Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


ULKUS PEPTIKUM”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas KDM II

Disusun oleh :
Yurida Ananda Aprillia
102081805

UNIVERSITAS TRIATMA MULYA


FAKULTAS KESEHATAN, SAINS DAN TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
JEMBRANA
BALI
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah untuk memenuhi tugas
Keperawatan Dasar Manusia II dengan judul “Asuhan keperawatan Ulkus
Peptikum”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jembrana, 28 Juli 2020

Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Konsep Teori........................................................................................3
1. Definisi.............................................................................................3
2. Etiologi.............................................................................................3

3. patofisiologi......................................................................................3
4. manifestasi klinis..............................................................................5
5. Pemeriksaan penunjang/diagnostik..................................................6
6. Penatalaksanaan medis.....................................................................6
B. WOC.....................................................................................................8
C. Konsep Asuhan Keperawatan...............................................................10
1. Pengkajian........................................................................................10
2. Diagnosa...........................................................................................15
3. Intervensi..........................................................................................16
4. Implementasi....................................................................................16
5. Evaluasi............................................................................................17
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................18
B. Saran...................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bedasarkan penelitian bahwa 5%-15% dari populasi di Amerika
Serikat mengalami ulkus, tetapi hanya kira-kira setengahnya yang
diketahui, kejadian ini telah menurun sebanyak 50% selama 20 tahun
terakhir. Ulkus duodenum terjadi 5 sampai 10 kali lebih sering dari pada
ulkus lambung.
Penyakit ini terjadi dengan frekuensi paling besar pada individu
antara usia 40 – 60 tahun dan tetapi relatif jarang pada wanita menyusui,
meskipun ini telah dionservasi pada anak-anak dan bahkan pada bayi. Pria
terkena tiga kali lebih banyak dari pada wanita, tetapi terdapat beberapa
bukti bahwa incident pada wanita meningkat setelah menopause.
Di Indonesia juga terjadi hal demikian hampir sama dengan bahkan lebih
banyak dari pada Negara luar seperti amerika karena Negara Indonesia
merupakan Negara berkembang. Prevalensi ulkus peptikum di Indonesia
pada beberapa penelitian ditemukan antara 6-15% terutama pada usia 20-
50 tahun (Suyono,2001). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(BPPK) Depkes menyatakan bahwa ulkus peptikum di Indonesia
menempati urutan ke-10 dalam kategori penyebab kematian pada
kelompok umur 45-54 tahun pada laki-laki (2,7%).
Dari data di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih
dalam tentang ulkus dan mengapa ulkus kerap terjadi di setiap individu
serta bagaimana cara mengatasinya. Maka dari itu penulis mengangkat
sebuah makalah Ulkus Peptikum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari ulkus peptikum
2. Apa etiologi dari ulkus peptikum
3. Bagaimana patofisiologi dari ulkus peptikum
4. Bagaimana manifestasi klinis dari ulkus peptikum
5. Apa saja pemeriksaan penunjang dari ulkus peptikum
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dari ulkus peptikum
7. Bagaimana WOC dari ulkus peptikum
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada ulkus peptikum
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan penulisan adalah
untuk mengetahui konsep teori, WOC dan asuhan keperawatan dari ulkus
peptikum
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Ulkus peptikum adalah erosi mukosa gastro intestinal yang
disebabkan oleh terlalu banyaknya asam hidroklorida dan
pepsin.Meskipun ulkus dapat terjadi pada osofagus, lokasi paling umum
adalah duodenum dan lambung (Wardell, 1990).
Ulkus peptikum atau ulkus peptikumum merupakan keadaan
dimana kontinuitas mukosa lambung terputus dan meluas sampai di bawah
epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel
disebut erosi, walaupun sering kali dianggap juga sebagai ulkus (Fry,
2005). Menurut definisi, ulkus peptikum dapat ditemukan pada setiap
bagian saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu esophagus,
lambung, duodenum, jejunum,dan setelah tindakan gastroenterostomi.
Ulkus peptikum diklasifikasikan atas ulkus akut dan ulkus kronik, hal
tersebut menggambarkan tingkat tingkat kerusakan pada lapisan mukosa
yang terlibat( Aziz, 2008).
2. Etiologi
Ulkus peptikum bisa disebabkan oleh hal berikut :
a. Ketidakseimbangan asam gastrik dan sekresi pepsin serta perubahan
mukosa (Charlene dkk, 2001)
b. Faktor lainnya : herediter, merokok, alkohol, obat-obatan (NSAID)
dan kuman H.pylori
3. Patofisiologi
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini
tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan(asam hidrochlorida
dan pepsin). Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi
dan kerja asam peptin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan
normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mukus
yang cukup bertindak sebagai barier terhadap asam klorida.
Sekresi lambung terjadi 3 fase yang serupa:
a. Sefalik
Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau
atau rasa makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang
pada gilirannya merangsang saraf vagal. Intinya, makanan yang tidak
menimbulkan nafsu makan menimbulkan sedikit efek pada sekresi
lambung. Inilah yang menyebabkan makanan sering secara
konvensional diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini
banyak ahli gastroenterology menyetujui bahwa diet saring
mempunyai efek signifikan pada keasaman lambung atau
penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal berlebihan selama malam
hari saat lambung kosong adalah iritan yang signifikan.
b. Fase lambung
Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan
kimiawi dan mekanis terhadap reseptor dibanding lambung. Refleks
vagal menyebabkan sekresi asam sebagai respon terhadap distensi
lambung oleh makanan.
c. Fase usus
Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap
menjadi gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam
lambung.
Pada manusia, sekresi lambung adalah campuran mukokolisakarida
dan mukoprotein yang disekresikan secara kontinyu melalui kelenjar
mukosa. Mucus ini mengabsorpsi pepsin dan melindungi mukosa
terhadap asam. Asam hidroklorida disekresikan secara kontinyu, tetapi
sekresi meningkat karena mekanisme neurogenik dan hormonal yang
dimulai dari rangsangan lambung dan usus. Bila asam hidroklorida
tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila lapisan luar mukosa tidak
memberikan perlindungan asam hidroklorida bersama dengan pepsin
akan merusak lambung. Asam hidroklorida kontak hanya dengan
sebagian kecil permukaan lambung. Kemudian menyebar ke dalamnya
dengan lambat. Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier
mukosa lambung. Barier ini adalah pertahanan untama lambung
terhadap pencernaan yang dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri.
Factor lain yang mempengaruhi pertahanan adalah suplai darah,
keseimbangan asam basa, integritas sel mukosa, dan regenerasi epitel.
Oleh karena itu, seseorang mungkin mengalami ulkus peptikum karena
satu dari dua factor ini :
a. Hipersekresi asam pepsin
b. Kelemahan barrier mukosa lambung
4. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau
beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali,
sering tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi.Banyak individu
mengalami gejala ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi atau hemoragi
yang tanpa adanya manifestasi yang mendahului, yaitu :
a. Nyeri
biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk
atau sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini
diyakini bahwa nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan
duodenum meningkat menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf
yang terpajan. Teori lain menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam
merangsang mekanisme refleks local yang mamulai kontraksi otot
halus sekitarnya. Nyeri biasanya hilang dengan makan, karena makan
