Anda di halaman 1dari 19

Kelompok 10

Perawatan tali pusat pada bayi baru lahir

Di susuh oleh :
Jusmiani
Sarmila

Politeknik kesehatan Kemenkes Makassar


Prodi keperawatan Parepare
2021/2022
A. Perawatan tali Pusat pada bayi Baru lahir
1.Tali Pusat

a. Pengertian Tali Pusat

Tali pusat dalam istilah medisnya umbilical cord. Merupakan

suatu tali yang menghubungkan janin dengan uri atau plasenta. Sebab

semasa dalam rahim, tali inilah yang menyalurkan oksigen dan makanan

dari plasenta ke janin yang berada di dalamnya. Begitu janin dilahirkan, ia

tidak lagi membutuhkan oksigen dari ibunya, karena sudah dapat bernapas

sendiri melalui hidungnya. Oleh karena itu sudah tidak diperlukan lagi,

maka saluran ini harus segera dipotong dan dijepit atau diikat (Baety,

2011, p.40).

b. Ciri Umum Tali Pusat

Pada tali pusat terdapat Funiculus umbilicalis yang terbentang

dari permukaan fetal plasenta sampai daerah umbilicus fetus dan berlanjut

sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Funiculus umbicalis secara

normal berinsersi di bagian tengah plasenta. Funiculus umbilicalis

berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah plasenta sampai ke

umbilicus fetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral. Pada saat aterm,

funiculus umbilicalis panjangnya 50-55 cm, diameternya 1-2,5 cm dan

berwarna putih kuning. (Baety, 2011, p.40).

Tali pusat menjadi lebih panjang jika jumlah air ketuban pada
kehamilan trimester pertama dan kedua relatif banyak, disertai dengan

mobilitas bayi yang sering. Sebaliknya, jika oligohidromnion dan janin

kurang gerak (pada kelainan motorik janin), maka umumnya tali pusat lebih

pendek. Kerugian apabila tali pusat terlalu panjang adalah dapat terjadi

lilitan di sekitar leher atau tubuh janin atau menjadi ikatan yang dapat

menyebabkan asfiksia karena oklusi pembuluh darah khususnya pada saat

persalinan (Baety, 2011, p.44).

b. Struktur Tali Pusat

Dalam stukturnya, tali pusat terdapat bagian yang menutupi

funiculus umbicalis dan permukaan fetal plasenta yang dinamakan Amnion.

Pada ujung fetal amnion melanjutkan diri dengan kulit yang menutupi

abdomen dan mendesak eksoselom yang akhirnya dinding ruang amnion

mendekati korion. Mesoblas antara ruang amnion dan embrio menjadi padat

merupakan body stalk yang merupakan hubungan antara embrio dan

dinding trofoblas. Body stalk ini akan menjadi tali pusat. (Prawirohardjo,

2007, p.61)

Dalam tali pusat yang berasal dari body stalk terdapat pembuluh

darah yang dinamakan vascular atalk. Dari perkembangan ruang amnion

dapat dilihat bahwa bagian luar tali pusat berasal dari lapisan amnion.

Didalamnya terdapat jaringan lembek (Jelly Wharton) yang berfungsi

melindungi arteria umbilikallis yang berfungsi mengembalikan produk sisa

(limbah) dari fetus ke plasenta dimana produk sisa tersebut diasimilasi ke


dalam peredaran darah maternal untuk diekskresikan dan 1 vena umbilikalis

yang membawa oksigen dan memberi nutrisi ke sistem peredaran darah

fetus dari darah maternal yang terletak di dalam spatium choriodeciduale

berada di tali pusat. Kedua arteri umbilikallis dan satu vena umbilikallis

tersebut menghubungkan satu sistem kardiovaskuler janin dengan plasenta

(Prawirohardjo, 2007, p. 61-62).

Jeli Warthon banyak mengandung air, maka setelah bayi lahir,

tali pusat mudah kering dan lekas terlepas dari pusar bayi. Jelly ini dapat

membantu mencegah penekukan tali pusat, akan mengembang jika terkena

udara dan kadang-kadang terkumpul sebagai gumpalan kecil yang

membentuk simpul palsu di dalam funiculus umbilicalis. Sehingga

menyebabkan funiculus umbilicalis menjadi tebal atau tipis. Selain itu, tali

pusat juga mengandung sisa – sisa dari kandung kuning telur dan allantois

yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop (Sastrawinata, 1983,p.122).

c. Fungsi Tali Pusat

Tali pusat selain sebuah tali yang memanjang, ada dua fungsi

yang sangat berperan penting bagi kehidupan janin selama dalam

kandungan yaitu pertama sebagai saluran yang menghubungkan antara

plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin mendapat asupan oksigen,

makanan dan antibodi dari ibu yang sebelumnya diterima terlebih dahulu

oleh plasenta melalui vena umbilicalis. Sehingga janin mendapat asupan

yang cukup untuk tumbuh kembang di dalam rahim. Kedua, sebagai saluran
pertukaran bahan sisa seperti urea dan gas karbon dioksida yang akan

meresap keluar melalui pembuluh darah arteri umbilicalis (Baety,

2011, p. 41).

d. Sirkulasi Tali Pusat

Fetus yang sedang membesar di dalam uterus ibu mempunyai

dua keperluan yang sangat penting dan harus dipenuhi, yaitu bekalan

oksigen dan nutrien serta penyingkiran bahan sisa yang dihasilkan oleh sel-

selnya. Jika keperluan ini tidak dapat dipenuhi, fetus akan menghadapi

masalah dan mungkin mengakibatkan kematian. Struktur yang bertanggung

jawab untuk memenuhi keperluan fetus ialah plasenta. Plasenta yang terdiri

daripada tisu fetus dan tisu ibu terbentuk dengan lengkapnya pada

kehamilan 16 minggu atau 4 bulan (Prawirohardjo, 2007, p.69-73).

Pada plasenta banyak terdapat unjuran seperti “Jonjot” atau

vilus tumbuh dari membran yang menyelimuti fetus dan menembusi

dinding uterus, yaitu endometrium. Endometrium pada uterus kaya dengan

aliran darah ibu. Didalarn vilus terdapat jaringan kapilari darah fetus.

Darah yang kaya dengan oksigen dan nutrien ini dibawa melalui vena

umbilicalis yang terdapat didalam tali pusat ke fetus. Sebaliknya, darah

yang sampai ke vilus dari fetus melalui arteri umbilicalis dalam tali pusat

mengandung bahan sisa seperti karbondioksida dan urea. Bahan sisa ini

akan meresap melalui membran dan memasuki darah ibu yang terdapat di

sekeliling vilus. Pertukaran oksigen, nutrien, dan bahan sisa lazimnya


berlaku melalui proses peresapan. Dengan cara ini, keperluan bayi dapat

dipenuhi (Prawirohardjo, 2007, p.59-61).

Walaupun darah ibu dan darah fetus dalam vilus adalah begitu

rapat, tetapi kedua darah tidak dapat bercampur karena dipisahkan oleh

suatu membran. Oksigen, air, glukosa, asam amino, lipid, garam mineral,

vitamin, hormon, dan antibodi dari darah ibu sehingga menembus membran

ini dan memasuki kapilari darah fetus yang terdapat dalam vilus. Selain

oksigen dan nutrien, antibodi dari darah ibu juga meresap kedalarn darah

fetus melalui plasenta. Antibodi ini melindungi fetus dan bayi yang

dilahirkan daripada jangkitan penyakit (Prawirohardjo, 2007, p.69-70).

e. Pemotongan Tali Pusat

Menurut standart Asuhan Persalinan Normal (APN) pada saat

segera bayi lahir akan dilakukan pemotongan tali pusat, sesuai JNPKR,

Depkes RI, 2008, bahwa segera bayi lahir harus dikeringkan dan

membungkus kepala serta badan kecuali tali pusat. Menjepit tali pusat

harus menggunakan klem disinfeksi tingkat tinggi atau steril dengan jarak

kira-kira 3cm dari umbilicus bayi. Setelah jepitan pertama dilakukan

pengurutan tali pusat bayi kearah ibu dengan memasang klem kedua

dengan jarak 2cm dari klem pertama. Dengan menggunakan tangan kiri di

antara sela jari tengah tali pusat dipotong diantara kedua klem (Depkes RI,

2008, p. 126).
Sisa potongan tali pusat pada bayi inilah yang harus dirawat,

karena jika tidak dirawat maka dapat menyebabkan terjadinya infeksi.

Pengenalan dan pengobatan secara dini infeksi tali pusat sangat penting

untuk mencegah sepsis. Tali pusat yang terinfeksi umumnya merah dan

bengkak mengeluarkan nanah, atau berbau busuk. Jika pembengkakan

terbatas pada daerah <1 cm disekitar pangkal tali pusat, obati sebagai

infeksi tali pusat lokal atau terbatas. Bila disekitar tali pusat merah dan

mengeras atau bayi mengalami distensi abdomen, obati sebagai infeksi tali

pusat berat atau meluas (Meiliya & Karyuni, 2007, p.165).

f. Fisiologi Lepasnya Tali Pusat

Pada saat tali pusat terpotong maka suplai darah dari ibu

terhenti. Tali pusat yang masih menempel pada pusat bayi lama kelamaan

akan kering dan terlepas. Pengeringan dan pemisahan tali pusat sangat

dipengaruhi oleh Jelly Wharton atau aliran udara yang mengenainya.

Jaringan pada sisa tali pusat dapat dijadikan tempat koloni oleh bakteri

terutama jika dibiarkan lembab dan kotor (Sastrawinata, 1983,p 122).

Pada sisa potongan tali pusat inilah yang menjadi sebab utama

terjadinya infeksi pada bayi baru lahir. Kondisi ini dapat dicegah dengan membiarkan

tali pusat kering dan bersih. Tali pusat dijadikan tempat koloni bakteri yang berasal

dari lingkungan sekitar. Penyakit tetanus ini diderita oleh bayi baru lahir yang

disebabkan basil clostridium tetani yang dapat mengeluarkan toksin yang dapat
menghancurkan sel darah merah, merusak leukosit dan merupakan “Tetanospasmin”

yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot

(Jitowijoyo & Kristiyanasari, 2010, P.84-85).

g. Lama Pelepasan Tali Pusat

Tali pusat umumnya berwarna kebiru-biruan dan panjang

sekitar 2,5 – 5 cm segera setelah dipotong. Penjepit tali pusat digunakan

untuk menghentikan perdarahan. Penjepit tali pusat ini dibuang ketika tali

pusat sudah kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah sakit atau dalam

waktu dua puluh empat jam hingga empat puluh delapan jam setelah lahir.

Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan

mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam satu minggu setelah

lahir dan luka akan sembuh dalam 15 hari (Meiliya & Karyuni, 2008,

p.165).

Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya. Jangan

memegang atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput

setelah 4 minggu bisa menyebabkan tetanus neonatorum. Untuk mencegah

terjadinya infeksi tetanus selain menjaga prinsip pencegahan infeksi, ibu

juga harus mendapatkan suntik TT selama hamil (Wahyono, 1998, p.8).

Pada bayi yang memliki tanda-tanda infeksi, seperti: pangkal

tali pusat dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang berbau,

ada darah yang keluar terus- menerus, bayi demam tanpa sebab yang jelas
maka kondisi tersebut menandakan munculnya penyulit pada neonatus yang

disebabkan oleh tali pusat (Hidayat, 2008, p.68).

Gambaran klinis tetanus neonatorum biasanya 3-10 hari atau

sampai beberapa minggu jika infeksinya ringan. Dalam 48 jam penyakit

menjadi nyata jika adanya trismus. Gejalanya dapat terihat apabila:

1) Kejang-kejang sampai otot pernafasan

2) Leher kaku diikuti spasma umum

3) Dinding abdomen keras

4) Mulut mencucu seperti mulut ikan (Manuaba, 1998, p.325)

5) Suhu meningkat dan malas minum

6) Dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik kebawah dan

muka rhesus sardonikus

7) Tiba-tiba bayi sensitive terhadap rangsangan, gelisah dan kadangkadang

menangis (Jitowijoyo & Kristiyanasari, 2010, p.85)

h. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelepasan Tali Pusat

1) Timbulnya infeksi pada tali pusat

Hal ini disebabkan karena tindakan atau perawatan yang

tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat

dengan bambu/ gunting yang tidak steril, atau setelah dipotong tali

pusat dibubuhi abu, tanah, minyak, daun-daunan, kopi dan sebagainya.

2) Cara perawatan tali pusat

Pada penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang


dibersihkan dengan air dan sabun cenderung lebih cepat puput (lepas)

daripada tali pusat yang dibersihkan dengan alkohol.

3) Kelembaban tali pusat

Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun,

karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat

puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi.

4) Kondisi sanitasi lingkungan

Daerah sekitar neonates, Spora C. tetani yang masuk

melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak

memenuhi syarat kebersihan (Wawan, 2009).

2. Pencegahan Infeksi

a. Tujuan pencegahan infeksi

Tujuan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari

komponenkomponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran

bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk

melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga

kesehatan lainnya dengan jalan menghindarkan transmisi penyakit yang

disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Juga upaya-upaya untuk

menurunkan risiko terjangkit atau terinfeksi mikroorganisme yang

menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum

ditemukan cara pengobatannya, seperti misalnya Hepatitis dan HIV/AIDS.


(JNPK-KR, 2002, p. 1-8).

b. Prinsip-prinsip pencegahan infeksi

Prinsip pencegahan infeksi yang efektif didasarkan pada

prinsip-prinsip berikut ini:

1) Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap

dapat menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat

asimptomatik (tanpa gejala).

2) Setiap orang harus dianggap berisiko terkena infeksi.

3) Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang

akan dan telah bersentuhan dengan kulit tak utuh/selaput mukosa atau

darah, harus dianggap terkontaminasi sehingga setelah selesai

digunakan harus dilakukan proses pencegahan infeksi secara benar.

4) Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya

telah diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi.

5) Risiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi

hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan

pencegahan infeksi yang benar dan konsisten (JNPK-KR, 2002, p. 1-

9).

c. Tindakan-tindakan pencegahan infeksi

Ada berbagai praktek pencegahan infeksi yang membantu

mencegah mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu lainnya


(ibu, bayi baru lahir, dan para penolong persalinan) dan menyebarkan

infeksi. Tindakan pencegahan infeksi termasuk hal-hal berikut dibawah ini:

1) Mencuci tangan dengan sabun dan air yang bersih.

2) Memakai sarung tangan.

3) Memakai perlengkapan pelindung (celemek/baju penutup, kacamata,

sepatu tertutup).

4) Menggunakan asepsis atau tekhnik aseptik.

5) Memproses alat bekas pakai.

6) Menangani peralatan tajam dengan aman.

7) Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan

sampah secara benar (JNPK-KR, 2002, p. 1-10).

d. Infeksi tetanus

Infeksi tetanus disebabkan oleh sejenis bakteri (Clostridium

Tetani) yang menghasilkan toksin yang mematikan. Bakteri tersebut

tumbuh dalam keadaan kotor. Bakteri tetanus dapat terbawa oleh tangan

yang tidak dicuci bersih atau peralatan yang kotor. Bayi baru lahir dapat

mengalami infeksi tetanus jika tali pusat dipotong dengan peralatan yang

kotor seperti pisau, silet, gunting, kaca atau disentuh dengan tangan yang

kotor. Infeksi tetanus dapat menyebabkan demam, kejang yang berulang

dan kematian dalam beberapa hari saja (Depkes RI, 1996, p.3). Maka perlu

diterapkan prinsip umum pencegahan infeksi yaitu:

a. Memberikan perawatan bayi rutin kepada bayi baru lahir


b. Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol

c. Menggunakan tekhnik aseptik

d. Memegang instrument tajam dengan hati-hati dan bersihkan jika perlu

sterilkan atau desinfeksi instrument dan peralatan

e. Memisahkan bayi dengan yang sedang menderita infeksi untuk

mencegah infeksi nosokomial (Meiliya, 2008, p. 244)

3. Merawat Tali Pusat

a. Pengertian

Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat,

pemeliharaan, penyelenggaraan (Kamisa, 1997). Hal yang paling terpenting

dalam membersihkan tali pusat adalah memastikan tali pusat dan area

disekelilingnya selalu bersih dan kering, Selalu mencuci tangan dengan

menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan tali pusat.

Selama tali pusat belum puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan

cara dicelupkan ke dalam air. Cukup diusap saja dengan kain yang

direndam air hangat (Sinsin, 2008, p. 127).

a. Tujuan Perawatan Tali Pusat

Alasan daripada merawat tali pusat dengan baik dan benar

adalah untuk menjaga agar tali pusat tetap kering. Sedangkan, bagian yang

harus selalu dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya. Untuk
membersihkan pangkal ini, harus sedikit diangkat (bukan menarik) tali

pusatnya. Jadi, tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam

sehari. Tali pusat tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan

menjadikannya lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga

menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup, tutup atau ikat

dengan longgar pada bagian atas tali pusat dengan kain kasa steril.

Kemudian pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan

leluasa (Depkes RI, 2001, p.20).

Tujuan dari perawatan tali pusat adalah untuk mencegah

infeksi dan meningkatkan pemisahan tali pusat dari perut. Dalam upaya

untuk mencegah infeksi dan mempercepat pemisahan. Banyak zat yang

berbeda dan kebiasaan-kebiasaan yang digunakan untuk merawatan tali

pusat. Hanya dari beberapa penggunaannya yang telah dipelajari dengan

baik zat-zat seperti triple dye, alkohol dan larutan chlorhexidine dianggap

dapat mencegah terjadinya infeksi namun belum dapat bekerja dengan baik

(Hasselquist, 2006, p.53).

b. Macam-macam langkah perawatan tali pusat

Berikut ini langkah-langkah dalam melakukan perawatan tali

pusat bayi antara lain :

1). Perawatan Tali Pusat Kering

Perawatan tali pusat kering adalah merawat tali pusat


dengan dibersihkan dan dirawat serta dibalut dengan kassa steril , tali

pusat dijaga agar bersih dan kering agar tidak terjadi infeksi sampai tali

pusat kering dan lepas (Depkes RI, 1996). Apabila tali pusat berbau

bisa dibersihkan dengan gentian violet. Berikut cara melakukan

perawatan tali pusat :

a) Siapkan alat-alat

b) Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat tali pusat

c) Tali pusat dibersihkan dengan kain kasa.

d) Setelah bersih, tali pusat dibungkus dengan kain kasa steril kering.

e) Setelah tali pusat terlepas / puput, tali pusat tetap diberi kasa steril.

2). Perawatan Tali Pusat Basah Cara

perawatan tali pusat basah adalah:

a) Siapkan alat-alat

b) Selalu cuci tangan Anda sampai bersih sebelum mulai melakukan

perawatan tali pusat.

c) Kemudian, bersihkan tali pusat dengan alkohol.

d) Tutupi dengan kasa steril yang diberi alkohol dan menggantinya

setiap kali usai mandi, berkeringat, terkena kotor, dan basah.

e) Segera larikan ke dokter jika mencium bau tidak sedap dari tali

pusat bayi yang belum lepas.

Berikut ini langkah-langkah dalam melakukan perawatan tali


pusat bayi secara umum antara lain :

a) Ambil kasa pembungkus tali pusat yang telah dibasahi dengan

aquadest/NaCL/air matang

b) Membersihkan tali pusat dengan kapas alkohol mulai dari ujung sampai

pangkal

c) Olesi tali pusat dengan bethadin 10%

d) Membungkus tali pusat dengan kasa steril dan difiksasi dengan

menggunakan plester anti alergi (Jitowijoyo & Kristiyanasari, 2010,

p.68).

Anjuran perawatan tali pusat menurut Depkes RI tahun 2001

yaitu bersihkan dan keringkan tali pusat hingga pangkalnya setiap kali basah

atau kotor menggunakan obat antiseptik seperti povidon iodine, bila tidak

tersedia antiseptik dapat dibersihkan dengan sabun dan air hangat. Tali pusat

tidak boleh dibubuhi ramuan-ramuan tradisional karena bisa menyebabkan

infeksi atau tetanus neonatorum karena juga salah satu penyebab tersering

kematian bayi baru lahir (Depkes RI, 2001, p.20).

Di bawah ini langkah-langkah perawatan tali pusat sesuai Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2010:

1) Cuci tangan dengan air bersih dan sabun

2) Membersihkan tali pusat dengan kasa dan air disinfeksi tingkat tinggi

(DTT) dari ujung luka ke pangkal

3) Mengeringkan tali pusat dengan kasa kering


4) Mempertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena

udara tanpa ditutupi dengan kasa

5) Melipat popok bayi dibawah sisa tali pusat

6) Membereskan alat-alat

7) Mencuci tangan dengan sabun (Dinkes Prov, 2010, p.46).

Pada saat bayi lahir dan tali pusat telah terpotong, hal terpenting

yang harus dilakukan setelah itu adalah merawat tali pusat tersebut secara

benar. Tali pusat dibersihan dengan air sabun atau alkohol dari ujung luka

hingga pangkal yaitu dengan sedikit mengangkat tali pusat tersebut

menggunakan kasa. hal ini dimaksud agar tali pusat benar-benar bersih dan

setelah dibersihkan, tali pusat harus dalam keadaan kering agar tidak terjadi

kelembaban yang dapat menimbulkan infeksi, lama lepasnya tali pusat

bahkan kematian pada bayi. Lama lepasnya tali pusat agar dapat terlepas

sendiri sangatlah dipengaruhi pada kebersihan tali pusat, lingkungan tempat

tinggal atau sekitar pangkal talipusat dan yang paling utama pada cara

perawatan tali pusatnya yang harus sesuai dengan standart perawatan tali

pusat. Dalam proses penyembuhannya, tali pusat dapat dikatakan cepat lepas

jika lama waktu lepasnya kurang dari 5 hari (<5 hari), normal jika lepas

antara 5-7 hari dan dikatakan lambat lepasnya jika lebih dari 7 hari (>7 hari)

(Paisal, 2008).

B. KERANGKA TEORI
Di bawah ini merupakan kerangka teori yang menjelaskan mengenai

judul penelitian yaitu “Hubungan Cara Perawatan Tali Pusat dengan Lama Waktu

Pelepasan Tali Pusat Bayi Baru Lahir” sebagai berikut:

1. Higiene
peralatan
2. Sanitasi
lingkungan

Timbulnya Infeksi Pelepasan Tali Pusat


atau Tidak (Lama Waktu)

Cara Perawatan :

1. Pemotongan
tali pusat
2. Pembersihan
3. Penutupan

Gambar 1.1

(Sumber: Modifikasi antara Jitowijoyo & Kristiyanasari, 2010, p.68).

B. KERANGKA KONSEP

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka disusun kerangka konsep


penelitian, yaitu cara perawatan tali pusat (independent variable) dan lama waktu

pelepasan tali pusat (dependent variable), sebagai berikut:

Lama Waktu Pelepasan Tali


Cara Perawatan Tali Pusat
Pusat

Gambar 2.1

(Sumber: Iis Sinsin, 2008, p. 127)

C. HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian adalah:

Ada hubungan antara cara perawatan tali pusat dengan lama waktu pelepasan tali

pusat bayi baru lahir.

Anda mungkin juga menyukai