Anda di halaman 1dari 23

LBM 4

MASS IN THE GROIN

STEP 1

1. Elephantiasis :
suatu keadaan dimana terjadi obstruksi pada pembuluh limfe yang
menahun sehingga terjadi granulasi proliferatif yang mengakibatkan
varises limfe dimana kadar protein tinggi sehingga membentuk
jaringan ikat dan kolagen dikarenakan adanya cacing filariasis (W.
Bancrofti dan Brugia Malay, Timori) yang menahun, terjadi pada
ekstremitas bawah

2. Microphyllaria :
Larva cacing hasil dari kopulasi cacing betina biasanya pada cacing W.
Bancrofti dikeluarkan lebih dari 10000 per hari pada manusia yang
menderita elephantiasis

STEP 2

1. Mengapa mual, muntah dan napsu makan menurun?


2. Why the patient have mass in his right groin?
3. What is the relation between this disease and the area which mosquito
is easily found?
4. Why the peripheral blood shows eosinophilia and leukocytosis?
5. Why the blood capillary smeae in the evening shows microphyllaria?
6. Why the physical examination shows a tumor as large as a chicken’s
egg, painful and hard with palpation?
7. Why the small mass is getting bigger?
8. Different diagnosis from this disease?
9. What is the treatment?

STEP 3

1. Why the patient nausea, vomiting, and decreased appetite?


Nafsu makan pasien berkurang, karena salah satu mediator inflamasi, yaitu
serotonin, yang dilepaskan pada proses radang, yaitu iritasi mukosa, mempunyai
mekanisme menekan nafsu makan dengan menekan pusat pengatur rasa kenyang
dan rasa lapar di hipotalamus.
Penurunan nafsu makan merupakan akibat dari kerjasama IL-1 dan TNF-α.
Keduanya akan meningkatkan ekspresi leptin oleh sel adiposa. Peningkatan leptin
dalam sirkulasi menyebabkan negatif feedback ke hipothalamus ventromedial yang
berakibat pada penurunan intake makanan (Luheshi et al., 2000).

Sumber: Suhendro. Nainggolan, Leonard. Chen, Khie. Pohan, Herdiman T.


dalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata
K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

2. Why the patient have mass in his right groin?

Siklus Hidup Cacing Filaria

Siklus hidup cacing Filaria terjadi melalui dua tahap, yaitu:


1. Tahap pertama, perkembangan cacing Filaria dalam tubuh nyamuk sebagai vector yang
masa     pertumbuhannya kurang lebih 2 minggu.
2. Tahap kedua, perkembangan cacing Filaria dalam tubuh manusia (hospes) kurang lebih 7
bulan.
Siklus hidup cacing Filaria dalam tubuh nyamuk

Siklus hidup pada tubuh nyamuk terjadi apabila nyamuk tersebut menggigit dan menghisap
darah orang yang terkena filariasais, sehingga mikrofilaria yang terdapat di tubuh penderita
ikut terhisap ke dalam tubuh nyamuk. Mikrofilaria yang masuk ke paskan sarung
pembungkusnya, kemudian mikrofilaria menembus dinding lambung dan bersarang di antara
otot-otot dada (toraks).

Bentuk cacing Filaria menyerupai sosis yang disebut larva stadium I. Dalam waktu kurang
lebih 1 minggu, larva ini berganti kulit, tumbuh akan lebih gemuk dan panjang yang disebut
larva stadium II. Pada hari ke sepuluh dan seterusnya, larva berganti kulit untuk kedua
kalinya, sehingga tumbuh semakin panjang dan lebih kurus, ini yang sering disebut larva
stadium III. Gerak larva stadium III ini sangat aktif, sehingga larva mulai bermigrasi
(pindah), mula-mula ke rongga perut (abdomen) kemudian pindah ke kepala dan ke alat tusuk
nyamuk.

Perkembangan filaria dalam tubuh manusia

Siklus hidup cacing Filaria dalam tubuh manusia terjadi apabila nyamuk yang mengandung
mikrofilaria ini menggigit manusia. Maka mikrofilaria yang sudah berbentuk larva infektif
(larva stadium III) secara aktif ikut masuk ke dalam tubuh manusia (hospes).

Bersama-sama dengan aliran darah pada tubuh manusia, larva keluar dari pembuluh darah
kapiler dan masuk ke pembuluh limfe. Di dalam pembuluh limfe, larva mengalami dua kali
pergantian kulit dan tumbuh menjadi cacing dewasa yang sering disebut larva stadium IV dan
stadium V. Cacing Filaria yang sudah dewasa bertempat di pembuluh limfe, sehingga akan
menyumbat pembuluh limfe dan akan terjadi pembengkakan, misalnya pada kaki dan disebut
kaki gajah (filariasis).

Sumber: Parasitologi FKUI;2008

Dilihat dari daeranya, massa yang nyeri dapat dicurigai adanya :


• Hernia : adanya massa yang nyeri dengan di perberat jika batuk,
mengejan atau mengangkat benda berat, terdapat bising usus, dan ada
tanda obtruksi usus
è Pada skenario tidak ada riwayat tsb à bisa disingkirkan
• Tumor
• LGV : massa yang lunakà limfadenitis,nyeri,teraba padat unilateral
ada gejala sistemik, adanya lesi berbenruk erosi atau ulkus dangkal,
papul gerombolan vesikel kecil mirip herpes.
à Pada skenario tidak didapatkan lesi dermatologi + ada riwayat
lingkungan elefantiasis à sementara bisa disingkirakn
• Limfadenitis : KGB bengkak, keras, kulit memrah, nyeri tekan,
predileksi di daerah aksila, leher,inguinal,politea
The following factors affect the pathogenesis of filariasis:

 The quantity of accumulating adult worm antigen in the lymphatics [5]


 The duration and level of exposure to infective insect bites[6]
 The number of secondary bacterial and fungal infections [5]
 The degree of host immune response[7]

Filariasis adalah penyakit menular ( Penyakit Kaki Gajah ) yang disebabkan oleh cacing Filaria yang
ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. bermula dari inflamasi saluran limfe akibat dilalui cacing filaria
dewasa (makrofilaria). Cacing dewasa yang tak tahu diri ini melalui saluran limfe aferen atau sinus-
sinus limfe sehingga menyebabkan dilatasi limfe pada tempat-tempat yang dilaluinya. Dilatasi ini
mengakibatkan banyaknya cairan plasma yang terisi dari pembuluh darah yang menyebabkan
penebalan pembuluh darah di sekitarnya.
Akibat kerusakan pembuluh, akan terjadi infiltrasi sel-sel plasma, esosinofil, serta makrofag di dalam
dan sekitar pembuluh darah yang terinfeksi. Nah, infiltrasi inilah yang menyebabkan terjadi proliferasi
jaringan ikat dan menyebabkan pembuluh limfe di sekelilingnya menjadi berkelok-kelok serta
menyebabkan rusaknya katup-katup di sepanjang pembuluh limfe tersebut. Akibatnya, limfedema dan
perubahan statis-kronis dengan edema pada kulit di atas pembuluh tersebut menjadi tak terhindarkan
lagi.
Jadi, jelaslah bahwa biang keladi edema pada filariasis ialah cacing dewasa (Makrofilaria) yang
merusak pembuluh limfe serta mekanisme inflamasi dari tubuh penderita yang mengakibatkan
proliferasi jaringan ikat di sekitar pembuluh. Respon inflamasi ini juga diduga sebagai penyebab
granuloma dan proliferatif yang mengakibatkan obstruksi limfe secara total. Ketika cacing masih
hidup, pembuluh limfe akan tetap paten, namun ketika cacing sudah mati akan terjadi reaksi yang
memicu timbulnya granuloma dan fibrosis sekitar limfe. Kemudian akan terjadi obstruksi limfe total
karena karakteristik pembuluh limfe bukanlah membentuk kolateral (seperti pembuluh darah), namun
akan terjadi malfungsi drainase limfe di daerah tersebut.
Infeksi oleh mikrofilaria dapat asimtomatik dan dapat memberi gejala yang
bervariasi, mulai dari bentuk ringan sampai bentuk berat ( elefantiasis ). Kebanyakan
kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan patologi anatomi berhubungan dengan
cacing dewasa dan lokasi kelenjar limfe yang terkena. Patogenesis filariasis belum
sepenuhnya diketahui, dari berbagai penelitian ditemukan 2 bentuk sindroma yaitu :

Acute filarial lymphangitis (AFL). Kelainan yang timbul diakibatkan oleh matinya
cacing dewasa baik secara alami maupun setelah pengobatan. Kelainan yang terjadi
berupa limfadenitis dan limfangitis lokal yang menyebar kearah distal, disertai
dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil, sakit kepala, mialgia, artralgia, dan
kadang-kadang disertai dengan delirium. AFL dapat disertai limfedema seperti
hidrokel akut, namun bersifat ringan dan menghilang dalam waktu singkat.
Acute Dermatolymphangiodenitis (ADLA). Dilatasi saluran limfe (limfektasi)
merupakan lesi utama, ditemukan pada hampir semua penderita , baik yang
mengalami mikrofilaremia maupun amikrofilaremia, baik yang tidak atau yang
menunjukan manifestasi klinis. Cacing dewasa memiliki kemampuan untuk
merangsang sel endotel saluran limfe dan menimbulkan dilatasi saluran tersebut.
Toksin yang dihasilkan oleh bakteri Wolbachia spp., sejenis riketsia yang banyak
terdapat di dalam cacing W. bancrofti dan Brugia malayi, diduga berperan penting
dalam proses reproduksi dan perkembangan filaria, serta kelainan yang
ditimbulkannya. Simbiosis antara bakteri tersebut dengan filaria disebut sebagai
endosimbiosis. Beberapa penelitian awal mengenai pemberian doksisiklin pada fila-
riasis, menunjukkan beberapa keuntungan. Limfektasi menimbulkan gangguan fungsi
saluran limfe sehingga menimbulkan limfedema di daerah yang terkena, kulit di
atasnya menjadi mudah terkena infeksi sekunder oleh berbagai mikroba,sehingga
menimbulkan kelainan yang disebut sebagai Acute Dermatolymphangiodenitis (ADLA
). ADLA yang berulang akan menimbulkan limf-edema kronis ( chronic lymphatic
filariasis) . Pada bentuk kronis ini dapat terjadi hidrokel yang masif sehingga dapat
mengganggu aktifitas seperti berjalan kaki dan sebagainya. Pada umum-nya testis
berisi cairan jernih atau kuning pucat, pada beberapa kasus berisi cairan yang
mengandung darah atau cairan limfe. Kadang-kadang mikrofilaria dapat ditemukan
dari cairan tersebut.
Elefantiasis merupakan bentuk limfedema kronis yang berat dan sering ditemukan,
biasanya asi-metris dan dimulai dari bagian distal.
Chyluria terjadi akibat pecahnya pembuluh limfe kedalam pelvis ginjal atau kandung
kemih, dapat terjadi pula gangguan drainase saluran limfe kedalam intestinal.
Filariasis dapat menimbulkan gangguan saluran nafas yang disebut sebagai Tropical
Pulmonary Eosinophilia ( TPE ), pada keadaan ini terjadi hiperesponsif reaksi
imunologi terhadap antigen filaria. Pada pemeriksaan laboratorium terjadi
peningkatan IgG terhadap antigen filaria dan IgE, disertai dengan peningkatan hebat
dari eosinofil dalam darah perifer. Biopsi paru menunjukkan foki inflamasi disekitar
mikrofilaria yang dihancurkan. Penemuan ini disertai dengan tidak ditemukannya
mikrofilaremia dalam darah penderita TPE, memperkuat asumsi bahwa peng-
hancuran mikrofilaria terjadi dalam paru dengan melibatkan sistim imunitas.
http://www.idai.or.id/kesehatananak/artikel.asp?q=200912011554
3. What is the relation between this disease and the area which mosquito
is easily found?
Spesies Penyebaran Vektor Tempat Tempat Manifestasi
hidup cacing hidup klinis utama
dewasa mikrofilaria

Wucheria Negara nyamuk Saluran darah Limfangitis


bancrofti tropis limfe
Elefantiasis

Hidrokel

Brugia Asia nyamuk Saluran darah Limfangitis


malayi Selatan, limfe
Elefantiasis
Timur dan
Tenggara

Brugia Di beberapa nyamuk Saluran darah Limfangitis


timori pulau di limfe
Elefantiasis
Indonesia

Loa-loa Afrika Chrysops Jaringat darah Calabar


Tengah dan spp. ikat Sweeling
Barat

Onchorcerca Afrika, Simulium Kulit Kulit Dermatitis,


valvulus Yaman, spp. nodula, lesi,
Amerika mata
Tengah dan
Selatan

• Diagnosis klinik
Ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan klinik. Diagnosis klinik
penting dalam menentukan angka kesakitan dan menahun. Jika pada
keadaan amikrofilaremik, gejala klinis yang mendukung adalah gejala
dan pengalaman limfadenitis retrograd, limfadenitis berulang dan
gejala menahun.
• Diagnosis parasitologis
Ditemukan mikrofilaria pada pemeriksaan darah jari pada malam hari.
Pemeriksaan dapat dilakukan siang hari, 30 menit setelahpemberian
dietilkarbamasin100mg. Jika dalam keadaan amikrofilaremik dapat
menggunakan pemeriksaan antiobodi ( namun tidak dapat
membedakan antara infeksi lama dan infeksi dini )
• Diagnosituk epidemiologik
Endemisitas suatu daerah ditentukan dengan menentukan microfilaria
rate ( mf rate), acute disease rate ( ADR) dan chronic disease rate
( CDR) engan memeriksa sedikitnya 10% dari jumlah penduduk.
Pendekatan praktis untuk menentukan daerah endemisitas
elefantiasis. Dengan ditemukannya satu penerita elefantiasis di antara
1000 penduduk, dapat diperkirakan ada 10 penderita klinis akut dan
100 yang mikrofilaremik

4. Why the peripheral blood shows eosinophilia and leukocytosis?


Leukositosis:

Eosinophilia
Peningkatan eosinofil :

Adanya pertahanan tubuh terhadap infeksi cacing yang hidup ekstraselular


terjadi melalui respon antibodi IgE dan eosinofil. Diduga bahwa igE berfungsi
merangsang mastosit untuk melepaskan granula dan menyulut reaksi inflamasi,
eksudasi protein yang mengandung imunoglobulin dan melepaskan eosinophil
chemotactic factor sehingga eosinofil mendekat dan melekat pada permukaan
parasit. Parasit yang dilapisi IgG atau IgE dapat dihancurkan oleh eosinofil
karena granula eosinofil diketahui dapat melepaskan peroksidase dan enzim
proteolitik lain yang merusak parasit.

Imunologi : diagnosis dan prosedur laboratorium. FKUI

PENGARUH PADA LEUKOSIT


Infeksi cacing kadang-kadang menyebabkan leukositosis ringan. Sering-sering
leukositosis ini tidak bersifat absolut.Peninggian jumlah leukosit pada infeksi
cacing disebabkanoleh meningkatnya salah satu komponen daripada sel darah
putih yaitu sel eosinofil. Parasit cacing, terutama yang terdapat dalamjaringan
tubuh,antara lain Trichinella spiralis,Strongyloides stercoralis, Toxocara (yang
menyebabkan visceral larva migrans), Ancylostoma braziliense (yang
menyebabkan cutaneous larva migrans), Filaria, Schistosoma, mempunyai
kutikula dan ekskreta yang bersifat antigenik dan membentuk zat anti dari
golongan IgE. Zat anti ini dapat dihubungkan dengan meningkatnya jumlah sel
eosinofil dalam darah.Kelainan inilah yang disebut eosinofilia atau
hipereosinofiliaseperti yang terdapat pada sindrom Loeffler dan eosinofilia
tropis.

5. Why the blood capillary smear in the evening shows microphyllaria?


Periodisitas (kapan mikrofili terlihat)
Cacing dewasa hidup di kelenjar dan saluran limfe. Cacing betina mengeluarkan
mikrofilaria bersarung. Mikrofikaria ini sangat aktif, bentuknya seperti benang,
terdapat di dalam darah dan paling sering ditemukan di aliran darah tepi pada
malam hari, sedangkan pada siang hari mikrofilaria terdapat di kapiler organ-organ
visceral (jantung, ginjal, dan paru-paru).
Sumber: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/125/jtptunimus-gdl-lailiwahyu-
6227-3-babii.pdf

Tempat hidup Makrofilaria jantan dan betina di saluran limfe dan kelenjar limfe.
Sedangkan pada malam hari mikrofilaria terdapat di dalam pembuluh darah tepi, dan
pada siang hari mikrofilaria terdapat di kapiler alat-alat dalam, misalnya: paru-paru,
jantung, dan hati.
Penyebab periodisitas nokturnal ini belum diketahui, namun diduga sebagai bentuk
adaptasi ekologi lokal, saat timbul mikrofilaremia pada malam hari, pada saat itu
pula kebanyakan vektor menggigit manusia. Diduga pula pH darah yang lebihrendah
saat malam hari berperan dalam terjadinya periodisitas nokturnal.

http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/629_pp0911252.pdf

Tempat hidup Makrofilaria jantan dan betina di saluran limfe dan kelenjar limfe.
Sedangkan pada malam hari mikrofilaria terdapat di dalam pembuluh darah tepi, dan
pada siang hari mikrofilaria terdapat di kapiler alat-alat dalam, misalnya: paru-paru,
jantung, dan hati.
Penyebab periodisitas nokturnal ini belum diketahui, namun diduga sebagai bentuk
adaptasi ekologi lokal, saat timbul mikrofilaremia pada malam hari, pada saat itu
pula kebanyakan vektor menggigit manusia. Diduga pula pH darah yang lebihrendah
saat malam hari berperan dalam terjadinya periodisitas nokturnal.

http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/629_pp0911252.pdf
6. Why the physical examination shows a tumor as large as a chicken’s
egg, painful and hard with palpation?

Pada penderita mikrofilaremia tanpa gejala klinis, pemeriksaan dengan limfosintigrafi


menunjukkan adanya kerusakan limfe. Cacing dewasa hidup dapat menyumbat saluran
limfe dan terjadi dilatasi pada saluran limfe, disebut lymphangiektasia. Jika jumlah
cacing dewasa banyak dan lymphangietaksia terjadi secara intensif menyebabkan disfungsi
system limfatik. Cacing yang mati menimbulkan reaksi inflamasi. Setelah infiltrasi
limfositik yang intensif, lumen tertutup dan cacing mengalami kalsifikasi. Sumbatan
sirkulasi limfatik terus berlanjut pada individu yang terinfeksi berat sampai semua saluran
limfatik tertutup menyebabkan limfedema di daerah yang terkena. Selain itu, juga terjadi
hipertrofi otot polos di sekitar daerah yang terkena (Pathology Basic of Disease, 2005).

Limfadenitis konsistensi nya lunak, mengapa konsistesinya keras??


Karena tejadi pembentukan jaringan ikat dan kolagen

7. Why the small mass is getting bigger?


Infeksi diawali pada saat nyamuk infektif menggigit manusia, maka larva L3 akan keluar
dari probosisnya kemudian masuk melalui bekas luka gigitan nyamuk menembus dermis
dan bergerak menuju sistem limfe. Larva L3 akan berubah menjadi larva L4 pada hari 9-
14 setelah infeksi dan akan mengalami perkembangan menjadi cacing dewasa dalam 6-12
bulan.Cacing betina dewasa akan melepaskan ribuan mikrofilaria yang yang mempunyai
selubung ke dalam sirkulasi limfe lalu masuk ke sirkulasi darah perifer. Cacing betina
dewasa aktif bereproduksi selama lebih kurang 5 tahun. Cacing dewasa berdiam di
pembuluh limfe dan menyebabkan pembuluh berdilatasi, sehingga memperlambat aliran
cairan limfe. Sejumlah besar cacing dewasa ditemukan pada saluran limfe ekstremitas
bawah, ekstremitas atas dan genitalia pria.

Nutmat TB, James W kazura . Filariasis.Dalam: Guerrant RL, walker DH, Weller PF,
penyunting.,Tropical Infectious Disease. Edisi ke-2. Philadelphia: Elsevier;2006:1152-9

Infeksi oleh mikrofilaria dapat asimtomatik dan dapat memberi gejala yang
bervariasi, mulai dari bentuk ringan sampai bentuk berat ( elefantiasis ).
Kebanyakan kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan patologi anatomi
berhubungan dengan cacing dewasa dan lokasi kelenjar limfe yang terkena.
Patogenesis filariasis belum sepenuhnya diketahui, dari berbagai penelitian
ditemukan 2 bentuk sindroma yaitu :
Acute filarial lymphangitis (AFL). Kelainan yang timbul diakibatkan oleh matinya
cacing dewasa baik secara alami maupun setelah pengobatan. Kelainan yang
terjadi berupa limfadenitis dan limfangitis lokal yang menyebar kearah distal,
disertai dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil, sakit kepala, mialgia,
artralgia, dan kadang-kadang disertai dengan delirium. AFL dapat disertai
limfedema seperti hidrokel akut, namun bersifat ringan dan menghilang dalam
waktu singkat.
Acute Dermatolymphangiodenitis (ADLA). Dilatasi saluran limfe (limfektasi)
merupakan lesi utama, ditemukan pada hampir semua penderita , baik yang
mengalami mikrofilaremia maupun amikrofilaremia, baik yang tidak atau yang
menunjukan manifestasi klinis. Cacing dewasa memiliki kemampuan untuk
merangsang sel endotel saluran limfe dan menimbulkan dilatasi saluran tersebut.
Toksin yang dihasilkan oleh bakteri Wolbachia spp., sejenis riketsia yang banyak
terdapat di dalam cacing W. bancrofti dan Brugia malayi, diduga berperan penting
dalam proses reproduksi dan perkembangan filaria, serta kelainan yang
ditimbulkannya

8. Different diagnosis from this disease?


Filariasis
Filariasis adalah suatu infeksi cacing filaria yang menginfeksi
manusia melalui gigitan nyamuk dan dapat menimbulkan pembesaran
pada anggota badan terutama pada tungkai atau tangan.

Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu

 Wuchereria bancrofti,
 Brugia malayi
 Brugia timori

Morfologi umum
Cacing dewasa berbentuk silindrik seperti benang, berwarna putih
kekuning-kuningan. Pada ujung anteriornya terdapat mulut tanpa bibir dan
dilengkapi baris papila 2 buah, baris luar 4 buah dan baris dalam 10 buah.
Cacing betina berukuran 55 x 0,16 mm dengan ekor lurus. Cacing betina
mengeluarkan mikrofilaria bersarung, panjangnya 177 – 230 mikron,
lekuk tubuh kaku, panjang ruang kepala dua kali lebarnya. Inti tubuh tidak
teratur dan ekornya mempunyai 1 – 2 inti tambahan.
Cacing jantan berukuran 23 x 0,09 mm, ekor melingkar dan bagian
ujungnya terdapat papila 3 – 4 buah dan di belakang anus terdapat
sepotong papila. Pada ujung ekor terdapat 4 – 6 papila kecil dan 2 spikula
yang panjangnya tidak sama. (Onggowaluyo, J.S, 2002).
Gambar.1 Mikrofilaria Wuchereria bancrofti

Siklus Hidup

Siklus hidup cacing Filaria terjadi melalui dua tahap, yaitu:


1. Tahap pertama, perkembangan cacing Filaria dalam tubuh nyamuk sebagai vector yang
masa     pertumbuhannya kurang lebih 2 minggu.
2. Tahap kedua, perkembangan cacing Filaria dalam tubuh manusia (hospes) kurang lebih 7
bulan.

Siklus hidup cacing Filaria dalam tubuh nyamuk


Siklus hidup pada tubuh nyamuk terjadi apabila nyamuk tersebut menggigit dan menghisap
darah orang yang terkena filariasais, sehingga mikrofilaria yang terdapat di tubuh penderita
ikut terhisap ke dalam tubuh nyamuk. Mikrofilaria yang masuk lepaskan sarung
pembungkusnya, kemudian mikrofilaria menembus dinding lambung dan bersarang di
antara otot-otot dada (toraks).

Bentuk cacing Filaria menyerupai sosis yang disebut larva stadium I. Dalam waktu kurang
lebih 1 minggu, larva ini berganti kulit, tumbuh akan lebih gemuk dan panjang yang disebut
larva stadium II. Pada hari ke sepuluh dan seterusnya, larva berganti kulit untuk kedua
kalinya, sehingga tumbuh semakin panjang dan lebih kurus, ini yang sering disebut larva
stadium III. Gerak larva stadium III ini sangat aktif, sehingga larva mulai bermigrasi (pindah),
mula-mula ke rongga perut (abdomen) kemudian pindah ke kepala dan ke alat tusuk
nyamuk.

Perkembangan filaria dalam tubuh manusia


Siklus hidup cacing Filaria dalam tubuh manusia terjadi apabila nyamuk yang mengendung
mikrofilaria ini menggigit manusia. Maka mikrofilaria yang sudah berbentuk larva infektif
(larva stadium III) secara aktif ikut masuk ke dalam tubuh manusia (hospes).

Bersama-sama dengan aliran darah pada tubuh manusia, larva keluar dari pembuluh darah
kapiler dan masuk ke pembuluh limfe. Di dalam pembuluh limfe, larva mengalami dua kali
pergantian kulit dan tumbuh menjadi cacing dewasa yang sering disebut larva stadium IV
dan stadium V. Cacing Filaria yang sudah dewasa bertempat di pembuluh limfe, sehingga
akan menyumbat pembuluh limfe dan akan terjadi pembengkakan, misalnya pada kaki dan
disebut kaki gajah (filariasis).

Cara Penularan
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit
nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III (L3). Nyamuk
tersebut mendapat mikrofilaria pada saat menghisap darah penderita filariasis yang
mengandung mikrofilaria. Kemudia nyamuk yang mengandung larva stadium III tersebut
menggigit orang lain, maka orang tersebut akan tertular filariasis atau terserang penyakit
kaki gajah.

Filariasis dapat ditularkan oleh 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia,
Aedes & Armigeres. Karena inilah, Filariasis dapat menular dengan sangat cepat.

Klasifikasi filariasis

Limfedema pada filariasis bancrofti biasanya mengenai seluruh tungkai.Limfedema tungkai


ini dapat dibagi menjadi 4 tingkat, yaitu:

1. Edema pitting pada tungkai yang dapat kembali normal (reversibel ) bila tungkai
diangkat.Tingkat

2. Pitting/ non pitting edema yang tidak dapat kembali normal(Irreversible ) bila tungkai
diangkat.Tingkat

3. Edema non pitting, tidak dapat kembali normal (irreversibel ) bilatungkai diangkat, kulit
menjadi tebal.Tingkat

4. Edema non pitting dengan jaringan fibrosis dan verukosa pada kulit (elephantiasis).

Gejala klinis filariasis


 Manifestasi gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa pada sistemlimfatik
dengan konsekuensi limfangitis dan limfadenitis. Selain itu, juga oleh reaksihipersensitivitas
dengan gejala klinis yang disebut occult filariasis
Dalam proses perjalanan penyakit, filariasis bermula dengan limfangitis dan limfadenitis
akut berulang dan berakhir dengan terjadinya obstruksi menahun darisistem limfatik.
Perjalanan penyakit berbatas kurang jelas dari satu stadium kestadium berikutnya, tetapi
bila diurutkan dari masa inkubasi dapat dibagi menjadi:
1.Masa prepaten

Merupakan masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinyamikrofilaremia yang


memerlukan waktu kira-kira 37 bulan. Hanya sebagiandari penduduk di daerah endemik
yang menjadi mikrofilaremik, dan darikelompok mikrofilaremik inipun tidak semua
kemudian menunjukkan gejalaklinis. Terlihat bahwa kelompok ini termasuk kelompok yang
asimtomatik  baik mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.

2.Masa inkubasi
Merupakan masa antara masuknya larva infektif hingga munculnyagejala klinis yang biasanya
berkisar antara 8-16 bulan.

3.Gejala klinik akut


Gejala klinik akut menunjukkan limfadenitis dan limfangitis yangdisertai panas dan malaise.
Kelenjar yang terkena biasanya unilateral.Penderita dengan gejala klinis akut dapat
mikrofilaremik ataupunamikrofilaremik.

Filariasis bancrofti 
 Pada filariasis yang disebabkanWuchereria bancrofti pembuluh limfe alat kelamin laki-laki
sering terkena disusul funikulitis, epididimitis danorchitis. Limfadenitis inguinal atau aksila,
sering bersama denganlimfangitis retrograd yang umumnya sembuh sendiri dalam 3-15
hari.Serangan biasanya terjadi beberapa kali dalam setahun.

Filariasis brugia
Pada filariasis yang disebabkan Brugia malayi Dan Brugia timori  limfadenitis paling sering
mengenai kelenjar inguinal, sering terjadi setelah bekerja keras. Kadang-kadang disertai
limfangitis retrograd. Pembuluh limfemenjadi keras dan nyeri, dan sering terjadi limfedema
pada pergelangan kakidan kaki. Penderita tidak mampu bekerja selama beberapa hari.
Serangandapat terjadi 12 kali dalam satu tahun sampai beberapa kali perbulan.Kelenjar
limfe yang terkena dapat menjadi abses, memecah, membentuk ulkus dan meninggalkan parut
yang khas, setelah 3 minggu hingga 3 bulan.

4.Gejala menahun
Gejala menahun terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut pertama.Mikrofilaria jarang
ditemukan pada stadium ini, sedangkan limfadenitismasih dapat terjadi. Gejala kronis ini
menyebabkan terjadinya cacat yangmengganggu aktivitas penderita serta membebani
keluarganya.

Filariasis bancrofti

Keadaan yang sering dijumpai adalah hidrokel. Di dalam cairanhidrokel dapat ditemukan
mikrofilaria. Limfedema dan elefantiasis terjadi diseluruh tungkai atas, tungkai bawah,
skrotum, vulva atau buah dada, denganukuran pembesaran di tungkai dapat 3 kali dari
ukuran asalnya.Chyluria dapat terjadi tanpa keluhan, tetapi pada beberapa penderita
menyebabkan penurunan berat badan dan kelelahan.

Filariasis brugia

Elefantiasis terjadi di tungkai bawah di bawah lutut dan lengan bawah.Ukuran pembesaran
ektremitas umumnya tidak melebihi 2 kali ukuranasalnya.

OCCULT FILARIASIS -Tropical Pulmonary

Eosinofilia Bentuk ini terjadi karena hipersensitivitas sistem imun penderita


terhadapmikrofilaria. Dapat ditemukan keadaan hipereosinofilia, IgE yang tinggi
terhadapmikrofilaria, gejala limfadenopati serta asma bronkial. Penyakit paru bersifat
restriktif dan kadang obstruktif. Dapat dijumpai adanya peningkatan kadar antibodi spesifik
antifilaria yang sangat tinggi. Gejala biasanya cepat menghilang dengan
pemberiandietilkarbamasin sitrat (DEC).Beberapa keadaan klinis lain seperti arthritis,
tenosynovitis, fibrosisendomiokardial, glomerulonephritis kadang-kadang merupakan
manifestasi klinis dari occult filariasis.

Pemeriksaan laboratorium dapat berupa :

1. Identifikasi mikrofilaria dari darah, cairan hidrokel atau walau sangat jarang dari
cairan tubuh lain. Bila sangat diperlukan dapat dilakukan Diethylcarbamazine
provocative test.
2. Identifikasi cacing dewasa pada pembuluh limfe skrotum dan dada wanita dengan
memakai high frequency ultrasound dan teknik Doppler, cacing dewasa terlihat
bergerak-gerak ( filaria dance sign ) dalam pembuluh limfe yang berdilatasi.
Pemeriksaan ini selain memerlukan peralatan canggih juga sulit mengidentifikasi
cacing dewasa di tempat lain.
3. Identifikasi antigen filaria ( circulating filarial antigen / CFA ) dengan teknik : ELISA,
Rapid Immu-nochromatography Card. Pemeriksaan ini memberikan nilai sensitifitas
dan spesifitas yang tinggi
4. Identifikasi DNA mikrofilaria melalui pemeriksaan PCR
5. Identifikasi antibodi spesifik terhadap filaria : sedang dikembangkan lebih lanjut
karena hasil dari penelitian awal menunjukkan nilai spesifitas yang kurang. Penelitian
mengenai deteksi antifilaria IgG4 memberi perbaikan akan kinerja uji identiifikasi
antibodi terhadap filaria karena reaksi si-lang terhadap antigen cacing lain relatif
kecil. Perbaikan kinerja juga diperlihatkan bila reagen yang dipakai berupa antigen
rekombinan yang spesifik untuk filaria. Uji identifikasi antibodi ini penting untuk
menapis penderita filariasis yang disebabkan oleh Brugia spp. karena uji identifikasi
antigen untuk jenis cacing tersebut belum ada yang memuaskan.

Diagnosis dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis akut ataupun kronis, dengan


dipastikan melalui pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan itu dilakukan dengan
pengambilan darah pada jari si penderita. Pemeriksaan dilakukan pada pukul 20.00
malam waktu setempat. Karena pada saat malam hari mikrofilaria terdapat di dalam
darah tepi penderita. Apabila ternyata di dalam pemeriksaan sediaan darah
ditemukan mikrofilaria, maka orang tersebut dinyatakan sebagai penderita filariasis
atau terserang penyakit kaki gajah.

1. Filariasis limfatik

Disebabkan oleh w. Bancrofti, brugia malayi dan b. timori

1. Filariasis subkutan

Disebabkan oleh loa loa, mansonella streptocerca, onchocerca volvulus dan dracunculus
medinensis

1. Filariasis rongga serosa

Disebabkan oleh mansonia ozzardi dan masonella pertans

PENGOBATAN
Terapi filariasis bertujuan untuk mencegah atau memperbaiki perjalanan

penyakit. Obat antifilaria berupa Diethylcarbamazine citrate ( DEC ) dan

Ivermectine, DEC memiliki khasiat anti mi-krofilaria dan mampu

membunuh cacing dewasa, Ivermectine merupakan anti mikrofilaria yang

kuat tapi tidak memiliki efek makrofilarisida. Bidang penelitian mengenai

pengobatan filariasis yang men-janjikan adalah pemberian antibiotik yang

ditujukan terhadap bakteri Wolbachia spp. Penelitian dengan pemberian

doksisiklin selama 6 – 8 minggu mempengaruhi kehidupan  cacing

dewasa, mikrofilaria, dan perbaikan patologi.

Diethylcarbamazine citrate ( DEC )

Diethylcarbamazine merupakan senyawa sintetis turunan piperazine,

dipasarkan dalam bentuk senyawa garam sitrat ( DEC ). DEC tidak

memiliki efek mematikan yang langsung terhadap mikrofilaria tetapi

dengan mengubah struktur permukaan larva sehingga mudah

dikeluarkan dari jaringan tubuh dan membuatnya lebih mudah

dihancurkan oleh  sistim pertahanan hospes. Efek mematikan terhadap

cacing dewasa secara in vivo dapat ditunjukkan melalui pemantauan

ultrasonografi, namun mekanisme pastinya belum diketahui.

Dosis 6 mg/kg BB dibagi dalam 3 dosis, setelah makan,  selama 12 hari,

pada TPE pengobatan diberikan selama tiga minggu. Pengobatan dapat

diulang 6 bulan kemudian bila masih terdapat mikrofilaremia atau masih

menunjukkan gejala.

Efek samping  bisa terjadi sebagai reaksi terhadap DEC atau reaksi

terhadap cacing dewasa yang mati. Reaksi terhadap DEC dapat berupa

sakit kepala,malaise,anoreksia,rasa lemah,mual,muntah, dan pusing. Reaksi


tubuh terhadap protein yang dilepaskan pada saat cacing dewasa mati

dapat terjadi beberapa jam setelah pengobatan,  didapat 2 bentuk

yang mungkin terjadi yaitu reaksi sistemik dan reaksi lokal.

Reaksi sistemik dapat berbentuk demam,sakit kepala,nyeri

badan,pusing,anoreksia,malaise dan muntah-muntah. Reaksi sistemik

cenderung berhubungan dengan intensitas infeksi. Reaksi lokal berbentuk

limfadenitis,abses,dan transien limfedema. Pada Bancroftian filariasis

dapat terjadi funikulitis, epididimi-dis, dan hidrokel. Perdarahan retina,

bronkospame, dan ensefalopati walaupun sangat jarang namun pernah

dilaporkan. Reaksi lokal terjadi lebih lambat namun berlangsung lebih lama

dari reaksi sistemik. Efek samping DEC lebih berat  pada penderita

onchorcerciasis , sehingga obat tersebut tidak diberikan dalam program 

pengobatan masal di daerah endemis filariasis dengan ko-endemis

Onchorcercia val-vulus.

Ivermectin.

Pemberian dosis tunggal ivermectine 150 ug/kg BB efektif terhadap

penurunan derajat mikrofilaria W.bancrofti, namun pada filariasis oleh

Brugia spp. penurunan tersebut bersifat gradual. Efek samping

ivermectine sama dengan DEC, ivermectine tidak boleh diberikan pada

wanita hamil atau anak anak yang berumur kurang dari 5 tahun.

Karena tidak memiliki efek terhadap cacing dewasa, ivermectine harus

diberikan setiap 6 bulan atau 12 bulan untuk menjaga agar derajat

mikrofilaremia tetap rendah.

Dietilkarbamasin adalah satu satunya obat filariasis yang ampuh baik untuk w.

Bancrofti, maupun malayi. Bersifat makrofilarisidal dan mikrofilariasidal.obat ini


ampuh, aman, murah, tidak ada resistensi obat, tetapi ada es reaksi sistemik dan

lokal yang bersifat sementara. Dietelkarbamasin tidak dapat digunakan sebagai

kemoprofilaksis

Pemakaian :

Sesudah makan malam. Diserap cepat mencapai konsentrasi puncak dalam darah

dalam 3 jam, di ekresikan melalui air kemij.

KI : anak < 2 bulan, ibu hamil/menyusui, penderita sakit berat

Filariasis bancrofti à pemakaian 12 hari ( 6 mg/kgBB)

Filariasis malayi à 10 hari ( 5 mg/kgBB/haari)

Occult filariasis à 23 minggu ( 3 mg/kgBB)

Pembasmian filariasis limfatik menurut WHO

Memilik 2 komponen :

 Menghentikan penyebaran infeksi

Contoh : interupsi transmisi

Daerah endemik harus diketahui à dilakukan program pengobatan massal untuk

populasi beresiko ( pemberian dosis tunggal 2 obat bersamaa 1 kali per tahun –

albendazol dan DEC atau ivermektin)

 Meringankan beban penderita

Contoh : kontrol morbiditas


Diperlukan edukasi untuk menigkatkan kewaspadaan pada pasien yang mengalami

infeksi, dan memperhatikan hiegiene loka;

Anda mungkin juga menyukai