Dosen Pembimbing :
H. Muhammad Asikin, S.Pd, S.SiT, M.Si. M.Kes
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Fadillah Maharani Rifai
(PO713202201043)
Gusnawati
(PO713202201044)
Mutiara Qalby Bahar
(PO713202201052)
B. ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial : Wuchereria Bancrofti,
Brugia Malayi, Brugia Timori. cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh
manusia terutama dalam kelenjar getah bening dan darah. infeksi cacing ini
menyerang jaringan viscera, parasit ini termasuk kedalam superfamili Filaroidea,
family onchorcercidae.
Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama 4 - 6
tahun dan dalam tubuh manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan anak
cacing (microfilaria) yang beredar dalam darah terutama malam hari.
Ciri-ciri cacing dewasa atau makrofilaria :
a. Berbentuk silindris, halus seperti benang, putih dan hidup di dalam sisitem
limfe.
b. Ukuran 55 – 100 mm x 0,16 mm
c. Cacing jantan lebih kecil: 55 mm x 0,09 mm
d. Berkembang secara ovovivipar
Mikrofilaria :
a. Merupakan larva dari makrofilaria sekali keluar jumlahnya puluhan ribu
b. Mempunyai sarung. 200 – 600 X 8 um
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa pada sistem
limfatik dengan konsekuensi limfangitis dan limfadenitis.Selain itu, juga oleh reaksi
hipersensitivitas dengan gejala klinis yang disebut occult filariasis.
Dalam proses perjalanan penyakit, filariasis bermula dengan limfangitis dan
limfadenitis akut berulang dan berakhir dengan terjadinya obstruksi menahun dari
sistem limfatik. Perjalanan penyakit berbatas kurang jelas dari satu stadium ke
stadium berikutnya, tetapi bila diurutkan dari masa inkubasi dapat dibagi menjadi:
1. Masa prepaten
Merupakan masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya
mikrofilaremia yang memerlukan waktu kira-kira 3¬7 bulan.Hanya sebagian
tdari penduduk di daerah endemik yang menjadi mikrofilaremik, dan dari
kelompok mikrofilaremik inipun tidak semua kemudian menunjukkan gejala
klinis.Terlihat bahwa kelompok ini termasuk kelompok yang asimtomatik
baik mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
2. Masa inkubasi
Merupakan masa antara masuknya larva infektif hingga munculnya gejala
klinis yang biasanya berkisar antara 8-16 bulan.
3. Gejala klinik akut
Gejala klinik akut menunjukkan limfadenitis dan limfangitis yang disertai
panas dan malaise.Kelenjar yang terkena biasanya unilateral.Penderita
dengan gejala klinis akut dapat mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
4. Gejala menahun
Gejala menahun terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut
pertama.Mikrofilaria jarang ditemukan pada stadium ini, sedangkan
limfadenitis masih dapat terjadi.Gejala kronis ini menyebabkan terjadinya
cacat yang mengganggu aktivitas penderita serta membebani keluarganya.
sa yang menyebabkan masuknya cairan limfe ke dalam saluran kemih.
D. PATOFISIOLOGI
Perubahan patologi utama disebabkan oleh kerusakan pembuluh getah
bening akibat inflamasi yang ditimbulkan oleh cacing dewasa, bukan oleh
mikrofilaria. Cacing dewasa hidup dipembuluh getah bening eferen atau sinus
kelenjer getah bening dan menyebabkan pelebaran pembuluh getah bening dan
penebalan dinding pembuluh. Infiltrasi sel plasma, eosinofil, dan magrofag didalam
dan sekitar pembuluh getah bening yang mengalami inflamasi bersama dengan
proliferasi sel endotel dan jaringan penunjang, menyebabkan berliku-likunya sistem
limfatik dan kerusakan atau inkompetensi katup pembuluh getah bening.
Limfedema dan perubahan kronik akibat statis bersama edema keras terjadi
pada kulit yang mendasari. Perubahan-perubahan yang terjadi akibat filariasis ini
disebabkan oleh efek langsung dari cacing ini dan oleh respon imun yang
menyebabkan pejamu terhadap parasit. Respon imun ini dipercaya menyebabkan
proses granulomatosa dan proliferasi yang mneyebabkan obstruksi total getah
bening ( Sudoyo dkk, 2010, p. 2932 ).
E. PATHAWAY
PATHAWAY FILARIASIS
Parasit
2. Filariasis timori
Filariasis timori disebabkan oleh pilariatipetimori.filaria tipe ini terdapat di timor, pulau
rote, flores, dan beberapa pulau disekitarnya. Cacing dewasa hidup di dalam saluran
dan dikelenjar limfe. Pagetornya adalah anopeles barberostis. Mikro filarianya
menyerupai mikro filaria brugiamalayi, yaitu lekuk badanya patah-patah dan susunan
intinya tidak teratur, perbedaanya terletak dalam: 1. Panjang kepala = 3 x lebar
kepala; 2. Ekornya mempunyai 2 inti tambahan, yang ukuranya lebih kecil daripada
inti-inti lainya dan letaknya lebih berjauhan bila dibandingkan dengan letak inti
tambahan B. Malayi; 3. Sarungnya tidak mengambil warna pulasan gamesa;
ukuranya lebih panjang daripada mikrofilaria berugiamalayi. Mikrofilaria bersifat
periodik nokturna (Sudoyo dkk, 2010, p. 2936).
G. KOMPLIKASI
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Diagnosis Klinik
Diagnosis klinik ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan
klinik.Diagnosis klinik penting dalam menentukan angka kesakitan akut dan
menahun (Acute and Chronic Disease Rate).Pada keadaan amikrofilaremik,
gejala klinis yang mendukung dalam diagnosis filariasis adalah gejala dan
tanda limfadenitis retrograd, limfadenitis berulang dan gejala menahun.
b) Diagnosis Parasitologik
Diagnosis parasitologik ditegakkan dengan ditemukannya mikrofilaria pada
pemeriksaan darah kapiler jari pada malam hari.Pemeriksaan dapat dilakukan
siang hari, 30 menit setelah diberi DEC 100 mg. Dari mikrofilaria secara
morfologis dapat ditentukan species cacing filaria.
c) Radiodiagnosis
Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan kelenjar limfe
inguinal penderita akan memberikan gambaran cacing yang bergerak-gerak
(filarial dan cesign).
Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin
yang dilabel dengan radioaktif akan menunjukkan adanya abnormalitas
sistem limfatik, sekalipun pada penderita yang mikrofilaremia asimtomatik.
d) Diagnosis Immunologi
Pada keadaan amikrofilaremia seperti pada keadaan prepaten, inkubasi,
amikrofilaremia dengan gejala menahun, occult filariasis, maka deteksi
antibodi dan/atau antigen dengan cara immunodiagnosis diharapkan dapat
menunjang diagnosis.
Adanya antibodi tidak menunjukkan korelasi positif dengan mikrofilaremia,
tidak membedakan infeksi dini dan infeksi lama.Deteksi antigen merupakan
deteksi metabolit, ekskresi dan sekresi parasit tersebut, sehingga lebih
mendekati diagnosis parasitologik. Gib 13, antibodi monoklonal terhadap O.
gibsoni menunjukkan korelasi yang cukup baik dengan mikrofilaremia W.
bancrofti di Papua New Guinea.
I. PENATALAKSANAAN
Dietilkarbamasin sitrat (DEC) merupakan obat filariasis yang ampuh, baik
untuk filariasis bancrofti maupun brugia, bersifat makrofilarisidal dan
mikrofilarisidal.Obat ini ampuh, aman dan murah, tidak ada resistensi obat, tetapi
memberikan reaksi samping sistemik dan lokal yang bersifat sementara.Reaksi
sistemik dengan atau tanpa demam, berupa sakit kepala, sakit pada berbagai
bagian tubuh, persendian, pusing, anoreksia, kelemahan, hematuria transien, alergi,
muntah dan serangan asma.Reaksi lokal dengan atau tanpa demam, berupa
limfadenitis, abses, ulserasi, limfedema transien, hidrokel, funikulitis dan epididimitis.
Reaksi samping sistemik terjadi beberapa jam setelah dosis pertama, hilang spontan
setelah 2-5 hari dan lebih sering terjadi pada penderita mikrofilaremik. Reaksi
samping lokal terjadi beberapa hari setelah pemberian dosis pertama, hilang
spontan setelah beberapa hari sampai beberapa minggu dan sering ditemukan pada
penderita dengan gejala klinis.Reaksi sampingan ini dapat diatasi dengan obat
simtomatik.
Kegiatan pemberantasan nyamuk terdiri atas:
1. Pemberantasan nyamuk dewasa
a. Anopheles : residual indoor spraying
b. Aedes : aerial spraying
2. Pemberantasan jentik nyamuk
a. Anopheles : Abate 1%
b. Culex : minyak tanah
c. Mansonia : melenyapkan tanaman air tempat perindukan,
mengeringkan rawa dan saluran air
3. Mencegah gigitan nyamuk
a. Menggunakan kelambu
b. Menggunakan repellent
1. Identitas
Identitas klien dan identitas penanggung jawab klien ditulis lengkap
seperti nama (gunakan inisial bukan nama asli), Usia dalam tahun,
Jenis kelamin (L untuk laki-laki dan P untuk perempuan dengan
mencoret salah satunya), Agama, Pendidikan, Pekerjaan, dan Alamat
serta hubungan penanggung jawab dengan klien.
2. keluhan utama
Gangguan terpenting yang dirasakan klien sampai perlu pertolongan,
dan menyebabkan penderita datang berobat kemudian ditanya keluhan
tambahan.
b. Pola Eliminasi
- BAK : Pasien dengan filariasis biasanya tidak mengalami
gangguan dalam BAK, 3-4x sehari dengan volume 500-700
cc/hari, warna kuning dan bau pesing.
- BAB : Biasanya tidak mengalami gangguan BAK, 1x sehari
dengan konsentrasi lembek, warna kuning kecoklatan dan
bau khas feses.
c. Pola Istrirahat
Pada umumnya didapat keluhan berupa mudah lelah dan
perubahan pola tidur yang disebabkan oleh kelemahan otot
dan demam.
d. Pola Hygiene
Biasanya pasien tidak bisa menyelesaikan ASK, penampilan
kurang rapi dan kurang perawatan diri.
e. Pola aktivitas
Biasanya pasien dengan filariasis mengalami gangguan
aktivitas dikarenakan klien mengalami kelemahan otot, nyeri,
serta menarik diri maka harus dibantu keluarga atau perawat
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pada derajat I II dan III biasanya klien dalam keadaan
composmentis sedangkan pada derajat IV klien mengalami
penurunan kesadaran.
Penilaian keadaan umum yang mencakup :
1) Kesan keadaan sakit, termasuk fasies & posisi pasien
2) Kesadaran
3) Kesan status gizi
b. Pemeriksaan Head to Toe
1. Kepala :
Meliputi bentuk wajah apakah simetris atau tidak, keadaan
rambut dan keadaan kulit kepala, biasanya terdapat adanya
cloasma gravidarum
2. Mata :
Biasanya konjungtiva merah muda, gerakan bola mata
terkoordinasi, mata simetris, sklera putih, bentuk pupil bulat
3. Hidung :
Biasanya berbentuk simetris, nyeri tekan tidak ada,
pembengkakan tidak ada, epistaksis tidak ada, dan membran
timpani baik.
4. Telinga :
Biasanya berbentuk simetris, peradangan tidak ada, serumen
tidak ada, dan pendengaran baik
5. Mulut :
Biasanya pasien filariasis memiliki mukosa bibir kering, bibir
pecah-pecah, reflek menelan baik, tidak ada pembesaran
tonsil, lidah kotor, tidak ada lesi dan karies dan tidak ada
peradangan.
6. Thorak :
Biasanya bentuk dada simetris, suara nafas tidak ada bunyi
tambahan, tidak ada retraksi otot dada, suara jantung S1 S2
tunggal reguler, nyeri dada tidak ada.
7. Abdomen :
Kemungkinan tidak ada benjolan pada perut, nyeri tekan tidak
ada, bentuk simetris, bising usus 10 x/menit, keadaan hepar
normal.
8. Genitourinaria :
a. Pada pria :
Meliputi kebersihan rambut pubis, adanya lesi, adanya
benjolan atau tidak, terdapat penyumbatan ureter atau
tidak.
b. Pada wanita :
Meliputi kebersihan rambut pubis, adanya lesi, adanya
eritema, adanya keputihan atau tidak, adanya benjolan
atau tidak, terdapat penyumbatan ureter atau tidak.
9. Muskuloskeletal :
Biasanya otot kiri dan kanan tampak simetris dan tidak
terdapat frakur
B. Diagnosa Keperawatan
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan dan perwujudan
serta pelaksaan yang dilakukan oleh perawat dari perencanaan yang telah
disusun untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatuskesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian
ulang rencana keperawatan. Tujuan evaluasi adalah menentukan kemampuan
pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan, menilai efektivitas rencana
keperawatan atau strategi asuhan keperawatan.
F.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
A. BIODATA
1. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Agama :
Suku :
Alamat :
No. RM :
Ruangan :
Tanggal masuk :
Tanggal pengkajian :
Diagnosa medis :
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama :
Keluhan terpenting yang dirasakan klien sampai perlu pertolongan, dan
menyebabkan penderita datang berobat kemudian ditanya keluhan tambahan
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Bagaimana keadaan klien, apakah
letih, lemah atau sakit berat
3. Hidung :
- Apakah terdapat polip atau tidak
- Apakah hidung bersih atau kotor.
4. Telinga :
- Apakah telingan bersih atau kotor
- Apakah ada peradangan atau benjolan pada telinga atau
tidak.
5. Mulut :
- Perhatikan warna bibir apakah pucat atau tidak
- Apakah terdapat lesi atau tidak
6. Thorak :
- Apakah bentuk dada simetris atau asimetris
7. Abdomen :
- Bagaimana bentuk abdomen apakah cembung, cekung
atau datar
- Apakah terdapat benjolan pada abdomen atau tidak
8. Genitourinaria :
Pada pria :
Apakah rambut pubis bersih atau tidak bersih
Apakah terdapat lesi atau tidak
Apakah terdapat benjolan atau tidak
Apakah lubang ureter mengalami penyumbatan
atau tidak
Pada wanita :
Apakah rambut pubis besih atau tidak
Apakah terdapat lesi atau tidak
Apakah ada eritema atau tidak
Apakah ada keputihan atau tidak
Apakah lubang uretra mengalami penyumbatan
atau tidak
9. Muskuloskeletal :
- Apakah otot kiri dan kana simetris atau asimetris
- Apakah terdapat fraktur atau tidak
5. Pemeriksaan Penunjang
Nilai Normal Hasil
Hb 12 – 16 gr/dL
Ht 37 – 47 %
Leukosit 5.000 –
10.000/mm3
Trombosit 150.000 –
450.000/mm3
Data Fokus
Analisa data
N Data Etiologi Masalah
O
1 Ds: - Parasit Peningkatan
suhu tubuh
Do: (Hipetermi)
Suhu Diatas Normal Menuju pembuluh limfa
Kulit Merah
Kejang Perubahan dari larva
stadium 3
Takikardi
Takipneu
Parasit dewasa
Kulit Terasa Hangat
Menyebabkan antigen
parasit
Mengaktifkan sel T
dewasa
IgE berikatan
Mediator inflamasi
Peningkatan suhu
tubuh
Nyeri
Kerusakan struktur
Parasit dewasa
Do:
Kekuatan otot
menurun Berkembang biak
Rentan gerak
(ROM) terbatas Kumpulan cacing filarial
Sendi kaku
Gerakan terbatas Penyumbatan
pembuluh limfa
Fisik lemah
Gangguan mobilitas
fisik
5 Ds : - Parasit Kerusakan
integritas
Do: kulit
Kerusakan Menuju pembuluh limfa
jaringan /
lapisan kulit Perubahan dari larva
stadium 3
Nyeri
Perdarahan
Kemerahan Parasit dewasa
Hematoma
Diatasi pembuluh limfa
Pembengkakan
pembuluh limfa
Kerusakan struktur
Diagnosis keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar
getah bening
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe
3. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik
4. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota
tubuh.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan
Intervensi
N Rencana perawatan
O Diagnosa (SDKI)
SLKI SIKI
1 Peningkatan suhu Setelah dilakukan tindakan Manajemen
tubuh berhubungan keperawatan selama… hipertermia
dengan peradangan termoregulasi membaik,
pada kelenjar getah dengan Observasi :
bening Kriteria haqsil : Identifikasi
Ditandai dengan : Menggigil menurun penyebab
Suhu Diatas Suhu tubuh membaik hipertermi
Normal Suhu kulit membaik Monitor suhu tubuh
Kulit Merah Kulit merah menurun Monitor kadar
Kejang Kejang menurun elektrolit
Takikardi Takikardi menurun Monitor haluan
Takipneu Takipnea menurun urine
Kulit Terasa Monitor komplikasi
Hangat akibat hipertermi
Terapeutik :
Sediakan
lingkungan yang
dingin
Longgarkan atau
lepaskan pakaian
Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
Berikan cairan oral
Ganti linen setiap
hari atau lebih
sering jika
mengalami
hyperhidrosis
Lakukan
pendinginan
eksternal
Hindari pemberian
antipiretik atau
aspirin
Berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi :
Anjurkan tirah
baring
Kolabirasi :
Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu
Terapeutik :
Berikan teknik
nonfarmologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
Fasilitas istirahat
tidur
Pertimbangan
jenis dan sumber
nyeri didalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
Ajarkan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
Pemberian
Analgesik
Observasi :
Identifikasi
karateristik nyeri
Identifikasi riwayat
alergi obat
Identifikasi
kesesuaian jenis
analgesik dengan
tingkat keparahan
nyeri
Monitor TTV
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesik
Monitor efektifitas
analgesik
Terapeutik :
Diskusikan jenis
analgesik yang
disukai untuk
mencapai
analgesik optimal,
jika perlu
Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
oploid untuk
mempertahankan
kadar dalam
serum
Tetapkan target
efektifitas
analgesik untuk
mengoptimalkan
respon pasien
Dokumetasikan
respon terhadap
efek analgesik dan
efek yang
diinginkan
Edukasi :
Jelaskan efek terapi
dan efek samping
obat
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesik, sesuai
indikasi
Edukasi :
Informasikan
pada keluarga
bahwa keluarga
sebagai dasar
pembentukan
keluarga
4 Mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Dukungan
terganggu selama…. X …. mobilisasi
berhubungan dengan Diharapkan bisa
pembengkakan pada melakukan aktifitas fisik Observasi :
anggota tubuh tanpa bantuan dengan Identifikasi adanya
Ditandai dengan: kriteria hasil : nyeri atau keluhan
Mengeluh sulit Pergerakan ekstremitas fisik lainnya
Nyeri saat bergerak Identifikasi
menggerakkan
menurun toleransi fisik
ekstremitas Berkurangnya melakukan
kelemahan fisik pergerakan
Nyeri saat
Berkurangnya gerakan Monitor frekuensi
bergerak terbatas jantung dan
Berkurangnya rasa tekanan darah
Merasa cemas
cemas saat bergerak sebelum memulai
saat bergerak mobilisasi
Kekuatan otot
Terapeutik :
menurun Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
Rentan gerak
alat bantu
(ROM) terbatas Fasilitasi
melakukan
Sendi kaku
pergerakan, jika
Gerakan terbatas perlu
Fisik lemah Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi :
Jelaskan tujuan
prosedur
mobilisasi
Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
Anjurkan mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
( mis. Duduk di
tempat tidur )
Dukungan Ambulasi
Observasi :
Identifikasi adanya
nyeri atau keluhan
fisik lainnya
Identifikasi
toleransi fisik
melakukan
ambulasi
Monitor frekuensi
jantung dan
tekanan darah
sebelum memulai
ambulasi
Monitor kondisi
umum selama
melakukan
ambulasi
Terapeutik :
Fasilitasi aktifitas
ambulasidengan
alat bantu
Fasilitasi
melakukan
mobilisasi fisik
Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi
Edukasi :
Jelaskan tujuan
dan proseedur
ambulasi
Anjurkan
melakukan
ambulasi dini
Ajarkan ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan.
Edukasi :
Anjurkan
menggunakan
penyebab
Anjurkan minum
air yang cukup
Anjurkan
meningkatkan
asupab nutrisi
Anjurkan
menghindari suhu
ekstrem
Anjurkan mandi
dan menggunakan
sabun secukupnya
Perawatan luka
Observasi :
Monitor
karakteristik luka
Monitor tanda-
tanda infeksi
Terapeutik :
Lepaskan balutan
dan plaster secara
perlahan
Bersihkan dengan
cairan NaCl atau
pembersih
nontoksik
Bersihkan jaringan
nekrotik
Berikan salep
yang sesuai ke
kulit/lesi, jika perlu
Pasang balutan
sesuai jenis luka
Pertahankan
teknik steril saat
melakukan
perawatan luka
Edukasi :
Jelaskan tanda
dan gejala infeksi
Anjurkan
mengonsumsi
makanan tinggi
kalori dan protein
Implementasi Keperawatan
Pada pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien seluruh rencana
tindakan dapat diaplikasikan dengan baik dan tidak ada masalah yang berarti.
Karena banyak hal yang mendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
ini. Adapun faktor yang mendukung implementasi: adanya keinginan pasien
untuk sembuh sehingga pasien menerima saran dan anjuran keperawatan,
adanya keinginan pasien dan untuk mengetahui penanganan penyakitnya.
Semua masalah yang ada penulis dapat melaksanakannya dan dari tindakan
yang telah direncanakan dan diimplementasikan atas persetujuan pasien serta
berdasarkan standar praktek keperawatan.
Evaluasi Keperawatan
2.Seorang pasien datang dengan keluhan, tubuh terasa panas, demam selama 4
hari, nyeri pada kaki kiri mulai dari pangkal paha hingga ujung kaki dan sulit untuk
digerakkan, terlihat kaki kiri lebih besar daripada kaki yang sebelah kanan, setelah
diperiksa dokter mendiagnosa pasien dengan penyakit…
a. Filariasis
b. Ascariasis
c. Elephantis
d. kalenjer getah bening
e. Filaria
3. seorang laki-laki berusia 45 tahun menderita penyakit filariasis limfatik, dan sudah
stadium akut, hal tersebut ditandai karena adanya peradangan pada saluran limfe
berupa limfadenitis, limfangitis retrograde dan ditemukan juga funikulitis, epididimitis,
dan orkitis.
Penyakit tersebut berasal dari cacing…
a. B. malayi
b. B. timori
c. W. bancrofti
d. Anopheles
e. Culex
4. Seorang dokter melakukan pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada
skrotum dan kelenjar limfe inguinal pada klien dengan usia 38 tahun. Hasil dari
pemeriksaan memperlihatkan gambaran cacing yang bergerak-gerak (filarial dan
cesign), sehingga dokter mendiagnosis klien mengalami penyakit filariasis.
Jenis diagnosis ini disebut…
a. Diagnosis Klinik
b. Diagnosis Parasitologik
c. Diagnosis keperawatan
d. Diagnosis Immunologi
e. Radiodiagnosis
5. seorang laki-laki berumur 40 tahun mengeluhkan betisnya bengkak dan agak sakit
bila berdiri terlalu lama hingga menyebabkan aktifitasnya terganggu dan ruang
geraknya terbatas. Akhir-akhir ini pasien merasa nyeri pada kaki ketika berjalan.
Apa masalah keperawatan yang terjadi pada pasien…
a. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan kalenjer limfe
b. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada
anggota tubuh
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rusaknya jaringan pada kulit
d. harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik
e. meningkatnya suhu tubuh berhubungan dengan kalenjer getah bening