Disusun oleh :
Yurida Ananda Aprillia
102081805
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah untuk memenuhi tugas
Keperawatan Dasar Manusia II dengan judul “Asuhan keperawatan Ulkus
Peptikum”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Konsep Teori........................................................................................3
1. Definisi.............................................................................................3
2. Etiologi.............................................................................................3
3. patofisiologi......................................................................................3
4. manifestasi klinis..............................................................................5
5. Pemeriksaan penunjang/diagnostik..................................................6
6. Penatalaksanaan medis.....................................................................6
B. WOC.....................................................................................................8
C. Konsep Asuhan Keperawatan...............................................................10
1. Pengkajian........................................................................................10
2. Diagnosa...........................................................................................15
3. Intervensi..........................................................................................16
4. Implementasi....................................................................................16
5. Evaluasi............................................................................................17
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................18
B. Saran...................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bedasarkan penelitian bahwa 5%-15% dari populasi di Amerika
Serikat mengalami ulkus, tetapi hanya kira-kira setengahnya yang
diketahui, kejadian ini telah menurun sebanyak 50% selama 20 tahun
terakhir. Ulkus duodenum terjadi 5 sampai 10 kali lebih sering dari pada
ulkus lambung.
Penyakit ini terjadi dengan frekuensi paling besar pada individu
antara usia 40 – 60 tahun dan tetapi relatif jarang pada wanita menyusui,
meskipun ini telah dionservasi pada anak-anak dan bahkan pada bayi. Pria
terkena tiga kali lebih banyak dari pada wanita, tetapi terdapat beberapa
bukti bahwa incident pada wanita meningkat setelah menopause.
Di Indonesia juga terjadi hal demikian hampir sama dengan bahkan lebih
banyak dari pada Negara luar seperti amerika karena Negara Indonesia
merupakan Negara berkembang. Prevalensi ulkus peptikum di Indonesia
pada beberapa penelitian ditemukan antara 6-15% terutama pada usia 20-
50 tahun (Suyono,2001). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(BPPK) Depkes menyatakan bahwa ulkus peptikum di Indonesia
menempati urutan ke-10 dalam kategori penyebab kematian pada
kelompok umur 45-54 tahun pada laki-laki (2,7%).
Dari data di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih
dalam tentang ulkus dan mengapa ulkus kerap terjadi di setiap individu
serta bagaimana cara mengatasinya. Maka dari itu penulis mengangkat
sebuah makalah Ulkus Peptikum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari ulkus peptikum
2. Apa etiologi dari ulkus peptikum
3. Bagaimana patofisiologi dari ulkus peptikum
4. Bagaimana manifestasi klinis dari ulkus peptikum
5. Apa saja pemeriksaan penunjang dari ulkus peptikum
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dari ulkus peptikum
7. Bagaimana WOC dari ulkus peptikum
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada ulkus peptikum
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan penulisan adalah
untuk mengetahui konsep teori, WOC dan asuhan keperawatan dari ulkus
peptikum
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Ulkus peptikum adalah erosi mukosa gastro intestinal yang
disebabkan oleh terlalu banyaknya asam hidroklorida dan
pepsin.Meskipun ulkus dapat terjadi pada osofagus, lokasi paling umum
adalah duodenum dan lambung (Wardell, 1990).
Ulkus peptikum atau ulkus peptikumum merupakan keadaan
dimana kontinuitas mukosa lambung terputus dan meluas sampai di bawah
epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel
disebut erosi, walaupun sering kali dianggap juga sebagai ulkus (Fry,
2005). Menurut definisi, ulkus peptikum dapat ditemukan pada setiap
bagian saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu esophagus,
lambung, duodenum, jejunum,dan setelah tindakan gastroenterostomi.
Ulkus peptikum diklasifikasikan atas ulkus akut dan ulkus kronik, hal
tersebut menggambarkan tingkat tingkat kerusakan pada lapisan mukosa
yang terlibat( Aziz, 2008).
2. Etiologi
Ulkus peptikum bisa disebabkan oleh hal berikut :
a. Ketidakseimbangan asam gastrik dan sekresi pepsin serta perubahan
mukosa (Charlene dkk, 2001)
b. Faktor lainnya : herediter, merokok, alkohol, obat-obatan (NSAID)
dan kuman H.pylori
3. Patofisiologi
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini
tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan(asam hidrochlorida
dan pepsin). Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi
dan kerja asam peptin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan
normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mukus
yang cukup bertindak sebagai barier terhadap asam klorida.
Sekresi lambung terjadi 3 fase yang serupa:
a. Sefalik
Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau
atau rasa makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang
pada gilirannya merangsang saraf vagal. Intinya, makanan yang tidak
menimbulkan nafsu makan menimbulkan sedikit efek pada sekresi
lambung. Inilah yang menyebabkan makanan sering secara
konvensional diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini
banyak ahli gastroenterology menyetujui bahwa diet saring
mempunyai efek signifikan pada keasaman lambung atau
penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal berlebihan selama malam
hari saat lambung kosong adalah iritan yang signifikan.
b. Fase lambung
Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan
kimiawi dan mekanis terhadap reseptor dibanding lambung. Refleks
vagal menyebabkan sekresi asam sebagai respon terhadap distensi
lambung oleh makanan.
c. Fase usus
Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap
menjadi gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam
lambung.
Pada manusia, sekresi lambung adalah campuran mukokolisakarida
dan mukoprotein yang disekresikan secara kontinyu melalui kelenjar
mukosa. Mucus ini mengabsorpsi pepsin dan melindungi mukosa
terhadap asam. Asam hidroklorida disekresikan secara kontinyu, tetapi
sekresi meningkat karena mekanisme neurogenik dan hormonal yang
dimulai dari rangsangan lambung dan usus. Bila asam hidroklorida
tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila lapisan luar mukosa tidak
memberikan perlindungan asam hidroklorida bersama dengan pepsin
akan merusak lambung. Asam hidroklorida kontak hanya dengan
sebagian kecil permukaan lambung. Kemudian menyebar ke dalamnya
dengan lambat. Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier
mukosa lambung. Barier ini adalah pertahanan untama lambung
terhadap pencernaan yang dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri.
Factor lain yang mempengaruhi pertahanan adalah suplai darah,
keseimbangan asam basa, integritas sel mukosa, dan regenerasi epitel.
Oleh karena itu, seseorang mungkin mengalami ulkus peptikum karena
satu dari dua factor ini :
a. Hipersekresi asam pepsin
b. Kelemahan barrier mukosa lambung
4. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau
beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali,
sering tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi.Banyak individu
mengalami gejala ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi atau hemoragi
yang tanpa adanya manifestasi yang mendahului, yaitu :
a. Nyeri
biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk
atau sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini
diyakini bahwa nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan
duodenum meningkat menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf
yang terpajan. Teori lain menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam
merangsang mekanisme refleks local yang mamulai kontraksi otot
halus sekitarnya. Nyeri biasanya hilang dengan makan, karena makan
menetralisasi asam atau dengan menggunakan alkali, namun bila
lambung telah kosong atau alkali tidak digunakan nyeri kembali
timbul.Nyeri tekan lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan
memberikan tekanan lembut pada epigastrium atau sedikit di sebelah
kanan garis tengah.Beberapa gejala menurun dengan memberikan
tekanan local pada epigastrium.
b. Pirosis (nyeri ulu hati)
beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus dan
lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam.
Eruktasi atau sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong.
c. Muntah
meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat
menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan
pembentukan jaringan parut atau pembengkakan akut dari membran
mukosa yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada ulkus
akut.Muntah dapat terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya
setelah nyeri berat yang dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam
lambung.
d. Konstipasi dan pendarahan
konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus, kemungkinan sebagai akibat
dari diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga datang dengan perdarahan
gastrointestinal sebagian kecil pasien yang mengalami akibat ulkus
akut sebelumnya tidak mengalami keluhan, tetapi mereka
menunjukkan gejala setelahnya.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Endoskopi, digunakan untuk mengidentifikasi perubahan inflamasi,
ulkus dan lesi. Melalui endoskopi mukosa dapat secara langsung
dilihat dan biopsy didapatkan.Endoskopi telah diketahui dapat
mendeteksi beberapa lesi yang tidak terlihat melalui pemeriksaan sinar
X karena ukuran atau lokasinya.
b. Spesimen feses, yaitu untuk mengetahui adanya darah semar
c. Pemeriksaan cairan lambung, merupakan nilai yang menentukan dalam
mendiagnosis aklorhidria(tidak terdapat asam hdroklorida dalam getah
lambung) dan sindrom zollinger-ellison. Nyeri yang hilang dengan
makanan atau antasida, dan tidak adanya nyeri yang timbul juga
mengidentifikasikan adanya ulkus.
d. Biopsy, Adanya H. Pylory dapat ditentukan dengan biopsy dan
histology melalui kultur, meskipun hal ini merupakan tes laboratorium
khusus. serta tes serologis terhadap antibody pada antigen H. Pylori.
6. Penatalaksanaan Medis
a. Diet
Tujuan diet untuk pasien ulkus peptikum adalah untuk menghindari
sekresi asam yang berlebih dan hipermortilitas saluran gastrointestinal
dengan menghindari makanan yang sifatnya meningkatkan sekresi
asam lambung. Pasien dianjurkan untuk makan apa saja yang
disukainya selain itu untuk menetralisir asam dengan makan tiga kali
sehari makanan biasa
b. Berhenti merokok
Pasien dianjurkan untuk berhenti merokok karena penelitian terbaru
menunjukkan bahwa merokok terus-menerus dapat menghambat
secara bermakna perbaikan ulkus
c. Penurunan stress dan istirahat
Penurunan stress lingkungan adalah tugas sulit yang memerlukan
intervensi fisik dan mental pada pihak pasien dan bantuan serta
kerjasama anggota keluarga. Stress dapat meningkatkan sekresi asam
lambung oleh karena itu intervensi penurunan stress perlu dilakukan
dengan melibatkan anggota keluarganya
d. Obat –obatan seperti
a. Sucralfate
Cara kerjanya adalah dengan membentuk selaput pelindung
melapisi dasar ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Sangat
efektif untuk mengobati ulkus peptikum dan merupakan pilihan ke
dua dari antacid. Sucralfat diminum 3-4 x/hari dan tidak diserap ke
dalam darah sehingga efek sampingnya sedikit tetapi bisa
menyebabkan sembelit
b. Antagonis H2
Contohnya adalah cimetidine, ranitidine, famotidine, dan
nizatidine. Obat ini mempercepat penyembuhan ulkus dengan
mengurangi jumlah asam dan enzim pencernaan di dalam lambung
dan duodenum. Diminum 1x/hari dan beberapa diantaranya
diperoleh tanpa resep dokter
c. Omeprazole dan lansoprazole
Merupakan obat yang sangat kuat menghambat pembentukan
enzim yang diperlukan lambung untuk membuat asam. Obat ini
dapat secara total menghambat pelepasan asam dan efeknya
berlangsung lama
d. Antibiotic
Digunakan bila penyebab utama terjadinya ulkus adalah
helicobacter pylori. Pengobatan ini bisa mengurangi gejala ulkus
bahkan bila ulkus tidak memberikan respon terhadap pengobatan
sebelumnya atau jika ulkus sering mengalami kekambuhan
e. Misoprostol
Digunakan untuk mencegah ulkus gastrikum yang disebabkan oleh
obat-obatan anti peradangan non steroid.
Penyebab
Asam dalam lumen, alkohol, NSAID, H.pylori, herediter, stress,
makanan/minuman yg dapat mengiritasi lambung
Pengeluaran histamine
Ulkus peptikum
Kerusakan barrier fungsi sawar mukosa kerusakan mukosa
Lambung lambung menurun lambung
Mal nutrisi
3 DS : Ansietas
- Px mengatakan
tidak pernah
mengalami
penyakit ini
sebelumnya
DO :
- Px mengeluh
dengan penyakitnya
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO Diagnosa
1 Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peningkatan asam
lambung
2 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia
3 Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Menambah wawasan.
Mengetahui TTV.
Meningkatkan status
kesehatan px.
3 Dalam waktu 1x24 jam Awasi respon fisiologis Dapat menjadi indikatif
diharapkan px (takipnea, palpitasi, pusing, derajat takut yang
menunjukkan rileks dan sensasi kesemutan) dialami pasien tetapi
ansietas menurun dapat juga berhubungan
Dorong pernyataan takut dengan kondisi
dan ansietas : berikan fisik/status syok
umpan balik
Membuat hubungan
Berikan lingkungan untuk terapeutik, membantu
istirahat px menerima perasaan
dan memberikan
Tunjukkan teknik relaksasi kesempatan untuk
memperjelas kesalahan
konsep
Dapat meningkatkan
keterampilan koping
NO Evaluasi
1 S : pasien merasa nyeri perut sedikit berkurang.
O : keadaan umum cukup.
Skala nyeri menjadi skala nyeri 7.
TTV :
TD : 110/80 mmHg
S : 37ºC
N : 88 x/m
RR : 22 x/m
BB awal : 58 kg
BB skrg : 54 kg
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Motivasi pasien untuk makan dan minum cukup.
2. Observasi TTV.
3. Kolaborasi dengan tim dokter.
A. Kesimpulan
Ulkus peptikum mengacu pada rusaknya lapisan mukosa dibagian mana
saja di saluran gastro intestinal, tetapi biasanya di lambung atau
duodenum. Gejala yang sering muncul pada ulkus peptikum yaitu nyeri,
muntah, konstipasi dan perdarahan.
B. Saran
1. Untuk mencapai asuhan keparawatan dalam merawat klien,
pendekatan dalam proses keperawatan harus dilaksanakan sedacara
sistematis.
2. Pelayanan keperawatan hendaknya dilaksanakan sesuai dengan
prosedur tetap dan tetap memperhatikan dan menjaga privacy klien.
3. Perawat hendaknya selalu menjalin hubungan kerjasama yang baik/
kolaborasi baik kepada teman sejawat, dokter atau para medis lainnya
dalam hal pelaksanaan Asuhan Keperawatan maupun dalam hal
pengobatan kepada klien agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.