Anda di halaman 1dari 38

PERAWATAN TALI PUSAT DENGAN TEHNIK KASA KERING STERIL

DAN KASA ALKOHOL 70% TERHADAP PELEPASAN TALI PUSAT PADA


BAYI BARU LAHIR (DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMBERSARI
SARADAN KABUPATEN MADIUN)
Puji Astutik
STIKes Satria Bhakti Nganjuk
pujiastutik.1973@gmail.com
42

ABSTRAK

Perawatan tali pusat prinsipnya menjaga kondisi tali pusat tetap kering, tidak
lembab dan bersih. Oleh karena itu dianjurkan untuk tidak memberikan bahan apapun
pada tali pusat, cukup membersihkan dan membalut dengan kasa kering steril. Tujuan
penelitian untuk mengetahui pengaruh perawatan tali pusat dengan tehnik kasa kering
steril dan kasa alkohol 70% terhadap pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir di
wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Saradan Kab. Madiun.
Desain yang digunakan yaitu korelasional. Sampel berjumlah 48 responden.
Teknik sampling yang digunakan adalah Accidental Sampling. Analisa data
menggunakan uji Mann Whitney dengan signifikansi a (0,05).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh (100%) responden 24 mengalami
pelepasan tali pusat secara normal (5 – 7 hari) setelah dilakukan perawatan tali pusat
menggunakan kasa kering steril. Seluruh responden (100%) mengalami pelepasan tali
pusat secara lambat (>7 hari) setelah dilakukan perawatan tali pusat menggunakan
kasa alkohol 70 %. Hasil uji Mann Whitney diperoleh p value = 0,000 = a = 0,05
sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Ada pengaruh perawatan tali pusat dengan
menggunakan kasa kering steril terhadap pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir di
wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Saradan Kab. Madiun.
Kata kunci : Tehnik perawatan tali pusat , kasa kering steril, tehnikkasa Alkohol 70%,
pelepasan tali pusat
PENDAHULUAN
Persalinan merupakan proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu, persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (APN, 2008). Bayi
baru lahir juga mempunyai resiko infeksi yang tinggi terutama pada tali pusat yang
merupakan luka basah dan dapat menjadi pintu masuknya kuman tetanus yang sangat
sering menjadi penyebab sepsis dan kematian bayi baru lahir (Jumiarni, 1994).
Perawatan tali pusat pada prinsipnya adalah menjaga kondisi tali pusat tetap kering,
tidak lembab dan bersih. Untuk menjaga kondisi tersebut dianjurkan untuk tidak

memberikan bahan atau ramuan apapun pada tali pusat, cukup dengan membersihkan
dan membalut dengan kasa kering steril (Marjono, 2007). Dalam rangka mendukung
MDGs 2015 yakni menekan angka kematian bayi mencapai 24 per 1000 angka
kelahiran hidup, yang salah satunya adalah dengan menekan angka infeksi. Khususnya
pada kejadian infeksi tali pusat yaitu sekitar 23% sampai 91% tali pusat yang tidak
dirawat dengan baik akan terinfeksi oleh kuman staphylococcus Aureus pada 72 jam
pertama setelah kelahiran (Anderson, 2004).
Perawatan tali pusat yang benar diharapkan tidak terjadi komplikasi pada bayi.
Akibat komplikasi tersebut yang dapat terjadi yaitu infeksi yang kemudian menjadi
tetanus neonatorum dan sepsis. Dengan berbagai macam perawatan tali pusat,
diantaranya menggunakan alkohol 70%, ada yang masih menggunakan pavodon
iodine, menggunakan kasa kering steril bahkan rekomendasi dari WHO cukup
dibersihkan dengan air dan sabun kemudian dianginkan tanpa pembungkus. Perawatan
tali pusat dengan tehnik kasa kering steril saat ini sangat dianjurkan untuk menjaga
agar tali pusat tetap bersih dan kering selain alat dan tehnik yang praktis dan efisien.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi pelepasan tali pusat setelah dilakukan perawatan tali pusat pada
bayi baru lahir dengan tehnik kasa kering steril di Wilayah Kerja Puskesmas
Sumbersari Saradan Kabupaten Madiun.
2. Mengidentifikasi pelepasan tali pusat setelah dilakukan perawatan tali pusat pada
bayi baru lahir dengan tehnik kasa alkohol 70% di Wilayah Kerja Puskesmas
Sumbersari Saradan Kabupaten Madiun.
3. Menganalisis perawatan tali pusat dengan tehnik kasa kering steril pada bayi baru
lahir di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Saradan Kabupaten Madiun.
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Tali Pusat
Tali pusat dalam istilah medisnya disebut dengan umbilical cord. Merupakan
saluran kehidupan bagi janin selama ia di dalam dalam kandungan sebab semasa
dalam rahim, tali pusat inilah yang menyalurkan oksigen dan makanan dari
plasenta kejanin yang berada di dalamnya. Begitu janin dilahirkan, ia tidak lagi
43

membutuhkan makanan dan oksigen dari ibunya karena bayi mungil ini sudah
dapat bernafas sendiri melalui hidungnya. Karena sudah tak diperlukan lagi maka
saluran ini harus dipotong dan dijepit atau diikat (Wibowo, 2002).
1. Faktor – faktor yang mempengaruhi lamanya pelepasan tali pusat :
a. Cara perawatan tali pusat, penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang
dibersihkan dengan air, sabun dan ditutup dengan kasa steril cenderung lebih
cepat puput (lepas) dari pada tali pusat yang dibersihkan dengan alkohol.
b. Kelembaban tali pusat, tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan
apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab, selain memperlambat
puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi.
c. Kondisi sanitasi lingkungan sekitar bayi, Spora C yang masuk melalui luka
tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat
kebersihan.
d. Timbulnya infeksi pada tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak
memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu/
gunting yang tidak steril, atau setelah tali pusat dipotong dibubuhi abu, tanah,
minyak, daun – daunan, kopi dan sebagainya (Wawan, 2009).
2. Perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat adalah perbuatan merawat atau memelihara pada tali pusat
bayi setelah tali pusat dipotong sampai sebelum puput (Paisal, 2008). Selama
ini standart perawatan tali pusat yang diajarkan oleh tenaga medis kepada
orang tua baru adalah membersihkan atau membasuh tali pusat dengan alkohol.
Bagian yang harus dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya. Untuk
membersihkan pangkal ini, harus sedikit mengangkat tali pusat (bukan
menarik). Sisa air yang menempel dapat dikeringkan dengan kain kasa steril
atau kapas, setelah itu keringkan tali pusat (Paisal, 2008).
3. Tujuan Perawatan Tali Pusat
Tujuan perawatan tali pusat adalah mencegah terjadinya infeksi, mempercepat
proses pengeringan tali pusat dan mempercepat pelepasan tali pusat (Wardhani
et all, 1987).
4. Prinsip Perawatan Tali Pusat
Prinsip perawatan yang dilakukan secara rutin menggunakan air bersih dan
dikeringkan, tidak menyebabkan peningkatan infeksi serta merupakan salah satu
44

cara yang paling efektif untuk perawatan tali pusat (Depkes, 2000). Berikut ini
macam – macam tehnik perawatan tali pusat :
a) Perawatan tali pusat menurut WHO
Cara perawatan tali pusat ini cukup membersihkan bagian pangkal tali pusat,
bukan ujungnya, dibersihkan dengan menggunakan air dan sabun, lalu kering
anginkan hingga benar – benar kering. Untuk membersihkan pangkal tali
pusat, dengan sedikit diangkat (bukan ditarik).
b) Perawatan tali pusat dengan menggunakan kasa alkohol 70%. (Depkes RI,
2005), dengan cara :
1) Cuci tangan dengan air dan sabun.
2) Ambil kapas bulat atau kapas bertangkai yang telah dibubuhi alkohol
70%, lalu bersihkan sisa tali pusat, terutama bagian pangkalnya (yang
menempel pada perut).
3) Lakukan dengan hati – hati, apabila tali pusat bayi masih berwarna
merah.
4) Gunakan jepitan khusus (klem) untuk memegang ujung tali pusat, agar
lebih mudah membersihkan dan melilitkan perbannya.
5) Rendam perban/kasa steril dalam alkohol 70%, lalu bungkus sisa tali
pusat. Usahakan agar seluruh permukaan hingga kepangkalnya tertutup
perban.
6) Lilitkan perban atau kasa sedemikian rupa agar pembungkus tidak terlepas.
Pastikan tidak terlalu ketat agar bayi tidak kesakitan (Aninim, 2009).
c) Perawatan tali pusat menurut Asuhan Persalinan Normal (2008)
1) Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan bahan
apapun ke puntung tali pusat. Nasehati hal yang sama bagi ibu dan
keluarganya.
2) Mengoleskan alkohol atau pavidon iodine masih diperkenankan, tetapi
tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah atau lembab.
3) Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
4) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati - hati) dengan air DDT dan
sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain
bersih.
45
5) Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan ke petugas atau
fasilitas kesehatan, jika pangkal tali pusat berdarah, merah meluas atau
mengeluarkan nanah dan atau berbau.
d) Perawatan Tali Pusat dengan kasa kering steril (Marjono, 2007)
1) Cuci tangan dengan air dan sabun.
2) Bersihkan dan keringkan tali pusat dengan kasa kering steril.
3) Balut seluruh permukaan tali pusat dengan kasa kering steril.
4) Pastikan balutan tidak terlalu kuat sehingga bayi tidak kesakitan.
B. Konsep Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin. Neonatus
adalah bayi yang baru lahir dari umur 0 hari sampai 28 hari.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode korelasional Analitik dengan pendekatan
kohort.Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sumbersari Saradan Kabupaten
Madiun pada tanggal 1 - 31 Desember 2015 .Dari populasi tersebut peneliti
mendapat 24 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik sample
accidental sampling. Tehnik analisa data menggunakan uji Mann Whitney.
D. Hasil Penelitian
1. Pelepasan Tali Pusat Setelah Dilakukan Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru
Lahir Dengan Tehnik Kasa Kering
Tabel 4.1Distribusi Responden Berdasarkan Pelepasan Tali Pusat Setelah
Dilakukan Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir Dengan Tehnik Kasa
Kering Steril Di Wilayah Puskesmas Sumbersari Saradan Kabupaten Madiun
1-31 Desember 2015
No
Lama Pelepasan Tali
Pusat
Frekuensi Persentase
1
Lambat (> 7 hari)

00
2 Normal (5-7 hari) 24 100
3 Cepat (< 5 hari) 0
0

Jumlah 24 100
46
2. Pelepasan Tali Pusat Setelah Dilakukan Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru
Lahir Dengan Tehnik Kasa Alkohol 70%
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pelepasan Tali Pusat Setelah
Dilakukan Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir Dengan Tehnik Kasa
Alkohol 70 % Di Wilayah Puskesmas Sumbersari Saradan Kabupaten Madiun
1-31 Desember 2015
No
Lama Pelepasan Tali
Pusat
Frekuensi Persentase
1 Lambat ( > 7 hari)

3. Pengaruh Perawatan Tali Pusat Dengan Tehnik Kasa Kering Steril Dan Kasa
Alkohol 70% Terhadap Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir

Tabel 4.3 Tabulasi Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir Dengan Tehnik
Kasa Steril Dan Tehnik Kasa Alkohol 70 % Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sumbersari Saradan Kabupaten Madiun Tanggal 1-31 Desember 2015
E. Pembahasan
1. Pelepasan Tali Pusat Setelah Dilakukan Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru
Lahir Dengan Tehnik Kasa Kering
47

24 100
2 Normal ( 5-7 hari) 0 0

3 Cepat ( < 5 hari) 0 0

Skor
Pelepasan
Tali Pusat

Lambat
( > 7 hari)
Jumlah 24 100
Dengan Tehnik
Kasa Kering
Dengan Tehnik Kasa
Alkohol 70 %
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
0 0 24 100
Normal
(5-7 hari)
24 100 0 0
Cepat
(< 5 hari)
0000
Total 24 100 24 100
Uji Mann Whitney ρ value = 0,000 Signifikasi a (0,05)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pelepasan tali pusat setelah


dilakukan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir dengan tehnik kasa steril
seluruh responden terjadi pelepasan tali pusat secara normal (5 – 7 hari)
sebanyak 24 responden (100%). Berdasarkan responden yang mengalami
pelepasan tali pusat secara normal sebagian besar yaitu 13 responden (54,2%)
berjenis kelamin perempuan, umumnya responden yang berjenis kelamin
perempuan mengalami pelepasan tali pusat lebih cepat karena saat buang air
kecil, air kencing tidak mengenai tali pusat, sehingga tali pusat tidak lembab
dan cepat kering. sebagian besar yaitu 16 responden (66,7%) lahir dengan berat
badan 2500 gr - 3000 gr, hampir seluruhnya yaitu 23 responden (95,8%)
dilahirkan pada waktu usia kehamilan 38 - 40 minggu,. sebagian besar yaitu 16
responden (66,7%) ibu bayi berusia 31 - 40 tahun, sebagian besar yaitu 18
responden (75%) ibu bayi berpendidikan terakhir SLTA dan setengahnya yaitu
12 responden (50%) ibu bayi memiliki pekerjaan lain – lain.
Tali pusat atau umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama
dalam kandungan, jadi perawatan tali pusat adalah tindakan merawat atau
memelihara pada tali pusat bayi setalah tali pusat dipotong sampai sebelum
puput. Perawatan tali pusat dan kulit mengurangi sampai tingkat yang aman
atau memusnahkan mokroorganisme penyebab infeksi (Prawirodiharjo, 2004).
Prinsip dalam perawatan tali pusat adalah tetap menjaga tali pusat tetap kering,
tidak lembab dan bersih (APN, 2004). Lama penyembuhan tali pusat dikatakan
cepat jika kurang dari 5 hari, normal jika antara 5 sampai dengan 7 hari, dan
lambat jika lebih dari 7 hari (Paisal, 2008). Perawatan Tali Pusat dengan kasa
kering steril, Marjono (2007) yaitu 1) Cuci tangan dengan air dan sabun, 2)
Bersihkan dan keringkan tali pusat dengan kasa kering steril, 3) Balut seluruh
permukaan tali pusat dengan kasa kering steril, 4) Pastikan balutan tidak
terlalu kuat sehingga bayi tidak kesakitan.
Berdasarkan uraian diatas, bahwa perawatan tali pusat yang benar haruslah
memakai kasa kering steril yang menyebabkan pelepasan tali pusat dalam batas
normal (5 – 7 hari) karena kasa steril yang mencegah terjadinya infeksi pada
tali pusat tersebut sehingga bisa menyempurnakan proses pelepasan tali pusat.
2. Pelepasan Tali Pusat Setelah Dilakukan Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru
Lahir Dengan Tehnik Kasa Alkohol 70%
48

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pelepasan tali pusat setelah


dilakukan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir dengan tehnik kasa alkohol
70% seluruh responden terjadi pelepasan tali pusat secara lambat (> 7 hari)
yaitu 24 responden (100%). Berdasarkan seluruh responden yang mengalami
pelepasan tali pusat secara lambat sebagian besar yaitu 13 responden (54,2%)
berjenis kelamin Laki-laki, umumnya responden yang berjenis kelamin lakilaki

saat buang air kecil, air kencing sering mengenai tali pusat sehingga tali
pusat menjadi lembab, akibatnya pelepasan menjadi lambat. sebagian besar
yaitu 14 responden (58,3%) lahir dengan berat badan 3000 gr - 4000 gr, hampir
seluruhnya yaitu 19 responden (79,2%) dilahirkan pada waktu usia kehamilan
38 - 40 minggu,. hampir seluruhnya yaitu 19 responden (79,2%) ibu bayi
berusia 31 - 40 tahun, setengahnya yaitu 12 responden (50%) ibu bayi
berpendidikan terakhir SLTA dan sebagian besar yaitu 15 responden (62,5%)
ibu bayi memiliki pekerjaan lain – lain.
Perawatan tali pusat sebenarnya sederhana, yang penting pastikan area tali
pusat dan sekelilingnya selalu bersih dan kering. Lama penyembuhan tali pusat
dikatakan cepat jika kurang dari 5 hari, normal jika antara 5 sampai dengan 7
hari, dan lambat jika lebih dari 7 hari (Paisal, 2008). Selama ini standart
perawatan tali pusat yang diajarkan oleh tenaga medis kepada orang tua adalah
membersihkan atau membasuh tali pusat dengan Alkohol 70%. Bagian yang
harus dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya, untuk
membersihkan pangkal ini, harus sedikit mengangkat tali pusat (bukan
menarik). Berdasarkan uraian diatas, jelas cara bahwa perawatan memakai
kasa Alkohol 70% mengakibatkan pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir
terjadi secara lambat (> 7 hari) karena Alkohol 70% akan menyebabkan tali
pusat lembab dan basah sehingga proses terlepasnya tali pusat akan lebih lama.
3. Pengaruh Perawatan Tali Pusat Dengan Tehnik Kasa Kering Steril Terhadap
Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sumbersari Saradan Kabupaten Madiun
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa seluruhnya yaitu 24
responden (100%) mengalami pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir secara
normal (5 – 7 hari) setelah dilakukan perawatan tali pusat dengan tehnik kasa
kering steril. Hasil uji Mann Whitney didapatkan ρ value = 0,000 dengan angka
signifikasi (a) = 0,05, ρ value = a (0,05) yang diartikan bahwa H0 ditolak dan
49

Ha diterima maka ada pengaruh perawatan tali pusat dengan menggunakan


kasa kering steril terhadap pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir di wilayah
kerja Puskesmas Sumbersari Saradan Kabupaten Madiun.
Fakta tersebut sesuai teori yang disampaikan oleh Paisal (2008) yang berisi
lama penyembuhan tali pusat dikatakan cepat jika kurang dari 5 hari, normal
jika antara 5 sampai dengan 7 hari, dan lambat jika lebih dari 7 hari. Lepasnya
tali pusat selain dipengaruhi oleh perawatan tali pusat dengan menjaga agar tali
pusat tetap kering dan bersih juga di pengaruhi oleh kepatuhan ibu untuk
membersihkan tali pusat setiap hari. Kebersihan saat merawat tali pusat dan
frekuensi mengganti popok setiap kali kotor dan basah. Perawatan Tali Pusat
dengan kasa kering steril, Marjono (2007), cuci tangan dengan air dan sabun,
bersihkan dan keringkan tali pusat dengan kasa kering steril, balut seluruh
permukaan tali pusat dengan kasa kering steril, pastikan balutan tidak terlalu
kuat sehingga bayi tidak kesakitan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti bahwa perawatan tali pusat
dengan menggunakan kasa kering steril secara signifikan efektif menjadikan
tali pusat puput pada waktunya. Semakin baik dalam pelaksanaan perawatan
tali pusat pada bayi baru lahir maka semakin mengurangi resiko komplikasi
terjadinya infeksi. Peranan ibu pada saat perawatan tali pusat sangatlah
berpengaruh pada hasil akhir, pengetahuan dan keterampilan perawatan tali
pusat bayi baru lahir yang benar sangat diperlukan sebagai modal dasar
perawatan tali pusat.
F. Kesimpulan
1. Seluruh bayi baru lahir setelah dilakukan perawatan tali pusat dengan tehnik

kasa kering steril pelepasan tali pusat terjadi secara normal (5 – 7 hari).
2. Seluruh bayi baru lahir setelah dilakukan perawatan tali pusat dengan tehnik
kasa Alkohol 70% pelepasan tali pusat terjadi secara lambat (> 7 hari).
3. Hasil uji statistik Mann Whitney didapatkan ρ value = 0,000 dengan angka
signifikasi (a) = 0,05, yang diartikan ada pengaruh perawatan tali pusat dengan
menggunakan kasa kering steril terhadap pelepasan tali pusat pada bayi baru
lahir di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Saradan Kabupaten Madiun.
DAFTAR PUSTAKA
50

Arikunto, Suharsini.(2002). Prosedur Penelitian, EdisiRevisi V, Jakarta: Rineka Cipta.


Asrining, Siti Handayani (2003). Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Hasnerita (2003). Efektifitas PerawatanTali Pusat (Internet). Bersumber
dari<http;//www digillib.ui.ac.id/opac/themes/Libri 2/detail. Jsp ? id =
76865> (diakses tanggal 30 Juni 2013. Jam 10.00)
Hidayat,A.Azis Alimul,2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa
Data,Salemba Medika, Jakarta.
Jumiarni & Sri mulyati, 1995. Asuhan Keperawatan Perinatal, Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Kelly Paula,(2002). Buku Saku Asuhan Neonatus dan Bayi, Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Mochtar Rustam,(2002), Sinopsis Obstetri, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodplogi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Salemba Medika, Jakarta.
Paisal.(2008), Tehnik Perawatan Tali Pusat.Com. http// Paisal. (Diakses tanggal :28
Juni 2013 jam 20.00)
Sabistum,jr, David (1994), Buku Ajar Bedah. Penerbit Buku Krdokteran EGC.
Sharon, Lorna (2008), Pemeriksaan Kesehatan Bayi (Pendekatan Multidimensi)
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sodikin, 2009. Buku Saku Perawatan Tali Pusat, penerbit Buku Kedokteran EGC.
, 2008. Asuhan Persalinan Normal,JNPKKR. Jakarta
, 2001. Standatr Pelayanan Kebidanan, Jakarta.
Utomo Wahyu (2012). Perawatan Tali Pusat(Umbilikal Cord) Pada Bayi Baru Lahir
http://nwu.ac.id/658 (Diakses tanggal: 26 Juni 2013 jam 08.20)
Wiknjosastro H,2001. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono, Bandung.
Zidebiz (2013).Tehnik Terbaru Perawatan Tali Pusat. Com. http://Zidebiz. (Diakses
tanggal : 16 Juni 2013 jam 22.00)
http://www.ibu dan anak. Com/images/banner/banner women 01 ssf (Diakses tanggal :
16 Juni 2013 Jam 10.00)

51
Nor Asiyah, Islami, Lailatul Mustagfiroh / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 29-36
| 29

P
ERAWATAN
T
ALI
P
USAT
T
ERBUKA
S
EBAGAI
U
PAYA
M
EMPERCEPAT
P
ELEPASAN
T
ALI
P
USAT
a,b
Nor Asiyah
a*
, Islami
b,
STIKES Muhammadiyah Kudus,
a
Lailatul Mustagfiroh
c
c
AKBID Al Hikmah
norasiyah@stikesmuhkudus.ac.id
b
islami@stikesmuhkudus.ac.id
c
laila_robin@yahoo.co.id

Abstrak

Angka kejadian infeksi bayi baru lahir di Indonesia berkisar antara 24% hingga 34%, dan hal ini
merupakan penyebab kematian yang kedua setelah Asfeksia neonatorum yang berkisar antara 49%
hingga
60% . Sebagian besar infeksi bayi baru lahir adalah Tetanus neonatorum yang ditularkan melalui
tali
pusat, karena pemotongan dengan alat tidak suci hama, infeksi juga dapat terjadi melalui
pemakaian obat,
bubuk, talk atau daun-daunan yang digunakan masyarakat dalam merawat tali pusat. Tahun 2010
Word
Health Organization menemukan angka kematian bayi sebesar 560.000 yang disebabkan oleh
infeksi tali
pusat. Di Asia Tenggara Angka kematian bayi karena infeksi talipusat sebesar 126.000. Penelitian
ini
bertujuan untuk mengetahui tehnik perawatan tali pusat yang sesuai agar mempercepat proses
pelepasan
tali pusat pada bayi baru lahir. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasieksperimen design
dengan
perlakuan perawatan tali pusat terbuka pada kelompok perlakuan dan perawatan tali pusat tertutup
pada
kelompok kontrol. Subyek dalam penelitian semua bayi baru lahir yang dilahirkan di BPM Nor
Asiyah
berusia 0 hari sampai pelepasan tali pusat dengan jumlah sampel 20 per kelompok dengan tehnik
sampling non probability sampling yaitu Consecutive sampling. Analisis data menggunakan.
mannwhitney.

Hasil yang diperoleh pada kelompok perawatan tali pusat terbuka, pelepasan tali pusat lebih
cepat dengan nilai significancy 0.022. Karena pvalue<0.05 maka dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan
bermakna lama pelepasan tali pusat antara perawatan tali pusat terbuka dengan perawatan tali pusat
tertutup.

Kata Kunci: Perawatan tali pusat terbuka, mempercepat pelepasan tali pusat

Abstract
The incidence of newborn infections in Indonesia ranges from 24% to 34% and belongs to the
second cause of death after neonatorum asfeksia ranging from 49% to 60%. The newborn infection
is
mostly neonatal tetanus transmitted through the umbilical cord because of no use of disinfected
tools. Its
infection can also occur through the use of drugs, powder, talc or leaves used to care the umbilical
cord.
In 2010, Word Health Organization (WHO) found that infant death was about 560,000 caused by
umbilical cord infection and in Southeast Asia was about 126,000. This study aimed to determine
the
appropriate techniques of umbilical cord treatment to hurry up the releasing of umbilical cord. This
study
belongs to quasieksperimen design with the care of open umbilical cord for the treatment group
and the
care of the enclosed umbilical cord for the control group. The subjects of this the study was all of
the
newborns baby in BPM Nor Asiyah from 0 days until the release of the umbilical cord. The sample
was 20 per group with non-probability sampling technique, named sampling Consecutive
sampling. The
data analysis was mann-whitney. The results in the group of open umbilical cord care was the
releasing
the cord faster with significancy value 0.022. Because the p value is <0.05 , it can be concluded
that there
are significant differences in the term of releasing the umbilical cord care between the care of open
umbilical cord and the care of enclosed umbilical cord.

Keywords: Open umbilical cord care, accelerating t he release of umbilical cord

I. P
ENDAHULUAN

Kesehatan dan kelangsungan hidup bayi


hendaknya mendapat perhatian karena angka
kematian bayi baru lahir merupakan salah
satu indikator untuk mengetahui derajat
kesehatan masyarakat suatu negara
(Sarimawar, 2001). Angka kejadian infeksi
bayi baru lahir di Indonesia berkisar antara
24% hingga 34%, dan hal ini merupakan
penyebab kematian yang kedua setelah
Asfeksia neonatorum yang berkisar antara
49% hingga 60% (Manuaba, 1998) sebagian
besar infeksi bayi baru lahir adalah Tetanus
30 |
Nor Asiyah, Islami, Lailatul Mustagfiroh / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 29-36

neonatorum yang ditularkan melalui tali


pusat, karena pemotongan dengan alat tidak
suci hama, infeksi juga dapat terjadi melalui
pemakaian obat, bubuk, talk atau daundaunan

yang digunakan masyarakat dalam


merawat tali pusat (Mochtar, 1999).
Tahun 2010 Worid Healt h Organization
(WHO) menemukan angka kematian bayi
sebesar 560.000 yang disebabkan oleh
infeksi tali pusat. Di Asia Tenggara Angka
kematian bayi karena infeksi talipusat
sebesar 126.000 (salam, Affyus. 2008.
Kesehatan Bayi Baru lahir. Jakarta¨Rajawali
pers)
Tali pusat merupakan jalan masuk utama
infeksi sistemik pada bayi baru lahir
(Shafique. 2006). Perawatan tali pusat secara
umum bertujuan untuk mencegah terjadinya
infeksi dan mempercepat putusnya tali pusat.
Infeksi tali pusat pada dasarnya dapat
dicegah dengan melakukan perawatan tali
pusat yang baik dan benar, yaitu dengan
prinsip perawatan kering dan bersih. Banyak
pendapat tentang cara terbaik untuk merawat
tali pusat. (Permanasari, DK. 2009)
Perawatan tali pusat untuk bayi baru lahir
yaitu dengan t idak membungkus puntung tali
pusat atau perut bayi dan tidak mengoleskan
cairan atau bahan apapun ke puntung tali
pusat. (JNPK-KR, 2008). Upaya untuk
mencegah infeksi tali pusat sesungguhnya
merupakan tindakan sederhana, yang penting
adalah tali pusat dan daerah sekitarnya selalu
bersih dan kering. Sudah banyak penelit ian
yang dilakukan untuk menelit i bahan yang
digunakan untuk merawat tali pusat.
Perawatan tali pusat secara medis
menggunakan bahan antiseptik yang meliputi
alkohol 70% atau ant imikrobial seperti
povidon-iodin 10% (Betadine), Klorheksidin,
Iodium Tinstor dan lain-lain yang disebut
sebagai cara modern. Sedangkan perawatan
tali pusat metode tradisional menggunakan
madu, Minyak Ghee (India) atau kolostrum
ASI.
Dore 1998 membuktikan adanya
perbedaan antara perawatan tali pusat yang
menggunakan alkohol pembersih dan dibalut
kasa steril. Ia menyimpulkan bahwa waktu
pelepasan tali pusat kelompok alkohol adalah
9,8 hari dan mengalami kering 8,16 hari.
Penelit ian ini merekomendasikan untuk tidak

melanjutkan penggunaan alkohol dalam


merawat tali pusat. Penelit ian Kurniawat i
2006 di Indonesia membuktikan bahwa
waktu pelepasan tali pusat menggunakan ASI
adalah 127 jam (Waktu tercepat 75 Jam) dan
waktu pelepasan menggunakan tehnik kering
terbuka (Tanpa diberi apapun) rata-rata 192,3
jam (Waktu tercepat 113 jam). Hasil
penelit ian Triasih, Widowati Haksari dan
Surjono yang belum di publikasikan
menemukan rata-rata waktu pelepasan tali
pusat pada kelompok kolostrum lebih pendek
bermakna dibanding kelompok alkohol
(133,5±38,0 jam vs. 188,0 ±68,8 jam),
Perbedaan rata-rata 54,5 jam. Dan lebih
efektif untuk perawatan tali pusat pada bayi
sehat yang lahir cukup bulan.
Dore (1998) dan WHO (1998) tidak
merekomendasikan pembersihan tali pusat
menggunakan alkohol karena memperlambat
penyembuhan dan pengeringan luka. WHO
menjelaskan bahwa aplikasi ant imikrobial
topikal pada tali pusat masih kontroversi dan
hasil dari beberapa penelit ian masih belum
dapat disimpulkan apakah aplikasi
ant imikrobial topikal adalah zat terbaik
dalam menjaga tali pusat tetap bersih.
Penggunaan ant imikrobakterial juga
cenderung meningkatkan pembiayaan.
Berbagai penelit ian memperlihatkan
bahwa dengan membiarkan tali pusat
mengering, tidak ditutup, hanya dibersihkan
setiap hari dengan air bersih, merupakan cara
paling efektif dan murah untuk perawatan tali
pusat. (Sodikin, 2009).
Hasil survai menunjukkan semua bidan
anggota Ikatan Bidan Indonesia (IBI) di
wilayah rant ing cendono masih
menggunakan kassa steril dalam melakukan
perawatan tali pusat meskipun telah ada
penelit ian yang menunjukkan bahwa
perawatan tali pusat tanpa apapun juga
sangat efektif dan lebih efisien karena bisa
menekan biaya perawatan dan bisa
mengurangi sampah di lingkungan sekitar
karena penggunaan kassa.
II. LANDASAN

TEORI
A. Tali pusat
Tali pusat dalam istilah medisnya disebut
dengan umbilical cord. Merupakan saluran
kehidupan bagi janin selama ia di dalam
Nor Asiyah, Islami, Lailatul Mustagfiroh / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 29-36
| 31

kandungan, sebab selama dalam rahim, tali


pusat ini lah yang menyalurkan oksigen dan
makanan dari plasenta ke janin yang berada
di dalam nya. Begitu janin dilahirkan, ia
tidak lagi membutuhkan oksigen.dari ibunya,
karena bayi mungil ini sudah dapat bernafas
sendiri melalui hidungnya. Karena sudah tak
diperlukan lagi maka saluran ini harus
dipotong dan dijepit, atau diikat (Wibowo,
2008).
Diameter tali pusat antara 1cm -2,5cm,
dengan rentang panjang antara 30cm-100cm,
rata-rata 55cm, terdiri atas alantoin yang
rudimenter, sisa-sisa omfalo mesenterikus,
dilapisi membran mukus yang tipis,
selebihnya terisi oleh zat seperti agar-agar
sebagai jaringan penghubung mukoid yang
disebut jeli whartor. Setelah tali pusat lahir
akan segera berhenti berdenyut, pembuluh
darah tali pusat akan menyempit tetapi belum
obliterasi, karena itu tali pusat harus segera
dipotong dan diikat kuat-kuat supaya
pembuluh darah tersebut oklusi serta tidak
perdarahan (Retniati, 2010).
B. Perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat menurut JNPK-KR
Depkes dan Kemenkes RI sebagai berikut .
1. Jangan membungkus puntung tali
pusat atau mengoleskan cairan/bahan
apapun ke puntung tali pusat.
2. Mengoleskan alkohol atau povidon
iodine masih diperkenankan, tetapi
tidak dikompreskan karena
menyebabkan tali pusat basah/lembab
3. Lipat popok di bawah puntung tali
pusat
4. Jika puntung tali pusat kotor,
bersihkan (hati-hati) dengan air DTT
dan sabun dan segera keringkan
secara seksama dengan menggunakan
kain bersih
Di beberapa rumah sakit tali pusat tidak
dibungkus lagi, karena ternyata lebih lekas
kering dan jatuh kalau tidak dibungkus. Ada
juga yang membungkusnya dengan kassa
kering steril yang tidak digant i sampai tali
pusat lepas. Perawatan tali pusat secara
aseptik sangat pent ing untuk mencegah
terjadinya infeksi (Bagian Obsgin FK
UNPAD, 1983:333-334).

Menurut NICE
(2006) dan Capurro (2004) dalam Baston dan
Hall, 2013, praktik terkini menganjurkan

bahwa tali pusat dibersihkan dengan air saat


menggant i popok karena penggunaan
ant ibiot ik dan swab alkohol tidak
mengurangi risiko infeksi.
Hal ini sesuai dengan anjuran Kemenkes
RI (2011) bahwa t indakan pada bayi baru
lahir meliputi:
1. Jaga kebersihan selama persalinan
2. Cegah infeksi kuman pada bayi.
Begitu bayi lahir, beri salep ant ibiotik
pada mata bayi
3. Jaga tali pusat selalu bersih, kering,
dan biarkan terbuka (jangan
dibungkus)
4. Jangan diberi ramuan apapun. Jika
kotor, bersihkan dengan kain bersih
dan air matang.
Perawatan tali pusat yang tidak baik
menyebabkan tali pusat menjadi lama lepas.
Risiko bila tali pusat lama lepas adalah
terjadinya infeksi tali pusat dan Tetanus
Neonatus ( TN ) (Saifuddin, 2008). Spora
kuman Clostridium tetani masuk ke dalam
tubuh bayi melalui pintu masuk satu-satunya,
yaitu tali pusat, yang dapat terjadi pada saat
pemotongan tali pusat ketika bayi lahir
maupun pada saat perawatannya sebelum
puput (terlepasnya tali pusat) (Saifuddin,
2001).

Cara perawatan tali pusat dan puntung tali


pusat pada masa segera setelah persalinan
berbeda-beda, bergantung pada faktor sosial,
budaya, dan geografis. Kebersihan tali pusat
sangat penting. Mencuci tangan perlu
dilakukan sebelum dan setelah merawat tali
pusat. Tidak ada perawatan tali pusat khusus
yang harus dilakukan, meskipun banyak
variasi cara yang dilakukan untuk
mempermudah pemisahan lebih awal.
Namun, harus diperhatikan penggunaan
topikal dapat mengganggu proses normal
kolonisasi dan memperlambat pemisahan tali
pusat. Membersihkan dengan air biasa dan
menjaga tali pusat tetap kering terbukti
mempercepat pemisahan (Barclay et al 1994;
Mugford et al 1986; Rush 1990, Salariya &
Kowbus 1988; Verber & Pagan 1993 dalam
Fraser & Cooper, 2009). Disarankan untuk
memastikan tali pusat tidak tertutup popok
karena kontaminasi oleh urine dan feses
dapat terjadi. Penjepit tali pusat dilepaskan
32 |
Nor Asiyah, Islami, Lailatul Mustagfiroh / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 29-36

pada hari ketiga sehingga tali pusat kering


dan nekrosis .
Penelit ian acak yang terkontrol untuk
membandingkan pembersihan tali pusat
dengan alkohol set iap digant i popoknya
dengan membiarkan tali pusat mengering
secara alami tanpa perawatan, para penelit i
menemukan bahwa pada kedua kelompok
tersebut tidak terjadi infeksi tali pusat. Selain
itu, tali pusat sehari lebih cepat pada
kelompok dimana tali pusat dibiarkan
mengering secara alami (Penny, 2007 dalam
Martini, 2012). Penelit ian Martini (2012)
menemukan rerata waktu pelepasan tali pusat
pada bayi yang mendapatkan perawatan
dengan menggunakan kassa kering steril
adalah 7,1 hari, hal ini lebih cepat jika
dibandingkan dengan perawatan
menggunakan kompres kassa alkohol yakni
8,8 hari. Perawatan tali pusat yang baik dan
benar akan menimbulkan dampak yang
posit if yaitu tali pusat akan puput pada hari
ke-5 dan ke-7 tanpa ada komplikasi,
sedangkan dampak negatif dari perawatan
tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan
mengalami TN dan dapat mengakibatkan
kematian.
III. M
ETODE
P
ENELITIAN

Subyek dalam penelit ian ini adalah semua


bayi baru lahir yang dilahirkan di Bidan
Praktik Mandiri (BPM) Nor Asiyah. Populasi
dalam penelit ian ini adalah semua bayi yang
dilahirkan di BPM Nor Asiyah yang berusia
0 hari sampai pelepasan tali pusat. Menurut
Roscoe (1975) yang dikutip Uma Sekaran
(2006) ukuran sampel untuk penelit ian
eksperimental sederhana dengan kontrol
eskperimen yang ketat, penelit ian yang
sukses adalah mungkin dengan ukuran
sampel kecil antara 10 sampai dengan 20 .
Karena penelit ian ini merupakan penelit ian
eksperimen dengan memberikan perlakukan
antara perawatan tali pusat yang terbuka
dengan perawatan tali pusat tertutup,
sehingga ada 2 kelompok yaitu kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol maka
menggunakan jumlah sampel sebesar 20
perkelompok.
Teknik Sampling dalam penelit ian ini
menggunakan non probability sampling yaitu
Consecutive sampling yang merupakan
tehnik pengambilan sampel dengan
mengambil semua subyek yang ada dan
memenuhi kriteria yang sesuai dengan
penelit ian dalam kurun waktu tertentu hingga
jumlah sampel yang diinginkan tercapai.
(Nursalam, 2008)
Kriteria inklusi dan eksklusi
1. Kriteria inklusi
a. Bayi yang dilahirkan di BPM Nor
Asiyah
b. Kondisi bayi baru lahir sehat
c. Berat badan bayi 2500 gr sampai 4000
gr.
d. Orang tua atau wali bayi bersedia atau
mengizinkan.
2. Kriteria eksklusi :
a. Bayi yang dilahirkan ibu meninggal
b. Bayi baru lahir yang di rujuk ke RS
c. Bayi baru lahir yang memiliki kelainan
Rancangan penelit ian ini adalah penelit ian
quasi eksperimen dengan rancangan post test
only with control group yaitu suatu
pengukuran hanya dilakuan pada saat
terakhir penelit ian (Sugiono, 2001). Dalam
rancangan ini intervensi dilakukan pada
kelompok intervensi, sedangkan pada
kelompok kontrol tidak dilakukan intervensi.
Ident ifikasi Variabel
1. Variabel bebas :dalam penelit ian ini
adalah Perawatan tali pusat
2. Variabel terikat:Pelepasan tali pusat
Definisi operasional dari t iap variabel
dalam penelit ian ini dapat dilihat sebagai
berikut:

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi
Variabel
Alat
Ukur
Hasil Ukur Skala
Data

Perawata
n tali
pusat
Pelepasan
tali pusat
Perawatan
yang
dilakukan
pada
talipusat
bayi baru
lahir untuk
mencegah
infeksi.

Waktu yang
diperlukan
tali pusat
untuk lepas
dari tempat
insersinya.
Prosedur
perawata
n tali
pusat
Lembaro
bservasi
1. Perawatan
tali pusat
tertutu p
dengan
kassa kerin
2. Perawatan
tali pusat
terbuka

1. 1 – 4 hari
2. 5 – 7 hari
3. >7 hari
Jenis data yang dipergunakan dalam
penelit ian ini berasal dari data primer. Data
diperoleh dengan cara melakukan intervensi
Nomin
al
Ordinal
Nor Asiyah, Islami, Lailatul Mustagfiroh / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 29-36
| 33

langsung kepada bayi baru lahir berupa


perawatan tali pusat setiap hari sampai tali
pusat puput.
Instrumen yang digunakan dalam
penelit ian ini yaitu menggunakan lembar
observasi yang terdiri dari kolom nomor urut
bayi, kolom hari, kolom jenis perawatan tali
pusat yaitu dengan kassa dan kolom
perawatan tanpa kassa.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan
bantuan komputer meliputi analisis univariabel
dan bivariabel.
Analisis univariat dilakukan untuk
mendiskripsikan dari masing – masing
variabel yang akan ditelit i. Variabel terikat
dan karakteristik responden dianalisis dengan
statistik deskriptif proporsi. Karakteristik
responden meliputi jenis perawatan tali pusat
dan lama pelepasan tali pusat.
Analisis bivariat untuk mengetahui adanya
perbedaan lama pelepasan tali pusat pada
bayi baru lahir antara bayi yang dilakukan
perawatan tali pusat terbuka dengan yang
tertutup menggunakan kassa
kering .Penelit ian ini merupakan jenis data
kategorik, maka uji yang digunakan adalah
mann-whitney.
IV. H
ASIL DAN
P
EMBAHASAN

Distribusi frekuensi perawatan tali pusat


Tabel. 4.1 Distribusi frekuensi perawatan tali
pusat
Jenis perawatan n %
Terbuka 20 50
Tertutup 20 50
Jumlah 40 100

Tabel di atas menyajikan distribusi


frekuensi perawatan tali pusat. Prosentase
perawatan tali pusat terbuka sebanyak 50%
dan prosentase perawatan tali pusat tertutup
50%.
Distribusi frekuensi lama pelepasan tali pusat
Tabel 3.2 Distribusi frekuensi lama pelepasan tali
pusat
Lama pelepasan N %
Kurang dari 5 hr 5 12.5
5 – 7 hr
28 70
Lebih dari 7 hr 7 17.5
Jumlah 40 100
Tabel 4.2. menyajikan distribusi frekuensi
lama pelepasan tali pusat. berdasarkan tabel
tersebut prosentase tali pusat yang lepas
kurang dari 5 hari sebanyak 12.5%,
prosentase tali pusat yang lepas antara 5-7
hari sebanyak 70%, dan prosentase tali pusat
yang lepas lebih dari 7 hari sebanyak 17.5%.
Hasil analisa Tabulasi Silang Metode
Perawatan Tali Pusat dengan Lama
Pelepasan Tali Pusat
Tabel 4.3 Tabulasi Silang Metode Perawatan Tali
Pusat dengan Lama Pelepasan Tali Pusat
Metode
perawa
tan tali
pusat
Lama pelepasan tali pusat
(hari)
1 - 4 5 – 7 >7
N%n%N%
Terbuka 4 20 15 75 1 5
Tertutu
p
1 5 13 65 6 30
Total 5 12,5 28 70 7 17,5

Berdasarkan tabel 3.3 didapatkan bahwa


pada metode perawatan tertutup terdapat 6
bayi (30%) dengan lama pelepasan tali pusat
>7 hari, sementara itu pada metode
perawatan terbuka hanya 1 bayi (5%) dengan
lama pelepasan tali pusat >7 hari.
Hal ini didukung dengan hasil analisis
statistik dengan menggunakan uji MannWhitney

diperoleh nilai significancy 0.022.


Karena pvalue<0.05 maka dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan bermakna lama
pelepasan tali pusat antara perawatan tali
pusat terbuka dengan perawatan tali pusat
tertutup.
Berdasarkan tabel 4.2 nampak bahwa
mayoritas tali pusat puput antara 5-7 hari
yaitu sebanyak 28 bayi (70%). Hanya 7 bayi
(17,5%) yang tali pusatnya puput >7 hari.
Pada perawatan tali pusat terbuka, setelah
bayi dimandikan, tali pusat tidak dibungkus
apapun. Bayi hanya diberikan pakaian dan
popok saja. Sedangkan pada bayi yang
dilakukan perawatan tali pusat tertutup
dengan kassa, setelah selesai dimandikan,
talipusat dibungkus dengan kassa steril yang
dilakukan sehari sekali setiap selesai mandi.
Hal ini menunjukkan mayoritas tali pusat
bayi di BPM Asiyah puput dalam batas
waktu yang normal. Sesuai dengan teori,
ujung tali pusat akan mengering dan puput,
biasanya dalam waktu 10 hari (Baston dan
Hall, 2013:18). Menurut Bagian Obsgin FK
UNPAD (1983), tali pusat biasanya lepas
34 |
Nor Asiyah, Islami, Lailatul Mustagfiroh / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 29-36

dalam 14 hari setelah lahir, paling sering


sekitar hari ke 10.
Lama waktu pelepasan tali pusat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa
faktor yang dapat menunda pelepasan tali
pusat pada bayi baru lahir adalah pemberian
ant iseptik yang dapat menghilangkan flora di
sekitar umbilicus dan menurunkan jumlah
leukosit yang akan melepaskan tali pusat.
Faktor yang lain adalah adanya infeksi tali
pusat sehingga menyebabkan tali pusat
lembab dan tidak cepat kering (Zupan, 1998
dalam Suryani dkk., 2006).
Tali pusat puput dari pusat melalui proses
gangrene kering. Terjadi perembesan sel
darah putih pada saat proses pelepasan tali
pusat sehingga sejumlah cairan kental akan
mengumpul pada pangkalnya, tampak sedikit
lembab dan lengket. Dalam beberapa hari ke
minggu, tunggul tersebut akan mengelupas
dan meninggalkan luka granulasi kecil, yang
setelah proses penyembuhan membentuk
umbilicus. Tali pusat mengering lebih cepat
dan lebih mudah terpisah ketika terkena
udara. Dengan demikian, penutupan tali
pusat tidak dianjurkan (Cunningham dkk,
2013).
Hal ini sesuai dengan hasil penelit ian pada
tabel 4.3 nampak bahwa pada metode
perawatan tali pusat terbuka terdapat 1 (5%)
bayi yang tali pusatnya lepas >7 hari.
Sementara itu, pada metode perawatan tali
pusat tertutup terdapat 6 (30%) bayi yang tali
pusatnya lepas >7 hari. Didukung dengan
hasil uji statistik mann whitney didapatkan
hasil ρvalue 0,022 menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan bermakna lama lepas tali
pusat antara perawatan tali pusat terbuka
dengan perawatan tali pusat tertutup.
Sejalan dengan penelit ian Martini (2012)
menemukan rerata waktu pelepasan tali pusat
pada bayi yang mendapatkan perawatan
dengan menggunakan kassa kering steril
adalah 7,1 hari, hal ini lebih cepat jika
dibandingkan dengan perawatan
menggunakan kompres kassa alkohol yakni
8,8 hari. Menurut Penny (2007) dalam
Martini (2012) menyatakan bahwa tali pusat
lepas sehari lebih cepat pada kelompok
dimana tali pusat dibiarkan mengering secara
alami.

Tali pusat yang dirawat dengan dibiarkan


terbuka (tidak dibungkus) sesuai anjuran
Kemenkes (2011) akan lebih cepat kering
dan puput sehingga meminimalisir risiko
terjadinya infeksi dan Tetanus neonatorum.
Tali pusat yang terbuka akan banyak terpapar
dengan udara luar sehingga air dan
Wharton,s jelly yang terdapat di dalam tali
pusat akan lebih cepat menguap. Hal ini
dapat mempercepat proses pengeringan
(gangrene) tali pusat sehingga cepat puput.
Sebagaimana diketahui, bahwa tali pusat
yang masih menempel pada pusar bayi
merupakan satu-satunya pintu masuk spora
kuman Clostridium tetani ke dalam tubuh
bayi. Dengan mempercepat proses pelepasan
tali pusat, maka meminimalisir risiko bayi
terkena tetanus neonatorum.
Perawatan tali pusat yang baik dan benar
akan menimbulkan dampak yang posit if yaitu
tali pusat akan puput pada hari ke-5 dan ke-7
tanpa ada komplikasi. Perawatan tali pusat
yang tidak baik menyebabkan tali pusat
menjadi lama lepas. Risiko bila tali pusat
lama lepas adalah terjadinya infeksi tali pusat
dan Tetanus Neonatorum (Saifuddin, 2008).
Spora kuman Clostridium tetani masuk ke
dalam tubuh bayi melalui tali pusat yang
dapat terjadi pada saat pemotongan tali pusat
ketika bayi lahir maupun pada saat
perawatannya sebelum puput (terlepasnya
tali pusat) (Saifuddin, 2001).

Cara perawatan tali pusat dan puntung tali


pusat pada masa segera setelah persalinan
berbeda-beda, bergantung pada faktor sosial,
budaya, dan geografis. Kebersihan tali pusat
sangat penting. Mencuci tangan perlu
dilakukan sebelum dan setelah merawat tali
pusat. Tidak ada perawatan tali pusat khusus
yang harus dilakukan, meskipun banyak
variasi cara yang dilakukan untuk
mempermudah pemisahan lebih awal.
Namun, harus diperhatikan penggunaan
topikal dapat mengganggu proses normal
kolonisasi dan memperlambat pemisahan tali
pusat. Membersihkan dengan air biasa dan
menjaga tali pusat tetap kering terbukti
mempercepat pemisahan (Barclay et al 1994;
Mugford et al 1986; Rush 1990, Salariya &
Kowbus 1988; Verber & Pagan 1993 dalam
Fraser & Cooper, 2009). Disarankan untuk
memastikan tali pusat tidak tertutup popok
Nor Asiyah, Islami, Lailatul Mustagfiroh / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 29-36
| 35

karena dapat terkontaminasi oleh urine dan


feses.
V. K
ESIMPULAN

Mayoritas lama pelepasan tali pusat yang


dirawat dengan perawatan tertutup
menggunakan kassa steril adalah 5 – 7 hari
sebanyak 13 bayi (65%).
Mayoritas lama pelepasan tali pusat yang
dirawat terbuka, tanpa menggunakan kassa
steril adalah 5 – 7 hari sebanyak 15 bayi
(75%).
Terdapat perbedaan antara lama pelepasan tali
pusat yang dirawat terbuka dengan yang dirawat
tertutup menggunakan kassa steril pada bayi baru
lahir.
Diharapkan adanya penelit ian lanjutan
tentang faktor-faktor lain yang
mempengaruhi pelepasan tali pusat sehingga
keilmuan kebidanan khususnya tentang
perawatan tali pusat dapat terus diperbaiki.
Tenaga kesehatan, terutama bidan diharapkan
dapat mempraktikkan perawatan tali pusat
secara terbuka karena terbukti aman, lebih
praktis dan ekonomis
D
AFTAR
P
USTAKA

Baety, A.N. 2011. Biologi Reproduksi


Kehamilan dan Persalinan. Edisi I.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
kedokteran Universitas Padjadjaran.
1983. Obstetri Fisiologi. Bandung:
Eleman.
Baston, Helen & Jennifer Hall. 2013.
Midwifery Essentials: Postnatal Volume
4. Jakarta: EGC.
Cunningham, F. Gary; Kenneth J. Leveno,
Steven L. Bloom, John C. Hauth,
Dwight J. Rouse,
Fraser, DM & MA. Cooper. 2009. Buku Ajar
Bidan Myles Edisi 14. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. 2009. Ilmu Kesehatan Anak
untuk Pendidikan Kebidanan. Jilid I.
Jakarta: Salemba Medika.
Jitowijoyo, S., Kristiyanasari, W. 2010.
Asuhan Keperawatan Neonatus dan
Anak. Cetakan I. Yogyakarta: Muha
Medika.
JNPK-KR, 2008, Asuhan Esensial,
Pencegahan dan Penanggulangan
Segera Komplikasi Persalinan Dan Bayi
Baru Lahir. Depkes RI. Jakarta: 189)
Jaringan Nasional Pelatihan KlinikKesehatan

Reproduksi Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 2008.
Buku Acuan Pelatihan Klinik Asuhan
Persalinan Normal.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Buku
Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
Kemenkes dan JICA.
Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan,
Penyakit kandungan dan keluarga
berencana untuk pendidikan bidan.
Jakarta: EGC.
Martini, DE. 2012. Perbedaan Lama
Pelepasan Tali Pusat Bayi baru Lahir
yang Mendapatkan Perawatan
Menggunakan Kassa Kering dan
Kompres Alkohol di Desa Plosowahyu
Kabupaten Lamongan. Surya Volume 3
Nomer XIII.
Meiliya, E., Pamilih, E.K. 2008. Buku Saku
Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir
Panduan Untuk Dokter, Perawat dan
Bidan. Jakarta: EGC.
Muchtar, R. 1999.Sinopsis Obstetri. Jakarta.
EGC
Nursalam, 2008.Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Permanasari, D.K., Susyanto, B.E. 2009.
Perawatan Tali Pusat Terbuka,
Perawatan Tali Pusat Tertutup, Lama
Waktu Pelepasan. Undergraduate Theses
from YOPTUMYFKPP. 1 (1), 1-2.
Prawirohardjo, S. 2007. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Cetakan 7.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Retniati, Tika R. 2010. Perbedaan Lama
Pelepasan Tali Pusat Pada BBL Yang
Dirawat Menggunakan Kassa Steril
Dibandingkan Dengan Kassa Alkohol
70% di Desa Trayeman Kecamatan
Slawi Kabupaten Tegal-Semarang,
Universitas Muhammadiyah Semarang.
KTI.
Saifuddin, Abdul Bari; G. Adriaansz, GH.
Wiknjosastro, D. Waspodo. 2001. Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
36 |
Nor Asiyah, Islami, Lailatul Mustagfiroh / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 29-36

Saifuddin,AB; Adrianz, G., Wiknjosastro,


GH., waspodo, D. 2008. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Salam, Affyus. 2008. Kesehatan Bayi Baru
lahir. Jakarta¨Rajawali pers.
Sarimawar, Djaja & Soeharsono Soemantri.
2009. Penyebab Kematian Bayi Baru
Lahir (Neonatal) dan Sistem Pelayanan
Kesehatan Yang Berkaitan di Indonesia.
Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) 2001. Buletin Penelit ian
Kesehatan, Vol. 31, No. 3: 155-165).
Sastrawinata S, 1983. Obstetri fisiologis Bag.
Obstetrik dan Ginecology. FK. UNPAD.
Bandung.

Shafique Muhammad Faisal salman Ali,


Emran Roshan, Shahid Jamal. 2006.
Alcohol Application Versus Natural
Drying of Umbilical Cord. The Journal
of the Pakistan Medical Association
Rawalpindi-Islamabad, Volume 31,
Number 2, Jul-Dec 2006. Diakkses dari
respository.unanda.ac.id Tanggal 12
Februari 2015).
Sodikin, 2009. Buku Saku Perawatan Tali
Pusat. EGC. Jakarta.
Sugiono. 2001. Statistik dalam Penelitian.
Bandung : Alfabeta
Uma Sekaran. 2006. Metode Penelit ian
Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.
Wibowo, N. Saifuddin, BA. 2008. Plasenta,
Tali pusat, Selaput Janin dan cairan
amnion. Jakarta: FKUI.
EFEKTIFITAS METODE KOLOSTRUM DAN METODE KASA KERING
TERHADAP WAKTU PELEPASAN TALI PUSAT DI BPS NY. ENDANG
PURWANINGSIH DAN BPS NY. ISTIQOMAH KECAMATAN RAKIT
KABUPATEN BANJARNEGARA
TAHUN 2011

Oleh :

Ika Sofiana dan Ely Eko Agustina


Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto
Telp 085647929125, email : sofianaika@ymail.com
ABSTRACT
Infections in neonates in Indonesia was still high. One type of infection that often
occurs in neonates are Tetanus Neonatorum. These infections can occur because the
umbilical cord care is not clean. Many studies have shown that the use of colostrum
can accelerate umbilical cord separation time, but colostrum is still rarely used to
treat the umbilical cord. The method most commonly used is dry gauze. Therefore,
researcher wanted to compare the effectiveness of both methods. This study aims to
prove the difference in long separation umbilical cord using the method of colostrum
compared with dry gauze method. This type of research is a true experiment with the
technique of sampling is simple random sampling. Approach time prospectively. The
data collection by conducting observations of the newborn. The analysis used is test
"t" 2n independent. The study was conducted on 40 infants born with gestational age
between 38-42 weeks and birth weight between 2500-4000 g without congenital
defects. 20 infants were treated with the method of colostrum and 20 infants treated
with dry gauze method. The umbilical cord separation time in infants who were
treated using colostrum (94.23 hours)was faster than those treated with dry gauze
(128.94 hours). The differences mean of umbilical cord separation time between the
two methods was 34.71 hours. Fastest time of the umbilical cord separation time in
the colostrum group was 54.83 hours and late time is 170.50 hours, whereas the
fastest time of the umbilical cord separation on dry gauze group was 77.00 hours and
late time was 231.67 hours. There was a significantly difference of the umbilical
cord detachemant time between the treatment groups (p = 0.006). Colostrum can be
used effectively and safely to treat the umbilical cord.
Key words: umbilical cord separation time, colostrum, dry gauze.
PENDAHULUAN
Infeksi pada neonatus di Indonesia masih tinggi. Di Jawa Tengah penyakit penyebab
kematian neonatal kelompok umur 0-28 hari tertinggi adalah infeksi sebesar 57,1%
(termasuk tetanus, sepsis, infeksi tali pusat, pneumonia dan diare), kemudian sisanya
merupakan feeding problem. Berdasarkan data dari dinas kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
jumlah kasus tetanus neonatorum Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 adalah 23 kasus,
dengan jumlah kasus terbanyak di Kabupaten Banjarnegara yaitu 11 kasus (Dinkes Jateng,
2009).
Salah satu jenis infeksi yang sering terjadi pada neonatus dan menyebabkan
mortalitas yang tinggi adalah Tetanus Neonatorum. Penyakit ini disebabkan oleh spora
Clostridium tetani yang masuk melalui luka tali pusat. Hal ini dapat terjadi karena
perawatan atau tindakan yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan
tali pusat dengan bumbu atau gunting yang tidak steril, atau setelah tali pusat dipotong
dibubuhi abu, tanah, minyak, daun-daunan dan sebagainya (Hassan & Alatas, 2007).
Perawatan tali pusat yang baik merupakan salah satu upaya untuk mencegah
terjadinya infeksi neonatal. Metode perawatan yang digunakan sangat bervariasi sebagai
contoh perawatan secara modern menggunakan bahan antiseptik seperti alkohol 70%,
povidon iodine (betadine) 10%, sedangkan perawatan secara tradisional menggunakan
madu, minyak ghee (India), atau kolostrum. Penelitian Kurniawati (2006) di Indonesia
membuktikan bahwa waktu pelepasan tali pusat menggunakan ASI adalah 127 jam (waktu
tercepat 75 jam) dan waktu pelepasan menggunakan teknik kering terbuka rata-rata 192,3
jam (waktu tercepat 113 jam). Hasil penelitian Triasih, Widowati, Haksari dan Sarjono (n.d.)
yang belum dipublikasikan, menemukan rata-rata waktu pelepasan tali pusat pada
kelompok kolostrum lebih cepat dibandingkan dengan kelompok alkohol (133,5±38,0 jam
dibanding 188,0±68,8 jam), perbedaan rata-rata 54,5 jam. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa kolostrum aman dan lebih efektif untuk perawatan tali pusat pada bayi sehat yang
lahir cukup bulan (Solihin, 2007).
Farahani, Mohammadzadeh, Tafazzoli, Esmaeli, dan Ghazvini (2008)
membuktikan bahwa jenis bakteri yang paling banyak ditemukan pada ujung tali pusat
adalah S. Epidermidis, S. Aureus, E. Coli dan Klebsiela Pneumoniae. Koloni bakteri yang
terdapat pada tali pusat yang dirawat dengan metode bersih kering rata-rata lebih banyak
daripada tali pusat yang dirawat dengan kolostrum.
Banyak penelitian sudah dilakukan yang menunjukkan bahwa penggunaan
kolostrum dapat mempercepet proses pelepasan talipusat dan memperkecil resiko infeksi.
Fakta menujukkan bahwa di lahan penggunaan kolostrum sebagai bahan untuk perawatan
tali pusat sampai saat ini masih jarang digunakan.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah membuktikan perbedaan lama pelepasan
tali pusat menggunakan metode kolostrum dibandingkan dengan metode kasa kering.
Sedangkan tujuan khususnya yaitu mengetahui waktu pelepasan tali pusat dengan
menggunakan metode kolostrum dan metode kasa kering.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tali Pusat
Tali pusat adalah saluran vaskular yang menghubungkan embrio atau fetus
dengan plasenta. Insersi tali pusat pada plasenta biasanya terjadi dibagian tengah,
sedikit kebagian samping, tepi plasenta atau pada selaput janin (Eastman & Hellman,
2006).
B. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning-kuningan,
lebih kuning dibandingkan dengan susu yang matur. Cairan yang volumenya berkisar
150-300 ml/24 jam ini merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
payudara, mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli
dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa puerperium
(Soetjiningsih, 1997). Kolostrum memiliki banyak manfaat, yaitu manfaat dalam
pemenuhan gizi bayi, berperan sebagai zat kekebalan tubuh, antiinflamasi,
antibakterial, antiviral, antiparasit dan anti alergi.
C. Metode Kolostrum
Perawatan tali pusat dengan metode kolostrum adalah perawatan tali pusat
yang dibersihkan dan dirawat dengan cara mengoleskan kolostrum pada luka dan
sekitar luka tali pusat. Tali pusat dijaga agar tetap bersih dan kering tidak terjadi infeksi
sampai tali pusat lepas (Laksawati, 2009)
D. Metode Kasa Kering
Perawatan tali pusat dengan menggunakan kasa kering adalah tali pusat
dibersihkan dan dirawat serta dibalut kasa kering, tali pusat dijaga agar bersih dan
kering tidak terjadi infeksi sampai tali pusat kering dan lepas (Depkes RI, 2005).
METODE
Penelitian ini menggunakan metode true experiment, dengan pendekatan cross
sectional (Sugiyono, 2009). Penelitian ini membandingkan antara waktu pelepasan tali
pusat menggunakan metode kolostrum dengan kasa kering. Populasi dari penelitian ini
adalah seluruh seluruh bayi baru lahir di BPS Ny. Endang Purwaningsih dan BPS Ny.
Istiqomah Kecamatan Kecepit Kabupaten Banjarnegara sejumlah 93 orang sedangkan
jumlah sampel sebanyak 40 bayi, 20 bayi dirawat dengan metode kolostrum dan 20 bayi
dirawat dengan metode kasa kering. Prosedur pemilihan sampel penelitian ini
menggunakan simple random sampling dengan cara lotery technique (Notoatmojo, 2002).
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu berupa timbangan,
meteran, jam dan lembar observasi. Lembar observasi ini berisi nomor responden, jenis
perawatan tali pusat, tanggal/jam lahir bayi, tanggal/jam tali pusat lepas dan lama
pelepasan tali pusat dalam satuan jam. Teknik pengolahan data dengan 4 cara yaitu editing,
coding, rekapitulasi, prosesing dan output (Santjaka, 2008).Analisis data yang digunakan
adalah analisis univariat yaitu bersifat komparatif untuk masing-masing variabel yang
meliputi waktu pelepasan tali pusat dengan menggunakan metode kolostrum dan kasa
kering mengoservasi sedangkan analisis bivariat dengan menggunakan uji t 2n independent
dan analisis pada penelitian ini dikerjakan dengan menggunakan komputer dengan
menggunakan program SPSS (Statistical Pasckage for Spesial Science).

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Rerata Waktu Pelepasan Tali Pusat dengan Menggunakan Metode Kolostrum
Hasil penelitian perawatan tali pusat dengan menggunakan metode kolostrum
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel 7. Distribusi Efektivitas Rerata Waktu Pelepasan Tali Pusat dengan
Menggunakan Metode Kolostrum di BPS Endang Purwaningsih dan
BPS Istiqomah, Kecamatan Kecepit, Kabupaten Banjarnegara, 2011

Jenis
Perawatan
Rata-Rata Median
Me tode
Kolostrum
Waktu
Tercepat
94,23 Jam 82 Jam 54,83 Jam 170,50 Jam

Sumber : Data Primer, 2011

Tabel 7 di atas menunjukan bahwa rerata pelepasan tali pusat dengan


menggunakan metode kolostrum adalah 94,23 jam, waktu tercepat yaitu 54,83
jam dan waktu terlambat yaitu 170,50 jam.

Kolostrum mengandung protein yang sangat tinggi, protein berfungsi sebagi


pembentuk ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan cairan tubuh, memelihara
netralisasi tubuh dengan bereaksi terhadap asam basa agar PH tubuh seimbang,
membentuk antibodi serta memegang peranan penting dalam mengangkut zat gizi
kedalam jaringan.Protein yang berada dalam kolostrum dan ASI akan berikatan dengan
protein dalam tali pusat sehingga membentuk reaksi imun dan terjadi proses
apoptusis. Pembelahan dan pertumbuhan sel dibawah pengendalian genetik sel juga
dapat mengalami kematian sel secara terprogram. Gen dalam sel tersebut memainkan
peranan aktif pada kehancuran sel (Laksawati, 2009).

B. Rerata Waktu Pelepasan Tali Pusat dengan Menggunakan Metode Kolostrum


Hasil penelitian perawatan tali pusat dengan menggunakan metode kasa kering
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel 8. Distribusi Efektivitas Rerata Waktu Pelepasan Tali Pusat dengan
Menggunakan Metode Kasa Kering di BPS Endang Purwaningsih dan
BPS Istiqomah Kecamatan Kecepit, Kabupaten Banjarnegara, 2011

Jenis
Perawatan
Rata-Rata Median
Metode Kasa
Kering
Waktu
Tercepat
128,94 Jam 127,62 Jam 77,00 Jam
231,67
Jam
Sumber : Data Primer, 2011
Tabel 8 diatas menunjukan bahwa rerata pelepasan tali pusat dengan
menggunakan metode kasa kering adalah 128,94 jam, waktu tercepat yaitu
77,00 jam dan waktu terlambat yaitu 231,67 jam.
Waktu
Terlambat
Waktu
Terlambat
Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian bayi adalah dengan
melakukan perawatan tali pusat dengan bersih dan benar supaya tali pusat cepat lepas
dan terhindar dari infeksi. Sebagai upaya untuk meminimalkan berkembangnya infeksi
tali pusat yaitu dengan menjaga tali pusat tetap bersih dan kering (Depkes RI, 2005).

C. Perbedaan Rerata Waktu Pelepasan Tali Pusat Menggunakan Metode Kolostrum


dan Metode Kasa Kering
Perbedaan waktu pelepasan tali pusat antara perawatan menggunakan metode
kolostrum dibandingkan metode kasa kering dapat dilihat dari tabel distribusi sebagai
berikut.
Tabel 9. Distribusi Perbedaan Rata-rata Pelepasan Tali Pusat dengan
Menggunakan Metode kolostrum dan Kasa Kering di BPS Endang
Purwaningsih dan BPS Istiqomah Kecamatan Kecepit, Kabupaten
Banjarnegara, 2011
Metode
Perawatan Tali
Pusat
Perbedaan
waktu
pelepasan tali
pusat metode
kolostrum dan
kasa kering
Perbedaan
Mean SD Mean
Kol:
94.2330
Kasa:
128.9415
Sumber : Data Primer, 2011
Kol :
36.9084
Kasa :
38.9485
Difference
p Lower
Interval
Upper
Interval
34.7085 0,006
59.000
2
10.416
7
Uji statistik yang dipakai adalah uji “t” 2n independen karena uji ini
membedakan dua kelompok sampel yang tidak saling mempengaruhi satu sama lain,
skala data ratio dan sampel yang digunakan adalah sampel kecil (<30 sampel). Hasil
analisa menunjukan nilai p = 0,006. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai a
(alpha) = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya ada perbedaan
waktu pelepasan tali pusat antara perawatan tali pusat dengan menggunakan metode
kolostrum dibandingkan dengan menggunakan metode kasa kering, dimana perawatan
menggunakan metode kolostrum lebih cepat 34,71 jam dibandingkan dengan
menggunakan metode kasa kering.
SigA di dalam kolostrum dan ASI sangat berkhasiat untuk melindungi tubuh bayi
terhadap berbagai infeksi. Selain itu, SigA ini juga berfungsi untuk mencegah absorpsi
protein-protein asing ketika SigA bayi belum terbentuk. SigA bayi berasal dari sel-sel
plasma di dalam lamina propia dan kelenjar-kelenjar limfe dibawah mukosa saluran
pencernaan dan belum berproduksi pada umur minggu-minggu pertama (Walker &
Hong, 2009). Dengan berbagai macam komponen-komponen zat antiinfeksi di dalam
kolostrum dan ASI, maka bayi akan terlindungi dari berbagai macam infeksi baik yang
disebabkan virus, bakteri, parasit dan antigen lainnya.
Asumsi peneliti, protein dalam kolostrum yang tinggi mencapai 4,1 gr% sangat
berperan dalam perbaikan sel-sel yang rusak, mempercepat proses penyembuhan
sehingga mampu mempercepat waktu pelepasan tali pusat. Dalam penelitian ini
terbukti bahwa ada perbedaan waktu pelepasan tali pusat antara menggunakan
metode kolostrum dibandingkan dengan metode kasa kering, dimana pada metode
kolostrum lebih cepat 34,71 jam dibandingkan dengan menggunakan metode kasa
kering.

KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Rerata pelepasan tai pusat dengan menggunakan metode kolostrum adalah
94,23 jam
2. Rerata pelepasan tali pusat dengan menggunakan metode kasa kering 128,94
jam
3. Hasil uji statistik menunjukkaan bahwa nilai p= 0,006, mean = -34,70850.
Artinya ada perbedaan waktu pelepasan tali pusat antara perawatan dengan
menggunakan metode kolostrum dibandingkan dengan metode kasa kering,
dimana perawatan menggunakan metode kolostrum lebih cepat 34,71 jam
dibandingkan dengan menggunakan metode kasa kering.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. (2005). Manajeman laktasi. Jakarta : Depkes RI.

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2009). Profil kesehatan propinsi jawa tengah
tahun 2009. Terdapat pada : http//www.dinkesjateng.com. Diakses pada : 4
Desember 2010.

Farahani,L. A., Mohammadzadeh,A., Tafazzoli,M., Esmaeli, H. &


Ghazvini, K. (2008). Effect of topical application of breast milk and dry cord care on
bacterial colonization and umbilical cord separation time in neonates. Chinese
Clinical Medicine, 3(6), halaman 327-332.

Hassan, R. & Alatas A. (2007). Ilmu kesehatan anak (Jilid 1). Jakarta : Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FKUI.

Laksawati, N.K. (2009). Efektivitas pelepasan tali pusat dengan menggunakan


perawatan ASI dan kasa steril di BPS ny. Evy arianti dan BPS ny. Wartuti di desa
masaran kecamatan bawang kabupaten banjarnegara tahun 2009. Skipsi yang tidak
dipublikasikan. Purwokerto : AKBID YLPP.

Notoatmojo, Soekidjo. (2002). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta :


Penerbit Rineka Cipta.

Santjaka, A. (2008). Biostatistik : Untuk praktisi bidang kesehatan dan


mahasiswa ; kedokteran, kesehatan lingkungan, keperawatan, kebidanan, gizi,
kesehatan masyarakat. Purwokerto: Global Internusa.

Solihin. (2007). Buku saku perawatan tali pusat. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Sugiyono. (2009). Metode penelitian administrasi. Bandung : Alfabeta.

Walker, W.A & Hong, R. (2009). Immunology of gastrointestinal tract. J.


Pediatr, 2(83), halaman 517.

WHO. (2010). Care of the umbilical cord : A review of the evidence. Terdapat
pada : www.who.int/csr/disease/swineflu/en/index.html. Diakses pada : 25 Januari
2011
Bidan Eni Puji Hastutik
CORAT CORET SEDERHANA UNTUK
MEMOTIVASI SIAPAPUN JUGA
EVIDENCED BASED
MEMOTONG TALI PUSAT
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Tujuan Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan
dam kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang
optimal di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka
kesakitan (Morbilitas) dan angka kematian (mortalitas) adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan
yang efektif pada masyarakat tentang perawatan tali pusat bayi, dalam melaksanakan upaya tersebut
diperlukan sumberdaya manusia yang mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang kesehatan kepada masyarakat sehingga
pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat diharapkan dapat mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap
kesehatan.[1]

Kemampuan hidup sehat dimulai sejak bayi karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan
yang menentukan kualitas otak pada masa dewasa. Supaya terciptanya bayi yang sehat maka dalam
perawatan tali pusat pada bayi baru lahir dilakukan dengan benar – benar sesuai dengan prosedur kesehatan.
Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan peningkatan tali pusat yang menyebabkan
pemisahan fisik ibu dengan bayi. Dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih dan terhindar
dari infeksi tali pusat.

Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat akan pupus pada
hari ke – 5 dan hari ke – 7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negative dari perawatan tali pusat yang
tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus Neonaturum dan dapat mengakibatkan kematian.
Tujuan Perawatan Tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru
lahir penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik
dari alat steril, pemakaian obat – obatan, bubuk atau daun – daun yang ditaburkan ke tali pusat sehingga
dapat mengakibatkan infeksi.[2]
1. Tujuan
A. Tujuan Umum
Setelah berhasilnya penulisan makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memberikan penanganan tentang
perawatan dan pemotongan tali pusat pada bayi baru lahir.

2. Tujuan Khusus
1. Dapat menjelaskan pengertian tali pusat
2. Dapat menyebutkan penyebab dari tali pusat
3. Dapat menjabarkan patofisiologi tali pusat
4. Dapat menyebutkan pencegahan infeksi tali puat
5. Dapat menyebutkan penatalaksanaan tali pusat

1. Manfaat
Dengan adanya makalah ini, maka dapat memberikan manfaat serta pengetahuan yang berguna bagi
mahasiswa, khususnya Mahasiswa Akademi Kebidanan dalam memahami tentang pemotongan tali pusat
pada bayi baru lahir.
BAB II
LANDASAN TEORI

1. Pengertian
Tali pusat atau Umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan, dikatakan
saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan oksigen
janin. Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau
dijepit.[3]

1. Letak : Funiculus umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah
umbilicalis fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Funiculus
umbilicalis secara normal berinersi dibagian tengah plasenta.
2. Bentuk : Funiculus umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah
plasenta sampai ke umbilicalis fetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral.
3. Ukuran : Pada saat aterm funiculus umbilicalis panjangnya 40 – 50 cm dan
diameternya 1 – 2 cm, hal ini cukup untuk kelahiran bayi tanpa menarik plasenta
keluar dari rahim ibu. Tali pusat menjadi lebih panjang jika jumlah air ketuban pada
kehamilan trimester pertama dan kedua relative banyak. Jika oligohidromnion dan
janin kurang gerak ( pada kelainan motorik janin ), maka umumnya tali pusat lebih
pendek. Kerugian tali pusat terlalu panjang adalah dapat terjadi lilitan disekitar leher
atau tubuh janin atau menjadi ikatan yang dapat menyebabkan oklusi pembuluh darah
khususnya pada saat persalinan.

1. Struktur tali pusat[4]


1. Amnion : Menutupi funiculus umbilicalis dan merupakan lanjutan amnion yang
menutupi permukaan fetal plasenta. Pada ujung fetal amnion melanjutkan diri dengan
kulit yang menutupi abdomen. Baik kulit maupun membran amnion berasal dari
ectoderm.
2. Tiga pembuluh darah : Setelah struktur lengkung usus, yolk sack dan duktus
vitellinus menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah
umbilikal yang menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta. Ketiga pembuluh
darah itu saling berpilin di dalam funiculus umbilicalis dan melanjutkan sebagai
pembuluh darah kecil pada vili korion plasenta. Kekuatan aliran darah (kurang lebih
400 ml/ menit) dalam tali pusat membantu mempertahankan tali pusat dalam posisi
relatif lurus dan mencegah terbelitnya tali pusat tersebut ketika janin bergerak-gerak.
Ketiga pembuluh darah tersebut yaitu :
A. Satu vena umbilicalis membawa oksigen dan memberi nutrien ke sistem
peredaran darah fetus dari darah maternal yang terletak di dalam spatium
choriodeciduale.
B. Dua arteri umbilicalis mengembalikan produk sisa (limbah) dari fetus ke
plasenta dimana produk sisa tersebut diasimilasi ke dalam peredaran darah
maternal untuk di ekskresikan.
C. Jeli Wharton : Merupakan zat yang berkonsistensi lengket yang mengelilingi
pembuluh darah pada funiculus umbilicalis. Jeli Warthon merupakan subtansi
seperti jeli, juga berasal dari mesoderm seperti halnya pembuluh darah. Jeli ini
melindungi pembuluh darah tersebut terhadap kompresi, sehingga pemberian
makanan yang kontinyu untuk janin dapat di jamin. Selain itu juga dapat
membantu mencegah penekukan tali pusat. Jeli warthon ini akan mengembang
jika terkena udara. Jeli Warthon ini kadang-kadang terkumpul sebagai gempalan
kecil dan membentuk simpul palsu di dalam funiculus umbilicalis. Jumlah jeli
inilah yang menyebabkan funiculus umbilicalis menjadi tebal atau tipis.

1. Fungsi Tali Pusat[5]


1. Sebagai saluran yang menghubungkan antara plasenta dan bagian tubuh janin
sehingga janin mendapat asupan oksigen, makanan dan antibodi dari ibu yang
sebelumnya diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena umbilicalis.
2. Saluran pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon dioksida yang
akan meresap keluar melalui arteri umbilicalis.

1. Sirkulasi Tali Pusat[6]


Fetus yang sedang membesar di dalam uterus ibu mempunyai dua keperluan yang sangat penting dan harus
dipenuhi, yaitu bekalan oksigen dan nutrien serta penyingkiran bahan kumuh yang dihasilkan oleh sel-
selnya. Jika keperluan ini tidak dapat dipenuhi, fetus akan menghadapi masalah dan mungkin maut. Struktur
yang bertanggung jawab untuk memenuhi keperluan fetus ialah plasenta. Plasenta yang terdiri daripada tisu
fetus dan tisu ibu terbentuk dengan lengkapnya pada ujung minggu yang ke-16 kehamilan.

Pada plasenta banyak terdapat unjuran seperti “Jari” atau vilus tumbuh dari membran yang menyelimuti fetus
dan menembusi dinding uterus, yaitu endometrium. Endometrium pada uterus adalah kaya dengan aliran
darah ibu. Di dalarn vilus terdapat jaringan kapilari darah fetus. Darah yang kaya dengan oksigen dan nutrien
ini dibawa melalui vena umbilicalis yang terdapat di dalam tali pusat ke fetus. Sebaliknya, darah yang
sampai ke vilus dari fetus melalui arteri umbilicalis dalam tali pusat mengandungi bahan kumuh seperti
karbon dioksida dan urea. Bahan kumuh ini akan meresap merentas membran dan memasuki darah ibu yang
terdapat di sekeliling vilus. Pertukaran oksigen, nutrien, dan bahan kumuh lazimnya berlaku melalui proses
resapan. Dengan cara ini, keperluan bayi dapat dipenuhi.

Walaupun darah ibu dan darah fetus dalam vilus adalah begitu rapat, tetapi kedua-dua darah tidak bercampur
kerana dipisahkan oleh suatu membran. Oksigen, air, glukosa, asid amino, lipid, garam mineral, vitamin,
hormon, dan antibodi dari darah ibu perlu menembus membran ini dan memasuki kapilari darah fetus yang
terdapat dalam vilus. Selain oksigen dan nutrien, antibodi dari darah ibu juga meresap ke dalarn darah fetus
melalui plasenta. Antibodi ini melindungi fetus dan bayi yang dilahirkan daripada jangkitan penyakit.

1. Kelainan Letak Tali Pusat[7]


Tali pusat secara normal berinersi di bagian sentral kedalam permukaan fetal plasenta. Namun, ada beberapa
yang memiliki kelainan letak seperti:

1. Insersi tali pusat Battledore @ pada kasus ini tali pusat terhubung kepaling pinggir
plasenta seperti bet tenis meja. Kondisi ini tidak bermasalah kecuali sambungannya
rapuh.
2. Insersi tali pusat Velamentous @ tali pusat berinsersi kedalam membran agak jauh
dari pinggir plasenta. Pembuluh darah umbilikus melewati membran mulai dari tali
pusat ke plasenta. Bila letak plasenta normal, tidak berbahaya untuk janin, tetapi tali
pusat dapat terputus bila dilakukan tarikan pada penanganan aktif di kala tiga
persalinan.

1. Etiologi
A. Lama waktu Terlepasnya Tali Pusat
Tali pusat orok berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm segera setelah dipotong. Penjepit tali
pusat digunakan untuk menghentikan perdarahan. Penjepit tali pusat ini dibuang ketika tali pusat sudah
kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah sakit atau dalam waktu dua puluh empat jam hingga empat
puluh delapan jam setelah lahir. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan
mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada juga yang baru lepas
setelah 4 minggu.

Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya. Jangan memegang-megang atau bahkan menariknya.
Bila tali pusat belum juga puput setelah 4 minggu, atau adanya tanda-tanda infeksi, seperti; pangkal tali pusat
dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang berbau, ada darah yang keluar terus- menerus,
bayi demam tanpa sebab yang jelas maka kondisi tersebut menandakan munculnya penyulit pada neonatus
yang disebabkan oleh tali pusat.

2. Lilitan Tali pusat pada janin


Adanya lilitan tali pusat di leher dalam kehamilan menurutnya, pada umumnya tidak menimbulkan masalah.
Namun dalam proses persalinan dimana mulai timbul kontraksi rahim dan kepala janin mulai turun dan
memasuki rongga panggul, maka lilitan tali pusat menjadi semakin erat dan menyebabkan penekanan atau
kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya, suplai darah yang mengandung oksigen dan
zat makanan ke janin akan berkurang, yang mengakibatkan janin menjadi sesak atau hipoksia. Kemungkinan
sebab lilitan tali pusat pada janin :

1.Usia kehamilan ® Kematian bayi pada trimester pertama atau kedua sering
disebabkan karena puntiran tali pusat secara berulang-ulang ke satu arah. Ini
mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tersumbat total. Karena
dalam usia kehamilan tersebut umumnya bayi masih bergerak dengan bebas. Hal
tersebut menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami kekurangan
oksigen.
2. Polihidramnion kemungkinan bayi terlilit tali pusat semakin meningkat.
3. Panjangnya tali pusat ® dapat menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat bayi rata-
rata 50 sampai 60 cm. Namun, tiap bayi mempunyai panjang tali pusat berbeda-beda.
Panjang pendeknya tali pusat tidak berpengaruh terhadap kesehatan bayi, selama
sirkulasi darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tidak terhambat.
C. Tanda-Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat :
Beberapa hal yang menandai bayi terlilit tali pusat, yaitu:

1. Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian terendah janin
(kepala atau bokong) belum memasuki pintu atas panggul perlu dicurigai adanya
lilitan tali pusat.
2. Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap meskipun telah dilakukan usaha
untuk memutar janin (Versi luar/knee chest position) perlu dicurigai pula adanya
lilitan tali pusat.
3. Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color doppler dan USG 3
dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali pusat.
4. Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang erat, umumnya
dapat dijumpai dengan tanda penurunan detak jantung janin di bawah normal,
terutama pada saat kontraksi rahim.
D. Infeksi Tali Pusat (Tetanus Neonatorum)[8]
5. Pengertian
Adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir (neonatus). Tetanus neonatorum penyebab kejang yang
sering dijumpai pada BBL yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi
selama masa neonatal, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak aseptic
(Ilmu Kesehatan Anak, 1985)

1. Penyebabnya adalah hasil klostrodium tetani (Kapitaselekta, 2000) bersifat anaerob,


berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin yang
dapat mengahancurkan sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan
tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan
ketegangan dan spasme otot. (Ilmu KesehatanAnak,1985)
2. Penyebab tetanus neonatorum adalah clostridium tetani yang merupakan kuman
gram positif, anaerob, bentuk batang dan ramping. Kuman tersebut terdapat ditanah,
saluran pencernaan manusia dan hewan. Kuman clostridium tetani membuat spora
yang tahan lama dan menghasilkan 2 toksin utama yaitu tetanospasmin dan
tetanolysin.

1. Patofisiologi
Proses Pembentukan Tali Pusat Pada Janin
Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang
menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat. Pada tahap awal
perkembangan, rongga perut masih terlalu kecil untuk usus yang berkembang, sehingga sebagian usus
terdesak ke dalam rongga selom ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan ketiga, penonjolan
lengkung usus (intestional loop) ini masuk kembali ke dalam rongga abdomen janin yang telah
membesar.Kandung kuning telur (yolk-sac) dan tangkai kandung kuning telur (ductus vitellinus) yang
terletak dalam rongga korion, yang juga tercakup dalam connecting stalk, juga tertutup bersamaan dengan
proses semakin bersatunya amnion dengan korion.

1. Penatalaksanaan
1. Persiapan Alat yang Diperlukan
2. Teknik Memotong Tali Pusat
A. Arteri klem 2 buah
B. Gunting Steril 1 buah
C. Sarung Tangan Steril 1 pasang
D. Benang steril pengikat pusat 1 helai
E. Selimut Kering dan bersih 1 buah
F. Perlak pengalas 1 buah
Dengan menggunakan klem DTT, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem pada sekitar 3 cm dari dinding
perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat
ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan
kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama pada sisi atau mengarah ke ibu. Pegang tali pusat di
antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain
memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting disinfeksi tingkat tinggi
atau steril (Gambar 3). Setelah selesai digunting segera ikat tali pusat bayi dengan benang pusat, ikatan harus
kecang dengan simpul mati.Setelah memotong tali pusat, ganti handuk basah dan selimuti bayi dengan
selimut atau kain yang bersih dan kering. Pastikan bahwa kepala bayi terselimuti dengan baik. (Sumber:
Martin, 1996)
1. Perawatan Tali Pusat
Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan (Kamisa, 1997).
Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya juga sederhana. Hal yang paling terpenting dalam membersihkan
tali pusat adalah :

1. Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.
1. Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan
tali pusat.
2. Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara
dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat. Alasannya, untuk
menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal
tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini, Anda harus sedikit
mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua
kali dalam sehari.
3. Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya
menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko
infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas
tali pusat dengan kain kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena
udara dengan leluasa.
1. Pencegahan
Pencegahan agar tali pusat tidak infeksi yaitu dengan cara pemberian toxoid tetanus kepada ibu hamil 3 x
berturut – turut pada trimester ke – 3 dikatakan sangat bermanfaat untuk mencegah tetanus neonatorum.
Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril dan perawatan tali pusat selanjutnya.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Tali pusat atau Umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan, dikatakan
saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan oksigen
janin. Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan. Perawatan tali
pusat tersebut sebenarnya juga sederhana. Hal yang paling terpenting dalam membersihkan tali pusat adalah :

1. Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.
1. Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan
tali pusat.
2. Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara
dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat. Alasannya, untuk
menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal
tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini, Anda harus sedikit
mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua
kali dalam sehari.
3. Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya
menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko
infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas
tali pusat dengan kain kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena
udara dengan leluasa.
1. Saran
A. Bagi para pembaca makalah ini, apabila memiliki minat untuk menulis/meneliti
tentang penelitian ini, penulis harapkan dapat meneliti lebih dalam lagi
mengenai penelitian (dalam penulisan isi makalah)
B. Penulis harapkan makalah ini merupakan rintisan bagi penulisan makalah
(penelitian lain yang lebih lanjut/dalam)
C. Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini, penulis harapkan agar pembaca
mencari solusi dari kekurangan makalah ini dengan menambah referensi bacaan
dari yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Baston Hellen, Hall Jennifer. (2012). Editor. Angelina, Yoavita. Midwifery Essensial Persalinan Volume 3,
EGC, Jakarta.
Ellen. 2008. Bayi Neonatus Paling Rawan Tetanus. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Fraser M, Cooper Margaret. (2011). Editor. Karyuni P.E, Subekti N.B, Kurnianingsih S, Yulia D,
Mahendrawati N, Widiarti D. Buku Ajar Bidan Myles Edisi 14, EGC, Jakarta.
Oxorn Harry, Forte William. (2010). Editor. Hakimi M. IlmuKebidanan: Patologi&FisiologiPersalinan,
YEM, Yogyakarta.
RiksaniRia, (2012). KeajaibanTaliPusat Dan Plasenta Bayi, DuniaSehat, Jakarta.
Sodikin. 2009. Perawatan Tali Pusat. Jakarta: EGC.
Catatan Kaki:

[1] Sodikin. 2009. Perawatan Tali Pusat. Jakarta: EGC. Hlm. 1/


[2] Sodikin. 2009. Perawatan Tali Pusat. Jakarta: EGC. Hlm. 2.
[3] Sodikin. 2009. Perawatan Tali Pusat. Jakarta: EGC. Hlm. 1.
[4]RiksaniRia, (2012). KeajaibanTaliPusat Dan PlasentaBayi, DuniaSehat, Jakarta. Hlm. 26.
[5] Oxorn Harry, Forte William. (2010), Editor. Hakimi M. IlmuKebidanan: Patologi&FisiologiPersalinan,
YEM, Yogyakarta. Hlm. 55.
[6] Fraser M, Cooper Margaret. (2011), Editor. Karyuni P.E, Subekti N.B, Kurnianingsih S, Yulia D,
Mahendrawati N, Widiarti D. Buku Ajar Bidan Myles Edisi 14, EGC, Jakarta. Hlm. 77.
[7] Baston Hellen, Hall Jennifer. (2012), Editor. Angelina, Yoavita. Midwifery Essensial Persalinan Volume
3, EGC, Jakarta. Hlm. 201.
[8] Ellen. 2008. Bayi Neonatus Paling Rawan Tetanus. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hlm. 10-11.
Report this ad

Anda mungkin juga menyukai