras dan sulit dikeluarkan. Pengobatan
konstipasi dapat dilakukan dengan mengubah pola makan, obat pencahar (laksatif), terapi
serat, dan pembedahan, walaupun pilihan terakhir jarang dilakukan. Konstipasi hebat
disebut juga dengan obstipasi. Gangguan pada sistem pencernaan juga bisa disebabkan
karena stres. Sebab stres dapat mempengaruhi sistem saraf dalam tubuh. Sementara
penanganan untuk yang susah BAB, harus dilihat dulu apa penyebabnya.

9. Wasir atau hemoroid Wasir atau hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena) di
dalam anyaman pembuluh darah. Keluhan pertama kali yaitu darah segar menetes setelah
buang air besar (BAB). Biasanya tanpa disertai rasa nyeri dan gatal di anus. Pencegahannya
adalah perlu diet tinggi serat dengan makan sayur sayuran dan buah-buahan yang bertujuan
membuat volume tinjanya besar, tetapi lembek, sehingga saat BAB, karena tidak perlu
mengejan dapat merangsang wasir.

10. Kanker usus Kanker usus merupakan penyakit ketiga yang menjadi penyebab
kematian di seluruh dunia. Studi pada manusia juga menunjukan keseluruhan jumlah kalsium
yang dikonsumsi sangat positif dalam mengurangi tingkat dari resiko kanker susu ini. Setiap
kenaikan 1.000 miligram kalsium sehari atau lebih akan mempu mengurangi 15% resiko dari
kanker usus pada wanita dan 10% pada pria. Konsumsi susu dan kalsium bisa mengurangi
resiko terkena kanker usus. Keju dan yoghurt juga merupakan hasil olahan dari susu. Cara
terbaik untuk mencegah dan mengurangi risiko kanker usus adalah dengan mengkonsumsi
makanan yang seimbang antara buah, sayuran, dan kalori. untuk mengurai proses
penimbunan lemak.

B. Diet Pada Penyakit Saluran Pencernaan


1. Diet Saluran Cerna Atas

a.Diet Disfagia : Disfagia adalah kesulitan menelan karena adanya gangguan aliran makanan
pada saluran cerna. Hal ini dapat terjadi karena kelainan sistem saraf menelan, pascastoke dan
adanya massa atau tomor yang menetupi saluran cerna.

Tujuan diet disfagia adalah :


1) Menurunkan risiko aspirasi akibat masuknya makanan ke dalam saluran pernapasan.
2) Mencegah dan mengoreksi defisiensi zat gizi dan cairan.

Syarat-syarat diet disfagia adalah:


1) Cukup energi, protein dan zat gizi lainnya.
2) Mudah dicerna, porsi makanan kecil dan sering diberikan.
3) Cukup cairan.
4) Bentuk makanan bergantung pada kemampuan menelan,. Diberikan secara bertahap,dimulai
dari makanan cair penuh atau cair kental, makanan saring dan makanan lunak.
5) Makanan cair jernih tidak diberikan karena sering menyebabkan tersedak atau aspirasi.
6) Cara pemberian makanan dapat per oral atau melalui pipa (selang) atau sonde.

Disfagia dapat terjadi pada lansia, adanya gangguan saraf menelan, tumor esofagus dan
pascastoke. Bentuk makanan bergantung pada cara pemberian. Bila diberikan melalui pipa,
makanan diberikan dalam bentuk makanan cair penuh, bila diberikan per oral maka
makanan diberikan dalam bentuk makanan cair kental, saring, atau lunak.

b. Diet Pasca-Hematemesis-Melena : Hematemesis-melena adalah keadaan muntah dan buang


air besar berupa darah akibat luka atau kerusakan pada saluran cerna.

Tujuan diet pasca-hematomesis-melena adalah:

1) Memberikan makanan secukupnya yang memungkinkan istirahat pada saluran cerna,


mengurangi risiko perdarahan tulang dan mencegah aspirai.
2) Mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin.

Syarat diet :

a. Tidak merangsang sal.cerna


b. Tidak meninggalkan sisa
c. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk
memberikan istirahat pada lambung
d. Diet diberikan jika perdarahan pada lambung atau duodenum sudah tidak ada.

Diet pasca-hematemesis-melena diberikan dalam bentuk makanan cair jernih, tiap 2-3 jam
pasca perdarahan. Nilai gizi makanan ini sangat rendah, sehingga diberikan selama 1-2 hari
saja.
C. Diet Penyakit Lambung : Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan
kronis, ulkus peptikum, pasca-operasi lambung yang sering diikuti dengan “dumping
syndrome” dan kanker lambung. Gangguan gastrointestinal sering d hubungkan dengan
emosi atau psikoneurosis dan makan terlalau cepat karena kurang di kunyah serta terlalu
banyak merokok. Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma distepsia, yaitu
kumpulan gejaa yang terdiri dari mual, muntah, nyeri efigastrium, kembung, nafsu makan
berkurang dan rasa cepat kenyang. Tujuan Diet Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk
memberikan makan dan cairan secukupnya yang tidak meberatkan lambung serta mencegah
dan menetralakn sekresi asm lambung yang berlebihan. Syarat Diet
1. Mudah cerna, porsi kecil dan sering di berikan.
2. Energy dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk menerimanya.
3. Lemak rendah, yaitu 10 – 15 % dari kebutuhan energy total yang di tingkatkan secara
bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
4. Rendah serat, terutama serat tidak arut air yang di tingkatkan secara bertahap.
5. Cairan cukup, terutama bila ada muntah.
6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara termis, mekanis,
maupun kimia ( disesuaikan daya terima perorangan).
7. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak di anjurkan minum
susu terlalu banyak.
8. Makan secara perlahan di lingkunan yang tenang.
9. Pada fase akut dapat diberikan makan parenteral saja selama 24 – 48 jam untuk member
istirahat pada lambung. Macam Diet Dan Indikasi Pemberian Diet lambung diberikan pada
pasien dengan gastritis, ulkus pektikum, tifus abdominalis, dan paska bedah saluran cerna
atas.

Diet Lambung I

Diet lambung I diberikan pada pasien ulkus peptikum akut, ulkus peptikum perdaarahan,
oeseophagitis dan gastritis akutserta penderita tifus abdominalis berat. Makanan diberikan
berupa susu dan bubur susu dan hanya diberikan selama 2 hari saja karena membosankan
serta kurang energi, zat besi, tiamin, dan vitamin C. Makanan diberikan dalam porsi kecil tiap
3 jam.

Bahan makanan yang diberikan sehari

Bahan Makanan Berat (gr) Urt


Susu 1800 g 9 gls
maizena 60 12 sdm
Gula pasir 90 9 sdm

Nilai Gizi

Kalori 1630 gr Besi 2,0mg


protein 58gr Vitamin A 2340 Si
lemak 63gr Tiamin 0,5 mg
Hidrat arang 213 gr Vitamin c 18 mg
kalsium 2,6 gr

Pembagian makanan sehari

Pukul 07.00 bubur susu 200 ml = 1 gls


Susu 200ml = 1 gls
Pukul 10.00 susu 200ml = 1 gls

Pukul 13.00 bubur susu 200ml = 1gls


Susu 200 ml = 1 gs

Pukul 15.00 susu 200ml = 1 gls

Pukul 18.00 bubur susu 200 ml = 1 gls


susu 200ml = 1 gls

Pukul 20.00 susu 200ml = 1 gls

Diet Lambung II

Diet lambung II diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung I, setelah fase akut dapat
diatasi kepada pasien tifus abdominalis dengan suhu tubuh tinggi dan sesudah operaasi saluran
pencernaan. Makanan berbentuk saring atau cincang, tiap 3 jam.Sebaiknya diberikan selama
beberapa hari saja karena membosankan.

Diet Penyakit Divertikular Penyakit divertikular terdiri atas penyakit Divertikulosis dan
Divertikulitis. Penyakit Divertikulosis yaitu adanya kantong-kantong kecil yang terbentuk pada
dinding kolon yang terjadi akibat tekanan intrakolon yang tinggi pada konstipasi kronik. Hal ini
terutama terjadi pada usia lanjut yang makanannya rendah serat.
Penyakit Divertikulitis terjadi bila penumpukan sisa makanan pada divertikular menyebabkan
peradangan. Gejala-gjalanya antar alain kram pada bagian kiri bawah perut, mual, kembung,
muntah, konstipase atau diare, menggigil dan demam.

Tujuan Diet Penyakit Divertikulosis

1. Meningkatkan volume dan konsistensi fees.


2. Menurunkan tekanan intra luminal.
3. Mencegah infeksi.
4. Mengistirahatkan usus untuk mencegah perforasi.
5. Mencegah akibat laksatif dari makanan berserat tinggi.

Syarat-syarat Diet Penyakit Divertikulosis

1. Kebutuhan energi dan zat-zat gizi normal.


2. Cairan tinggi, yaitu 2-2,5 liter sehari.
3. Serat tinggi.
4. Mengusahakan asupan energi dan zat-zat gizi cukup sesuai dengan batasan diet yang
ditetapkan.
5. Bila ada pendarahan, dimuali dengan makanan cair jernih.
6. Makanan diberikan secara bertahap, dimulai dari diet sisa rendah I kediet sisa rendah II
dengan konsistensi yang sesuai.
7. Hindari makanan yang banyak mengandung biji-biji kecil, seperti tomat, jambu biji dan
stroberi yang dapat menumpuk dalam divertikular.
8. Bila perlu diberi makanan enteral rendah atau bebas laktosa.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada saluran dan
mekanisme pencernaan dalam tubuh manusia. Gangguan atau kelainan dalam system
pencernaan antara lain :
a. Gastritis (Upper Abdominal Syndrome)
b. Sindrom Fungsional Hipogastrium (Lower Abdominal Syndrom)
c. Aerofagi
d. Mencret (Diare)
e. Heartburn
f. Esofagitis
g. Peritonitis
h. Sembelit (Konstipasi)
i. Wasir atau hemoroid
j. Kanker usus Diet pada gangguan saluran cerna dibagi menjadi 2 yaitu :

Diet pada saluran cerna atas dan diet pada saluran cerna bawah. Diet pada saluran cerna
atas meliputi diet disfagia, diet pasca hematemesis-melena dan diet penyakit lambung.
Sedangkan pada saluran cerna bawah meliputi diet penyakit usus inflamatorik dan diet
divertikular.

B. Saran

Dalam melakukan diet, hendaknya ditetapkan target waktu dan hasil; penyesuaian gejala
serta diseimbangkan dengan aktivitas olahraga sehingga diet akan tetap sehat. Penyesuaian
gejala utamanya dilakukan saat terjadi gangguan (seperti gangguan saluran cerna) dan
diharuskan melakukan diet, sehingga nantinya diet akan lebih maksimal memberikan hasil.
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Gizi RS Dr.Cipto Mangunkusumo. 1997. Penuntun Diit. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama Beck, Mary E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet – Hubungannya Dengan Penyakit – penyakit
untuk Perawat dan Dokter. Jakarta: Andi Publisher Hartono, Andry dan Kristiani. 1995. Ilmu
Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-Penyakit untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta
: Yayasan Essentia Medica.

https://www.slideshare.net/windaarditya/diet-pada-penyakit-saluran-cerna

https://www.scribed.com /doc/diet-penyakit-saluran-cerna
GIZI DAN DIET
PENYAKIT PADA SALURAN PENCERNAAN

Dosen Pengampu :
TIM GIZI DAN DIET

Disusun Oleh :
1. Aheuna Ega W ( 201701001 )
2. Anda Mar A ( 201701003 )
3. Auliya Alfatika W ( 201701007 )
4. Wulan Septiyaningtiyas ( 201701037 )

PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO
TAHUN 2017/2018

Anda mungkin juga menyukai