Dosen Pengampu :
Penyusun :
Kelompok III
SEMARANG
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME karena berkat limpahan
rahmat-Nya kami bisa menyusun makalah tentang Peptic Ulcer Disiase. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah farmakologi dan terapi. Dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Poppy Diah Palupi. M.Sc.,
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa maupun penulisannya, oleh karena itu
kami mengharap kritik dan saran yang membangun khususnya dari dosen farmakologi
dan terapi guna menjadi acuan dan bekal kami di masa yang akan datang. Semoga
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
1.1 Latar belakang ............................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan dan Manfaat ...................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 6
2.1 Anatomi dan Fisiologi Lambung .................................................................................................... 6
2.2 Definisi Peptic Ulcer Disease ....................................................................................................... 10
2.3 Penyebab Peptic Ulcer Disease ................................................................................................... 11
2.4 Patofisiologi Peptic Ulcer Disease ............................................................................................... 15
2.5 Gejala Peptic Ulcer Disease......................................................................................................... 16
2.6 Diagnosis dan Tatalaksana Terapi Peptic Ulcer Disease ............................................................. 18
2.6.1 Diagnosis .............................................................................................................................. 18
2.6.2 Tatalaksana Terapi ............................................................................................................... 19
2.6.3 Tindakan Operasi ................................................................................................................. 25
PENUTUP ............................................................................................................................................... 26
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 28
3
BAB I
PENDAHULUAN
Peptic Ulcer Disease dapat menyerang siapa saja, mulai dari anak-anak sampai
usia lanjut. Peptic Ulcer Desease (PUD) atau ulkus peptikum adalah tukak atau luka
pada lapisan saluran cerna bagian atas ( gastric = lambung dan duodenal = usus 12 jari)
(HP), Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) dan faktor lain yg "mengikis" pertahanan
pasien penderita Duodenal Ulcer (DU) yg kemungkinan terjadi akibat infeksi HP. Sekresi
asam pada penderita Gastric Ulcer (GU) biasanya normal bahkan rendah.
Kopi, teh, minuman kola, bir, susu, dan makanan pedas bisa menyebabkan
dispepsia tapi tidak meningkatkan resiko PUD. Konsumsi etanol konsentrasi tinggi
menyebabkan kerusakan mukosa lambung secara akut dan pendarahan sal cerna
Tukak gaster ditemukan setelah pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan
rasa sakit seperti terbakar, muntah, dan penurunan berat badan. dan diagnosis
Hanya separuh dari penderita yang memiliki gejala khas dari ulkus duodenalis,
yaitu nyeri lambung, perih, panas, sakit, rasa perut kosong dan lapar. Nyeri cenderung
dirasakan pada saat perut kosong. Penderita sering terbangun pada jam 1-2 pagi
karena nyeri. Nyeri sering muncul satu kali atau lebih dalam satu hari, selama satu
sampai beberapa minggu dan kemudian bisa menghilang tanpa pengobatan. Tetapi
4
nyeri biasanya akan kambuh kembali, dalam 2 tahun pertama dan kadang setelah
beberapa tahun. Penderita biasanya memiliki pola tertentu dan mereka mengetahui
1.2.6 Bagaimana diagnosa dan tatalaksana terapi pada Peptic Ulcer Disease?
1.3.6 Untuk mengetahui cara diagnosa dan tatalaksana terapi pada Peptic Ulcer Disease.
5
BAB II
PEMBAHASAN
J dan jika penuh seperti buah alpukat raksasa Kapasitas normal lambung adalah sebesar 1-
1. Fundus
2. Badan lambung
3. Pylorus
1. Kardia adalah bagian atas, daerah pintu masuk makanan dari kerongkongan itu sendiri .
3. Pilorus adalah bagian bawah, daerah yang berhubungan dengan usus 12 jari atau sering
disebut duodenum.
