Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tali Pusat
1. Definisi
Tali pusat (umbilical cord) adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam
kandungan dengan plasenta. Saluran ini biasanya terdiri dari tiga pembuluh darah
yaitu satu pembuluh darah vena dan dua pembuluh darah arteri (Callahan, L dalam
Mattson & Judi, 2004 : 63)
2. Fisiologi tali pusat pada janin
Pembentukan tali pusat dimulai dari mesoderm connecting stalk yang
memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh
darah dan connecting stalktersebut akan menjadi tali pusat. Pada tahap awal
perkembangan rongga perut masih terlalu kecil untuk usus yang berkembang,
sehingga sebagian usus terdesak kedalam rongga selon ekstraembrional pada tali
pusat. Pada sekitar akhir bulan ketiga, penonjolan lengkung usus (intestional loop) ini
masuk kembali kedalam rongga abdomen janin yang telah membesar. Kandung
kuning telur (yolk-sac) dan tangkai kandung kuning telur (ductus vitellinus) yang
terletak dalam rongga korion, yang juga tercakup dalam connecting stalk, juga
tertutup bersamaan dengan proses semakin bersatunya amnion dengan korion.
Setelah struktur lengkung usus, kandung kuning telur dan duktus vitellinus
menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilikal (2
arteri umbilikalis dan 1 vena umbilikalis) yang menghubungkan sirkulasi janin dengan
plasenta. Pembuluh darah umbilikal ini diliputi oleh mukopolisakarida yang disebut
whartons jelly ( Cunningham, et all, 2005 : 129).
3. Fungsi tali pusat
Tali pusat berfungsi sebagai saluran yang menghubungkan antara plasenta
dan bagian tubuh janin sehingga janin mendapat asupan oksigen, makanan dan
antibody dari ibu yang sebelumnya diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui
vena umbilikalis. Selain itu tali pusat juga berfungsi sebagai saluran pertukaran
bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon dioksida yang akan meresap
keluar melalui arteri umbilikalis.( Cunningham, et all, 2005 : 130).
4. Sirkulasi darah pada tali pusat
Sebelum janin lahir tali pusat merupakan saluran sirkulasi darah dari plasenta
ke janin. Darah arteri dari plasenta mengalir melalui vena umbilicus dan dengan
cepat mengalir kehati kemudian masuk ke vena kava inferior. Darah mengalir ke
foramen ovaledan masuk ke atrium kiri, tidak lama kemudian, darah muncul di
aortadan arteri didaerah kepala. Sebagian darah mengalir melalui jalan pintas dihati
dan menuju ke duktus venosus. Sebagian besar darah vena dari tungkai bawah dan
kepala masuk ke atrium kanan, ventrikel kanan, dan kemudian menuju arteri
pulmoner desenden dan duktus artriosus. Dengan demikian, foramen ovale dan
duktus arteriosus berfungsi sebagai bypass, yang memungkinkan sejumlah besar
darah campuran yang dikeluarkan jantung kembali ke plasenta tanpa melalui paru-
paru. Kira-kira 55 % darah campuran, yang keluar dari ventrikel, mengalir menuju
plasenta, 35 % darah mengalir ke jaringan tubuh, dan 10 % sisanya mengalir ke
paru-paru. Setelah lahir foramen ovale menutup, duktus arteriosus menutup dan
menjadi sebuah ligament, duktus venosum menutup dan menjadi sebuah ligament,
arteri dan vena umbilikalis menutup dan menjadi ligament. (Bobak, et al, 2004 : 363)
5. Kelainan tali pusat
Kelainan tali pusat terdiri dari
a. Kelainan insersi tali pusat, yaitu insersi tali pusat yang abnormal dimana tempat
melekatnya tali pusat berada pada selaput janin (insersi korda velamentosa).
b. Kelainan panjang tali pusat yaitu kelainan tali pusat dimana panjang mencapai
300 m, tali pusat pendek, dan tidak adanya tali pusat (achordia). Panjang tali
pusat normalnya adalah 50-55 cm.
c. Tidak terbentuknya arteri umbilikalis artinya tali pusat hanya memiliki satu arteri
(arteritunggal).
d. Torsi tali pusat yaitu terjadi akibat gerakan janin sehingga tali pusat terpilin.
e. Struktur tali pusat yaitu terjadi pada tali pusat yang sangat kekurangan jelly
Wharton
f. Hematoma tali pusat yaitu terjadi akibat pecahnya satu variks, biasanya berasal
dari vena umbilicalis dengan efusi darah kedalam tali pusat
g. Kista tali pusat yaitu kista yang terbentuk dari sisa-sisa gelembung umbilical atau
allantois. Ada murni dan palsu bergantung pada asalnya
h. Edema pada tali pusat, yaituterjadi pada bayi yang mengalami maserasi
i. Omfalitis yaitu infeksi pada tali pusat yang ditandai dengan tali pusat basah
disertai bau yang tidak sedap
j. Tetanus Neonatorum yaitu Infeksi pada tali pusat yang disebabkan oleh
clostridium tetani yang masuk melalui tali pusat. (Sodikin, 2009 : )
6. Memotong tali pusat
Pada manajemen aktif persalinan kala tiga, tali pusat segera dijepit dan
dipotong setelah persalinan. Ini dilakukan untuk memungkinkan untuk intervensi
manajemen aktif yang lain. Pada manajemen menunggu, penjepitan tali pusat
biasanya dilakukan setelah tali pusat berhenti berdenyut. (Sodikin, 2009;40).
Memotong tali pusat dengan menggunakan klem DTT, lakukan penjepitan tali pusat
dengan klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik
jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu
(agar darah tidak terpancar pada saat pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan
kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama pada sisi atau mengarah ke
ibu. Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan
tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara
kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting disinfeksi tingkat tinggi atau
steril. (JNPK-KR, 2008;83)
Selama dalam kandungan, bayi manerima makanannya melalui tali pusat.
Tali pusat terdiri dari pembuluh darah arteri dan satu pembuluh darah baluk atau
vena. Darah yang kaya nutrisi dan oksigen masuk ke pembuluh darah bayi melalui
pembuluh darah vena plasenta melalui kedua pembuluh darah arteri. Dengan
demikian, tali pusat merupakan saluran kehidupan janin selama 9 bulan. Setelah
lahir, saluran ini tidak lagi diperlukan. Untuk itu ia akan dipotong dan diikat atau
dijepit dengan alat khusus (Pujiharto, 2006)
Pengobatan dan pengikatan tali pusat menyebabkan pemisahan fisik terakhir
antara ibu dengan bayi. Waktu pemotongan tali pusat tergantung dari pengalaman
seorang ahli kebidanan. Pemotongan sampai denyut nadi tali pusat terhenti dapat
dilakukan pada bayi normal, sedangkan pada bayi gawat pemotongan tali pusat
secepat mungkin agar dapat dilakukan resusitasi sebaik-baiknya. Setelah tali pusat
dipotong dilakukan pengikatan tali pusat dengan beberapa cara seperti dibawah ini :
1. Alat penjepit plastik yang kusus dibuat untuk tali pusat dan dapat dibuang
kemudian (disposible), dipasang 1 cm dibawah alat penjepit yang sudah
dipasang lebih dahulu. Alat penjepit plastik ini tetap memberi takanan pada
tali pusat walaupun selei wharton (wharton jelly) mengkerut dan kemudian
dibuang bersama lepasnya tali pusat.
2. Pita dari bahan nilon yang sangat kuat dan yang disimpan dalam bungkus
plastik steril diikatkan rangkap pada tali pusat seerat-eratnya sehingga tidak
mudah lepas dan terus menekan tali pusat, walaupun selai wharton sudah
kering. Pita ini dibuang bersamaan dengan lepasnya tali pusat.
3. Benang diikat kuat dengan ikatan rangkap pada tali pusat. Pengikatan
dengan benang katun steril ini tidak menjamin penekanan yang terus
menerus pada tali pusat. Walaupun pada permulaannya ikatan sudah baik
tetapi karena tali pusat mengkerut, ikatan menjadi longgar dan
memungkinkan dilakukan observasi yang berulang-ulang pada waktu- 12
waktu tertentu selama 48 jam. Perdarahan tidak mungkin terjadi pada
pemakaian alat penjepit plastik dan pita dari nilon oleh karena terjadi
penekanan yang terus menerus pada tali pusat. (wikjosastro, 2005;1150-
1151)
7. Perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat pada bayi baru lahir sebaiknya dijaga tetap kering setiap
hari untuk menghindari terjadinya infeksi. Bila sampai terdapat nanah dan darah
berarti terdapat infeksi dan harus segera diobati (Iis Sinsin, 2008).
Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan
mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun
ada juga yang baru lepas setelah 4 minggu. Umumnya orangtua baru agak takut-
takut menangani bayi baru lahirnya, karena keberadaan si umbilical stump ini. Meski
penampakannya sedikit mengkhawatirkan, tetapi kenyataannya bayi Anda tidak
merasa sakit atau Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya juga sederhana. Yang
penting, pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering. Selalu
cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan tali
pusat. Selama ini, standar perawatan tali pusat yang diajarkan oleh tenaga medis
kepada orangtua baru adalah membersihkan atau membasuh pangkal tali pusat
dengan alkohol. Rekomendasi terbaru dari WHO adalah cukup membersihkan
pangkal tali pusat dengan menggunakan air dan sabun, lalu dikering anginkan
hingga benar-benar kering. Penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang
dibersihkan dengan air dan sabun cenderung lebih cepat puput (lepas) daripada tali
pusat yang dibersihkan dengan alkohol. (Dian Kartika, 2009)
Tindakan membersihkan tali pusat dengan alkohol sudah dilarang namun
dibeberapa negara maju masih diterapkan perawatan tali pusat dengan alkohol.
Pertimbangannya, tali pusat yang dirawat tanpa menggunakan alkohol terkadang
mengeluarkan aroma (tetap tidak menyengat). Hal inilah yang membuat orangtua
merasa khawatir. Oleh sebab itu orangtua ragu untuk menentukan cara mana yang
akan diterapkan untuk merawat tali pusat bayi (Susyanto, 2009).
Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan
cara dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat. Alasannya, untuk
menjaga tali pusat tetap kering. Jangan khawatir, bayi Anda tetap wangi meskipun
hanya dilap saja selama seminggu. Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah
pangkal tali pusat, bukan atasnya.
Untuk membersihkan pangkal ini, Anda harus sedikit mengangkat (bukan
menarik) tali pusat. Tenang saja, bayi Anda tidak akan merasa sakit. Sisa air atau
alkohol yang menempel pada tali pusat dapat dikeringkan dengan menggunakan
kain kasa steril atau kapas. Setelah itu kering anginkan tali pusat. Anda dapat
mengipas dengan tangan atau meniup-niupnya untuk mempercepat
pengeringan. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali sehari.
Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan
membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga
menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup (mungkin Anda ngeri
melihat penampakannya), tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali pusat
dengan kain kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara
dengan leluasa. Bila bayi Anda menggunakan popok sekali pakai, pilihlah yang
memang khusus untuk bayi baru lahir (yang ada lekukan di bagian depan). Dan
jangan kenakan celana atau jump-suit pada bayi Anda. Sampai tali pusatnya puput,
kenakan saja popok dan baju atasan. Bila bayi Anda menggunakan popok kain,
jangan masukkan baju atasannya ke dalam popok. Intinya adalah membiarkan tali
pusat terkena udara agar cepat mengering dan lepas. (Susyanto, 2009)
Biarkan tali pusat lepas dengan sendirinya. Jangan memegang-megang atau
bahkan menariknya meskipun Anda gemas melihat bagian tali pusat yang
menggantung di perut bayi hanya tinggal selembar benang. Orangtua dapat
menghubungi dokter bila tali pusat belum juga puput setelah 4 minggu, atau bila
terlihat adanya tanda-tanda infeksi, seperti; pangkal tali pusat dan daerah sekitarnya
berwarna merah, keluar cairan yang berbau, ada darah yang keluar terus- menerus,
dan/atau bayi demam tanpa sebab yang jelas. Setelah tali pusat, terkadang pusar
bayi terlihat menonjol (bodong).
8. Tujuan perawatan tali pusat
Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah infeksi dan
mempercepat pemisahan tali pusat dari perut. Tali pusat bisa menjadi jalan masuk
untuk terjadinya suatu proses infeksi, dimana proses infeksi bisa terjadi sejak
pemotongan tali pusat yang masih terhubung dengan plasenta ibu, maupun setelah
fisik bayi terlepas dari ibu. Sisa potongan tali pusat pada bayi harus dirawat, jika
tidak dirawat dengan baik maka dapat memperlambat putusnya tali pusat dan
menjadi tempat koloni bakteri yang berasal dari lingkungan sekitar dan terjadilah
infeksi. Transmisi infeksi ini dapat dicegah dengan membiarkan tali pusat kering dan
bersih, sehingga tali pusat cepat kering dan putus (Simkin ,P. T, et all, 2007 : 339).
Pengetahuan tentang faktor yang menyebabkan terjadinya kolonisasi bakteri
pada tali pusat sampai saat ini belum diketahui pasti. Pemisahan yang terjadi antara
pusat dan tali pusat dapat disebabkan oleh keringnya tali pusat. Perawatan tali pusat
tersebut sebenarnya sederhana, yang penting pastikan tali pusat dan area
sekelilingnya selalu bersih dan kering. Selalu cuci tangan dengan menggunakan air
bersih dan sabun sebelum membersihkan tali pusat, tidak boleh ditutup rapat karena
akan membuatnya lembab. Pastikan tali pusat terkena udara dengan leluasa. (JNPK-
KR, 2008 : 130)
9. Mekanisme lepasnya tali pusat
Ketika neonatus pertama kali tiba di ruang perawatan, sekitar 5 cm tali pusat
biasanya masih terdapat pada abdomen dengan beberapa tipe penjepitan. Setelah
beberapa hari tali pusat mengkerut dan menghitam. Kemudian setelah beberapa hari
atau minggu tali pusat akan lepas dengan sendirinya, meninggalkan area kecil yang
bergranulasi, dan biasanya menghilang. Jaringan parut yang kecil dan kontraktur
disebut umbilikalis. (Sodikin, 2009;65-66).
Tali pusat dijadikan tempat koloni bakteri yang berasal dari lingkungan sekitar.
Pada bayi yang ditrawat di rumah sakit bakteri S aureus adalah bakteri yang sering
dijumpai yang berasal dari sentuhan perawat bayi yang tidak steril. Pengetahuan
tentang faktor yang menyebabkan terjadinya kolonisasi bakteri pada tali pusat
sampai saat ini belum diketahui pasti. Selain S aerus, bakteri E colli dan B
streptococci juga sering dijumpai berkoloni pada tali pusat.
Pemisahan yang terjadi antara pusat dan tali pusat dapat disebabkan oleh
keringnya tali pusat atau diakibatkan oleh terjadinya inflamasi karena terjadi infeksi
bakteri. Pada proses pemisahan secara normal jaringan yang 13 tertinggal sangat
sedikit, sedangkan pemisahan yang diakibatkan oleh infeksi masih menyisakan
jaringan dalam jumlah banyak yang disertai dengan timbulnya abdomen pada kulit.
(Paisal, 2008).
Setelah bayi lahir tali pusat dipotong, secara mendadak tali pusat tidak
mendapat aliran darah, akan menjadi kering. Pengeringan dan pelepasan tali pusat
dipermudah karena terpapar udara. Hilangnya air dari jeli wharton menyebabkan
mumifikasi tali pusat segera setelah bayi lahir. Dalam 24 jam warna putih tali pusat
menghilang dan berubah menjadi kuning kecoklatan dan mengering atau kehitaman
kering dan kaku (ganggren kering). Jaringan tali pusat yang mengalami devitalisasi
merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman-kuman, terutama bila tali
pusat dalam keadaan lembab dan perawatannya tidak bersih. (Ratri Wijaya, 2006;9-
10).
Sisa potongan tali pusat menjadi sebab utama terjadinya infeksi pada bayi
baru lahir. Kondisi ini dapat dicegah dengan membiarkan tali pusat tetap kering dan
bersih. Pemisahan yang terjadi diantara pusat dan tali pusat disebabkan oleh
keringnya tali pusat atau diakibatkan oleh terjadinya inflamasi karena terjadi infeksi
bakteri. Pada proses pemisahan secara nominal jaringan dalam jumlah banyak yang
disertai dengan timbulnya abdomen pada kulit. (Paisal, 2008)
Sebelum luka sembuh merupakan jalan masuk untuk infeksi, yang dapat
dengan cepat menyebabkan sepsis. Pengenalan dan pengobatan secara dini infeksi
tali pusat sangat penting untuk mencegah sepsis. Jika tali pusat 14 bengkak,
mengeluarkan nanah, atau berbau busuk, tapi kemerahan dan pembengkakan
terbatas pada daerah < 1 cm disekitar pangkal tali pusat disebut sebagai infeksi tali
pusat lokal atau terbatas. Jika kulit disekitar tali pusat merah dan mengeras atau bayi
mengalami distensi abdomen disebut infeksi tali pusat berat atau meluas.(Sholeh
dk,2005;88-89).
Lama penyembuhan tali pusat dikatakan cepat jika kurang dari 5 hari,normal
jika antara 5 sampai dengan 7 hari, dan lambat jika lebih dari 7 hari. (Paisal, 2008).
Lepasnya tali pusat selain dipengaruhi oleh perawatan tali pusat dengan menjaga
agar tali pusat tetap kering dan bersih juga dipengaruhi kepatuhan ibu untuk
membersihkan tali pusat setiap hari. Kebersihan saat merawat tali pusat dan
frekuensi mengganti popok setiap kali popok kotor dan basah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya pelepasan tali pusat:
1. Cara perawatan Tali pusat, penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang
dibersihkan dengan air, sabun dan di tutup dengan kassa steril cenderung
lebih cepat puput (lepas) daripada tali pusat yang dibersihkan dengan alkohol
2. Kelembaban tali pusat, tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan
apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat
puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi
3. Kondisi sanitasi lingkungan sekitar neonatus, Spora C. tetani yang masuk
melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi
syarat kebersihan.
4. Timbulnya infeksi pada tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak
memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan
bambu/gunting yang tidak steril, atau setelah dipotong tali pusat dibubuhi
abu, tanah, minyak daun-daunan, kopi dan sebagainya. (Wawan, 2009).
5. Cara perawatan tali pusat
6. Timbulnya infeksi pada tali pusat menyebabkan pengeringan dan pelepasan
tali pusat menjadi lambat
7. Kelembaban tali pusat, dalam hal ini tali pusat tidak boleh ditutup rapat
dengan apapun karena dapat membuat tali pusat menjadi lembab sehingga
memperlambat putusnya tali pusat dan menimbulkan resiko infeksi
8. Kondisi sanitasi lingkungan neonatus, karena tindakan atau perawatan yang
tidak memenuhi syarat termasuk alat-alat tenun bayi (WHO, 2003).
10. Waktu dan proses putusnya tali pusat
Proses putusnya tali pusat dimulai dari tali pusat yang kehilangan air dari jeli
Wharton yang menyebabkan mumifikasi tali pusat beberapa waktu setelah lahir.
Dalam dua puluh empat jam jaringan ini kehilangan warna putih kebiruannya yang
khas. Penampilan yang basah dan segera menjadi kering dan hitam (gangrene) yang
dibantu oleh mikroorganisme. Perlahan-lahan garis pemisah timbul tepat diatas kulit
abdomen, dan dalam beberapa hari itu terlepas, meninggalkan luka granulasi kecil
yang setelah sembuh membentuk umbilicus (pusar) ( Cunningham, et all, 2005 :
444).
Tali pusat normalnya mengkerut dan mengering dalam beberapa hari
pertama dan kemudian lepas satu sampai dua minggu pertama. Adanya darah dari
dasar tali pusat ketika lepas secara bertahap adalah normal. Tanda infeksi seperti
bau menyengat, kemerahan pada kulit dasar tali pusat, kemerahan yang menyebar
ke abdomen, dan purulen harus dilaporkan (Walsh, 2007 : 377).
Penelitian yang dilakukan oleh Suryani, dkk (2006), yaitu membandingkan
waktu pelepasan tali pusat dengan metode perawatan kasa kering dan kasa alkohol
70 % menunjukkan bahwa, terdapat perbedaan signifikan antara kedua kelompok
perlakuan. Pada kelompok kasa alkohol 70 % mempunyai titik waktu maksimal untuk
pelepasan tali pusat bayi pada hari ke 13. Sedangkan pada kelompok kasa kering
terdapat kecenderungan yang cukup nyata pada waktu lepasnya tali pusat menjadi
lebih singkat yaitu kurang dari delapan hari.

B. Perawatan Tali Pusat


Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan,
penyelenggaraan (Kamisa, 1997). Hal yang paling terpenting dalam membersihkan
tali pusat adalah memastikan tali pusat dan area disekelilingnya selalu bersih dan
kering, Selalu mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum
membersihkan tali pusat. Selama tali pusat belum puput, sebaiknya bayi tidak
dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air. Cukup diusap saja dengan kain
yang direndam air hangat (Sinsin, 2008, p. 127).
Tujuan Perawatan Tali Pusat Alasan daripada merawat tali pusat dengan baik
dan benar adalah untuk menjaga agar tali pusat tetap kering. Sedangkan, bagian
yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya. Untuk
membersihkan pangkal ini, harus sedikit diangkat (bukan menarik) tali pusatnya.
Jadi, tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari. Tali pusat tidak
boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan menjadikannya lembab. Selain
memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun
terpaksa ditutup, tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali pusat dengan
kain kasa steril. Kemudian pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara
dengan leluasa (Depkes RI, 2001, p.20).
Tujuan dari perawatan tali pusat adalah untuk mencegah infeksi dan
meningkatkan pemisahan tali pusat dari perut. Dalam upaya untuk mencegah infeksi
dan mempercepat pemisahan. Banyak zat yang berbeda dan kebiasaan-kebiasaan
yang digunakan untuk merawatan tali pusat. Hanya dari beberapa penggunaannya
yang telah dipelajari dengan baik zat-zat seperti triple dye, alkohol dan larutan
chlorhexidine dianggap dapat mencegah terjadinya infeksi namun belum dapat
bekerja dengan baik (Hasselquist, 2006, p.53).
Perawatan yang tepat yang dilakukan pada bayi baru lahir dapat menurunkan
kematian dan kecatatan karena sebagian besar kematian disebabkan oleh infeksi,
hipotermia dan asfiksia yang dapat dicegah atau diobati. Intervensi pencegahannya
sebenarnya sederhana , tidak mahal, dan mudah didapat. Masalah kritisnya adalah
penekanan peran dan tanggung jawab masyarakat dalam menjalani kehidupan
masing-masing. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan melibatkan
setiap wanita yang baru melahirkan dalam perencanaan dan penatalaksanaan
perawatan pada bayinya (WHO, 2003 : 9).
Perawatan tali pusat dimulai segera setelah seluruh badan bayi lahir, yaitu
mulai pada saat pemotongan tali pusat, dengan sterilisasi alat yang baik. Untuk
perawatan selanjutnya dianjurkan untuk cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan perawatan tali pusat untuk menghindari infeksi.
Pada perawatan harian perawatan tali pusat nasehat yang diberikan pada ibu
dan keluarganya adalah cukup dibersihkan dengan air DTT (desinfeksi tingkat
tinggi), jangan membungkus tali pusat atau mengoleskan /memberikan bahan
apapun, yang perlu dilakukan adalah menjaga tali pusat tetap kering (JNPK-KR,
2008 :130).
Perawatan tali pusat dengan kassa kering merupakan perawatan dengan
membalut tali pusat dengan kassa hidrofil yaitu berupa tenunan longgar, bermata
besar, kain tenun yang dapat menyerap cairan dengan baik.
Prosedur Perawatan tali pusat dengan ditutup kasa kering
Alat/bahan :
- Kasa hidrofil
- Air DTT (desinfeksi tingkat tinggi) dalam kom steril
Cara perawatan :
- Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
- Membersihkan tali pusat dengan kassa hidrofil dan air DTT (desinfeksi tingkat
tinggi).
- Mengeringkan tali pusat dengan kassa hidrofil sampai betul-betul kering
- Biarkan tali pusat 1-2 menit dalam keadaan terbuka agar terkena udara.
- Membungkus kembali tali pusat dengan kassa hidrofil dalam keadaan longgar.
- Melipat popok dibawah tali pusat.
- Mencuci tangan kembali dengan sabun dan air bersih setelah melakukan
perawatan tali pusat (JNPK-KR, 2008 : 130)
Perawatan tali pusat dengan menggunakan kassa alkohol 70%
1. Cuci tangan bersih-bersih dengan sabun.
2. Ambil kapas bulat atau kapas bertangkai yang telah dibubuhi alkohol 70%,
lalu bersihkan sisa tali pusar, terutama bagian pangkalnya (yang menempel
pada perut).
3. Lakukanlah dengan hati-hati, apalagi bila pusar bayi masih berwarna merah.
4. Gunakan jepitan khusus dari plastik untuk 'memegang' ujung tali pusarnya,
agar lebih mudah dalam membersihkan dan melilitkan perbannya.
5. Rendam perban/kasa steril dalam alkohol 70%, lalu bungkus sisa tali pusar.
Usahakan agar seluruh permukaan hingga ke pangkalnya tertutup perban.
6. Lilitkan perban/kassa sedemikian rupa agar bungkusan tidak terlepas.
Pastikan tidak terlalu ketat, agar bayi tidak kesakitan. (Anonim, 2009).

C. Infeksi Pada Tali Pusat


Infeksi pada tali pusat yang dikenal dengan omphalitis adalah peradangan
pada tali pusat yang disebabkan oleh stafilokokus, streptokokus, atau bakteri gram
negatif. Kondisi ini muncul jika kurang benar dalam merawat tali pusat seperti kurang
bersih dan kurang kering.
Infeksi ini ditandai oleh beberapa hal antara lain :
- Bernanah yaitu keluarnya pus pada tali pusat
- Tali pusat lengket dan berbau yaitu timbulnya bau yang tidak sedap dari tali pusat
bayi
- Kulit dan daerah sekitar tali pusat berwarna kemerahan
Pada keadaan lanjut bila tidak ditangani setelah tanda-tanda infeksi dini
ditemukan, infeksi dapat menyebar kebagian dalam tubuh disepanjang vena
umbilicus dan akan mengakibatkan thrombosis vena porta, abses hepar dan
septikemia. Bila bayi mengalami sakit yang berat, bayi akan tampak kelabu dan
menderita demam yang tinggi. Pengobatan pada stadium dini biasanya dimulai
dengan pemberian antibiotik. Oleh sebab itu, penting dilakukan perawatan tali pusat
dengan rutin dan cermat, dan melaporkan sedini mungkin bila dijumpai tanda-tanda
infeksi pada tali pusat (Sodikin, 2009).
Tindakan-tindakan pencegahan infeksi Ada berbagai praktek pencegahan
infeksi yang membantu mencegah mikroorganisme berpindah dari satu individu ke
individu lainnya (ibu, bayi baru lahir, dan para penolong persalinan) dan
menyebarkan infeksi. Tindakan pencegahan infeksi termasuk hal-hal berikut dibawah
ini:
1. Mencuci tangan dengan sabun dan air yang bersih.
2. Memakai sarung tangan.
3. Memakai perlengkapan pelindung (celemek/baju penutup, kacamata, sepatu
tertutup).
4. Menggunakan asepsis atau tekhnik aseptik.
5. Memproses alat bekas pakai.
6. Menangani peralatan tajam dengan aman.
7. Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan sampah
secara benar (JNPK-KR, 2002, p. 1-10).
Anonim. 2009. Perawatan tali pusat dan cara merawatnya. Available at http://data
kuliah.blogspot.com.html. Download 15 April 2011

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Pedoman Penyuluhan Perawatan Bayi


Baru Lahir Di Rumah. Jakarta: Departemen Kesehatan dan Japan International Cooperation
Agency.

JNPK-KR, 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JHPIEGO.

Paisal. 2008. Perawatan tali pusat. Available at http://ereasoft.files.wordpress.com.


Download 21 April 2011

Sinsin, I. 2008. Seri Kesehatan Ibu dan Anak, Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta:
PT.Gramedia.

Sodikin, 2009, Perawatan Tali Pusat, EGC: Jakarta

Wawan. 2010, tata cara pemotongan tali pusat. Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai