Filariasis atau yang lebih dikenal juga dengan penyakit kaki gajah merupakan penyakit
menular menahun yang disebabkan oleh berbagai jenis nyamuk. Pennyakit ini dapat
menimbulkan cacat seumur hidup berupa pembesaran tangan, kaki, payudara, dan buah zakar.
Cacing filaria hidup di saluran dan kelenjar getah bening. Infeksicacing filaria dapat
menyebabkan gejala klinis akut dan atau kronik
Etiologi
Filariasis disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang hidup di saluran dan kelenjar getah
bening. Anak cacing yang disebut mikrofilaria, hidup dalam darah. Mikrofilaria ditemukan
dalam darah tepi pada malam hari.
Cacing filaria berasal dari kelas Secernentea, filum Nematoda. Filariasis di Indonesia
disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu:
o Wuchereria bancrofti
o Brugia malayi
o Brugia timori
2. Brugia malayi
3. Brugia timori
Vektor
Hospes
A. Manusia
Setiap orang mempunyai peluang yang sama untuk dapat tertular filariasis apabila
digigit oleh nyamuk infektif (mengandung larva stadium III). Manusia yang mengandung
parasit selalu dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain yang rentan (suseptibel). Biasanya
pendatang baru ke daerah endemis (transmigran) lebih rentan terhadap infeksi filariasis dan
lebih menderita dari pada penduduk asli. Pada umumya laki-laki banyak terkena infeksi karena
lebih banyak kesempatan untuk mendapat infeksi (exposure). Gejala penyakit lebih nyata pada
laki-laki karena pekerjaan fisik yang lebih berat.
B. Hewan
Beberapa jenis hewan dapat berperan sebagai sumber penularan filariasis (hewan
reservoir). Hanya Brugia malayi tipe sub periodik nokturna dan non periodik yang ditemukan
pada lutung (Presbytis criatatus), kera (Macaca fascicularis), dan kucing (Felis catus)
Jika seekor nyamuk menggigit dan menghisap darah manusia yang mengidap
penyakit filariasis, disinilah siklus hidup cacing filaria dimulai. Mikrofilaria yang terdapat di
dalam tubuh penderita filariasis akan ikut terhisap dan masuk ke dalam tubuh nyamuk.
Kemudia mikrofilaria masuk ke dalam paskan pembungkus pada tubuh nyamuk yang
selanjtnya menembus dinding lambung serta bersarang diantara otot-otot dada (toraks)
nyamuk tersebut.
Bentuk seperti sosis dari mikrofilaria yang telah ikut terhisap oleh nyamuk disebut
dengan larva stadium I. Setelah kurang lebih satu minggu larva ini berganti kulit, tumbuh
menjadi lebih gemuk dan panjang (larva stadium II). Dihari selanjutnya yakni hari ke sepuluh
sampai seterusnya larva akan berganti kulit untuk yang kedua kalinya, sehingga ia akan
berkembang lagi menjadi semakin panjang namun kurus, ini adalah larva stadium III. Larva
stadium III ini dapat bergerak dengan sangat aktif ke bagian-bagian tubuh hewan nyamuk,
pergerakan tersebut kemudian mendorongnya berimigrasi mulai ke rongga perut (abdomen)
juga sampai pindah ke kepala dan alat tusuk nyamuk.
Selanjutnya masuklah menuju proses yang disebut larva stadium IV dan stadium V,
larva mengalami dua kali pergantian kulit serta tumbuh menjadi cacing dewasa di dalam
pembuluh limfe. Disinilah cacing filaria dewasa yang bertempat di pembuluh limfe, akan
menyumbat pembuluh limfe. Dari penyumbatan tersebut mengakibatkan terjadi
pembengkakan. Proses ini cukup jelas menerangkan bahwa ketika nyamuk menggigit
penderita filariasis, cacin akan ikut ke dalam darah yang diserapnya. Di dalam tubuh nyamuk,
cacing kemudian berproses dan ketika sudah mencapai pada tahap larva stadium V barulah ia
dapat menular pada orang lain yang digigit oleh nyamuk tersebut.
Ketika cacing tersebut masuk ke tubuh manusia, hanya ketika malam hari kita dapat
mendeteksinya, tidak pada sian hari. Karena pada malam hari, ia terdapat pada darah tepi,
sedangkan pada siang hari cacing ini berada dalam kapiler dalam. Karena cacing ini
berpindah-pindah antara siang dan malam dalam alat peredaran darah manusia, sehingga oleh
sebab itu biasanya pemeriksaan darah biasa dilakukan malam hari untuk mendeteksi ada
tidaknya cacing.
Selain kemungkinan pembengkakan terjadi di kaki, anggota tubuh yang lain seperti
pembengkakan yang juga dapat terjadi pada tangan, payudara atau buah zakar. Satu contoh
jika terdapat penyumbatan pembuluh limfe pada bagian selangkangan, maka cairan limfe
tidak dapat mengalir dari bagian bawah tubuh, kondisi ini yang menyebabkan kaki dapat
membesar. Ketika penyumbatan terjadi dibagian ketiak, maka dapat mengakibatkan
pembesaran tangan.
Dan setelah mengalami pertumbuhan, ia akan sampai ke alat penusuk nyamuk. Jika
nyamuk itu menggigit orang, maka orang itu akan tertular penyakit filariasis. Daur hidup
wuchereria bancrofti memang sangat berkaitan erat dengan kejadian penularan penyakit
filariasis (kaki gajah). Karena proses daur hidup wuchereria bancrofti inilah yang
menyebabkan terjadinya penyakit kaki gajah. Perlu anda tahu bahwa Vector dari cacing
filaria adalah nyamuk Culex, Anopheles dan Aedes.
Pola Penyebaran
Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu Wuchereria
bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Wuchereria bancrofti ditemukan di daerah
perkotaan seperti Jakarta, Bekasi, Tangerang, Semarang, dan
Pekalongan. Wuchereria bancrofti bersifat periodik nokturna, artinya mikrofilaria banyak
terdapat dalam darah tepi pada malam hari. Wuchereria bancrofti tipe perkotaan ditularkan oleh
nyamuk Culex quinquefasciatus yang berkembangbiak di air limbah rumah tangga, sedangkan
Wuchereria bancrofti tipe pedesaan ditularkan oleh nyamuk dengan berbagai spesies antara
lain Anopheles, Culex, dan Aedes.
Brugia malayi tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan beberapa pulau di
Maluku. Brugia malayi tipe periodik nokturna, mikrofilaria ditemukan dalam darah tepi pada
malam hari. Nyamuk penularnya adalah Anophelesbarbirostispadadaerah persawahan. Brugia
malayi tipe subperiodik nokturna, mikrofilaria ditemukan lebih banyak pada siang hari dalam
darah tepi. Nyamuk penularnya adalah Mansonia sp pada daerah rawa.
Brugia timori tersebar di kepulauan Flores, Alor, Rote, Timor, dan Sumba. Brugia timorii tipe
non periodik, mikrofilaria ditemukan dalam darah tepi pada malam maupun siang hari.
Nyamuk penularnya adalah Mansonia uniformis yang ditemukan di hutan rimba. Brugia timori
tipe periodik nokturna, mikrofilaria ditemukan dalam darah tepi pada malam hari. Nyamuk
penularnya adalah Anopheles barbostis di daerah persawahan di Nusa Tenggara Timur dan
Maluku Tenggara.
Gejala
Jika seseorang telah terserang filariasis akut, maka aka nada gejala-gejala klinis yang tampak.
Diantaranya yaitu :
1. Demam yang dialami secara berulang-ulang selama 3-5 hari, demam bisa saja hilang
ketika si penderita beristirahat, namun ia dapat muncul lagi jika si penderita bekerja
berat.
2. Terjadinya pembengkakan kelenjar getah bening, yang menyebabkan terlihat bengkak
didaerah lipatan pada bagian paha, bagian ketiak yang tampak seperti kemerahan,
panas dan juga sakit.
3. Adanya pembesaran yang dialami oleh tungkai, lengan, buah dada ataupun buah
dzakar, yang juga terlihat agak kemerahan dan terasa panas.
Siklus hidup
Schistosoma hidup terutama didalam vena mesenterika superior, dimana tempat ini
cacing betina akan menonjolkan tubuhnya dari yang jantan atau meninggalkan yang jantan
untuk bertelur didalam venula-venula mesenterika kecil pada dinding usus. Telur berbentuk
oval hingga bulat dan memerlukan waktu beberapa hari untuk berkembang menjadi mirasidium
matang didalam kerangka telur. Massa telur menyebabkan adanya penekanan pada dinding
venula yang tipis, yang biasanya dilemahkan oleh sekresi dari kelenjar histolitik mirasidium
yang masih berada didalam kulit telur. Dinding itu kemudian sobek, dan telur menembus lumen
usus yang kemudian keluar dari tubuh. Pada infeksi berat, beribu-ribu cacing ditemukan pada
pembuluh darah.
Selanjutnya jika kontak dengan siput sesuai, larva menembus jaringan lunak dalam 5-
7 minggu, membentuk generasi pertama dan kedua dari sporokista. Pada perkembangan
selanjutnya dibetuk serkaria yang bercabang. Serkaria ini dikeluarkan jika siput berada pada
atau dibawah permukaan air. Dalam waktu 24 jam, serkaria menembus kulit. Tertembusnya
kulit ini sebagai hasil kerja dari kelenjar penetrasi yang menghasilkan enzim proteolitik,
menuju aliran kapiler, ke dalam sirkulasi vena menuju jantung kanan dan paru-paru, terbawa
sampai ke jantung kiri menuju sirkulasi sistemik. Tidak sepenuhnya rute perjalanan ini diambil
oleh Schistosoma muda pada migrasi mereka dari paru-paru ke hati. Schistosoma merayap
melawan aliran darah sepanjang arteri pulmonalis, jantung kanan dan vena cava menuju kehati
melalui vena hepatica. Infeksi dapat berlangsung dalam jangka waktu yang tidak terbatas.
Menetasnya telur berlangsung didalam air walaupun dipengaruhi kadar garam, pH,
suhu dan aspek penting lainnya. Migrasi Schistosoma joponicum dimulai dari masuknya cacing
tersebut kedalam pembuluh darah kecil, kemudian ke jantung dan sistem peredaran darah.
Cacing yang sedang bermigrasi jarang menimbulkan kerusakan atau gejala, tetapi kadang
menimbulkan reaksi hebat pada tubuh penderita.
Epidemologi
Schistosoma joponicum merupakan salah satu dari trematoda darah pada manusia yang
ditemukan di daerah Cina yang mana merupakan penyebab Schistomiasis japonica yang
merupakan salah satu penyakit yang terutama terjadi didaerah danau dan rawa. Schistomiasis
merupakan infeksi yang disebabkan oleh cacing Schistosoma sp. Schistosoma joponium
memiliki sifat yang paling menular diantara spesies Schistosoma lainnya. Infeksi oleh cacing
Schistosoma diikuti demam Katayama akut. Penyakit ini sangat endemik didaerah Katayama,
Jepang.
2. Schistosoma mansoni
Hospes dan nama penyakit
Bentuk cacing dewasa seperti Schistosoma haematobium, tetapi ukurannya lebih kecil.
Cacing betina panjangnya 1.7 – 7.2 mm. Kelenjar vitelaria meluas ke pinggir pertengahan
tubuh. Ovariumnya di anterior pertengahan tubuh, uterus pendek berisi 1 – 4 butir telur. Cacing
jantan panjangnya 6.4 – 12 mm, gemuk dengan bagian ventral terdapat ginaekoforalis, testes 6– 9
buah dan kulit terdiri dari duri-duri kasar. Telur berbentuk lonjong, berwarna coklat kekuning-
kuningan, dinding hyalin, berukuran 114 - 175 x 45 – 64 mikron. Pada satu sisi dekat ujung
terdapat duri agak panjang, telur berisi mirasidium.
Distribusi geografi
Parasit Schistosoma mansoni ditemukan di banyak Negara di Afrika, Amerika Selatan
(Brasil, Suriname dan Venezuela), Karibia (termasuk Puerto Rico, St Lucia, Guadeloupe,
Martinique, Republik Dominika, Antigua dan Montserat) dan di bagian Timur Tengah.
Siklus hidup
Hospes definitif dari cacing ini adalah manusia, kera dan baboon. Hospes perantaranya
adalah keong air tawar bergenus Bulinus sp, Physopsis sp, dan Biomphalaria sp. Penyakit yang
disebabkan oleh cacing ini adalah skistosomiasis vesikalis, hematuriskistosoma, bilharziasis
urinarius. Cacing ini tidak ditemukan di Indonesia.
Morfologi
Cacing dewasa jantan gemuk berukuran 10-15 x 0,8-1 mm. Ditutupi integumen
tuberkulasi kecil, memiliki dua batil isap berotot, yang ventral lebih besar. Di sebelah belakang
batil isap ventral, melipat ke arah ventral sampai ekstremitas kaudal, membentuk kanalis
ginekoporik. Di belakang batil isap ventral terdapat 4-5 buah testis besar. Porus genitalis tepat
di bawah batil isap ventral. Cacing betina panjang silindris, ukuran 20x0,25 mm. Batil isap
kecil, ovarium terletak posterior dari pertengahan tubuh. Uterus panjang, sekitar 20-30 telur
berkembang pada saat dalam uterus. Kerusakan dinding pembuluh darah oleh telur mungkin
disebabkan oleh tekanan dalam venule, tertusuk oleh duri telur dan mungkin karena zat lisis
yang keluar melalui pori kulit telur sehingga telur dapat merusak dan menembus dinding
pembuluh darah.
Distribusi geografi
Siklus hidup
Gambar 10. Siklus hidup Schistosoma haemotobium
Orang yang terinfeksi buang air kecil atau buang air besar di air, air kencing atau
kotoran mengandung telur cacing. Telur cacing menetas dan cacing pindah ke keong, cacing
muda pindah dari keong ke manusia. Dengan demikian, orang yang mencuci atau berenang di air di mana
orang yang terinfeksi pernah buang air kecil atau buang air besar, maka ia akan terinfeksi.
Cacing atau serkaria (bentuk infektif dari Schistosoma haematobium) menginfeksi dengan cara
menembus kulit pada waktu manusia masuk kedalam air yangmengandung serkaria. Waktu
yang diperlukan untuk infeksi adalah 5-10 menit. Setelah serkaria menembus kulit, larva ini
kemudian masuk ke dalam kapiler darah, mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung
kanan, lalu paru dan kembali ke jantung kiri, kemudian masuk ke system peredaran darah
besar, ke cabang-cabang vena portae dan menjadi dewasa di hati. Setelah dewasa, cacing ini
kembali ke vena portae dan vena usus atau vena kandung kemih dan kemudian betina bertelur
setelah berkopulasi. Cacing betina meletakkan telur di pembuluh darah. Telur dapat menembus
keluar dari pembuluh darah, bermigrasi di jaringan dan akhirnya masuk ke lumen usus atau
kendung kemih untuk kemudian ditemukan di dalam tinja atau urine. Telur menetas di dalam
air, dan larva yang keluar disebut mirasidium. Mirasidium ini kemudian masuk ke tubuh keong
air dan berkembang menjadi serkaria.
Epidemologi
Schistosoma haematobium ini merupakan trematoda darah vesicalis yang dapat
menimbulkan schistomiasis vescicalis, schitosomoasis haematobia, vesical atau urinary
bilharziasis, schitosomal hematuria. Infeksi Schistosoma haematobium sering terjadi dilembah
hulu Sungai Nil, meliputi bagian besar Afrika termasuk kepulauan di pantai Timur Afrika,
ujung Selatan Eropa, Asia Barat dan India.
Morfologi Serkaria
DAFTAR PUSTAKA
Prianto, Juni L.A., dkk. 1999. Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.