6
1. Mucosa ialah lapisan dimana sel-sel mengeluarkan berbagai jenis cairan, seperti enzim,
asam lambung, dan hormon. Lapisan ini berbentuk seperti palung untuk memperbesar
perbandingan antara luas dan volume sehingga memperbanyak volume getah lambung
2. Submucosa ialah lapisan dimana pembuluh darah arteri dan vena dapat ditemukan untuk
menyalurkan nutrisi dan oksigen ke sel-sel perut sekaligus untuk membawa nutrisi yang
3. Muscularis adalah lapisan otot yang membantu perut dalam pencernaan mekanis. Lapisan
ini dibagi menjadi 3 lapisan otot, yakni otot melingkar, memanjang, dan menyerong.
Kontraksi dan ketiga macam lapisan otot tersebut mengakibatkan gerak peristaltik (gerak
aduk.
4. Lapisan terluar yaitu serosa berfungsi sebagai lapisan pelindung perut. Sel-sel di lapisan
ini mengeluarkan sejenis cairan untuk mengurangi gaya gesekan yang terjadi antara perut
Di lapisan mucosa terdapat 3 jenis sel yang berfungsi dalam pencernaan, yaitu :
1. Sel goblet berfungsi untuk memproduksi mucus atau lendir untuk menjaga lapisan terluar
sel agar tidak rusak karena enzim pepsin dan asam lambung.
2. Sel parietal berfungsi untuk memproduksi asam lambung [Hydrochloric acid] yang berguna
dalam pengaktifan enzim pepsin. Diperkirakan bahwa sel parietal memproduksi 1.5 mol
dm-3 asam lambung yang membuat tingkat keasaman dalam lambung mencapai pH 2.
3. Sel chief berfungsi untuk memproduksi pepsinogen, yaitu enzim pepsin dalam bentuk tidak
aktif. Sel chief memproduksi dalam bentuk tidak aktif agar enzim tersebut tidak mencerna
protein yang dimiliki oleh sel tersebut yang dapat menyebabkan kematian pada sel
tersebut.
menghasilkan getah lambung. Aroma, bentuk, warna, dan selera terhadap makanan secara
7
refleks akan menimbulkan sekresi getah lambung. Getah lambung mengandung asam
a. Pepsin merupakan enzim yang dapat mengubah protein menjadi molekul yang lebih kecil.
c. Renin merupakan enzim khusus yang hanya terdapat pada mamalia, berperan sebagai
kaseinogen menjadi kasein. Kasein digumpalkan oleh Ca2+ dari susu sehingga dapat
dicerna oleh pepsin. Tanpa adanya renim susu yang berwujud cair akan lewat begitu saja
d. HCl(Asam Klorida) merupakan enzim yang berguna untuk membunuh kuman dan bakteri
pada makanan.
Kerja enzim dan pelumatan oleh otot lambung mengubah makanan menjadi lembut
seperti bubur, disebut chyme (kim) atau bubur makanan. Otot lambung bagian pilorus
mengatur pengeluaran kim sedikit demi sedikit dalam duodenum. Caranya, otot pilorus yang
mengarah ke lambung akan relaksasi (mengendur) jika tersentuk kim yang bersifat asam.
jika tersentuh kim. Jadi, misalnya kim yang bersifat asam tiba di pilorus depan, maka pilorus
akan membuka, sehingga makanan lewat. Oleh karena makanan asam mengenai pilorus
Makanan yang bersifat basa di belakang pilorus akan merangsang pilorus untuk
membuka. Akibatnya, makanan yang asam dari lambung masuk ke duodenum. Demikian
seterusnya. Jadi, makanan melewati pilorus menuju duodenum segumpal demi segumpal
agar makanan tersebut dapat tercerna efektif. Setelah 2 sampai 5 jam, lambung kosong
kembali.
8
Fungsi Motorik Fungsi Pencernaan
reservoir dan sedikit demi sedikit protein oleh pepsin dan HCL
otot yg mengelilingi
lambung
viskositas, keasaman,
asam kuat dan komponen pencerna makan Ada 3 fase kerja lambung yg dipengaruhi oleh
sekresi kimus :
9
1. Fase sefalik
Mekanisme : neural melalui serabut preganglion nervus vagus dan sinap sinap di dalam
Aksi : meningkatkan vol lambung, stimulasi mukus, enzim2, produksi asam dan pelepasan
2. Fase gaster
Memulai pengeluaran sekresi dari kimus permulaan digesti protein oleh pepsin Durasi : 3-
4 jam. Terjadi pelepasan gastrin oleh sel sel G dan pelepasan histamin oleh sel mast
sebagai proteksi thd reaksi antigen antibody dari beberapa makanan tertentu
penghancuran material
3. Fase intestinal
Stimulasi dari CCK, GIP, Umpan balik dlm menghambat asam lambung, pepsinogen dan
Ulkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam dinding
mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum disebut juga sebagai
ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada lokasinya. (Bruner and Suddart,
2001).
Ulkus peptikum (peptic ulcer disease) adalah lesi pada lambung atau duodenum yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara faktor agresif (sekresi asam lambung, pepsin, dan
infeksi bakteri Helicobacter pylori) dengan faktor pelindung mukosa (produksi prostagladin,
gastric mucus, bikarbonat, dan aliran darah mukosa)(Berardi &Lynda, 2005; Tas et al, 2015).
10
Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang meluas
sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut
sebagai erosi, walaupun sering dianggap sebagai ´ulkus´ (misalnya ulkus karena stres).
Menurut definisi, ulkus peptikum dapat terletak pada setiap bagian saluran cerna yang terkena
getah asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi,
Ulkus peptikum atau tukak peptic adalah ulkus yang terjadi pada mukosa, submukosa
dan kadang-kadang sampai lapisan muskularis dari traktus gastrointestinalis yang selalu
berhubungan dengan asam lambung yang cukup mengandung HCL. Termasuk ini ialah ulkus
(tukak) yang terdapat pada bagian bawah dari oesofagus, lambung dan duodenum bagian
atas (first portion of the duodeum). Mungkin juga dijumpai tukak di yeyenum, yaitu penderita
Diketahui ada dua faktor utama penyebab ulkus peptikum, yaitu,infeksi Helicobacter
1. Infeksi Helicobacterpylori
11
Helicobacterpylori yang tidak menggunakan NSAID kurang 75%. Dalam salah satu penelitian,
pasien yang tidak menggunakan NSAID, 61% merupakan penderita ulkus duodenum dan
63% merupakan penderita ulkus lambung positif terinfeksi Helicobacter pylori. Hasil ini lebih
rendah pada ras kulit putih dibandingkan ras yang tidak berkulit putih.
Helicobacter pylori adalah suatu hasil gram-negatif, spiral dengan flagella multipel
Organisme menghuni dalam gel lendir yang melapisi sel epitelial, dengan bagian kecil dari
Helicobacter pylori melekat langsung pada sel epitelial. Kebanyakan orang yang terinfeksi
Helicobacter pylori mempunyai neutrofil-neutrofil dalam lamina propia dan kelenjar epitel dan
suatu peningkatan dalam sel radang kronik pada lamina propia. Kolonisasi Helicobacter pylori
dalam duodenum terbatas pada daerah metaplasia lambung dan ditemukan dalam epitelium
Kuman Helicobacter pylori bersifat mikroaerofilik dan hidup di lingkungan yang unik, di
bawah mukus dinding lambung yang bersuasana asam. Kuman ini mempunyai enzim urease
yang dapat memecah ureum menjadi amonia yang bersifat basa, sehingga tercipta
Terdapat hubungan timbal balik antara infeksi Helicobacter pylori, gastritis dengan
asam lambung. Infeksi Helicobacter pylori yang predominan di antrum akan meningkatkan
sekresi asam lambung dengan konsekuensi terjadinya tukak duodenum Inflamasi pada
antrum akan menstimulasi sekresi gastrin, yang selanjutnya akan merangsang sel pariental
2. NSAID
Penggunaan NSAID pada kasus ulkus peptikum sudah menjadi penyebab umum.
