ABSTRAK
Perawatan tali pusat prinsipnya menjaga kondisi tali pusat tetap kering, tidak
lembab dan bersih. Oleh karena itu dianjurkan untuk tidak memberikan bahan apapun
pada tali pusat, cukup membersihkan dan membalut dengan kasa kering steril. Tujuan
penelitian untuk mengetahui pengaruh perawatan tali pusat dengan tehnik kasa kering
steril dan kasa alkohol 70% terhadap pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir di
wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Saradan Kab. Madiun.
Desain yang digunakan yaitu korelasional. Sampel berjumlah 48 responden.
Teknik sampling yang digunakan adalah Accidental Sampling. Analisa data
menggunakan uji Mann Whitney dengan signifikansi a (0,05).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh (100%) responden 24 mengalami
pelepasan tali pusat secara normal (5 – 7 hari) setelah dilakukan perawatan tali pusat
menggunakan kasa kering steril. Seluruh responden (100%) mengalami pelepasan tali
pusat secara lambat (>7 hari) setelah dilakukan perawatan tali pusat menggunakan
kasa alkohol 70 %. Hasil uji Mann Whitney diperoleh p value = 0,000 = a = 0,05
sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Ada pengaruh perawatan tali pusat dengan
menggunakan kasa kering steril terhadap pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir di
wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Saradan Kab. Madiun.
Kata kunci : Tehnik perawatan tali pusat , kasa kering steril, tehnikkasa Alkohol 70%,
pelepasan tali pusat
PENDAHULUAN
Persalinan merupakan proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu, persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (APN, 2008). Bayi
baru lahir juga mempunyai resiko infeksi yang tinggi terutama pada tali pusat yang
merupakan luka basah dan dapat menjadi pintu masuknya kuman tetanus yang sangat
sering menjadi penyebab sepsis dan kematian bayi baru lahir (Jumiarni, 1994).
Perawatan tali pusat pada prinsipnya adalah menjaga kondisi tali pusat tetap kering,
tidak lembab dan bersih. Untuk menjaga kondisi tersebut dianjurkan untuk tidak
memberikan bahan atau ramuan apapun pada tali pusat, cukup dengan membersihkan
dan membalut dengan kasa kering steril (Marjono, 2007). Dalam rangka mendukung
MDGs 2015 yakni menekan angka kematian bayi mencapai 24 per 1000 angka
kelahiran hidup, yang salah satunya adalah dengan menekan angka infeksi. Khususnya
pada kejadian infeksi tali pusat yaitu sekitar 23% sampai 91% tali pusat yang tidak
dirawat dengan baik akan terinfeksi oleh kuman staphylococcus Aureus pada 72 jam
pertama setelah kelahiran (Anderson, 2004).
Perawatan tali pusat yang benar diharapkan tidak terjadi komplikasi pada bayi.
Akibat komplikasi tersebut yang dapat terjadi yaitu infeksi yang kemudian menjadi
tetanus neonatorum dan sepsis. Dengan berbagai macam perawatan tali pusat,
diantaranya menggunakan alkohol 70%, ada yang masih menggunakan pavodon
iodine, menggunakan kasa kering steril bahkan rekomendasi dari WHO cukup
dibersihkan dengan air dan sabun kemudian dianginkan tanpa pembungkus. Perawatan
tali pusat dengan tehnik kasa kering steril saat ini sangat dianjurkan untuk menjaga
agar tali pusat tetap bersih dan kering selain alat dan tehnik yang praktis dan efisien.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi pelepasan tali pusat setelah dilakukan perawatan tali pusat pada
bayi baru lahir dengan tehnik kasa kering steril di Wilayah Kerja Puskesmas
Sumbersari Saradan Kabupaten Madiun.
2. Mengidentifikasi pelepasan tali pusat setelah dilakukan perawatan tali pusat pada
bayi baru lahir dengan tehnik kasa alkohol 70% di Wilayah Kerja Puskesmas
Sumbersari Saradan Kabupaten Madiun.
3. Menganalisis perawatan tali pusat dengan tehnik kasa kering steril pada bayi baru
lahir di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Saradan Kabupaten Madiun.
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Tali Pusat
Tali pusat dalam istilah medisnya disebut dengan umbilical cord. Merupakan
saluran kehidupan bagi janin selama ia di dalam dalam kandungan sebab semasa
dalam rahim, tali pusat inilah yang menyalurkan oksigen dan makanan dari
plasenta kejanin yang berada di dalamnya. Begitu janin dilahirkan, ia tidak lagi
43
membutuhkan makanan dan oksigen dari ibunya karena bayi mungil ini sudah
dapat bernafas sendiri melalui hidungnya. Karena sudah tak diperlukan lagi maka
saluran ini harus dipotong dan dijepit atau diikat (Wibowo, 2002).
1. Faktor – faktor yang mempengaruhi lamanya pelepasan tali pusat :
a. Cara perawatan tali pusat, penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang
dibersihkan dengan air, sabun dan ditutup dengan kasa steril cenderung lebih
cepat puput (lepas) dari pada tali pusat yang dibersihkan dengan alkohol.
b. Kelembaban tali pusat, tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan
apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab, selain memperlambat
puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi.
c. Kondisi sanitasi lingkungan sekitar bayi, Spora C yang masuk melalui luka
tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat
kebersihan.
d. Timbulnya infeksi pada tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak
memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu/
gunting yang tidak steril, atau setelah tali pusat dipotong dibubuhi abu, tanah,
minyak, daun – daunan, kopi dan sebagainya (Wawan, 2009).
2. Perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat adalah perbuatan merawat atau memelihara pada tali pusat
bayi setelah tali pusat dipotong sampai sebelum puput (Paisal, 2008). Selama
ini standart perawatan tali pusat yang diajarkan oleh tenaga medis kepada
orang tua baru adalah membersihkan atau membasuh tali pusat dengan alkohol.
Bagian yang harus dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya. Untuk
membersihkan pangkal ini, harus sedikit mengangkat tali pusat (bukan
menarik). Sisa air yang menempel dapat dikeringkan dengan kain kasa steril
atau kapas, setelah itu keringkan tali pusat (Paisal, 2008).
3. Tujuan Perawatan Tali Pusat
Tujuan perawatan tali pusat adalah mencegah terjadinya infeksi, mempercepat
proses pengeringan tali pusat dan mempercepat pelepasan tali pusat (Wardhani
et all, 1987).
4. Prinsip Perawatan Tali Pusat
Prinsip perawatan yang dilakukan secara rutin menggunakan air bersih dan
dikeringkan, tidak menyebabkan peningkatan infeksi serta merupakan salah satu
44
cara yang paling efektif untuk perawatan tali pusat (Depkes, 2000). Berikut ini
macam – macam tehnik perawatan tali pusat :
a) Perawatan tali pusat menurut WHO
Cara perawatan tali pusat ini cukup membersihkan bagian pangkal tali pusat,
bukan ujungnya, dibersihkan dengan menggunakan air dan sabun, lalu kering
anginkan hingga benar – benar kering. Untuk membersihkan pangkal tali
pusat, dengan sedikit diangkat (bukan ditarik).
b) Perawatan tali pusat dengan menggunakan kasa alkohol 70%. (Depkes RI,
2005), dengan cara :
1) Cuci tangan dengan air dan sabun.
2) Ambil kapas bulat atau kapas bertangkai yang telah dibubuhi alkohol
70%, lalu bersihkan sisa tali pusat, terutama bagian pangkalnya (yang
menempel pada perut).
3) Lakukan dengan hati – hati, apabila tali pusat bayi masih berwarna
merah.
4) Gunakan jepitan khusus (klem) untuk memegang ujung tali pusat, agar
lebih mudah membersihkan dan melilitkan perbannya.
5) Rendam perban/kasa steril dalam alkohol 70%, lalu bungkus sisa tali
pusat. Usahakan agar seluruh permukaan hingga kepangkalnya tertutup
perban.
6) Lilitkan perban atau kasa sedemikian rupa agar pembungkus tidak terlepas.
Pastikan tidak terlalu ketat agar bayi tidak kesakitan (Aninim, 2009).
c) Perawatan tali pusat menurut Asuhan Persalinan Normal (2008)
1) Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan bahan
apapun ke puntung tali pusat. Nasehati hal yang sama bagi ibu dan
keluarganya.
2) Mengoleskan alkohol atau pavidon iodine masih diperkenankan, tetapi
tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah atau lembab.
3) Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
4) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati - hati) dengan air DDT dan
sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain
bersih.
45
5) Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan ke petugas atau
fasilitas kesehatan, jika pangkal tali pusat berdarah, merah meluas atau
mengeluarkan nanah dan atau berbau.
d) Perawatan Tali Pusat dengan kasa kering steril (Marjono, 2007)
1) Cuci tangan dengan air dan sabun.
2) Bersihkan dan keringkan tali pusat dengan kasa kering steril.
3) Balut seluruh permukaan tali pusat dengan kasa kering steril.
4) Pastikan balutan tidak terlalu kuat sehingga bayi tidak kesakitan.
B. Konsep Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin. Neonatus
adalah bayi yang baru lahir dari umur 0 hari sampai 28 hari.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode korelasional Analitik dengan pendekatan
kohort.Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sumbersari Saradan Kabupaten
Madiun pada tanggal 1 - 31 Desember 2015 .Dari populasi tersebut peneliti
mendapat 24 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik sample
accidental sampling. Tehnik analisa data menggunakan uji Mann Whitney.
D. Hasil Penelitian
1. Pelepasan Tali Pusat Setelah Dilakukan Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru
Lahir Dengan Tehnik Kasa Kering
Tabel 4.1Distribusi Responden Berdasarkan Pelepasan Tali Pusat Setelah
Dilakukan Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir Dengan Tehnik Kasa
Kering Steril Di Wilayah Puskesmas Sumbersari Saradan Kabupaten Madiun
1-31 Desember 2015
No
Lama Pelepasan Tali
Pusat
Frekuensi Persentase
1
Lambat (> 7 hari)
00
2 Normal (5-7 hari) 24 100
3 Cepat (< 5 hari) 0
0
Jumlah 24 100
46
2. Pelepasan Tali Pusat Setelah Dilakukan Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru
Lahir Dengan Tehnik Kasa Alkohol 70%
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pelepasan Tali Pusat Setelah
Dilakukan Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir Dengan Tehnik Kasa
Alkohol 70 % Di Wilayah Puskesmas Sumbersari Saradan Kabupaten Madiun
1-31 Desember 2015
No
Lama Pelepasan Tali
Pusat
Frekuensi Persentase
1 Lambat ( > 7 hari)
3. Pengaruh Perawatan Tali Pusat Dengan Tehnik Kasa Kering Steril Dan Kasa
Alkohol 70% Terhadap Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir
Tabel 4.3 Tabulasi Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir Dengan Tehnik
Kasa Steril Dan Tehnik Kasa Alkohol 70 % Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sumbersari Saradan Kabupaten Madiun Tanggal 1-31 Desember 2015
E. Pembahasan
1. Pelepasan Tali Pusat Setelah Dilakukan Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru
Lahir Dengan Tehnik Kasa Kering
47
24 100
2 Normal ( 5-7 hari) 0 0
Skor
Pelepasan
Tali Pusat
Lambat
( > 7 hari)
Jumlah 24 100
Dengan Tehnik
Kasa Kering
Dengan Tehnik Kasa
Alkohol 70 %
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
0 0 24 100
Normal
(5-7 hari)
24 100 0 0
Cepat
(< 5 hari)
0000
Total 24 100 24 100
Uji Mann Whitney ρ value = 0,000 Signifikasi a (0,05)
saat buang air kecil, air kencing sering mengenai tali pusat sehingga tali
pusat menjadi lembab, akibatnya pelepasan menjadi lambat. sebagian besar
yaitu 14 responden (58,3%) lahir dengan berat badan 3000 gr - 4000 gr, hampir
seluruhnya yaitu 19 responden (79,2%) dilahirkan pada waktu usia kehamilan
38 - 40 minggu,. hampir seluruhnya yaitu 19 responden (79,2%) ibu bayi
berusia 31 - 40 tahun, setengahnya yaitu 12 responden (50%) ibu bayi
berpendidikan terakhir SLTA dan sebagian besar yaitu 15 responden (62,5%)
ibu bayi memiliki pekerjaan lain – lain.
Perawatan tali pusat sebenarnya sederhana, yang penting pastikan area tali
pusat dan sekelilingnya selalu bersih dan kering. Lama penyembuhan tali pusat
dikatakan cepat jika kurang dari 5 hari, normal jika antara 5 sampai dengan 7
hari, dan lambat jika lebih dari 7 hari (Paisal, 2008). Selama ini standart
perawatan tali pusat yang diajarkan oleh tenaga medis kepada orang tua adalah
membersihkan atau membasuh tali pusat dengan Alkohol 70%. Bagian yang
harus dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya, untuk
membersihkan pangkal ini, harus sedikit mengangkat tali pusat (bukan
menarik). Berdasarkan uraian diatas, jelas cara bahwa perawatan memakai
kasa Alkohol 70% mengakibatkan pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir
terjadi secara lambat (> 7 hari) karena Alkohol 70% akan menyebabkan tali
pusat lembab dan basah sehingga proses terlepasnya tali pusat akan lebih lama.
3. Pengaruh Perawatan Tali Pusat Dengan Tehnik Kasa Kering Steril Terhadap
Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sumbersari Saradan Kabupaten Madiun
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa seluruhnya yaitu 24
responden (100%) mengalami pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir secara
normal (5 – 7 hari) setelah dilakukan perawatan tali pusat dengan tehnik kasa
kering steril. Hasil uji Mann Whitney didapatkan ρ value = 0,000 dengan angka
signifikasi (a) = 0,05, ρ value = a (0,05) yang diartikan bahwa H0 ditolak dan
49
kasa kering steril pelepasan tali pusat terjadi secara normal (5 – 7 hari).
2. Seluruh bayi baru lahir setelah dilakukan perawatan tali pusat dengan tehnik
kasa Alkohol 70% pelepasan tali pusat terjadi secara lambat (> 7 hari).
3. Hasil uji statistik Mann Whitney didapatkan ρ value = 0,000 dengan angka
signifikasi (a) = 0,05, yang diartikan ada pengaruh perawatan tali pusat dengan
menggunakan kasa kering steril terhadap pelepasan tali pusat pada bayi baru
lahir di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Saradan Kabupaten Madiun.
DAFTAR PUSTAKA
50
51
Nor Asiyah, Islami, Lailatul Mustagfiroh / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 29-36
| 29
P
ERAWATAN
T
ALI
P
USAT
T
ERBUKA
S
EBAGAI
U
PAYA
M
EMPERCEPAT
P
ELEPASAN
T
ALI
P
USAT
a,b
Nor Asiyah
a*
, Islami
b,
STIKES Muhammadiyah Kudus,
a
Lailatul Mustagfiroh
c
c
AKBID Al Hikmah
norasiyah@stikesmuhkudus.ac.id
b
islami@stikesmuhkudus.ac.id
c
laila_robin@yahoo.co.id
Abstrak
Angka kejadian infeksi bayi baru lahir di Indonesia berkisar antara 24% hingga 34%, dan hal ini
merupakan penyebab kematian yang kedua setelah Asfeksia neonatorum yang berkisar antara 49%
hingga
60% . Sebagian besar infeksi bayi baru lahir adalah Tetanus neonatorum yang ditularkan melalui
tali
pusat, karena pemotongan dengan alat tidak suci hama, infeksi juga dapat terjadi melalui
pemakaian obat,
bubuk, talk atau daun-daunan yang digunakan masyarakat dalam merawat tali pusat. Tahun 2010
Word
Health Organization menemukan angka kematian bayi sebesar 560.000 yang disebabkan oleh
infeksi tali
pusat. Di Asia Tenggara Angka kematian bayi karena infeksi talipusat sebesar 126.000. Penelitian
ini
bertujuan untuk mengetahui tehnik perawatan tali pusat yang sesuai agar mempercepat proses
pelepasan
tali pusat pada bayi baru lahir. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasieksperimen design
dengan
perlakuan perawatan tali pusat terbuka pada kelompok perlakuan dan perawatan tali pusat tertutup
pada
kelompok kontrol. Subyek dalam penelitian semua bayi baru lahir yang dilahirkan di BPM Nor
Asiyah
berusia 0 hari sampai pelepasan tali pusat dengan jumlah sampel 20 per kelompok dengan tehnik
sampling non probability sampling yaitu Consecutive sampling. Analisis data menggunakan.
mannwhitney.
Hasil yang diperoleh pada kelompok perawatan tali pusat terbuka, pelepasan tali pusat lebih
cepat dengan nilai significancy 0.022. Karena pvalue<0.05 maka dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan
bermakna lama pelepasan tali pusat antara perawatan tali pusat terbuka dengan perawatan tali pusat
tertutup.
Kata Kunci: Perawatan tali pusat terbuka, mempercepat pelepasan tali pusat
Abstract
The incidence of newborn infections in Indonesia ranges from 24% to 34% and belongs to the
second cause of death after neonatorum asfeksia ranging from 49% to 60%. The newborn infection
is
mostly neonatal tetanus transmitted through the umbilical cord because of no use of disinfected
tools. Its
infection can also occur through the use of drugs, powder, talc or leaves used to care the umbilical
cord.
In 2010, Word Health Organization (WHO) found that infant death was about 560,000 caused by
umbilical cord infection and in Southeast Asia was about 126,000. This study aimed to determine
the
appropriate techniques of umbilical cord treatment to hurry up the releasing of umbilical cord. This
study
belongs to quasieksperimen design with the care of open umbilical cord for the treatment group
and the
care of the enclosed umbilical cord for the control group. The subjects of this the study was all of
the
newborns baby in BPM Nor Asiyah from 0 days until the release of the umbilical cord. The sample
was 20 per group with non-probability sampling technique, named sampling Consecutive
sampling. The
data analysis was mann-whitney. The results in the group of open umbilical cord care was the
releasing
the cord faster with significancy value 0.022. Because the p value is <0.05 , it can be concluded
that there
are significant differences in the term of releasing the umbilical cord care between the care of open
umbilical cord and the care of enclosed umbilical cord.
I. P
ENDAHULUAN
TEORI
A. Tali pusat
Tali pusat dalam istilah medisnya disebut
dengan umbilical cord. Merupakan saluran
kehidupan bagi janin selama ia di dalam
Nor Asiyah, Islami, Lailatul Mustagfiroh / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 29-36
| 31
Menurut NICE
(2006) dan Capurro (2004) dalam Baston dan
Hall, 2013, praktik terkini menganjurkan
Variabel Definisi
Variabel
Alat
Ukur
Hasil Ukur Skala
Data
Perawata
n tali
pusat
Pelepasan
tali pusat
Perawatan
yang
dilakukan
pada
talipusat
bayi baru
lahir untuk
mencegah
infeksi.
Waktu yang
diperlukan
tali pusat
untuk lepas
dari tempat
insersinya.
Prosedur
perawata
n tali
pusat
Lembaro
bservasi
1. Perawatan
tali pusat
tertutu p
dengan
kassa kerin
2. Perawatan
tali pusat
terbuka
1. 1 – 4 hari
2. 5 – 7 hari
3. >7 hari
Jenis data yang dipergunakan dalam
penelit ian ini berasal dari data primer. Data
diperoleh dengan cara melakukan intervensi
Nomin
al
Ordinal
Nor Asiyah, Islami, Lailatul Mustagfiroh / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 29-36
| 33
Reproduksi Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 2008.
Buku Acuan Pelatihan Klinik Asuhan
Persalinan Normal.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Buku
Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
Kemenkes dan JICA.
Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan,
Penyakit kandungan dan keluarga
berencana untuk pendidikan bidan.
Jakarta: EGC.
Martini, DE. 2012. Perbedaan Lama
Pelepasan Tali Pusat Bayi baru Lahir
yang Mendapatkan Perawatan
Menggunakan Kassa Kering dan
Kompres Alkohol di Desa Plosowahyu
Kabupaten Lamongan. Surya Volume 3
Nomer XIII.
Meiliya, E., Pamilih, E.K. 2008. Buku Saku
Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir
Panduan Untuk Dokter, Perawat dan
Bidan. Jakarta: EGC.
Muchtar, R. 1999.Sinopsis Obstetri. Jakarta.
EGC
Nursalam, 2008.Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Permanasari, D.K., Susyanto, B.E. 2009.
Perawatan Tali Pusat Terbuka,
Perawatan Tali Pusat Tertutup, Lama
Waktu Pelepasan. Undergraduate Theses
from YOPTUMYFKPP. 1 (1), 1-2.
Prawirohardjo, S. 2007. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Cetakan 7.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Retniati, Tika R. 2010. Perbedaan Lama
Pelepasan Tali Pusat Pada BBL Yang
Dirawat Menggunakan Kassa Steril
Dibandingkan Dengan Kassa Alkohol
70% di Desa Trayeman Kecamatan
Slawi Kabupaten Tegal-Semarang,
Universitas Muhammadiyah Semarang.
KTI.
Saifuddin, Abdul Bari; G. Adriaansz, GH.
Wiknjosastro, D. Waspodo. 2001. Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
36 |
Nor Asiyah, Islami, Lailatul Mustagfiroh / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 29-36
Oleh :
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tali Pusat
Tali pusat adalah saluran vaskular yang menghubungkan embrio atau fetus
dengan plasenta. Insersi tali pusat pada plasenta biasanya terjadi dibagian tengah,
sedikit kebagian samping, tepi plasenta atau pada selaput janin (Eastman & Hellman,
2006).
B. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning-kuningan,
lebih kuning dibandingkan dengan susu yang matur. Cairan yang volumenya berkisar
150-300 ml/24 jam ini merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
payudara, mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli
dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa puerperium
(Soetjiningsih, 1997). Kolostrum memiliki banyak manfaat, yaitu manfaat dalam
pemenuhan gizi bayi, berperan sebagai zat kekebalan tubuh, antiinflamasi,
antibakterial, antiviral, antiparasit dan anti alergi.
C. Metode Kolostrum
Perawatan tali pusat dengan metode kolostrum adalah perawatan tali pusat
yang dibersihkan dan dirawat dengan cara mengoleskan kolostrum pada luka dan
sekitar luka tali pusat. Tali pusat dijaga agar tetap bersih dan kering tidak terjadi infeksi
sampai tali pusat lepas (Laksawati, 2009)
D. Metode Kasa Kering
Perawatan tali pusat dengan menggunakan kasa kering adalah tali pusat
dibersihkan dan dirawat serta dibalut kasa kering, tali pusat dijaga agar bersih dan
kering tidak terjadi infeksi sampai tali pusat kering dan lepas (Depkes RI, 2005).
METODE
Penelitian ini menggunakan metode true experiment, dengan pendekatan cross
sectional (Sugiyono, 2009). Penelitian ini membandingkan antara waktu pelepasan tali
pusat menggunakan metode kolostrum dengan kasa kering. Populasi dari penelitian ini
adalah seluruh seluruh bayi baru lahir di BPS Ny. Endang Purwaningsih dan BPS Ny.
Istiqomah Kecamatan Kecepit Kabupaten Banjarnegara sejumlah 93 orang sedangkan
jumlah sampel sebanyak 40 bayi, 20 bayi dirawat dengan metode kolostrum dan 20 bayi
dirawat dengan metode kasa kering. Prosedur pemilihan sampel penelitian ini
menggunakan simple random sampling dengan cara lotery technique (Notoatmojo, 2002).
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu berupa timbangan,
meteran, jam dan lembar observasi. Lembar observasi ini berisi nomor responden, jenis
perawatan tali pusat, tanggal/jam lahir bayi, tanggal/jam tali pusat lepas dan lama
pelepasan tali pusat dalam satuan jam. Teknik pengolahan data dengan 4 cara yaitu editing,
coding, rekapitulasi, prosesing dan output (Santjaka, 2008).Analisis data yang digunakan
adalah analisis univariat yaitu bersifat komparatif untuk masing-masing variabel yang
meliputi waktu pelepasan tali pusat dengan menggunakan metode kolostrum dan kasa
kering mengoservasi sedangkan analisis bivariat dengan menggunakan uji t 2n independent
dan analisis pada penelitian ini dikerjakan dengan menggunakan komputer dengan
menggunakan program SPSS (Statistical Pasckage for Spesial Science).
Jenis
Perawatan
Rata-Rata Median
Me tode
Kolostrum
Waktu
Tercepat
94,23 Jam 82 Jam 54,83 Jam 170,50 Jam
Jenis
Perawatan
Rata-Rata Median
Metode Kasa
Kering
Waktu
Tercepat
128,94 Jam 127,62 Jam 77,00 Jam
231,67
Jam
Sumber : Data Primer, 2011
Tabel 8 diatas menunjukan bahwa rerata pelepasan tali pusat dengan
menggunakan metode kasa kering adalah 128,94 jam, waktu tercepat yaitu
77,00 jam dan waktu terlambat yaitu 231,67 jam.
Waktu
Terlambat
Waktu
Terlambat
Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian bayi adalah dengan
melakukan perawatan tali pusat dengan bersih dan benar supaya tali pusat cepat lepas
dan terhindar dari infeksi. Sebagai upaya untuk meminimalkan berkembangnya infeksi
tali pusat yaitu dengan menjaga tali pusat tetap bersih dan kering (Depkes RI, 2005).
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Rerata pelepasan tai pusat dengan menggunakan metode kolostrum adalah
94,23 jam
2. Rerata pelepasan tali pusat dengan menggunakan metode kasa kering 128,94
jam
3. Hasil uji statistik menunjukkaan bahwa nilai p= 0,006, mean = -34,70850.
Artinya ada perbedaan waktu pelepasan tali pusat antara perawatan dengan
menggunakan metode kolostrum dibandingkan dengan metode kasa kering,
dimana perawatan menggunakan metode kolostrum lebih cepat 34,71 jam
dibandingkan dengan menggunakan metode kasa kering.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. (2005). Manajeman laktasi. Jakarta : Depkes RI.
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2009). Profil kesehatan propinsi jawa tengah
tahun 2009. Terdapat pada : http//www.dinkesjateng.com. Diakses pada : 4
Desember 2010.
Hassan, R. & Alatas A. (2007). Ilmu kesehatan anak (Jilid 1). Jakarta : Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
Solihin. (2007). Buku saku perawatan tali pusat. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
WHO. (2010). Care of the umbilical cord : A review of the evidence. Terdapat
pada : www.who.int/csr/disease/swineflu/en/index.html. Diakses pada : 25 Januari
2011
Bidan Eni Puji Hastutik
CORAT CORET SEDERHANA UNTUK
MEMOTIVASI SIAPAPUN JUGA
EVIDENCED BASED
MEMOTONG TALI PUSAT
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tujuan Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan
dam kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang
optimal di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka
kesakitan (Morbilitas) dan angka kematian (mortalitas) adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan
yang efektif pada masyarakat tentang perawatan tali pusat bayi, dalam melaksanakan upaya tersebut
diperlukan sumberdaya manusia yang mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang kesehatan kepada masyarakat sehingga
pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat diharapkan dapat mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap
kesehatan.[1]
Kemampuan hidup sehat dimulai sejak bayi karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan
yang menentukan kualitas otak pada masa dewasa. Supaya terciptanya bayi yang sehat maka dalam
perawatan tali pusat pada bayi baru lahir dilakukan dengan benar – benar sesuai dengan prosedur kesehatan.
Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan peningkatan tali pusat yang menyebabkan
pemisahan fisik ibu dengan bayi. Dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih dan terhindar
dari infeksi tali pusat.
Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat akan pupus pada
hari ke – 5 dan hari ke – 7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negative dari perawatan tali pusat yang
tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus Neonaturum dan dapat mengakibatkan kematian.
Tujuan Perawatan Tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru
lahir penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik
dari alat steril, pemakaian obat – obatan, bubuk atau daun – daun yang ditaburkan ke tali pusat sehingga
dapat mengakibatkan infeksi.[2]
1. Tujuan
A. Tujuan Umum
Setelah berhasilnya penulisan makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memberikan penanganan tentang
perawatan dan pemotongan tali pusat pada bayi baru lahir.
2. Tujuan Khusus
1. Dapat menjelaskan pengertian tali pusat
2. Dapat menyebutkan penyebab dari tali pusat
3. Dapat menjabarkan patofisiologi tali pusat
4. Dapat menyebutkan pencegahan infeksi tali puat
5. Dapat menyebutkan penatalaksanaan tali pusat
1. Manfaat
Dengan adanya makalah ini, maka dapat memberikan manfaat serta pengetahuan yang berguna bagi
mahasiswa, khususnya Mahasiswa Akademi Kebidanan dalam memahami tentang pemotongan tali pusat
pada bayi baru lahir.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian
Tali pusat atau Umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan, dikatakan
saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan oksigen
janin. Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau
dijepit.[3]
1. Letak : Funiculus umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah
umbilicalis fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Funiculus
umbilicalis secara normal berinersi dibagian tengah plasenta.
2. Bentuk : Funiculus umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah
plasenta sampai ke umbilicalis fetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral.
3. Ukuran : Pada saat aterm funiculus umbilicalis panjangnya 40 – 50 cm dan
diameternya 1 – 2 cm, hal ini cukup untuk kelahiran bayi tanpa menarik plasenta
keluar dari rahim ibu. Tali pusat menjadi lebih panjang jika jumlah air ketuban pada
kehamilan trimester pertama dan kedua relative banyak. Jika oligohidromnion dan
janin kurang gerak ( pada kelainan motorik janin ), maka umumnya tali pusat lebih
pendek. Kerugian tali pusat terlalu panjang adalah dapat terjadi lilitan disekitar leher
atau tubuh janin atau menjadi ikatan yang dapat menyebabkan oklusi pembuluh darah
khususnya pada saat persalinan.
Pada plasenta banyak terdapat unjuran seperti “Jari” atau vilus tumbuh dari membran yang menyelimuti fetus
dan menembusi dinding uterus, yaitu endometrium. Endometrium pada uterus adalah kaya dengan aliran
darah ibu. Di dalarn vilus terdapat jaringan kapilari darah fetus. Darah yang kaya dengan oksigen dan nutrien
ini dibawa melalui vena umbilicalis yang terdapat di dalam tali pusat ke fetus. Sebaliknya, darah yang
sampai ke vilus dari fetus melalui arteri umbilicalis dalam tali pusat mengandungi bahan kumuh seperti
karbon dioksida dan urea. Bahan kumuh ini akan meresap merentas membran dan memasuki darah ibu yang
terdapat di sekeliling vilus. Pertukaran oksigen, nutrien, dan bahan kumuh lazimnya berlaku melalui proses
resapan. Dengan cara ini, keperluan bayi dapat dipenuhi.
Walaupun darah ibu dan darah fetus dalam vilus adalah begitu rapat, tetapi kedua-dua darah tidak bercampur
kerana dipisahkan oleh suatu membran. Oksigen, air, glukosa, asid amino, lipid, garam mineral, vitamin,
hormon, dan antibodi dari darah ibu perlu menembus membran ini dan memasuki kapilari darah fetus yang
terdapat dalam vilus. Selain oksigen dan nutrien, antibodi dari darah ibu juga meresap ke dalarn darah fetus
melalui plasenta. Antibodi ini melindungi fetus dan bayi yang dilahirkan daripada jangkitan penyakit.
1. Insersi tali pusat Battledore @ pada kasus ini tali pusat terhubung kepaling pinggir
plasenta seperti bet tenis meja. Kondisi ini tidak bermasalah kecuali sambungannya
rapuh.
2. Insersi tali pusat Velamentous @ tali pusat berinsersi kedalam membran agak jauh
dari pinggir plasenta. Pembuluh darah umbilikus melewati membran mulai dari tali
pusat ke plasenta. Bila letak plasenta normal, tidak berbahaya untuk janin, tetapi tali
pusat dapat terputus bila dilakukan tarikan pada penanganan aktif di kala tiga
persalinan.
1. Etiologi
A. Lama waktu Terlepasnya Tali Pusat
Tali pusat orok berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm segera setelah dipotong. Penjepit tali
pusat digunakan untuk menghentikan perdarahan. Penjepit tali pusat ini dibuang ketika tali pusat sudah
kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah sakit atau dalam waktu dua puluh empat jam hingga empat
puluh delapan jam setelah lahir. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan
mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada juga yang baru lepas
setelah 4 minggu.
Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya. Jangan memegang-megang atau bahkan menariknya.
Bila tali pusat belum juga puput setelah 4 minggu, atau adanya tanda-tanda infeksi, seperti; pangkal tali pusat
dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang berbau, ada darah yang keluar terus- menerus,
bayi demam tanpa sebab yang jelas maka kondisi tersebut menandakan munculnya penyulit pada neonatus
yang disebabkan oleh tali pusat.
1.Usia kehamilan ® Kematian bayi pada trimester pertama atau kedua sering
disebabkan karena puntiran tali pusat secara berulang-ulang ke satu arah. Ini
mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tersumbat total. Karena
dalam usia kehamilan tersebut umumnya bayi masih bergerak dengan bebas. Hal
tersebut menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami kekurangan
oksigen.
2. Polihidramnion kemungkinan bayi terlilit tali pusat semakin meningkat.
3. Panjangnya tali pusat ® dapat menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat bayi rata-
rata 50 sampai 60 cm. Namun, tiap bayi mempunyai panjang tali pusat berbeda-beda.
Panjang pendeknya tali pusat tidak berpengaruh terhadap kesehatan bayi, selama
sirkulasi darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tidak terhambat.
C. Tanda-Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat :
Beberapa hal yang menandai bayi terlilit tali pusat, yaitu:
1. Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian terendah janin
(kepala atau bokong) belum memasuki pintu atas panggul perlu dicurigai adanya
lilitan tali pusat.
2. Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap meskipun telah dilakukan usaha
untuk memutar janin (Versi luar/knee chest position) perlu dicurigai pula adanya
lilitan tali pusat.
3. Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color doppler dan USG 3
dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali pusat.
4. Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang erat, umumnya
dapat dijumpai dengan tanda penurunan detak jantung janin di bawah normal,
terutama pada saat kontraksi rahim.
D. Infeksi Tali Pusat (Tetanus Neonatorum)[8]
5. Pengertian
Adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir (neonatus). Tetanus neonatorum penyebab kejang yang
sering dijumpai pada BBL yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi
selama masa neonatal, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak aseptic
(Ilmu Kesehatan Anak, 1985)
1. Patofisiologi
Proses Pembentukan Tali Pusat Pada Janin
Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang
menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat. Pada tahap awal
perkembangan, rongga perut masih terlalu kecil untuk usus yang berkembang, sehingga sebagian usus
terdesak ke dalam rongga selom ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan ketiga, penonjolan
lengkung usus (intestional loop) ini masuk kembali ke dalam rongga abdomen janin yang telah
membesar.Kandung kuning telur (yolk-sac) dan tangkai kandung kuning telur (ductus vitellinus) yang
terletak dalam rongga korion, yang juga tercakup dalam connecting stalk, juga tertutup bersamaan dengan
proses semakin bersatunya amnion dengan korion.
1. Penatalaksanaan
1. Persiapan Alat yang Diperlukan
2. Teknik Memotong Tali Pusat
A. Arteri klem 2 buah
B. Gunting Steril 1 buah
C. Sarung Tangan Steril 1 pasang
D. Benang steril pengikat pusat 1 helai
E. Selimut Kering dan bersih 1 buah
F. Perlak pengalas 1 buah
Dengan menggunakan klem DTT, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem pada sekitar 3 cm dari dinding
perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat
ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan
kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama pada sisi atau mengarah ke ibu. Pegang tali pusat di
antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain
memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting disinfeksi tingkat tinggi
atau steril (Gambar 3). Setelah selesai digunting segera ikat tali pusat bayi dengan benang pusat, ikatan harus
kecang dengan simpul mati.Setelah memotong tali pusat, ganti handuk basah dan selimuti bayi dengan
selimut atau kain yang bersih dan kering. Pastikan bahwa kepala bayi terselimuti dengan baik. (Sumber:
Martin, 1996)
1. Perawatan Tali Pusat
Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan (Kamisa, 1997).
Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya juga sederhana. Hal yang paling terpenting dalam membersihkan
tali pusat adalah :
1. Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.
1. Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan
tali pusat.
2. Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara
dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat. Alasannya, untuk
menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal
tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini, Anda harus sedikit
mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua
kali dalam sehari.
3. Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya
menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko
infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas
tali pusat dengan kain kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena
udara dengan leluasa.
1. Pencegahan
Pencegahan agar tali pusat tidak infeksi yaitu dengan cara pemberian toxoid tetanus kepada ibu hamil 3 x
berturut – turut pada trimester ke – 3 dikatakan sangat bermanfaat untuk mencegah tetanus neonatorum.
Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril dan perawatan tali pusat selanjutnya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Tali pusat atau Umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan, dikatakan
saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan oksigen
janin. Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan. Perawatan tali
pusat tersebut sebenarnya juga sederhana. Hal yang paling terpenting dalam membersihkan tali pusat adalah :
1. Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.
1. Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan
tali pusat.
2. Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara
dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat. Alasannya, untuk
menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal
tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini, Anda harus sedikit
mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua
kali dalam sehari.
3. Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya
menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko
infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas
tali pusat dengan kain kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena
udara dengan leluasa.
1. Saran
A. Bagi para pembaca makalah ini, apabila memiliki minat untuk menulis/meneliti
tentang penelitian ini, penulis harapkan dapat meneliti lebih dalam lagi
mengenai penelitian (dalam penulisan isi makalah)
B. Penulis harapkan makalah ini merupakan rintisan bagi penulisan makalah
(penelitian lain yang lebih lanjut/dalam)
C. Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini, penulis harapkan agar pembaca
mencari solusi dari kekurangan makalah ini dengan menambah referensi bacaan
dari yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Baston Hellen, Hall Jennifer. (2012). Editor. Angelina, Yoavita. Midwifery Essensial Persalinan Volume 3,
EGC, Jakarta.
Ellen. 2008. Bayi Neonatus Paling Rawan Tetanus. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Fraser M, Cooper Margaret. (2011). Editor. Karyuni P.E, Subekti N.B, Kurnianingsih S, Yulia D,
Mahendrawati N, Widiarti D. Buku Ajar Bidan Myles Edisi 14, EGC, Jakarta.
Oxorn Harry, Forte William. (2010). Editor. Hakimi M. IlmuKebidanan: Patologi&FisiologiPersalinan,
YEM, Yogyakarta.
RiksaniRia, (2012). KeajaibanTaliPusat Dan Plasenta Bayi, DuniaSehat, Jakarta.
Sodikin. 2009. Perawatan Tali Pusat. Jakarta: EGC.
Catatan Kaki: