Anda di halaman 1dari 23

Kelompok 8

Pemotongan dan
Perawatan Tali Pusat
Ikek pransiska
Umi khoironi
Windiya januarita Imelda
PEMBAHASAN

Pemotongan Tali Pusat Perawatan Tali


01 03 Pusat
Sub Materi 1 Sub Materi 3

Pengaruh Waktu Klem Macam-macam Perawatan


02 tali pusat 04 Tali Pusat
Sub Materi 2 Sub Materi 4
Pemotongan Tali Pusat
01
 Penjepitan dan pemotongan tali pusat merupakan prosedur standar yang selalu dilakukan
saat bayi dilahirkan.
 Departemen Kesehatan Republik Indonesia sejak tahun 2007 sudah
merekomendasikan untuk melakukan penundaan penjepitan tali pusat hingga 2 menit
untuk bayi normal (Nurrochmi, dkk, 2014).
 Penjepitan tali pusat tunda merupakan strategi yang murah dan efektif untuk
menurunkan kejadian anemia pada bayi
 Lubis (2008) menunjukkan bahwa pengkleman tali pusat segera (dalam 5-10 detik),
jika dibandingkan dengan pengkleman tali pusat yang ditunda ternyata menimbulkan
penurunan 20-40 ml darah perkilogram berat badan yang setara dengan 30-35 mg zat besi.
Metode Pemotongan Tali Pusat
Neonatus

1. Gunakan gunting steril agar bayi tidak terinfeksi


2. Pemotongan tali pusat sepanjang 3—5 cm dari dinding perut bayi
3. Ikat tali pusat dengan klem tali pusat.
4. Potong tali pusat
5. Letakkan bayi di atas dada ibu sementara penolong persalinan mengeluarkan
plasenta.
Manfaat Penundaan Penjepitan Tali
Pusat Pada Bayi
Manfaat penundaan penjepitan tali pusat untuk bayi termasuk
masih diberinya kesempatan untuk darah merah, sel-sel batang
dan sel-sel kekebalan untuk ditransisi ke tubuh bayi di luar rahim.

Manfaat Penundaan Penjepitan Tali


Pusat Pada Ibu

Dengan menunda penjepitan tali pusat ternyata bisa


mengurangi komplikasi terjadinya perdarahan pada
ibu.
Manfaat Pemotongan Tali Pusat
Pada Bayi Prematur

1. Meningkatkan sirkulasi dan volume darah ke dalam tubuh bayi


2. Menurunkan risiko bayi mengalami pendarahan otak
3. Menurunkan risiko bayi membutuhkan tranfusi darah
4. Menurunkan risiko bayi terkena necrotizing enterocolitis, yaitu adanya
kerusakan jaringan usus akibat peradangan
02
Pengaruh waktu klem tali
pusat dengan Defisiensi
besi
Anemia defisiensi besi berhubungan dengan tidak cukupnya

penyimpanan cadangan zat besi pada bayi sehingga dapat

menghambat pertumbuhan dan perkembangan dalam 6 bulan pertama

kehidupan dan disebabkan oleh beberapa faktor lainnya.


Efek anemia bagi bayi dan anak berupa pertumbuhan fisik yang terhambat
dan mengganggu perkembangan neurologis anak yang berakibat pada
berkurangnya kemampuan belajar dan tingkat IQ yang lebih rendah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap anak penderita anemia


berat di Meksiko, mereka mengalami gangguan fungsi motorik yang terlihat
dari cara berjalan yang tidak sempurna.
Saat dalam kandungan janin berhubungan dengan ibu melalui tali pusat yang

merupakan bagian dari plasenta. Sekitar 25% sampai 60% volume darah

fetoplacental berada dalam plasenta yang dialirkan ke bayi sampai dengan

tali pusat berhenti berdenyut (transfuse plasenta).


Penatalaksanaan bayi baru lahir, penjepitan tali pusat berdasarkan standar
pelayanan yang telah ditetapkan yaitu setelah denyutan tali pusat terhenti atau 2
menit setelah lahir dapat mencegah terjadinya anemia pada bayi baru lahir. Pada 60
langkah prosedur Asuhan Persalinan Normal (JNPK-KR, 2017), pengkleman tali
pusat merupakan langkah ke 30. Tali pusat di klem dan dipotong setelah dua menit
bayi lahir, lakukan terlebih dahulu penyuntikan oksitosin 10 menit dalam waktu 1
menit, sebelum tali pusat dipotong.
Perawatan Tali Pusat 03
Setelah beberapa hari dari kelahiran tali pusat pada bayi

mengkerut dan menghitam. Kemudian setelah beberapa hari atau

minggu tali pusat akan lepas dengan sendirinya, meninggalkan

area kecil yang bergranulasi, dan biasanya menghilang. Jaringan

parut yang kecil dan kontraktur disebut umbilikalis (Medhyna,

2020).
Faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya
pelepasan tali pusat:

a) Cara perawatan tali pusat, penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang
dibersihkan dengan air, sabun dan ditutup dengan kasa steril cenderung lebih
cepat puput/lepas daripada tali pusat yang dibersihkan dengan alcohol.

b) Kelembaban tali pusat, tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan
apapun, karena akan membuatnya lembab, selain memperlambat puputnya tali
pusat, juga menimbulkan resiko infeksi.
c) Kondisi sanitasi lingkungan sekitar bayi, spora C yang masuk melalui luka
tali pusat, karena Tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat
kebersihan.
d) Timbulnya infeksi pada tali pusat, karena Tindakan atau perawatan yang
tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan
bambu/gunting yang tidak steril, atau setelah tali pusat dipotong dibubuhi abu,
tanah, minyak, daun-daunan, kopi dan sebagainya. (Wawan, 2009)
Tujuan perawatan tali pusat sendiri adalah untuk mencegah terjadinya infeksi,
mempercepat proses pengeringan tali pusat dan mempercepat pelepasan tali
pusat (Wardhani et all, 1987).

Prinsip Perawatan tali pusat dilakukan secara rutin menggunakan air bersih
dan dikeringkan, tidak menyebabkan peningkatan infeksi serta merupakan
salah satu cara paling efektif untuk perawatan tali pusat (Depkes, 2000).
Macam-macam Perawatan
Tali Pusat
04
a) Perawatan Tali Pusat menurut WHO
Cara perawatan tali pusat ini cukup membersihkan bagian pangkal tali
pusat, bukan ujungnya, dibersihkan dengan menggunakan air dan sabun,
lalu kering anginkan hingga benar – benar kering. Untuk membersihkan
pangkal tali pusat, dengan sedikit diangkat (bukan ditarik).
b) Perawatan Tali Pusat dengan menggunakan kasa alcohol 70%. (Depkes RI,
2005), dengan cara :
1. Cuci tangan dengan air dan sabun
2. Ambil kapas bulat atau kapas bertangkai alcohol 70%, lalu bersihkan sisa tali pusat, terutama
bagian pangkalnya (yang menempel pada abdomen)
3. Lakukan dengan hati-hati, apabila tali pusat bayi masih berwarna merah.
4. Gunakan jepitan khusus (klem) untuk memegang ujung tali pusat, agar lebih mudah
membersihkan dan melilitkan perbannya.
5. Rendam perban/kasa steril dalam alkohol 70%, lalu bungkus sisa tali pusat seluruh permukaan
hingga kepangkalnya tertutup perban.
6. Lilitkan perban atau kasa sedemikian rupa agar pembungkus tidak terlepas. Pastikan tidak
terlalu ketat agar bayi tidak kesakitan (Aninim, 2009).
c) Perawatan tali pusat menurut asuhan persalinan normal (2008)
1. Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan bahan apapun ke puntung tali pusat.
2. Mengoleskan alkohol atau pavidon iodine masih diperkenankan, tetapi tidak dikompreskan karena
menyebabkan tali pusat basah atau lembab.
3. Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
4. Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati - hati) dengan air DDT dan sabun dan segera keringkan
secara seksama dengan menggunakan kain bersih.
5. Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan ke petugas atau fasilitas kesehatan, jika
pangkal tali pusat berdarah, merah meluas atau mengeluarkan nanah dan atau berbau.
d) Perawatan Tali Pusat dengan kasa kering steril (Marjono,
2007)
1. Cuci tangan dengan air dan sabun.
2. Bersihkan dan keringkan tali pusat dengan kasa kering steril.
3. Balut seluruh permukaan tali pusat dengan kasa kering steril.
4. Pastikan balutan tidak terlalu kuat sehingga bayi tidak kesakitan.
 
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai