Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KMB I

PENYAKIT FILARIASIS

Dosen Pengampu : Baiq Ruli Fatmawati, Ners., M. Kep

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

1. ABDUL AZIZ AZHARI

2. LUTFIANI ANGGINA

3. NURMALA APRIANA

4. SERLINDA WATI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG DIII TK. 2/3
MATARAM
2018/2019
BAB I

PEMBAHASAN

A. Definisi Filariasis

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit nermatode


yang tersebar di Indonesia. Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan kematian,
tetapi dapat menurunkan produktivitas penderitanya karena timbulnya gangguan
fisik, penyakit ini jarang terjadi pada anak karena menifestasi klinisnya timbul
bertahun tahun kemudian setelah infeksi gejala pembengkakkan kaki muncul
karena sumbatan Microfilaria pada pembulu limfe yang biasanya terjadi pada usia
diatas 30 tahun setelah terpapar parasite selama bertahun-tahun. Oleh karena itu
falariasis sering juga disebut kaki gajah. Akibat paling patal bagi penderita adalah
kecacatan parmanen sehingga terganggu produktifitas.

B. Tanda dan Gejala Klinis

Umumnya, filariasis akan bersifat mikrofilaremia subklinis. Apalagi


kebanyakan penderita penyakit ini merupakan masyarakat pedesaan hingga sama
sekali tidak terdeteksi oleh pranata kesehatan yang berada di lingungan tersebut.
Namun demikian, jika telah parah dan kronis dapat menimbulkan hidrokel, acute
adenolymphangytis (ADL), serta kelainan pembuluh limfe yang kronis. Di
daerah-daerah yang endemis W.bancrofti juga sudah banyak orang yang kebal
sehingga jika ada satu atau dua orang yang skrotumnya tiba-tiba sudah besar,
kemungkinan sudah banyak sekali laki-laki yang terinfeksi parasite ini. Meski
demikian,jika ingin mendeteksi secara dini, dalam fase subklinis penderita
filariasis bancrofti akan mengalami hematuria dan atau proteinuria mikroskopik,
pembuluh limfe yang melebar dan berkelok-kelok dideteksi dengan flebografi,
serta limfangiektasis skrotum dideteksi dengan USG. Namun tentu saja gejala-
gejala yang disebutkan terakhir jarang sekali (kalau bisa dibilang tidak pernah)
terdeteksi karena terjadi di pedalaman-pedalaman desa.
ADL ditandai dengan demam tinggi, peradangan limfe (limfangitis dan
limfadenitis), serta adema local yang bersifat sementara. Limfangitis ini bersifat
retrograde, menyebar secara perifer dari KGB menuju arah sentral. Sepanjang
perjalanan ini, KGB regional akan ikut membesar atau sekedar memerah dan
meradang. Bisa juga terjadi tromboflebitis disepanjang jalur limfe tersebut.
Limfadenitis dan limfangitis dapat terjadi pada KGB ekstremitas bawah dan atas
akibat infeksi W.bancrofti dan Brugia.

Namun khas untuk W.bancrofti, biasanya sering terjadi lesi didaerah


genital terlebih dahulu. Lesi didaerah genital ini meiputi funikulitis, epididymis,
dan rasa sakit pada sskrotum. Nantinya lesi ini juga bisa menjadi limfedema
hingga menjadi elephantiasis skrotalis yang sangat khas akibat infeksi
W.bancrofti. lebih jauh, adema ini juga bisa merusak rongga peritoneal hingga
menyebabkan ruptur limfe didaerah renal dan menyebabkan chiluria, terutama
waktu pagi. Pada daerah yang endemis infeksi filaria, terdapat tipe onset penyakit
akut yang dinamakan dermatolymphangioadenitis (DLA).

Agak sedikit berbeda dengan ADL, DLA merupakan sindrom yang meliputi
demam tinggi, menggigil, myalgia, serta sakit kepala. Plak edem akibat
peradangan membentuk demarkasi yang jelas dari kulit yang normal. Pada
sindrom ini jua terdapat vesikel, ulkus, serta hiperpigmentasi. Kadang-kadang
dapat ditemui riwayat trauma, gigitan serangga, terbakar, radiasi, lesi akibat
fungsi, serta kecelakaan akibat bahan kimia. Biasanya port d’entrée dari filaria
tersebut terletak didaerah interdigital. Karena bentuknya yang tidak terlalu khas,
sindrom ini sering juga didiagnosis sebagai selulitis.

C. Penyebab dan Penyebaran Penyakit Filariasis

Dalam musim hujan biasanya nyamuk dapat berkembangbiak dengan


sangat cepat. Banyak sekali penyakit yang dapat ditularkan oleh hewan kecil yang
satu ini. Salah satunya penyakit kaki gajah (filariasis). Penyakit disebabkan oleh
cacing (Wuchereria Bancofi). Cacing ini dapat ditularkan melalui berbagai gigitan
nyamuk kecuali nyamuk mansoni.
Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan apabila tidak mendapatkan
pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembengkakan kaki,
lengan dan alat kelamin baik pada pria maupun wanita. Akibatnya, penderita
penyakit kaki gajah tidak dapat bekerja secara optimal, bahkan hidupnya harus
selalu tergantung pada orang lain.

1. Siklus Hidup Cacing Filaria

Siklus hidup cacing filarial dapat terjadi dalam tubuh nyamuk apabila nyamuk
tersebut menggit dan menghisap darah orang yang terserang filariasis, sehingga
mikro filarial yang terdapat ditubuh penderita ikut terhisap kedalam tubuh
nyamuk. Mikrofilaria tersebut masuk kedalam paskan pembungkus pada tubuh
nyamuk, kemudian menembus dinding lambung dan bersarang diantara otot-otot
dada (Toraksil).

Bentuk mikrofilaria menyerupai sosis yang disebut larva stadium I. dalam


waktu kurang lebih satu minggu larva ini berganti kulit, tumbuh menjadi lebih
gemuk dan panjang yag disebut larva stadium II. Pada hari kesepuluh dan dan
seterusnya larva berganti kulit untuk kedua kalinya, sehingga menjadi lebih
panjang dan kurus, ini adalah larva stadium III. Gerak larva stadium III ini sangat
aktif, sehingga larva mulai bermigrasi mula-mula ke rongga perut (Abdomen)
kemudian pindah ke kepala dan alat tusuk nyamuk.

Apabila nyamuk mikrofilaria ini mwnggigit manusia maka mikrofilaria


yang sudah berbentuk larva infektif (larva stadium III) secara aktif ikut masuk
kedalam tubuh manusia (Hospes), bersama-sama dengan aliran darah dalam tubuh
manusia. larva keluar dari pembuluh darah dan masuk kepembuluh limfe.
Didalam pembuluh limfe larva mengalami dua kali pergantian kulit dan tumbuh
menjadi dewasa yang sering disebut larva stadium IV dan larva stadium V.
Cacing filaria yang sudah dewasa bertempat di pembuluh limfe, sehingga akan
menyumbat pembuuluh limfe dan akan menjadi pembengkakan. Cacing filarial
sendiri memiliki ciri sebagai berikut :
Cacing dewasa (makrofilaria) berbentuk seperti benang berwarna putih
kekuningan. Sedangkan larva cacing filarial (kirofilariia berbentuk seperti benang
berwarna putih susu).

Makrofilaria yang betina memiliki panjang kurang lebih 65-100mm dan


ekornya lurus berujung tumpul. Untuk makro filarial yang jantan memiliki
panjang kurang lebih 40mm dan ekor melingkar. Sedangkan mikrofilaria memiliki
panjang kurang lebih 250 mikron, bersarung pucat.

Tempat hidup mikrofilaria jantan dan betina di saluran limfe. Tetapi pada
malam hari mikrofilaria terdapat didalam darah tepi sedangkan pada siang hari
mikrofilaria terdapat dikapiler alat-alat dalam seperti paru-paru, jantung dan hati.

2. Diagnosis
Praktis gold standard untuk sebagiann besar penyakit akibat infeksi parasite
ialah menemukan parasite tersebut baik dalam keadaan hidup ataupun mati.
Dalam kasus filariasis, parasite berupa cacing dewasa hampir tidak mungkin
ditemukan secara utuh karena terletak di dalam pembuluh limfe yang dalam dan
berkelok-kelok. Karenanya diagnosis faliriasis ditegakkan dengan penemuan
mikrofilaria didarah tepi.

Selain didarah tepi, mikrofilaria dapat pula ditemukan di cairan hidrokel,


atau kadang-kadang dicairan tubuh lainnya. Cairan ini dapat diperiksa secara
mikroskopis secara langsung atau disaring dulu konsentrasi parasite yang sudah
mampu melewati filter pori silindris polikarbonat (ukuran pori sekitar 3 um). Bisa
juga cairan disentrifugasi dengan 2% formalin (teknik knott) baru kemudian dapat
dideteksi parasite mikrofilaria secara spesifik dan sensitive.

Yang tidak boleh lupa ketika mengamati parasite ini, sediaan pasti diambil
menurut perkiraan periodisitas sesuai spesies dan hospesnya. Biasanya untuk
W.bancrofti sediaan diambil dari darah ketika malam hari, atau lazim dikenal
dengan sediaan darah malam. Meski demikian, tak jarang pula orang yang
diperkirakan memiliki diagnosis filariasis ternyata tidak ditemukan mikrofilaria
satupun didaerah tepinya. Kemungkinan hal ini akibat pengambilan sediaan darah
yang kurang tepat atau memang stadium parasite sudah selesai melewati
mikrofilaria dan beranjak menjadi cacing dewasa.

Untuk diagnosis yang praktis dan cepat, sampai saat ini disamping sediaan
darah malam ialah menggunakan ELISA dan rapit test dengan teknik
imunokromatografik assay. Kedua pemeriksaaan praktis ini mampu mendeteksi
antigen dari mikrofilaria dan atau cacing dewasa dari darah tepi sehingga
memiliki spesifisitas mendekati 100% dan sensitivitas antara 96 hingga 100%.
Sayangnya, tes cepat ini hanya tersedia untuk spesies W.bancrofti, sementara
belum ada tes yang adekuat untuk mikrofilaria brugia.

Jika pasien sudah terdeteksi diduga kuat telah mengalami filariasis


limfatik, penggunaan USG Doppler diperlukan untuk mendeteksi pergerakan
cacing dewasa ditali sperma pria atau dikelenjar mammae wanita. Hampir 80%
penderita filariasis limfatik pria mengalami peregrakan cacing dewasa ditali
spermanya. Fenomena ini sering dikenal dengan filaria dance sign. Diluar metode
diatas, terdapat pula teknik-teknik lain yang lebih spesifik namun biasanya hanya
digunakan untuk penelitian, yakni PCR, deteksi serum IgE dan eosinofil, serta
penggunaan limfoscintigrafi untuk mendeteksi pelebaran dan liku-liku pembuluh
limfe. Ketika episode akut, filariasis limpatik mesti dibedakan dari tromboflebitis,
infeksi serta trauma. Gejala limfangitis yang retrogrand merupakan pembeda
utama ketimbang limfangitis bakterial yang bersifat ascending. Sedangkan
sebaliknya, pada episode kronis dari limfedema filarial mesti dibedakan dari
keganasan, luka akibat operasi, trauma, status adema kronis, serta abdormalitas
system limfe kongential.

D. Cara Penularan

Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk yang menghisap darah seseorang


yang telah tertular sebelumnya. Darah yang terinfeksi dan mengandung larva dan
akan ditularkan ke orang lain pada saat nyamuk terinfeksi menggigit dan
menghipas darah orang tersebut.
Tidak seperti malaria dan demam berdarah, filariasis dapat ditularkan oleh
23 spesies nyamuk dari genus anopheles, culex, mansonia, aedes dan armigeres.
Karena inilah filariasis dapat menular dengan sangat cepat.

Penyakit filariasis/kaki gajah ini ditularkan melalui nyamuk yang


menghisap darah seseorang yang telah tertular sebelumnya. Darah yang terinveksi
yang mengandung larva dan di tularkan ke orang lain. Pada nyamuk yang
terinfeksi, kemudian menggigit atau menghisap darah orang tersebut.

Adapun tanda-tanda dan gejalanya (symptom) pada orang yang telah


terinfeksi penyakit filariasis ini,gejala filariasis akut dapat berupa:

1. Demam berulang-ulang selama 3-5 hari,demam dapat hilang bila istirahat


dan muncul kembali setelah bekerja berat.
2. Pembengkakan kelenjar getah bening(tanpa ada luka) di daerah lipatan
paha(lymphadenitis) yang tampak kemerahan ketiak(lymphadenitis) yang
tampak kemerahan,panas dan sakit.
3. Panas dan sakit radang saluran kelenjar getah yang terasa panas dan sakit
yang menjalar dari pangkal kaki/pangkal lengan kearah ujung(retrograde
lymphangitis)
4. Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah
bening,dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah.
5. Pembesaran tungkai,lengan buah dada,buah zakar yang terlihat agak
kemerahan dan terasa panas(early lymphodema)
Filariasis abses akibat seringnya menderita pembekakan kelenjar getah
bening dapat
pecah dan mengeluarkan nanah serta darah,pembesaran tungkai,lengan,buah
dada(mamae),buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas(early
lymphodema).
Gejala klinis yang kronis berupa pembesaran yang menetap(Elephantrasis)
pada tungkailengan buah dada(mamae),buah zakar(Elephantiasis skroti).
Tidak seperti malaria,dan demam berdarah,filariasis dapat ditularkan oleh
berbagai jenis nyamuk dinataranya spesies nyamuk dari genus
anopheles,culex,mansonia aedes dan amigeres.Karena inilah yang menyebabkan
filariasis dapat menular dengan cepat.

E. Tindakan Pencegahan
Pencegahan terhadap penyakit filariasis/kaki gajah dapat dilakukan dengan
jalan:
1. Berusaha menghindari diri dari gigitan nyamuk
2. Membersihkan air pada rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan
nyamuk
3. Mengeringkan/genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk
4. Membakar sisa-sisa sampah(berupa kertas dan plastik)
5. Minimal melakukan penyemprotan sebulan sekali
Pencegahan penyakit kaki gajah/filariasis bagi penderita penyakit
filariasis diharapkan untuk memeriksakan kedokter agar mendapatkan
penanganan obat-obatab sehingga tidak menyebabkan penularan kepada
masyarakat lainnya.
Perlu apa adanya pendididkan dan pencegahan serta pengenalan penyakit
kaki gajah/filariasis diwilayah masing-masing sangatlah penting untuk
memutus mata rantai penularan penyakit ini.Membersihkan lingkungan
sekitar adalah hal terpenting untuk mencegah terjadinya perkembangan
nyamuk diwilayah tersebut.

F. Penanganan dan pengobatan penyakit kaki gajah/filariasis


Dari dulu sampai sekarang DEC merupakan pilihan obat yang murah dan
efektif jika belum bersifat kronis.Selain DEC,terdapat pula ivermectin yang
sampai sekarang harganya pun semakin murah.Diethilcarbamazyne(DEC,6
mg/kgBB/hari untuk 12 hari) bersifat makro dan mikrofilarisidal merupakan
pilihan yang tepat untuk individu dengan filariasis limfe
aktif(mikrofilaremia,antigen positif,atau deteksi USG positif cacing
dewasa).Meskipun albendazole(400 mg dua kali sehari selama 21 hari) juga
mampu menunjukkan efikasi yang baik.
Pada kasus yang masih bersifat subklinis(hematuria,proteinuria,serta
abnormalitas limfosintigrafi) sebaiknya diberikan antibiotic profilaksis
dengan terapi suportif misalnya dengan antipiretik dan analgesik.Sedangakan
jika sudah mikrofilaremia negatife,yakni ketika manifestasi cacing dewasa
sudah terlihat,barulah DEC menjadi acuan obat utama.
Pasien dengan limfedema positif pada ekstremitas patut mendapatkan
fisioterapi khusus untuk limfedema atau dekongestif.Pasien mesti dididik
untuk hidup bersih dan menjaga agar daerah yang membengkak tidak
mengalami infeksi sekunder.Sementara itu hidrokel bisa dialirkan secara
berulang atau dengan insisi pembedahan.Jika dilakukan dengan baik
ditambah DEC yang teratur,sebenarnya gejala pembengkakan ini bisa
dikurangi hingga menjadi sangat minim.
Penggunaan DEC selama 12 hari dengan dosis 6mg/kgBB(total dosis 72
mg) merupakan patokan standar yang telah dilaksanakan dinegara-negara
dengan filariasis.Sebenarnya dengan dosis tunggal 6 mg/kgBB selama sehari
juga sudah mampu membunuh parasit-parasit yang ada ditubuh.Penggunaan
selama 12 hari merupakan sarana supresi mikrofilaremia secara tepat.Namun
biasanya penggunan DEC dosis tunggal dikombinasikan dengan albendazole
atau ivermectin dengan hasil mikrofilarisidal yang efektif.
Efek samping dari DEC ialah demam,menggigil,artralgia,sakit
kepala,mual,hingga muntah.Keberhasilan pengobatan ini sangat tergantung
dari jumlah parasit yang beredar di dalam darah serta sering menimbulkan
gejala hipersensitivitas akibat antigen yang dilepaskan dari debris sel-sel
parasit yang sudah mati.Reaksi hipersentivitas juga bisa terjadi akibat
inflamasi dari lipoprotein lipolisakarida dari organisme intraseluler
wolbachia,seperti yang disebutkan diatas.Selain DEC,ivermectin juga
memiliki efek samping yang serupa dengan gejala ini.Yang penting selain
pengobatan klinis filariasis ialah edukasi dan promosi pada masyarakat
sekitar untuk memeberantas nyamuk dengan gerakan 3M,sama
sepertipemberantasan demam berdarah.Selain itu,dibeberapa tempat perlu
juga untuk dilakukan pemberian DEC profilaksis yang ditambahkan kedalam
garam dapur khusus untuk masyarakat didaerah tersebut.Namun yang
belakangan tidak terlalu populer di Indonesia
Memeng lebih dari 40 tahun untuk pengobatan penyakit kaki gajah,baik
Dietikarbamasin citrate/dietylcarbamazine citrate(DEC) adalah satu-satunya
obat filariasis yang ampuh baik untuk filariasis bancroffi maupun
malayi,bersifat makrofilarisi.
Obat tergolong murah,aman dan tidak ada resistensi obat.Penderita yang
mendapatkan terapi obat ini mungkin akan memberikan reaksi samping
sistematik.
Dietikarbamasin tidak dapat dipakai untuk khemoprofilaksis.Pengobatan
diberikan oral sesudah makan malam,diserap cepat,mencapai konsentrasi
puncak dalam darah sekitar 3 jam,dan diekskresi melalui air kemih.
Dietikarbamasin tidak dapat diberikan pada anak berumur kurang dari 2
tahun,ibu hamil/menyusui,dan penderita sakit berat/dalam keadaan
lemah.Namun,pada kasus penyakit kaki gajah/filariasis yang cukup
parah(sudah membesar)karena tidak dapat terdeteksi dini,selain pemberian
obat-obatan tentunya memerlukan langkah lanjutan seperti tindakan operasi.
G. Penyakit Kaki Gajah/Filariasis di Indonesia
Indonesia merupakan kebun binatang parasit terbesar didunia,dengan
salah satu koleksi endemisnya;golongan cacing filarial.Dataran pulau
sumatera serta sebagian wilayah Jawa dan Bali menjadi kawasan yang dari
tahun ke tahun langganan terinfeksi kaki gajah.Penyakit filaria merambat
disekeliling jaringan subkutan dan sekujur pembuluh limfe.
Diantara spesies antropofilik yang paling ganas ialah wuchereria
bancrofti,Brugia,malayi,Brugia timori,Onchocerca volvulus,danLoa-loa.Dari
nematode itu,menurut Prof.Dr.Herdiman Pohan,Sp.PD,KPTI dari guru besar
FKUI/RSCM,Brugia dan wuchereria merupakan spesies terbanyak yang
ditemukan di Indonesia,sementara Onchocerca dan loa-loa tidak
terdapat.Selain itu,Mansonella ozzardi,Mnsonella perstans,serta Mnsonella
streptocerca,tidak terlalu parah.
Satu konsep mutakhir yang menjadi target pengobatan ialah terdapatnya
endosimbion yang terjai didalam tubuh filarial.Para pakar Tropical Medicine
menemukan terdapat individu semacam rickettsia yang hidup intraseluler
pada setiap stadium wuchereria,Mansonella,dan Onchocerca yang dinamakan
wolbachia.Konon,individu ini berhubungan endosimbiosis sangat erat dengan
filarial sehingga dapat dijadikan target kemoterapi antifilarial.

W.bancrofti merupakan spesies yang sangat terkenal didunia,meski hanya sedikit


sekali mahasiswa kedokteran terkenal didunia yang mempelajari secara intensif
mata kuliah parasitologi atau Tropical Medicine.Sekitar 115 juta manusia
terinfeksi parasit ini di daerah subtropics dan tropis,meliputi
Asia,Pasifik,Afrika,Amerika Selatan, Serta kepulauan karibia. Spesies dengan
periodisitas subperiodik (kapan saja terdapat didaerah tepi) ditemukan di
kepulauan pasifik dengan vector Aedes sp., sementara sebagian besar lainnya
memiliki periodisitas nocturnal dengan vector culex fatigans dan culex
cuenquifasciatus di Indonesia. Vector culex juga biasanya ditemukan didaerah-
daerah urban, sedangkan vector Aedes dapat ditemukan didaerah-daerah rural.

Brugia malayi lazim ditemui di China, India, Korea, Jepang, Filipina,


Malaysia, dan tentu saja Indonesia yang hanya bisa ditemui di kepulauan timor.
Mirip dengan W.bancrofti, Brugia malayi memiliki dua bentuk periodesitas.
Bedanya biasanya B.malayi dengan periodesitas subperiodik ditemukan dihutan-
hutan dengan vector mansonia dan coquilettidia (jarang).

Prinsip patologis penyakit filariasis bermula dari inflamasi saluran limfe


akibat dilalui cacing filaria dewasa (bukan mikrofilaria). Cacing dewasa yang
tidak tahu diri ini melalui saluran limfe aferen atau sinus-sinus limfe sehingga
menyebbabkan dilatasi limpe pada tempat-tempat yang dilaluinya. Dilatasi ini
mengakibatkan banyaknya cairan plasma yang terisi dari pembuluh darah yang
menyebabkan penebalan pembuluh darah disekitarnya.
Akibat kerusakan pembuluh, akan terjadi infiltrasi sel-sel plasma,
esosinofil, serta makrofag, di dalam dan sekitar pembuluh darah yang terinfeksi.
Nah, infiltrasi inilah yang menyebabkan terjadi proliferasi jaringan ikat dan
menyebabkan pembuluh limfe disekelilingnya menjadi berkelok-kelok serta
menyebabkan rusaknya katup-katup disepanjang pembuluh limfe tersebut.
Akibatnya, limfedema dan perubahan statis-kronis dengan adema pada kulit diatas
pembuluh tersebut menjadi tak terhindarkan lagi.

Jadi, jelaslah bahwa bidang keladi adema pada filariasis ialah cacing
dewasa yang merusak pembuluh limfe serta mekanisme inflamasi dari tubuh
penderita yang mengakibatkan profilerasi jaringan ikat disekitar pembuluh.
Respon inflamasi ini juga diduga sebagai penyebab granuloma dan profileratif
yang mengakibatkan obstruksi limfe secara total. Ketika cacing masih hidup,
pembuluh limfe akan tetap paten, namun ketika cacing sudah mati akan terjadi
reaksi yang memicu timbulnya granuloma dan fibrosis sekitar limfe. Kemudian
akan terjadi obstruksi limfe total karena karakteristik pembuluh limfe bukanlah
membentuk kolateral (seperti pembuluh darah), namun terjadi malfungsi drainase
limfe didaerah tersebut.

Di Indonesia, penyakit ini tersebar luas hampir diseluruh propinsi.


Berdasarkan hasil survei pada tahun 2000 tercatat sebanyak 1553 desa yang
tersebar di 231 kabupaten dan 26 propinsi, dengan jumlah kasus kronis 6233
orang. Untuk menanggulangi penyebaran penyakit kaki gajah agar tidak semakin
meluas, maka melalui organisasi WHO menetapkan kesepakatan global yaitu
memberantas penyakit kaki gajah sampai tuntas. Di Indonesia sendiri pada tahun
2002 sudah dimulai pelaksanaan pemberantasan penyakit kaki gajah secara
bertahap di 5 kabupaten percontohan. Program pemberantasan dilaksanakan
melalui pengobatan massal dengan DEC (Dietikarbamasin Citrate) dan
Albendasol untuk setahun sekali selama 5 tahun.
Jakarta-MI : Kendati di sejumlah Negara kasus penyakit kaki gajah
(filariasis) sudah punah, namun di Indonesia di laporkan, sampai tahun 2008
masih terdapat 11.699 penderita penyakit kaki gajah.

Bahkan di 316 kabupaten / kota tercatat masih termasuk daerah endemis


faliriasis. Ketua komite ahli pengobatan filariasis Indonesia (KAPFI)
purwantyastuti di Jakarta, sabtu (21 / 11), menambahkan, pervelensi mikrofilaria
(telur cacing) sebesar 19% dari total penduduk Indonesia. Artinya, terdapat
kurang lebih 40 juta penduduk Indonesia yang tubuhnya mengandung
mikrofilaria.

Mereka yang mengandung mikrofilaria sejatinya berpotensi menularkan


sakit kaki gajah pada orang lain. Alhasil diperkirakan 125 juta penduduk
Indonesia sanngat beresiko tertular filariasis. “banyaknya spesies (jenis) nyamuk
yang dapat menjadi factor filariasis menyebabkan filariasis sulit diberantas.”
Imbuh purwantyastuti.

Factor paling krusial lainnya adalah masih rendahnya komitmen


pemerintah daerah yang tidak memproritaskan program eliminasi filariasis.
Dikatakan, pengobatan massal filariasis harus dilakukan serentak di setiap
kabupaten, agar tidak ada lagi daerah endemik yang belum diobati. Disinilah
diperlukan kesadaran pemda. Pasalnya, jika masih terdapat daerah endemik, maka
upaya pengobatan akan sia-sia lantaran nyamuk penular kaki gajah bisa terbang
batas wilayah.

Dalam enam tahun terakhir, purwantyastuti mengakui jumlah kabupaten /


kota yang endemis kaki gajah / filariasis terus meningkat pada tahun 2006, tercatat
266 kabupaten / kota endemis filariasis. Pada tahun 2007, ada peningkatan
menjadi 304 dan 2008 menjadi 316 kabupaten / kota.

Namun, diriya membantah jika dari fakta itu bisa disimpulkan bahwa
kasus kaki gajah / filariasis terus meningkat di Indonesia. Dia berkomentar,
semakin banyaknya kabupaten yang melaporkan adanya penderita filariasis
diwilayahnya menyebabkan semakin bertambahnya penderita filariasis di
Indonesia. Penderita jumlah penderita ini dimungkinkan karena makin
meningkatnya pengetahuan dan keterampilan petugas dalam meneteksi serta
sosialisasi filariasis yang semakin meningkat.

secara perorangan maupun secara massal dengan menggunakan


DEC(Diethil Carbamazine Citrate).DEC bersifat membunuh microfilaria dan
makrofilaria(cacing dewasa).Sampai saat ini DEC merupakan satu-satunya
obat penyakit kaki gajah yang efektif,aman dan relative murah.Pada
pengobatan perorangan bertujuan menghancurkan parasit dan
mengeliminasi,guna mengurangi atau mencegah rasa sakit.Aturan dosis yang
dianjurkan untuk 6 mg/kgBB/hari selama 12 hari diminum sesudah
makan,dalam sehari 3 kali.Pada pengobatan missal,digunakan pemberian
DEC dosis rendah dengan jangka waktu pemberian yang lebih lama,misalnya
dalam bentuk garam DEC 0,2%-0,4% selama 9-12 bulan.Untuk orang dewasa
digunakan 100mg/minggu selama 40 hari.
Tujuan utama dalam penanganan dini terhadap penyakit kaki gajah
adalah membasmi parasit/larva yang berkembang dalam tubuh penderita
sehingga tingkat penularan dapat ditekan dan dikurangi.

Filariasis

A. Pendahuluan
Filariasis adalah penyakit yang disebapkan oleh infekasi farasit nematode
yang terbesar di Indonesia.
Walaupun penyakit ini jarang mematikan, tetapi dapat menurunkan
peroduktivitas penderitaanya karena menimbulkan gangguan fisik
penyakit ini jarang terjadi pada anak karena menifestasi kelinisnya timbul
bertahun tahun setelah infeksi gejala pembekakan kaki munculnya karena
sumbatan microfilaria pada pembuluh limfe yang yang biasanya terjadi
pada di atas umur 30 th setelah terpapa parasit selama bertahun tahun
B. Disteribusi
di daerah daerah endemic 80% peroduk biasa mengalami infeksi tetapi
hanya sekitar 10-20% populasi yang menunjukan gejala kelinis infeksi
farasit ini terbesar di daerah teropis dan sub teroppis telah di ketahui dari
200 sepesies tersebut hanya sedikit menyerang manusia.
Masyarakat yang beresiko terserang adalah mereka yang berkerja pada
daerah yang terkena paparan menahun oleh nyamuk yang mengandung
larpa. Di seluruh dunia angka perkiraan infeksi mencapai 250 jt orang di
asia .
Di sebagian daerah dunia di daerah yang dengan kelembabannya yang
cukup tingi termasuk amerika latin, afrika asia dan kepulauan pasifik
umum di temukan di daerah perkotoran dengan kondisi ideal untuk
perkembangan nyamuk.
Secara umum perioditsitas nocturnal dari daerah edemis pasifik yang di
temukan di sebelah barat 140 derajat bujur timur sedangkan dengan
superiodisitas di temukan di wilayah terletak di sebelah timur daerah 180
derajat bujur timur.
C. Etiologi
Cacing panjang seperti benag yaitu filariasis yang di sebabkan oleh
filariasis bancrofti filariasis yang di sebapkan oleh brugia malayi filariasis
yang di sebapkan oleh brugia timori.
D. Penularan
Siklus hidup w.brancrofti b malayi di mulai saat firaliar di mulai saat
dewasa dalam pembuluh limfle manusi memperoduksi sekitar 50.000
mikrifilaria perhari ke dalam darah. Nyamuk kemudian menghisap
microfilaria pada saat mengigit manusia selanjutnya larva tersebut akan
berkembang dalam tubuh nyamuk tubuh manusia larva akan bermigrasi ke
saluran limfe dan berkembang menjadi bentuk dewasa mokrofilaria dapat
di temukan dalam darah sepi setelah 6 bulan – 1 tahun setelah terinfeksi.
E. Gambaran kelinis
Penderita filarialisis bisa tidak menunjukan gejala klinis hali ini di
sebapkan oleh kadar microfilaria yang terlalu sedikit dan tidak bisa
terdeteksi oleh pemeriksaan laboratorium
Atau memang tidak dapat dalam darah.
Apabila menimbulkan gejala maka sering ditemukan adalah gejala akibat
manefestasi pejalanan kronik penyakit . gejala penyakit pada tahap awal
bersipat tidak khas seperti demam selama 3-4 hari yang hilang tanpa di
obati demam berulang lagi sampai 1-2 bulan kemudian atau gejala lebih
sering timbul bila pasien lebih berkerja terlalu berat.

Gejala terjadi berbulan bulan sampai bertahun tahun mulai dari yang
ringan sampai yang berat cacing akan menyebapkan pibrosis dan
penumbatan pembuluh limfe penyumbatan ini mengakibatkan
pembengkakan pada daerah bersangkutan. Tanda kelinis yang sering di
lakukan adalah pembtetngkakan sekutum dan pembengkakan angota
gerak terutama kaki diagnosis di gunakan melalui laboratorim.
F. Pengobatan
Oba filariasis yang di berikan adalah :
1. Dietikarnamazin (DEC)
2. Ivermectin (mectizen)
3. Albendazol 400 mg dosis tungga.
G. Pencegahan dan pemberantasan
1. Pengobatan masal
Cara pencegan penyakit yang paliing efektif adalah mencegah gigitan
nyamuk pembawa microfilaria. Apabila suatu daerah sebagian besar
sudah terkena penyakit ini maka pengobatan masal dengan DC
( infermactin) atau ttabendazol dapat di berikan sat kali dan sebaiknya
di lakukan paling sedikit selama lima tahun.
2. Pengendalian vector
Pengendalian vector adalah pemberantas tempat perkembang biakan
nyamuk melalui pembersihan got atau saluran pembuangan air,
pengaliran air tergenag ,dan penebaran bibit ikan pemakan jentik.
Kegiatan lainya adalah menghindari gigitan nyamuk dengan
menghindari dengan memasang kelambu mengunakan obat nyamuk
oles memasang kaca pada pentilasi udara. Dan mengunakan obat nya
muk semprot.
3. Peran serta masyarakat
Warga masyarakat dihatrtttapkan bersedia dan mau di periksa
darahnya pada malam hari pada saat ada kegiatan pemeriksaan dasar;
bersedia minum obat anti penyakit kaki gajah secara teratur sesuai
dengan ketentuan yang diberitahukan oleh petugas;
Memberitahukan kepada kader atau pettugas kesehatan bila
menemukan penderitat filariasis : dan bersedia bergontoroyong
membersihkan sarang nyamuk aau tempat perkembangan nyamuk.

VEKTOR PENYAKIT CACING

1. Vektor
Vektor filariasis adalah nyamuk. Di indonesia hinggasaat ini telah
diketauhi terdapat 23 spesies dari genus manosia,anopheles,culek, aedes
dan armigeres yang terdapat beperan sebagai vektor dan gektor potensial
penyakit filariasis seepukuh spesies nyamuk anopheles telahbdi
identifikasi sebagai vektor whuvhereria bancrofti tipe pedesaan,sedangkan
untuk wuchereria bancrofti tipe perkotaan adalah culex quinquefasciatus
vektor burgia malayi tercatat ada enaam spesies mansonia dan untuk
wilayah indonesa timur selain mansonia juga anopheles barbioritas
demikian pula burgeria malayi tipe subperiodik nokturnal sebagai
vektornya adalah spesies manosia. Untuk bergia timore terdapat di nusa
tengaagar timur dan kepulauan maluku selatan sebagai vektornya adalah
Anopheles Barbioritas .
Anopheles barbirostis mengigit antara pukul 2300- 05.00 pagi dan
setalah mengigit hinggap dikebun kopu ,pohn nanas , temppat
perindukan ( breeding place) di rawa-rawa kolam darat dan irigasi.
Speies ini di pulau sumatra dan jawa jarang di jumpai mengigit
manusia, namun di pulau sulawesi dan nusa tenggara timur banyak
terdapat menghisap darah .
2. Hopses
Pada dasarnya semua manusia dapat menjangit filariasis apabila mengigit
oleh jyamul yng infektip mengandung lavra stadiuk 3 vektor infketif
mendpat mikrofilaria dari orang-orang stempat yang mengidap mikro
filaria dari dalam darahnya. ,Namun demikian dalam kenyatan di suatu
daerah endemis filariasis tidak semua orang terinfeksi dan semua orang
yang terinfeksi tidak semua orang menunjukan gejala klinis meskipun
tanpa gejala klinis tetapi sudah terjadi gejla perubaahan-perubahan
patolgis
3. Gejala Klinis filariasis
Ada dua gejala klinis dari filariasis yaitu gejala klinis aut dan gejala klinis
kronis gejala klinisbakut merupkan peradangan pada kelenjar limfe
( limfangitis) , peradangan pada kelenjar dan saluran limfe
(adenolimfangitis) yang umunya di sertai demam,sakit kepa, rasa lemah
daj terdapat pula terjadi abses yang kemuduan pecah dan meninggalkan
bekas sepeti parut.Parut ini sering di temukan di daerah lipatan paha dan
ketiak ( Daerah endemis B . malayi B. Timori)
B. FILARIASIS LIMFATIK
Filariasis limpatik merupan penyakit menular yang disebakan oleh
cacing filaria yang hidup di saluran kelenjar getah bening. Penyakit ini
dapat menyebabkan gejala akaut mauapun kronis yang di tularakan
bebegai jenis nyamuk gejala akut brupa demam berlansung selama 3-5
hari demam dapat hilang bila istirahat timbul setalah bekerja berat
peradangan dan slauran kelenjar getah bening ( adenolimfajgitis) trutama
di daerah lipatan pah dan ketiak ,abses dapat pecah dan mengeluarkan
nanah pembesaran tungkai , lengan, buah dada ,buah zakar yang
meningalkan paruy. Kemudian dapat berlanjut ke stadium kronis berupa
pembesaran menetap.
Penentuan Stadium Limfedema
Limfedema terbagi dalam tujuh stadium atas dasar hilang tidaknya
bengkak ,ada tidaknya lipatan kulit ,ada tidaknya nodul (benjola) serta
mossy fott ( gambaram seperi lumut ). Penetuan limfedea sebagai berikut ;
1. Penentuan satdiujm limfedea terpisah antara angota tubuh bagian kiri
dan kanan ,lengan dan tungaki.
2. Penetuan stqdium limfedea lengan atas dan bawah atau tungaki atas
dan bawah dalam satu sisi di sebut dalam stadium.limfedema.
3. Penentuan stadium limfedema berpihak pada stadium yang terberat
4. Penetuan stadium limfedema di buat 30 hari setlah serangan akut
sembuh
5. Penentuan stadium limfedema di buat sebelum atau sesudah
pengobatan dan penatalaksaan kasus
C. EPIDEMOLOGI FILARASIS DI INDONESIA

Pada umunya filariasis di sebabkan oleh dua spesies cacing filaria yaitu
wuchereria dan brocorti brugia malayi di indonesia selain kedua spesies tersebut
terdpat psatu lagi cacing penyabanya yaitu burgia timori secara epidiomologi
ketiga spsies caxing filaria itu dapat di bedakan menjadi enam tipe yaitu:

1. W bancrofti yang di temukan di daerah perkotaan( urban ) seperti


jakarta,bekasi,tanggerang, lebak ( banten) semarang pekalongan dan
sekitarnya .w . bancrofti priodisitas noktruna ( mikrofilaria ditemukan di
dalam darah tetapi pada malam hari ) dan ditularkan oleh nyamuk culex
quinquefaciatus yang berkembajg biak di air kotor.
2. W. Bancrofti yang di temukan di daerah pedesaan luar jawa tersebar luar
terutama di luar jawa luas terutama di papua , mempunyai periodisitas
yang ditularkan oleh berbagai spesies nyamuk anopheles,culex,aedes.
3. B. Malayi yang di temukan di daerah persawahan ,bersifat priodik
noktuma dan dan ditukarkan oleh nyamuk an barbioritas
4. B malayi yang di temukan di daerah rawa bersipat superiodik nokturna
( mikrofilaria di trmukan dalam darah tetapi baik pada malam maupun
siang hari,namun lebih banyak pada malam hari ) dan ditularkan nyamuk
manosia
5. B. Malayi yang ditemukan di hutan , bersifat non periodik /aperiodik
( mikrofilaria di temukan dalam darah pada malam maupun siang hari
6. B. Timori yang bersifat periodik nokturna ,ditemukan di daerah nusa
tenggara timur ,kepulauan flores,alur,rote,timor,sumba,maluku tenggara
daj timor timur dan mungkin juga di daerah lain.

Siklus Hidup Cacing Filaria

Siklus hidup cacing filaria cukup panjang,masa pertumbuhanya di dalam


tubuh nyamuk sekitar 10-14 haribsedangkan pada manusia kurang lebih 3-7
bulan . Cacing dewasa dan jantan betina hidup di saluran kelenjar limge dan
pembuluh limfe setelah kopulasi, cacing betina mengeluarkan mikrofilaria
yang berangsur. Mikrofilaria terdapat di aliran darah tepu pada waktu-waktu
saja.

Mikrofilaria yang terisap oleh nyamuk melepaskan sarungnya di dalam


lambung, meneembus dinding lambung dan bersarang di antara otot-otot
thoraks. Mula-mula parsit ini bentuknya pendek menyerupai sosis di sebut
larva stadium 1. Di dalam tubuh nyamuk larva mengalami dua kali pergantian
kulit ,berkembang dari stadium 1 menjadi stadium 2 yang lebih gemuk dan
panjang. Kemudian makin panjang lebih kurus di sebut stadium larva 3
merupakan larva efektip bermigrasi kerongga dada /thoraks kepala alat tusuk
nyamuk bila mengandung larva infektif mengigit manusia maka larva tetsebut
secara aktif masuk melalui luka tusuk ke dalam tubuh hopses dqn berangsang
di saluran limfe. Di dalam tubuh nmanusia larva mengalami dua kali
pergantian kulit ,tubuh menjadi larva stadium 4 dan stadium 5 atau caving
dewasa jantan dan betina . Cacing dewasa hingga bertahan 10 tahun dalam
sistem limfatik,berkembang biak dan memproduksi mikrofilaria

Rantai Penularan Filariasis

1. Hospes
a. Manusia rentan

Pada dasarnya semua manusia dapat terjangkit penyakit filariadis


apabila digigit nyamuk vektor yang inferaktif ( mengandung larva
stadium 3 ). Vektor inferaktip dapat mikrofilaria dari orang-orang
setempat yang mengidap mikrofilaria dalam darahya. Namun
demikian,dalam kenyataan di daerah endemis filariaisi tidak semua
orang teripeksi dan diantaranya yang terinfeksi tidak semua
menujukan gejala.Meskipun tanpa gejala tetapi sudah tejadi
perubahan-perubahan fatologis semakin lama pendatang
menempati daerah endemis penyakit kaki gajah maka akan lebih
besar terkena penyakit terifeksi pendatang baru dari daerah non
endemis ke daerah endemis ( transmigran) lebih banyak
menunjukan gejala , tetapi pada pemeriksaan darah lebih sedikit
yang mengandung mikrofilaria.
b. Beberapa hewan resrevior
Hospes reservior berperan sebagai sumber penyakit diantara
penyakit cacing filaria yang menginfeksi manusia di indonesia
hanya B. Malayi yang super periodik nokturna dan non periodik
yang ditemukan juga pada hewan lutung (presbytis cristaus), kera
(macca fascicularis ) dan kucing (felis catus) yang dapat
merupakan sumber infeksi maanusia.

Vektor Penyakit Filariasis

Vektor penyakit filariasis adalah nyamuk. Di indonesia hingga


saat ini telah diketahiu terdapat 23 spesies nyamuk dari genus
manosia,nyamuk anpoheles,culex,aedes dan amigeres yang dapat
berperan sebagai vektor potensial filariasis disebit sebagai vektor
karena telah terbukti sebagai penular filariasis di daerah tertentu.
Sepuluh spesies nyamuk telah terinfeksi sebagai vektor w.
Bancrofti tipe pedesaan sedangkan untuk w bancrofti tipe
perkotaan adalah vektornya cx quiquefasciatus. Vektor B. Malayi
tercatat ada enamspesies manosia dan untuk wilayah indonesia
bagian timur selain misonia juga an barbioritis
a. Daur hidup pektor filariasis
Semua nyamuk mengalami metamorfosis sempurna
( holometabola) mulai dari telur menjadi jentik
kepompong/pupa dewasa .Nyamuk serangga
melangsungkan siklus hidup di dalam air
kelansungan hidup nyamuk akan terputus apabila
tidak ada air. Nyamuk mengeluarkan telur sebanyak
100-300 butir sekali bertelur dan besar telurnya
sekitar 0,5 mm setelh 1-2 hari bertelur akan menetas
menjadi jentik waktu yang di perlukan untuk
pertumbuahan jentik menjadi kepompong sekitar 8-
10 hari tergantung sushu,makan dan spesies nyamuk.
b. Umur Nyamuk
Umur nyamuk bervariasi tergantung dari spsies dan
dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu kelembapan
mempengaruhi keberadaan tempat tempat perindukan
nyamuk retaip pendek nyamuk jantan biasnya pendek
(kurang dari semingu) sedangakan nyamuk betina
rata-rata 1-2 bulan unitak mempertahankan hidupnya
nyamuk jantan makan cairan tumbuhan yang ada di
sekitanya sedangkan nyamuk netina menhispa darah
untuk prtumbuhan hidupnya. Pemeriksaan ovarium
dan melihat kodisi parous merupakj dlah satu cara
untuk mengataui umur tetif nyamuk.
c. Prilaku vektor
Nyamuk mempunyai prilaku hopses menghisap darah
hopses pada malam hari (culex,anopheles) dan yang
aktif pada siang hari (aedes) serta ada yg menhisap
darah padavsiang dan malam hari yakni kansomia.
Jarak terbang culicidae( nyamuk) biasnya pendek
mencapai hanya beberapa puluh meter saja anopheles
fapat mencapai 2-3 km namun dalam keadaan
tertentu dengan dorongan dan lain sebagainya dapat
lebih jauh lagi sampai bebrapa kilometer seprti jarak
terbangnya dapat mencapi kira-kira 30 meter
d. Perilaku mengigit dan dan pperilaku istirahat vektor
Perilaku mengigit ( mencari darah dan perilaaki
istirahat umumnyaberitirahat di tempat-tempat teduh
seperti disekitar tempat perindukan dan didalam
rumahya pada tempat gelap beberapa sifaat nyamuk
vektor menyukai darah manusia ( antrofofilik )
menyukao darah hewan ( zoofilik) menyukai darah
hewan dan manusia ( zooantrofopilik) mengiit diluar
rumah (eksofagik) dan menggit di dalam rumah
( endofagik)

Lingkungan
Keadan lingkungan sangat berpngaruh terhadap keberadaan dan yransmisi
filarisis biasnaya darah endemis B. Malayi adalah hutan rawa terdapat persawahan
suangai atau badan air dan tenpat tanaman air selain itu di sekitat rumah dapat
dijadikan tempat perindukan dan peristirahatan nyamuk penukaran penyakit firia

Derah -daerah perkotaan yang kumuh padat penduduknya dan banyak genagan
air kotor,halamn tidak bersih dan terdapat sampah-sampah betserakan dapat
menjadi habitat vektor daari penularanya yaitu nyamukcc cx. Quinqiefaciatus
sedangkan daerah endemis w brancofti tipe pedesaan (rural) secara umum kodisi
lingkunganya sama dengan daerah endmis malayi.

a. Lingkungn Fisik
Mencakup keadaan iklim ( temperatur ,kelemban,curah,hujan ) keadaan
geografis struktur geologi dan biasnya faktor lingkungan fisik ini terutam
erat kehidupanya dengan vektor ada lingkungan yang cocok untuk
kehidupan vektor dan lingkungan fisik ini betina pula artinya untuk tempat
perindukan dan tempat istirahat vektor suhu dan kelembaban memengruhi
pertumbuahn dan umur nyamu. Curah hujan mempengaruhi kebiasaan
tempat perindukan nyamuk
b. Lingkunagan bilogik
Lingkunagan biloagik terdiri atas tumbuhan dan hewan yang berfungsi
sebagai agen reservior maupaun vektor dn mikrooganisme sqprofit serta
tumbuh-tumbuhan yng merupakan sumber nutrien tetap. Dibedang
kesehatan keberadaan tumbuhan air tertentu merupakan pertumbuahan
inang bagi vektor filariasis mansonia sp.

Marfologi caacing filaria

1. Cacing dewasa
Pengetahuan farasitologi penyakit filariasis pengatahuan menitikberaatkan
pada marfologi cacing filaria ,perbedaan anatara spsies mikrofilaria dan
daur ulang hidup cacing .2 càcing deawasa berbrtuk silindris, halus seperti
benang bewarana putih susu dan hidup di sistem pembulu imfe cacing
betina bersifaat vivivar dan berukuran 55-100 mm × 0’16 mm dapat
menghasilakan puluhan ribu mikrofilaria
2. Mirofilaria dalam darah.
Cacing dewasa betina setelah mengalami fertiliasi mengeluarakan puluhan
ribu aanak cacing yang di sebut mikrofilaria yang mempunyai sarung
tikuran mikrofilarai 200-600 ×8 scara mikropis farmakologi inti
badan.jumlah dan letak inti pada ujung ekor , ukuran ruaang kepala serta
keadaaan sarung
3. Larva Dalam Tubuh Nyamuk
Pada saat nyamuk menghisap daarah yang mengandung mikrofilaria akan
terbawa masul dalam lambung nayamuk dan selanjutnya bergerak dari otot
atau jaringan lemak di bagaian dada. Setelah kurang lebih 3 hari
mikrofilaria berkembang menjadi stadium 1 (L1) bentuk seperti sosis
bèrukuran 125-250 pm x 10 -17 dengan ekor runcing sepeti cambuk.
D. FILARIASIS NON LIMFATIK
Vektor filariasis non limfatik ialah lalat yang termasu dalan
ordo diptera dari kepas incscsta yaitu genus simulium dan
chrysops. Silium (balck fly) mempunyai badan berukuran 2-3
mm yang menhisap darah bisanya hanya alat betina yang aktif
pada pagi hari. Simulium domansum berperan sebagai vektor
biologik onkoseriasis ( ruver blindenes) yang disebut dengan
onchocerca volvulus di afrika simulium metalicum s.
Ochrveum dan s. Callidum berperan sebagai vektor
onchpverca volvulus di amerika
Chrysops ( horse fly=deer fly) badanya sebesar lalat
rumah,lalat jantan biasanya umunya menghisap sari tumbuh-
tumbuhan sebagai makanan sedangkan lalat betina mempunyai
tipe mulut sucking-peicrcing dan menhisap darah lalat ini aktif
menyerang manusia pada pagi dan sore hari.

PENGOBATAN
Dithyl carbamazin citrat ( DEC) biasa digunakan selain membunuh
mikrofilarik filaria juga dapat membunuh w brancofti ,b. Malayi dan timori
bentuk dewasa , DEC asiknya tak ngsung membunuh m.f., rupanya memodifisir
mereka menghilangkanya oleh sistem imun hospes dosiw rekmendasi 6 mg/kkb
per hari dosis tebagi 3 sesudah makan untuk 12 hari. Mikrofilaria turun cepat
dalam daeah sesudah dimulainya pengobatan dan kemudian naik biasanya pada
penurunan intensitas sesudah bebrapa bulan. Reaksi obat oleh karena matinya
parasit beberapa jam sesudah di mulainya pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai