Anda di halaman 1dari 27

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka
1. Perawatan Tali Pusat

a. Pengertian Perawatan Tali Pusat

Perawatan tali pusat adalah perbuatan merawat atau

memelihara tali pusat bayi setelah tali pusat dipotong atau

sebelum puput (Noorbaya, 2019). Perawatan tali pusat pada bayi

baru lahir adalah menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak

terkena air kencing, kotoran bayi atau tanah (Marmi, 2015).

b. Fisiologi Pelepasan Tali Pusat

Tali pusat adalah jaringan unik yang terdiri atas dua arteri

dan satu vena yang dilindungi oleh jaringan ikat mukoid

disebut jeli Warton, yang diselubungi oleh selapis membran

mukosa tipis (kelanjutan amnion) ( Sodikin, 2010).

Pembuluh darah di umbilikus tetap paten selama

beberapa hari sehingga risiko infeksi tetap tinggi hingga tali

pusat lepas (Sodikin, 2010). Waktu pelepasan tali pusat

dipengaruhi oleh cara perawatan tali pusat, kelembaban tali

pusat, kondisi sanitasi sekitar neonatus dan timbulnya infeksi

8
pada tali pusat yang tidak memenuhi syarat kebersihan

(Hartono,2016).

c. Fase-Fase Pelepasan Tali Pusat

Aktivitas seluler pada proses penyembuhan luka puntung

tali pusat dengan cara pergerakan leukosit menembus dinding

pembuluh darah (diapedesis) ke luka dengan daya kemotaksis

karena leukosit dapat mengeluarkan enzim hidrolitik yang

membantu mencerna bakteri dan luka. Monosit dan limfosit

pada kolostrum menghancurkan dan memakan kotoran luka dan

bakteri (fagositosis). Monosit yang berubah menjadi makrofag

ini mensekresi sitokin dan growth factor yang dibutuhkan untuk

penyembuhan luka (Hermanses, 2017).

Setelah lahir, tali pusat mengering dengan cepat,

mengeras dan berubah warnanya menjadi hitam (suatu proses

yang disebut gangren kering). Proses ini dibantu oleh paparan

udara, pembuluh umbilikus tetap berfungsi selama beberapa hari

sehingga resiko infeksi masih tetap tinggi sampai tali pusat

terpisah (Kusmini, 2012).

Kolonisasi area tersebut dimulai dalam beberapa jam

setelah lahir sebagai akibat dari organisme non patogenik yang

berasal dari ibu dan masuk ke bayi melalui kontak dari kulit ke

kulit, bakteri yang berbahaya dapat disebarkan melalui higiene

9
yang buruk, teknik cuci tangan yang tidak baik dan khusus nya

infeksi silang oleh pekerja kesehatan (Kusmini, 2012).

Pemisahan tali pusat berlanjut di pertemuan tali pusat

dengan kulit abdomen, dengan infiltrasi leukosit dan kemudian

digesti tali pusat. Selama proses normal ini, sejumlah kecil

material mukosa keruh terkumpul di tempat antara tali pusat dan

kulit abdomen tersebut (Kusmini, 2012). Setelah tali pusat

terpisah, sejumlah kecil material mukosa masih ada sampai

berlangsungnya penyembuhan selesai dalam beberapa hari. Hal

ini berarti masih ada resiko infeksi, meskipun tidak sebesar

resiko pada beberapa hari pertama (Kusmini, 2012).

d. Lama Pelepasan Tali Pusat

Tali pusat biasanya dipisahkan dari tubuh antara 5 dan 15

hari setalah lahir. Sebelum tali pusat dipisahkan, tunggul yang

tersisa dapat di anggap sebagai proses penyembuhan luka dan di

anggap sebagai rute yang memungkinkan pembuluh darah

terinfeksi, penyebaran infeksi biasanya melalui aliran darah

bayi. Perawatan tali pusat yang buruk menyebabkan penundaan

lama pada pemisahan tali pusat dan meningkatkan resiko infeksi

(Kartikasari, 2019).

10
Faktor pertumbuhan lain dalam kolostrum yang

membantu penyembuhan luka termasuk Growth Hormone (GH)

telah terbukti mempercepat Insulin-Like Growth Hormon

Factor 1 (IGF-1) yang merupakan faktor penting untuk

metabolisme, pemulihan dan perbaikan luka. Hal tersebut yang

menjadi alasan bahwa perawatan tali pusat dengan

menggunakan kolostrum (ASI) dipandang baik untuk

mempercepat proses pelepasan tali pusat dan mencegah infeksi

tali pusat (Omphalitis) Ballard and Morrow (2013).

Menurut penelitian Sofiana dkk (2017) menyimpulkan

bahwa kolostrum aman dan lebih efektif untuk perawatan tali

pusat pada bayi. Koloni bakteri yang terdapat pada tali pusat

yang dirawat dengan metode bersih kering rata-rata lebih

banyak dari pada tali pusat yang dirawat dengan kolostrum.

Perawatan yang baik dapat mencegah terjadinya infeksi tali

pusat sehingga perlunya ibu bayi untuk mengetahui berbagai

cara metode terbaru dan baik, hal ini harus didukung oleh

penyediaan informasi pelayanan yang terpercaya berbasis bukti

salah satu perawatan tali yang direkomendasikan adalah

perawatan tali pusat menggunakan topikal ASI Allam (2015).

e. Macam-macam Perawatan Tali Pusat menurut Sodikin (2009) :

1. Membiarkan tali pusat mengering dengan dibalut kasa kering.

Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena

11
udara dan ditutupi dengan kain bersih (kasa steril) secara

longgar. Lipat popok dibawah sisa tali pusat, jika tali pusat

terkena kotoran atau tinja cuci dengan sabun dan air bersih lalu

keringkan.

2. Mengusapkan alkohol 70 persen .

Tali pusat dibersihkan setiap hari dengan alkohol 70 persen, kemudian

tali pusat ditutup dengan kasa yang bersih dan telah dibasahi

alkohol 70 persen. Kain kasa yang dibasahi alkohol 70 persen

tersebut hendaknya diganti paling sedikit dua kali sehari sampai

tali pusat lepas.

3. Perawatan menggunakan betadine.

Pemakaian betadin untuk perawatan tali pusat basah atau lembab,

sehingga tidak menimbulkan pelepasan panas dari tubuh bayi.

Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan povidon iodin

10% serta dibalut kasa steril.

4. Perawatan tali pusat menggunakan kolostrum.

Mengoleskan kolostrum 4 hingga 6 tetes pada pangkal dan ujung

tunggul tali pusat dan biarkan mengering. Metode ini dilakukan

setiap 12 jam (2 kali sehari ) hingga 2 hari setelah pemisahan

tali pusat.

12
f. Tujuan perawatan tali pusat

Tujuan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir adalah

mencegah dan mengidentifikasi perdarahan atau infeksi secara dini.

Apabila ada perdarahan dari pembuluh darah tali pusat, perawatan

harus memeriksa keadaan klem (atau ikatan) dan pasang klem

kedua dekat klem pertama (Irene, 2014).

Infeksi tali pusat pada dasarnya dapat dicegah dengan

melakukan perawatan tali pusat yang baik dan benar, yaitu dengan

prinsip perawatan kering dan bersih. Banyak pendapat tentang cara

terbaik untuk merawat tali pusat salah satunya dengan metode oles

kolostrum. Warna merah dan pengeluaran bau yang tidak sedap di

sekitar umbilikus harus diperhatikan karena sebagai tanda adanya

infeksi tali pusat dan dilaporkan untuk mendapatkan perawatan dan

pengobatan yang lebih lanjut ( Sodikin, 2010).

g. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelepasan Tali Pusat.

Menurut Hartono (2016) waktu pelepasan tali pusat dipengaruhi oleh :

1) Timbulnya infeksi pada tali pusat

Hal ini disebabkan karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi

syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan

bambu/ gunting yang tidak steril, atau setelah dipotong tali pusat

dibubuhi abu, tanah, minyak, daun-daunan, kopi dan sebagainya.

13
2) Cara perawatan tali pusat

Pada penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang dibersihkan dengan air

dan sabun cenderung lebih cepat puput (lepas) dari pada tali pusat

yang dibersihkan dengan alkohol.

3) Kelembaban tali pusat

Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan

membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali

pusat, juga menimbulkan resiko infeksi.

4) Kondisi sanitasi lingkungan

Daerah sekitar neonates, Spora C. tetani yang masuk melalui luka tali

pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi

syarat kebersihan (Wawan, 2010).

5) Berat Badan Lahir

Bayi dengan berat badan lahir tinggi akan mempengaruhi tali pusat lebih

besar yang membutuhkan waktu lebih lama untuk mengering

(Kartika, 2019).

6) Usia Kehamilan

Bayi cukup bulan memiliki ukuran jeli wharton normal. Jeli Wharton

adalah zat seperti jeli yang berperan sebagai jaringan ikat berlendir.

h. Keuntungan Perawatan Tali Pusat

1. Keuntungan (Hartono, 2016)

a. Mencegah Terjadinya Infeksi Tali Pusat

14
b. Mempercepat pelepasan Tali Pusat

c. Lebih efisien di bidang ekonomi

d. Menghindarkan ibu dari bendungan ASI

2. Kerugian

Adapun kerugian yang ditimbulkan dengan perawatan tali pusat

menggunakan metode oles kolostrum adalah menjadi tidak

efektif bila perawatan kurang tepat.

i. Langkah – langkah perawatan tali pusat, Kartika dkk (2019)

a. Cuci tangan dengan 6 langkah kemudian keringkan

b. Bersihkan tali pusat dengan air hangat

c. Keringkan dengan kassa kering

d. Oleskan kolostrum di pangkalan dan ujung tunggul tali pusat

e. Biarkan mengering dan bungkus dengan kasa kering

f. Lakukan setiap 12 jam (12 jam sehari)

g. Minta ibu untuk tidak merendam tali pusat saat mandi

2. Kolostrum
a. Pengertian
Kolostrum (susu jolong) adalah Air Susu Ibu yang keluar dari

hari pertama sampai hari ke 4/ ke 7. Pada hari pertama dan kedua

melahirkan, tidak jarang kita mendengar seorang ibu baru mengatakan

ASI saya belum keluar ( Roesli, 2010).

Menurut Ballard and Morrow (2013) Kolostrum manusia

(Human kolostrum) adalah susu pertama yang diproduksi setelah lahir

dan sangat kaya immunoglobulin (Ig), antimikroba (laktoferin dan

15
laktoperoksidase) dan molekul bioaktif lainnya, termasuk faktor

penting untuk nutrisi, pertumbuhan dan perkembangan bayi baru lahir

dan juga untuk kekebalan pasif. Kolostrum mengandung kekebalan

dapat mengatur respon imun, faktor pertumbuhan untuk membantu

memperbaiki sel yang rusak dan zat anti-inflamasi untuk mengurangi

peradangan.

b. Komposisi Kolostrum

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, kolostrum dapat

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi. Karena kolostrum

yang telah diproduksi sejak akhir masa kehamilan ini kaya zat imun,

seperti (Prasetyono, 2009):

1. Sel darah putih

Sel darah putih termasuk anti-infeksi yang terdiri

dari neutrophil, eosinophil, basophil, monosit dan magrofag.

Neutrophil adalah sel darah putih yang pertama kali berada di

daerah yang mengalami peradangan. Eosinofil berfungsi

sebagai protektif dengan mengakhiri respon peradangan.

Basofil berguna bersirkulasi dalam aliran darah sehingga

tubuh mengalami luka maupun infeksi akan menyebabkan

basophil mengeluarkan histamine, bradikinin dan serotonin

(Sumaryani, 2006).

Sebuah studi histologis mengungkapkan bahwa

Leukosit Polimorfonuklear (PMN) yang berada pada

16
kolostrum (ASI) mampu menembus pembuluh darah antara

tali pusat dan jaringan penting dari dinding perut sehingga

dapat membentuk zona demarkasi (garis batas) bagi

masuknya bakteri patogen (Farahani et.al, 2008 ; Essa &

Ebrahim, 2013).

Leukosit polimorfonuklear (PMN) merupakan sel

yang terdapat di dalam kolostrum hari ke 1-4 post partum

yang mengandung 5 juta leukosit/ mm3 Kolostrum (ASI)

dapat mempercepat proses pelepasan tali pusat melalui

leukosit polimorfonuklear, enzim proteolisis dan senyawa

imunologi lainnya yang terkandung didalamnya (Fatemeh et.

al, 2013).

2. Imunoglobulin dan Non-immunoglobulin

a. Imunoglobulin

Mengandung IgA, IgG dan IgM sebagai agen anti infeksi.

terutama IgA yang tinggi. Sekretori ig.A tidak diserap

tetapi mampu melumpuhkan bakteri patogen E. Coli.

( Marmi, 2015). Menurut Farahani dalam jurnal Kartika

(2019) bahwa bakteri E.Coli merupakan bakteri yang

paling banyak ditemukan di tunggul tali pusat rata-rata

koloni bakteri yang ditemukan pada tali pusat yang

dirawat dengan metode dry clean lebih tinggi terkena

17
infeksi dari pada tali pusat yang dirawat dengan

kolostrum.

b. Non-Immunoglobulin

Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan zat kekebalan

yang mengikat zat besi di saluran pencernaan ( Marmi,

2015) dan lisozim yaitu enzim melindungi bayi terhadap

bakteri (E.Coli dan salmonella) dan memiliki sifat anti

virus atau anti mikroba yang juga berfungsi sebagai agen

anti inflamasi (mulyani et al, dalam jurnal Kartika

2019).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hermanses,

(2017 ) menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara waktu

pengeringan potongan tali pusat pada aplikasi kolostrum, perawatan

kering terbuka dan kasa steril, dimana pengeringan tali pusat pada

perawatan dengan topikal kolostrum lebih cepat dibandingkan dengan

perawatan kering terbuka dan perawatan kasa steril.

Penelitian Rohmawati, 2018 dengan judul Efektifitas ASI dalam

pelepasan tali umbilikus pada bayi baru lahir mendapatkan hasil bahwa

ada perbedaan rata-rata antara kedua kelompok yang signifikan secara

statistik dengan nilai p 0,000 yang berarti bahwa perawatan tali pusat

18
lebih efektif jika menggunakan ASI karena pelepasan tali pusat lebih

cepat.

c. Pengaruh Kolostrum terhadap waktu pelepasan tali pusat

Perawatan tali pusat dengan menggunakan kolostrum

mengurangi kolonisasi bakteri dan mempercepat pemisahan tali pusat

dibanding dengan perawatan tali pusat dengan teknik kassa kering

Allam (2015). Menurut Mullany et al (2009) ketika kolostrum

diterapkan pada perawatan tali pusat, efektif untuk mengurangi resiko

infeksi pada tali pusat karena kolostrum mengandung IgA, igG dan

IgM sebagai agen anti infeksi.

Kolostrum juga mengandung unsur-unsur non-

immunoglobulin seperti laktoferin dan lisozim yang memiliki sifat

antibakteri, antivirus, atau antimikroba yang juga berfungsi sebagai

agen antiinflamasi. Dengan ini mendukung gagasan bahwa kolostrum

dapat digunakan sebagai alternatif antiseptik alami untuk

mempercepat pemisahan tali pusat tanpa merusak flora normal pada

tali pusat serta mencegah infeksi tali pusat (omphalitis).

Penelitian Hernayanti dkk (2018) analisis digunakan dengan

uji-T pada tingkat signifikansi 5% (p = 0,05) dengan hasil penelitian

19
menunjukkan bahwa ada perbedaan waktu rata-rata yang diperlukan

untuk melepaskan dan mengeringkan tali pusat antara kelompok

eksperimen dan kontrol. Perbedaannya tidak signifikan ketika tali

pusat terlepas, tetapi menjadi signifikan ketika luka tali pusat

mengering.

Penelitian lain dari Sofiana dkk, (2017) menyatakan bahwa

waktu tercepat pemisahan tali pusat pada kelompok kolostrum adalah

54.83 jam dan waktu terlambat 170.50 jam, sedangkan waktu tercepat

pemisahan tali pusat pada kelompok kain kasa kering adalah 77.00

jam dan waktu terlambat 231.67 jam. Ada perbedaan yang signifikan

antara waktu detasemen tali pusat antara kelompok perlakuan (p =

0,006). Kolostrum dapat digunakan secara efektif dan aman untuk

merawat tali pusat.

20
B. Kerangka Teori

Adapun kerangka teori dalam penelitian ini yang dapat peneliti

tampilkan dapat dilihat kerangka di bawah ini:

KOLOSTRUM

Sel darah putih Monosit Imunoglobulin Lactoferin


dan dan lisosim
Limfosit

Neutrophil Basophil
Eosinophil Mencegah
Menghancurkan pertumbuhan
dan memakan bakteri E.Coli
kotoran luka dan
bakteri
Pertama kali Mengakhiri Mengeluar
ada di respon kan
daerah peradangan histamin,
peradangan bradikinin
dan
serotitinin

Berat badan lahir


Nilai apgar skor

Pengeringan luka tali


pusat

Pelepasan tali pusat

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Hermanses (2017), Kartika et al (2019)

8
C. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu dalil atau kaidah yang kebenarannya

belum diketahui. Hipotesis penelitian adalah penjelasan sementara

yang diajukan tentang hubungan dua atau lebih fenomena terukur/

variabel yang memungkinkan untuk pembuktian secara empirik

(Setiana, 2018).

Ha : Metode Oles Kolostrum efektif terhadap waktu pelepasan

tali pusat pada bayi baru lahir di puskesmas Cugung Lalang

Tahun 2019.

Ho : Metode Oles Kolostrum tidak efektif terhadap waktu

pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir di puskesmas

Cugung Lalang Tahun 2019.

9
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis quasi eksperimen post test design

with control group. Dalam desain ini terdapat dua kelompok, kelompok

pertama diberi perlakuan (X1) dan kelompok kedua sebagai kelompok

kontrol (X2). Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok

eksperimen dan kelompok yang tidak diberi eksperimen disebut kelompok

kontrol (Setiana, 2018).

X1 Intervensi oles kolostrum Waktu pelepasan tali pusat

X2 Intervensi kasa kering Waktu pelepasan tali pusat

Bagan 3.1 Metode Penelitian

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

beda terhadap sesuatu (Nursalam, 2016). Variabel yang digunakan pada

penelitian ini adalah:

10
1. Variabel Independen ( bebas )

Variabel Independen adalah variabel yang nilai nya menentukan variabel lain.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah oles kolostrum.

2. Variabel Dependen

Variabel Dependen adalah variabel yang nilai nya ditentukan variabel lain.

Variabel Dependen pada penelitian ini adalah waktu pelepasan tali

pusat bayi.

3. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep adalah alur penelitian yang memperhatikan

variabel-variabel yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi. Atau dengan

kata lain dalam kerangka konsep akan terlihat faktor-faktor yang terdapat

dalam variabel penelitian.

Variabel Independen Variabel Dependen

Oles Kolostrum Waktu Pelepasan Tali Pusat

Kassa Kering Waktu Pelepasan Tali Pusat

Bagan 3.2 Kerangka Konsep

4. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Puskesmas Cugung Lalang Tahun 2019

yang beralamat di Jln. Raya Desa Cugung Lalang No. 31 Kecamatan Ujan

Mas Kabupaten Kepahiang dalam kurun waktu 1 bulan.

11
5. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian

ini adalah semua bayi baru lahir normal di Wilayah Kerja Puskesmas

Cugung Lalang Tahun 2019. Dari bulan Januari sampai dengan bulan

Desember 2019 sebanyak 139 bayi.

2. Sampel

Menurut Notoatmodjo (2012) sampel adalah anggota dari

populasi yang akan diteliti. Sampel pada penelitian ini adalah bayi baru

lahir normal di Wilayah Kerja Puskesmas Cugung Lalang. Teknik

pengambilan sampel pada penelitian ini dengan Purposive Sampling

yaitu pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan tertentu yang

dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang

sudah diketahui sebelumnya melalui studi pendahuluan atau mempelajari

berbagai hal yang berhubungan dengan populasi. Dengan inklusi dan

eksklusi sebagai berikut :

1) Kriteria Inklusi

Adalah kriteria dimana subyek penelitian mewakili sampel penelitian yang

memenuhi syarat sebagai sampel. Sampel penelitian memiliki kriteria

inklusi yaitu:

a. Ibu bersedia bayi nya menjadi responden

b. Bayi lahir dengan usia kehamilan 37-42 minggu

12
c. Berat lahir bayi normal (2.500-4.000 gram)

d. Selama kehamilan ibu tidak menderita DM

e. Bayi lahir tidak dengan riwayat pemasangan infus umbilikal

f. Bukan persalinan dengan Ketuban pecah dini

2) Kriteria eksklusi

Adalah kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel

karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel dan akan

menimbulkan bias pada hasil penelitian. Kriteria eksklusi pada

penelitian ini yaitu:

a. Bayi dengan gangguan komplikasi

b. Bayi dengan kelainan genetik

c. Ibu yang pindah dari wilayah kerja puskesmas tempat melaksanakan

penelitian

d. Ibu tidak merawat tali pusat bayi dengan kolostrum selama 2 hari

berturut-turut.

(Kartika, 2019).

Rumus sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Federer :

(t-1) (r-1) ≥15

Ket : t = Banyak Kelompok perlakuan

r = Jumlah Replikasi

= (t-1) (r-1) ≥15

= (2-1) (r-1) ≥15

13
= (1) (r-1) ≥15

r = 15+1

r = 16

Pada penelitian ini didapat 16 sampel yang akan diteliti yaitu

dengan colostrum, 16 dengan kasa kering. Untuk menghindari terjadi

kegagalan kriteria eksklusi maka peneliti menambahkan 20%

sehingga sampel yang diambil yaitu 18 orang setiap kelompok.

D. Definisi Operasional

Table 1
Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Alat Hasil Ukur Skala

Operasional Ukur Ukur Ukur

1 Variabel Perawatan tali pusat Mengoles Pipet drop 0 : Oles Nominal

Dependent Yang dibersihkan kan Kolostrum


kolostrum
Oles Kolostrumdan dirawat dengan pada 1 : Kasa
pangkal
mengoleskan Kering
tali pusat
kolostrum

2 Variabel Perawatan tali pusat Membung Lembar 1 : cepat


kus tali Observasi
Independent dengan mengguna pusat (˂5 hari) Ordinal
dengan
Kassa kering kain kasa steril
kasa
kering
adalah tali pusat bayi setelah 2: 5-16 hari
perawatan dibungkus dengan kasa sedang
steril.
3 : > 16 hr

Skor

14
3 Variabel Waktu yang Observasi Lembar 1 : cepat
Observasi
Independent dibutuhkan tali (˂5 hari) Ordinal

Waktu pusat untuk terlepas

Pelepasan dari umbilikus bayi 2: 5-16 hari


sedang
Tali Pusat dihitung sejak
3 : > 16 hr
pemotongan sampai
Skor
terlepasnya tali pusat dari
umbilikus bayi

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari data persalinan yang

terdokumentasi di Wilayah Kerja Puskesmas Cugung Lalang.

b. Data sekunder dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi

dengan cara mengamati secara langsung sampel pada penelitian yaitu

tali pusat bayi yang dirawat dengan kolostrum dan kassa steril dan

waktu pelepasan tali pusat.

F. Teknik Pengolahan Data

a. Editing (Pemeriksaan Data)

Merupakan kegiatan memeriksa daftar pernyataan yang telah

diserahkan oleh para pengumpul data. Tujuan nya adalah mengurangi

kesalahan atau kekurangan yang ada di daftar pertanyaan.

b. Coding (Pemberian Kode)

15
Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori. Kegiatan ini agar lebih mudah dalam

pengelolaan data selanjutnya.

c. Entry Data (Masukkan Data)

Kode-kode jawaban yang telah dibuat selanjutnya dimasukkan

dalam komputer. Hasil pengolahan dengan komputer ini merupakan

hasil pengolahan data.

d. Cleaning

Tahap ini memastikan kembali bahwa semua data sudah di

entry betul-betul data yang tepat dan tidak ada kesalahan sehingga data

siap untuk dibuat tabel tabulasi.

e. Tabulating

Tahap ini adalah mentabulasi data berdasarkan kelompok

data yang telah ditentukan dalam master tabel dan siap dianalisis.

G. Teknik Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menganalisis tiap-tiap

variabel yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi

frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2015).

Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian dianalisis

menggunakan statistik deskriptif untuk disajikan dalam bentuk

16
tabulasi, minimum, maksimum, mean dan median dengan cara

memasukkan seluruh data kemudian diolah secara statistik deskriptif

untuk disajikan dalam bentuk distribusi dari masing-masing variabel.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis pengaruh

antara variabel independen (kolostrum) dengan dependen (pelepasan

tali pusat) di Wilayah Kerja Puskesmas Cugung Lalang dengan

menggunakan uji normalitas data menggunakan uji shapiro wilk, uji

shapiro wilk adalah metode uji normalitas yang efektif dan valid

digunakan untuk sampel berjumlah kecil. Bila data berdistribusi

normal maka dilakukan uji T tidak berpasangan dan jika tidak normal

dilakukan uji mann whitney yaitu uji komparatif atau uji beda untuk

mengetahui adakah perbedaan mean atau rerata yang bermakna antara

2 kelompok bebas yang berskala data interval/rasio.

H. Etika Penelitian

1. Prinsip menghormati harkat martabat manusia (respect for persons).

Prinsip ini merupakan bentuk penghormatan terhadap harkat

martabat manusia sebagai pribadi (personal) yang memiliki kebebasan

berkehendak atau memilih dan sekaligus bertanggung jawab secara

pribadi terhadap keputusannya sendiri. Secara mendasar prinsip ini

bertujuan untuk menghormati otonomi, yang mempersyaratkan bahwa

17
manusia yang mampu memahami pilihan pribadinya untuk mengambil

keputusan mandiri (self determination), dan melindungi manusia yang

otonominya terganggu atau kurang, mempersyaratkan bahwa manusia

yang berketergantungan (dependent) atau rentan (vulnerable) perlu

diberikan perlindungan terhadap kerugian atau penyalahgunaan (harm

and abuse).

2. Prinsip berbuat baik (beneficence) dan tidak merugikan (non-

maleficence)

Prinsip etik berbuat baik menyangkut kewajiban membantu orang

lain dilakukan dengan mengupayakan manfaat maksimal dengan

kerugian minimal. Subjek manusia diikutsertakan dalam penelitian

kesehatan dimaksudkan membantu tercapainya tujuan penelitian

kesehatan yang sesuai untuk diaplikasikan kepada manusia.

3. Prinsip keadilan (justice)

Prinsip etik keadilan mengacu pada kewajiban etik untuk

memperlakukan setiap orang (sebagai pribadi otonom) sama dengan

moral yang benar dan layak dalam memperoleh haknya. Prinsip etik

keadilan terutama menyangkut keadilan yang merata (distributive justice)

yang mempersyaratkan pembagian seimbang (equitable), dalam hal

beban dan manfaat yang diperoleh subjek dari keikutsertaan dalam

penelitian. Ini dilakukan dengan memperhatikan distribusi usia dan

gender, status ekonomi, budaya dan pertimbangan etnik.

4. Kerahasiaan

18
Melindungi komunikasi rahasia seperti hasil penelitian atau

hibah ketika dikirim publikasi, catatan personil dan catatan responden.

I. Tahap – Tahap Penelitian

1. Tahap Perencanaan

a. Mengidentifikasi masalah/Mencari permasalahan

Tahap ini, peneliti harus terlebih dahulu mencari apa

masalah yang hendak diteliti.

b. Merumuskan Masalah

Dimana pada tahap ini merupakan kelanjutan dari

penemuan masalah yang kemudian peneliti membuat rumusan

masalah berdasarkan masalah-masalah yang akan diteliti. Buatlah

secara operasional dan membuat batasan-batasan masalahnya

terutama dalam menentukan ruang lingkup masalah yang diteliti.

c. Mengadakan Studi Pendahuluan

Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan

informasi-informasi berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

Sehingga dapat dapat diketahui keadaan atau kedudukan masalah

tersebut baik secara teoritis maupun praktis. Pengetahuan yang

diperoleh dari studi pendahuluan sangat berguna untuk menyusun

kerangka teoritis tentang pemecahan masalah dalam bentuk

19
hipotesis yang akan diuji kebenarannya melalui pelaksanaan

penelitian lapangan. 

d. Merumuskan hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang akan

dibuktikan kebenarannya melalui penelitian di lapangan.

e. Menentukan Sampel Penelitian

Pada tahap ini, ditentukan objek yang akan diteliti.

Keseluruhan objek yang akan diteliti disebut populasi penelitian.

Bila dalam penelitian hanya menggunakan sebagian saja dari

populasi, maka dalam hal ini cukup menggunakan sampel.

2. Tahap rencana penelitian

Tahap ini merupakan pedoman dalam melaksanakan

penelitian. Sebagai suatu pola perencanaan harus dapat

mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan

pelaksanaan penelitian, dan memuat hal-hal sebagai berikut:

1) Masalah yang diteliti dan alasan dilakukannya penelitian

2) Bentuk atau jenis data yang dibutuhkan;

3) Tujuan dilakukannya penelitian;

4) Manfaat atau kegunaan penelitian

5) Dimana dilakukannya penelitian

6) Jangka waktu pelaksanaan penelitian

7) Organisasi kegiatan dan pembiayaan

8) Hipotesis yang diajukan

20
9) Teknik pengumpulan data dan pengolahan data

10) Sistematik laporan yang direncanakan

11) Menentukan dan merumuskan alat penelitian atau teknik

pengumpulan data.

f. Laporan Penelitian

Untuk kepentingan publikasi, maka penelitian harus

dilaporkan kepada orang-orang yang berkepentingan. Bentuk

dan sistematik laporan penelitian dapat berupa artikel ilmiah,

laporan, skripsi, tesis atau disertasi. Tahap laporan penelitian

ini merupakan tahap akhir dalam sebuah proses penelitian.

21

Anda mungkin juga menyukai