Anda di halaman 1dari 52

Trigger 1.

Infeksi Pak Paron

Fasilitator :
Dr. Sri Nani Jelmila,M. Biomed
Step 1 : Clarify Unfamiliar Terms

1. Udem: membengkaknya bagian tubuh tertentu karena terdapat penumpukan cairan


berlebih.
2. Endemis filiariasis: penyakit kaki gajah
3. Chyluria: suatu kondisi langka di mana cairan limfatik bocor ke ginjal dan mengubah urin
menjadi putih susu
4. Aseptik: bebas dari infeksi
5. Inflamasi: mekanisme tubuh dalam melindungi diri dari infeksi mikroorganisme asing,
seperti virus, bakteri, dan jamur
6. Sistem imun: daya tahan tubuh
Step 1 : Clarify Unfamiliar Terms
7. Parasit: organisme yang hidup pada atau di dalam makhluk hidup lain (disebut inang) dengan
menyerap nutrisi, tanpa memberi bantuan atau manfaat lain padanya.
8. Periodesitas: peningkatan periodik dalam jumlah darah kapiler perifer embrio filaria
9. Morfologi: ilmu yang mempelajari tentang bentuk
10. Vektor: penular beberapa jenis penyakit
11.Darah tepi:cairan yang mengalir melalui jantung ,arteri,kapiler,vena
12.Steril:kondisi absolut mutlak bebas dari mikroorganisme hidup
13.Bakteri:kelompok mikroorganisme bersel satu yang diklasifikasikan pada tingkat domain
Step 2 : Define The Problems
1.Apa penyebab dari chyluria?
2.Apa penyebab tungkai bengkak pada pak paron?
3.Apa vector dari filiariasis?
4.Apa cacing yang menyebabkan terjadi nya filiariasis?
5.Apa penyebab udem pada skrotum?
6.Apa saja tanda inflamasi respon kerja system imun?
7.Bagaimana cara tes filiaris?
8.Selain nyamuk hewan apa saja yang menjadi vector?
9.Kapan saja periodesitas parasite?
10.Apa saja pemeriksaan penunjang pada penyakit filiaris?
11.Bagaimana penularan penyakit elephantiasis?
12.Apa gejala yang ditimbulkan ketika tangan yang terluka mengalami infeksi?
Step 2 : Define The Problems
13.Bagaimana parasite filiariasis menyebabkan bengkak pada kaki?
14.Kapan sebaik nya Teknik aseptic digunakan?
15.Bagaimana pengobatan yang dilakukan pada penderita filiaris?
16.Bagaimana edukasi yang dapat diberikan pada kasus pak paron?
17.Mengapa kaki pak paron yang didiamkan semakin membesar?
18.Mengapa pada kasus pak paron,pak paron mengalami demam?
19.Apa system imun tubuh yang akan melawan infeksi yang disebabkan oleh parasite?
20.Apa saja jenis jenis parasite berdasarkan morfologi?
21.Apa tujuan pemeriksaan mikroskopis pada parasite?
22.Bagaimana siklus hidup nematoda filiarisis?
Step 3 : Brainstorm Possible Hypothesis or Explanation
1. Disebabkan oleh mikrofilaria nematoda yang ditularkan oleh nyamuk (Wuchereria bancrofti) yang
menyebabkan pecahnya varises limfatik ke dalam saluran kemih.

2. Karena terjadi infeksi yg disebabkan parasit filiarisis.

3. Nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, dan Armigeres yang dapat berperan sebagai vektor
filariasis. Tetapi vektor utamanya adalah Anopheles farauti dan Anopheles punctulatus.

4. Disebabkan oleh infeksi parasit yang tergolong nematoda (cacing gelang) dari keluarga Filariodidea yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.

5. Karena terinfeksi oleh parasit W.bancrofti.

6. Demam, bengkak, terdapat pus(nanah), merah.


Step 3 : Brainstorm Possible Hypothesis or Explanation
7. Metode standar untuk mendiagnosis infeksi aktif adalah identifikasi mikrofilaria pada apusan darah melalui
pemeriksaan mikroskopis . Mikrofilaria dapat dideteksi secara mikroskopis pada apusan darah yang diambil pada
malam hari (pukul 22.00-02.00) dan harus dibuat apusan tebal dan diwarnai dengan Giemsa atau hematoksilin
dan eosin.

8. Kupu-kupu,Lalat,kera,mencit,tikus,kutu.

9. Untuk w.bancrofti itu nokturna, B.malayi subperioda nokturna sama disiang hari, B.timori subperioda nokturna
dan juga bisa disiang hari.

10. Diagnosa penyakit filariasis dilakukan dengan pemeriksaan mikrofilaria. Pemeriksaan mikrofilaria merupakan
pemeriksaan menggunakan apusan darah/sediaan darah dengan bantuan pewarnaan Giemsa untuk mendeteksi
mikrofilaria/cacing mikrofilaria tersebut dalam sel darah penderita yang diambil pada malam hari.

11. Nyamuk vektor menularkan filariasis dengan cara, sewaktu nyamuk menghisap darah penderita filariasis,
mikrofilaria (cacing kecil) ikut masuk ke tubuh nyamuk bersama darah, kemudian nyamuk tersebut menggigit
orang lain yang rentan, mikrofilaria ikut berpindah lewat gigitan nyamuk, sehingga orang lain tertular.
Step 3 : Brainstorm Possible Hypothesis or Explanation
12. Gejalanya demam kemerahan, bengkak, dan nyeri.

13. Karena terjadi penumpukan cacing dewasa pada pembuluh limfa.

14. Saat memasukkan alat invasif, mengobati luka bakar, menjahit luka dan operasi.

15. Meminum obat anti parasit seperti ivermectin, diethylcarbamazine, atau albendazole. Obat-obatan ini
menghancurkan cacing dewasa dalam darah atau mencegahnya berkembang biak. Mengonsumsi obat-obatan ini
juga dapat mencegah penularan infeksi ke orang lainatau mungkin perlu menjalani operasi untuk menghilangkan
cacing mati dari aliran darah. Itu terjadi jika filariasis telah menyebabkan hidrokel, sehingga satu-satunya cara
adalah dengan menjalani operasi untuk menghilangkan penumpukan cairan di skrotum.

16. Karena parasit yang ada di kaki pak barom semakin banyak dan menjadi dewasa sehingga kaki pak parom
makin lama makin besar

17.Disebabkan karena cacing yang menyebabkan filariasis menekan system imun pak paron.
Step 3 : Brainstorm Possible Hypothesis or Explanation
18.Karena itu termasuk bentuk mekanisme pertahanan tubuh.

19. Eosinofil dan imunoglobin E.

20.Protozoa ,Cacing,ektoparasite

21. Untuk pemeriksaan menunjang diagnosis dan menentukan jenis parasit apa yg menginfeksi pasien.

22. Pertama itu dibawa oleh nyamuk yang telah terinfeksi parasit cacing w.bancrofti, kemudian masuk ke
pembuluh darah mencari tempat yang aman dan menetap di pembuluh limfa kemudian berkembang biak setelah
itu cacing tersebut menuju ke kapiler darah kemudian datang nyamuk yang belum terinfeksi menggigit manusia
yang telah terinfeksi parasit tersebut kemudian parasit tersebut masuk ke midgut nyamuk tersebut dan ke bagian
thorax nyamuk akan menjadi larva stadium 1 kemudian dia menjadi larva stadium 2 di bagian kepala dan berubah
menjadi larva stadium 3 yang akan bertempat diproboncis bersama Salivanya dan kemudian ditularkannya lagi ke
manusia yang belum terkena infeksi melalui gigitannya.
Step 4 : Arrange Explanation Into a Tentative Solution
Pak paron

Tinggal di endemis Kecelakaan kerja


filariasis

Luka terbuka
Ditemukan keluhan :
-Tungkai bengkak
-Oedema Infeksi

Infeksi parasite

Sistem imun

Filariasis Pemeriksaan Infeksi bakteri


mikroskopis

Pengobatan dan edukasi


Step 5 : Learning Objectives
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan mejelaskan tentang :
1.Etiologi filariasis
2.Vektor filariasis
3.Sistem imun terhadap infeksi
4.Patofisiologi filariasis
5.Gejala filariasis
6.Pemeriksaan mikroskopis
7.Pengobatan dan edukasi
Step 6 : Gather Information and Study Private
Step 7 : Share the result
1.Etiologi filariasis
Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing Filaria. Filariasis di Indonesia
dapat disebabkan oleh tiga jenis spesies cacing Filaria, yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Secara
umum, daur hidup ketiga spesies cacing tersebut tidak berbeda, yakni terjadi di dalam tubuh manusia dan tubuh nyamuk. Cacing
dewasa (disebut makrofilaria) hidup di saluran dan kelenjar limfe, sedangkan anaknya (disebut mikrofilaria) ada di dalam sistem
peredaran darah.
Mikrofilaria akan terbawa masuk ke dalam lambung nyamuk dan melepaskan selubungnya pada saat nyamuk menghisap darah
manusia atau hewan yang mengandung mikrofilaria, kemudian mikrofilaria tersebut menembus dinding lambung dan bergerak
menuju otot atau jaringan lemak di bagian dada. Setelah  3 hari, mikrofilaria mengalami perubahan bentuk
menjadi larva stadium 1 (L1). Setelah  6 hari, larva tumbuh menjadi larva
stadium 2 (L2) yang disebut dengan larva preinfektif. Larva stadium 2 ini mulai menunjukkan adanya gerakan. Kemudian larva
tumbuh menjadi larva stadium 3 (L3) dengan gerakan yang aktif dan disebut sebagai cacing infektif.
Step 7 : Share the result
Seseorang pada dasarnya dapat tertular Filariasis apabila digigit oleh nyamuk infektif atau nyamuk yang mengandung
larva stadium .Nyamuk infektif mendapat mikrofilaria dari pengidap, baik pengidap dengan gejala klinis maupun
pengidap yang tidak menunjukkan gejala klinis. Orang yang terinfeksi Filariasis tetapi belum menunjukkan gejala klinis,
biasanya di dalam tubuhnya sudah terjadi perubahan-perubahan patologis.
a. Siklus Hidup Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi & Brugia Timori
Mikrofilaria masuk ke dalam tubuh manusia dengan melalui gigitan nyamuk (dari genus Mansonia, Culex, Aedes, dan
Anopheles). Mikrofilaria masuk ke dalam saluran limfa dan menjadi dewasa → cacing jantan dan betina melakukan
kopulasi → cacing gravid mengeluarkan larva mikrofilaria → mikrofilaria hidup di pembuluh darah dan pembuluh
limfa → mikrofilaria masuk ke dalam tubuh nyamuk saat nyamuk menghisap darah manusia → mikrofilaria
berkembang menjadi larva stadium 1 → larva stadium 2 → larva stadium 3 dan siap ditularkan.
Step 7 : Share the result
Step 7 : Share the result
B.Morfologi Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi & Brugia Timori
Step 7 : Share the result
Wuchereria Bancrofti Ciri-ciri filaria Wuchereria bancrofti :
Ciri-ciri mikrofilaria Wuchereria bancrofti :  berwarna putih kekuningan
 ukuran : panjang 230 – 300 μm dan lebar 7,5 – 10 μm  bentuk seperti benang
 mempunyai sheath / bersarung  ujung anterior dan posterior tumpul mempunyai
 pada tubuhnya mempunyai inti yang halus, sama besar dan lapisan kutikula yang halus
tersusun teratur tanpa inti tambahan (nukleus terminalis)  ukuran cacing betina : panjang ± 80 mm dan lebar ±
pada ujung posterior 0,24 mm
 ujung anterior tumpul membulat, ujung posterior meruncing  ukuran cacing jantan : panjang ± 40 mm dan lebar ±
 cephalic space → panjang : lebar = 1 : 1 0,1 mm
 lekukan badan halus  ujung posterior cacing betina tumpul
 ujung posterior cacing jantan runcing, melengkung
ke arah ventral, dan mempunyai 2 buah spicula
Step 7 : Share the result
Sifat biologis Wuchereria bancrofti:
 Habitat cacing dewasa berada di dalam pembuluh limfa dan kelenjar limfa.
 Mikrofilaria didapatkan dalam darah dan limfa.
 Predileksi cacing ini adalah jaringan limfa abdomen ke bawah. Dalam
pembuluh / kelenjar limfa filaria dapat melingkarkan tubuhnya sehingga
menjadi suatu nodule (seperti tumor) sehinggnya menimbulkan varises
yaitu pelerbaran dari pembuluh yang abnormal.
 Mikrofilaria dikeluarkan dari nodule langsung ke aliran limfa dan melalui
ductus thoracicus masuk ke aliran darah.
 Mikrofilaria mempunyai periodisitas nocturna, yaitu berada dalam
pembuluh darah pada waktu malam hari (jam 22.00 – 04.00). Hal ini perlu
diingat untuk mengambil sampel darah pada malam hari untuk diagnosis.
Step 7 : Share the result
Brugia Malayi
Ciri-ciri mikrofilaria Brugia malayi :
 ukuran : panjang 170 – 260 μm dan lebar ± 6 μm
 mempunyai sarung / sheath
 ujung anterior membulat / tumpul dengan 2 buah stylet (alat pengebor) ujung posterior runcing cephalic space
→ panjang : lebar = 2 : 1 inti tubur kasar, tersusun tidak teratur sampai
 ujung posterior dengan 2 buah nukleus terminalis
Ciri-ciri cacing dewasa / filaria Brugia malayi :
 ukuran lebih kecil daripada Wuchereria bancrofti
 ukuran cacing betina : ± 160 μm dan lebar ± 55 μm
 ukuran cacing jantan : ± 90 μm dan lebar ± 25 μm
 bentuk seperti benang halus
 berwarna putih kekuningan
Step 7 : Share the result
 cacing jantan mempunyai sepasang papila yang besar di
sebelah anterior kloaka dan sepasang lagi di belakangnya
dengan ukuran yang lebih kecil, spicula satu pasang dengan
ukuran yang tidak sama panjang

brugia timori
Step 7 : Share the result
a. Periodesitas Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi & Brugia Timori
Mikrofilaria nematoda dari famili filarioidea mempunyai periodisitas nocturna, yaitu berada dalam
pembuluh darah pada waktu malam hari (jam 22.00 – 04.00).
Pada umumnya, mikrofilaria W. Bancrofti
bersifat periodisitas nokturna, artinya mikrofilaria terdapat di dalam darah pada malam hari, pada siang
hari mikrofilaria hanya terdapat dikapiler alat dalam (paru, jantung, ginjal, dan sebagainya.
• Wuchereria bancrofti tipe perkotaan (urban)
Memiliki periodisitas nokturna dan ditularkan oleh nyamuk Culex quinquefasciatus yang berkembang
biak di air limbah rumah tangga.
• Wuchereria bancrofti tipe pedesaan (rural)
Mempunyai periodisitas nokturna dan ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk Anopheles, Culex, dan
Aedes
Step 7 : Share the result
Brugia malayi
 Brugia malayi tipe periodik nokturna
Mikrofilaria ditemukan di darah tepi pada malam hari. Nyamuk
penularannya adalah Anopheles barbirostris yang ditemukan di
daerah persawahan.
 Brugia malayi tipe subperiodik nokturna
Mikrofilaria ditemukan di darah tepi pada siang dan lebih banyak
ditemukan pada malam hari. Nyamuk penularnya adalah Mansonia
sp yang ditemukan di daerah rawa.
 Brugia malayi tipe non periodik
Mikrofilaria ditemukan di darah tepi baik malam maupun siang
hari. Nyamuk penularnya adalah Mansonia bonnae dan Mansonia
uniformis yang ditemukan di hutan rimba
Step7 7: Share
Step : Share the
the result
result
2.Vektor filariasis
Brugia timori
Nyamuk yang diidentifikasi telah menjadi vektor bagi mikrofilaria di Indonesia berjumlah 23 spesies dari
Mikrofilaria Brugia timori mempunyai sifat periodik nokturna.
5 genus, yaitu: Mansonia, Anopheles, Culex, Aedes dan Armigeres. Sepuluh nyamuk Anopheles
diidentifikasi sebagai vektor W. bancrofti tipe pedesaan. Selanjutnya, nyamuk Culex quinquefasciatus
didentifikasi sebagai vektor W. bancrofti tipe perkotaan dan merupakan vektor yang paling banyak
membawa mikrofilaria di pulau Jawa.
SUBFAMILI CULICINAE (CULEX SPP)
Step 7 :perindukan
Tempat Share the result
Nyamuk Culex spp. umumnya bertelur di tempat yang berair. Telur, larva, dan pupanya dapat hidup
dalam polluted
Brugia timori water, misalnya air di selokan atau jamban.
Mikrofilaria Brugia timori mempunyai sifat periodik nokturna.
Morfologi
Nyamuk dewasa
 Jantan
• Antena berbulu lebat dan panjang.
• Palpus hampir sama panjang dengar probosis.
• Warna tubuh cokelat kekuningan.

 Betina
• Antena berbulu jarang dan pendek.
• Palpus jauh lebih pendek daripad probosis.
Step 7 : Share the result
Sayap Culex spp.
• Tipis transparan.
Brugia timori semacam kerangka sayap yar disebut sebagai vena sayap (wing veins).Pada vena
• Mempunyai
sayap terdapat sisik-sisik
Mikrofilaria (scalemempunyai
Brugia timori yang warnanya
sifatsama dengan
periodik warna tubul nya (cokelat kekuningan)
nokturna.
Telur
• Telur dikeluarkan oleh nyamuk dewa secara bergerombol dan mengapur seperti rakit.
Step 7 : Share the result
Larva
• Tubuh terdiri dari kepala, toraks (3 ruas/
segmen), abdomen (10 ruas), siphon, dan ruas
Brugia
anal.timori
• Pada ruas abdomen
Mikrofilaria BrugiaVIII terdapat
timori duri- duri
mempunyai sifat periodik nokturna.
(comb teeth) yang berjumlah lebih dari dua
baris.
• Siphon berbentuk seperti kerucut, langsing dan
panjang. Bulu siphon (hairtuft) ter- dapat lebih
dari satu pasang. Pada ujung siphon terdapat alat
pernapasan (spiracle).
AEDES SPP.
Step 7 : Share the result
Tempat perindukan Morfologi
Aedes adalah air jernih tergenang, yang dapat Nyamuk dewasa
digolongkan
Brugia timori menjadi 2, yaitu di dalam rumah • Berwarna lebih gelap (hitam) dengan garis-garis dan bercak-
(indoor) dan di luar rumah (outdoor). Tempat bercak putih pada ruas-ruas kaki, toraks, dan abdomen.
Mikrofilaria Brugia timori mempunyai sifat periodik nokturna.
perindukan dalam rumah meliputi bak mandi, • Pada Aedes aegypti, bagian dorsal toraks memiliki garis
bak air di WC, tempayan/gentong, ember, vas lengkung pada sisi lateral kanan dan kiri serta dua garis
bunga, perangkap semut, tandon air, air buangan memanjang pada bagian median dikenal sebagai gambaran
kulkas, sumur dll. Sedangkan yang di luar rumah lyra.
dapat berupa ban bekas, kaleng bekas, botol • Pada Aedes albopictus, terdapat sebuah garis memanjang
bekas, drum, pot tanaman hias, tandon air, pada bagian median dorsal toraks.
ember, pecahan-pecahan pot, bak meteran Larva
PDAM, sumur, sela pelepah daun (daun pisang, • Tubuhnya terdiri dari kepala, toraks, abdomen, siphon, dan
keladi), tempurung kelapa, lubang- lubang segmen anal.
pohon, dll. A. albopictus tidak pernah masuk ke • Abdomen terdiri dari 10 segmen (ruas).
rumah. Jentiknya di luar rumah. • Pada segmen abdomen VIII terdapat comb teeth.
StepPerbedaan
7 : Share the aegypti
larva Aedes resultdengan Aedes
albopictus:
Pada toraks.
Brugia timori
• Aedes aegypti: pada pangkal bulu di segmen toraks II
Mikrofilaria
dan Brugia
III, terdapat timori
duri yang mempunyai sifat periodik nokturna.
besar.
• Aedes albopictus: dari pada pangkal bulu kecil atau
hanya berupa tonjol- an.
• Pada segmen abdomen VIII: comb teeth (comb
scale) hanya satu baris dengan jumlah gigi 8-16
buah.
• • Aedes aegypti: pada comb teeth, ter- dapat duri
tengah (median spine) yang besar dan duri-duri
samping (suba- pical spine).
• • Aedes albopictus: pada comb teeth, ter- dapat
median spine, tetapi tidak terda- pat subapical spine.
Pada segmen anal (segmen X).
• Aedes aegypti: ventral brush memiliki 5 pasang setae.
• Aedes albopictus: ventral brush memi- liki 4 pasang
setae.
SUBFAMILI ANOPHELINAE
Step 7 : Share the result
(ANOPHELES) Morfologi
Tempat perindukan Anopheline: Nyamuk dewasa
• air tawar (fresh water), Kepala
Brugia timori
• air payau (brackish water). Anopheles Jantan
Mikrofilaria Brugia timori mempunyai sifat periodik nokturna.
• Antenanya berbulu lebat dan panjang (tipe plumose).
Tempat perindukan air tawar, terutama • Palpus hampir sama panjang dengan probosis, ujung palpus
nyamuk An. barbirostri, An. aconitus, An. membesar se- perti gada (club).
anudaris, An. vagus, An. minimus dll, yaitu Anopheles betina
pada sawal, rawa, sungai kecil, kolam, mata • Antenanya berbulu jarang (tipe pilose).
air, lubang, dan selokan. Tempat perindukan • Palpus sama panjang dengan probosis, ujung palpus tidak
air payau, bay nyamuk An. sundaicus, An. membesar.
subpictus, antara lain lagoon, mulut sungai, Sayap
tambak ikan dan udang yang tidak • Di antara venasi sayap costa dan subcosta terdapat sisik-sisik
digunakan, serta hutan bakau. pita putih yang di- selingi pita hitam, gambaran ini dikenal
sebagai white bands.
Telur
• Pada sisi lateral kanan dan kiri terdapat pelampung (air-sacs)
yang berasal dari membran telur.
Step 7 : Share the result
Larva
• Siphon pendek sekali atau tidak ada.
• Mempunyai
Brugia timori dua spiracle yang berfungsi . sebagai alat
pernapasan. Terletak pada bagian dorsal ujung abdomen
Mikrofilaria Brugia
(ruas abdomen timori
VIII), mempunyai
berbentuk bulat. sifat periodik nokturna.
• Terdapat palmate hair, yang berbentuk ki pas, pada sisi kiri-
kanan ruas abdomen I sampai dengan VII.
• Pada ruas dorsal abdomen juga terdapat tergal plate.
Step 7 : Share the result
Brugia timori
Mikrofilaria Brugia timori mempunyai sifat periodik nokturna.

Anopheles,larva(lensa objektif 4x)


Mansonia
Step 7
Tempat : Share
perindukan the result
Mansonia adalah rawa- rawa atau kolam dengan
Morfologi
Nyamuk dewasa
tumbuhan air (enceng gondok). Telurnya • Pada permukaan dorsal sayap nyamuk dewasa, terdapat sisik
Brugia timoridalam satu ke- lompok pada daun dan
diletakkan berwarna hitam dan putih yang berselang-seling tidak ber-
akar tumbuhan air. Lar- va Mansonia mempunyai aturan. Bentuk sisik tumpul (squamosa)TelurTelur Mansonia
Mikrofilaria Brugia timori mempunyai sifat periodik nokturna.
ujung siphon yang berwarna cokelat hitam dan berbentuk lonjong me- manjang, salah satu ujungnya runcing
berfungsi sebagai alat penusuk yang bergerigi sedangkan ujung yang lain tumpul(squamosa).
(piercing valve), yang digunakan untuk melekat Telur
pada akar, ba- tang, daun tumbuhan dan untuk • Telur Mansonia berbentuk lonjong me- manjang, salah satu
mendapatkan udara (alat pernapasan). Posisi waktu ujungnya runcing sedangkan ujung yang lain tumpul
bernapas membentuk sudut
terhadap akar tumbuhan
StepTelur
7 : diletakkan
Share menggerombol
the result di
bawah atau di atas daun tumbuhan air.
Larva
Brugia timori
• Siphonnya berbentuk kerucut,
gemuk danBrugia
Mikrofilaria pendek.
timori mempunyai sifat periodik nokturna.
• Pada ujung siphon terdapat piercing
valve yang bergerigi tajam dan
berwarna cokelat hitam.
• Pada segmen abdomen VIII terdapat
satu baris comb teeth yang terdiri
dari kurang lebih 4 gigi yang besar
3.Step
Sistem7imun
: Share the
terhadap result
infeksi
Sistem imun merupakan suatu sistem yang berperan dalam proses imunitas, merupakan suatu mekanisme
pertahan
Brugiatubuh
timori terhadap benda asing
Terbagi Mikrofilaria
2 Brugia timori mempunyai sifat periodik nokturna.
Innate imunity (alamiah)
 Secara alamiah
 Non spesifik
 Tidak ada sel memori
 Ada sejak lahir
 Contoh bersin, batuk
Adaptive imunity (didapat)
 Jika pernah terpapar mikroba
 Spesifik
 Ada sel memori
 Menjadi lebih kuat
MEKANISME SISTEM IMUN
Step 7 : Share the result
Luka terbuka -> peluang bakteri masuk ( bakteri menggunakan sumberdaya tubuh dan
mengganda setiap 20 menit )
Brugia timori
- Awalnya tidak terdeteksi, saat populasi meningkat mikroorganisme tidak hanya berkembang
Mikrofilaria Brugia timori mempunyai sifat periodik nokturna.
tapi mulai merusak tubuh, dengan mengubah lingkungan sekitarnya
- Makrofag menahan bakteri datang membunuh sampai 100 bakteri dengan menangkapnya
dalam membran lalu mikroorganisme dipecah dan dibunuh
- Terjadi inflamasi
- Makrofag butuh bantuan, dibantu oleh protein untuk memberitau lokasi
- Neutrofil bergerak menuju luka, menghasilkan penghalang untuk menangkap dan membunuh
mikroorganisme
- JIKA NEUTROFIL TIDAK DAPAT MENGHENTIKANNYA
- Sistem imun mengaktifkan sel dendritik
- Sel dendritik memanggil pembunuh mikroorganisme
- Dimulai dari kelenjar getah bening dimana disitu terdapat sel t yang siap diaktifkan untuk
membunuh mikroorganisme
- Sel T terbagi 3 kelompok
Step 7 : Share
1. Menuju the result
luka membantu makrofag
2. Menetap di kelenjar getah bening untuk membuat imun untuk tubuh
Brugia timori
3. Pergi ke pusat kelenjar getah bening untuk mengaktifkan sel b
- Sel dendritikBrugia
Mikrofilaria bertemu selmempunyai
timori b dan terbentuk reaksi berantai
sifat periodik nokturna.
- Sel b merupakan anti bodi yang mengandung protein protein untuk mrngikat dan
melumpuhkan mikroorganisme
- Sel t aktif dan berkembang menjadi ribuan kali lipat
- Sel B membantu sel T untuk membunuh mikroorganisme sampai infeksi berakhir
- Sel sel imun bunuh diri karna tidak digunakan lagi kecuali sel memori yang mana jika nanti
terpapar mikroorganisme yang sama maka mereka sudah siap membunuhnya dan menjadi lebih
kuat dibanding sebelumnya
Step 7 : Share the result
4. Patofisiologi filariasis
Penyakit filariasis atau penyakit kaki gajah terutama ditemukan, didaerah dataran tinggi,para pendatang
Brugia timori endemis potensial rentan terhadap penularan karena belum memiliki kekebalan yang sangat
didaerah
Mikrofilaria Brugia timori
cukup dan belum cukupmempunyai sifat periodik
untuk berinteraksi nokturna.
dengan daerah tersebut.cacing dewasa hidup disaluran getah
bening manusia dimana cacing jantan yg lebih kecil terkontak dg cacing betina yg lebih besar sehingga
cacing betina yg bersifat viviparous akan mengeluarkan larva yang disebut mikrofilaria,mikrofilaria ini
akan keluar dari saluran getah bening dan menuju kedalam peredaran darah,apabila penderita digigit
nyamuk jenis filaria maka mikrofilaria ikut terhisap kedalam tubuh nyamuk,dan berkembang menjadi
bentuk larva filiform yg dpt menulari org lain lewat gigitan nyamuk tsbt.setelah gigitan nyamuk
terinfeksi, larva cacing masuk kedalam tubuh manusia, berkembang menjadi cacing dewasa disistem
imfatik dan menyebabkan peradangan serta pembentukan cairan limfatik yang dpt menyebabkan
pembengkakan terutama pada tungkai, infeksi filaria akan memicu terjadinya peningkatan
immunoglobulin E(IgE)dan (IgG4 oleh stimulasi antigen(cacing mati)
Step 7 : Share the result
Faktor
Brugia timoriyg mempengaruhi pathogenesis filariasis
Akumulasi antigen cacing dewasa dalam limfatik, durasi dan tingkat paparan gigitan vector, adanya infeksi
Mikrofilaria Brugia timori mempunyai sifat periodik nokturna.
sekunder bakteri/ jamur dan respon imunnyaa.
Org yg beresiko terkena penyakit filariasis berdasarkan penularannya
 Tinggal dilingkungan endemis kaki gajah
 Tinggal dilingkungan yg tingkat kebersihanya buruk
 Sering digigit nyamuk/tinggal dilingkungan banyak nyamuk
Step 7 filariasis
5.Gejala : Share the result
Gejala klinis filariasis terdiri dari gejala klinis akut dan kronis.
Brugia timori
a. Gejala akut: demam berulang 1-2 kali dalam sebulan selama 3-4 hari. Demam biasanya timbul setelah
Mikrofilaria
melakukan Brugia fisik
aktivitas timoriberat
mempunyai sifat
sehingga periodik nokturna.
kelelahan, biasanya demam akan hilang atau sembuh sendiri
tanpa pengobatan.
limfadenitis, limfangitis, adenolimfangitis yang dapat diserti demam, sakit kepala, rasa lemah serta
dapat pula menjadi abses.
b. Gejala kronik: terjadi pembengkakan pada bagian tubuh, awalnya pembengkakan akan timbul dan
hilang dengan sendirinya, namun jika tidak diberikan pengobatan, maka lambat laun akan menjadi
pembengkakan permanen dan tidak dapat disembuhkan pada kaki, payudara, tangan, dan alat kelamin.
limfedema (pembengkakan yang disebabkan oleh gangguan pengaliran getah bening kembali ke
dalam darah), lymph scrotum (pelebaran saluran limfe superfisial pada kulit scrotum), kiluri (kebocoran
yang terjadi akibat pecahnya saluran limfe dan pembuluh darah di ginjal (pelvis renalis), dan hidrokel
(adalah pembengkakan yang terjadi pada skrotum karena terkumpulnya cairan limfe di dalam testis.
6.Pemeriksaan mikroskopis
Step 7 : Share the result
Pemeriksaan miskroskopis adalah pemeriksaan
penunjang dalam menegakan diagnosis bagi suatu
Brugia
penyakit timori
yang disebabkanatau dicurigai disebabkan
oleh parasite Pemeriksaan
Mikrofilaria initimori
Brugia dapat mempunyai
dideteksi secara
sifat periodik nokturna.
mikroskopis pada sediaan dengan atau tanpa
pewarnaan
Macam-macam sediaan darah
Step 7 darah
A.Sediaan : Share the result
tipis/hapusan darah tipis
• Terdiri dari satu lapis sel darah merah yang melekat pada kaca objek. Volume darah yang diambil
sedikit, tetapi bidang sediaan luas sehingga kemungkinan adanya parasit lebih sedikit dan waktu
Brugia timori
pemeriksaannya lebih lama.
Mikrofilaria Brugia timori mempunyai sifat periodik nokturna.
• Pemeriksaan sediaan darah tipis bertujuan untuk menentukan spesies parasite
• Sebelum diwarnai, sediaan darah harus difiksasi lebih dahulu dengan metil alkohol (metanol) agar
sel-sel, terutama sitoplasma parasit, dan sel darah merah karena mempunyai nilai untuk identifikasi .
tidak mengalami kerusakan dan parasit dapat ditemukan dalam keadaan utah.
• Kelebihan pada pembacaan pada sediaan ini, bentuk parasit berada dalam eritrosit sehingga
didapatkan bentuk parasit yang utuh dan morfologinya sempurna. Serta lebih mudah untuk
menentukan spesies dan stadium parasit dpat dilihat dengan jelas. Sedangkan kelemahan dari
sediaan darah tipis yaitu kemungkinan ditemukan parasit lebih kecil karena volume darah yang
digunakan relatif sedikit.
Step
B. 7 : Share
Sediaan darahthe
tebal/result
tetes tebal
• Sediaan darah tebal terdiri dari tumpukan sel darah merah yang mengalami dehemoglobinasi
Brugia(lisis).
timori Akibat hemolisis, sel darah merah hancur sebagian atau seluruhnya dan parasit juga akan
mengalami distorsi (rusak). Gambaran parasit pada sediaan darah tebal umumnya tidak utuh dan
Mikrofilaria Brugia timori mempunyai sifat periodik nokturna.
tidak tampak adanya dinding sel yang jelas.
• Volume darah yang diambil lebih banyak (kurang lebih 20-30x dibandingkan dengan sediaan
darah tipis). Bidang sediaan lebih sempit dibandingkan sediaan darah tipis sehingga
kemungkinan adanya parasit menjadi lebih besar dan pemeriksaan lebih cepat.
• Pemeriksaan sediaan darah tebal digunakan untuk menegakkan diagnosis
• Kelebihan dan kekurangan Sediaan darah tebal biasanya di hemolisis terlebih dulu sebelum
pewarnaan, sehingga parasit tidak lagi tampak dalam eritrosit. Kelebihan dari sediaan ini yaitu
dapat menemukan parasit lebih cepat karena volume darah yang dgunakan lebih banyak. Jumlah
parasit lebih banyak dalam satu lapang pandang, sehingga pada infeksi ringan lebih mudah
ditemukan. Sedangkan kelemahan dari sediaan darah tebal bentuk parasit yang kurang lengkap
morfologinya.
C. Pewarnaan Giemsa
Step 7 : Share the result
Pemeriksaan parasit dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang paling sering dan merupakan standar yang
ditetapkan oleh WHO adalah pewarnaan Giemsa. Keuntungan pewarnaan Giemsa adalah murah, mudah,
Brugia timori
dan tidak memerlukan peralatan mahal/ canggih. Namun, cara ini memerlukan waktu lama dan pengalaman
dalam menentukan
Mikrofilaria parasit.
Brugia timoriPewarnaan
mempunyaiGiemsa, merupakan
sifat periodik campuran eosin (warna merah muda), biru
nokturna.
metilen, dan azuur metilen. Parasit malaria mempunyai berbagai stadium dalam per-kembangannya. Bila
diwarnai dengan pewarna Giemsa, berbagai bagian parasit akan memberi warna yang sama yaitu warna
merah pada kromatin (inti) dan biru pada sitoplasma.
Teknik pewarnaan sediaan darah jari
(1) Sediaan Darah Jari diletakkan berjajar di tempat yang datar (meja, lantai, papan, atau pelepah/batang
pisang)
(2) Spesimen Darah Jari tersebut diwarnai dengan cara ditetesi larutan
Giemsa sampai semua permukaan sediaan tergenang larutan Giemsa
(kurang lebih 20 tetes) dan didiamkan selama 30 menit.
(3) Kemudian Spesimen Darah Jari dibilas dengan air bersih dan
dikeringkan dalam suhu kamar selama 24-72 jam.
(4) Setelah kering, Sediaan Darah Jari disusun dan disimpan dalam slide box
D.Spesimen urin
Step 7 : Share the result
Spesimen urin biasanya digunakan untuk memeriksa telur. MikroFilaria Wuchereria bancrofti dan
Oncocerca volvulus dapat diperoleh dari sedimen urin yang seperti susu (chyluria), terutama pada penderita
Brugia timori
filariasis dari daerah endemis.
Spesimen urin sebaiknya
Mikrofilaria diambil
Brugia timori pada pagi
mempunyai sifat hari. Urin
periodik harus diperiksa dan diproses sesegera mungkin,
nokturna.
sentrifuge tidak boleh menggunakan kecepatan lebih dari 2000 g, karena telur akan pecah
Step 7 : Share the result
Brugia timori
Mikrofilaria Brugia timori mempunyai sifat periodik nokturna.
Step 7 : Share the result
7.Pengobatan dan edukasi
Pemberian
Brugia timoriobat pencegahan secara massal filariasis adalah pemberian obat yang dilakukan untuk
mematikan mikrofilaria secara serentak kepada semua penduduk sasaran di wilayah endemis filariasis.
Mikrofilaria Brugia timori mempunyai sifat periodik nokturna.
Obat yang digunakan dalam pengobatan massal ini adalah kombinasi :
- Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dosis tunggal 6mg/kg berat badan,
Dewasa: Awalnya, 1 mg/kg setiap hari, ditingkatkan secara bertahap menjadi 6 mg/kg setiap hari
selama 3 hari kemudian dipertahankan selama 3 minggu.
Kortikosteroid dapat diberikan bersamaan untuk pengobatan infeksi filaria.
- Albendazol 400 mg (1 tablet),
Dewasa: 400 mg sebagai dosis tunggal.
Anak: 1-2 tahun 200 mg dosis tunggal. >2 tahun Sama dengan dosis dewasa. Maks: 200 mg
- Paracetamol (sesuai takaran)
Step 7 : Share
Mekanisme the result
Kerja: Diethylcarbamazine adalah derivat piperazine yang secara farmakologi termasuk
dalam golongan anthelmintic. obat cacing yang digunakan dalam pengobatan filariasis limfatik. Aktif
Brugia timori
melawan mikrofilaria dan cacing dewasa W. bancrofti, B. malayi, B. timori dan Loa loa tetapi hanya
melawan mikrofilaria
Mikrofilaria BrugiaO. volvulus.
timori Halsifat
mempunyai iniperiodik
juga digunakan
nokturna. dalam pengobatan toksokariasis. Kursus
berulang mungkin diperlukan.
Farmakokinetik:
Penyerapan: Mudah diserap dari saluran pencernaan (oral); kulit (topikal); konjungtiva (optik).
Distribusi: Tersebar luas di jaringan. Ekskresi: Urine (sebagai obat yang tidak berubah dan metabolit N-
oksida)
Mekanisme Kerja: Albendazole, suatu turunan benzimidazol, merupakan obat cacing yang menghambat
pembentukan mikrotubulus dengan mengikat situs sensitif colchicine dari ẞ-tubulin sehingga
mengakibatkan penurunan mikrotubulus yang menyebabkan penurunan pengambilan glukosa dan fungsi
penyerapan serta berkurangnya penyimpanan glikogen oleh orang dewasa dan larva. bentuk parasit.
Glukosa yang tidak mencukupi menyebabkan kekurangan ATP yang mengakibatkan kematian parasit.
Step 7 : Share the result
pemberian dietilkarbazin (6 mg/kg) saja selama empat tahun mewakili rejimen yang efektif untuk eliminasi
filariasis limfatik. Namun, diethylcarbamazine tidak diberikan pada populasi di mana onchocerciasis
Brugia timori
adalah co-endemik
Mikrofilaria dengan
Brugia timorifilariasis
mempunyailimfatik karena nokturna.
sifat periodik reaksi obat yang merugikan yang diamati pada pasien
onchocerciasis [24]. Dengan demikian, program MDA merupakan dosis tahunan tunggal albendazole (400
mg) dalam kombinasi dengan ivermectin (200 mg/kg) atau dietilkarbazin (6 mg/kg), tergantung pada
populasi yang dirawat.
Obat filariasis dapat meningkatkan tekanan darah seseorang, sehingga bila seorang penderita mempunyai
tekanan darah diatas 120/80 mmHg maka tidak diindikasikan untuk diberikan obat filariasis.
• Edukasi
Step 7 : Share the result
Pasien dengan filariasis limfatik perlu diedukasi untuk melakukan perawatan limfedema mandiri, seperti
mencuci
Brugiabagian
timori tubuh yang terinfeksi, menggunakan perban elastis atau balutan terkompresi saat aktivitas sehari-
hari, danMikrofilaria
menggunakan alas
Brugia kakimempunyai
timori yang nyaman
sifat dan tidaknokturna.
periodik sempit untuk menghindari luka atau lecet. Anjurkan pasien
untuk latihan mobilisasi rutin pada ekstremitas yang terinfeksi untuk meningkatkan aliran limfatik pada ekstremitas
yang terinfeksi.
Pada pasien dengan gejala kiluria, perlu diedukasi untuk menghindari makanan berlemak dan mengkonsumsi
makanan yang tinggi protein.
Pasien dengan onchocerciasis, terutama yang memiliki kadar mikrofilaria tinggi dan gejala mata, perlu
diedukasi mengenai kemungkinan komplikasi terapi ivermectin akibat mikrofilaria yang mati.
Pasien perlu didorong untuk meminum obat sesuai dosis secara teratur. Promosi kesehatan mengenai
filariasis perlu dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri
ke fasilitas kesehatan jika muncul tanda atau gejala filariasis.
Step 7 : Share the result
Daftar pustaka
Brugia
Craig, timori
C.F., et al. 1970. Craig and Faust’s Clinical Parasitology. Michigan : Lea & Febiger
Mikrofilaria Brugia timori mempunyai sifat periodik nokturna.
Gandasuhada S.W, 2008. Parasitologi Kedokteran Edisi 3. Jakarta : FKUI

Onggowaluyo, 2002. Diagnosis Penyakit Filariasis. Jakarta : FKUI


Terima Kasih
TUTOR 6 

Anda mungkin juga menyukai