Anda di halaman 1dari 9

Limfadenitis filariasis dan penyebabnya

Oleh:
David Christian RonaldTho (102012210)
Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email : david.ronaldtho@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan
Limfadenitis filariasis adalah odema pada pembuluh limfe yang disebabkan oleh cacing
(filaria) yang berkembang didalam pembuluh limfe (wuchereria bancrofti dan brugia malayi
serta brugia timori).
Tujuan dari tinjauan pustaka ini adalah untuk mengetahui dan mengerti dengan baik tentang
limfadenitis filariasis dari anamneses, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosa,
gejala klinis, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, terapi, komplikasi, prognosis serta
pencegahannya.
Pembahasan
Anamnesis
Untuk mengetahui dengan pasti penyakit yang diderita oleh pasien maka kita harus
melakukan anamnesis terlebih dahulu. Anamnesis harus mencakup gejala yang timbul dan
kemungkinan potensi terpapar dengan patogen.1 Pada kasus yang didapat yaitu laki-laki
berumur 40 tahun bengkak pada tungkai kiri sejak 1 bulan, bengkak muncul dari telapak kaki
sampai ke tungkai, bengkak nyeri dan menyebabkan sulit berjalan. Demam naik turun setiap
3 hari, kencing berwarna putih susu dan sering terkena gigitan nyamuk pada malam hari.
Hal-hal yang penting untuk ditanyakan sesuai dengan skenario adalah bengkak pada tungkai
sudah sejak kapan?, bengkak terasa sakit dan panas tidak?, bengkaknya pertama timbul
dimana?, apakah bengkak mengalami perubahan semakin membesar atau menetap saja?,
demamnya sudah sejak kapan? demamnya tinggi sekali atau sedang saja?, demamnya terjadi
disepanjang hari atau pada waktu tertentu saja?, bagaimana BAB dan BAK?, apakah
sebelumnya ada berpergian ke suatu tempat? Sudah minum obat belum?.

Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis maka kita harus melakukan pemeriksaan fisik untuk
menegakkan diagnosa. Pemeriksaan fisik yang pertama adalah pemeriksaan keadaan umum
pasien. Pada skenario ini, penyakit yang diderita pasien adalah sakit sedang. Kesadaran,
pasien compos mentis karena pasien yang berobat datang sendiri dan menjelaskan penyakit
dengan baik. Selanjutnya pemeriksaan tanda-tanda vital yakni suhu, denyut nadi, pernapasan
dan tekanan darah. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital diketahui suhu pasien 37,2 0C
(normal), denyut nadi 90x/menit, pernapasan 20x/menit dan tekanan darah 110/70 mmHg.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pada kaki yang bengkak dengan inspeksi (melihat
bengkaknya) dan palpasi (meraba bengkak apakah menimbulkan nyeri dan terasa panas atau
tidak).2

Pemeriksaan penunjang
Dari anamnesis diduga pasien menderita limfadenitis filariasis oleh sebab itu untuk
membuktikan dugaan tersebut harus melakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
penunjang yang harus dilakukan adalah diagnosis parasitologi, radiodiagnosis dan diagnosis
imunologi.3
Diagnosis parasitologi yaitu mendeteksi parasit dengan menemukan mikrofilaria didalam
darah, cairan hidrokel atau cairan kiluria pada pemeriksaan sediaan darah tebal, teknik
konsentrasi knott dan membran filtrasi. Pengambilan darah pada penderita filariasis
sebaiknya dilakukan pada malam hari karena mikrofilaria berada pada darah tepi saat malam
hari (nokturna). Selain itu ada juga pemeriksaan histopatologi yakni pemeriksaan
makroskopis jaringan disertai seleksi sampel jaringan untuk pemeriksaan mikroskopis. Pada
pemeriksaan histopatologi kadang-kadang potongan cacing dewasa dapat dijumpai disaluran
dan kelenjar limfe di jaringan yang dicurigai sebagai tumor.3
Radiodiagnosis dengan menggunakan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan kelenjar getah
bening inguinal pasien untuk memberikan gambaran cacing yang bergerak-gerak.
Pemeriksaan ini terutama digunakan untuk evaluasi hasil pengobatan.3
Diagnosis imunologi dengan cara mendeteksi antigen immunochromatographic test (ICT)
yang menggunakan antibodi monoklonal untuk mendeteksi antigen Wuchereria bancrofti
dalam sirkulasi darah. Hasil tes positif menunjukkan adanya infeksi aktif walaupun
mikrofilaria tidak ditemukan dalam darah. Pada filariasis brugia, deteksi antibodi dilakukan
dengan menggunakan antigen rekombinan untuk mendeteksi antibodi subklas igG4. Kadar
igG4 yang meningkat menunjukkan adanya mikrofilaria.3

Diagnosa
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang diduga pasien
menderita limfadenitis filariasis. Limfadenitis dapat disebabkan oleh cacing (filaria) dan
mikobakterium tuberkulosa. Limfadenitis filariasis dapat disebabkan oleh wuchereria
bancrofti, brugia malayi, brugia timori, loa-loa dan onchocerca volvulus. Loa-loa dan
onchocerca belum ditemukan di Indonesia. Perbedaan limfadenitis filariasis yang disebabkan
oleh wuchereria bancrofti adalah bengkak yang disebabkan oleh mikrofilaria pada
ekstremitas terjadi dari pangkal tangan sampai ke ujung tangan dan dari pangkal paha sampai
ke ujung kaki serta juga menyerang alat kelamin. Sedangkan limfadenitis filariasis yang
disebabkan oleh brugia malayi maupun brugia timori menyebabkan bengkak hanya dari siku
sampai ke ujung tangan dan dari lutut sampai ke ujung kaki dan tidak menyerang alat
kelamin. Limfadenitis tuberkulosis adalah limfadenitis yang disebabkan oleh mikrobakterium
tuberkulosa. Limfadenitis tuberkulosis yaitu peradangan pada satu atau lebih pembuluh limfe.
Mikrobakterium tuberkulosa yang masuk akan menuju kelenjar limfe di leher dan sering
tanpa tanda tuberkulosis paru. Kelenjar yang terkena mikrobakterium tiberkulosa ini akan
membengkak dan sedikit terasa nyeri dan lama-kelamaan akan menyebar ke kelenjar-kelenjar
disekitarnya sehingga beberapa kelenjar melekat satu sama lain dan membentuk massa. Dari
ciri-ciri dan anamnesis pasien diduga menderita limfadenitis filariasis yang disebabkan oleh
wuchereria bancrofti.4

Gejala klinis
Gejala klinis filariasis limfatik disebabkan oleh mikrofilaria dan cacing dewasa baik yang
hidup maupun yang mati. Mikrofilaria biasanya tidak menimbulkan kelainan tetapi dalam
keadaan tertentu dapat menyebabkan occult filariasis. Gejala yang disebabkan oleh cacing
dewasa menimbulkan limfadenitis dan limfangitis retrograd dalam stadium akut, disusul
dengan obstruktif menahun 10 sampai 15 tahun kemudian.3

Etiologi dan vektor perantara


Limfadenitis filariasis disebabkan oleh cacing wuchereria bancrofti dan disebarkan oleh
nyamuk culex quinquefasciatus. Cacing wuchereria bancrofti dewasa jantan dan betina hidup
disaluran dan kelenjar limfe. Cacing dewasa ini berbentuk halus seperti benang dan berwarna
putih susu. Ukuran cacing betina lebih besar yakni 65-100 mm x 0,25 mm sedangkan yang
jantan hanya berukuran 40 mm x 0,1 mm. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang
bersarung dengan ukuran 250-300 mikron x 7-8 mikron. Mikrofilaria hidup didalam darah
dan terdapat dialiran darah tepi pada waktu-waktu tertentu (periodisitas). Pada umumnya,
mikrofilaria wuchereria bancrofti bersifat periodisitas nokturna yakni mikrofilaria yang
terdapat dalam darah tepi pada waktu malam hari sedangkan pada siang hari mikrofilaria
berada dikapiler alat dalam (paru, jantung, ginjal dan sebagainya).5

Gambar 1. Makrofilaria dan mikrofilaria wuchereria bancrofti6

Didaerah perkotaan, parasit ini ditularkan oleh nyamuk culex quinquefasciatus sedangkan
dipedesaan vektornya berupa nyamuk anopheles atau nyamuk aedes. Daur hidup parasit ini
memerlukan waktu yang sangat panjang. Didalam nyamuk, parasit ini tumbuh kurang lebih
selama 2 minggu sedangkan pada manusia, pertumbuhan parasit ini diduga selama 7 bulan.5

Gambar 2. Nyamuk culex quinquefasciatus7

Epidemiologi
Parasit wuchereria bancrofti tersebar luas didaerah yang beriklim tropis diseluruh dunia baik
diperkotaan maupun pedesaan. Parasit ini menyerang kelompok umur desawa muda.3

Gambar 3. Epidemiologi limfadenitis filariasis8

Patofisiologi
Mikrofilaria yang terhisap oleh nyamuk akan melepaskan sarungnya didalam lambung
nyamuk dan menembus dinding lambung yang akhirnya bersarang diantara otot-otot toraks
nyamuk. Awalnya parasit ini memendek dan berbentuk seperti sosis yang disebut larva
stadium I. Dalam waktu kurang lebih seminggu larva ini bertukar kulit dan tumbuh menjadi
lebih gemuk dan panjang yang disebut larva stadium II. Pada hari kesepuluh dan selanjutnya
larva bertukar kulit lagi dan tumbuh semakin panjang dan lebih kurus yang disebut larva
stadium III.5
Larva stadium III sangat aktif pergerakannya sehingga dapat bermigrasi dari rongga abdomen
kemudian ke kepala dan ke alat tusuk nyamuk. Bila nyamuk yang mengandung larva stadium
III (bentuk infektif) ini menggigit manusia, maka larva stadium ke III tersebut secara aktif
masuk melalui luka tusuk ke dalam tubuh hospes dan bersarang di saluran limfe hospes.
Didalam tubuh hospes, larva mengalami 2 kali pergantian kulit dan tumbuh menjadi larva
stadium IV dan larva stadium V (cacing dewasa).5

Gambar 4: Siklus wuchereria bancrofti9

Perjalanan penyakit filariasis limfatik dapat dibagi menjadi beberapa stadium yakni stadium
mikrofilaremia tanpa gejala klinis, stadium akut dan stadium menahun. Ketiga stadium ini
tidak jelas batasnya. Pada penderita mikrofilaria tanpa gejala klinis pemeriksaan dengan
limfosintigrafi menunjukkan adanya kerusakan pada saluran limfe. Cacing dewasa yang
hidup dapat menyumbat saluran limfe dan menyebabkan dilatasi pada saluran limfe
(lymphangiektasia). Jika jumlah cacing banyak dan lymphangiektasia terjadi secara intensif
maka akan menyebabkan disfungsi sistem limfatik. Cacing dewasa yang mati menyebabkan
reaksi inflamasi. Sumbatan sirkulasi limfatik terus berlanjut pada individu yang terinfeksi
berat sampai semua saluran limfatik tertutup dan menyebabkan limfedema di daerah yang
terkena. Selain itu juga menyebabkan hipertrofi otot polos disekitar daerah yang terkena.3
Stadium akut ditandai dengan peradangan pada saluran dan kelenjar limfe berupa limfadenitis
dan limfangitis retrogad yang disertai demam dan malaise. Gejala peradangan tersebut hilang
timbul beberapa kali dalam setahun dan berlangsung beberapa hari sampai satu dua minggu
lamanya. Peradangan pada sistem limfatik alat kelamin laki-laki seperti funilkulitis,
epididimitis dan orkitis sering dijumpai. Saluran sperma meradang, membengkak menyerupai
tali dan sangat nyeri pada perabaan. Kadang-kadang saluran sperma yang meradang tersebut
menyerupai hernia inkarserata.3
Pada stadium menahun, gejala klinis yang paling sering dijumpai adalah hidrokel. Dapat pula
dijumpai gejala limfedema dan elefantiasis yang mengenai seluruh tungkai, seluruh lengan,
testis, payudara dan vulva. Kadang-kadang terjadi kiluria (urin berwarna putih seperti susu)
yang terjadi karena dilatasi pada pembuluh limfe pada sistem ekskretori dan urinari.3

Terapi
Terapi dengan obat (medical mentosa) dapat menggunakan obat dietil karbamisin sitrat
(DEC) yang sudah dipakai lebih dari 40 tahun dan merupakan obat pilihan terbaik untuk
pengobatan perorangan maupun masal. DEC ini bekerja membunuh mikrofilaria dan cacing
dewasa pada pengobatan jangka panjang. Hingga saat ini DEC merupakan satu-satunya obat
yang efektif, aman dan relatif murah. Dosis yang dianjurkan adalah 6 mg/kg berat badan/ hari
selama 12 hari. Dosis harian tersebut dapat diberikan dalam 3 kali pemberian sesudah makan,
umumnya dengan dosis ini akan menghilangkan mikrofilaria tapi untuk benar-benar bebas
dari parasitnya diperlukan beberapa kali pengobatan.3
Program eliminasi filariasis melalui pengobatan masal didaerah endemis telah dicanangkan
oleh organisasi kesehatan dunia. Obat yang dianjurkan adalah kombinasi DEC 6 mg/kgBB
dan albendasol 400 mg yang diberikan sekali setiap tahun selama 5-10 tahun pada penduduk
diatas 2 tahun.10
Obat lain yang juga dipakai dan saat ini yang masih terus diuji coba adalah ivermektin.
Ivermektin adalah antibiotik semisintetik dari golongan makrolid yang mempunyai aktivitas
luas terhadap nematoda dan ektoparasit. Obat ini membunuh mikrofilaria dengan
memparalisis otot cacing tetapi efek samping yang ditimbulkan pada manusia lebih ringan
dibanding DEC. Obat ini dapat diberikan sebagai obat tunggal (setiap 6 bulan sekali) dengan
dosis 400 ug/kg berat badan. Obat ini juga dapat dikombinasikan dengan dietil karbamasin
(diberikan setahun sekali). Pengobatan kombinasi memberikan efek lebih baik.3
Pengobatan tanpa obat (non medical mentosa) yaitu dengan membersikan kaki dengan air dan
sabun terutama di daerah lipatan kulit dan sela jari yang berguna untuk mengurangi serangan
akut oleh infeksi bakteri dan jamur serta mencegah perkembangan lebih lanjut limfedema.3

Komplikasi
Komplikasi limfadenitis filariasis yang sering ditemukan adalah kiluria. Apabila limfadenitis
filariasis pada stadium akut tidak diobati maka akan menyebabkan bertambah parah dan
dapat menyebabka kiluria. Kiluria terjadi karena dilatasi pembuluh limfe pada sistem
ekskretori dan urinari sehingga urin tercampur dengan limfe dan menyebabkan warna urin
seperti putih susu.3

Prognosis
Pengobatan akan memberikan kesembuhan pada penderita mikrofilaremia, stadium akut,
limfedema stadium 1-2, kiluria dan stadium dini elefantiasis. Bila sudah mencapai hidrokel
dan elefantiasis lanjut biasanya ditanggulangi dengan cara pembedahan. Perjalanan penyakit
ini dapat sembuh dengan pengobatan yang baik dan teratur.3

Pencegahan
Pencegahan pada limfadenitis filariasis ini dilakukan dengan pengobatan kepada penderita
sumber infeksi yaitu dengan memberikan terapi medical mentosa maupun non medical
mentosa serta pemberantasan vektor dari penyakit ini. Pemberatasan vektor dilakukan dengan
penyemprotan di dalam dan sekitar rumah dengan DDT dan larvisidal pada tempat
perindukkan nyamuk.5

Penutup
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada kasus skenario yang didapat pasien
tersebut menderita limfadenitis filariasis. Limfadenitis filariasis adalah odema pada pembuluh
limfe yang disebabkan oleh cacing (filaria) yang berkembang didalam pembuluh limfe yang
pada kasus ini disebabkan oleh wuchereria bancrofti.
Cacing wuchereria bancrofti dewasa jantan dan betina hidup disaluran dan kelenjar limfe.
cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung yang hidup didalam darah dan
terdapat di aliran darah tepi pada waktu-waktu tertentu (periodisitas). Gejala klinis filariasis
limfatik disebabkan oleh mikrofilaria dan cacing dewasa baik yang hidup maupun yang mati.
Filariasis limfatik dapat dibagi menjadi beberapa stadium yakni stadium mikrofilaremia tanpa
gejala klinis, stadium akut dan stadium menahun. Ketiga stadium ini tidak jelas batasnya.
Pada penderita mikrofilaria tanpa gejala klinis pemeriksaan dengan limfosintigrafi
menunjukkan adanya kerusakan pada saluran limfe. Stadium akut ditandai dengan
peradangan pada saluran dan kelenjar limfe berupa limfadenitis dan limfangitis retrogad yang
disertai demam dan malaise. Pada stadium menahun, gejala klinis yang paling sering
dijumpai adalah hidrokel. Pada kasus, bapak tersebut berada pada stadium menahun karena
bapak tersebut mempunyai warna urin seperti putih susu (kiluria) yakni ciri-ciri dari stadium
menahun.
Pengobatan filariasis limfatik dapat dilakukan dengan terapi obat (medical mentosa) serta
terapi non medical mentosa. Terapi dengan obat dapat menggunakan obat dietil karbamisin
sitrat (DEC), DEC ini bekerja membunuh mikrofilaria dan cacing dewasa pada pengobatan
jangka panjang. Selain DEC, albendasol dan ivermektin juga dapat membantu membunuh
mikrofilaria. Pengobatan tanpa obat (non medical mentosa) yaitu dengan membersikan kaki
dengan air dan sabun terutama di daerah lipatan kulit dan sela jari yang berguna untuk
mengurangi serangan akut oleh infeksi bakteri dan jamur serta mencegah perkembangan
lebih lanjut limfedema.
Pencegahannya yaitu dengan mengobati penderita yang mempunyai infeksi serta
pemberantasan vektor dengan melakukan penyemprotan pada tempat-tempat perindukkan
nyamuk.

Daftar pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga; 2005. p. 77


Janice, Shneiderman, Paula, Algranati. Diagnosis fisik. Jakarta: EGC; 2003. p. 31
Departemen parasitologi FKUI. Jakarta: badan penerbit FKUI; 2013. p. 32-8
Delf M H, Manning R T. Major diagnosis fisik. Jakarta: EGC; 1996. p. 258
Natadisastra D, Ridad A. Parasitologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2009. p. 25, 156
http://www.google.com/imgres?Wuchereria_bancrofti&docid. Diunduh tgl 10 november

jam 22:45
7. http://www.google.com/imgres?Culex&docid. Diunduh tgl 10 november jam 22:50
8. http://www.google.com/imgres?nematodes/fgn/gifs/lymphfilmap.gif. diunduh tgl 10
november 2013 jam 22:55
9. http://www.google.com/imgres/2012/04/wuchereria-bancrofti-cacing-filaria.html&docid.
Diunduh tgl 10 november 2013 jam 23:00
10. Tjay T H, Rahardja K. Obat-obat penting. Jakarta: Gramedia; 2007. p. 202

Anda mungkin juga menyukai