Anda di halaman 1dari 5

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai cara penularan kaki gajah (filariasis) yang

merupukan penyakit endemis yang ditularkan melalui gigitan nyamuk di Indonesia


adalah sebagai berikut :

Penyakit kaki gajah atau Bancroftian Filariasis adalah infeksi cacing


nematode Wuchereria bancrofti yang mengalami perubahan siklus hidup (stadium
seksual) dan menjadi dewasa di dalam kelenjar getah bening manusia sebagai
penjamu definitif.
Cacing betina akan memproduksi mikrofilaria yang masuk ke dalam aliran
darah perifer manusia pada malam hari (nocturnal periodicity) dengan konsentrasi
tinggi pada jam antara 10.00 malam dan 02.00 pagi.
Bentuk lain mikrofilaria dapat berada terus dalam aliran darah perifer manusia
dalam konsentrasi tinggi pada siang hari (diurnal sub-periodicity). Penyakit ini
endemis di daerah Pasifik Selatan tempat vector nyamuk mempunyai kebiasaan
mengigit pada siang hari dan banyak berjangkit di daerah pendesaan dibandingkan
daerah perkotaan.
Bila penderita penyakit kaki gajah ini digigit nyamuk dan nyamuk menghisap
darahnya, maka mikrofilaria di dalam tubuh vector nyamuk akan mengalami
multiplikasi dan nyamuk menjadi penjamu intermediate.
Seandainya nyamuk infeksius ini mengigit orang lain, maka air liur nyamuk
yang banyak mengandung mikrofilaria akan masuk kedalam aliran darah orang tadi
dan akan berubah menjadi cacing dewasa.

Sumber :

Dr.Chandra, Budiman. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas.


Jakarta:Buku Kedokteran EGC
Filariasis adalah penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang disebabkan oleh
cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat
menahun (kronis) dan jika tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat
menetap berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin baik perempuan maupun
laki-laki. Akibatnya, penderita tidak dapat bekerja secara optimal, bahkan hidupnya
tergantung kepada orang lain sehingga menjadi beban keluarga, masyarakat, dan
negara.
Di Indonesia, penyakit kaki gajah tersebar luas hampir diseluruh provinsi.
Berdasarkan laporan dari hasil survey pada tahun 2000 yang lalu, tercatat sebanyak
1.553 desa di 647 puskesmas, tersebar 231 kabupaten merupakan lokasi yang
endemis, dengan jumlah kasus kronis 6.233 orang. Hasil servey laboratorium, melalui
pemeriksaan darah jari, rata-rata Mikrofilaria rate 3,1% berarti sekitar 6 juta orang
sudah terinfeksi cacing filaria dan sekitar 100 juta orang mempunyai risiko tinggi
untuk tertular karena nyamuk penularnya tersebar luas.
Untuk memberantas penyakit ini sampai tuntas, WHO sudah menetapkan
kesepakatan global (The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a
Public Health Problem by The Year 2020). Program eliminasi dilaksanakan melalui
pengobatan, misalnya dengan DEC dan Albendazol setahun sekali selama 5 tahun di
lokasi yang endemis dan perawatan kasus klinis, baik yang akut maupun kronis untuk
mencegah kecacatan dan mengurangi penderitanya.
Penyebab kaki gajah adalah tiga spesies cacing filarial, yaitu Wucheria
bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Di Indonesia hingga saat ini telah
diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes, dan
Armigeres yang dapat berperan sebagai vector penular penyakit kaki gajah.
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang
tersebut digigit nyamuk yang infektif, yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium
III (L3). Nyamuk tersebut mendapat cacing filaria kecil (mikrofilaria) sewaktu
menghisap darah penderita yang mengandung mikrofilaria atau bintang reservoir
yang mengandung mikrofilaria. Siklus penularan penyakit kaki gajah ini melalui dua
tahap, yaitu perkembangan dalam tubuh nyamuk (vector) dan tahap kedua
perkembangan dalam tubuh manusia (hospes) dan reservoir.
Gejala klinis filarial akut adalah sebagai berikut :
1. Demam berulang-ulang selama 3-5 hari. Demam dapat hilang bila istirahat
dan muncul lagi setelah bekerja berat.
2. Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) di daerah lipatan
paha, ketiak yang tampak kemerahan, panas, dan sakit.
3. Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang
menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kea rah ujung.
4. Filaria abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah
bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah.
5. Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak
kemerahan dan terasa panas. Gejala klinis yang kronis berupa pembesaran
yang menetap pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar.
Pencegahan dilakukan dengan berusaha menghindarkan diri dari gigitan
nyamuk vector (mengurangi kontak dengan vector), misalnya dengan
menggunakan kelambu sewaktu tidur, menutup ventilasi rumah dengan kasa
nyamuk, menggunakan obat nyamuk semprot atau obat nyamuk bakar,
mengoles kulit dengan obat antinyamuk, atau dengan cara memberantas
nyamuk. Pemberantasan nyamuk dapat dilakukan dengan membersihkan
tanaman air pada rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk,
menimbun, mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai tempat
perindukan nyamuk, dan membersihkan semak-semak di sekitar rumah.

Sumber :
Karmana, Oman. 2008. Biologi. Jakarta:Grafindo Media Pratama
Patofisiologi :
Parasit memasuki sirkulasi saat nyamuk menghisap darah lalu parasit
akan menuju pembuluh limfa dan nodus limfa. Di pembuluh limfa terjadi
perubahan dari larva stadium 3 menjadi parasit dewasa. Cacing dewasa akan
menghasilkan produk – produk yang akan menyebabkan dilaasi dari
pembuluh limfa sehingga terjadi disfungsi katup yang berakibat aliran limfa
retrograde. Akibat dari aliran retrograde tersebut maka akan terbentuk
limfedema.
Perubahan larva stadium 3 menjadi parasit dewasa menyebabkan
antigen parasit mengaktifkan sel T terutama sel Th2 sehingga melepaskan
sitokin seperti IL 1, IL 6, TNF α. Sitokin - sitokin ini akan menstimulasi sum-
sum tulang sehingga terjadi eosinofilia yang berakibat meningkatnya mediator
proinflamatori dan sitokin juga akan merangsang ekspansi sel B klonal dan
meningkatkan produksi IgE. IgE yang terbentuk akan berikatan dengan parasit
sehingga melepaskan mediator inflamasi sehingga timbul demam. Adanya
eosinofilia dan meningkatnya mediator inflamasi maka akan menyebabkan
reaksi granulomatosa untuk membunuh parasit dan terjadi kematian parasit.
Parasit yang mati akan mengaktifkan reaksi inflam dan granulomatosa. Proses
penyembuhan akan meninggalkan pembuluh limfe yang dilatasi, menebalnya
dinding pembuluh limfe, fibrosis, dan kerusakan struktur. Hal ini
menyebabkan terjadi ekstravasasi cairan limfa ke interstisial yang akan
menyebabkan perjalanan yang kronis.

Sumber :
Sari, Desy. 2011. Filariasis (Kaki Gajah). Available on 4 Oktober 2017 dari
https://id.scribd.com/upload
document?archive_doc=192460668&escape=false&metadata=%7B%22context%22

Anda mungkin juga menyukai