Obat ini mengganggu pembatas permeabilitas mukosa, membuat mukosa rentan rusak.
Sebanyak 30% orang dewasa yang menggunakan NSAID menderita efek samping pada
duodenum pada penggunaan NSAID seperti riwayat ulkus peptikum sebelumnya, umur yang
sudah tua, perempuan, penggunaan NSAID dengan dosis tinggi, penggunaan NSAID jangka
12
panjang, dan penyakit penyerta yang parah. Penelitian jangka panjang menemukan bahwa
pasien dengan penyakit artritis dengan umur lebih dari 65 tahun yang secara teratur
menggunakan aspirin dosis rendah dapat meningkatkan resiko dyspepsia yang cukup parah
bertambah,terutama pada anak-anak dengan penyakit artritis kronis yang diobati dengan
menggunakan NSAID. Ditemukan kasus ulserasi lambung dari penggunaan ibuprofen dengan
duodenum, jumlah sekresi asam lambungnya lebih besar dari normal, bahkan sering
dua kali lipat dari normal. Walaupun setengah dari peningkatan asam ini mungkin
disebabkan oleh infeksi bakteri, percobaan pada hewan ditambah bukti adanya
perangsangan berlebihan sekresi asam lambung oleh saraf pada manusia yang
menderita ulkus peptikum mengarah kepada sekresi cairan lambung yang berlebihan
psikogenik seperti pada saat mengalami depresi atau kecemasan dan merokok.
2. Stres fisik
Stres fisik yang disebabkan oleh syok, luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan,
gagal napas, gagal ginjal, dan kerusakan susunan saraf pusat (Lewis, 2000). Bila
kondisi stress fisik ini berlanjut, maka kerusakan epitel akan meluas dan kondisi ulkus
Refluks usus lambung dengan materi garam empedu dan enzim pancreas yang
epitel mukosa.
13
Faktor Resiko penyebab ulkus peptikum :
1. Konsumsi Rokok
faktor yang cukup besar yang berhubungan dengan kejadian, lama kejadian, rekurensi
duodenal maupun ulkus lambung dan resikonya tergantung pada jumlah rokok yang
2. Konsumsi Alkohol
lambung terhadap ion hidrogen dan berhubungan dengan lesi mukosa lambung akut
dan komposisi dari minuman beralkohol selain dari alkohol juga menstimulasi sekresi
asam.
3. Faktor Psikologi
penggunaan obat -obatan dan kurang tidur yang bisa menyebabkan pertahanan
mukosa rusak sehingga bisa mengarah pada ulkus. Perilaku menyimpang tadi juga
14
2.4 Patofisiologi Peptic Ulcer Disease
Ulkus peptikum terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara produksi asam dan
pepsin serta mekanisme lain yang berpengaruh pada kerusakan mukosa. Helicobacter pylori
menyebabkan 70% dari tukak lambung, 36% karena penggunaan NSAID (Bhowmik, 2010).
mukosa dengan membentuk lapisan sitoprotektif dan meningkatkan sekresi ion bikarbonat
yang menetralisir keasaman lambung. NSAID dibagi menjadi dua kelompok, yaitu selektif
mengarah pada penurunan sekresi bikarbonat dan mengurangi produksi mukus (Dhikav,
2003).
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat
menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi yang
terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin atau berkenaan
dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat
mensekresi mucus yang cukup untuk bertindak sebagai barier terhadap asam klorida.
Dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa makanan yang bekerja
pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf vagal. Intinya,
makanan yang tidak menimbulkan nafsu makan menimbulkan sedikit efek pada sekresi
lambung. Inilah yang menyebabkan makanan sering secara konvensional diberikan pada
pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini banyak ahli gastroenterology menyetujui bahwa diet
saring mempunyai efek signifikan pada keasaman lambung atau penyembuhan ulkus.
15
Namun, aktivitas vagal berlebihan selama malam hari saat lambung kosong adalah iritan yang
signifikan.
b. Fase lambung
Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi dan
mekanis terhadap reseptor dibanding lambung. Refleks vagal menyebabkan sekresi asam
c. Fase usus
gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung. Pada manusia,
secara kontinyu melalui kelenjar mukosa. Mucus ini mengabsorpsi pepsin dan melindungi
mukosa terhadap asam. Asam hidroklorida disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi
meningkat karena mekanisme neurogenik dan hormonal yang dimulai dari rangsangan
lambung dan usus. Bila asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila lapisan
luar mukosa tidak memberikan perlindungan asam hidroklorida bersama dengan pepsin akan
merusak lambung. Asam hidroklorida kontak hanya dengan sebagian kecil permukaan
lambung. Kemudian menyebar ke dalamnya dengan lambat. Mukosa yang tidak dapat
dimasuki disebut barier mukosa lambung. Barier ini adalah pertahanan utama lambung
terhadap pencernaan yang dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri. Apapun yang
menurunkan yang mukosa lambung atau yang merusak mukosa lambung adalah ulserogenik,
salisilat dan obat antiinflamasi non steroid lain, alcohol, dan obat antiinflamasi masuk dalam
kategori ini.
Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau beberapa bulan
dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering tanpa penyebab yang dapat
diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi atau
16
1. Nyeri
Biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau sensasi
terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini diyakini bahwa nyeri terjadi bila
kandungan asam lambung dan duodenum meningkat menimbulkan erosi dan merangsang
ujung saraf yang terpajan. Teori lain menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam
merangsang mekanisme refleks local yang mamulai kontraksi otot halus sekitarnya. Nyeri
biasanya hilang dengan makan, karena makan menetralisasi asam atau dengan
menggunakan alkali, namun bila lambung telah kosong atau alkali tidak digunakan nyeri
kembali timbul. Nyeri tekan lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan memberikan
tekanan lembut pada epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis tengah. Beberapa
Beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus dan lambung, yang
naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam. Eruktasi atau sendawa umum terjadi
3. Muntah
Meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat menjadi gejala
ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan pembentukan jaringan parut atau
pembengkakan akut dari membran mukosa yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada
ulkus akut. Muntah dapat terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah nyeri
Konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus, kemungkinan sebagai akibat dari diet dan
obat-obatan. Pasien dapat juga datang dengan perdarahan gastrointestinal sebagian kecil
pasien yang mengalami akibat ulkus akut sebelumnya tidak mengalami keluhan, tetapi
17
2.6 Diagnosis dan Tatalaksana Terapi Peptic Ulcer Disease
2.6.1 Diagnosis
Diagnosis tukak peptik biasanya dipastikan dengan pemeriksaan barium
radiogram. Bila radiografi barium tidak berhasil membuktikan adanya tukak dalam
lambung atau duodenum tetapi gejala-gejala tetap ada, maka ada indikasi untuk
melakukan pemeriksaan endoskopi. Peneraan kadar serum gastrin dapat dilakukan jika
diduga ada karsinoma lambung atau sindrom Zolliger-Ellison (Wilson dan Lindseth, 2005).
pemeriksaan radiologi dan endoskopi, disertai biopsi untuk pemeriksaan histopatologi, tes
CLO (Campylobacter Like Organism), dan biakan kuman Helicobacter pylori. Secara klinis
pasien mengeluh nyeri ulu hati kadang-kadang menjalar ke pinggang disertai mual dan
1. Endoskopi
Salah satu kekurangan utamanya adalah biaya yang tinggi di beberapa negara seperti
Amerika Serikat. Keputusan untuk melakukan endoskopi pada pasien yang diduga
menderita ulkus peptikum didasarkan pada beberapa faktor. Pasien dengan komplikasi
duodenum. Endoskopik tidak diperlukan untuk diagnosis ulkus duodeum jika telah dikenali
dengan pemeriksaan radiografik barium. Akan tetapi endoskopi mungkin paling besar
nilainya:
1. Dalam mendektesi ulkus duodenum yang dicurigai pada tiadanya ulkus yang
ulkus
18
3. Dalam mengenali ulkus yang terlampau kecil atau terlampau dangkal untuk
ukuran, bentuk dan lokasinya dan dapat memberikan suatu dasar/ basis referensi untuk
2. Radiografi
(Vakil, 2010).
3. Hasil Biopsi
Untuk menunjukkan apakah ada infeksi Helicobacter pylori dalam rangka eradikasi
19
4. Pasien harus banyak istirahat, kemungkinan dengan bertambahnya jam
5. Pasien dianjurkan untuk diet. Makanan lunak apalagi bubur saring, makanan
yang mengandung susu tidak lebih baik daripada makanan biasa, karena
pada beberapa pasien ulkus dan dispepsia non ulkus, walaupun belum dapat
merugikan. Air jeruk yang asam, coca-cola, bir, kopi tidak mempunyai
asam dan belum jelas dapat menghalangi penyembuhan ulkus dan sebaiknya
b. Terapi Farmakologi
Obat-obatan yang digunakan untuk terapi farmakologi yaitu antasida, proton pump
inhibitor, antagonis reseptor H2, prostaglandin, sukralfat, dan bismut subsitrat (Truter,
2009).
1. Antasida
20
Antasida dengan dosis tunggal 156 mEq yang diberikan 1 jam
klorida atau aluminium klorida dan air. Karena gas tidak dihasilkan,
berubah.
Obat-obat ini efektif guna pengobatan jangka pendek (4- 8 minggu) dari
yang berat, dan efektif pula dengan dosis dikurangi untuk pencegahan
21
Mekanisme kerja adalah memblokir kerja enzim K+H+ATPase
ini mempunyai waktu paruh yang singkat sekitar 1,5 jam, tetapi durasi
3. Antagonis Reseptor H2
22
darah mukosa. Biasanya digunakan sebagai penangkal terjadinya
2001).
5. Sukralfat
ulkus serta melindungi dari serangan asam lambung, pepsin dan garam
empedu.
23
3) Menghambat difusi asam lambung menembus lapisan film sukralfat-
albumin.
dianjurkan.
6. Bismut Subsitrat
24
Dosis obat 2x2 tablet sehari. Efek samping, berwarna
2001).
7. Antibiotic
dilanjutkan pemberian PPI selama 3–4 minggu lagi (Finkel R., 2009).
komplikasi seperti perdarahan, perforasi, dan obstruksi. Hal ini dapat dilakukan dengan
tindakan vagotomy yaitu dengan melakukan pemotongan cabang saraf vagus yang menuju
lambung menghilangkan fase sefalik sekresi lambung. Tindakan operasi lain seperti
antrektomi dan gastrektomi juga dapat dilakukan apabila adanya indikasi dilakukan operasi.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fungsi lambung :
a) Tempat penyimpanan
b) Pencampuran
2) Peptic Ulcer Disease (PUD) adalah lesi pada lambung atau duodenum yang
b) Penggunaan NSAID
c) Konsumsi rokok
d) Konsumsi alcohol
e) Factor psikologis.
4) Gejala PUD :
a) Nyeri
b) Pirosis
c) Muntah
a) Diagnosis
26
a. Endoskopi
b. Radiografi
c. Hasil Biopsi
(Pyloric Antrum).
b) Tatalaksana Terapi
a. Terapi Nonfarmakologi
i. Berhenti merokok
lambung
iii. Istirahat
iv. Diet
b. Terapi Farmakologi
i. Antasida
v. Sucralfat
vii. Antibiotic.
27
DAFTAR PUSTAKA
3. British Columbia. 2013. Healthy Eating Guidelines For People with Peptic Ulcer. The
4. Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta
5. Dhikav, V., Singh, S., Pande, S., Chawla, A., Anand, K. 2003. Non-Steroidal Drug-Induced
6. Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M.
Sciences
10. Sylvia A, 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Penerbit
12. Tjay, T. H., Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan, dan Efek-
28