Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“ ASUHAN KEPERAWATAN ULKUS PERTIKUM“

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

ELVYRA PUTRI (18112144)

FANDI RAHMAD (18112146)

INDAH SEPTA SARI (18112151)

NUR AZIZAH (18112161)

NOVIA MUSFA ANGGRAINI (18112160)

WASIH PARWANTI (18112172)

IIA

PRODI D-III KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

TA 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmad dan
hidayahnya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini tentang “ASUHAN
ULKUS PERTIKUM”

Kami juga menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian kami telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik.
Oleh karena itu, rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan saran dan usul guna
menyempurnakan makalah.

Padang, 5 Desember 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................1

C. Tujuan ..................................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................................3

1. Defenisi ..............................................................................................................3
2. Etiologi ...............................................................................................................3
3. Manifestasi Klinis ..............................................................................................3
4. Anatomi dan Fisiologi........................................................................................4
5. Klasifikasi ..........................................................................................................5
6. Patofisiologi ......................................................................................................6
7. WOC .................................................................................................................7
8. Penatalaksanaan .................................................................................................8
9. Komplikasi .........................................................................................................9
10. Askep Teoritis ....................................................................................................10

BAB 3 PENUTUP..........................................................................................................17

A. Kesimpulan........................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Lambung adalah salah satu organ pencernaan yang berbentuk seperti kantong dan terletak di
perut kiri rongga perut di atas diafragma. Nama lain dari lambung adalah ventrikulus, sering juga
disebut gaster. Lambung memiliki fungsi utama untuk menyimpan dan mengolah makanan
sementara. pH lambung kurang lebih 2 derajat, sehingga bersifat sangat asam. Pada kedua ujung
lambung (sebelum dan setelah bagian lambung) terdapat dua buah penyempitan yang berfungsi
agar makanan yang sedang diolah di dalam lambung tidak turun atau naik ke organ lain saat
proses pengolah berlangsung. Pada bagian dalam lambung terdapat kelenjar-kelenjar yang
menghasilkan getah lambung. Ukuran lambung pada setiap individu berbeda-beda, namun
umumnya mampu menampung 1,5 liter makanan.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ulkus peptikum ?
2. Bagaimana etiologi ulkus peptikum?
3. Apa manifestasi klinis ulkum peptikum?
4. Bagaimana anatomi dan fisiologi ulkus peptikum?
5. Bagaimana klasifikasi ulkus peptikum?
6. Bagaimana patofisiologi ulkus peptikum?
7. Bagaimana WOC ulkus peptikum?
8. Bagaiman penatalaksanaan ulkus peptikum?
9. Bagaiman komplikasi ulkus peptikum?
10. Bagaimana asuhan keperawatan teoritis ulkus peptikum?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian ulkus peptikum
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi ulkus peptikum
3. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis ulkus peptikum
4. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi dan fisiologi
5. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi ulkus peptikum

1
6. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi ulkus peptikum
7. Mahasiswa dapat mngetahui WOC ulkus peptikum
8. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan ulkuspeptikum
9. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi ulkus peptikum
10. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan teoriti ulkus peptikum

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi

Ulkus peptikum juga dikenal dengan tukak lambung. Ini adalah luka atau peradangan yang
disebabkan oleh terkikisnya lapisan dinding lambung. Ulkus peptikum ditandai dengan
munculnya rasa nyeri pada lambung atau bahkan perdarahan pada kasus yang lebih parah. Selain
di lambung, luka tersebut dapat terbentuk di usus 12 jari atau di bagian bawah kerongkongan.

2. Etiologi

Ulkus peptikum bisa muncul pada lambung, duodenum (bagian pertama usus kecil), atau
kerongkongan (esofagus).
Berikut adalah beberapa penyebab ulkus peptikum yang perlu diketahui:
1. Infeksi bakteri Helicobacter pylori.
2. Faktor asam dan pepsin, dimana kelebihan produksi asam akan menimbulkan luka pada
mukosa saluran pencernaan
3. Penggunaan obat anti inflamasi non-steroid, seperti ibuprofen, aspirin, atau diclofenac.
4. Kebiasaan merokok dan minum alkohol.
5. Stres yang tidak segera diatasi.
6. Masalah kesehatan, seperti tumor pankreas dan pengobatan radiasi pada area lambung.

3. Manifestasi klinis Ulkus Peptikum

Tanda dan gejala utama ulkus peptikum adalah nyeri pada ulu hati, nyeri ini muncul
karena adanya iritasi asam lambung yang membasahi luka. Nyeri tersebut memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Berlangsung dalam hitungan menit hingga jam.
2. Hilang timbul selama beberapa hari, minggu, atau bulan.
3. Memburuk di antara waktu makan, saat malam hari, atau pagi-pagi sekali.
4. Makin parah ketika perut kosong atau tidak terisi makanan.
5. Reda bila perut diisi makanan atau setelah minum obat sakit maag, tetapi kemudian akan
muncul kembali.

3
Tanda dan gejala lain yang bisa muncul pada tukak lambung adalah:

1. Mual dan muntah

2. Perut kembung

3. Sering bersendawa

4. Dada terasa seperti terbakar

5. Hilang nafsu makan

6. Berat badan turun

7. Sulit menarik napas

8. Lemas

4. Anatomi dan fisiologi

Dinding lambung disusun menjadi empat lapisan, yaitu:

1. Mukosa adalah lapisan di mana sel-sel mensekresi berbagai jenis cairan, seperti enzim,
asam lambung, dan hormon. Lapisan ini berbentuk seperti palung untuk meningkatkan
rasio antara daerah dan volume meningkatkan volume asam lambung yang dapat
dikeluarkan.

2. Submukosa adalah lapisan di mana arteri dan vena dapat ditemukan untuk
mendistribusikan nutrisi dan oksigen ke sel-sel perut sekaligus untuk membawa nutrisi
yang diserap, urea, dan karbon dioksida dari sel.

3. Lapisan otot dari otot-otot perut yang membantu dalam pencernaan mekanis. Lapisan
ini dibagi menjadi tiga lapisan otot, yang merupakan otot melingkar, memanjang, dan
diagonal. Jenis ketiga kontraksi otot dan lapisan yang dihasilkan.

4.Peristaltik menyebabkan makanan di perut bergejolak. Lapisan terluar adalah serosa


berfungsi sebagai lapisan pelindung lambung. Sel-sel di lapisan ini mengeluarkan sejenis
cairan untuk mengurangi gaya gesekan antara perut dengan anggota tubuh lainnya.

4
Lambung merupakan kantong muskuler pada traktus gastrointestinal yang harus dilewati
makanan sebelum mencapai usus.Tidak hanya sebagai kantung, lambung memberikan kontribusi
tersendiri pada sistem pencernaan. Di lambung, makanan akan disimpan hingga dapat diproses
oleh duodenum.Terdapat pula mekanisme yang mengatur pengosongan lambung ke duodenum
supaya nutrisi yang terdapat pada makanan dapat diabsorpsi secara optimal oleh usus. Lambung
juga memiliki fungsi mencampur makanan dengan sekresi dari lambung untuk membentuk suatu
campuran dengan konsistensi setengah cair yang disebut kimus.

5. Klasifikasi ulkuspeptikum

Terdapat dua jenis ulkus peptikum, yaitu ulkus peptikum primer dan ulkus peptikum sekunder.

1. Ulkus peptikum primer adalah ulkus yang terjadinya terutama dipengaruhi langsung
oleh sekresi asam lambung dan pepsin yang berlebihan.
2. ulkus peptikum sekunder didasarkan adanya gangguan ketahanan mukosa saluran cerna,
yang dapat terjadi setelah mengalami penyakit/trauma berat (stressulcer), luka bakar
(Curling’sulcer), penyakit intrakranial (Rokitansky-Cushing’s ulcer),
minum aspirin atau kortikosteroid, dan penyakit hati kronis.

5
6. Patofisiologi

Patofisiologi ulkus peptikum adalah adanya ketidakseimbangan antara faktor protektif dari
mukosa gaster dan faktor destruktif, sehingga terjadi kerusakan mukosa yang menyebabkan
ulkus pada traktus gastrointestinal. Faktor protektif antara lain mukus, bikarbonat, prostaglandin,
sel epitel, sel progenitor mukosa, dan aliran darah mukosa. Faktor destruktif antara lain
penggunaan nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAID), Helicobacter pylori, asam lambung,
dan pepsin.

a. Infeksi H. pylori

Infeksi H. pylori merupakan penyebab ulkus peptikum terbanyak. Mekanisme


kerusakan mukosa oleh bakteri H. pylori merupakan proses yang kompleks, namun pada
dasarnya bakteri H. pylori mengandung enzim urease yang mampu memproduksi
ammonia (NH3) dari urea. Amonia akan bereaksi dengan asam lambung (HCl)
membentuk monochloramine (NH2Cl).Amonia bersifat asam lemah. Adanya amonia
menyebabkan kondisi lambung menjadi lebih basa, sehingga menguntungkan bagi H.
pylori. Selain itu, amonia juga bersifat destruktif terhadap epitel lambung.
Infeksi H.pylori juga memicu reaksi radang. Sel radang yang berkumpul akan
menginduksi nekrosis sel lambung. H. pylori juga secara langsung menstimulasi
pembentukan reactive oxygen species yang dapat menyebabkan stress oksidatif dan
pada akhirnya menyebabkan kematian sel.
b. Konsumsi NSAID
Konsumsi nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAID) dalam jangka panjang dapat
menyebabkan terhambatnya produksi prostaglandin. Prostaglandin sendiri berfungsi dalam
mengatur aktivitas molekuler pada sel lambung, antara lain mengurangi aktivitas sel mast
dan menghambat adhesi leukosit, serta mengatur kecukupan peredaran darah untuk mukosa
lambung.
NSAID juga berperan langsung dalam kerusakan mukosa dengan mengerahkan neutrofil
dan memproduksi reactive oxygen species (ROS) yang menimbulkan stress oksidatif.
c. Asam Lambung dan Pepsin
Normalnya, asam lambung memiliki keasaman 1,5 – 3,5. Jika terjadi infeksi H.
pylori, produksi gastrin akan meningkat pada fase kronik, menyebabkan peningkatan

6
produksi asam lambung. Produksi asam lambung yang berlebihan ini akan bersifat destruktif
terhadap epitel mukosa.
Pepsin merupakan enzim yang dihasilkan chief cell melalui pepsinogen yang berguna
dalam mencerna protein. Hilangnya lapisan mukosa pada dinding lambung, menyebabkan
pepsin malah mencerna epitel lambung dan menyebabkan tukak pada mukosa lambung.
Apabila terjadi perforasi, isi lambung dapat menginfeksi peritoneum dan menyebabkan
peritonitis.

7. WOC

7
8. Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi:
a. Antagonis reseptor histamin seperti simetidin (Tagamet), ranitidin (Zantac), famotidin
(Pepcid), Nizatidin (Axid).
b. Antasida seperti antasida magnesium hidroksida (Maalox atau Mylanta), atau antasida
aluminium hidroksida (Amphojel atau Alternangel).
c. Sukralfat (Carafate).
d. Antikolinergik seperti propantelin bromida (Pro-Banthinne).
2. Penurunan atau penghilangan faktor ulserogenik, seperti merokok penghentian obat
ulserogenik sementara ulkus masih aktif.
3. Modifikasi diet.
4. Penatalaksanaan stres.
5. Pembedahan bila komplikasi terjadi:
a. Gastrektomi subtotal (pengangkatan bagian lambung).
b. Vagotomi (memotong saraf vagus untuk mengurangi sekresi asamhidroklorik) dengan
piroloplasti (pembesaran bedah terhadap sphincter pilorik untuk memungkinkan
peningkatan pengosongan lambung pada adanya penurunan motilitas gastrik, yang terjadi
setelah vagotomi).
6. Pemberian cairan.
Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
1. Memberikan asi.
2. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan
makanan yang bersih.
7. Obat-obatan.
Keterangan :
Pemberian cairan,pada klien Diare dengasn memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan
umum.
a. cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan diberikan peroral berupa cairan
yang berisikan NaCl dan Na,Hco,Kal dan Glukosa,untuk Diare akut diatas umur 6 bulan

8
dengan dehidrasi ringan,atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/I dapat dibuat sendiri
(mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal
tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk
mencegah dehidrasi lebih lanjut.
b. Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau
ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.

9.Komplikasi

Komplikasi ulkus peptikum adalah ulkus yang


“membandel”(intraktibilitas),pendarahan,perforasi,dan obstruksi pylorus. Setiap komplikasi ini
merupakan indikasi pembedahan.

1.intraktibilitas

Komplikasi ulkus peptikum yang paling sering adalah “intraktibilitas”,yang berarti bahwa
terapi medis telah gagal mengatasi gejalah-gejalah secara edekuat.pasien dapat
tergannggu tidurny a oleh nyeri,kehilangan waktu untuk berkerja,memerlukan
perawatan dirumah sakit,atau hanya tidak mampu mengikuti program terapi,intrskbilitas
merupakan alasan seringkali untuk dianjurkan pembedahan.perubahan menjadi gans tidak
perlu terlalu dipertimbangkan baik untuk ulkus lambung maupun untuk ulkus duodenum.
Ulkus ganas sejara semula sudah bersifat ganas,paling tidak menurunkan pengetahuan
mutakhir.ulkus yang memulai perjalanan dengan jinak mengelami degenerasi ganas.
2.pendarahan
Pendarahan merupakan komplikasi ulkus peptikum yang sangat sering terjadi,sedikitnya
ditemukan pada 25% kasus selama perjaanan penyakitnya.walaupun ulkus pada setia
tempat mengalami pendarahan,namun yang tersering adalah didinding posterior bulbus
duodenum,karena tempat ini dapat terjadi erosi arteria pankretiduodenalis atau arteria
gastroduodenalis.gejalah –gejalah yang dihubungkan dengan pendarahan ulkus
tergantung pada kecepatan kehilangan darah.kehilangan darah yang ringan dan kronik
dapat mengakibatkan anemia defesiensi besi.fases dapat positif dengan darah semara tau

9
mungkin hitam dan seperti ter(melena).pendarahan massif dapat mengakibatkan
hematemesisi(muntah darah),menimbulkan syok,dan memerlukan tranfuse darah serta
pembedahan darurat.

3.perporasi

Kira-kira 5% dari semua ulkus akan mengalami peporasi,dan komplikasi ini bertanggung
jawab atas sekitas 65% kematian akibat ulkus peptikum.
Ulkus bisa terjadi didinding antarior duodenum atau lambung karena daerah ini hanya
diliputi oleh peritoneum.pada kondisi ini pasien datang karena keluhan nyeri mendadak
yang parah pada
Bagian atas.dalam beberapa menit,timbul peritonitis kimia lambung,pepsin,dan makanan
yang menyebabkan nyeri hebat.kondisi nyeri tersebut membuat pasien takut bergerak dan
bernapas,auskultasi abdomen menjadi sayat pada saat palpasi,abdomen mengeras seperti
papan.polporasi akut dapat didiagnosis berdasarkan gejalah-gejalah saja diagnosis
dipestikan melalui adanya udar bebas dalam rongga peritoneal.

4.obstruksi
Obstruksi pintu keluar lambung yang mengakibatkan peradaangan dan
edema,pilospasme,atau jaringan perut terjadi sekitas 5% pasien ulkus peptikum.obstruksi
timbul lebih sering pada pasien ulkus duodenum,tetapi kadang terjadi pada ulkus
lambung terletak dekat dengan sfingterpylorus.anoreksia mual dan kembung setelah
makan merupakan gejalah-gejalah yang sering timbul kehillangan berat badan juga sering
terjadi.bila obstruksi bertambah berat,dapat timbul nyeri dan muntah.

10.ASKEP

A. Pengkajian

a). Identitas

terdapat Nama pasien, Umur, Jenis kelamin , Pendidikan, Pekerjaan, Status perkawinan ,
Agama, Suku, alamat

b). Riwayat kesehatan

-Keluhan Utama
mengatakan nyeri perut di bagian ulu hati.
-Riwayat Penyakit Sekarang

10
Pada tanggal 1 desember 2019, sejak pagi Ny. W belum makan nasi ataupun makanan
yang mengandung karbohidrat hanya minum air putih dan kemudian makan mangga.
Tiba-tiba Ny. W mengeluh sakit perut sekitar pukul 09.00 WIB. Pada jam 14.00 WIB
nyeri bertambah hebat 2 jam setelah Ny. W makan siang. Pasien datang di RS dengan
keluhan nyeri perut, nyeri tumpul seperti tertusuk dan seperti terbakar di epigastrium
tengah. Nyeri bertambah 2 jam setelah makan dan setelah aktifitas. Pasien juga mengeluh
mual dan muntah lebih dari 3 kali.
c). Riwayat Penyakit Dahulu
Pasienmengatakan sebelumnya memang mempunyai penyakit maag atau gastritis.
d). Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan keluarganya tidak mempunyai penyakit yang menurun atau pun
menular.

Head to toe :
1. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala, distribusi, warna, kulit kepala.
Palpasi : nyeri tekan dikepala.
2. Wajah
Inspeksi : bentuk wajah, kulit wajah.
Palpasi : nyeri tekan di wajah.
3. Mata
Inspeksi : bentuk mata, sclera, konjungtiva, pupil,
Palpasi : nyeri tekan pada bola mata, warna mukosa konjungtiva, warna mukosa
sclera
4. Hidung :
Inspeksi : bentuk hidung, pernapasan cuping hidung, secret
Dipalpasi : nyeri tekan pada hidung
5. Mulut :
Inspeksi : bentuk mulut, bentuk mulut, bentuk gigi
Palpasi : nyeri tekan pada lidah, gusi, gigi - Leher
Inspksi : bentuk leher, warna kulit pada leher

11
Palpasi : nyeri tekan pada leher.
6. Dada
Inspeksi : bentuk dada, pengembangan dada, frekuensi pernapasan.
Palpasi : pengembangan paru pada inspirasi dan ekspirasi, fokal fremitus, nyeri tekan.
Perkusi : batas jantung, batas paru, ada / tidak penumpukan secret.
Auskultasi : bunyi paru dan suara napas
7. Payudara dan ketiak
Inspeksi : bentuk, benjolan
Palpasi : ada/ tidak ada nyeri tekan , benjolan
8. Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen, warna kulit abdomen
Auskultasi : bising usus, bising vena, pergesekan hepar dan lien.
Perkusi : batas hepar,batas ginjal,batas lien,ada/tidaknya pnimbunan cairan diperut
9. Genitalia
Inspeksi : bentuk alat kelamin,distribusi rambut kelamin,warna rambut
kelamin,benjolan Palpasi : nyeri tekan pada alat kelamin
10. Integumen
Inspeksi : warna kulit,benjolan
Palpasi : nyeri tekan pada kulit
11. Ekstremitas Atas :
Inspeksi : warna kulit,bentuk tangan
Palpasi : nyeri tekan,
12. kekuatan otot Bawah :
Inspeksi : warna kuliy,bentuk kaki
Palpasi : nyeri tekan,kekuatan otot

B. Analisa data

No Data Masalah Etiologi


1. DS: Nyeri akut Agen pencedera
1. pasien mengeluhkan nyeri pada ulu fisiologis
hati
2. pasien mengeluhkan perutnya sakit

12
DO:
1. pasien tampak meringis
2. nadi:100x/i
3. pasien tampak gelisah
4. skala nyeri 7
2. DS: Defisit nutrisi Ketidakmampuan
1.Pasien mengeluh nyeri abdomen (SDKI,DOO19) mencerna makanan
2.Pasien mengeluh nafsu makan
menurun
3. Pasien mengeluh mual dan muntah
DO:
1. Pasien tampak tidak afsu makan
2. Pasien tampak mual dan muntah
3. Berat badan pasien turun 5kg /bln

C.Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera biologis
2. defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan

D. Intervensi

No Diagnosa SLKI SIKI Antivitas perawat


keperawatan
1. Nyeri akut Setelah 1. manajemen Observasi :
berhubungan dilakukan nyeri -identifikasi
dengan agen intervensi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,
pencidera biologis selama 1 Itensitas nyeri
jam,maka -identifikasi skala nyeri
tingkat nyeri -identifikasi respon nyeri non verbal
menurun -identifikasi faktor yang memperberat dan
dengan memperingan nyeri
kriteria hasil: -identifikasi pengetahuan dan keyakinan
-keluhan nyeri tentang nyeri
cukup -identifikasi pengaruh budaya terhadap
menurun respon nyeri
(skala 4) -identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
-meringis hidup
menurun -monitor keberhasilan terapi komplementer
(skala 5) yang sudah di berikan
-gelisah cukup -monitor efek samping penggunaan
menurun analgetik
(skala 4) Terapeutik:
-tekanan darah -berikan teknik nonfarmakologis untuk
cukup mengurangi rasa nyeri

13
membaik -kontrol lingkungan yang memperberat rasa
(skala 4) nyeri
- fasilitasi istirahat dan tidur
-pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredahkan nyeri
Edukasi:
-jelaskan penyebab,periode, dan pemicu
nyeri
-jelaskan strategi meredahkan nyeri
-anjurkan memonitor nyeri secara sendiri
-anjurkan menggunakan analgetik secara
cepat
-ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
-kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2.pemberian Observasi:
analgesik -identifikasi krakteristik nyeri
(I.08243) -identifikasi riwayat alergi obat
-identifikasi kesesuaian jenis analgesik
-monitor tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
-monitor efektifitas analgesik
Terapeutik:
-diskusikan jenis analgesik yang disukai
untuk mencapai analgesia optimal, jika
perlu
-pertimbangkan penggunaan infus kontinu,
atau bolus opioid untuk mempertahankan
kadar dalam serum
-tetapkan target efektifitas untuk
mengoptimalkan respons pasien
-dokumentasikan respons terhadap efek
analgesik dan efek yang tidak diinginkan
Edukasi:
-jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi:
-kolaborasi pemberian dosis jenis analgesik,
sesuai indikasi

2. Defisit nutrisi Setelah 1.menajemen Observasi:


berhubungan dilakukan nutrisi -identifikasi stataus nutrisi
dengan intervensi (I. 03119) -identifikasi alergi dan intoleransi makanan
ketidakmampuan selama 1 -identifikasi makanan yang di sukai
mencerna makanan jam,maka -identifikasi kebutuhan kalori dan jenis

14
status nutrisi nutrisi
membaik: -identifikasi perlunya pengunaan selang
-nyeri nasogastik
abdomen -monitor asupan makanan
cukup -monitor berat badan
menurun -monitor hasil pemeriksaan laboratorium
(skala 4) Terapeutik:
-berat badan -lakukan oral hygiene sebelum makan,jika
membaik perlu
(skala 5) -fasilitasi menentukan pedoman diet
-nafsu makan -sajikan makanan secara menarik dan suhu
cukup yang sesuai
membaik -berikan makanan yang tinggi serat untuk
(skala 4) mencega konstipasi
-berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
-berikan suplemen makan, jika perlu
-hentikan pemberikan maknan memlalui
slang nasogatrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi:
-anjurkan posisi duduk, jika perlu
-ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi:
-kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan, jika perlu
-kolaborasi dengan ahli gizi untuk
mrnrntukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan , jika perlu

2.pemantauan Observasi:
nutrisi -identifikasi faktor yang mempengaruhi
(I.03123) asupan gizi
-identifikasi perubahan berat badan
-identifikasi kelainan pada kulit
-identifikasi kelainan pada rambut
-identifikasi pola makan
-identifikasi kelainan pada kuku
-identifikasikemampuan menelan
-identifikasi kelainan rongga mulut
-identifikasi kelainan eliminasi
-monitor mual dan muntah
-monitor asupan oral
-monitor warna konjungtiva
-monitor hasil laboratorium
Terapeutik:

15
-timbang berat badan
-ukur antropometik komposisi tubuh
-hitung perubahan berat badan
-atur interval waktu pementauan sesuai
dengan kondisi pasien
-dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi:
-jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
-informasikan hasil pemantauan,jika perlu

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Lambung adalah salah satu organ pencernaan yang berbentuk seperti kantong dan terletak di
perut kiri rongga perut di atas diafragma. Nama lain dari lambung adalah ventrikulus, sering juga
disebut gaster.

Ulkus peptikum juga dikenal dengan tukak lambung. Ini adalah luka atau peradangan yang
disebabkan oleh terkikisnya lapisan dinding lambung. Ulkus peptikum ditandai dengan
munculnya rasa nyeri pada lambung atau bahkan perdarahan pada kasus yang lebih parah. Selain
di lambung, luka tersebut dapat terbentuk di usus 12 jari atau di bagian bawah kerongkongan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Pr oses
Penyakit . Jakarta: Penerbit EGC.

Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan M edikal Bedah Brunner & Suddarth . Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.

Asali, et al. (2018). Risk Factor Leading to Peptic Ulcer Disease: Systematic Review in
Literature. International Journal of Community Medicine and Public Health

18

Anda mungkin juga menyukai