Anda di halaman 1dari 30

FILARIASIS

Oleh

Kelompok 1
RINDA KHALISYA S. (3415126638)
RINNY IRIANTI (3415126639)

Program Studi Pendidikan Biologi


Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta
2014

PENGERTIAN FILARIASIS
Filariasis

(penyakit kaki gajah) atau


juga dikenal dengan elephantiasis
adalah suatu infeksi sistemik yang
disebabkan oleh cacing filaria yang
hidup dalam saluran limfe dan
kelenjar
limfe
manusia
yang
ditularkan oleh nyamuk.
Penyakit
ini bersifat menahun
(kronis) dan bila tidak mendapatkan

PENYEBARAN
Di

Indonesia, vektor penular filariasis hingga


saat ini telah diketahui ada 23 spesies nyamuk
dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes
dan Armigeres.
Filariasis ditemukan di daerah tropis Asia, Afrika,
Amerika Tengah dan selatan. Selain itu juga
ditemukan di berbagai daerah dataran rendah yang
berawa dengan hutan-butan belukar yang umumnya di
pedesaan di luar Jawa-Bali dan daerah perkotaan juga
ditemukan filariasis.

Filariasis

yang menyerang daerah perkotaan


yaitu filariasis brancofti dan ditularkan
melalui
vektor
nyamuk
Culex
quinquefasciatus sedangkan di daerah
pedesaan filariasis ditularkan oleh Anopheles
sp., Aedes sp., dan Mansonia sp.

AGEN FILARIASIS
a. Wucheria bancrofti
cacing ini tersebar luas di daerah yang beriklim tropis
di seluruh dunia termasuk di Indonesia.
Mempunyai ukuran bervariasi, yang betina berukuran
65-100 mm 0,1 mm dan yang jantan 40 mm 0.1
mm.
Cacing betina dapat mengeluarkan mikrofilaria yang
bersarung dengan ukuran 250 300 mikron 7-8
mikron.
Bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih
susu.
Pada umumnya, microfilaria W.brancrofti bersifat
periodisitas nokturna,artinya mikrofilaria hanya
terdapat di dalam aliran darah tepi pada waktu
malam.

Cacing jantan

Cacing betina

b. Brugia malayi
Menurut Tomio Yamaguchi, Brugia malayi adalah
jenis cacing filariae yang dapat ditemukan dari Asia
Tenggara sampai Pasifik Barat Daya dan ditemukan
di Korea Selatan.
Cacing
dewasa B.malayi lebih kecil daripada
W.brancofti.
Yang jantan panjangnya 22 23 mm dan lebarnya 0,88
mikron,dan yang betina mempunyai panjang 550,16
mm.
Berbeda
dengan W.bancrofti yang ekornya tak
memiliki nuklei (titik inti) di ekornya,sementara
B.malayi memiliki nuklei di ekornya.

Brugia malayi

c. Brugia timori
Menurut

Markell,Voge dan John, mikrofilaria


dari jenis ini pertama kali ditemukan pada
tahun 1964 di kepulauan Timor dan menyebar
ke pulau-pulau di Dangkalan Sunda.
Mikrofilaria
B.timori dapat dengan jelas
dibedakan dari mikrofilaria B.malayi.
Mikrofilaria dari B.timori lebih panjang dari
B.malayi,dengan rata-rata 310 mikron.

Brugia timori

(A)

(B)

Mikrofilaria
Wucheria bancrofti (a),
brugia malayi (b), dan
(c) brugia timori

(C)

PENYEBARAN WABAH FILARIASIS


Banyak

spesies nyamuk yang ditemukan


sebagai vektor filariasis, tergantung pada
jenis cacing filarianya dan habitat
nyamuk itu sendiri.

VEKTOR PENYEBARAN
Vektor filariasis dapat digolongkan menjadi
2 jenis,yaitu:
1. Vektor Filariasis Limfatik
2.

Vektor Filariasis Nonlimfatik

VEKTOR FILARIASIS LIMFATIK

Filariasis limfatik dapat menyebar melaui nyamuk yang


termasuk dalam jenis Aedes, Anopheles, Culex, Mansonia,
Coquiletiddia, dan Armigeres.
Beberapa spesies dari Anopheles, Culex dan Aedes telah
dilaporkan menjadi vektor filariasis bancrofti di
perkotaan atau di pedesaan.
Vektor utama filariasis di daerah perkotaan adalah Culex
quinguefasciatus,sedangkan
di
pedesaan
filariasis
bancrofti dapat ditularkan melalui Anopheles aconitus,
Anophles bancrofti dan Anopheles farauti.
Vektor utama dari Filariasis malayi ialah Mansonia
uniformis,
Coquilettidia
crassipes,
Anopheles
barbirostris,d an Anopheles nigerrimus.
Sedangkan
vektor utama filariasis timoris adalah
Anopheles barbirostris.

VEKTOR FILARIASIS NONLIMFATIK


Vektor

filariasis nonlimfatik adalah lalat yang


termasuk dalam ordo Diptera dari kelas
Insekta, yaitu genus Simulium dan Chrysops.
Dari genus Simulium terdapat lalat yang
bernama Simulium damnosum, lalat ini
menyebabkan Onchocerca volvulus di Afrika.
Sedangkan lalat dari jenis Chrysops, seperti
Chrysops centurionis,Chrysops longicornis dan
Chrysops distinctipennis dapat menyebarkan
mikrofilaria Loa loa

CIRI-CIRI CACING FILARIA


1.Cacing dewasa (makrofilaria), bentuknya seperti benang
berwarna putih kekuningan. Sedangkan larva cacing filaria
(mikrofilaria) berbentuk seperti benang berwarna putih susu.
2.Makrofilaria yang betina memiliki panjang kurang lebih 65
100 mm, ekornya berujung tumpul, untuk makrofilarial
yang jantan memiliki panjang kurang lebih 40 mm, ekor
melingkar. Sedangkan mikrofilaria berukuran panjang
kurang lebih 250 mikron, bersarung pucat.
3.Tempat hidup Makrofilaria jantan dan betina di saluran
limfe dan kelenjar limfe. Sedangkan pada malam hari
mikrofilaria terdapat di dalam pembuluh darah tepi, dan
pada siang hari mikrofilaria terdapat di kapiler alat-alat
dalam, misalnya: paru-paru, jantung, dan hati

DAUR HIDUP CACING FILARIA


Siklus hidup cacing Filaria terjadi melalui dua
tahap, yaitu:
1. Tahap pertama, perkembangan cacing
Filaria dalam tubuh nyamuk sebagai vector yang
masa pertumbuhannya kurang lebih 2 minggu.
2. Tahap kedua, perkembangan cacing Filaria
dalam tubuh manusia (hospes) kurang lebih 7
bulan.

Siklus hidup cacing filaria dapat terjadi dalam tubuh nyamuk


apabila nyamuk tersebut menggigit dan menghisap darah orang
yang terserang filariasis, sehingga mikrofilaria yang terdapat
ditubuh penderita ikut terhisap kedalam tubuh nyamuk.
Mikrofilaria tersebut masuk kedalam pembungkus pada tubuh
nyamuk, kemudian menembus dinding lambung dan bersarang
diantara otot-otot dada (toraks).
Bentuk mikrofilaria menyerupai sosis yang disebut larva stadium
I.
Dalam waktu kurang lebih satu minggu larva ini berganti kulit,
tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjang yang disebut larva
stadium II.
Pada hari ke sepuluh dan seterusnya larva berganti kulit untuk
kedua kalinya, sehingga tumbuh menjadi lebih panjang dan kurus,
ini adalah larva stadium III.
Gerak larva stadium III ini sangat aktif, sehingga larva mulai
bermigrasi mula-mula ke rongga perut (abdomen) kemudian
pindah ke kepala dan alat tusuk nyamuk.

Apabila nyamuk yang mengandung mikrofilaria ini


menggigit manusia.
Maka mikrofilaria yang sudah berbentuk larva infektif
(larva stadium III) secara aktif ikut masuk kedalam
tubuh manusia (hospes).
Bersama-sama dengan aliran darah dalam tubuh
manusia, larva keluar dari pembuluh kapiler dan
masuk ke pembuluh limfe. Didalam pembuluh limfe
larva mengalami dua kali pergantian kulit dan
tumbuh menjadi cacing dewasa yang sering disebut
larva stadium IV dan larva stadium V.
Cacing filaria yang sudah dewasa bertempat di
pembuluh limfe, sehingga akan menyumbat pembuluh
limfe dan akan terjadi pembengkakan.

Siklus hidup pada tubuh nyamuk terjadi apabila


nyamuk tersebut menggigit dan menghisap darah
orang yang terkena filariasais, sehingga mikrofilaria
yang terdapat di tubuh penderita ikut terhisap ke
dalam tubuh nyamuk.
Cacing
yang diisap nyamuk tidak begitu saja
dipindahkan, tetapi sebelumnya tumbuh di dalam
tubuh nyamuk.
Makhluk mini itu berkembang dalam otot nyamuk.
Sekitar 3 minggu, pada stadium 3, larva mulai
bergerak aktif dan berpindah ke alat tusuk nyamuk.
Nyamuk pembawa mikrofilaria itu lalu menggigit
manusia dan memindahkan larva infektif tersebut.
Bersama aliran darah, larva keluar dari pembuluh
kapiler dan masuk ke pembuluh limfe.

Uniknya, cacing terdeteksi dalam darah tepi pada


malam hari, sedangkan pada siang hari dia berada
didalam kapiler alat-alat dalam seperti pada paru-paru,
jantung dan hati, selebihnya bersembunyi di organ
dalam tubuh.
Pemeriksaan darah ada-tidaknya cacing biasa dilakukan
malam hari.
Setelah
dewasa (Makrofilaria) cacing menyumbat
pembuluh limfe dan menghalangi cairan limfe sehingga
terjadi pembengkakan.
Selain di kaki, pembengkakan bisa terjadi di tangan,
payudara, atau buah zakar. Ketika menyumbat
pembuluh limfe di selangkangan, misalnya, cairan limfe
dari bawah tubuh tidak bisa mengalir sehingga kaki
membesar.
Dapat terjadi penyumbatan di ketiak, mengakibatkan
pembesaran tangan.

Pada saat dewasa (Makrofilaria) inilah, cacing ini


menghasilkan telur kemudian akan menetas menjadi
anak cacing berukuran kecil yang disebut mikrofilaria.
Selanjutnya, mikrofilaria beredar di dalam darah.
Larva ini dapat berpindah ke peredaran darah kecil di
bawah kulit.
Jika pada waktu itu ada nyamuk yang menggigit,
maka larva tersebut dapat menembus dinding usus
nyamuk lalu masuk ke dalam otot dada nyamuk,
kemudian setelah mengalami pertumbuhan, larva ini
akan masuk ke alat penusuk. Jika nyamuk itu
menggigit orang, maka orang itu akan tertular
penyakit ini.

SIKLUS HIDUP WUCHERERIA BANCROFTI

. GEJALA PENYAKIT FILARIASIS (KAKI GAJAH)

Apabila seseorang terserang filariasis, maka gejala yang


tampak antara lain:
1.Demam berulang-ulang selama 3 - 5 hari, demam dapat
hilang bila si penderita istirahat dan muncul lagi setelah
si penderita bekerja berat.
2. Pembengkakan kelenjar limfe (tanpa ada luka) di daerah
lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak
kemerahan. Diikuti dengan radang saluran kelenjar limfe
yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal
kaki atau pangkal lengan ke arah ujung (Retrograde
lymphangitis) yang dapat pecah dan mengeluarkan nanah
serta darah.
3.Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar
yang terlihat agak kemerahandan merasa panas (Early
lymphodema).

UPAYA PENCEGAHAN, PENGOBATAN, DAN


REHABILITASI FILARIASIS

1. Upaya Pencegahan Filariasis


Pencegahan
filariasis
dapat
dilakukan
dengan
menghindari gigitan nyamuk (mengurangi kontak
dengan vektor) misalnya menggunakan kelambu
sewaktu tidur, menutup ventilasi dengan kasa nyamuk,
menggunakan obat nyamuk, mengoleskan kulit dengan
obat anti nyamuk, menggunakan pakaian panjang yang
menutupi kulit, tidak memakai pakaian berwarna gelap
karena dapat menarik nyamuk, dan memberikan obat
anti-filariasis (DEC dan Albendazol) secara berkala pada
kelompok beresiko tinggi terutama di daerah endemis.
Dari semua cara diatas, pencegahan yang paling efektif
tentu saja dengan memberantas nyamuk itu sendiri
dengan cara 3M.

2. Upaya Pengobatan Filariasis


Pengobatan filariasis harus dilakukan secara masal
dan pada daerah endemis dengan menggunakan
obatDiethyl Carbamazine Citrate(DEC).
DEC dapat membunuh mikrofilaria dan cacing dewasa
pada pengobatan jangka panjang.
Hingga saat ini, DEC adalah satu-satunya obat yang
efektif, aman, dan relatif murah. Untuk filariasis
akibatWuchereria bankrofti, dosis yang dianjurkan 6
mg/kg berat badan/hari selama 12 hari. Sedangkan
untuk
filariasis
akibatBrugiamalayidanBrugia
timori, dosis yang dianjurkan 5 mg/kg berat
badan/hari selama 10 hari.

Efek

samping dari DEC ini adalah demam,


menggigil, sakit kepala, mual hingga muntah.
Pada pengobatan filariasis yang disebabkan
olehBrugiamalayidanBrugia timori, efek
samping yang ditimbulkan lebih berat.
Sehingga, untuk pengobatannya dianjurkan
dalam dosis rendah, tetapi pengobatan
dilakukan dalam waktu yang lebih lama.
Pengobatan kombinasi dapat juga dilakukan
dengan dosis tunggal DEC dan Albendazol
400mg, diberikan setiap tahun selama 5
tahun. Pengobatan kombinasi meningkatkan
efek filarisida DEC.

3. Upaya Rehabilitasi Filariasis


Penderita

filariasis yang telah menjalani


pengobatan dapat sembuh total. Namun,
kondisi mereka tidak bisa pulih seperti
sebelumnya.
Artinya,
beberapa bagian tubuh yang
membesar tidak bisa kembali normal seperti
sedia kala. Rehabilitasi tubuh yang membesar
tersebut dapat dilakukan dengan jalan
operasi.

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai