Dosen pembimbing :
Ns. Vetri Nathalia,M.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 4
B. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial : Wuchereria Bancrofti,
Brugia Malayi,Brugia Timori. cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh
manusia terutama dalamkelenjar getah bening dan darah. infeksi cacing ini menyerang
jaringan viscera, parasit initermasuk kedalam superfamili Filaroidea, family
onchorcercidae.Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama 4 - 6
tahun dan dalam tubuhmanusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan anak cacing
(microfilaria) yang beredardalam darah terutama malam hari.
Ciri-ciri cacing dewasa atau makrofilaria:
a. Berbentuk silindris, halus seperti benang, putih dan hidup di dalam sisitem limfe.
b. Ukuran 55- 100 mm x 0,16mm
c. Cacing jantan lebih kecil: 55 mm x 0,09 mm
d. Berkembang secara ovovivipar
Mikrofilaria :
a. Merupakan larva dari makrofilaria sekali keluar jumlahnya puluhan ribu
b. Mempunyai sarung. 200-600 X 8 um
Faktor yang mempengaruhi perkembangan makrofilaria:
a. Lingkungan fisik : Iklim, Geografis, Air dan lainnnya,
b. Lingkungan biologic : lingkungan Hayati yang mempengaruhi penularan; hutan,
reservoir,vector
c. Lingkungan sosial ekonomi budaya : Pengetahuan, sikap dan perilaku, adat
Istiadat, Kebiasaan dsb
d. Ekonomi: Cara Bertani, Mencari Rotan, Getah Dsb
C. Patofisiologi
Parasit memasuki sirkulasi saat nyamuk menghisap darah lalu parasit akanmenuju
pembuluh limfa dan nodus limfa. Di pembuluh limfa terjadi perubahan darilarva stadium
3 menjadi parasit dewasa. Cacing dewasa akan menghasilkan produk – produk yang
akan menyebabkan dilaasi dari pembuluh limfa sehingga terjadidisfungsi katup yang
berakibat aliran limfa retrograde. Akibat dari aliran retrogradetersebut maka akan
terbentuk limfedema.Perubahan larva stadium 3 menjadi parasit dewasa menyebabkan
antigen parasit mengaktifkan sel T terutama sel Th2 sehingga melepaskan sitokin seperti
IL 1,IL 6, TNF α. Sitokin - sitokin ini akan menstimulasi sum- sum tulang sehingga
terjadieosinofilia yang berakibat meningkatnya mediator proinflamatori dan sitokin
jugaakan merangsang ekspansi sel B klonal dan meningkatkan produksi IgE. IgE
yangterbentuk akan berikatan dengan parasit sehingga melepaskan mediator
inflamasisehingga timbul demam. Adanya eosinofilia dan meningkatnya mediator
inflamasimaka akan menyebabkan reaksi granulomatosa untuk membunuh parasit dan
terjadikematian parasit. Parasit yang mati akan mengaktifkan reaksi inflam
dangranulomatosa. Proses penyembuhan akan meninggalkan pembuluh limfe
yangdilatasi, menebalnya dinding pembuluh limfe, fibrosis, dan kerusakan struktur. Hal
inimenyebabkan terjadi ekstravasasi cairan limfa ke interstisial yang akan menyebabkan
perjalanan yang kronis
D. WOC
Parasit
Parasit Dewasa
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa pada sistem
limfatik dengankonsekuensi limfangitis dan limfadenitis. Selain itu, juga oleh reaksi
hipersensitivitas dengangejala klinis yang disebut occult filariasis.Dalam proses
perjalanan penyakit, filariasis bermula dengan limfangitis dan limfadenitis akut berulang
dan berakhir dengan terjadinya obstruksi menahun dari sistem limfatik. Perjalanan
penyakit berbatas kurang jelas dari satu stadium ke stadium berikutnya, tetapi bila
diurutkan darimasa inkubasi dapat dibagi menjadi:
1) Masa prepaten
Merupakan masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya mikrofilaremia
yangmemerlukan waktu kira-kira 3¬7 bulan. Hanya sebagian tdari penduduk di
daerah endemik yangmenjadi mikrofilaremik, dan dari kelompok mikrofilaremik
inipun tidak semua kemudianmenunjukkan gejala klinis. Terlihat bahwa
kelompok ini termasuk kelompok yang asimtomatik baik mikrofilaremik ataupun
amikrofilaremik.
2) Masa inkubasi
Merupakan masa antara masuknya larva infektif hingga munculnya gejala klinis
yang biasanya berkisar antara 8-16 bulan.
3) Gejala klinik akut
Gejala klinik akut menunjukkan limfadenitis dan limfangitis yang disertai panas
dan malaise.Kelenjar yang terkena biasanya unilateral. Penderita dengan gejala
klinis akut dapatmikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
4) Gejala menahun
Gejala menahun terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut pertama. Mikrofilaria
jarangditemukan pada stadium ini, sedangkan limfadenitis masih dapat terjadi.
Gejala kronis inimenyebabkan terjadinya cacat yang mengganggu aktivitas
penderita serta membebani keluarganya.
F. Pemeriksaan Diagnostik
A. Diagnosis Klinik
Diagnosis klinik ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan klinik. Diagnosis
klinik pentingdalam menentukan angka kesakitan akut dan menahun (Acute and
Chronic Disease Rate).Pada keadaan amikrofilaremik, gejala klinis yang
mendukung dalam diagnosis filariasis adalahgejala dan tanda limfadenitis
retrograd, limfadenitis berulang dan gejala menahun.
B. Diagnosis Parasitologik
Diagnosis parasitologik ditegakkan dengan ditemukannya mikrofilaria pada
pemeriksaan darahkapiler jari pada malam hari. Pemeriksaan dapat dilakukan
siang hari, 30 menit setelah diberiDEC 100 mg. Dari mikrofilaria secara
morfologis dapat ditentukan species
C. cacing filaria.
RadiodiagnosisPemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan
kelenjar limfe inguinal penderita akan memberikan gambaran cacing yang
bergerak-gerak (filarial dance sign).Pemeriksaan limfosintigrafi dengan
menggunakan dekstran atau albumin yang dilabel dengan radioaktif akan
menunjukkan adanya abnormalitas sistem limfatik, sekalipun pada penderitayang
mikrofilaremia asimtomatik.
D. Diagnosis Immunologi
Pada keadaan amikrofilaremia seperti pada keadaan prepaten, inkubasi,
amikrofilaremia dengangejala menahun, occult filariasis, maka deteksi antibodi
dan/atau antigen dengan caraimmunodiagnosis diharapkan dapat menunjang
diagnosis.Adanya antibodi tidak menunjukkan korelasi positif dengan
mikrofilaremia, tidak membedakaninfeksi dini dan infeksi lama. Deteksi antigen
merupakan deteksi metabolit, ekskresi dan sekresi parasit tersebut, sehingga lebih
mendekati diagnosis parasitologik. Gib 13, antibodi monoklonalterhadap O.
gibsoni menunjukkan korelasi yang cukup baik dengan mikrofilaremia W.
bancroftidi Papua New Guinea.
G. Komplikasi
1) Cacat Permanen atau Disabilitas
Komplikasi yang paling umum dari kaki gajah adalah ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas, seperti biasanya karena pembengkakan yang ekstrem.
Contoohnya, rasa sakit dan bengkak ini akan membuat pengidapnya sulit
melakukan pekerjaan sehari-hari.
2) Infeksi Sekunder
Infeksi sekunder, seperti infeksi jamur dan bakteri juga sering dialami pengidap
kaki gajah karena kerusakan pada system getah bening.
3) Depresi Kaki gajah dapat menyebabkan pengidapnya kawatir akan penampilan
mereka. Hal ini yang bisa meningkatkan kecemasan an depresi dalam hidupnya.
4) Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan sehari-hari
5) Chyluria (terdapat lemak pada urin)
6) TPE (topical pulmonary eosinifilia)
7) Hematuria
8) Kelumpuhan saraf
H. Penatalaksanaan
Dietilkarbamasin sitrat (DEC) merupakan obat filariasis yang ampuh, baik untuk
filariasis bancrofti maupun brugia, bersifat makrofilarisidal dan mikrofilarisidal. Obat ini
ampuh, amandan murah, tidak ada resistensi obat, tetapi memberikan reaksi samping
sistemik dan lokal yang bersifat sementara. Reaksi sistemik dengan atau tanpa demam,
berupa sakit kepala, sakit pada berbagai bagian tubuh, persendian, pusing, anoreksia,
kelemahan, hematuria transien, alergi,muntah dan serangan asma. Reaksi lokal dengan
atau tanpa demam, berupa limfadenitis, abses,ulserasi, limfedema transien, hidrokel,
funikulitis dan epididimitis. Reaksi samping sistemikterjadi beberapa jam setelah dosis
pertama, hilang spontan setelah 2-5 hari dan lebih seringterjadi pada penderita
mikrofilaremik. Reaksi samping lokal terjadi beberapa hari setelah pemberian dosis
pertama, hilang spontan setelah beberapa hari sampai beberapa minggu dansering
ditemukan pada penderita dengan gejala klinis. Reaksi sampingan ini dapat diatasi
denganobat simtomatik.
Kegiatan pemberantasan nyamuk terdiri atas:
a. Pemberantasan nyamuk dewasa
i. Anopheles : residual indoor spraying
ii. Aedes : aerial spraying
b. Pemberantasan jentik nyamuk
i. Anopheles : Abate 1%
ii. Culex : minyak tanah
iii. Mansonia : melenyapkan tanaman air tempat perindukan,
mengeringkan rawa dan saluranair
c. Mencegah gigitan nyamuk
i. Menggunakan kawat nyamuk/kelambu
ii. Menggunakan repellentPenyuluhan tentang penyakit filariasis dan
penanggulangannya perlu dilaksanakan sehinggaterbentuk sikap
dan perilaku yang baik untuk menunjang penanggulangan
filariasis.Sasaran penyuluhan adalah penderita filariasis beserta
keluarga dan seluruh penduduk daerahendemis, dengan harapan
bahwa penderita dengan gejala klinik filariasis segera
memeriksakandiri ke Puskesmas, bersedia diperiksa darah kapiler
jari dan minum obat DEC secara lengkap danteratur serta
menghindarkan diri dari gigitan nyamuk.. Evaluasi hasil
pemberantasan dilakukansetelah 5 tahun, dengan melakukan
pemeriksaan vektor dan pemeriksaan darah tepi untuk
deteksimikrofilaria.
Askep Teoritis
A. Pengkajian
1. Identitas
Pasien
Mengkaji secara lengkap Nama, Umur, Jenis kelamin, Status, Agama, Pekerjaan,
Pendidikan, Alamat.
Penanggung Jawab
Mengkaji data lengkap sipenanggung jawab pasien masuk kerumah sakit seperti
Nama, Umur, Hubungan keluarga, Pekerjaa, dan Alamat sipenanggung jawab.
2. Alasan Masuk
Biasanya pasien masuk kerumah sakit dengan keluhan terasa panas dan kaki
menjalar dari pangkal kaki ke ujung kaki, nyeri bertambah jika kaki yang sakit
dibawa bergerak dan kaki yang sakit tampak lebih besar dari kaki yang satunya
serta demam berulang selama 4 hari.
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengalami nyeri dengan skala 7, terdapat nyeri tekan (+),
obstruksi kelenjer getah bening pada daerah getah bening. Wajah tampak
memerah, kulit teraba hangat, imflamasi paada kelenjer getah bening,
susah berjalan.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Mengkaji apakah pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama /
tidak.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji apakah keluarga ada mengalami penyakit yang sama dengan
yang dialami pasien.
4. Pemeriksaan fisik
a) Penampilan umum
Yaitu penampilan klien dimulai pada kesiapan untuk pemeriksaan
b) Keadaran
Ada 2 macam
1) Kualitatif : composmestis, apatis, samnolen, sofol, derilium, semi
coma, coma.
2) Kuantitatif : GCS
c) Tanda tanda vital
tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan
d) System pendengaran
Kaji kebersihan
e) System neurologi
Kaji tingkat kesadaran dan reflek
f) System pernafasan
Kaji bentuk dada, bunyi nafas
g) System kardiovaskuler
Kaji bunyi jantung, ukuran, lengkap dengan pemeriksaan LPPA
h) System gastrostiostinal
Kaji lambung usus LPPA
5. Pemeriksaan Penunjang
a) Tes darah
b) Tes urine
c) Ultrasonoggrafi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b/d peradangan pada kelenjar getah bening
2. Nyeri b/d pembengkakan kelenjar limfe
3. Kerusakan integritas kulit b/d bakteri, defisit imun, lesi pada kulit
4. Harga diri rendah b/d perubahan fisik
Edukasi
1. Anjurkan minum air yang
cukup
2. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
3. Anjurkan menningkatkan
asupan buah dan sayur
4. Harga diri rendah Setelah dilakukan tindakan Tindakan
b/d perubahan fisik asuhan keperawatan selama 1 Observasi
1. Identifikasi harapan untuk
x 24 jam dengan kriteria hasil; mengendalikan perilaku
1. Perasaan rasa malu Terapeutik
meingkat 1. Batasi jumlah pengunjung
2. Perasaan tidak mampu 2. Bicara dengan nada rendah
melakukan apapun dan tenang
3. Ketergantungan pada 3. Cegah perilaku pasif dan
penguatan secara berlebihan agresif
Edukasi
1. informasikan keluarga bahwa
keluarga sebagai dasar
pembentukan kognitif
D. Implmentasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dan rencana intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
E. Evaluasi
Evaluasi adalah membandingkan suatu hasil/ perbuatan dgn standar untuk tujuan
pengambilan keputusan yang tepat sejauh mana tujuan tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
http://v3aza.blogspot.com/2011/05/askep-filariasis.html
http://yaya-ryuta.blogspot.com/2011/04/makalah-asuhan-keperawatan-pada-klien.html
Widoyono.Penyakit TropisEpidemiologi, penularan pencegahan dan pemberantasannya.Edisi
kedua.Jakarta: Penerbit Erlangga.· Muttaqin,Arif dan Kumala Sari.2010.Asuhan Keperawatan
Gangguan Sistem Integumen.Jakarta:Salemba Medika.