Oleh
Kelompok 2
Fadillah Maharani Rifai
(PO713202201043)
Gusnawati
(PO713202201044)
Mutiara Qalby
(PO713202201052)
Tingkat 2B
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PAREPARE
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan asuhan keperawatan
ini.
Askep ini diajukan sebagai persyaratan mengikuti
bimbingan pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I.
Pembuatan askep ini tidak terlepas bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat :
Bapak H. Muhammad Asikin, S.Pd, S.SiT, M.Si. M.Kes selaku
dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I.
Askep yang penulis buat ini masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang penulis miliki kurang. Oleh karena itu,
penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
kritik atau pun masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini. Besar harapan penulis,
mudah-mudahan askep ini bermanfaat bagi para pembaca
pada umumnya, dan kelompok pada khususnya.
Penulis
DAFTAR ISI
2
Intervensi.............................................................................
3.6 Implemntasi.........................................................................
3.7 Evaluasi..............................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
di darah tepi) ditemukan di Indonesia sebagian besar lainnya
memiliki periodisitas nokturnal dengan nyamuk Culex, nyamuk
Aedes dan pada jenis nyamuk Anopheles. Nyamuk Culex juga
biasanya ditemukan di daerah-daerah urban, sedangkan
Nyamuk Aedes dan Anopheles dapat ditemukan di daerah-
daerah rural. (riyanto,harun.2010).
Elephantiasis merupakan penyakit menular (penyakit kaki
gajah) yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh
berbagai jenis nyamuk.penyakit ini bersifat menahun, Dan bila
tidak dapat pengobatan daapt menimbulakan cacat menetap
berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin, baik
perempuan maupun laki-laki. WHO sudah menetapkan
kesepakatan global (The Global Goal of Elimination of lympatic
filariasis as a public Health Problem by the year 2020).
Program eliminasi dilaksanakan melalui pengobatan misal
dengan DEC dan albendazol setahun sekali selama 5 tahun di
lokasi yang endemis dan perawatan kasus klinis baik yang akut
maupun kronis untuk mencegah kecacatan dan mengurangi
penderitanya. Indonesia akan melaksanakan eliminasi penyakit
gajah secara berthap dimulai pada tahun 2002 di 5 kabupaten
percontohan. Perluasan wilayah akan dilaksanakan 5 tahun.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan elephantiasis?
2. Sebutkan klasifikasi dari elephantiasis?
5
3. Apakah penyebab dari elephantiasis?
4. Apa manifestasi dari elephantiasis?
5. Jelaskan patofisiologi dari elephantiasis?
6. Gambarkan pathway nursing dari elephantiasis?
7. Sebutkan komplikasi dari elephantiasis?
8. Jelaskan pemeriksaan diagnostic dari elephantiasis?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari elephantiasis?
10.Bagaimana cara pencegahan dari elephantiasis?
11.Bagaimana asuhan keperawatan dari elephantiasis?
1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep
elephantiasis dan melaksanakan Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Penyakit
elephantiasis.
2. Tujuan khusus
dapat mengetahui definisi dari elephantiasis
Mengetahui klasifikasi dari elephantiasis
Mengetahui penyebab dari elephantiasis
Mengetahui manifestasi dari elephantiasis
Dapat memahami patofisiologi dari
elephantiasis
Mengetahui pathway nursing dari elephantiasis
Memahami komplikasi dari elephantiasis
6
Memahami pemeriksaan diagnostic dari
elephantiasis
Mengetahui penatalaksanaan dari elephantiasis
Mengetahui cara pencegahan dari elephantiasis
Memahami asuhan keperawatan dari
elephantiasis
7
BAB II
PEMBAHASAAN
2.1 DEFINISI
Filariasis ialah penyakit menular menahun yang
disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan oleh
berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah bening, Penyakit ini
bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan
pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa
pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan
maupun laki-laki. (Witagama,dedi.2009)
2.2 ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial :
Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi, Brugia Timori. cacing ini
menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia terutama
dalam kelenjar getah bening dan darah. infeksi cacing ini
menyerang jaringan viscera, parasit ini termasuk kedalam
superfamili Filaroidea, family onchorcercidae.
Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening
manusia selama 4 - 6 tahun dan dalam tubuh manusia cacing
dewasa betina menghasilkan jutaan anak cacing (microfilaria)
yang beredar dalam darah terutama malam hari.
Ciri-ciri cacing dewasa atau makrofilaria :
a. Berbentuk silindris, halus seperti benang, putih dan hidup
8
di dalam sisitem limfe.
b. Ukuran 55 – 100 mm x 0,16 mm
c. Cacing jantan lebih kecil: 55 mm x 0,09 mm
d. Berkembang secara ovovivipar
Mikrofilaria :
a. Merupakan larva dari makrofilaria sekali keluar
jumlahnya puluhan ribu
b. Mempunyai sarung. 200 – 600 X 8 um
2.3 PATOFISIOLOGI
9
Penghisap microfilia dari Metamorphosis microfilaria Membentuk larva rabditiform
darah / jaringan oleh serangga didalam horpes perantara
penghisap darah serangga (nyamuk)
Demam
Menembus dinding pembuluh Nyeri
limfe Hipertermi
Penekanan Syaraf oleh
Granulasi Mikrofilia
Menuju pembuluh darah / Penyumbatan saluran
terbawa saluran limfe kedalam Proses Penyakit (destruktif
aliran gangguan Syaraf)
Stadium menahun
Resiko Ketidakberdayaan
10
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing
dewasa pada sistem limfatik dengan konsekuensi limfangitis
dan limfadenitis. Selain itu, juga oleh reaksi hipersensitivitas
dengan gejala klinis yang disebut occult filariasis.
Dalam proses perjalanan penyakit, filariasis bermula dengan
limfangitis dan limfadenitis akut berulang dan berakhir dengan
terjadinya obstruksi menahun dari sistem limfatik. Perjalanan
penyakit berbatas kurang jelas dari satu stadium ke stadium
berikutnya, tetapi bila diurutkan dari masa inkubasi dapat dibagi
menjadi:
1. Masa prepaten
Merupakan masa antara masuknya larva infektif sampai
terjadinya mikrofilaremia yang memerlukan waktu kira-
kira 3¬7 bulan. Hanya sebagian tdari penduduk di
daerah endemik yang menjadi mikrofilaremik, dan dari
kelompok mikrofilaremik inipun tidak semua kemudian
menunjukkan gejala klinis. Terlihat bahwa kelompok ini
termasuk kelompok yang asimtomatik baik
mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
2. Masa inkubasi
Merupakan masa antara masuknya larva infektif hingga
munculnya gejala klinis yang biasanya berkisar antara
8-16 bulan.
3. Gejala klinik akut
11
Gejala klinik akut menunjukkan limfadenitis dan
limfangitis yang disertai panas dan malaise. Kelenjar
yang terkena biasanya unilateral. Penderita dengan
gejala klinis akut dapat mikrofilaremik ataupun
amikrofilaremik.
4. Gejala menahun
Gejala menahun terjadi 10-15 tahun setelah serangan
akut pertama. Mikrofilaria jarang ditemukan pada
stadium ini, sedangkan limfadenitis masih dapat terjadi.
Gejala kronis ini menyebabkan terjadinya cacat yang
mengganggu aktivitas penderita serta membebani
keluarganya.
2.5 KOMPLIKASI
a. Cacat menetap pada bagian tubuh yang terkena
b. Elephantiasis tungkai
c. Limfedema : Infeksi Wuchereria mengenai kaki dan
lengan, skrotum, penis,vulva vagina dan payudara,
d. Hidrokel (40-50% kasus), adenolimfangitis pada saluran
limfe testis berulang:
pecahnya tunika vaginalisHidrokel adalah penumpukan
cairan yang berlebihan diantara lapisan parietalis dan
viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan
yang berada di dalam rongga itu memang adadan berada
12
dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh
sistem limfatik di sekitarnya.
e. Kiluria : kencing seperti susu karena bocornya atau
pecahnya saluran limfe oleh cacing dewasa yang
menyebabkan masuknya cairan limfe ke dalam saluran
kemih.
13
gambaran cacing yang bergerak-gerak (filarial dance
sign).
Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan
dekstran atau albumin yang dilabel dengan radioaktif akan
menunjukkan adanya abnormalitas sistem limfatik,
sekalipun pada penderita yang mikrofilaremia
asimtomatik.
d. Diagnosis Immunologi
Pada keadaan amikrofilaremia seperti pada keadaan
prepaten, inkubasi, amikrofilaremia dengan gejala
menahun, occult filariasis, maka deteksi antibodi dan/atau
antigen dengan cara immunodiagnosis diharapkan dapat
menunjang diagnosis.
Adanya antibodi tidak menunjukkan korelasi positif
dengan mikrofilaremia, tidak membedakan infeksi dini dan
infeksi lama. Deteksi antigen merupakan deteksi
metabolit, ekskresi dan sekresi parasit tersebut, sehingga
lebih mendekati diagnosis parasitologik. Gib 13, antibodi
monoklonal terhadap O. gibsoni menunjukkan korelasi
yang cukup baik dengan mikrofilaremia W. bancrofti di
Papua New Guinea.
2.7 PENATALAKSANAAN
Dietilkarbamasin sitrat (DEC) merupakan obat filariasis
yang ampuh, baik untuk filariasis bancrofti maupun brugia,
14
bersifat makrofilarisidal dan mikrofilarisidal. Obat ini ampuh,
aman dan murah, tidak ada resistensi obat, tetapi memberikan
reaksi samping sistemik dan lokal yang bersifat sementara.
Reaksi sistemik dengan atau tanpa demam, berupa sakit
kepala, sakit pada berbagai bagian tubuh, persendian, pusing,
anoreksia, kelemahan, hematuria transien, alergi, muntah dan
serangan asma. Reaksi lokal dengan atau tanpa demam,
berupa limfadenitis, abses, ulserasi, limfedema transien,
hidrokel, funikulitis dan epididimitis. Reaksi samping sistemik
terjadi beberapa jam setelah dosis pertama, hilang spontan
setelah 2-5 hari dan lebih sering terjadi pada penderita
mikrofilaremik. Reaksi samping lokal terjadi beberapa hari
setelah pemberian dosis pertama, hilang spontan setelah
beberapa hari sampai beberapa minggu dan sering ditemukan
pada penderita dengan gejala klinis. Reaksi sampingan ini
dapat diatasi dengan obat simtomatik.
Kegiatan pemberantasan nyamuk terdiri atas:
1. Pemberantasan nyamuk dewasa
a. Anopheles : residual indoor spraying
b. Aedes : aerial spraying
2. Pemberantasan jentik nyamuk
a. Anopheles : Abate 1%
b. Culex : minyak tanah
c. Mansonia : melenyapkan tanaman air tempat
15
perindukan, mengeringkan rawa dan saluran air
3. Mencegah gigitan nyamuk
a. Menggunakan kawat nyamuk/kelambu
b. Menggunakan repellent
16
2.8 Pathway
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
18
3.1. Pengkajian
No. RM : 00-000261
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
TTL : Parepare, 31 Januari 1966
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : BTN D’Naila
Pekerjaan : IRT
19
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT
Hubungan : Anak Pasien
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Riwayat kesehatan
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama
karena sifat kelainan imun. Cacing filariasis
menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk infektif
yang mengandung larva stadium III. Gejala yang timbul
berupa demam berulang-ulang 3-5 hari, demam ini
dapat hilang pada saat istirahat dan muncul lagi
setelah bekerja berat.
b. Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah, intoleransi aktivitas, perubahan
pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot,
respon fisiologi aktivitas ( Perubahan TD, frekuensi
jantung).
c. Sirkulasi
Tanda : Perubahan TD, menurunnya volume nadi
perifer, perpanjangan pengisian kapiler.
20
mengkuatirkan penampilan, putus asa, dan
sebagainya.
Tanda : Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik
diri, marah.
e. Integumen
Tanda : Kering, gatal, lesi, bernanah, bengkak, turgor
jelek.
f. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, permeabilitas cairan
Tanda : Turgor kulit buruk, edema.
g. Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
h. .Neurosensoris
Gejala : Pusing, perubahan status mental, kerusakan
status indera peraba, kelemahan otot.
Tanda : Ansietas, refleks tidak normal.
i. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit
kepala.
Tanda : Bengkak, penurunan rentang gerak.
j. Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, panas dan perih, luka, penyakit
21
defisiensi imun, demam berulang, berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit, pelebaran kelenjar
limfe.
k. Seksualitas
Gejala : Menurunnya libido
Tanda : Pembengkakan daerah skrotalis
l. Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,
isolasi, kesepian.
Tanda : Perubahan interaksi, harga diri rendah,
menarik diri.
m.Pemeriksaan diagnostic
Menggunakan sediaan darah malam, diagnosis praktis
juga dapat menggunakan ELISA dan rapid test dengan
teknik imunokromatografik assay. Jika pasien sudah
terdeteksi kuat telah mengalami filariasis limfatik,
penggunaan USG Doppler diperlukan untuk
mendeteksi pengerakan cacing dewasa di tali sperma
pria atau kelenjer mammae wanita.
3. Genogram
22
3.2. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
Pasien mengatakan kaki Suhu Diatas Normal
terjadi pembengkakkan Kulit Merah
disertai dengan nyeri dan Kejang
demam berulang-ulang 3- Takikardi
5 hari, demam ini dapat Takipneu
hilang pada saat istirahat Kulit Terasa Hangat
dan muncul lagi setelah
bekerja berat. Pasien
Mengungkapkan
kecacatan / kehilangan
fungsi / struktur tubuh
berubah. Pasien
Mengeluh sulit
menggerakkan
ekstremitas
Kekuatan otot menurun
Rentang gerak (ROM)
menurun.
23
3.3. Analisis Data
Data Etiologi Masalah
Pasien 1. Peradangan 1. Peningkatan
mengatakan pada kelenjar suhu tubuh
kaki terjadi getah bening
pembengkakka 2. Pembengkakan 2. Nyeri
n disertai kelenjar limfe
dengan nyeri 3. Perubahan fisik 3. Harga diri
dan demam rendah
berulang-ulang 4. Pembengkakan 4. Mobilitas fisik
3-5 hari, pada anggota terganggu
demam ini tubuh
dapat hilang
pada saat
istirahat dan
muncul lagi
setelah bekerja
berat. Pasien
Mengungkapka
n kecacatan /
kehilangan
fungsi / struktur
tubuh berubah.
Pasien
Mengeluh sulit
menggerakkan
ekstremitas
Kekuatan otot
menurun
Rentang gerak
(ROM)
menurun
Data Objektif :
Suhu Diatas
24
Normal
Kulit Merah
Kejang
Takikardi
Takipneu
Kulit Terasa
Hangat
25
3.5 Intervensi
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
o Hasil
1 Peningkatan suhu Tujuan : Manajemen Hipertermi :
tubuh Suhu tubuh agar Observasi :
berhubungan tetap berada pada o Identifikasi penyebab hipertermi
dengan rentang normal o Monitor suhu tubuh
peradangan pada Kriteria hasil : o Monitor kadar elektrolit
kelenjar getah Menggigil menurun o Monitor haluan urine
bening Suhu tubuh o Monitor komplikasi akibat hipertermi
Ditandai dengan : membaik Terapeutik :
Suhu Diatas Suhu kulit membaik o Sediakan lingkungan yang dingin
Normal o Longgarkan atau lepaskan pakaian
Kulit Merah o Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Kejang
o Berikan cairan oral
Takikardi
o Ganti linen setiap hari atau lebih sering
Takipneu
jika mengalami hyperhidrosis
Kulit Terasa o Lakukan pendinginan eksternal
Hangat
o Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
o Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
o Anjurkan tirah baring
Kolabirasi :
o Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
2 Manajemen Nyeri
Observasi :
o Mengidentifikasi lokassi, karateristik,
durassi, frekuensi, kualitas , dan
intensitas nyeri
o Mengidentifikasi skala nyeri
o Mengidentifikasi respons nyeri non verbal
o Mengidentifikasi factor yang
memperberat dan memperingan nyeri
o Mengidentifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
o Mengidentifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
o Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
o Memonitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
o Memonitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik :
o Memberikan teknik nonfarmologis untuk
mengurangi rasa nyeri
o Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
o Memfasilitas istirahat tidur
o Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
didalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
o Menelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
o Menjelaskan strategi meredakan nyeri
o Menganjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
o Menganjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
o Mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
o Mengkolaborasikan pemberian analgetik,
jika perlu
Pemberian Analgesik
Observasi :
o Mengidentifikasi karateristik nyeri
o Mengidentifikasi riwayat alergi obat
o Mengidentifikasi kesesuaian jenis
analgesic dengan tingkat keparahan nyeri
o Memonitor TTV sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
o Memonitor efektifitas analgesic
Terapeutik :
o Mendiskusikan jenis analgesic yang
disukai untuk mencapai analgesia
optimal, jika perlu
o Mempertimbangkan penggunaan infus
kontinu, atau bolus oploid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
o Menetapkan target efektifitass analgesic
untuk mengoptimalkan respon pasien
o Mendokumetasikan respon terhadap efek
analgesic dan efek yang diinginkan
Edukasi :
o Menjelaskan efek terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi :
Mengkolaborasikan pemberian dosis dan jenis
analgesic, sesuai indikasi
3 Promosi Citra Tubuh
Tindakan :
Obeservasi :
o Mengidentifikasi harapan citra tubuh
berdasarkan tahapan perkembangan
o Mengidentifikasi budaya, agama , jenis
kelamin dan umur terkait citra tubuh
o Mengidentifikasi perubahan citra tubuh
yang mengakibatkan isolasi sosial
o Memonitor frekuensi pernyataan kritik
terhadap diri sendiri
o Memonitor apakah pasien bisa melihat
bagian tubuh yang berubah
Terapeutik
o Mendiskusikan perubahan tubuh dan
fungsinya
o Mendiskusikan perbedaan penampilan
fisik terhadap harga diri
o Mendiskusikan perubahan akibat
pubertas, kehamilan dan penuaan
o Mendiskusikan kondisi stress yang
mempengaruhi citra tubuh (mis. Luka,
penyakit, pembedahan)
o Mendiskusikan cara mengembangkan
harapan citra tubuh secara realistis
o Mendiskusikan persepsi pasien dan
keluarga tentang perubahan citra tubuh
Edukasi
o Menjelaskan kepada keluarga tentang
perawatan perubahan citra tubuh
o Menganjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra tubuh
o Mengnjurkan menggunakan alat bantu
(mis. Pakaian, wig, kosmetik)
o Menganjurkan mengikuti kelompok
pendukung (mis. Kelompok sebaya)
o Melatih fungsi tubuh yang dimiliki
o Melatih peningkatan penampilan diri (mis.
Berdandan)
o Melatih pengungkapan kemampuan diri
kepada orang lain maupun kelompok
Promosi Koping
Tindakan :
Observasi :
o Mengidentifikasi kegiatan jangka pendek
dan panjang sesuai tujuan
o Mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki
o Mengidentifikasi sumber daya yang
tersedia untuk memenuhi tujuan
o Mengidentifikasi pemahaman proses
penyakit
o Mengidentifikasi dampak situasi terhadap
peran dan hubungan
o Mengidentifikasi metode penyelasaian
masalah
o Mengidentifikasi kebutuhan dan
keinginan terhadap dukungan sosial
Terapeutik
o Mendiskusikan perubahan peran yang
dialami
o Menggunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
o Mendiskusikan alasan mengkritik diri
sendiri
o Mendiskusikan untuk mengklarifikasikan
kesalahpahaman dan mengevaluasi
perilaku sendiri
o Mendiskusikan konsekuensi tidak
menggunakan rasa bersalah dan rasa
malu
o Mendiskusikan resiko yang menimbulkan
bahaya pada diri sendiri
o Memfasilitasi dalam memperoleh
informasi yang dibutuhkan
o Memberikan pilihan realistis mengenai
aspek-aspek tertentu dalam keperawatan
o Memotivasi untuk menentukan harapan
yang realistis
o Meninjau kembali kemampuan dalam
pengembalian keputusan
o Mengindari mengambil keputusan saat
pasien berada di bawah tekanan
o Memotivasi terlibat dalam kegiatan sosial
o Memotivasi mengidentifikasi sistem
pendukung yang tersedia
o Mendampingi saat berdua (mis. Penyakit
kronis, kecacatan)
o Memperkenalan dengan orang atau
kelompok yang berhasil mengalami
pengalaman sama
o Mendukung penggunaan mekanisme
pertahanan yang tepat
o Mengurangi rangsangan lingkungan yang
mengancaman
Edukasi
o Menganjurkan menjalin hubungan yang
memiliki kepentingan dan tujuan sama
o Menganjurkan penggunaan sumber
spiritual, jika perlu
o Menganjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
o Menganjurkan keluarga terlibat
o Menganjurkan membuat tujuan yang
lebih spesifik
o Mengajarkan cara memecahkan masalah
secara konstruktif
o Melatih penggunaan teknik relaksasi
o Melatih keterampilan sosial, sesuai
kebutuhan
o Melatih mengembangkan penilaian
obyektif
4 Dukungan Ambulasi
Tindakan :
Observasi :
o Mengidentifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya
o Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan
ambulasi
o Memonitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai ambulasi
o Memonitor kondisi umum selama
melakukan ambulasi
o Terapeutik
o Memfasilitasi aktifitas ambulasidengan
alat bantu
o Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik
o Melibatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi :
o Menjelaskan tujuan dan proseedur
ambulasi
o Menganjurkan melakukan ambulasi dini
o Mengajarkan ambulasi sederhana yang
harus dilakukan.
Dukungan mobilisasi
Tindakan
Observasi :
o Mengidentifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya
o Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan
o Memonitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai mobilisasi
o Memonitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
Terapeutik :
o Memfasilitas aktivitas mobilisasi dengan
alat bantu
o Memfasilitas melakukan pergerakan, jika
perlu
o Melibatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi :
o Menjelaskan tujuan da prosedur
mobilisasi
o Menganjurkan melakukan mobilisasi dini
o Mengajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan.
3.7. Evaluasi
No Hari/Tanggal No.Dx Jam Evaluasi
1 Jumat, 24-09-2021 1 09.00 S:
2 WITA Pasien mengatakan masih demam ,kejang,
3 nyeri, masih sulit menggerakkan kakinya,
4 dan merasa belum percaya diri
O:
Keadaan umum pasien sedang
Kaki masih bengkak
Observasi TTV :
Td : 140/80 mmHg
N : 82x/i
P : 22x/i
SB : 37,9 derajat celcius
A:
Masalah Belum Teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA
a. Nyamuk culex
b. Nyamuk aedes albopictus
c. Nyamuk anopheles
d. Nyamuk mansonia
e. Nyamuk aedes aegypti
5. Berikut cirri-ciri nyamuk culex adalah…..
a. Penularan penyakit dengan cara membesarkan
tubuhnya.
b. Penularan penyakit dengan cara membesarkan
tubuhnya.
c. Palpinya hampir sama panjang dengan Probosis.
d. Ada pulvili pada semua ujung kaki.
e. Penularan penyakit dengan cara membesarkan
tubuhnya.