menetralisasi asam atau dengan menggunakan alkali, namun bila
lambung telah kosong atau alkali tidak digunakan nyeri kembali
timbul.Nyeri tekan lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan
memberikan tekanan lembut pada epigastrium atau sedikit di sebelah
kanan garis tengah.Beberapa gejala menurun dengan memberikan
tekanan local pada epigastrium.
b. Pirosis (nyeri ulu hati)
beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus dan
lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam.
Eruktasi atau sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong.
c. Muntah
meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat
menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan
pembentukan jaringan parut atau pembengkakan akut dari membran
mukosa yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada ulkus
akut.Muntah dapat terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya
setelah nyeri berat yang dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam
lambung.
d. Konstipasi dan pendarahan
konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus, kemungkinan sebagai akibat
dari diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga datang dengan perdarahan
gastrointestinal sebagian kecil pasien yang mengalami akibat ulkus
akut sebelumnya tidak mengalami keluhan, tetapi mereka
menunjukkan gejala setelahnya.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Endoskopi, digunakan untuk mengidentifikasi perubahan inflamasi,
ulkus dan lesi. Melalui endoskopi mukosa dapat secara langsung
dilihat dan biopsy didapatkan.Endoskopi telah diketahui dapat
mendeteksi beberapa lesi yang tidak terlihat melalui pemeriksaan sinar
X karena ukuran atau lokasinya.
b. Spesimen feses, yaitu untuk mengetahui adanya darah semar
c. Pemeriksaan cairan lambung, merupakan nilai yang menentukan dalam
mendiagnosis aklorhidria(tidak terdapat asam hdroklorida dalam getah
lambung) dan sindrom zollinger-ellison. Nyeri yang hilang dengan
makanan atau antasida, dan tidak adanya nyeri yang timbul juga
mengidentifikasikan adanya ulkus.
d. Biopsy, Adanya H. Pylory dapat ditentukan dengan biopsy dan
histology melalui kultur, meskipun hal ini merupakan tes laboratorium
khusus. serta tes serologis terhadap antibody pada antigen H. Pylori.
6. Penatalaksanaan Medis
a. Diet
Tujuan diet untuk pasien ulkus peptikum adalah untuk menghindari
sekresi asam yang berlebih dan hipermortilitas saluran gastrointestinal
dengan menghindari makanan yang sifatnya meningkatkan sekresi
asam lambung. Pasien dianjurkan untuk makan apa saja yang
disukainya selain itu untuk menetralisir asam dengan makan tiga kali
sehari makanan biasa
b. Berhenti merokok
Pasien dianjurkan untuk berhenti merokok karena penelitian terbaru
menunjukkan bahwa merokok terus-menerus dapat menghambat
secara bermakna perbaikan ulkus
c. Penurunan stress dan istirahat
Penurunan stress lingkungan adalah tugas sulit yang memerlukan
intervensi fisik dan mental pada pihak pasien dan bantuan serta
kerjasama anggota keluarga. Stress dapat meningkatkan sekresi asam
lambung oleh karena itu intervensi penurunan stress perlu dilakukan
dengan melibatkan anggota keluarganya
d. Obat –obatan seperti
a. Sucralfate
Cara kerjanya adalah dengan membentuk selaput pelindung
melapisi dasar ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Sangat
efektif untuk mengobati ulkus peptikum dan merupakan pilihan ke
dua dari antacid. Sucralfat diminum 3-4 x/hari dan tidak diserap ke
dalam darah sehingga efek sampingnya sedikit tetapi bisa
menyebabkan sembelit
b. Antagonis H2
Contohnya adalah cimetidine, ranitidine, famotidine, dan
nizatidine. Obat ini mempercepat penyembuhan ulkus dengan
mengurangi jumlah asam dan enzim pencernaan di dalam lambung
dan duodenum. Diminum 1x/hari dan beberapa diantaranya
diperoleh tanpa resep dokter
c. Omeprazole dan lansoprazole
Merupakan obat yang sangat kuat menghambat pembentukan
enzim yang diperlukan lambung untuk membuat asam. Obat ini
dapat secara total menghambat pelepasan asam dan efeknya
berlangsung lama
d. Antibiotic
Digunakan bila penyebab utama terjadinya ulkus adalah
helicobacter pylori. Pengobatan ini bisa mengurangi gejala ulkus
bahkan bila ulkus tidak memberikan respon terhadap pengobatan
sebelumnya atau jika ulkus sering mengalami kekambuhan
e. Misoprostol
Digunakan untuk mencegah ulkus gastrikum yang disebabkan oleh
obat-obatan anti peradangan non steroid.

B. WOC (Web Of Causation)

Penyebab
Asam dalam lumen, alkohol, NSAID, H.pylori, herediter, stress,
makanan/minuman yg dapat mengiritasi lambung

Peningkatan permeabilitas sawar lambung

Asam lambung kembali berdifusi ke mukosa

Pengeluaran histamine

Merangsang sekresi asam sehingga asam meningkat

Merusak mukosa lambung

Ulkus peptikum
Kerusakan barrier fungsi sawar mukosa kerusakan mukosa
Lambung lambung menurun lambung

Peningkatan asam destruksi kapiler dan vena reaksi radang


lambung
pelepasan hormon
pendarahan terus menerus bradikinin dan
mual serotinin

ansietas merangsang hipotalamus


anoreksia pada pusat nyeri

intake makanan tdk nyeri


adekuat

ketidak seimbangan nutrisi


kurang dr kebutuhan tubuh
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
1) Nama : Tn. A
2) Umur : 65 tahun
3) Jenis kelamin : laki – laki
4) Agama : islam
5) Suku / bangsa : jawa/Indonesia
6) Alamat : Jl. Buntek No.1 pengambengan
7) Pekerjaan : swasta
8) Pendidikan : SMU
9) Tanggal pengkajian : 16 juni 2020
10) Diagnose medis : Ulkus Peptikum
Biodata penanggung jawab
1) Nama : Tn. S
2) Umur : 30 tahun
3) Jenis kelamin : laki- laki
4) Agama : islam
5) Pekerjaan : karyawan swasta
6) Pendidikan : S1 ekonomi
7) Hubungan dengan klien : Anak Kandung
8) Alamat : Jl. Buntek No.1 pengambengan
b. Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit
Sejak kemarin pasien merasa tidak enak makan, merasa mual kadang
disertai dengan muntah dan nyeri perut di bagian ulu hati yang
dirasakan semakin lama semakin tidak dapat ditahan dan semakin
sering timbul sehingga pasien dan keluarga memutuskan untuk masuk
rumah sakit
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 16 juni 2020, sejak pagi px Tn.A belum makan nasi
ataupun makanan yang mengandung karbohidrat hanya minum air
putih dan kemudian makan manga. Tiba-tiba Tn.A mengeluh sakit
perut dan nyeri bertambah hebat 2 jam setelah Tn.A makan siang. Px
dating ke rumah sakit dengan keluhan nyeri perut seperti tertusuk dan
seperti terbakar di epigastrium tengah. Nyeri bertambah 2 jam setelah
makan dan setelah aktivitas. Skala nyeri berada pada skala 7, px juga
mengeluh mual dan muntah lebih dari 3 kali
d. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Px mengatakan sebelumnya memang mempunyai penyakit maag atau
gastritis
e. Riwayat Kesahatan Keluarga
Px mengatakan keluarganya tidak mempunyai penyakit yang menurun
atau pun menular
f. Riwayat Psikososial dan Status Spiritual
1) Riwayat psikologis
Px dapat menerima dan tidak merasa rendah diri karena
penyakitnya dianggap wajar terjadi pada usia tua
2) Aspek sosial
Hubungan px dengan keluarga baik tidak ada masalah sementara
dengan masyarakat hubungan px baik juga karena px sering ikut
kegiatan sosial di masyarakat sesuai dengan kemampuannya’
3) Aspek spiritual/nilai kepercayaan
Px rajin shalat dan mengikuti pengajian
g. Pola Kebiasaan sehari – hari
1) Pola nutrisi
Sebelum : px makan 2x sehari dengan lauk dan sayur dengan
porsi sedang. Dan px minum kurang lebih 700cc
perhari
Sakit : px mengatakan makan 3x sehari dengan porsi 3
sdm. Dan px mengatakan minum kurang lebih
500cc (air hangat) perhari
2) Pola eliminasi
a) BAB
Sebelum : px mengatakan BAB 1x sehari, tidak ada darah,
lender, konstipasi lembek
Sakit : px mengatakan mengalami konstipasi (sembelit)
selama 3 hari
b) BAK
Sebelum : px mengatakan BAK kurang lebih 6x sehari
warna urin kuning jernih
Sakit : px mengatakan BAK 2-3 sehari, warna urin
kuning jernih
3) Pola kebersihan diri
Sebelum : px mampu membersihkan diri sendiri secara
mandiri, mandi 2x sehari, gososk gigi 2x sehari,
cuci rambut 2 hari sekali.
Sakit : px diseka 2x sehari, gososk gigi 2x sehari dibantu
oleh keluarga
4) Pola aktivitas, latihan dan bermain
Sebelum : px menjalankan aktivitas sehari-hari dengan
normal, yaitu bekerja disebuah perusahaan swasta
Sakit : px berbaring lemah di tempat tidur
5) Pola istirahat dan tidur
Sebelum : px tidur kurang lebih 8-9 jam perhari. Mulai jam
21.00 WIB sampai 14.00 WIB
Sakit : px tidur kurang lebih 5-7 jam perhari. Mulai jam
22.00 WIB sampai 05.00 WIB
h. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum pasien kurang tapi kesadarannya composmentis
2) Tanda – tanda vital
TD : 110/70 mmHg
N : 107x/menit
S : 38’C
RR : 24 x/menit
BB awal : 58 kg
BB sekarang : 54 kg
3) Pemfis cepalo caudal
a) Kepala dan rambut
Wajah px simetris, tidak ada lesi, pipi tirus dan Rambut hitam
pendek, tidak ada lesi dan kotoran.
b) Hidung
Bentuk simetris, tidak ada sekret dan lesi, fungsi penciuman
baik.
c) Telinga
Simetris kanan dan kiri, tidak ada serumen.
d) Mata
Posisi simetris kanan dan kiri, pupiol isokhor, fungsi
penglihatan baik.
e) Mulut, gigi, lidah, tonsil dan faring
Simetris, mukosa bibir kering. fungsi pengecapan baik, tonsil
tidak infeksi, jumlah gigi sudah tidak lengkap.
f) Leher dan tenggorokan
Fungsi menelan normal, tidak ada pembesaran tyroid dan vena
jugularis dan leher dapat digerakkan dengan bebas
g) Dada /thorak
1. Pemeriksaan paru
Inspeksi : normal, simetris. Tidak ada lesi
Palpasi : normal, tidak ada benjolan
Perkusi : paru –paru kanan/kiri sonor
Auskultasi : tidak ada wheezing, ronchi
2. Pemeriksaan jantung
Inspeksi : normal, simetris. Tidak ada lesi
Palpasi : normal, tidak ada benjolan
Perkusi : paru –paru kanan/kiri sonor
Auskultasi : S1, S2 tunggal
3. Payudara
Inspeksi : simetris dan tidak terdapat benjolan
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
h) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : bentuk simetris
Auskultasi : terdapat bising usus 10x/menit
Palpasi : nyeri tekan di epigastrium
Perkusi : timpani
i) Ekstremitas, kuku dan kekuatan otot
Tangan kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, akral hangat,
sendi bisa digerakkan normal dan Kaki kanan dan kiri simetris,
tidak ada lesi, akral hangat, sendi bisa digerakkan normal.
j) Genetalia dan anus
Tidak terkaji
k) Pemeriksaan neurologi
Kesadaran komfos mentis, tidak kehilangan memori,
komunikasi lancar dan jelas, orientasi terhadap orang baik.
i. Harapan klien / keluarga sehubungan dengan penyakitnya
Klien berharap penyakitnya sembuh dan tidak dapat kambuh lagi dan
jangan sampai dirawat lagi di rumah sakit.

Jembrana, 16 juni 2020


Mahasiswa
ANALISA DATA

NO Kelompok data Masalah Etiologi


1 DS : Nyeri Kelemahan/kerusakan
- Klien mengatakan mukosa lambung
sering meringis
kesakitan Konsentrasi dan kerja
DO: asam pepsin meningkat
- Tekanan nadi 107
kali/menit Erosi pada membran
- Ekskpresi wajah mukosa lambung
meringis
- Nyeri pada skala 7 Korteks cerebri

Gangguan rasa nyaman


(nyeri)
2 DS : Nutrisi kurang dari kebutuhan Kelemahan/kerusakan
- Px mengatakan tubuh mukosa lambung
nafsu makannya
berkurang yg Konsentrasi dan kerja
sebelumnya makan asam pepsin mengingkat
porsi penuh sekarg
hanya abis 3 sdm Erosi pada membran
DO : mukosa lambung
- Porsi makan
berkurang Disfungsi lambung
- Berat badan
menurun Anoreksia

Mal nutrisi
3 DS : Ansietas
- Px mengatakan
tidak pernah
mengalami
penyakit ini
sebelumnya
DO :
- Px mengeluh
dengan penyakitnya
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO Diagnosa
1 Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peningkatan asam
lambung
2  Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia
3 Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO Tujuan Intervensi Rasional Ttd


1 Dalam waktu 1x24 jam Kaji intensitas, durasi, dan Mengetahui intensitas,
nyeri berkurang. frekuensi nyeri. durasi, dan frekuensi
Kriteria : nyeri.
- Px tidak mengeluh Beri teknik distraksi dan
nyeri. relaksasi. Relaksasi Untuk
- Px dapat melenturkan otot-otot
beristirahat dengan Beri posisi yang nyaman. yang kaku. Distraksi
tenang. Untuk mengalihkan
Memberi wawasan tentang perhatian dari rasa
penyakitnya nyeri.

Obs. TTV Posisi duduk yang


nyaman dapat
Kolaborasi dengan tim gizi. mengurangi nyeri.

Menambah wawasan.

Mengetahui TTV.

Pemberian diit yang


adekuat.

2 Dalam waktu 1x24 jam Memberi makanan porsi Dapat meningkatkan


kebutuhan nutrisi sedikit tapi sering. pemasukan dalam
terpenuhi. lambung.
Jangka Pendek : Berikan makanan selagi
- Px terlihat segar. hangat. Dapat meningkatkan
- Px tidak mual atau nafsu makan.
muntah. Anjurkan px untuk minum
Jangka Panjang : 8 gelas perhari. Intake cairan P.O
- BB ideal terpenuhi.
- Nafsu makan Berikan informasi nutrisi
normal. adekuat. Menambah pengetahuan
px.
Observasi TTV
Mengetahui TTV.
Kolaborasi dengan tim gizi. Pemberian diit yang
adekuat.

Meningkatkan status
kesehatan px.

3 Dalam waktu 1x24 jam Awasi respon fisiologis Dapat menjadi indikatif
diharapkan px (takipnea, palpitasi, pusing, derajat takut yang
menunjukkan rileks dan sensasi kesemutan) dialami pasien tetapi
ansietas menurun dapat juga berhubungan
Dorong pernyataan takut dengan kondisi
dan ansietas : berikan fisik/status syok
umpan balik
Membuat hubungan
Berikan lingkungan untuk terapeutik, membantu
istirahat px menerima perasaan
dan memberikan
Tunjukkan teknik relaksasi kesempatan untuk
memperjelas kesalahan
konsep

Dapat meningkatkan
keterampilan koping

Belajar cara untuk rileks


dapat membantu
menurunkan takut dan
ansietas
CATATAN PERKEMBANGAN

NO Evaluasi
1 S : pasien merasa nyeri perut sedikit berkurang.
O : keadaan umum cukup.
Skala nyeri menjadi skala nyeri 7.
TTV :
 TD  : 110/80 mmHg

 S     : 37ºC

 N    : 88 x/m

RR   : 22 x/m
BB awal  : 58 kg
BB skrg   : 54 kg
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan :
1.      Motivasi pasien untuk makan dan minum cukup.
2.      Observasi TTV.
3.      Kolaborasi dengan tim dokter.

2 S : pasien mengatakan mual dan muntah sedikit berkurang.


O :  keadaan umum cukup
       Mukosa bibir kering
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan :
Motivasi px untuk makan dan minum cukup.
 Observasi TTV.

Kolaborasi dengan tim dokter.

3 S : Pasien mengatakan sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan


tidak merasa cemas lagi.
O: Pasien tampak mengangguk saat diberi penjelasan dan saat ditanya pasien
bisa menjawab
A: Tujuan tercapai, masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ulkus peptikum mengacu pada rusaknya lapisan mukosa dibagian mana
saja di saluran gastro intestinal, tetapi biasanya di lambung atau
duodenum. Gejala yang sering muncul pada ulkus peptikum yaitu nyeri,
muntah, konstipasi dan perdarahan.
B. Saran
1. Untuk mencapai asuhan keparawatan dalam merawat klien,
pendekatan dalam proses keperawatan harus dilaksanakan sedacara
sistematis.
2. Pelayanan keperawatan hendaknya dilaksanakan sesuai dengan
prosedur tetap dan tetap memperhatikan dan menjaga privacy klien.
3. Perawat hendaknya selalu menjalin hubungan kerjasama yang baik/
kolaborasi baik kepada teman sejawat, dokter atau para medis lainnya
dalam hal pelaksanaan Asuhan Keperawatan maupun dalam hal
pengobatan kepada klien agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai