Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

FILARIASIS

Oleh:
KELOMPOK 1
Kelas 2A
RAFLI ALFIANSYAH
TIARA ASISAH
NUR ULFIAH FAHYAD
DIAN DARWANI
PIKA WULANDARI
JUMAHIRA
RESKI AMELIA PUTRI

AKADEMI KEPERAWATAN BATARITOJA


WATAMPONE
2021/2022
BAB 1

A. Konsep Medis.
a. Definisi

Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit raenular menahun yang disebabkan
oleh cacing filarial dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres.
Cacing tersebut hidup di saluran dan kelenjar getah bening dengan manifestasi klinik akut
berupa deraam berulang, peradangan saluran dan saluran kelenjar getah bening.
Pemberantasan filariasis perlu dilaksanakan dengan tujuan menghentikan transmisi
penularan, diperlukan program yang berkesinambungan dan memakan waktu lama karena
mengingat masa hidup dari cacing dewasa yang cukup lama. Dengan demikian perlu
ditingkatkan surveilans epidemiologi di tingkat Puskesmas untu penemuan dini kasus
filariasis dan pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan fiilariasis. Memberikan
penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis mengenai cara penularan dan cara
pengendalian vektor (nyamuk). Jika penularan terjadi oleh nyamuk yang menggigit pada
malam hari di dalam rumah maka tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah
dengan penyemprotan, menggunakan pestisida residual, memasang kawat kasa, tidur
dengan menggunakan kelambu, memakai obat gosok anti nyamuk dan membersihkan
tempat perindukan nyamuk seperti kakus yang terbuka, ban-ban bekas, batok kelapa dan
membunuh larva dengan larvasida. Lakukan pengobatan misalnya dengan menggunakan
diethylcarbamazine citrate.

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit yang tersebar di
Indonesia. Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan kematian, tetapi dapat menurunkan
produktivitas penderitanya karena terjadi gangguan fisik.penyakit ini jarang terjadi pada
anak karena manifestasi klinisnya timbul bertahun – tahun setelah terjadi infeksi. Gejala
pembengkakan kaki muncul karena sumbatan mikrofilaria pada pembuluh limfe yang
biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun setelah terpapar parasite selama bertahun –
tahun. oleh karena itu Filariasis juga sering disebut penyakit kaki gajah. Akibat paling
fatal bagi penderita Filariasis yaitu kecacatan permanen yang sangat mengganggu
produktivitas.
B. Etiologi

Menurut WHO, terdapat sekitar 120 juta orang di dunia yang menderita filariasis limfatik

dan sepertiga di antaranya mengidap infeksi yang parah. Parasit filaria masuk ke tubuh

manusia melalui gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi. Cacing tersebut akan tumbuh

dewasa, bertahan hidup selama enam hingga delapan tahun, dan terus berkembang biak

dalam jaringan limfa manusia. Infeksi ini umumnya dialami sejak masa kanak-kanak dan

menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang tidak disadari sampai akhirnya terjadi

pembengkakan yang parah dan menyakitkan. Pembengkakan tersebut kemudian dapat

menyebabkan cacat permanen

Penyakit kaki gajah atau filariasis disebabkan oleh infeksi cacing jenis filaria pada
pembuluh getah bening. Cacing ini dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui
gigitan nyamuk.

Walaupun menyerang pembuluh getah bening, cacing filaria juga beredar di pembuluh
darah penderita kaki gajah. Jika penderita kaki gajah digigit oleh nyamuk, cacing filaria
dapat terbawa bersama darah dan masuk ke dalam tubuh nyamuk.

Lalu bila nyamuk ini menggigit orang lain, cacing filaria di tubuh nyamuk akan masuk
ke dalam pembuluh darah dan pembuluh getah bening orang tersebut. Cacing filaria
kemudian akan berkembang biak di pembuluh getah bening dan menyumbat peredaran
getah bening, hingga menyebabkan kaki gajah.

Beberapa jenis cacing filaria yang menyebabkan filariasis atau kaki gajah
adalah Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timor.  Sedangkan jenis nyamuk
penyebar cacing filaria adalah nyamuk jenis Culex, Aedes, Anopheles, dan Mansonia.

Melihat cara penularannya, seseorang akan lebih berisiko terkena penyakit kaki gajah
jika:

 Tinggal di lingkungan endemik kaki gajah.


 Tinggal di lingkungan yang tingkat kebersihannya buruk.
 Sering digigit nyamuk atau tinggal di lingkungan yang banyak nyamuk.
C. Patofisiologi

Patofisiologi filariasis secara umum disebabkan oleh respons imun tubuh terhadap
nematoda dewasa dan mikrofilaria. Proses ini umumnya terjadi secara kronik dan
membutuhkan waktu bulan sampai tahun.

-Patogenesis Filariasis Limfatik


Kelompok filariasis limfatik membutuhkan waktu inkubasi 8–16 bulan, namun beberapa
gejala dapat muncul 4 bulan setelah infeksi. Gejala yang timbul disebabkan oleh respons
imun tubuh terhadap toksin dan alergen yang diproduksi oleh filaria dewasa atau akibat
infeksi bakteri sekunder. Respons imun ini menimbulkan gejala berupa demam, rigor dan
tremor, serta kongesti.

Kasus filariasis limfatik yang kronik disebabkan karena adanya inflamasi yang berulang
yang menyebabkan pembesaran pembuluh limfe. Pembengkakan ini lebih sering
ditemukan di tungkai bawah dan area inguinal karena filaria dewasa terkonsentrasi di
pembuluh limfe daerah inguinal dan skrotal. Hidrokel pada skrotum juga merupakan
manifestasi yang sering ditemukan. Manifestasi lain yang dapat timbul adalah limfangitis,
limfadenitis, kiluria, pembengkakan skrotum, funikulitis, selulitis, dan elefantiasis.

Selain manifestasi di atas, pasien juga dapat mengalami dermatolimfangiodenitis akut


(acute dermatolymphangioadenitis / ADLA) dan eosinofilia pulmoner tropis
(TPE / tropical pulmonary eosinophilia). ADLA merupakan nodul atau lesi di pembuluh
limfe akibat respons imun tubuh terhadap filaria dewasa yang mati, sedangkan TPE
merupakan hipersensitivitas tubuh terhadap antigen filaria dan menyebabkan timbulnya
jaringan parut pada paru.
-Patogenesis Onchocerciasis
Larva yang masuk ke dalam tubuh manusia akan menjadi dewasa dalam waktu 3–12
bulan. Nematoda yang telah dewasa hidup di area subkutan, dekat dengan otot dan sendi
di dalam sebuah nodul fibrosa. Nodul ini merupakan hasil interaksi antara filaria dengan
respons imun tubuh. Onchocerca dewasa dapat hidup sampai 15 tahun. Gejala-gejala
onkoserkariasis disebabkan oleh respons imun tubuh terhadap larva yang mati. [7]
Onchocerca betina akan menghasilkan mikrofilaria setiap harinya. Mikrofilaria ini akan
berpindah ke bagian tubuh yang lain dan dapat terdeteksi setelah 10–20 bulan dari infeksi
awal. Mikrofilaria dapat bertahan hidup sampai 2 tahun. [7]
Patogenesis Loaiasis
Larva Loa loa  yang masuk ke dalam tubuh akan tumbuh menjadi filaria dewasa yang
hidup di antara lapisan fascia. Filaria dewasa juga dapat terlihat saat sedang melewati
permukaan mata. Rata-rata filaria dewasa dapat bertahan hidup selama 9 tahun, namun
dapat juga bertahan sampai 15–21 tahun. Loa loa betina akan memproduksi 10,000–
22,000 mikrofilaria setiap harinya. Mikrofilaria akan masuk ke pembuluh limfatik dan
berkumpul di pembuluh darah paru dan nantinya akan masuk ke pembuluh darah perifer.
Mikofilaria ini memiliki periodisitas. Saat siang hari, mikrofilaria dapat ditemukan di
pembuluh darah perifer, sedangkan pada malam hari, mikrofilaria berada di pembuluh
darah paru. Mikrofilaria dapat bertahan hidup selama 3–12 bulan.
Respons imun tubuh terhadap filaria dewasa atau larva akan menyebabkan timbulnya
pembengkakan Calabar, yaitu pembengkakan pada area subkutan yang tidak nyeri dan
tidak memerah. Pembengkakan ini akan sembuh spontan dalam waktu beberapa hari.

-Patogenesis Mansonellosis
Patogenesis Mansonella belum banyak diteliti karena sebagian besar infeksi bersifat
asimtomatik dan jarang menimbulkan gejala yang berat. Gejala yang ada diduga timbul
akibat reaksi respons imun tubuh terhadap filaria dewasa. Hal ini dibuktikan dengan
adanya eosinofilia pada pemeriksaan darah.
Respons Imun Tubuh secara Umum terhadap Filariasis
Sel T-helper 2 (Th2) memiliki peran yang lebih dominan. Sel ini akan menginduksi
produksi sitokin interleukin (IL)-4, IL-5, IL-9, IL-10, dan IL-13. Sel Th2 juga akan
merangsang respon imun humoral dengan menginduksi produksi antibodi IgG1, IgG4,
dan IgE. Populasi sel eosinofil juga akan meningkat dan makrofag akan teraktivasi.
Reaksi imun ini jarang dapat mengeliminasi nematoda dewasa secara total.
Infeksi dengan jumlah mikrofilaria yang rendah biasanya akan menghasilnya reaksi imun
yang akut dengan gejala yang berat. Sebaliknya, pada pasien dengan gejala yang tidak
terlalu berat, jumlah mikrofilaria yang ada dapat tinggi.

Nematoda filaria dapat membentuk endosimbiosis dengan bakteri yang disebut


sebagai Wolbachia.  Endosimbiosis ini memberikan keuntungan kepada filaria dalam hal
kelangsungan hidup di dalam tubuh pejamu dan fertilitas nematoda
dewasa. Wolbachia dapat menurunkan produksi eosinofil dan melindungi filaria dari
reaksi imun pejamu.
D. Tanda dan Gejala

Filariasis memiliki gejala dan tanda akut serta kronis. Biasanya gejala filariasis atau
kaki gajah akut ditandai dengan:
1. Demam
Demam biasanya terjadi selama 3 sampai 5 hari. Demam juga biasanya akan
muncul secara berulang. Ketika Anda mengistirahatkan tubuh, demam akan
hilang. Namun, ketika melakukan berbagai kegiatan berat, demam akan kembali
muncul.
2. Kedinginan
Selain demam, Anda biasanya akan merasa kedinginan atau meriang. Kondisi ini
biasanya kambuhan dan diikuti dengan demam.
3. Sakit kepala
Filariasis kronis juga ditandai dengan sakit kepala. Rasa sakit ini umumnya
cukup sering muncul berbarengan dengan demam.
4. Pembengkakan kelenjar getah bening
Pembengkakan ini biasanya muncul di daerah lipatan paha dan ketiak.
Umumnya, pembengkakan ini akan terlihat kemerahan, terasa panas, dan nyeri.
5. Radang saluran kelenjar getah bening
Biasanya kondisi ini ditandai dengan rasa panas dan sakit yang menjalar dari
pangkal ke arah ujung kaki atau lengan. Jika Anda merasakan ciri-ciri penyakit
kaki gajah yang satu ini, jangan disepelekan dan segera periksakan ke dokter.
6. Abses filarial
Abses filarial adalah kondisi saat kelenjar getah bening yang membengkak
pecah dan mengeluarkan darah serta nanah. Kondisi ini menandakan bahwa
infeksi mulai menyebar.
7. Pembengkakan dini
Pada filariasis kronis, tungkai, lengan, buah dada, dan skrotum akan terlihat
kemerahan dan sedikit membengkak. Selain itu, Anda juga akan merasakan
sensasi panas di beberapa bagian ini.
Kondisi ini menjadi tanda yang cukup jelas bahwa Anda terinfeksi kaki gajah.

Sementara itu, untuk gejala filariasis atau kaki gajah kronis, Anda mengalami
pembengkakan yang permanen dengan ukuran cukup besar pada:
 Kaki

 Kelamin

 Payudara

 Lengan

Bagian tubuh yang terinfeksi akan membengkak, terasa nyeri, dan kehilangan fungsi
secara bertahap akibat infeksi pada sistem limfatik (limfedema).
Selain itu, kulit tubuh Anda juga biasanya akan terpengaruh dan ditunjukkan dengan
berbagai gejala seperti:

 Kering

 Tebal

 Luka

 Berwarna lebih gelap dari biasanya

 Berbintik-bintik

Pada pria, infeksi ini dapat menyebabkan pembengkakan dan hidrokel pada skrotum.
Dikarenakan filariasis memengaruhi sistem kekebalan tubuh, pengidapnya juga
berisiko tinggi terkena infeksi lainnya.
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda
memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter.

E. Komplikasi

Penyakit filariasis atau kaki gajah bisa menyebabkan berbagai komplikasi masalah
seperi:
1. Cacat

Penyakit kaki gajah termasuk salah satu penyebab utama kecacatan permanen. Pasalnya,
ketika bagian tubuh tertentu terserang dan mengalami pembengkakan parah Anda akan
sangat sulit untuk beraktivitas seperti biasa.

Hal ini membuat Anda kesulitan untuk melakukan banyak hal termasuk untuk bergerak.

2. Infeksi sekunder

Infeksi sekunder adalah infeksi lain yang mungkin muncul akibat filariasis. Hal ini terjadi
akibat sistem limfatik atau getah bening mengalami kerusakan sehingga kesulitan untuk
menangkal infeksi.

Akibatnya, infeksi lain seperti jamur dan bakteri sangat mungkin muncul dan menyerang
orang yang menderita penyakit kaki gajah.

3. Kesehatan jiwa yang terganggu

Pembengkakan yang muncul di satu atau kedua kaki bisa membuat pengidapnya merasa stres,
minder, dan cemas. Apalagi filariasis membuat pengidapnya tak bisa seaktif dahulu.

Bagi orang-orang yang tadinya aktif berkegiatan ke sana kemari, hal ini tentu menjadi sebuah
masalah. Perasaan tak berguna dan malu akan terus menghantui. Jika dibiarkan, keterpurukan
yang dirasakan bisa berujung pada depresi. Oleh karena itu, sangat penting untuk
memberikan dukungan pada pengidap kaki gajah.

f.Pemeriksaan diagnostic

1. Tes Darah

Tes darah adalah salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
mendiagnosis filariasis. Salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah apusan darah
tepi. Metode ini akan mengambil darah dari ujung jari seseorang di malam hari. Darah
tersebut kemudian diberi pewarna tertentu dan dilihat menggunakan mikroskop. Jika
ditemukan cacing filaria pada pemeriksaan tersebut, barulah dapat dipastikan jika seseorang
mengidap filariasis.

Baca juga: Inilah 3 Jenis Filariasis yang Perlu Diketahui

2. Tes Urine

Pemeriksaan penunjang lainnya yang umum dilakukan untuk memastikan jika seseorang
mengidap filariasis adalah tes urine. Cara ini dilakukan untuk memastikan adanya kiluria
dengan pemeriksaan sudan III, penambahan eter, serta pengukuran kadar trigliserida pada
urine. Metode ini juga dapat melihat apakah terdapat cacing filaria dari urin yang dihasilkan.
Jika hasilnya cocok, dokter akan langsung mengambil tindakan lanjutan untuk mengatasinya.

3. Ultrasonografi

Kamu juga mungkin mendapatkan ultrasonografi sebagai pemeriksaan penunjang dari


filariasis. Cara ini dilakukan untuk menemukan cacing dewasa pada saluran limfatik di dalam
tubuh. Jika dari pemeriksaan tersebut terlihat banyak cacing penyebab filaria, maka tindakan
penanganan harus segera dilakukan. Cara ini dapat mencegah terjadinya cacat permanen
berupa kaki yang membesar secara tidak normal.

Setelah semua pemeriksaan penunjang dari penyakit filariasis dilakukan, dokter tidak ragu
lagi terhadap tindakan selanjutnya yang dapat dilakukan. Cara penanganan yang paling
efektif untuk mengatasi penyakit tersebut adalah dengan membunuh semua cacing yang ada
di dalam tubuh. 
BAB II

A. Konsep asuhan keperawatan


a. Pengkajian
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama proses perawatan yang akan membantu
dalam penentuan status kesehatan dan pola pertahanan pasien, mengidentifikasi
kekuatan dan kebutuhan pasien serta merumuskan diagnose keperawatan
(Smeltezer and Bare, 2017 : Kinta, 2017).
2. Identitas pasien
Meliputi nama lengkat, tempat tinggal, umur, tempat lahir, asal suku bangsa,
nama orang tua, pekerjaan orang tua.
3. Keluhan utama
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
takikardi/takipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
4. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Berapa lama pasien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat terapi apa,
bagaimana cara minum obatnya apakan teratur atau tidak, apasaja yang
dilakukan pasien untuk menaggulangi penyakitnya.
5. Aktifitas/istirahat :
Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur (insomnia/gelisah atau
samnolen), kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
6. Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri dada (angina),
hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak
tangan, nadi lemah, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang jarang
pada penyakit tahap akhir, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan
perdarahan.
7. Integritas ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, taka da harapan, taka da kekuatan,
menolak,ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
8. Eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut),
abdomen kembung, diare, atau konstipasi, perubahan warna urine, contoh
kuning pekat, merah, coklat, oliguria.
9. Makanan/Cairan
Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan (malnutrisi),
anoreksia, nyeriulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut
(pernapasan ammonia), penggunaan diuretic, distensi abdomen/asietes,
pembesaran hati (tahap akhir), perubahan turgor kulit/kelembaban, ulserasi gusi,
perdarahan gusi/lidah
10. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, syndrome “kaki gelisah”,
rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan kelemahan, khususnya
ekstremitas bawah, gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, stupor, kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang, rambut tipis, kuku
rapuh dan tipis
11. Nyeri/kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki dan perilaku berhati-
hati/distraksi, gelisah.
12. Pernapasan
Napas pendek, dyspnea, batuk dengan/tanpa sputum kental dan banyak,
takipnea, dyspnea, peningkatan frekuensi/kedalaman dan batuk dengan sputum
encer (edema paru).

13. Keamanan
Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi, pruritus, demam (sepsis, dehidrasi),
normotermia dapat secara actual terjadi peningkatan pada pasien yang
mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal, petekie, area ekimosis pada
kulit, fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi
14. Seksualitas
Penurunan libido, amenorea, infertilitas
15. Interaksi social
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan
fungsi peran biasanya dalam keluarga.
16. Penyuluhan/Pembelajaran
Riwayat Diabetes Melitus (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik,
nefritis herediter, kalkulus urenaria, maliganansi, riwayat terpejan pada toksin,
contoh obat, racun lingkungan, penggunaan antibiotic nefrotoksik saat
ini/berulang.
Penyimpangan KDM Filariasis

b.Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI (2017) diagnosa keperawatan filariasis  yang muncul antara lain :

1. Nyeri kronis(Tim Pokja SDKI PPNI, 2017, hal. 174)


Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hinghga
berat dan konstan, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.

Penyebab :

1. Kondisi muskulus skeletal kronis


2. Kerusakan sistem saraf
3. Penekanan saraf
4. Inflitrasi tumor
5. Ketidak seimbangan neurotransmiter, neuromedulator, dan reseptor
6. Gangguan imunitas (mis. Neuropati terkait HIV, virus varicella joster)
7. Gangguan fungsi metabolic
8. Riwayat posisi kerja statis
9. Peningkatan Indeks Masa Tubuh
10. Kondisi pasca trauma
11. Tekan emosional
12. Riwayat penganiayaan (mis. Fisik, psikologis, seksual)
13. Riwayat penyalahgunaan obat/zat
Gejala dan tanda mayor :

1. Subjektif :
2. Mengeluh nyeri
3. Merasa depresi (tertekan)
4. Objektif :
5. Tampak meringis
6. Gelisah
7. Tidak mampu menuntaskan aktivitas
Gejala dan tanda minor :

1. Subjektif :
2. Merasa takut mengalami cedera berulang
3. Objektif :
4. Bersikap protektif
5. Waspada
6. Pola tidur berubah
7. Anoreksia
8. Fokus menyempit
9. Berfokus pada diri sendiri
Kondisi klinis terkait : kondisi kronis, infeksi, cedera medula spinalis, kondisi pasca trauma,
dan tumor.

1. Hipertermia (Tim Pokja SDKI PPNI, 2017, hal. 284).


Definisi : suhu tubuh meningkatkan diatas rentang normal tubuh.
Penyebab:

1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Preoses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5. Peningkatan laju metabolisme
6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebihan
8. Pengunaan inkubator
Gejala dan Tanda Mayor :

1. Subjektif
(tidak tersedia)

1. Objektif
2. Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan Tanda Minor :

1. Subjektif
(tidak tersedia)

1. Objektif
2. Kulit merah
3. Kejang
4. Takikardi
5. Takipnea
6. Kulit terasa hangat
Kondisi klinis terkait

1. Proses infeksi
2. Hipertiroid
3. Stroke
4. Dehidrasi
5. Trauma
6. Prematuritas
7. Gangguan eliminasi urine(Tim Pokja SDKI PPNI, 2017, hal. 96)
Definisi : disfungsi eliminasi urine

Penyebab :

1. Penurunan kapasitas kandung kemih


2. Iritasi kandung kemih
3. Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung kemih
4. Efek tindakan medis dan diagnostik (mis.operasi ginjal,operasi saluran kemih,
anestesi,dan obat-obatan)
5. Kelemahan otot pelvis
6. Ketidakmampuan mengakses toilet(mis.imobilisasi)
7. Hambatan lingkungan
8. Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi
9. Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis.anomali saluran kemih kongenital)
10. Imaturitas (pada anak usia < 3 tahun)
Gejala dan tanda mayor :

1. Subyektif
2. Desakan berkemih (Urgensi)
3. Urine menetes (Dribbling)
4. Sering buang air kecil
5. Nokturia
6. Mengompol
7. Enuresis
8. Objektif
9. Distensi kandung kemih
10. Berkemih tidak tuntas (hesitancy)
11. Volume residu urine meningkat
Gejala dan Tanda Minor :

1. Subyektif
(tidak tersedia)

1. Objektif
(tidak tersedia)

Kondisi klinis terkait :

1. Infeksi ginjal dan saluran kemih


2. Hiperglikemi
3. Trauma
4. Kanker
5. Cedera/tumor/infeksi medula spinalis
6. Neuropati diabetikum
7. Neuropati alkoholik
8. Stroke
9. Parkinson
10. Skeloris multipel
11. Obat apha adrenergik
12. Gangguan citra tubuh
Definisi : perubahan persepsi tentang penampilan, struktur  dan fungsi fisik individu.

Penyebab :

1. Perubahan struktur / bentuk (mis. amputasi, trauma, luka bakar, obesitas, jerawat)
2. Perubahan fungsi tubuh (mis. Proses penyakit, kehamilan, kelumpuhan)
3. Perubahan fungsi kognitif
4. Ketidaksesuaian budaya, keyakinan atau sistem nilai
5. Transisi perkembangan
6. Gangguan psikososial
7. Efek tindakan / pengobatan (mis . pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi)
Gejala dan Tanda Mayar :

1. Subjektif
2. Mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
3. Objektif
4. Kehilangan bagian tubuh
5. Fungsi / struktur tubuh berubah / hilang
Gejala dan Tanda Minor :

1. Subjektif
2. Tidak mau mengungkapkan kecacatan / kehilangan bagian tubuh
3. Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh
4. Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan / reaksi orang lain
5. Mengungkapkan perubahan gaya hidup
6. Objektif
7. Menyembunyikan / menunjukkan bagian tubuh secara berlebihan
8. Menghindari melihat dan / atau menyentuh bagian tubuh
9. Fokus berlebihan pada perubahan tubuh
10. Respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh
11. Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
12. Hubungan sosial berubah
Kondisi klinis terkait :

1. Mastektomi
2. Amputasi
3. Jerawat
4. Parut atau luka bakar yang terlihat
5. Obesitas
6. Hiperpigmentasi pada kehamilan
7. Gangguan psikiatrik
8. Program terapi neoplasma
9. Alopecia chemically induced.
10. Hambatan Mobilitas Fisik
Definisi : keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri.

Penyebab :

1. Kerusakan integritas struktur tulang


2. Perubahan metabolisme
3. Ketidakbugaran fisik
4. Penurunan kendali otot
5. Penurunan massa otot
6. Penurunan kekuatan otot
7. Keterlambatan perkembangan
8. Kekakuan sendi
9. Kontraktur
10. Malnutrisi
11. Gangguan muskuloskeletal
12. Gangguan neuromuskular
13. Indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia
14. Efek agen farmakologis
15. Program pembatasan gerak
16. Nyeri
17. Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
18. Kecemasan
19. Gangguan kognitif
20. Keengganan melakukan pergerakan
21. Gangguan sensoripersepsi
Gejala dan Tanda Mayor

1. Subjektif
2. Mengeluh sulit menggerakan ekstremitas
3. Objektif
4. Kekuatan otot menurun
5. Rentang gerak (ROM) menurun
Gejala dan Tanda Minor

1. Subjektif
2. Nyeri saat bergerak
3. Enggan melakukan pergerakan
4. Merasa cemas saat bergerak
5. Objektif
A. Sendi kaku
B. Gerakan tidak terkoordinasi
C. Gerakan terbatas
D. Fisik lemah
Kondisi Klinis Terkait :

1. Stroke
2. Cedera medula spinalis
3. Trauma
4. Fraktur
5. Osteoarthritis
6. Oestemalasia
7. Keganasan
8. Resiko Ketidakberdayaan

Definisi : persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi hasil


secara signifikan; persepsi kurang kontrol pada situasi saat ini atau yang akan
datang.

Faktor Resiko :
1. Perjalanan penyakit yang berlangsung lama atau tidak dapat diprediksi
2. Harga diri rendah yang berlangsung lama
3. Status ekonomi rendah
4. Ketidakmampuan mengatasi masalah
5. Kurang dukungan sosial
6. Penyakit yang melemahkan secara progresif
7. Marginalisasi sosial
8. Kondisi terstigma
9. Penyakit terstigma
10. Kurang terpapar informasi
11. Kecemasan
Kondisi Klinis Terkait :

1. Diagnosis yang tidak terduga atau baru


2. Peristiwa traumatis
3. Diagnosis penyakit kronis
4. Diagnosis penyakit terminal
5. Rawat inap.
 

3. Intervensi
Pada asuhan keperawatan Filariasis intervensi yang muncul antara lain :

1. Nyeri kronis
Definisi : pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan
aktual atau potensial.

Tujuan : menunjukkan nyeri: efek merusak, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut
(sebutkan 1-5: ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada):

1. Gangguan performa peran


2. Gangguan konsentrasi
3. Gangguan perawatan diri
4. Gangguan pola tidur
5. Kehilangan selera makan
Kriteria evaluasi :

1. Pasien akan menyatakan secara verbal pengetahuan tentang cara alternatif untuk
redakan nyeri
2. Pasien akan melaporkan bahwa tingkat nyeri pasien dipertahankan pada skala
nyeri 0-10
3. Pasien akan tetap produktif ditempat kerja atau sekolah
4. Pasien akan melaporkan menikmati aktivitas senggang
5. Pasien akan melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
6. Pasien akan mengenali faktir-faktor yang meningkatkan nyeri dan melakukan
tindakan pencegahan nyeri
7. Menggunakan pereda nyeri analgesik dan nonanalgesik secara tepat
Pengkajian
1. Kaji dan dokumentasi efek jangka penjang penggunaan obat
2. Penatalaksanaan nyeri (NIC)
Pantau tingkat kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri pada interfal tertentu.

Tentukan dampak pengaman nyeri pada kualitas hidup (misalnya tidur, selera makan,
aktivitas, kognisi, alam perasaan, hubungan, kinerja, dan tanggung jawab peran)

Penyuluhan untuk pasien /keluarga

1. Beri tahu pasien bahwa peredaan nyeri secara total tidak akan dapat dicapai
Aktivitas kolaboratif

1. Adakah pertemuan multidisipliner untuk merencanakan asuhan keperawatan


pasien
2. Manajemen nyeri

Pertimbangkan rujukan untuk pasien, keluarga, dan orang terdekat pasien ke


kelompok pendukung atau sumber-sumber lain, bila perlu

Hipertermia

Definisi : peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal.

Tujuan: Pasien akan menunjukkan Termoregulasi, yang dibuktikan oleh indikator gangguan
sebagai berikut (sebutkan 1-5 : gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan atau tidak ada
gangguan) :

1. Peningkatan suhu kulit


2. Hipertemia
3. Dehidrasi
4. Mengantuk
Pasien akan menunjukkan Termoregulasi, yang dibuktikan oleh indikator gangguan sebagai
berikut (sebutkan 1-5 : gangguan ekstrem, berat,   sedang, ringan atau tidak ada gangguan) :

1. Berkeringat saat panas


2. Denyut nadi radialis
3. Frekuensi pernapasan
Kriteria hasil :

Pasien dan Keluarga akan :

Menunjukkan metode yang tepat untuk mengukur suhu

Menjelaskan tindakan untuk mencegah atau meminimalkan peningkatan suhu tubuh

Melaporkan tanda dan gejala dini Hipertermia


Bayi akan :

Tidak mengalami gawat napas, gelisah, atau letargi

Menggunakan sikap tubuh yang dapat mengurangi panas

Pengkajian Keperawatan :

1. Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan, sesuai dengan suhu lingkungan
2. Pantau hidrasi (misalnya, turgor kulit, kelembapan membran mukosa)
Penyuluhan untuk Pasien / Keluarga

1. Ajarkan pasien/keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali


secara dini hipertermia (misalnya,sengatan panas,dan keletihan akibat panas)
2. Ajarkan indekasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan yang
diperlukan, jika perlu.
Aktifitas Kolaboratif

1. Berikan obat antipiretik, jika perlu


2. Gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk mengatasi gangguan suhu
tubuh, jika perlu
 
1. Gangguan eliminasi urine
Definisi : pola fungsi perkemihan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan eliminasi dan
dapat ditingkatkan.

Tujuan: menunjukkan eliminasi urine, yang membuktikan oleh indikator berikut (sebutkan 1-
5 : gangguan ekstern , berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan):

1. Identifikasi dorongan berkemih


2. Mengosongkan kandung kemih secara tuntas
3. pola eliminasi
4. Asuhan cairan adekuat
Kriteria Evaluasi :

Pasien akan:

Mendeskripsikan rencana untuk meningkatkan fungsi perkemihan

Memiliki urine residu pasca-berkemih >100-200 ml

Tetap terbebas dari infeksi saluran kemih

Memiliki asupan haluaran urine 24 jam yang seimbang

Melaporkan jumlah dan karakteristik urine yang normal


Menunjukkan pengetahuan yang adekuat tentang obat yang memengaruhi

fungsi perkemihan

Mengalami eliminasi urine normal

Pengkajian :

1. Identifikasi dan dokumentasikan pola pengosongan kandung kemih


2. Kumpulkan data tentang penggunaan obat resep dan obat nonresep
Penyuluhan untuk Pasien / Keluarga :

1. Beri informasi tentang fungsi perkemihan normal


2. Beri informasi tentang kebutuhan cairan, berkemih, teratur, ddl (Wilkinson &
Ahern, 2013, hal. 841).
3. Gangguan Citra Tubuh
Definisi : konfusi pada gambaran mental fisik diri seseorang.

Tujuan :

1. Gangguan citra tubuh berkurang yang dibuktikan oleh selalu menunjukkan


adaptasi dengan ketunadayaan Fisik, penyesuaian Psikososial: Perubahan Hidup,
Citra Tubuh positif, tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan Anak,
dan Harga diri positif
2. Menunjukkan Citra Tubuh, yang dibuktikan oleh indikator
Kriteria hasil :

1. Mengidentifikasi kekuatan personal


2. Mengenali dampak situasi pada hubungan personal dan gaya hidup
3. Mengenali perubahan aktual pada penampilan tubuh
4. Menunjukkan penerimaan penampilan
5. Menggambarkan perubahan aktual pada fungsi tubuh
Pengkajian :

1. Kajian dan dokumentasikan respons verbal dan non verbal pasien terhadap tubuh
pasien
2. Identifikasi mekanisme koping yang biasa digunakan pasien
Penyuluhan untuk Pasien / Keluarga :

1. Ajarkan tentang cara merawat dan perawat diri, termasuk komplikasi kondisi
medis.
Aktivitas Kolaboratif :

1. Rujukan kelayanan sosial untuk merencanakan perawatan dengan pasien dan


keluarga
2. Rujukan pasien untuk mendapat terapi fisik untuk latihan kekuatan dan
fleksibilitas, membantu dalam perpindahan tempat dan ambulasi, atau
pengguanaan prostesis
3. Tawarkan untuk menghubungi sumber-sumber komunikasi yang tersedia untuk
pasien/keluarga
4. Rujuk ke tim interdisipliner untuk klien yang memiliki kebutuhan kompleks
(misalnya, komplikasi pembedahan) (Wilkinson & Ahern, 2013, hal. 69).
5. Hambatan mobilitas Fisik
Definisi : keterbatasan dalam, penggerakan fisik mandiri dan terarah pada tubuh atau satu
ekstremitas atau lebih .

Tujuan : memperhatikan mobilitas, yang dibuktikan oleh indikator berikut (sebutkan 1-5 :
gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak mengalami gangguan) :

1. Keseimbangan
2. Koordinasi
3. Performa posisi tubuh
4. Pergerakan sendi dan otot
5. Berjalan
6. Bergerak dengan mudah.
Kriteria Evaluasi :

1. Memperlihatkan penggunaan alat bantu secara benar dengan pengawasan


2. Meminta bantuan untuk aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri dengan alat
bantu
3. Menyangga berat badan
4. Berjalan dengan menggunakan langkah-langkah yg benar
5. Berpindah ke kursi atau kursi roda
6. Menggunakan kursi roda secara efektif.
Pengkajian :

1. Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan dirumah dan kebutuhan


terhadap peralatan pengobatan yang tahan lama
2. Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas
3. Ajarkan dan bantu pasien dalam proses berpindah
4. Rujuk keahli terapi fisik untuk program latihan
5. Berikan penguatan positif selama aktivitas
6. Bantu pasien untuk menggunakan alas kaki anti selip yang mendukung untuk
berjalan
7. Resiko Ketidakberdayaan
Definisi : persepsi bahwa tindakan individu tidak akan memengaruhi hasil secara bermakna :
persepsi kurang dapat mengendalikan situasi saat ini atau yang akan terjadi.

Tujuan : menunjukkan partisipasi dalam pengambilan keputusan tentang perawatan


kesehatan, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (sebutkan mengidentifikasi proritas
hasil kesehatan.

Menggunakan teknik penyelesaian masalah untuk mencapai hasil yang diharapkan.


Kriteria Evaluasi :

1. Mengungkapkan secara verbal tentang segala perasaan ketidakberdayaan


2. Mengidentifikasi tindakan yang berada dalam kendalinya
3. Menghubungkan ketiadaan kendala dengan tindakan
4. Mengungkapkan secara verbal kemampuan untuk melakukan tindakan yang
diperlukan
5. Melaporkan dukungan yang adekuat dari orang terdekat, taman-teman dan
tetangga
6. Melaporkan waktu, keuangan pribadi, dan asuransi kesehatan yang memadai
7. Melaporkan ketersediaan alat, bahan, pelayanan, dan alat transportasi.
Pengkajian :

1. Peningkatan harga diri:


Tentukan lokus kontrol pasien

Tentukan kepercayaan diri pasien terhadap keputusannya sendiri

Pantau tingkat harga diri sepanjang waktu, apabila perlu

2. Fasilitasi Tanggung Jawab Diri

3. Pantau tingkat tanggung jawab yang diemban pasien

Tentukan apakah pasien memiliki pengetahuan yang adekuat tentang kondisi perawatan
kesehatan

Aktivitas Kolaboratif :

1. Adakan suatu konferensi multidisiplin untuk mendiskusikan dan mengembangkan


rutinitas perawatan pasien

 
 

DAFTAR PUSTAKA
Aziz, M. (2013). Panduan Pelayanan Medik. jakarta: EGC.

Kunoli, F. J. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta: Trans Info Media.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis

Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction.

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Jakarta: Medical.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia . Jakarta: DPP PPNI.

Sudoyo dkk. (2010). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing.

Wilkinson, J. M. (2013). BUKU SAKU Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Wilkinson, J. M. (2013). BUKU SAKU Diagnosis Keperawatan EDISI 9. Jakarta: EGC.

Zainuddin. (2014). Panduan Praktik Klinis . jakarta.

Anda mungkin juga menyukai