Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT FILARIASIS

Dosen Pembimbing :
H. Muhammad Asikin, S.Pd, S.SiT, M.Si. M.Kes

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Fadillah Maharani Rifai
(PO713202201043)
Gusnawati
(PO713202201044)
Mutiara Qalby Bahar
(PO713202201052)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MAKASSAR PRODI DIII


KEPERAWATAN PARE-PARE
TAHUN AJARAN 2021/2022
A. PENGERTIAN
Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing
filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah bening,
Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik
perempuan maupun laki-laki.(Witagama,dedi.2009)

B. ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial : Wuchereria Bancrofti,
Brugia Malayi, Brugia Timori. cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh
manusia terutama dalam kelenjar getah bening dan darah. infeksi cacing ini
menyerang jaringan viscera, parasit ini termasuk kedalam superfamili Filaroidea,
family onchorcercidae.
Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama 4 - 6
tahun dan dalam tubuh manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan anak
cacing (microfilaria) yang beredar dalam darah terutama malam hari.
Ciri-ciri cacing dewasa atau makrofilaria :
a.       Berbentuk silindris, halus seperti benang, putih dan hidup di dalam sisitem
limfe.
b.      Ukuran 55 – 100 mm x 0,16 mm
c.       Cacing jantan lebih kecil: 55 mm x 0,09 mm
d.      Berkembang secara ovovivipar

Mikrofilaria :
a.      Merupakan larva dari makrofilaria sekali keluar jumlahnya puluhan ribu
b.      Mempunyai sarung. 200 – 600 X 8 um

Faktor yang mempengaruhi perkembangan makrofilaria:


a.      Lingkungan fisik : Iklim, Geografis, Air dan lainnnya,
b.      Lingkungan biologik : lingkungan Hayati yang mempengaruhi penularan; hutan,
reservoir, vektor
c.       Lingkungan sosial ekonomi budaya : Pengetahuan, sikap dan perilaku, adat
d.      Istiadat, Kebiasaan dsb,
e.       Ekonomi: Cara Bertani, Mencari Rotan, Getah Dsb
ADL ditandai dengan demam tinggi, peradangan limfe (limfangitis dan limfadenitis),
serta edema local yang bersifat sementara. Limfangitis ini bersifat retrograde,
menyebar secara periferdari KGB menuju arah sentral. Sepanjang perjalanan ini,
KGB regional akan ikut membesar atau sekedar memerah dan meradang (Padila,
2013, hal. 412).

C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa pada sistem
limfatik dengan konsekuensi limfangitis dan limfadenitis.Selain itu, juga oleh reaksi
hipersensitivitas dengan gejala klinis yang disebut occult filariasis.
Dalam proses perjalanan penyakit, filariasis bermula dengan limfangitis dan
limfadenitis akut berulang dan berakhir dengan terjadinya obstruksi menahun dari
sistem limfatik. Perjalanan penyakit berbatas kurang jelas dari satu stadium ke
stadium berikutnya, tetapi bila diurutkan dari masa inkubasi dapat dibagi menjadi:
1. Masa prepaten
Merupakan masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya
mikrofilaremia yang memerlukan waktu kira-kira 3¬7 bulan.Hanya sebagian
tdari penduduk di daerah endemik yang menjadi mikrofilaremik, dan dari
kelompok mikrofilaremik inipun tidak semua kemudian menunjukkan gejala
klinis.Terlihat bahwa kelompok ini termasuk kelompok yang asimtomatik
baik mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
2. Masa inkubasi
Merupakan masa antara masuknya larva infektif hingga munculnya gejala
klinis yang biasanya berkisar antara 8-16 bulan.
3. Gejala klinik akut
Gejala klinik akut menunjukkan limfadenitis dan limfangitis yang disertai
panas dan malaise.Kelenjar yang terkena biasanya unilateral.Penderita
dengan gejala klinis akut dapat mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
4. Gejala menahun
Gejala menahun terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut
pertama.Mikrofilaria jarang ditemukan pada stadium ini, sedangkan
limfadenitis masih dapat terjadi.Gejala kronis ini menyebabkan terjadinya
cacat yang mengganggu aktivitas penderita serta membebani keluarganya.
sa yang menyebabkan masuknya cairan limfe ke dalam saluran kemih.

D. PATOFISIOLOGI
Perubahan patologi utama disebabkan oleh kerusakan pembuluh getah
bening akibat inflamasi yang ditimbulkan oleh cacing dewasa, bukan oleh
mikrofilaria. Cacing dewasa hidup dipembuluh getah bening eferen atau sinus
kelenjer getah bening dan menyebabkan pelebaran pembuluh getah bening dan
penebalan dinding pembuluh. Infiltrasi sel plasma, eosinofil, dan magrofag didalam
dan sekitar pembuluh getah bening yang mengalami inflamasi bersama dengan
proliferasi sel endotel dan jaringan penunjang, menyebabkan berliku-likunya sistem
limfatik dan kerusakan atau inkompetensi katup pembuluh getah bening.
Limfedema dan perubahan kronik akibat statis bersama edema keras terjadi
pada kulit yang mendasari. Perubahan-perubahan yang terjadi akibat filariasis ini
disebabkan oleh efek langsung dari cacing ini dan oleh respon imun yang
menyebabkan pejamu terhadap parasit. Respon imun ini dipercaya menyebabkan
proses granulomatosa dan proliferasi yang mneyebabkan obstruksi total getah
bening ( Sudoyo dkk, 2010, p. 2932 ).
E. PATHAWAY

PATHAWAY FILARIASIS

Parasit

Menuju pembuluh limfa

Perubahan dari larva stadium 3

Berkembang biak Parasit dewasa Menyebabkan


Antigen Parasit

Dilatasi pembuluh limfa

Kumpulan cacing filarial Mengaktifkan sel T


Pembekakan pembuluh dewasa
Limfa

Penyumbatan pembuluh IgE berikatan


Limfa Kerusakan
Struktur Mediator
Inflamasi

GANGGUAN NYER I KERUSAKAN Inflamasi Kalenjer


MOBILITAS INTEGRITAS KULIT Getah Bening
FISIK

Inflamasi pada kulit PENINGKATAN


SUHU TUBUH

HARGA DIRI RENDAH


F. KLASIFIKASI
1. Filariasis malayi
Filariasi malayi disebakan oleh disebabkan oleh brugiamalayi. Periodisitas
mikrofilaria B. Malayi adalah periodik nokturna, sub perodik nokturna, atau non
periodik. Periodisitas mikrofilaria yang bersarung dan berbentuk kasini, tidak senyata
periodisitas W.Bansofti. Sebagai hospes sementara adalah nyamuk mansomia,
anopeles, amigeres. Dalam tubuh nyamuk mikrofilaria tumbuh menjadi larva impektif
dalam waktu 6-12 hari. Ada peneliti yang menyebutkan bahwa masa pertumbuhanya
di dalam nyamuk kurang lebih 10 hari dan pada manusia kurang lebih 3 bulan.
Didalam tubuh manusia dan nyamuk perkembangan parasit ini juga sama dengan
perkembangan W. Bansoft (Sudoyo dkk, 2010, hal. 2936).

2. Filariasis timori

Filariasis timori disebabkan oleh pilariatipetimori.filaria tipe ini terdapat di timor, pulau
rote, flores, dan beberapa pulau disekitarnya. Cacing dewasa hidup di dalam saluran
dan dikelenjar limfe. Pagetornya adalah anopeles barberostis. Mikro filarianya
menyerupai mikro filaria brugiamalayi, yaitu lekuk badanya patah-patah dan susunan
intinya tidak teratur, perbedaanya terletak dalam: 1. Panjang kepala = 3 x lebar
kepala; 2. Ekornya mempunyai 2 inti tambahan, yang ukuranya lebih kecil daripada
inti-inti lainya dan letaknya lebih berjauhan bila dibandingkan dengan letak inti
tambahan B. Malayi; 3. Sarungnya tidak mengambil warna pulasan gamesa;
ukuranya lebih panjang daripada mikrofilaria berugiamalayi. Mikrofilaria bersifat
periodik nokturna (Sudoyo dkk, 2010, p. 2936).

G. KOMPLIKASI

a. Cacat menetap pada bagian tubuh yang terkena


b. Elephantiasis tungkai
c. Limfedema : Infeksi Wuchereria mengenai kaki dan lengan, skrotum,
penis,vulva vagina dan payudara,
d. Hidrokel (40-50% kasus), adenolimfangitis pada saluran limfe testis berulang:
pecahnya tunika vaginalisHidrokel adalah penumpukan cairan yang
berlebihan diantaralapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam
keadaan normal, cairan yang berada di dalam rongga itu memang adadan
berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem
limfatik di sekitarnya.
Kiluria : kencing seperti susu karena bocornya atau pecahnya saluran limfe
oleh cacing dewasa yang menyebabkan masuknya cairan limfe ke dalam
saluran kemih.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Diagnosis Klinik
Diagnosis klinik ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan
klinik.Diagnosis klinik penting dalam menentukan angka kesakitan akut dan
menahun (Acute and Chronic Disease Rate).Pada keadaan amikrofilaremik,
gejala klinis yang mendukung dalam diagnosis filariasis adalah gejala dan
tanda limfadenitis retrograd, limfadenitis berulang dan gejala menahun.
b) Diagnosis Parasitologik
Diagnosis parasitologik ditegakkan dengan ditemukannya mikrofilaria pada
pemeriksaan darah kapiler jari pada malam hari.Pemeriksaan dapat dilakukan
siang hari, 30 menit setelah diberi DEC 100 mg. Dari mikrofilaria secara
morfologis dapat ditentukan species cacing filaria.
c) Radiodiagnosis
Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan kelenjar limfe
inguinal penderita akan memberikan gambaran cacing yang bergerak-gerak
(filarial dan cesign).
Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin
yang dilabel dengan radioaktif akan menunjukkan adanya abnormalitas
sistem limfatik, sekalipun pada penderita yang mikrofilaremia asimtomatik.
d) Diagnosis Immunologi
Pada keadaan amikrofilaremia seperti pada keadaan prepaten, inkubasi,
amikrofilaremia dengan gejala menahun, occult filariasis, maka deteksi
antibodi dan/atau antigen dengan cara immunodiagnosis diharapkan dapat
menunjang diagnosis.
Adanya antibodi tidak menunjukkan korelasi positif dengan mikrofilaremia,
tidak membedakan infeksi dini dan infeksi lama.Deteksi antigen merupakan
deteksi metabolit, ekskresi dan sekresi parasit tersebut, sehingga lebih
mendekati diagnosis parasitologik. Gib 13, antibodi monoklonal terhadap O.
gibsoni menunjukkan korelasi yang cukup baik dengan mikrofilaremia W.
bancrofti di Papua New Guinea.

I. PENATALAKSANAAN
Dietilkarbamasin sitrat (DEC) merupakan obat filariasis yang ampuh, baik
untuk filariasis bancrofti maupun brugia, bersifat makrofilarisidal dan
mikrofilarisidal.Obat ini ampuh, aman dan murah, tidak ada resistensi obat, tetapi
memberikan reaksi samping sistemik dan lokal yang bersifat sementara.Reaksi
sistemik dengan atau tanpa demam, berupa sakit kepala, sakit pada berbagai
bagian tubuh, persendian, pusing, anoreksia, kelemahan, hematuria transien, alergi,
muntah dan serangan asma.Reaksi lokal dengan atau tanpa demam, berupa
limfadenitis, abses, ulserasi, limfedema transien, hidrokel, funikulitis dan epididimitis.
Reaksi samping sistemik terjadi beberapa jam setelah dosis pertama, hilang spontan
setelah 2-5 hari dan lebih sering terjadi pada penderita mikrofilaremik. Reaksi
samping lokal terjadi beberapa hari setelah pemberian dosis pertama, hilang
spontan setelah beberapa hari sampai beberapa minggu dan sering ditemukan pada
penderita dengan gejala klinis.Reaksi sampingan ini dapat diatasi dengan obat
simtomatik.
 
Kegiatan pemberantasan nyamuk terdiri atas:
1.      Pemberantasan nyamuk dewasa
a.       Anopheles : residual indoor spraying
b.      Aedes : aerial spraying
2.      Pemberantasan jentik nyamuk
a. Anopheles : Abate 1%
b. Culex : minyak tanah
c. Mansonia : melenyapkan tanaman air tempat perindukan,
mengeringkan rawa dan saluran air
3.      Mencegah gigitan nyamuk
a.       Menggunakan kelambu
b.      Menggunakan repellent

Penyuluhan tentang penyakit filariasis dan penanggulangannya perlu


dilaksanakan sehingga terbentuk sikap dan perilaku yang baik untuk menunjang
penanggulangan filariasis.
Sasaran penyuluhan adalah penderita filariasis beserta keluarga dan seluruh
penduduk daerah endemis, dengan harapan bahwa penderita dengan gejala klinik
filariasis segera memeriksakan diri ke Puskesmas, bersedia diperiksa darah kapiler
jari dan minum obat DEC secara lengkap dan teratur serta menghindarkan diri dari
gigitan nyamuk. Evaluasi hasil pemberantasan dilakukan setelah 5 tahun, dengan
melakukan pemeriksaan vektor dan pemeriksaan darah tepi untuk deteksi
mikrofilaria.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah hal yang paling penting dilakukan oleh perawat
untuk mengenal masalah pasien agar dapat menjadi pedoman dalam
melakukan tindakan keperawatan.

1. Identitas
Identitas klien dan identitas penanggung jawab klien ditulis lengkap
seperti nama (gunakan inisial bukan nama asli), Usia dalam tahun,
Jenis kelamin (L untuk laki-laki dan P untuk perempuan dengan
mencoret salah satunya), Agama, Pendidikan, Pekerjaan, dan Alamat
serta hubungan penanggung jawab dengan klien.

2. keluhan utama
Gangguan terpenting yang dirasakan klien sampai perlu pertolongan,
dan menyebabkan penderita datang berobat kemudian ditanya keluhan
tambahan.

3. riwayat penyakit sekarang


Keluhan klien saat masuk rumah sakit, keluhan saat dikaji : demam
yang hilang timbul, menurunnya nafsu makan, sakit kepala,mual,
muntah, lemah, menggigil, malaise, nyeri sendi dan tulang, berkeringat

4. Riwayat penyakit terdahulu


Menggambarkan kesehatan pasien sebelumnya, apakah pasien
pernah mempunyai riwayat penyakit filariasis atau meminum obat
filariasis.

5. Riwayat penyakit keluarga


Menggambarkan adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit
filariasis, riwayat penyakit genetik, dan bawaan dalam keluarga.

6. Pola Aktivitas sehari-hari


a. Pola Nutrisi
Biasanya akan mengalami anoreksia dan permeabilitas cairan
ditandai dengan turgor kulit buruk dan edema.

b. Pola Eliminasi
- BAK : Pasien dengan filariasis biasanya tidak mengalami
gangguan dalam BAK, 3-4x sehari dengan volume 500-700
cc/hari, warna kuning dan bau pesing.
- BAB : Biasanya tidak mengalami gangguan BAK, 1x sehari
dengan konsentrasi lembek, warna kuning kecoklatan dan
bau khas feses.

c. Pola Istrirahat
Pada umumnya didapat keluhan berupa mudah lelah dan
perubahan pola tidur yang disebabkan oleh kelemahan otot
dan demam.

d. Pola Hygiene
Biasanya pasien tidak bisa menyelesaikan ASK, penampilan
kurang rapi dan kurang perawatan diri.

e. Pola aktivitas
Biasanya pasien dengan filariasis mengalami gangguan
aktivitas dikarenakan klien mengalami kelemahan otot, nyeri,
serta menarik diri maka harus dibantu keluarga atau perawat

7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pada derajat I II dan III biasanya klien dalam keadaan
composmentis sedangkan pada derajat IV klien mengalami
penurunan kesadaran.
Penilaian keadaan umum yang mencakup :
1) Kesan keadaan sakit, termasuk fasies & posisi pasien
2) Kesadaran
3) Kesan status gizi
b. Pemeriksaan Head to Toe
1. Kepala :
Meliputi bentuk wajah apakah simetris atau tidak, keadaan
rambut dan keadaan kulit kepala, biasanya terdapat adanya
cloasma gravidarum

2. Mata :
Biasanya konjungtiva merah muda, gerakan bola mata
terkoordinasi, mata simetris, sklera putih, bentuk pupil bulat

3. Hidung :
Biasanya berbentuk simetris, nyeri tekan tidak ada,
pembengkakan tidak ada, epistaksis tidak ada, dan membran
timpani baik.

4. Telinga :
Biasanya berbentuk simetris, peradangan tidak ada, serumen
tidak ada, dan pendengaran baik

5. Mulut :
Biasanya pasien filariasis memiliki mukosa bibir kering, bibir
pecah-pecah, reflek menelan baik, tidak ada pembesaran
tonsil, lidah kotor, tidak ada lesi dan karies dan tidak ada
peradangan.

6. Thorak :
Biasanya bentuk dada simetris, suara nafas tidak ada bunyi
tambahan, tidak ada retraksi otot dada, suara jantung S1 S2
tunggal reguler, nyeri dada tidak ada.

7. Abdomen :
Kemungkinan tidak ada benjolan pada perut, nyeri tekan tidak
ada, bentuk simetris, bising usus 10 x/menit, keadaan hepar
normal.

8. Genitourinaria :
a. Pada pria :
Meliputi kebersihan rambut pubis, adanya lesi, adanya
benjolan atau tidak, terdapat penyumbatan ureter atau
tidak.
b. Pada wanita :
Meliputi kebersihan rambut pubis, adanya lesi, adanya
eritema, adanya keputihan atau tidak, adanya benjolan
atau tidak, terdapat penyumbatan ureter atau tidak.

9. Muskuloskeletal :
Biasanya otot kiri dan kanan tampak simetris dan tidak
terdapat frakur

c. Pemeriksaan Penunjang pada Filariasis


1. Diagnosis Parasitologi
Deteksi parasit yaitu menemukan microfilaria didalam darah,
cairan hidrokel atau cairan kiluria pada pemeriksaan sediaan
darah tebal, tehnik konsentrasi Knott, membrane filtrasi dan tes
profokatif dan DEC 100. Pengambilan darah dilakukan malam
hari mengingat periodisitas mikrofilarianya umumnya nokturna.
Pada pemeriksaan histopatologi kadang-kadang potongan
cacing dewasa dapat dijumpai di saluran dan kelenjar limfe dari
jaringan yang dicurigai sebagai tumor (Gandahusada,2004).
Diferensiasi spesies dan stadium filaria yaitu dengan
menggunakan pelacak DNA dan spesies spesifik dan antibodi
monoclonal untuk mengidentifikasi larva filarial dalam cairan
tubuh dan dalam tubuh nyamuk vector sehingga dapat
membedakan antara larva filarial yang menginfeksi manusia
dengan yang menginfeksi hewan penggunaannya masih
terbatas pada penelitian dan survey (Gandahusada,2004).
2. Radiodiagnosis
Pemeriksaan dengan USG pada skrotum dan kelenjar getah
bening inguinal pasien akan memberikan gambaran cacing
yang bergerak-gerak. Ini berguna untuk evaluasi hasil
pengobatan . Pemeriksaan limfosintigrafi dengan
menggunakan dextran atau albumin yang ditandai dengan zat
radioaktif menunjukkan abnormalitas pada sistem limfatik
sekalipun pada penderita yang asimtomatik mikrofilaremia
(Gandahusada,2004).
3. Diangnosis immunologi
Dengan teknik ELISA dan ICT kedua teknik ini pada dasarnya
menggunakan antibodi monoclonal yang spesifik untuk
mendeteksi antigen W.brankrofti dalam sirkulasi. Hasil yang
positif menunjukkan adanya infeksi aktif walaupun microfilaria
tidak ditemukan dalam darah. Pada stadium obstruktif,
microfilaria sering tidak ditemukan lagi dalam darah, tapi ada di
cairan hidrokel atau cairan kiloria. Deteksi antigen merupakan
deteksi metabolit, ekskresi dan sekresi parasit tersebut
(Gandahusada,2004).

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan


intervensi keperawatan, untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung
jawab perawat. pada asuhan keperawatan dengan filariasis biasanya
ditemukan diagnosa keperawatan meliputi : Nyeri berhubungan dengan
Adanya Peradangan pada kelenjar limfe, peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan Adanya Inflamasi pada kelenjar getah bening,
gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Adanya pembengkakan pada
kelenjar limfe di daerah tungkai (inguinal).
C. Intervensi (Perencanaan)
Perencanaan keperawatan terdiri atas dua tahap yaitu prioritas
diagnosa dan rencana keperawatan. Perencanaan perawatan adalah menyusun
rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi
masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan
tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan ditulis sesuai dengan
prioritas diagnosa yang ada.

D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan dan perwujudan
serta pelaksaan yang dilakukan oleh perawat dari perencanaan yang telah
disusun untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatuskesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.

E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian
ulang rencana keperawatan. Tujuan evaluasi adalah menentukan kemampuan
pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan, menilai efektivitas rencana
keperawatan atau strategi asuhan keperawatan.
F.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

A. BIODATA
1. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Agama :
Suku :
Alamat :
No. RM :
Ruangan :
Tanggal masuk :
Tanggal pengkajian :
Diagnosa medis :

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Agama :
Alamat :
Hubungan dengan klien :

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama :
Keluhan terpenting yang dirasakan klien sampai perlu pertolongan, dan
menyebabkan penderita datang berobat kemudian ditanya keluhan tambahan

2. Riwayat penyakit sekarang


- Keluhan yang dirasakan klien sejak gejala pertama sampai saat dilakukan
anamnesis
- Sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan
tersebut terjadi
- Bagaimana sifat dan hebatnya keluhan,
- Dimana pertama kali keluhan timbul,
- Keadaan apa yang memperberat atau memperingan keluhan,
- Ada tidaknya usaha yang dilakukan untuk mengurangi keluhan sebelum
mendapat pertolongan,
- Serta berhasil atau tidak usaha tersebut

3. Riwayat penyakit terdahulu


- Pengobatan yang lalu dan riwayat alergi
- Riwayat keluarga
- Riwayat pekerjaan dan kebiasaan
- Status perkawinan
- Riwayat psikososial
- Analisis sistem

4. Riwayat penyakit keluarga


Apakah ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Bukan
hanya orang tua, riwayat kesehatan keluarga juga mencakup tiga generasi di
antaranya: Anak. Saudara laki-laki dan perempuan

C. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI


1. Pola Nutrisi
- Berapa kali klien makan dalam sehari ?
- Kapan saja waktunya ?
- Berapa banyak setiap kali makan ?
- Siapa yang mengolah dan menyiapkan makanan ?
- Apakah mempunya alergi terhadap beberapa jenis makanan ?
2. Pola Eliminasi
- Bagaimana pola BAK pada pasien?
- Bagaimana volume urine dan jumlah urin?
- Bagaimana pola BAB pada pasien?
- Bagaimana volume BAB pasien?
- Bagaimana warna, bau, dan konsistensi BAB pasien?
3. Pola Istrirahat
- Apakah waktu istirahat pasien cukup?
- Apakah pasien memiliki gangguan tidur?
- Apa upaya pasien untuk mengatasi gangguan tidur?
- Hal-hal apa saya yang mempermudah pasien untuk tidur
4. Pola Hygiene
- Berapa kali pasien mandi dalam sehari?
- Berapa kali klien mencuci rambut dalam seminggu?
- Berapa kali pasien menggosok gigi dalam sehari
- Bagaimana keadaan kuku klien apakah bersih atau tidak?
5. Pola aktivitas
- Hal apa saja yang biasa pasien lakukan diwaktu luang?

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Bagaimana keadaan klien, apakah
letih, lemah atau sakit berat

2. Kesadaran : Apakah komposmentis atau tidak


3. TTV : TD : Apakah tekanan darah normal?
S : Apakah suhu tubuh meningkat atau tidak?
P : Apakah jumlah pernafasan normal?
N : Apakah denyut nadi normal atau tidak?

4. Pemeriksaan Head To Toe


1. Kepala :
- Meliputi bentuk wajah apakah simetris atau tidak
- Keadaan rambut dan keadaan kulit kepala apakah bersih
atau tidak
- Apakah terdapat lesi atau tidak.
2. Mata :
- Apakah konjungtiva pucat atau tidak.
- Apakah ada pembengkakan pada kelopak mata atau tidak

3. Hidung :
- Apakah terdapat polip atau tidak
- Apakah hidung bersih atau kotor.
4. Telinga :
- Apakah telingan bersih atau kotor
- Apakah ada peradangan atau benjolan pada telinga atau
tidak.
5. Mulut :
- Perhatikan warna bibir apakah pucat atau tidak
- Apakah terdapat lesi atau tidak
6. Thorak :
- Apakah bentuk dada simetris atau asimetris
7. Abdomen :
- Bagaimana bentuk abdomen apakah cembung, cekung
atau datar
- Apakah terdapat benjolan pada abdomen atau tidak
8. Genitourinaria :
Pada pria :
 Apakah rambut pubis bersih atau tidak bersih
 Apakah terdapat lesi atau tidak
 Apakah terdapat benjolan atau tidak
 Apakah lubang ureter mengalami penyumbatan
atau tidak
Pada wanita :
 Apakah rambut pubis besih atau tidak
 Apakah terdapat lesi atau tidak
 Apakah ada eritema atau tidak
 Apakah ada keputihan atau tidak
 Apakah lubang uretra mengalami penyumbatan
atau tidak
9. Muskuloskeletal :
- Apakah otot kiri dan kana simetris atau asimetris
- Apakah terdapat fraktur atau tidak

5. Pemeriksaan Penunjang
Nilai Normal Hasil
Hb 12 – 16 gr/dL

Ht 37 – 47 %

Leukosit 5.000 –
10.000/mm3

Trombosit 150.000 –
450.000/mm3
Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif


 Mengeluh nyeri  Suhu Diatas Normal
 Merasa malu/bersalah  Kulit Merah
 Menilai diri tidak berguna  Kejang
 Melebih-lebihkan penilaian  Takikardi
negatif terhadap diri sendiri  Takipnea
 Menolak penilaian positif  Kulit Terasa Hangat
tentang diri sendiri  Tampak meringis
 Sulit berkonsentrasi  Gelisah
 Mengeluh sulit menggerakkan  Frekuensi nadi meningkat
ekstremitas  Sulit tidur
 Nyeri saat bergerak  TD meningkat
 Enggan melakukan pergerakan  Pola nafas berubah
 Merasa cemas saat bergerak  Nafsu makan berubah
 Menarik diri
 Diaforesis
 Berbicara pelan dan lirih
 Menolak berinteraksi dengan
orang lain
 Kontak mata kurang
 Lesuh dan tidak bergairah
 Pasif
 Kekuatan otot menurun
 Rentan gerak ( ROM ) menurun
 Sendi kaku
 Gerakan terbatas
 Gerakan tidak terkordinasi
 Fisik lemah
 Kerusakan jaringan / lapisan kulit
 Perdarahan
 Kemerahan pada kulit
 Hematoma

Analisa data
N Data Etiologi Masalah
O
1 Ds: - Parasit Peningkatan
suhu tubuh
Do: (Hipetermi)
 Suhu Diatas Normal Menuju pembuluh limfa
 Kulit Merah
 Kejang Perubahan dari larva
stadium 3
 Takikardi
 Takipneu
Parasit dewasa
 Kulit Terasa Hangat

Menyebabkan antigen
parasit

Mengaktifkan sel T
dewasa

IgE berikatan

Mediator inflamasi

Inflamasi kalenjer getah


bening

Peningkatan suhu
tubuh

2 Ds: Parasit Nyeri akut


 Mengeluh nyeri
Do: Menuju pembuluh limfa
 Tampak meringis
 Frekuensi nadi
Perubahan dari larva
meningkat stadium 3
 Sulit tidur
 TD meningkat
Parasit dewasa
 Pola nafas berubah
 Nafsu makan
Berkembang biak
berubah
 Berfokus pada diri
Kumpulan cacing
sendiri filarial
 Diaforesis
Penyumbatan
pembuluh limfa

Nyeri

3 Ds: Parasit Harga diri


rendah
 Menilai diri negatif (
mis. Tidak berguna, Menuju pembuluh limfa
tidak tertolong )
 Merasa malu Perubahan dari larva
stadium 3
Do:
 Menolak
berinteraksi dengan Parasit dewasa
orang lain
 Lesu dan tidak Diatasi pembuluh limfa
bergairah
Pembengkakan
 Pasif
pembuluh limfa

Kerusakan struktur

Kerusakan integritas kulit


Inflamasi pada kulit

Harga diri rendah

4 Ds: Parasit Gangguan


 Mengeluh sulit mobilitas
fisik
menggerakkan Menuju pembuluh limfa
ekstremitas
 Nyeri saat bergerak
Perubahan dari larva
 Merasa cemas saat
stadium 3
bergerak

Parasit dewasa
Do:
 Kekuatan otot
menurun Berkembang biak
 Rentan gerak
(ROM) terbatas Kumpulan cacing filarial
 Sendi kaku
 Gerakan terbatas Penyumbatan
pembuluh limfa
Fisik lemah

Gangguan mobilitas
fisik
5 Ds : - Parasit Kerusakan
integritas
Do: kulit
 Kerusakan Menuju pembuluh limfa
jaringan /
lapisan kulit Perubahan dari larva
stadium 3
 Nyeri
 Perdarahan
 Kemerahan Parasit dewasa

 Hematoma
Diatasi pembuluh limfa
Pembengkakan
pembuluh limfa

Kerusakan struktur

Kerusakan integritas kulit

Diagnosis keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar
getah bening
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe
3. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik
4. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota
tubuh.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan

Intervensi
N Rencana perawatan
O Diagnosa (SDKI)
SLKI SIKI
1 Peningkatan suhu Setelah dilakukan tindakan Manajemen
tubuh berhubungan keperawatan selama… hipertermia
dengan peradangan termoregulasi membaik,
pada kelenjar getah dengan Observasi :
bening Kriteria haqsil :  Identifikasi
Ditandai dengan :  Menggigil menurun penyebab
 Suhu Diatas  Suhu tubuh membaik hipertermi
Normal  Suhu kulit membaik  Monitor suhu tubuh
 Kulit Merah  Kulit merah menurun  Monitor kadar
 Kejang  Kejang menurun elektrolit
 Takikardi  Takikardi menurun  Monitor haluan
 Takipneu  Takipnea menurun urine
 Kulit Terasa  Monitor komplikasi
Hangat akibat hipertermi

Terapeutik :
 Sediakan
lingkungan yang
dingin
 Longgarkan atau
lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap
hari atau lebih
sering jika
mengalami
hyperhidrosis
 Lakukan
pendinginan
eksternal
 Hindari pemberian
antipiretik atau
aspirin
 Berikan oksigen,
jika perlu

Edukasi :
 Anjurkan tirah
baring

Kolabirasi :
 Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu

2 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri


berhubungan dengan selama…. X ….
Observasi :
pembengkakan Diharapkan nyeri akut  Identifikasi lokasi,
karateristik, durasi,
kelenjer limfa berkurang dengan kriteria
frekuensi, kualitas ,
Ditandai dengan : hasil : dan intensitas
nyeri
 Mengeluh nyeri Tingkatan Nyeri
 Identifikasi skala
 Tampak meringis  Keluhan nyeri menurun nyeri
 Identifikasi respons
 Frekuensi nadi  Meringis menurun
nyeri non verbal
meningkat  Gelisah menurun  Identifikasi faktor
yang memperberat
 Sulit tidur  Kesulitan tidur menurun dan memperingan
 TD meningkat  Diaporesis menurun nyeri
 Identifikasi
 Pola nafas  Anoreksia menurun pengetahuan dan
berubah  Frekuensi membaik keyakinan tentang
nyeri
 Nafsu makan  Pola nafas membaik  Identifikasi
pengaruh budaya
berubah  TD membaik terhadap respon
 Berfokus pada diri  Fokus membaik nyeri
 Identifikasi
sendiri  Nafsu makan membaik pengaruh nyeri
 Diaforesis  Pola tidur membaik pada kualitas
hidup
 Monitor
keberhasilan terapi
komplementer
yang sudah
diberikan
 Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik

Terapeutik :
 Berikan teknik
nonfarmologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
 Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
 Fasilitas istirahat
tidur
 Pertimbangan
jenis dan sumber
nyeri didalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi :
 Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi :
 Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

Pemberian
Analgesik

Observasi :
 Identifikasi
karateristik nyeri
 Identifikasi riwayat
alergi obat
 Identifikasi
kesesuaian jenis
analgesik dengan
tingkat keparahan
nyeri
 Monitor TTV
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesik
 Monitor efektifitas
analgesik

Terapeutik :
 Diskusikan jenis
analgesik yang
disukai untuk
mencapai
analgesik optimal,
jika perlu
 Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
oploid untuk
mempertahankan
kadar dalam
serum
 Tetapkan target
efektifitas
analgesik untuk
mengoptimalkan
respon pasien
 Dokumetasikan
respon terhadap
efek analgesik dan
efek yang
diinginkan

Edukasi :
Jelaskan efek terapi
dan efek samping
obat

Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesik, sesuai
indikasi

3 Harga diri rendah Setelah dilakukan tindakan Manajemen perilaku


berhubungan dengan
selama…. X ….
perubahan fisik Observasi :
Ditandai dengan : Diharapkan terjadi  Identifikasi
Menilai diri negatif ( harapan untuk
peningkatan terhadap
mengendalikan
mis. Tidak perasaan positif terhadap perilaku
berguna, tidak diri sendiri dengan kriteria
Terapeutik :
tertolong ) hasil :  Batasi jumlah
Merasa malu pengunjung
 Penilaian diri positif
 Bicara dengan
Menolak  Penerimaan penilaian
nada rendah dan
positif terhadap diri
berinteraksi tenang
sendiri
 Hindari bersikap
dengan orang lain  Perasaan malu
menyudutkan dan
 Semangat melakukan
Lesu dan tidak menghentikan
aktifitas
pembicaraan
bergairah
 Hindari sikap
Pasif mengancam dan
berdebat

Edukasi :
 Informasikan
pada keluarga
bahwa keluarga
sebagai dasar
pembentukan
keluarga
4 Mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Dukungan
terganggu selama…. X …. mobilisasi
berhubungan dengan Diharapkan bisa
pembengkakan pada melakukan aktifitas fisik Observasi :
anggota tubuh tanpa bantuan dengan  Identifikasi adanya
Ditandai dengan: kriteria hasil : nyeri atau keluhan
 Mengeluh sulit  Pergerakan ekstremitas fisik lainnya
 Nyeri saat bergerak  Identifikasi
menggerakkan
menurun toleransi fisik
ekstremitas  Berkurangnya melakukan
kelemahan fisik pergerakan
 Nyeri saat
 Berkurangnya gerakan  Monitor frekuensi
bergerak terbatas jantung dan
 Berkurangnya rasa tekanan darah
 Merasa cemas
cemas saat bergerak sebelum memulai
saat bergerak mobilisasi
 Kekuatan otot
Terapeutik :
menurun  Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
 Rentan gerak
alat bantu
(ROM) terbatas  Fasilitasi
melakukan
 Sendi kaku
pergerakan, jika
 Gerakan terbatas perlu
Fisik lemah  Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan

Edukasi :
Jelaskan tujuan
prosedur
mobilisasi
Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
Anjurkan mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
( mis. Duduk di
tempat tidur )

Dukungan Ambulasi

Observasi :
 Identifikasi adanya
nyeri atau keluhan
fisik lainnya
 Identifikasi
toleransi fisik
melakukan
ambulasi
 Monitor frekuensi
jantung dan
tekanan darah
sebelum memulai
ambulasi
 Monitor kondisi
umum selama
melakukan
ambulasi

Terapeutik :
 Fasilitasi aktifitas
ambulasidengan
alat bantu
 Fasilitasi
melakukan
mobilisasi fisik
 Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi

Edukasi :
 Jelaskan tujuan
dan proseedur
ambulasi
 Anjurkan
melakukan
ambulasi dini
 Ajarkan ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan.

5 Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan Perawatan integritas


kulit berhubungan selama…. X …. kulit
dengan jaringan kulit Diharapkan integritas kulit
Ditandai dnegan : dan jaringannya meningkat Observasi :
 Kerusakan dengan kriteria hasil :  Identifikasi
Nyeri berkurang penyebab
jaringan /
Perdarahan berkurang gangguan
lapisan kulit Kemerahan integritas kulit
 Nyeri menghilang/berkurang
Terapeutik :
 Perdarahan  Ubah posisi tiap 2
jam jika tirah
 Kemerahan baring
 Hematoma  Gunakan produk
berbahan
petrolium atau
minyak pada kulit
kering
 Hindari produk
berbahan dasar
alkohol pada kulit

Edukasi :
 Anjurkan
menggunakan
penyebab
 Anjurkan minum
air yang cukup
 Anjurkan
meningkatkan
asupab nutrisi
 Anjurkan
menghindari suhu
ekstrem
 Anjurkan mandi
dan menggunakan
sabun secukupnya

Perawatan luka

Observasi :
 Monitor
karakteristik luka
 Monitor tanda-
tanda infeksi

Terapeutik :
 Lepaskan balutan
dan plaster secara
perlahan
 Bersihkan dengan
cairan NaCl atau
pembersih
nontoksik
 Bersihkan jaringan
nekrotik
 Berikan salep
yang sesuai ke
kulit/lesi, jika perlu
 Pasang balutan
sesuai jenis luka
 Pertahankan
teknik steril saat
melakukan
perawatan luka

Edukasi :
 Jelaskan tanda
dan gejala infeksi
 Anjurkan
mengonsumsi
makanan tinggi
kalori dan protein

Implementasi Keperawatan
Pada pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien seluruh rencana
tindakan dapat diaplikasikan dengan baik dan tidak ada masalah yang berarti.
Karena banyak hal yang mendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
ini. Adapun faktor yang mendukung implementasi: adanya keinginan pasien
untuk sembuh sehingga pasien menerima saran dan anjuran keperawatan,
adanya keinginan pasien dan untuk mengetahui penanganan penyakitnya.
Semua masalah yang ada penulis dapat melaksanakannya dan dari tindakan
yang telah direncanakan dan diimplementasikan atas persetujuan pasien serta
berdasarkan standar praktek keperawatan.

Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah proses keperawatan mengukur respon klien


terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan
(potter dan perry 2006). Dari diagnosa yang di temukan, semua sesuai dengan
masalah yang dialami pasien, intervensi sudah mencapai kriteria hasil. Pasien
mampu melakukan hidup sehat dan melakukan pencegahan filariasis, pasien
mampu berperilaku yang baik dalam penanganan yang baik terhadap penyakit
yang dideritanya dan tidak ada tanda infeksi serta kebutuhan tidur pasien
terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/435818338/Askep-Filariasis-berdasarkan-SDKI-
dan-SIKI
https://samoke2012.wordpress.com/2018/08/29/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan-filariasis/
https://www.academia.edu/34179859/ASKEP_FILARIASIS
https://id.scribd.com/document/373796928/Pola-Aktivitas-Sehari
SOAL UKOM FILARIASIS
1. Seorang ibu menderita filariasis/kaki gajah datang ke laboratorium membawa form
permintaan pemeriksaan mikrofilaria dari dokter.
Pertanyaan Soal:
Bagaimanakah seorang analis menentukan jenis sampel dan waktu pengambilan
sampelnya?
a. diambil sampel kerokan kulit + KOH 10 % untuk menemukan mikrofilaria
b. diambil sampel urin sewaktu untuk menemukan mikrofilaria
c. diambil sampel darah pada malam hari untuk menemukan mikrofilaria
d. diambil sampel tinja pada malam hari untuk menemukan mikrofilaria
e. diambil sampel kerokan kaki pada malam hari untuk menemukan mikrofilaria

2.Seorang pasien datang dengan keluhan, tubuh terasa panas, demam selama 4
hari, nyeri pada kaki kiri mulai dari pangkal paha hingga ujung kaki dan sulit untuk
digerakkan, terlihat kaki kiri lebih besar daripada kaki yang sebelah kanan, setelah
diperiksa dokter mendiagnosa pasien dengan penyakit…
a. Filariasis
b. Ascariasis
c. Elephantis
d. kalenjer getah bening
e. Filaria

3. seorang laki-laki berusia 45 tahun menderita penyakit filariasis limfatik, dan sudah
stadium akut, hal tersebut ditandai karena adanya peradangan pada saluran limfe
berupa limfadenitis, limfangitis retrograde dan ditemukan juga funikulitis, epididimitis,
dan orkitis.
Penyakit tersebut berasal dari cacing…
a. B. malayi
b. B. timori
c. W. bancrofti
d. Anopheles
e. Culex
4. Seorang dokter melakukan pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada
skrotum dan kelenjar limfe inguinal pada klien dengan usia 38 tahun. Hasil dari
pemeriksaan memperlihatkan gambaran cacing yang bergerak-gerak (filarial dan
cesign), sehingga dokter mendiagnosis klien mengalami penyakit filariasis.
Jenis diagnosis ini disebut…
a. Diagnosis Klinik
b. Diagnosis Parasitologik
c. Diagnosis keperawatan
d. Diagnosis Immunologi
e. Radiodiagnosis

5. seorang laki-laki berumur 40 tahun mengeluhkan betisnya bengkak dan agak sakit
bila berdiri terlalu lama hingga menyebabkan aktifitasnya terganggu dan ruang
geraknya terbatas. Akhir-akhir ini pasien merasa nyeri pada kaki ketika berjalan.
Apa masalah keperawatan yang terjadi pada pasien…
a. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan kalenjer limfe
b. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada
anggota tubuh
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rusaknya jaringan pada kulit
d. harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik
e. meningkatnya suhu tubuh berhubungan dengan kalenjer getah bening

Anda mungkin juga menyukai