FILARIASIS
Oleh:
KELOMPOK 1
Kelas 2A
RAFLI ALFIANSYAH
TIARA ASISAH
NUR ULFIAH FAHYAD
DIAN DARWANI
PIKA WULANDARI
JUMAHIRA
RESKI AMELIA PUTRI
A. Konsep Medis.
a. Definisi
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit raenular menahun yang disebabkan
oleh cacing filarial dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres.
Cacing tersebut hidup di saluran dan kelenjar getah bening dengan manifestasi klinik akut
berupa deraam berulang, peradangan saluran dan saluran kelenjar getah bening.
Pemberantasan filariasis perlu dilaksanakan dengan tujuan menghentikan transmisi
penularan, diperlukan program yang berkesinambungan dan memakan waktu lama karena
mengingat masa hidup dari cacing dewasa yang cukup lama. Dengan demikian perlu
ditingkatkan surveilans epidemiologi di tingkat Puskesmas untu penemuan dini kasus
filariasis dan pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan fiilariasis. Memberikan
penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis mengenai cara penularan dan cara
pengendalian vektor (nyamuk). Jika penularan terjadi oleh nyamuk yang menggigit pada
malam hari di dalam rumah maka tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah
dengan penyemprotan, menggunakan pestisida residual, memasang kawat kasa, tidur
dengan menggunakan kelambu, memakai obat gosok anti nyamuk dan membersihkan
tempat perindukan nyamuk seperti kakus yang terbuka, ban-ban bekas, batok kelapa dan
membunuh larva dengan larvasida. Lakukan pengobatan misalnya dengan menggunakan
diethylcarbamazine citrate.
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit yang tersebar di
Indonesia. Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan kematian, tetapi dapat menurunkan
produktivitas penderitanya karena terjadi gangguan fisik.penyakit ini jarang terjadi pada
anak karena manifestasi klinisnya timbul bertahun – tahun setelah terjadi infeksi. Gejala
pembengkakan kaki muncul karena sumbatan mikrofilaria pada pembuluh limfe yang
biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun setelah terpapar parasite selama bertahun –
tahun. oleh karena itu Filariasis juga sering disebut penyakit kaki gajah. Akibat paling
fatal bagi penderita Filariasis yaitu kecacatan permanen yang sangat mengganggu
produktivitas.
B. Etiologi
Menurut WHO, terdapat sekitar 120 juta orang di dunia yang menderita filariasis limfatik
dan sepertiga di antaranya mengidap infeksi yang parah. Parasit filaria masuk ke tubuh
manusia melalui gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi. Cacing tersebut akan tumbuh
dewasa, bertahan hidup selama enam hingga delapan tahun, dan terus berkembang biak
dalam jaringan limfa manusia. Infeksi ini umumnya dialami sejak masa kanak-kanak dan
menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang tidak disadari sampai akhirnya terjadi
Penyakit kaki gajah atau filariasis disebabkan oleh infeksi cacing jenis filaria pada
pembuluh getah bening. Cacing ini dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui
gigitan nyamuk.
Walaupun menyerang pembuluh getah bening, cacing filaria juga beredar di pembuluh
darah penderita kaki gajah. Jika penderita kaki gajah digigit oleh nyamuk, cacing filaria
dapat terbawa bersama darah dan masuk ke dalam tubuh nyamuk.
Lalu bila nyamuk ini menggigit orang lain, cacing filaria di tubuh nyamuk akan masuk
ke dalam pembuluh darah dan pembuluh getah bening orang tersebut. Cacing filaria
kemudian akan berkembang biak di pembuluh getah bening dan menyumbat peredaran
getah bening, hingga menyebabkan kaki gajah.
Beberapa jenis cacing filaria yang menyebabkan filariasis atau kaki gajah
adalah Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timor. Sedangkan jenis nyamuk
penyebar cacing filaria adalah nyamuk jenis Culex, Aedes, Anopheles, dan Mansonia.
Melihat cara penularannya, seseorang akan lebih berisiko terkena penyakit kaki gajah
jika:
Patofisiologi filariasis secara umum disebabkan oleh respons imun tubuh terhadap
nematoda dewasa dan mikrofilaria. Proses ini umumnya terjadi secara kronik dan
membutuhkan waktu bulan sampai tahun.
Kasus filariasis limfatik yang kronik disebabkan karena adanya inflamasi yang berulang
yang menyebabkan pembesaran pembuluh limfe. Pembengkakan ini lebih sering
ditemukan di tungkai bawah dan area inguinal karena filaria dewasa terkonsentrasi di
pembuluh limfe daerah inguinal dan skrotal. Hidrokel pada skrotum juga merupakan
manifestasi yang sering ditemukan. Manifestasi lain yang dapat timbul adalah limfangitis,
limfadenitis, kiluria, pembengkakan skrotum, funikulitis, selulitis, dan elefantiasis.
-Patogenesis Mansonellosis
Patogenesis Mansonella belum banyak diteliti karena sebagian besar infeksi bersifat
asimtomatik dan jarang menimbulkan gejala yang berat. Gejala yang ada diduga timbul
akibat reaksi respons imun tubuh terhadap filaria dewasa. Hal ini dibuktikan dengan
adanya eosinofilia pada pemeriksaan darah.
Respons Imun Tubuh secara Umum terhadap Filariasis
Sel T-helper 2 (Th2) memiliki peran yang lebih dominan. Sel ini akan menginduksi
produksi sitokin interleukin (IL)-4, IL-5, IL-9, IL-10, dan IL-13. Sel Th2 juga akan
merangsang respon imun humoral dengan menginduksi produksi antibodi IgG1, IgG4,
dan IgE. Populasi sel eosinofil juga akan meningkat dan makrofag akan teraktivasi.
Reaksi imun ini jarang dapat mengeliminasi nematoda dewasa secara total.
Infeksi dengan jumlah mikrofilaria yang rendah biasanya akan menghasilnya reaksi imun
yang akut dengan gejala yang berat. Sebaliknya, pada pasien dengan gejala yang tidak
terlalu berat, jumlah mikrofilaria yang ada dapat tinggi.
Filariasis memiliki gejala dan tanda akut serta kronis. Biasanya gejala filariasis atau
kaki gajah akut ditandai dengan:
1. Demam
Demam biasanya terjadi selama 3 sampai 5 hari. Demam juga biasanya akan
muncul secara berulang. Ketika Anda mengistirahatkan tubuh, demam akan
hilang. Namun, ketika melakukan berbagai kegiatan berat, demam akan kembali
muncul.
2. Kedinginan
Selain demam, Anda biasanya akan merasa kedinginan atau meriang. Kondisi ini
biasanya kambuhan dan diikuti dengan demam.
3. Sakit kepala
Filariasis kronis juga ditandai dengan sakit kepala. Rasa sakit ini umumnya
cukup sering muncul berbarengan dengan demam.
4. Pembengkakan kelenjar getah bening
Pembengkakan ini biasanya muncul di daerah lipatan paha dan ketiak.
Umumnya, pembengkakan ini akan terlihat kemerahan, terasa panas, dan nyeri.
5. Radang saluran kelenjar getah bening
Biasanya kondisi ini ditandai dengan rasa panas dan sakit yang menjalar dari
pangkal ke arah ujung kaki atau lengan. Jika Anda merasakan ciri-ciri penyakit
kaki gajah yang satu ini, jangan disepelekan dan segera periksakan ke dokter.
6. Abses filarial
Abses filarial adalah kondisi saat kelenjar getah bening yang membengkak
pecah dan mengeluarkan darah serta nanah. Kondisi ini menandakan bahwa
infeksi mulai menyebar.
7. Pembengkakan dini
Pada filariasis kronis, tungkai, lengan, buah dada, dan skrotum akan terlihat
kemerahan dan sedikit membengkak. Selain itu, Anda juga akan merasakan
sensasi panas di beberapa bagian ini.
Kondisi ini menjadi tanda yang cukup jelas bahwa Anda terinfeksi kaki gajah.
Sementara itu, untuk gejala filariasis atau kaki gajah kronis, Anda mengalami
pembengkakan yang permanen dengan ukuran cukup besar pada:
Kaki
Kelamin
Payudara
Lengan
Bagian tubuh yang terinfeksi akan membengkak, terasa nyeri, dan kehilangan fungsi
secara bertahap akibat infeksi pada sistem limfatik (limfedema).
Selain itu, kulit tubuh Anda juga biasanya akan terpengaruh dan ditunjukkan dengan
berbagai gejala seperti:
Kering
Tebal
Luka
Berbintik-bintik
Pada pria, infeksi ini dapat menyebabkan pembengkakan dan hidrokel pada skrotum.
Dikarenakan filariasis memengaruhi sistem kekebalan tubuh, pengidapnya juga
berisiko tinggi terkena infeksi lainnya.
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda
memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter.
E. Komplikasi
Penyakit filariasis atau kaki gajah bisa menyebabkan berbagai komplikasi masalah
seperi:
1. Cacat
Penyakit kaki gajah termasuk salah satu penyebab utama kecacatan permanen. Pasalnya,
ketika bagian tubuh tertentu terserang dan mengalami pembengkakan parah Anda akan
sangat sulit untuk beraktivitas seperti biasa.
Hal ini membuat Anda kesulitan untuk melakukan banyak hal termasuk untuk bergerak.
2. Infeksi sekunder
Infeksi sekunder adalah infeksi lain yang mungkin muncul akibat filariasis. Hal ini terjadi
akibat sistem limfatik atau getah bening mengalami kerusakan sehingga kesulitan untuk
menangkal infeksi.
Akibatnya, infeksi lain seperti jamur dan bakteri sangat mungkin muncul dan menyerang
orang yang menderita penyakit kaki gajah.
Pembengkakan yang muncul di satu atau kedua kaki bisa membuat pengidapnya merasa stres,
minder, dan cemas. Apalagi filariasis membuat pengidapnya tak bisa seaktif dahulu.
Bagi orang-orang yang tadinya aktif berkegiatan ke sana kemari, hal ini tentu menjadi sebuah
masalah. Perasaan tak berguna dan malu akan terus menghantui. Jika dibiarkan, keterpurukan
yang dirasakan bisa berujung pada depresi. Oleh karena itu, sangat penting untuk
memberikan dukungan pada pengidap kaki gajah.
f.Pemeriksaan diagnostic
1. Tes Darah
Tes darah adalah salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
mendiagnosis filariasis. Salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah apusan darah
tepi. Metode ini akan mengambil darah dari ujung jari seseorang di malam hari. Darah
tersebut kemudian diberi pewarna tertentu dan dilihat menggunakan mikroskop. Jika
ditemukan cacing filaria pada pemeriksaan tersebut, barulah dapat dipastikan jika seseorang
mengidap filariasis.
2. Tes Urine
Pemeriksaan penunjang lainnya yang umum dilakukan untuk memastikan jika seseorang
mengidap filariasis adalah tes urine. Cara ini dilakukan untuk memastikan adanya kiluria
dengan pemeriksaan sudan III, penambahan eter, serta pengukuran kadar trigliserida pada
urine. Metode ini juga dapat melihat apakah terdapat cacing filaria dari urin yang dihasilkan.
Jika hasilnya cocok, dokter akan langsung mengambil tindakan lanjutan untuk mengatasinya.
3. Ultrasonografi
Setelah semua pemeriksaan penunjang dari penyakit filariasis dilakukan, dokter tidak ragu
lagi terhadap tindakan selanjutnya yang dapat dilakukan. Cara penanganan yang paling
efektif untuk mengatasi penyakit tersebut adalah dengan membunuh semua cacing yang ada
di dalam tubuh.
BAB II
13. Keamanan
Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi, pruritus, demam (sepsis, dehidrasi),
normotermia dapat secara actual terjadi peningkatan pada pasien yang
mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal, petekie, area ekimosis pada
kulit, fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi
14. Seksualitas
Penurunan libido, amenorea, infertilitas
15. Interaksi social
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan
fungsi peran biasanya dalam keluarga.
16. Penyuluhan/Pembelajaran
Riwayat Diabetes Melitus (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik,
nefritis herediter, kalkulus urenaria, maliganansi, riwayat terpejan pada toksin,
contoh obat, racun lingkungan, penggunaan antibiotic nefrotoksik saat
ini/berulang.
Penyimpangan KDM Filariasis
b.Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI (2017) diagnosa keperawatan filariasis yang muncul antara lain :
Penyebab :
1. Subjektif :
2. Mengeluh nyeri
3. Merasa depresi (tertekan)
4. Objektif :
5. Tampak meringis
6. Gelisah
7. Tidak mampu menuntaskan aktivitas
Gejala dan tanda minor :
1. Subjektif :
2. Merasa takut mengalami cedera berulang
3. Objektif :
4. Bersikap protektif
5. Waspada
6. Pola tidur berubah
7. Anoreksia
8. Fokus menyempit
9. Berfokus pada diri sendiri
Kondisi klinis terkait : kondisi kronis, infeksi, cedera medula spinalis, kondisi pasca trauma,
dan tumor.
1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Preoses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5. Peningkatan laju metabolisme
6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebihan
8. Pengunaan inkubator
Gejala dan Tanda Mayor :
1. Subjektif
(tidak tersedia)
1. Objektif
2. Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan Tanda Minor :
1. Subjektif
(tidak tersedia)
1. Objektif
2. Kulit merah
3. Kejang
4. Takikardi
5. Takipnea
6. Kulit terasa hangat
Kondisi klinis terkait
1. Proses infeksi
2. Hipertiroid
3. Stroke
4. Dehidrasi
5. Trauma
6. Prematuritas
7. Gangguan eliminasi urine(Tim Pokja SDKI PPNI, 2017, hal. 96)
Definisi : disfungsi eliminasi urine
Penyebab :
1. Subyektif
2. Desakan berkemih (Urgensi)
3. Urine menetes (Dribbling)
4. Sering buang air kecil
5. Nokturia
6. Mengompol
7. Enuresis
8. Objektif
9. Distensi kandung kemih
10. Berkemih tidak tuntas (hesitancy)
11. Volume residu urine meningkat
Gejala dan Tanda Minor :
1. Subyektif
(tidak tersedia)
1. Objektif
(tidak tersedia)
Penyebab :
1. Perubahan struktur / bentuk (mis. amputasi, trauma, luka bakar, obesitas, jerawat)
2. Perubahan fungsi tubuh (mis. Proses penyakit, kehamilan, kelumpuhan)
3. Perubahan fungsi kognitif
4. Ketidaksesuaian budaya, keyakinan atau sistem nilai
5. Transisi perkembangan
6. Gangguan psikososial
7. Efek tindakan / pengobatan (mis . pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi)
Gejala dan Tanda Mayar :
1. Subjektif
2. Mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
3. Objektif
4. Kehilangan bagian tubuh
5. Fungsi / struktur tubuh berubah / hilang
Gejala dan Tanda Minor :
1. Subjektif
2. Tidak mau mengungkapkan kecacatan / kehilangan bagian tubuh
3. Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh
4. Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan / reaksi orang lain
5. Mengungkapkan perubahan gaya hidup
6. Objektif
7. Menyembunyikan / menunjukkan bagian tubuh secara berlebihan
8. Menghindari melihat dan / atau menyentuh bagian tubuh
9. Fokus berlebihan pada perubahan tubuh
10. Respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh
11. Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
12. Hubungan sosial berubah
Kondisi klinis terkait :
1. Mastektomi
2. Amputasi
3. Jerawat
4. Parut atau luka bakar yang terlihat
5. Obesitas
6. Hiperpigmentasi pada kehamilan
7. Gangguan psikiatrik
8. Program terapi neoplasma
9. Alopecia chemically induced.
10. Hambatan Mobilitas Fisik
Definisi : keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri.
Penyebab :
1. Subjektif
2. Mengeluh sulit menggerakan ekstremitas
3. Objektif
4. Kekuatan otot menurun
5. Rentang gerak (ROM) menurun
Gejala dan Tanda Minor
1. Subjektif
2. Nyeri saat bergerak
3. Enggan melakukan pergerakan
4. Merasa cemas saat bergerak
5. Objektif
A. Sendi kaku
B. Gerakan tidak terkoordinasi
C. Gerakan terbatas
D. Fisik lemah
Kondisi Klinis Terkait :
1. Stroke
2. Cedera medula spinalis
3. Trauma
4. Fraktur
5. Osteoarthritis
6. Oestemalasia
7. Keganasan
8. Resiko Ketidakberdayaan
Faktor Resiko :
1. Perjalanan penyakit yang berlangsung lama atau tidak dapat diprediksi
2. Harga diri rendah yang berlangsung lama
3. Status ekonomi rendah
4. Ketidakmampuan mengatasi masalah
5. Kurang dukungan sosial
6. Penyakit yang melemahkan secara progresif
7. Marginalisasi sosial
8. Kondisi terstigma
9. Penyakit terstigma
10. Kurang terpapar informasi
11. Kecemasan
Kondisi Klinis Terkait :
3. Intervensi
Pada asuhan keperawatan Filariasis intervensi yang muncul antara lain :
1. Nyeri kronis
Definisi : pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan
aktual atau potensial.
Tujuan : menunjukkan nyeri: efek merusak, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut
(sebutkan 1-5: ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada):
1. Pasien akan menyatakan secara verbal pengetahuan tentang cara alternatif untuk
redakan nyeri
2. Pasien akan melaporkan bahwa tingkat nyeri pasien dipertahankan pada skala
nyeri 0-10
3. Pasien akan tetap produktif ditempat kerja atau sekolah
4. Pasien akan melaporkan menikmati aktivitas senggang
5. Pasien akan melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
6. Pasien akan mengenali faktir-faktor yang meningkatkan nyeri dan melakukan
tindakan pencegahan nyeri
7. Menggunakan pereda nyeri analgesik dan nonanalgesik secara tepat
Pengkajian
1. Kaji dan dokumentasi efek jangka penjang penggunaan obat
2. Penatalaksanaan nyeri (NIC)
Pantau tingkat kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri pada interfal tertentu.
Tentukan dampak pengaman nyeri pada kualitas hidup (misalnya tidur, selera makan,
aktivitas, kognisi, alam perasaan, hubungan, kinerja, dan tanggung jawab peran)
1. Beri tahu pasien bahwa peredaan nyeri secara total tidak akan dapat dicapai
Aktivitas kolaboratif
Hipertermia
Tujuan: Pasien akan menunjukkan Termoregulasi, yang dibuktikan oleh indikator gangguan
sebagai berikut (sebutkan 1-5 : gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan atau tidak ada
gangguan) :
Pengkajian Keperawatan :
1. Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan, sesuai dengan suhu lingkungan
2. Pantau hidrasi (misalnya, turgor kulit, kelembapan membran mukosa)
Penyuluhan untuk Pasien / Keluarga
Tujuan: menunjukkan eliminasi urine, yang membuktikan oleh indikator berikut (sebutkan 1-
5 : gangguan ekstern , berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan):
Pasien akan:
fungsi perkemihan
Pengkajian :
Tujuan :
1. Kajian dan dokumentasikan respons verbal dan non verbal pasien terhadap tubuh
pasien
2. Identifikasi mekanisme koping yang biasa digunakan pasien
Penyuluhan untuk Pasien / Keluarga :
1. Ajarkan tentang cara merawat dan perawat diri, termasuk komplikasi kondisi
medis.
Aktivitas Kolaboratif :
Tujuan : memperhatikan mobilitas, yang dibuktikan oleh indikator berikut (sebutkan 1-5 :
gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak mengalami gangguan) :
1. Keseimbangan
2. Koordinasi
3. Performa posisi tubuh
4. Pergerakan sendi dan otot
5. Berjalan
6. Bergerak dengan mudah.
Kriteria Evaluasi :
Tentukan apakah pasien memiliki pengetahuan yang adekuat tentang kondisi perawatan
kesehatan
Aktivitas Kolaboratif :
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, M. (2013). Panduan Pelayanan Medik. jakarta: EGC.