Anda di halaman 1dari 22

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN OLEH SUAMI TERHADAP PENINGKATAN

PRODUKSI DAN KADAR HORMON PROLAKTIN PADA IBU NIFAS


(Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Pudakpayung Semarang )

Tabita Mariana Doko*),:Kun Aristiati, Suhoryo Hadisaputro, Melyana Widyawati

1*
Poltekkes Kemenkes Semarang, Semarang, Indonesia, Email :marianadoko20@gmail.com
2
Poltekkes Kemenkes Semarang, Semarang, Indonesia, Email :kun@hotmail.com
3
Poltekkes Kemenkes Semarang, Semarang, Indonesia, Email :haryo@yahoo.com
Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Semarang
Jl.Tirto Agung ; Pedalangan ; Banyumanik ; Semarang

ABSTRAK

Latar belakang: Ibu berperan sangat penting dalam awal perkembangan anak ketika
proses kehamilan hingga pasca kelahiran. Kurangnya produksi ASI menjadi salah satu
penyebab ibu memutuskan memberikan susu formula pada bayinya.Salah satu upaya
alternatif untuk meningkatkan produksi Air Susu Ibu dengan pemijatan oksitosin oleh
suami.
Tujuan Penelitian: Membuktikan pengaruh pijat oksitosin oleh suami terhadap
peningkatan volume ASI melalui hormon prolaktin pada ibu nifas.
Metode Penelitian: Quasy Eksperiment dengan pendekatan rancangan non equivalent
control group design. Jumlah sampel 40 ibu nifas yang menyusui dengan purpsive
sampling. Dilakukan pengukuran kadar hormon prolaktin menggunakan metode ELISA
dan produksi ASI menggunakan lembar observasi dengan indikator BB bayi, frekuensi
menyusui, frekuensi BAB, frekuensi BAK, lama tidur bayi dan istirahat tidur ibu.
Analisis data menggunakan Wicolxon test dan Mann Whitney test
Hasil: Pemberian pijat oksitosin oleh suami berpengaruh terhadap peningkatan kadar
hormon prolaktin (p=0.000), dan peningkatan produksi Air Susu Ibu dengan indikator
berat badan bayi (p<0.000),frekuensi menyusui (p<0.000), lama tidur bayi (p<0,05),
frekuensi BAB bayi (p<0,05), frekuensi BAK bayi (p<0,05), dan istirahat tidur ibu
(p<0,05).
Kesimpulan dan Saran: Pemberian pijat oksitosin suami dapat meningkatkan kadar
hormon prolaktin dan produksi Air Susu Ibu pada ibu nifas yang dilihat dengan berat
badan bayi, frekuensi menyusui, lama tidur bayi, frekuensi Buang Air Besar bayi,
frekuensi Buang Air Kecil bayi bayi dan istirahat tidur ibu. Pijat oksitosin oleh suami
dapat sebagai pilihan bagi ibu nifas untuk meningkatkan produksi Air Susu Ibu
Kata Kunci: Pijat oksitosin oleh suami, produksi Air Susu Ibu, hormon prolaktin.
PENDAHUAN jam pertam setelah lahir dan hanya 62%
dalam hari pertama setelah lahir serta 50,8%
Peran ibu sangatlah penting pada awal dalam 1 bulan pertama. Laktasi dini atau
perkembangan anak setelah proses kehamilan pemberian ASI awal pada jam pertama
hingga pasca kelahiran.1 Memberikan ASI setelah lahir akan merangsang terjadinya
eksklusif pada bayi baru lahir merupakan peningkatan prolaktin dalam darah dan
cara terbaik terbaik untuk pertumbuhan dan mencapai puncak pada 45 menit pertama.2
perkembangan. ASI tidak hanya akan Ketua Sentra Laktasi Indonesia (SLI),
meningkatkan kekebalan tubuh secara alami, Dr. Utami Roesli mengatakan kemungkinan
tetapi juga akan membentuk jalinan kasih meninggalnya bayi akibat terserang berbagai
sayang atau yang disebut dengan bounding penyakit infeksi akan lebih mudah terjadi
antara bayi dan ibu. ASI merupakan zat gizi jika seorang ibu yang baru melahirkan tidak
alamiah terbaik bagi bayi karena segera memberikan Air Susu Ibu (ASI)
mengandung kebutuhan energi dan zat yang kepada bayinya. Salah satu kematian bayi
dibutuhkan selama enam bulan pertama dan balita tersebut adalah faktor gizi, dengan
kehidupan bayi. ASI merupakan yang penyebab antara lain karena buruknya
diproduksi langsung oleh ibu dan dapat pemberian ASI eksklusif.6 Berdasarkan Riset
mengurangi gangguan pencernaan, Kesehatan Dasar (2013), angka cukupan
dibandingkan dengan makanan lain jika ASI ini jelas dibawah target World Health
ditelan oleh bayi.2 Organisation (WHO) yang mengharuskan
World Health Organization (WHO) cakupan ASI minimal 50%.5
mengeluarkan standar pertumbuhan anak Menyingkapi permasalahan laktasi
yang kemudian diterapkan diseluruh belahan tersebut, pemerintah indonesia telah
dunia. Isinya adalah menekankan pentingnya menggalakakan program laktasi melalui
pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir manajemen laktasi yang merupakan salah
sampai usia 6 bulan, ini berarti bahwa bayi satu program dari kesehatan ibu dan anak.
hanya menerima ASI dari ibu, tanpa Disamping itu upaya pemerintah untuk
tambahan cairan atau makanan padat lain.3 meningkatkan cakupan ASI Eksklusif
Setelah bayi lahir, nutrisi memainkan peran dengan ditetapkannya peraturan pemerintah
terpenting bagi pertumbuhan dan (PP) No.33/2012 tentang pemberian ASI
perkembangan yang sehat bagi bayi. WHO Eksklusif sebagai jaminan pemenuhan hak
menetapkan bahwa target (2025) sekurang- bayi untuk mendapatkan sumber makanan
kurangnya 50% dari jumlah bayi dibawah terbaik (ASI) sejak dilahirkan sampai usia
usia enam bulan diberikan ASI Eksklusif. enam bulan tanpa menambah dan atau
Data UNICEF menjelaskan bahwa hanya mengganti dengan makanan atau minuman
32,6% dari mereka yang disusui secara lain, melindungi ibu dalam memberikan ASI
eksklusif selama 6 bulan pertama. Dinegara Eksklusif kepada bayi.1, 6
berkembang hanya 39% ibu-ibu yang Namun, implementasi kebijakan
memberikan ASI Eksklusif. 3 Di Asia nasional tersebut belum obtimal. Hal ini
Tenggara capaian ASI eksklusif dapat dilihat dari angka pemberian ASI
menunjukkan angka tidak banyak berbeda. eksklusif di Indonesia yang masih rendah.
Sebagai perbandingan, cakupan ASI eksklusif Berdasarkan data Word Breastfeeding
di India mencapai 46%, di Philipina 34%, di Trends Initiative (2012) tentang kondisi
Vietnam 27% dan Myanmar 24%. Anak – menyusui 51 negara berdasarkan
anak yang mendapatkan ASI eksklusif empat pengukuran indikator yang telah ditetapkan,
belas kali lebih mungkin untuk bertahan Indonesia urutan ke 49 dari 51 negara
hidup dalam enam bulan pertama kehidupan dengka menyusui 27,5%.7
dibandingkan anak yang tidak disusui. Mulai Menurut data profil kesehatan Indonesia
menyusui pada hari pertama setelah lahir (2016) tentang Cakupan ASI Eksklusif
dapat menyurangi resiko kematian bayi baru secara Nasional pada bayi 0-5 bulan sebesar
lahir hingga 45%.4 54,0%, dan bayi sampai usia enam bulan
Jumlah ibu menyusui 42% namun, adalah sebesar 29,5%. Sedangkan di Jawa
hanya 44% yang berhasil menyusui pada 1 Tengah Cakupan pemberian ASI Esksklusif
pada bayi 0-5 bulan sebesar 43,3%, dan bayi tugas ibu di rumah, ibu tentu tidak akan
usia enam bulan 25,4% sehingga perlu kelelahan. Karena kelelahan merupakan
sosialisasi ASI pada ibu melahirkan untuk salah satu penyebab berkurangnya produksi
memberikan ASI secara Eksklusif sampai ASI. Teori lain menyatakan bahwa kerja
bayi umur 6 bulan tanpa makanan tambahan hormon oksitosin dipengaruhi oleh kondisi
lain. Pada sidang Kesehatan Dunia ke-65, psikologis. Persiapan ibu secara psikologis
negara-negara anggota WHO menetapkan sebelum menyusui merupakan faktor
bahwa target (2025) sekurang-kurangnya penting yang mempengaruhi keberhasilan
80% dari jumlah bayi dibawah usia 6 bulan menyusui. Dengan adanya keluarga dan
diberikan ASI eksklusif.8 lingkungan yang mendukung dalam
Peraturan Pemerintah Republik pemberian ASI dapat mengurangi
Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang kecemasan dan stres ibu.11
pemberian ASI eksklusif pasal 6 berbunyi Dukungan suami maupun keluarga lain
setiap ibu yang melahirkan harus dalam rumah akan sangat membantu
memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang berhasilnya seorang ibu untuk menyusui.
dilahirkannya.12 Oleh karena itu, ibu Perasan ibu yang bahagia, senang, perasan
membutuhkan dukungan keluarga dalam menyayangi bayi, memeluk, mencium, dan
pelaksanaan pijat oksitosin khususnya mendengar bayinya menangis akan
keluarga yang paling dekat dengan ibu yaitu meningkatkan pengeluaran ASI. Jadi,
suami. Kurangnya dukungan yang diberikan dukungan suami maupun keluarga lain
pada ibu dan kesulitan untuk menyusui dini dalam rumah akan sangat membantu
dapat menyebabkan produksi ASI terhambat berhasilnya seorang ibu untuk menyusui.12
dan jumlah ASI yang keluar tidak cukup. Penurunan produksi dan pengeluaran
Hal ini menunjukkan bahwa keputusan ASI dan pengeluaran ASI pada hari-hari
seorang ibu untuk menyusui membutuhkan pertama setelah melahirkan dapat
dukungan dari suami dan keluarga yang disebabkan oleh kurangnya rangsangan
berguna bagi tumbuh kembang yang hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat
optimal baik fisik maupun mental dan berperan dalam kelancaran produksi dan
kecerdasannya. Dukungan yang diberikan pengeluaran ASI.6
oleh keluarga kepada ibu nifas dapat Pijat oksitosin merupakan salah satu
membuat ibu memiliki keyakinan dan rasa solusi untuk mengatasi ketidak lancaran
percaya diri bahwa dia mampu untuk produksi ASI. Pemijatan oksitosin adalah
memproduksi ASI yang cukup untuk pemijatan pada sepanjang sisi tulang
bayinya sehingga produksi ASI menjadi belakang sampai tulang costae kelima-
lancar. Jadi, dukungan keluarga sangat keenam dan merupakan usaha untuk
berperan penting dalam keberhasilan merangsang hormon prolaktin dan okstosin
pemberian ASI eksklusif. 9Penelitian yang setelah melahirkan. Pijatan ini berfungsi
dilakukan di Kilimanjaro Tanzania untuk meningkatkan hormon oksitosin yang
menunjukkan bahwa bahwa Exclusive dapat menenangkan ibu, sehingga ASI pun
Breastfeeding (EBF) efektif untuk mencegah otomatis keluar.13
kematian balita hingga 13% - 15%.10 Pijat oksitosin dilakukan 2 kali sehari
Dukungan orang terdekat khususnya pada pada pagi dan sore selama 15 -20
suami sangat dibutuhkan dalam mendukung menit. Pijat oksitosin tidak dapat dilakukan
ibu selama memberikan ASI-nya sehingga oleh ibu karena pijat oksitosin ini
memunculkan istilah breastfeeding father. dilakukan disepanjang tulang belakang ibu.
Jika ibu merasa didukung, dicintai, dan Oleh karena itu, ibu membutuhkan
diperhatikan maka akan muncul emosi dukungan keluarga dalam pelaksanaan pijat
positif yang akan meningkatkan produksi oksitosin khususnya keluarga paling
hormon oksitosin sehingga produksi ASI terdekat dengan ibu yaitu suami. Manfaat
pun lancar. Dukungan keluarga, teman, dan dari penerapan pijat oksitosin berfungsi
petugas kesehatan juga mempengaruhi untuk meningkatkan hormon oksitosin yang
keberhasilan menyusui. Bila suami atau dapat menyenangkan ibu, sehingga ASI pun
keluarga dapat mengambil alih sebagian otomatis keluar. Efek pijat oksitosin adalah
sel kelenjar payudara mensekresi ASI pengaruh yang signifikan antara terapi pijat
sehingga bayi mendapatkan ASI sesuai oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI
dengan kebutuhan dan berat badan bayi yaitu sebesar 72%. Hasil penelitian di Jawa
bertambah.14 Tengah menunjukkan kombinasi teknik
Pada saat ibu diberikan pijat oksitosin, marmet dan pijat oksitosin dapat
hormon oksitosin keluar maka akan meningkatkan produksi ASI dengan berat
membantu pengeluaran ASI.15 Hormon badan bayi 3070 gram, frekuensi BAK 5 kali
oksitosn dapat dihasilkan melalui pada hari pertama, dan lama menyusu 2,17
rangsangan pemijatan oksitosin. Hal ini juga jam pada hari pertama, semua indikator
dibahas dalam penelitian di California diatas akan meningkat pada hari ke 7 dan
tentang pengaruh pemijatan pada hipotamus- hari ke 14.16
hipofisis-adrenal dan fungsi dalam Teknik untuk memperbanyak produksi
kesehatan, dengan hasil penelitian ASI antara lain breast care, senam
menyatakan adanya peningkatan hormon payudara, pemijatan payudara dan pijat
oksitosin dan menekan arginine-vasopressin oksitosin. Sebagai alternatif, dilakukan
(AVP) serta menekan hormon cortisol berbagai penelitian untuk menemukan terapi
setelah dilakukan pemijatan.16 pengganti yang lebih aman sehingga dapat
Menurut penelitian di Korea Selatan, meningkatkan produksi ASI seperti terapi
pada ibu post partum yang dilakukan non farmakologis seperti terapi herbal, pijat
perawatan payudara dapat menurunkan rasa oksitosin, pijat marmet, pijat endorpin,
nyeri pada payudara dan meningkatkan kompres hangat ,breast care dan aroma
produksi ASI sehingga meningkatan intensitas terapi. Tetapi karena keterbatasan informasi
menyusui bayi. 29 Hasil penelitian di Ohio, di layanan kesehatan tentang prosedur
pada saat postpartum ASI di produksi secara pelaksanaan maka metode-metode ini jarang
melimpah, apabila tidak dilakukan tindakan diberikan oleh bidan kepada pasien. 14Breast
perawatan dapat meningkatkan terjadinya care atau perawatan payudara dilakukan
bendungan pada payudara. Pemberian karena bertujuan memperlancar sirkulasi
pendidikan kesehatan tentang perawatan darah dan mencegah tersumbatnya saluran
payudara pada ibu post partum sangat air susu sehingga memperlancar pengeluaran
membantu ibu untuk mandiri dalam ASI dengan menjaga agar payudara
melakukan perawatan dirumah.13 senantiasa bersih dan terawat, karena saat
menyusui payudara ibu akan kontak
Sebagaimana dalam European Journal langsung dengan mulut bayi dan
of Neuroscience, bahwa perawatan menghindari puting susu yang sakit dan
pemijatan berulang bisa meningkatkan terinfeksi payudara, serta menjaga
produksi hormon oksitosin. Efek dari pijat keindahan bentuk payudara selain itu
oksitosin itu sendiri bisa dilihat reaksinya perawatan payudara juga bertujuan untuk
setelah 6-12 jam pemijatan. Hal ini juga di meningkatkan produksi ASI dengan
bahas dalam penelitian di California tentang merangsang kelenjar air susu melalui
pengaruh pemijatan hipotamus-hipofisis- pemijatan, mencegah bendungan ASI atau
adrenal dan fungsi imun dalam kesehatan, pembengkakan payudara, melenturkan
dengan hasil penelitian mengatakan adanya puting, mengetahui secara dini kelainan
peningkatan hormon oksitosin dan menekan puting susu dan melakukan usaha untuk
argainine-vasopressin (AVP) serta menekan mengatasinya.30 Breast care atau perawatan
hormon cortisol setelah dilakukan payudara merangsang reseptor disistem
pemijatan.18 duktus, menyebabkan duktus menjadi lebar
Hasil penelitian di Gresik pada ibu dan lunak, sehingga secara refleksentoris
pasca bersalin normal yang diberikan pijat dikeluarkannya oksitosin dari kelenjar
oksitosin waktu pengeluaran ASI lebih cepat hipofisis posterior.18
yaitu 6,21 jam setelah bayi lahir Breast care post partum adalah
dibandingkan yang tidak diberikan pijat perawatan payudara pada ibu setelah
oksitosin sebesar 8,93 jam setelah bayi lahir. melahirkan sedini mungkin. Perawatan
27
Hasil penelitian lain di Magelang ada payudara adalah suatu kegiatan yang
dilakukan secara sadar dan teratur untuk paling luas, desain penelitian kelompok
memelihara kesehatan payudara dengan eksperimen dan kontrol diberikan pretest
tujuan untuk mempersiapkan laktasi pada dan post test.32
waktu post partum. Adapun pelaksanaan Desain kelompok perlakuan disebut
breast care post partum ini dilakukan pada kelompok intervensi diberi pijat oksitosin
hari ke 1 – 2 setelah melahirkan minimal 2 oleh suami dan breast care. Kelompok
kali dalam sehari.33 kontrol diberikan breast care kemudian
Studi pendahuluan diwilayah kerja diukur produksi ASI pada variabel
Puskesma Pudakpayung kecamatan dependent.23
Banyumanik bulan Februari – Maret 2018 Produksi ASI berdasarkan berat badan
didapatkan data ibu nifas 160 orang. bayi, BAK, BAB, lama tidur dan lama
Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan menyusui. Penelitian ini dilakukan di
desa, didapatkan bahwa ibu yang menyusui wilayah Puskesmas Pudakpayung Kota
masih banyak yang mengalami masalah Semarang, pada bulan April sampai Juni
pengeluaran ASI kurang lancar dikarenakan 2018. Populasi target 126 responden yang
faktor frekuensi menyusi, paritas, stress, dipilih berdasarkan kriteria inklusi yaitu :
penyakit ataupun kesehatan ibu, konsumsi Ibu tidak menggunakan kontrasepsi
alkohol/rokok, pil kontrasepsi, asupan dalam penelitian ini adalah 17 responden
nutrisi dan belum mengetahui cara pijat mengantisipasi adanya kemungkinan sampel
untuk memperlancar ASI. Penyuluhan yang yang drop out, maka dilakukan
tentang pijat oksitosin belum pernah penambahan sampel sebesar 20% x 17= 20,
diberikan oleh bidan desa maupun petugas pada masing-masing kelompok menjadi 20
kesehatan dari Puskesmas, tetapi materi lain orang responden pada kelompok intervensi
seperti penyuluhan tentang perawatan dan kelompok kontrol berjumlah 20 orang
payudara/breast care dan nutrisi/ gizi untuk responden. Perhitungan tersebut, total seluruh
memperlancar ASI sudah pernah.34 sampel berjumlah 40 orang. Berdasarkan
Upaya meningkatkan produksi ASI estimasi jumlah minimal sampel diatas, maka
diharapkan dapat dilakukan penerapan pada penelitian ini menggunakan 40 sampel
pijat oksitosin ini, memeksimalkan produksi yang akan dibagi menjadi dua kelompok,
dan keberlangsungan proses ASI. Hasil yaitu kelompok intervensi dan kelompok
pijat oksitosin tersebut dapat dijadikan control.
sebagai solusi alternatif terhadap Pada penelitian ini, sampel diberikan
permasalahan yang dialami oleh ibu amplop tertutup yang berisi nomor-nomor
menyususi dalam proses pemberian ASI untuk ditentukan sebagai kelompok kontrol
secara berkelanjutan.6 dan kelompok perlakuan. Adapun nomor-
Tujuan Penelitian nomor untuk kelompok kontrol: 1,5, 9, 13, 17,
1. Tujuan Umum 21, 25, 29, 33, 37, 41, 45, 49, 53, 57, 60, 64,
Membuktikan pengaruh pijat oksitosin 68, 72 dan 76 masuk ke dalam kelompok
oleh suami terhadap produksi ASI pada kontrol breast care, responden dengan nomor
ibu nifas. urut 2, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 24, 26,
2. Tujuan khusus 28, 30, 32, 36, 38, 40, 42 dan 44 masuk ke
Pengaruh pijat oksitosin oleh suami yang dalam kelompok pijat oksitosin dan breast
dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore care.
selama 15 menit sampai hari ke 15 pada Pada kelompok intervensi diberikan pijat
ibu nifas dapat meningkatkan produksi oksitosin oleh suami 2x sehari pagi dan sore
ASI. selama 15 menit sampai hari ke 14. Pemijatan
sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu
METODE dengan menggunakan dua telapak tangan,
Populasi dan Sample dengan ibu jari menunjuk ke depan. Area
Penelitian ini menggunakan rancangan tulang belakang leher. Cari daerah dengan
Quasy Eksperiment dengan rancangan Non tulang yang paling menonjol,namanya
randomized controlled design. Pretes posttes prosessus spinosus/cervical vertebrae 7.
control group yaitu salah satu eksperimen Tindakan terapi pijat oksitosin oleh suami ini
diajarkan pada suami oleh peneliti/enumerator buang air kecil (BAK), dan istirahat tidur
sesuai dengan Standard Operating Procedure ibu.
(SOP) yang telah dibuat sebelumnya serta Data analisis
responden diberikan evaluasi ulang setelah Data hasil penelitian ini diuji
diajarkan pijat oksitosin oleh peneliti. menggunakan anilisis univariat, bivariate,
Sedangkan pada kelompok kontrol diberikan dan multivariat. Kelompok pijat oksitosin
breast care yang dilakukan oleh responden oleh suami dan breast care. Kelompok
sendiri dan dipantau oleh Kontrol diuji menggunakan uji man whitney
peneliti/enumerator,breast care dilakukan 2x untuk mengetahui signifikansi dan
sehari pagi dan sore selama 15 menit sampai perbedaan sebelum dan sesudah, kemudian
hari ke 14 sesuai dengan Standard Operating dilakukan uji Wilcoxon serta uji anova
Procedure (SOP) yang telah dibuat repeated measured utuk mengetahui
sebelumnya serta responden diberikan signifikansi antar kedua kelompok.
evaluasi ulang setelah diajarkan breast care Etika Penelitian
oleh peneliti/enumerator. Kelayakan etika penelitian ini diperoleh dari
Instrument komite etika penelitian kesehatan (K.E.P.K)
Instrumen penelitian yang digunakan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
pada penelitian ini meliputi lembar observasi dengan No: 274/KEPK/Poltekkes-
pijat oksitosin, lembar observasi breast care smg/EC/2018. Responden yang terlibat
dan lembar observasi bayi dengan dalam penelitian ini memperoleh inform
melakukan pengamatan atau observasi consent yang tepat.
langsung terhadap subjek penelitian yaitu
penimbangan berat badan bayi (BB bayi),
frekuensi menyusui, lama tidur bayi,
frekuensi buang air besar (BAK), frekuensi

Analisis Data Dan Hasil Penelitian


Tabel 4.1 Karakteristik Pesponden menurut Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi
berdasarkan Umur Ibu, Umur Suami, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan dan Paritas
Intervensi (n=20) Kontrol (n=20)
Variabel Mean±SD Min±SD P value
Umur Ibu (tahun) 25,8±1,936 26,2±2,167 0,484
Umur Suami (Tahun) 29,5±1,504 29,4±1,847 0,183
Pendidikan Ibu N % n %
SMP 4 20 4 20 0,328
SMA 15 75 14 70
PT 1 5 2 10
Pendidikan Suami N % N %
SMP 1 5 1 5 0,470
SMA 16 80 17 85
PT 3 15 2 10
Pekerjaan Suami N % n %
Swasta 8 40 9 45
Wiraswasta 8 40 6 30 0,704
PNS 2 10 1 5
Pabrik 2 10 4 20
Paritas N % N %
Multipara 7 35 7 35 1,00
Primipara 13 65 13 65
Mann-Whitney Test
Tabel 4.1 Hasil menunjukkan pada Pendidikan suami/responden pada
variabel umur ibu/partisipan kelompok kelompok kontrol Sekolah Menengah
intervensi didapatkan umur 25,8 Pertama 5%, Sekolah Menegah Atas 85%,
tahun,umur temuda 24 tahun dan tertua 30 dan Perguruan Tinggi 10%. Sedangkan
tahun. Sementara pada kelompok kontrol pendidikan suami/responden pada kelompok
umur partisipan didapatkan mean 26,2 intervensi Sekolah Menengah Pertama 5%,
tahun dengan umur termudah 24 tahun dan Sekolah Menengah Atas 80%, dan
umur tertua adalah 31 tahun. Umur pada Perguruan Tinggi 15%. Analisis kedua
kedua kelompok berbeda tetapi tidak kelompok menggunakan uji Mann-Whitney
bermakna (p value = 0.484), artinya Pendidikan pada kedua kelompok berbeda
karakteristik umur ibu/ responden pada tapi tidak bermakna (p value = 0,470),
kedua kelomok sama. karakteristik pendidikan kedua kelompok
Variabel pada umur suami/responden sama.
kelompok intervensi didapatkan umur 29,5 Pekerjaan responden pada kelompk
tahun, dengan umur temuda 27 tahun dan kontrol swasta 45%, wiraswasta 30%, PNS
tertua 32 tahun. Sementara pada kelompok 5%, dan buruh pabrik 20% sedangkan pada
kontrol umur ibu/responden didapatkan kelompok intervensi swasta 40%,
mean 29,4 tahun, dengan umur termudah 27 wiraswasta 40%, PNS 10% dan buruh pabrik
tahun dan umur tertua adalah 33 tahun. 10%. Analisis menggunakan uji Mann-
Umur pada kedua kelompok berbeda tetapi Whitney kedua kedua kelompok berbeda
tidak bermakna (p value = 0.183), artinya tetapi tidak bermankna (p=0,704).
karakteristik umur suami/ responden kedua Karakteristik kedua kelompok sama.
kedua kelomok sama. Paritas pada kelompok kontrol
Pendidikan ibu/responden pada multipara 35% dan primipara 65%, pada
kelompok kontrol Sekolah Menengah kelompok intervensi multipara 35% dan
Pertama 20%, Sekolah Menegah Atas 70%, primipara 65%. Analisis kedua kelompok
dan Perguruan Tinggi 10%. Sedangkan menggunakan uji Mann-Whitney, paritas
pendidikan ibu/responden pada kelompok kedua kelompok berbeda tetapi tidak
intervensi Sekolah Menengah Pertama 20%, bermakna (p value = 1.00), karakteristik
Sekolah Menengah Atas 75%, dan paritas kedua kelompok sama.
Perguruan Tinggi 5%. Analisis kedua Dari hasil perhitungan diatas dapat
kelompok menggunakan uji homogenitas. disimpulkan bahwa karakteristik partisipan
Pendidikan pada kedua kelompok berbeda meliputi usia, pendidikan, dan paritas pada
tapi tidak bermakna (pvalue>0,05), kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
karakteristik pendidikan kedua kelompok adalah sama tidak mempengaruhi produksi
sama. ASI.
Analisis Data Bivariat
a. Kadar Hormon Prolaktin
Tabel 4.3 Gambaran uji beda Kadar Hormon Prolaktin Pada Kelompok Intervensi dan kelompok
Kontrol (N=40) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pudakpayung Kota Semarang 2018
Mean Median Std. Diviasi Min-Maks
Variabel
Intervens Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol
i
Sebelum 46,21 44,322 40,49 45,69 18,85 16,47 24,14-87,21 15,98-81,49
Setelah 494,32 182,55 506,22 127,33 69,41 107,02 353,51-597,44 75,84-392,81
Selisih 448,11 138,23 461,69 95,71 461,69 99,28 303,15-557,97 25,54-341,53
1 2
Mann-Whitney Test Wiicoxon Test

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan intervensi 46,21 ng/ml, sedangkan rerata


rerata kadar hormon prolaktin sebelum pada kelompok kontrol adalah 44,322 ng/ml.
diberikan perlakuan pada kelompok Hasil uji Mann-Whitney Test diperoleh
nilai (p value =0,758) artinya tidak ada Hasil analisis uji Mann-Whitney Test
perbedaan yang bermakna rerata kadar diperoleh nilai (p value = 0,000 ) artinya ada
hormon prolaktin sebelum diberikan perbedaan yang bermakna rerata selisih
perlakuan antara kelompok intervensi dan kenaikan kadar hormon prolaktin antara
kelompok kontrol. kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Rerata kadar hormon prolaktin setelah Pada penjelasan diatas dapat
diberikan perlakuan pada kelompok disimpulkan pijat oksitosin oleh suami
intervensi adalah 494,32 ng/ml, sedangkan memiliki efek meningkatkan kadar hormon
rerata kadar hormon prolaktin pada prolaktin yang sama dengan breast care
kelompok kontrol adalah 182,55 ng/ml. (kontrol), artinya ada peningkatan kadar
Hasil uji Mann-Whitney Test diperoleh nilai hormon prolaktin pada ibu nifas normal.
(p value = 0,000) ada perbedaan yang
bermakna rerata kadar hormon prolaktin b. Produksi Air Susu Ibu (ASI)
setelah diberikan perlakuan antara kelompok Distribusi Karakteristik responden
kontrol dan kelompok intervensi. Adapun dalam penelitian ini meliputi : Istirahat tidur,
pengaruh pemberian pijat oksitosin oleh frekuensi menyusui, berat badan bayi,
suami pada kelompok perlakuan terlihat ada frekluensi menyusui, lama tidur bayi,
kenaikan rerata kadar hormon prolaktin yang frekuensi BAB, frekuensi BAK, dan istirahat
lebih besar pada kelompok intervensi tidur. Karakteristik responden dapat dilihat
dibandingkan dengan kelompok kontrol. pada tabel berikut :
Rerata selisih kenaikan kadar hormon
prolaktin pada kelompok intervensi adalah
448,11 ng/ml, sedangkan rerata selisih pada
kelompok kontrol adalah 138,23 ng/ml.
1) Rerata Berat Badan Bayi
Tabel 4.4 Distribusi variabel dengan (produksi ASI) pada Kelompok Intervensi dan kelompok
Kontrol (N=40). Berat Badan Bayi
Intervensi Kontrol Median P value*
Variabel Mean±SD Mean±SD Perlakuan Kontrol
Berat Bada Bayi(gram)
Sebelum 2696,5±201,8 2678,25±217,19 2570 2570 0,799
Setelah 3048,2±205,7 2910,50±218,33 7,50 6,00 0,003
Selisih 351,75±69,19 232,25±43,84 0,000
0.003). Adapun pengaruh pemberian pijat
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan oksitosin oleh suami pada kelompok
rerata berat badan bayi sebelum diberikan intevensi terlihat ada kenaikan rerata
perlakuan pada kelompok intevensi adalah berat badan bayi yang lebih besar
2696,5gram. Sedangkan rereta kelompok dibandingkan dengan kelompok kontrol.
kontrol adalah 2678,25 gram. Hasil Rerata selisih berat badan bayi pada
analisis lebih lanjut didapatkan tidak ada kelompok intervensi adalah 351,75 gram.
perbedaan yang bermakna rerata berat Sedangkan rerata selisih pada kelompok
badan bayi sebelum diberikan perlakuan kontrol adalah 232,25 gram. Hasil uji
antara kelompok intervensi dan kelompok analisis lebih lanjut dapat disimpulkan ada
kontrol (p value = 0.799). perbedaan yang bermakna rerata selisih
Rerata berat badan bayi setelah kenaikan berat badan bayi antara
diberikan perlakuan pada kelompok kelompok intervensi dengan kelompok
intervensi adalah 3048,2 gram. Sedangkan kontrol( p value = 0.000).
rerata pada kelompok kontrol adalah Adapun pengaruh pemberian pijat
2910,50 gram. Hasil analisis lebih lanjut oksitosin oleh suami pada kelompok
didapatkan ada perbedaan yang bermakna perlakuan terlihat ada kenaikan rerata berat
rerata berat badan bayi setelah badan bayi yang lebih besar dibandingkan
diberikan perlakuan antara kelompok dengan kelompok kontrol.
intervensi dan kelompok kontrol (p value =
Berat Badan Bayi
3100

Berat Badan Bayi (gram)


3000
2900
2800 Berat Badan Bayi kontrol
2700
Berat Badan Bayi
2600
Perlakuan
2500
2400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Grafik 3.1 Produksi ASI yang di ukur dengan Berat Badan Bayi pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol

Berdasarkan Grafik 3.1 menunjukkan suami dapat meningkatkan produksi ASI


bahwa peningkatan berat badan bayi pada dilihat dari berat badan bayi.
garis berwarna merah kelompok intervensi
(pijat oksitosin oleh suami) dan garis
berwarna biru kelompok kontrol (breast
care) mengalami sedikit peningkatan. Dapat
disimpulkan bahwa pijat oksitosin oleh
2) Rerata frekuensi menyusui bayi
Tabel 4.5 Distribusi variabel dengan (produksi ASI) pada Kelompok Intervensi dan kelompok
Kontrol (N=40). frekuensi menyusui bayi
Intervensi Kontrol Median P value*
Variabel Mean±SD Kontrol Perlakuan Kontrol
Frekuensi
Menyusui(x/hari)
Sebelum 7,25±0,444 7,50±0,605 7,00 7,50 0,157
Setelah 11,45±0,604 10,50±0,513 11,50 10,50 0,000
Selisih 4,20±0,696 0,95±0,686 0,000
pengaruh pemberian pijat oksitosin oleh
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan suami pada kelompok intervensi terlihat ada
rerata frekuensi menyusui sebelum diberikan kenaikan rerata frekuensi menyusui yang
perlakuan pada kelompok intervensi adalah lebih besar dibandingkan dengan kelompok
7,25 x/hari. Sedangkan rereta kelompok kontrol.
kontrol adalah 7,50 x/hari. Hasil analisis Rerata selisih frekuensi menyusui pada
lebih lanjut didapatkan tidak ada perbedaan kelompok intervensi adalah 4,20 x/hari.
yang bermakna rerata frekuensi menyusui Sedangkan rerata selisih pada kelompok
sebelum diberikan perlakuan antara kontrol adalah 0,95 x/hari. Hasil uji analisis
kelompok intervensi dan kelompok kontrol lebih lanjut dapat disimpulkan ada
(p value = 0.157). perbedaan yang bermakna rerata selisih
Rerata frekuensi menyusui setelah kenaikan frekuensi menyusui antara
diberikan perlakuan pada kelompok kelompok intervensi dengan kelompok
intervensi adalah 11,45 x/hari. Sedangkan kontrol (p value = 0.000). Adapun pengaruh
rerata pada kelompok kontrol adalah 10,50 pemberian pijat oksitosin oleh suami pada
x/hari. Hasil analisis lebih lanjut didapatkan kelompok intervensi terlihat ada kenaikan
ada perbedaan yang bermakna rerata rerata frekuensi menyusui bayi yang lebih
frekuensi menyusui setelah diberikan besar dibandingkan dengan kelompok
perlakuan antara kelompok intervensi dan kontrol.
kelompok kontrol (p value = 0.000). Adapun
FREKUENSI MENYUSUI
14.0
12.0
Hasil Pengukuran 10.0
8.0
Kontrol
6.0
Perlakuan
4.0
2.0
0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Grafik 3.2 Produksi ASI yang di ukur dengan Frekuensi Menyusui Bayi menurut pada
intervensi dan kelompok kontrol

mengalami sedikit peningkatan. Dapat


Berdasarkan Grafik 3.2 menunjukkan disimpulkan bahwa pijat oksitosin oleh
bahwa frekuensi menyusui bayi pada garis suami dapat meningkatkan produksi ASI
berwarna merah kelompok intervensi (pijat dilihat dari frekuensi menyusui bayi.
oksitosin oleh suami) dan garis berwarna
biru kelompok kontrol (breast care)
3) Rerata lama tidur bayi
Tabel 4.7 Distribusi variabel dengan produksi ASI pada Kelompok Intervensi dan kelompok
Kontrol (N=40). Lama Tidur Bayi
Intervensi Kontrol Median P value*
Variabel Mean±SD Mean±SD Intervensi Kontrol
Lama Tidur bayi (jam/hari)
Sebelum 10,15±0,356 10,35±0,489 10,0 10 0,289
Setelah 11,70±0,470 10,95±0,394 12,0 11 0,000
Selisih 1,55±0,510 0,60±0,598 0,000
kelompok internsi dan kelompok kontrol
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan (p value = 0,000). Adapun pengaruh
rerata lama tidur bayi sebelum diberikan pemberian pijat oksitosin oleh suami pada
perlakuan pada kelompok intervensi adalah kelompok intervensi terlihat ada kenaikan
10,15 jam/hari. Sedangkan rereta pada rerata lama tidur bayi yang lebih besar
kelompok kontrol lama tidur bayi sebelum dibandingkan dengan kelompok kontrol.
adalah 10,35 jam. Hasil analisis lebih Rerata selisih lama tidur bayi pada
lanjut didapatkan tidak ada perbedaan kelompok intervensi adalah 1,55 jam/hari.
yang bermakna rerata lama tidur bayi Sedangkan rerata selisih pada kelompok
sebelum diberikan perlakuan antara kontrol adalah 0,60 jam. Hasil uji analisis
kelompok intervensi dan kelompok kontrol lebih lanjut dapat disimpulkan ada
(p value = 0.285). perbedaan yang bermakna rerata selisih
Rerata lama tidur bayi setelah kenaikan lama tidur bayi antara kelompok
diberikan perlakuan pada kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol (p
intervensi adalah 11,70 jam/hari. value = 0.000). Adapun pengaruh
Sedangkan rerata pada kelompok kontrol pemberian pijat oksitosin oleh suami pada
adalah 10,95 jam/hari. Hasil analisis lebih kelompok perlakuan terlihat ada kenaikan
lanjut didapatkan tidak ada perbedaan rerata lama tidur bayi yang lebih besar
yang bermakna rerata berat badan bayi dibandingkan dengan kelompok kontrol.
setelah diberikan perlakuan antara
Lama Tidur Bayi
12.0
hasil Pegukuran (Jam/hari) 11.5
11.0 Lama Tidur Bayi kontrol
10.5
10.0 Lama Tidur Bayi
9.5 Perlakuan
9.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Grafik 3.3 Produksi ASI yang di ukur dengan Frekuensi Lama Tidur Bayi pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
mengalami sedikit peningkatan. Dapat
Berdasarkan Grafik 3.3 menunjukkan disimpulkan bahwa pijat oksitosin oleh
bahwa frekuensi lama tidur bayi pada garis suami dapat meningkatkan produksi ASI
berwarna merah kelompok intervensi (pijat dilihat dari frekuensi lama tidur bayi.
oksitosin oleh suami) dan garis berwarna
biru kelompok kontrol (breast care)
4) Rerata frekuensi BAB bayi
Tabel 4.8 Distribusi variabel dengan produksi ASI pada Kelompok Intervensi dan kelompok
Kontrol (N=40). Frekuensi BAB Bayi
Intervensi Kontrol Median P value*
Variabel Mean±SD Mean±SD Perlakuan Kontrol
Frekuensi BAB(x/hari)
Sebelum 1,35±0,489 1,45±0,510 1,00 1,00 0,602
Setelah 3,35±0,745 2,40±0,503 3,50 2,00 0,000
Selisih 2,00±0,795 1,15±0,875 0,007
pengaruh pemberian pijat oksitosin oleh
Tabel 4.8 menunjukkan rerata BAB suami pada kelompok intervensi terlihat
bayi sebelum diberikan perlakuan pada ada kenaikan rerata BAB bayi yang lebih
kelompok intervensi adalah 1,35 x/hari. besar dibandingkan dengan kelompok
Sedangkan rereta kelompok kontrol kontrol.
adalah 1,45 x/hari. Hasil analisis lebih Rerata selisih BAB bayi pada
lanjut didapatkan tidak ada perbedaan kelompok intervensi adalah 2,00 x/hari.
yang bermakna rerata BAB bayi sebelum Sedangkan rerata selisih pada kelompok
diberikan perlakuan antara kelompok kontrol adalah 1,15 x/hari. Hasil uji
intervensi dan kelompok kontrol (p value analisis lebih lanjut dapat disimpulkan
= 0.602). tidak ada perbedaan yang bermakna rerata
Rerata BAB bayi sesudah diberikan selisih kenaikan BAB bayi antara
perlakuan pada kelompok intervensi kelompok intervensi dengan kelompok
adalah 3,35 x/hari. Sedangkan rerata pada kontrol (p value = 0.007). Adapun
kelompok kontrol adalah 2,40 x/hari. pengaruh pemberian pijat oksitosin oleh
Hasil analisis lebih lanjut didapatkan ada suami pada kelompok intervensi terlihat
perbedaan yang bermakna rerata BAB ada kenaikan rerata frekuensi BAB yang
bayi setelah diberikan perlakuan antara lebih besar dibandingkan dengan
kelompok intervensi dan kelompok kelompok kontrol.
kontrol (p value = 0.000). Adapun
Frekuensi BAB
4.0

hasil pengukuran (x/hari) 3.0

2.0 BAB kontrol


BAB Perlakuan
1.0

0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Grafik 3.4 Produksi ASI yang di ukur dengan Frekuensi BAB Bayi pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol
suami dapat meningkatkan produksi ASI
Berdasarkan Grafik 3.4 menunjukkan dilihat dari BAB bayi.
bahwa peningkatan BAB bayi pada garis
berwarna merah kelompok intervensi (pijat
oksitosin oleh suami) dan garis berwarna
biru kelompok kontrol (breast care)
mengalami sedikit peningkatan. Dapat
disimpulkan bahwa pijat oksitosin oleh
5) Rerata Frekuensi BAK bayi
Tabel 4.9 Distribusi variabel dengan (produksi ASI) pada Kelompok Intervensi dan kelompok
Kontrol (N=40). Frekuensi BAK Bayi
Intervensi Kontrol Median P value*
Variabel Mean±SD Mean±SD Perlakuan Kontrol
Frekuensi BAK(x/hari)
Sebelum 5,25±0,444 5,40±0,875 5,00 5,00 0,429
Setelah 9,55±0,605 8,65±0,503 10,0 9,00 0,000
Selisih 3,30±0,733 2,25±0,851 0,001
pengaruh pemberian pijat oksitosin oleh
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan suami pada kelompok intervensi terlihat
frekuensi BAK bayi sebelum diberikan ada kenaikan rerata BAK bayi yang lebih
perlakuan pada kelompok intervensi adalah besar dibandingkan dengan kelompok
5,25 x/hari. Sedangkan rereta kelompok kontrol.
kontrol adalah 5,40 x/hari. Hasil analisis Rerata selisih frekuensi BAK bayi pada
lebih lanjut didapatkan tidak ada perbedaan kelompok intervensi adalah 3,30 x/hari.
yang bermakna rerata frekuensi BAK bayi Sedangkan rerata selisih frekuensi BAK
sebelum diberikan perlakuan antara pada kelompok kontrol adalah 2,25x/hari.
kelompok intervensi dan kelompok kontrol Hasil uji analisis lebih lanjut dapat
(p value = 0.429). disimpulkan tidak ada perbedaan yang
Rerata frekuensi BAK bayi sesudah bermakna rerata selisih kenaikan frekuensi
diberikan perlakuan pada kelompok BAK bayi antara kelompok intervensi
intervensi adalah 9,55 x/hari. Sedangkan dengan kelompok kontrol (p value = 0.001).
rerata pada kelompok kontrol adalah 8,65 Adapun pengaruh pemberian pijat
x/hari. Hasil analisis lebih lanjut didapatkan oksitosin oleh suami pada kelompok
tidak ada perbedaan yang bermakna rerata intervensi terlihat ada kenaikan rerata
frekuensi BAK bayi setelah diberikan frekuensi BAK yang lebih besar
perlakuan antara kelompok intervensi dan dibandingkan dengan kelompok kontrol.
kelompok kontrol (p value = 0,000). Adapun
Frekuensi BAK
12.0

Hasil Pengukuran (x/hari)


10.0
8.0
6.0 kontrol
4.0 Perlakuan
2.0
0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Grafik 3.5 Produksi ASI yang di ukur dengan Frekuensi BAK Bayi pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol
suami dapat meningkatkan produksi ASI
Berdasarkan Grafik 3.5 menunjukkan dilihat dari frekuensi BAK bayi.
bahwa peningkatan BAK bayi pada garis
berwarna merah kelompok intervensi (pijat
oksitosin oleh suami) dan garis berwarna
biru kelompok kontrol (breast care)
mengalami sedikit peningkatan. Dapat
disimpulkan bahwa pijat oksitosin oleh

6) Rerata istirahat tidur ibu


Tabel 4.10 Distribusi variabel dengan (produksi ASI) pada Kelompok Intervensi dan kelompok
Kontrol (N=40). Istirahat Tidur
Intervensi Kontrol Median P value*
Variabel Mean±SD Mean±SD Perlakuan Kontrol
Istirahat Tidur(jam/hari)
Sebelum 5,35±0,489 5,45±0,503 5,00 5,00 0,602
Setelah 7,35±0,745 6,40±0,503 7,50 6,00 0,000
Selisih 2,00±0,858 0,95±0,689 0,001
Wilcoxon p*analisis p*Mean Rank
menyusui setelah diberikan perlakuan antara
Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan kelompok intervensi dan kelompok kontrol
rerata istirahat tidur sebelum diberikan (p value=0.000).
perlakuan pada kelompok intervensi adalah Rerata selisih istirahat tidur pada
5,35 x/hari. Sedangkan rereta kelompok kelompok intervensi adalah 2,00 jam.
kontrol adalah 5,45 x/hari. Hasil analisis Sedangkan rerata selisih pada kelompok
lebih lanjut didapatkan tidak ada perbedaan kontrol adalah 0,95 jam. Hasil uji analisis
yang bermakna rerata frekuensi menyusui Wicolxon dapat disimpulkan tidak ada
sebelum diberikan perlakuan antara perbedaan yang bermakna rerata selisih
kelompok intervensi dan kelompok kontrol kenaikan frekuensi menyusui antara
(p value = 0.602). kelompok intervensi dengan kelompok
Rerata istirahat tidur setelah diberikan kontrol (p value=0.001). Adapun pengaruh
perlakuan pada kelompok intervensi adalah pemberian pijat oksitosin oleh suami pada
7,35 x/hari. Sedangkan rerata pada kelompok intervensi terlihat ada kenaikan
kelompok kontrol adalah 6,40 x/hari. Hasil rerata istirahat tidur ibu yang lebih besar
analisis lebih lanjut didapatkan ada dibandingkan dengan kelompok kontrol.
perbedaan yang bermakna rerata frekuensi
Istirahat Tidur Ibu
8.0

Hasil Pengukuran
6.0
(jam/hari)
Istirahat tidur ibu kontrol
4.0

2.0 Istirahat tidur ibu


Perlakuan
0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Grafik 4.5 Produksi ASI yang di ukur dengan Istirahat Tidur Ibu menurut kelompok
intervensi dan kelompok kontrol

Berdasarkan Grafik 4.5 menunjukkan 1. Hasil Analisis Multivariat


bahwa peningkatan istirahat tidur ibu pada
garis berwarna merah kelompok intervensi Analisa multivariat dilakukan untuk
(pijat oksitosin oleh suami) dan garis mengetahui adakah pengaruh pijat oksitosin
berwarna biru kelompok kontrol (breast care) oleh suami terhadap produksi ASI yang dilihat
mengalami peningkatan. Dapat disimpulkan dari: berat badan bayi, frekuensi menyusui,
bahwa pijat oksitosin oleh suami dapat frekuensi BAB, frekuensi BAK, laman tidur
meningkatkan produksi ASI dilihat dari bayi dan istirahat tidur maka dilakukan uji
istirahat tidur ibu. efek perlakuan yang diberikan dengan uji
Regresi liner dengan hasil sebagai berikut:
PEMBAHASAN dikendalikan. Pendidikan merupakan
A. Karakteristik Responden salah satu faktor penting untuk
Penelitian ini dilakukan pada 40 ibu mendapatkan dan menerima secara lebih
nifas dibagi menjadi 2 kelompok , 20 ibu mudah informasi, karena pendidikan
nifas pada kelompok intervensi yang dapat mempengaruhi kemampuan orang
diberikan pijat oksitosin suami dan breast tua dalam melakukan perawatan terhadap
care 20 pada ibu nifas pada kelompok dan bayinya supaya sehat.1
kelompok kontrol breast care selama 14 Pada variabel pekerjaan, hasil
hari, untuk melihat kenaikan produksi ASI penelitian menunjukkan rerata pekerjaan
(berat badan bayi, frekuensi menyusui, responden sama antara kelompok
lama tidur bayi, frekuensi BAB, frekuensi intervensi dan kelompok kontrol.
BAK, dan istirahat ibu) dan kenaikan Sehingga faktor pekerjaan responden
kadar hormon prolaktin sampai dengan pada penelitian ini dapat dikendalikan.
hari ke 14. Dari hasil pengumpulan data Ibu yang tidak bekerja memiliki waktu
karakteristik partisipan meliputi umur ibu, yang lebih lama bersama bayi sehingga
umur suami, pendidikan ibu dan suami, memiliki kesempatan untuk dapat
pekerjaan dan paritas. Data karakteristik memberikan ASI pada bayi secara on
tersebut diuji statistik untuk mengetahui demand.46
homogenitasnya dan di sajikan dalam Ibu/responden yang bekerja
bentuk distribusi frekuensi. merupakan salah satu kendala yang
Pada kelompok intervensi dan menghambat pemberian ASI eksklusif.
kelompok kontrol sebelum diberikan Produksi ASI ibu bekerja memang akan
perlakuan penimbangan berat badan bayi berkurang. Hal ini antara lain karena
dan pemeriksaan kadar hormon prolaktin tanpa disadari ibu mengalami stress
dengan metode ELISA dilakukan di akibat berada jauh dari sang buah hati.
Laboratorium GAKI UNDIP. Kegiatan Ibu bekerja ternyata dapat mempengaruhi
tersebut dilakukan 4 orang enumerator produksi ASI walaupun sudah dijelaskan
yaitu bidan dan dilakukan Wilayah kerja tentang berbagai cara tehnik menyusui,
Puskesmas Pudakpayung Kota Semarang. cara peningkatan produksi ASI dan lain
Adapun variabel confounding pada sebagainya. Banyak ibu bekerja yang
penelitian ini umur ibu/umur suami, menghentikan pemberian ASI, padahal
pendidikan, pekerjaan. Hasil penelitian bekerja bukan alasan untuk
menunjukkan rerata umur responden sama menghentikan pemberian ASI secara
antra kelompok intervensi dan kelompok eksklusif meskipun cuti melahirkan
kontrol. Sehingga faktor umur pada hanya 3 bulan. Menurut penelitian
penelitian ini dapat dikendalikan. Budiarti (2009) menunjukkan bahwa ibu
Pengendalian umur responden dilakukan bekerja atau tidak bekerja tidak
dilakukan dengan kriteria inklusi umur mempengaruhi produksi ASI karena
responden yaitu 20-35 tahun. Umur yang informasi dan lingkungan kerja dan
aman untuk kehamilan, persalinan dan memberikan pengertian pengetahuan
menyusui adalah 20-35 tahun, dikarenakan tentang produksi ASI. 20
umur 20-35 tahun sesuai dengan masa Menurut penelitian Desmawati
reproduksi yaitu sangat baik dan sangat (2018 ) menunjukkan bahwa ibu yang
mendukung dalam pemberian ASI eklusif.1 yang bekerja tidak mempengaruhi
Pada variabel pendidikan, hasil pemberian ASI kepada bayinya. Dengan
penelitian menunjukkan rerata pengetahuan yang benar tentang
pendidikan responden sama antara menyusui, seorang ibu yang bekerja
kelompok intervensi dan kelompok dapat tetap memberikan ASI secara
kontrol. Sehingga faktor pendidikan eksklusif.19
responden pada penelitian ini dapat
Pada variabel pola istirahat tidur mempengaruhi perilaku ibu pada proses
partisipan pada kelompok yang diberikan menyusui selanjutnya. Jika ibu berhasil
perlakuan didapatkan pola istirahat tidur pada saat menyusui. Keyakinan ibu ini
adalah 5 jam/hari dan pada kelompok dapat merangsang pengeluaran oksitosin
kontrol rata-rata pola istirahat tidur adalah sehingga ASI dapat keluar dengan lancar.
19
5 jam/hari. Dapat disimpulkan bahwa
kedua kelompok mempunyai kesetaraan Dari hasil penelitian di Kudus
pola istirahat tidur yang homogen karaktekteristik paritas tidak
(p=0,602). Bila ibu kurang istirahat tubuh mempengaruhi kadar prolaktin ibu post
akan mengalami kelemahan dan partum,21 senada dengan penelitian di
menjalankan fungsinya sehingga dapat Jogjakarta bahwa paritas tidak
mempengaruhi status kesehatan ibu karena mempengaruhi pelaksanaan inisiasi
tubuh tidak sehat input makanannya menyusui dini pada ibu bersalin.22
kurang atau kurang darah untuk membawa Artinya hasil penelitian ini
bahan-bahan yang akan diolah oleh sel-sel menunjukkan bahwa perlakuan pemijatan
acini tersebut sehingga pembentukan dan oksitosin oleh suami terbukti
pengeluaran ASI akan terhambat. meningkatnya rangsangan pada impuls
Paritas pada kelompok perlakuan syaraf aferens sehingga hormon oksitosin
Primipara 65%, Multipara 35%, sedangkan meningkat, dengan peningkatan hormon
pada kelompok kontrol Primipara 65%, tersebut akan memberikan umpan balik
Multipara 35%. Dapat disimpulkan bahwa terhadap peningkatan hormon prolaktin.23
kedua kelompok mempunyai kesetaraan
paritas yang sama atau homogen (p value =
p=1,00). B. Pijat Oksitosin Oleh Suami dapat
Paritas akan mempengaruhi keaktifan meningkatkan produksi ASI
dari hormon-hormon termasuk hormon Hasil penelitian ini menunjukkan ada
oksitosin yang akan mempengaruhi perbedaan bermakna produksi ASI pada
produksi ASI. Pada paritas yang tinggi kelompok intervensi dan kelompok
secara anatomi kelenjar alveolus yang ada kontrol. Sehingga dapat disimpulkan
dalam payudara sudah tidak maksimal bahwa pijat oksitosin oleh suami dan
dalam memproduksi ASI, sehingga breast care dapat meningkatkan produksi
meskipun dilakukan perparangsangan pada ASI.
area tulang belakang selama dua kali sehari Teori lain dikemukakan oleh Mario
akan sedikit berpengaruh untuk keluarnya (2004) menjelaskan bahwa pemijatan
oksitosin dibandingkan dengan ibu yang merupakan salah satu stimulasi sensorik
memiliki paritas rendah. Pada ibu dengan somatik melalui penekanan jaringan
paritas tinggi oksitosin akan tetap lunak yang dapat menghubungkan jalur
terproduksi namun tidak sebanyak pada sistem syaraf perifer terhadap sistem
ibu dengan paritas rendah. Hal ini akan syaraf pusat sehingga mampu
menyebabkan pada ibu dengan paritas menghasilkan reflek pada sistem syaraf
rendah cenderung produksi ASI yang otonom dan mempengaruhi kontrol
dikeluarkan lebih baik dibandingkan neuroendokrin didalam tubuh manusia.
dengan ibu yang memiliki paritas tinggi.24 Penelitian dilakukan Muliani (2012)
Ibu multipara menunjukkan produksi menunjukkan bahwa rangsangan berupa
ASI yang lebih banyak dibandingkan sentuhan, kehangatan, sensasi alfaktori,
dengan primipara pada hari keempat penekanan ringan dan pemijatan dapat
nifas. Kenaikan jumlah paritas menstimulasi peningkatan pelepasan
menyebabkan perubahan produksi ASI oksitosin didalam sirkulasi darah dan
walaupun pengalama dan keyakinan ibu didalam cairan serebrospinal.51 Frekuensi
pada saat menyusui sebelumnya akan dilakukan pijat oksitosin juga akan
mempengaruhi produksi ASI, dalam bayi.59 Penelitian Morhenn pada tahun
penelitian ini pijat oksitosin dua kali 2012 dimana hasil
sehari pagi dan sore hari. Pijat oksitosin penelitianmenunjukkan ada peningkatan
lebih efektif apabula dilakukan dua kali BB bayi setelah diberikan pijat
pagi dan sore. Pijat oksitosin yang oksitosin.34 Hal ini didukung penelitian
dilakukan sehari dua kali dapat yang dilakukan oleh Suryani (2013) yang
mempengaruhi produksi ASI pada ibu menyatakan bahwa terdapat perbedaan
nifas. Pemijatan oleh suami dapat signifikan antara berat badan bayi yang
membantu ibu nifas untuk meningkatkan diberi ASI saja dan makanan atau
relaksasi dan kenyamanan sehingga minuman tambahan.16
diharapkan produksi ASI dapat Sesuai dengan penelitian ini
meningkat.21 kenaikan berat badan bayi selama 14 hari
Peningkatan produksi ASI dapat setelah ibu nifas mendapatkan pijat
dilihat dengan indikator berat berat badan oksitosin oleh suami, produksi ASI
bayi. Rerata berat badan bayi setelah semakin meningkat sehingga frekuensi
diberikan perlakuan pada kelompok bayi menyusu lebih sering dan lebih lama
intervensi adalah 3048,2 gram sedangkan yang berdampak pada kenaikan berat
pada kelompok kontrol adalah 2910,50 badan bayi selama 14 hari sebesar 0,2- 0-
gram. Hasil uji analisis dengan Mann- 3 gram.
Whitney didapatkan ada perbedaan yang Indikator lain untuk melihat bahwa
bermakna rerata berat bayi setelah ASI tercukupi bagi bayi adalah frekuensi
diberikan perlakuan antara kelompok BAB bayi. Rerata frekuensi BAB bayi
intervensi dan kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan pada
(p=0.003). kelompok intervensi 1,35x/hari
Hasil analisis dengan menggunakan sedangkan rerata frekuensi BAB bayi
uji regresi liner ada perbedaan yang pada kelompok kontrol adalah 1,45
bermakna rerata berat badan badan bayi x/hari. Hasil analisis uji Mann-Whitney
setelah diberikan perlakuan antara didapatkan tidak ada perbedaan
kelompok intervensi dan kelompok bermakna antara kelompok intervensi
kontrol (p<0.001). dan kelompok kontrol (p value=0,602).
Pada awal-awal kelahiran, BB bayi Rerata frekuensi setelah diberikan
tidak turun melenihi 5% sampai 10% dari perlakuan pada kelompok intervensi
BB lahir pada minggu pertama kelahiran, adalah 3,35 x/hari, sedangkan frekuensi
pada 0-5 hari pertama BB bayi akan pada kelompok kontrol 2,40. Hasil
menurun, setelah 10 hari BB bayi akan analisis lebih lanjut didapatkan ada
seperti saat lahir.5 Air susu ibu (ASI) perbedaan bermakna rerata frekuensi
merupakan suatu cairan yang terbentuk BAB bayi setelah diberikan perlakuan
dari campuran dua zat yaitu lemak dan antara kelompok intervensi dan
air yang terdapat dalam larutan protein. kelompok kontrol (p value =0.000).
Laktosa dan garam-garam anorganik Selisih frekuensi BAB bayi pada
yang dihasilkan oleh kelenjar payudara kelompok intervensi adalah 2.00 x/hari
ibu, dan bermanfaat sebagai makanan dan selisih frekuensi BAB bayi pada
bayi. Apabila kebutuhan nutrisi bayi kelompok kontrol adalah 1,15x/hari.
tercukupi, maka berat badan bayi akan Hasil analisis lebih lanjut dengan uji
bertambah.16 Mann-Whitney (p value=0,007)
Hasil penelitian ini sesuai dengan Hasil analisis lebih lanjut dengan
penelitian yang dilakukan khanal tahun menggunakan uji regresi liner
2016 bahwa ibu yang diberikan back didapatkan ada perbedaan yang
massage selama 10 menit dalam 3 hari bermakna rerata BAB bayi setelah
menunjukkan peningkatan berat badan diberikan perlakuan antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol (p value ada perbedaan yang bermakna rerata BAK
= <0.05). bayi setelah diberikan perlakuan antara
Pengeluaran ini berlangsung sampai kelompok intervensi dan kelompok kontrol
hari ke 2-3 dengan frekuensi 1-2 kali (p value = <0.05).
sehari. Pada hari ke 4 sampai hari ke 5 Frekuensi BAK bayi yang
warna tinja menjadi kecoklatan mendapatkan ASI cukup selama 24 jam
kehijauan. Selanjutnya warna tinja yang minimal sebanyak 6-8 kali sehari dengan
disusui dengan ASI akan berwarna warna urine kuning dan jernih. Pola
kuning dan lembek dengan frekuensi 2-7 eliminasi bayi tergantung dari intake yang
kali sehari.32 Penelitian ini sesuai dengan bayi dapatkan, bayi yang minum ASI,
hasil penelitian Machmudah (2011) setidaknya 8-10 kali sehari, warna unine
dimana hasil penelitian menunjukkan jernih, bau khas urine.42 Sesuai dengan
bahwa terjadi peningkatan frekuensi hasil penelitian Khanal (2016)
BAB setelah dilakukan pijat oksitosin menunjukkan bahwa ada peningkatan
dan oketani paling tinggi 6 kali BAB dalam jumlah BAK bayi setelah diberikan
dalam sehari, dengan rata-rata 3 kali back massage selama 10 menit dalam 3
dalam sehari.27 Bayi yang mendapat ASI hari.59 Penelitian oleh Suryani (2013)
akan berbeda dengan bayi yang diberi dimana frekuensi BAK bayi pada hari
susu formula. Pada bayi yang diberikan pertama setelah lahir adalah 6 kali dalam
ASI pola BAB nya 2-5 kali perhari, BAB 24 jam, pada minggu kedua 10 kali dalam
yang dihasilkan adalah berwarna kuning 24 jam, sehingga hasil penelitiannya
keemasan, tidak terlalu encer, sedangkan menunjukkan ada peningkatan frekuensi
bayi yang mendapatkan susu formula BAK setelah diberikan pijat oksitosin pada
pola BAB nya 1 kali sehari. ASI sangat minggu kedua.16 Penelitian Muchmudah
mudah dicerna sehingga bayi akan lebih (2011) juga menunjukkan bahwa ada
sering BAB.32 peningkatan frekuensi BAK bayi setelah
Selain frekuensi BAB, indikator lain menunjukkan bahwa ada peningkatan
untuk melihat bahwa ASI tercukupi bagi frekuensi BAK bayi setelah dilakukan pijat
bayi adalah frekuensin BAK bayi. Rerata oksitosin dan oketani yaitu 12 kali sehari.27
frekunsi BAK setelah diberikan Hasil penelitian Budiati (2009) dan
perlakuan pada kelompok intervensi Mardianingsih (2010) juga menyebutkan
adalah 9,55x/hari sedangkan pada bahwa produksi ASI dapat dinilai dari
kelompok kontrol adalah 8,65 x/hari. frekuensi BAK bayi yaitu sebanyak 6-8
Hasil analisis dengan uji Mann-Whitney kali sehari.16,17
didapatkan tidak ada perbedaan yang Indikator lain untuk melihat bahwa
bermakna rerata frekuensi BAK bayi ASI tercukupi bagi bayi adalah lama
setelah diberikan perlakuan antara tidur bayi. Rerata lama tidur bayi
kelompok intervensi dan kelompok sebelum diberikan perlakuan pada
kontrol (p=0.000). kelompok intervensi adalah 10,15
Selisih rerata frekuensi BAK bayi jam/hari sedangkan rerata lama tidur bayi
setelah diberikan perlakuan pada kelompok pada kelompok kontrol adalah 10.35
intervensi adalah 3,30 x/hari sedangkan jam/hari. Hasil analisis lebih lanjut
rerata frekuensi BAK bayi pada kelompok didapatkan tidak ada perbedaan antara
kontrol adalah 2,25 x/hari. Hasil analisis lama tidur bayi antara kelompok
dengan uji Mann-Whitney didapatkan ada intervensi dan kelompok kontrol
perbedaan yang bermakna antara (p=0,289)
kelompok intervensi dan kelompok kontrol Rerata selisih lama tidur bayi setelah
(p=0.001) diberikan perlakuan pada kelompok
Hasil analisis lebih lanjut dengan intervensi adalah 11,70 jam/hari,
menggunakan uji regresi liner didapatkan sedangkan rerata lama tidur bayi setelah
diberikan perlakuan pada kelompok Pada variabel frekuensi menyusui,
kontrol adalah 10,95 ja/hari. Hasil hasil penelitian didapatkan frekuensi
analisis lebih lanjut dengan uji Mann- menyusui pada kelompok intervensi
Whitney ada perbedaan bermakna antara didapatkan frekuensi menyusui adalah
kelompok intervensi dan kelompok 7,25x/hari dan pada kelompok kontrol
kontrol adalah (p value=0.000) rata-rata frekuensi menyusui 7,50x/hari.
Hasil analisis lebih lanjut dengan Dapat disimpulkan bahwa kedua
menggunakan uji regresi liner lama tidur kelompok mempunyai kesetaraan
bayi -0,071 didapatkan tidak terdapat frekuensi menyusui yang sama atau
signifikan lama tidur bayi setelah homogen (p value = 0,157).
diberikan perlakuan pada kelompok Setelah diberikan perlakuan pada
intervensi. kelompok intervensi rerata frekuensi
Lama tidur bayi yang cukup ASI menyusui adalah 10,45 x/hari, sedangkan
adalah 2-3 jam setelah menyusui atau 16- pada kelompok kontrol 10,50 x/hari.
20 jam dalam sehari. 31 Hasil penelitian Hasil analisis lebih lanjut didapatkan ada
ini sesuai dengan penelitian Suryani perpedaan yang bermakna rerata
(2013) dimana lama tidur bayi frekuensi menyusui setelah diberikan
menunjukkan ada perbedaan pada hari perlakuan antara kelompok intervensi
pertama dan minggu kedua serelah dan kelompok kontrol (p value = 0.000)
dilakukan pijat oksitosin. Bayi akan tidur Rerata selisih kenaikan frekuensi
tenang/nyenyak 2-3 setelah menyusu. menyusui pada kelompok intervensi
Kecukupan pemberian ASI juga adalah 4,20 x/hari, sedangkan pada
ditujukkan oleh perilaku bayi yang kelompok kontrol adalah 0,95 x/hari.
biasanya tenang, tidak rewel dan tidur Hasil uji Mann-Whitney dapatkan
pulas. Namun perlu diperhatikan juga disimpulkan ada perbedaan yang
bahwa kesuksesan pemberian ASI juga bermakna rerata selisih kenaikan kadar
dipengaruhi oleh tingkat kenyaman ibu hormon prolaktin antara kelompok
yang secara tidak menjadwalkan intervensi dan kelompok kontrol (p value
pemberian ASI juga dipengaruhi oleh = 0.000)
tingkat kenyamanan ibu yang secara Hasil analisis dengan menggunakan
tidak langsung akan mempengaruhi uji regresi liner frekuensi menyusui
produksi ASI.30 Ibu sebaiknya tidak setelah diberikan intervensi adalah 1,43
menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui x/hari lebih besar dibandingkan dengan
paling baik dilakukan sesuai permintaan kelompok kontrol. Hasil analisis lebih
bayi (on demand).20 Produksi ASI sangat lanjut dengan uji anova repeated
mempengaruhi oleh seringnya bayi measure didapatkan ada perbedaan yang
menyusu. Semakin sering bayi disusui bermakna rerata frekuensi menyusui
maka jumlah volume ASI yang setelah diberikan perlakuan antara
diproduksi akan semakin banyak karena kelompok intervensi dan kelompok
semakin tinggi kadar oksitosin pada kontrol (p<0,01).
peredaran darah yang akan merangsang Menyusui bayi setelah melahirkan
prolaktin untuk terus memproduksi ASI, sangat penting karena dengan menyusui
berat badan bayi akan bertambah, BAB bayi lebih dini terjadi perangsangan
dan BAK akan lebih sering dari bayi areola dan terbentuklah prolaktin.
akan merasa tenang, tidak rewel dan tidur Pengeluaran air susu dari kelenjar
pulas.30 Pijat oksitosin oleh suami dapat mammae adalah faktor penting dalam
membantu ibu nifas untuk meningkatkan kelanjutan produksinya, terdapat bahan
relaksasi dan kenyamanan sehingga kimia (penghambat) dalam ASI yang
produksi ASI dapat meningkat.27 sudah dirancang untuk menghentikan
produksi tidak digunakan, apabila ASI
yang sudah diproduksi tidak dihisap atau oleh suami berpengaruh signifikan
dikeluarkan dari kelenjar mammae dalam terhadap produksi ASI dan kadar hormon
waktu lama, bahan kimia (penghambat) prolaktin pada ibu nifas normal.
atau inhibitor autokrin ini akan C. Keterbatasan Penelitian
menghentikan sel-sel pembuat ASI Dalam penelitian ini terdapat beberapa
diproduksi.24 Keteraturan bayi menghisap keterbatasan peneliti, antara lain:
lebih dari 10 x/hari menjadikan produksi 2. Salah satu faktor yang mempengaruhi
ASI semakin bertambah setiap hari produksi ASI yaitu makanan dengan cara
ditunjang juga oleh nutrisi dari ibu.35 menanyakan pada responsen bahwa ibu
Semakin sering bayi menyusu pada tidak berpantang makan selama
payudara ibu, maka produksi dan penelitian dan tidak mengkonsumsi jamu
pengeluaran ASI akan semakin banyak. atau suplemen pelancar ASI apapun saat
Bayi cukup bulan frekuensi menyusui penelitian serta sudah ada upaya
sekitar 7-8 kali perhari selama 2 minggu konseling tentang gizi yang seharus
pertama setelah melahirkan karena dikonsumsi selama masa nifas tetapi
didukung dengan produksi ASI yang peneliti tidak dapat mengontrol secara
cukup. 8 Dengan demikian, ibu langsung makanan yang dimakan ibu
disarankan untuk menyusui bayi selama penelitian.
setidaknya lebih dari 8 kali sehari. Pada 3. Penelitian dengan keterbatasan,
bulan-bulan pertama setelah melahirkan diharapkan peneliti selanjut dapat lebih
untuk menjamin produksi dan efektif dalam memberikan konseling
pengeluaran ASI. Frekuensi menyusui pendidikan kesehatan tentang pijat
berkaitan dengan kemampuan stimulasi oksitosin kepada ibu dan suami sehingga
kedua hormon dalam kelenjar payudara, suami lebih mendukung dalam
yakni hormon prolaktin dan oksitosin. 36 pelaksanaan pemijatan oksitosin.
Hal ini sesuai dengan penelitian Suryani 4. Peneliti tidak dapat mengontrol
dimana hasil penelitian frekuensi perbedaan tekanan dalam proses
menyusui pada hari pertama setelah lahir pemijatan dikarenakan pemijatan yang
adalah 4-5 kali dan meningkat pada dilakukan oleh suami lebih kuat
minggu kedua. Sehingga hasil penelitian tekanannya dari peneliti.
menunjukkan ada peningkatan frekuensi
menyusui setelah diberikan pijat Daftar Pustaka
oksitosin pada minggu ke 2. Hasil 1. Widiyanto S. Avianti D TM.
penelitian dari Muchmudah (2011) Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan
menunjukkan bahwa frekuensi menyusui Ibu Tentang ASI Eksklusif dengan Sikap
setelah pijat oksitosin dan oketani yaitu terhadap pemberian ASI Eksklusif. Jurnal
12 kali sehari.37 kedokteran Muhhamadiyah,. 2012;1:1.
Refleks prolaktin dan refleks aliran 2. UNICEF. ASI Penyelamat Hidup
(let down refleks) sangat menentukan dan Efektif di Dunia.
keberhasilan selama proses menyusui.38 htt://www.unicef.org/indonesia/id/. 2014.
1. Dalam penelitian ini didapatkan 3. Publication Data, WHO Press,
pengukuran akhir pada hari ke 15 Geneva. [Internet]. 2013.
kelompok intervensi terjadi peningkatan 4. Santi MY. UPAYA
produksi ASI dan kadar hormon PENINGKATAN CAKUPAN ASI
prolaktin yang sangat bermakna terhadap EKSKLUSIF DAN INISIASI
produksi ASI dengan meningkatnya MENYUSU DINI (IMD. Kesmas
indikator berat badan bayi, frekuensi Indonesia. 2017;9(01):69-80.
BAB, frekuensi BAK, lama menyusui 5.
dan lama tidur bayi. Dengan demikian http://health.detik.com/read/2011/0
dapat disimpulkan bahwa pijat oksitosin 8/15/095530/170688/1201/dr-utami-
roesli-pejuang-asi-yang-pernah-gagal- produksi ASI ibu post partum di Rumah
menyusui. Detik Health. Dr Utami Sakit Wilayah Jawa Tengah. Keperawatan
Roesli, Pejuang ASI ynag gagal Soedirman (The Soedirman Journal of
menyusui. 2011. Nursing). 2011;6.
6. Siregar. Pemberian ASI Eksklusif 16. Khairani L. Pengaruh Pijat
dan Faktor–faktor yang Oksitosin terhadap Involusi Uterus Pada
Mempengaruhinya. . Sumatra Utara: Ibu Post Partum di Ruang Post Partum
Universitas Sumatera 2006. Kelas III RSHS Bandung. Students e-
7. Hubertin SP. Konsep Penerapan Journal,. 2012;1:33.
ASI Eksklusif. Jakarta: EGC. 2004:11. 17. Suwondo A, & Wahyuni, S.
8. Dewi GK, Santika EY. (2015). Efektifitas Kombinasi Pijat
HUBUNGAN ANTARA Oksitosin Tehnik Effleuragedan
KARAKTERISTIK RESPONDEN Aromaterapi Rose Terhadap Kadar
DALAM PEMBERIAN ASI Hormon Prolaktin Ibu Post Partum Normal
EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI Di Wilayah Puskesmas Dawe Kudus
BAYI UMUR 6-12 BULAN DI Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan.
POSYANDU DAHLIA DESA 2013;1:5.
BANGBAYANG TAHUN 2015. 18. Latifah J, Wahid, A., & Agianto,
JURNAL IMPULS. 2017;1(2):78-82. A. . Perbandingan Breast Care Dan Pijat
9. Semarang. DJK. Dinas Kesehatan Oksitosin Terhadap Produksi Asi Pada Ibu
Kabupaten Semarang,. In: tahun CAdKS, Post Partum Normal. . Dunia
editor. 2015. Keperawatan,. (2015).3:34-43.
10. Machmudah M, & Khayati, N. . 19. NK. S. The nuts and bolts of
Breastmilk Production of Mother with breastfeeding: anatomy and physiology of
Post Caesarean Section Given Oketani laktation. Curret problems in pediatric And
and Oxitocyn Massage. Jurnal Ners. Adolescent Health Care 2017;10:305.
(2017);,9:104-10. 20. J. R. Anatomy and Physiology of
11. Suryani NDdM, Sri. . Hubungan Lactation in Breastfeeding and Human
Dukungan Suami Dengan Pelaksanaan Lactation. . Human Lactation. 2005;3.
Inisiasi Menyusui Dini Pada Ibu Post 21. Morhenn B, Zak. . Massage
Partum di BPS Kota Semarang. . Increases Oxytocin and Reduces
Dinamika Kebidanan. 2011;1:1. Adrenocorticotropin Hormone in Humans.
12. Hani RM. Hubungan Dukungan . Alternative Therapies. 2012;18:6.
Suami Terhadap Keberhasilan Pemberian 22. Anuhgera D, Kuncoro, T.,
ASI Eksklusif pada Ibu Primipara di Sumarni, S., Mardiyono, M., & Suwondo,
Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan. A. . Hypnotherapy is more effective than
Jakarta. Fakultas Kedokteran dan Ilmu acupressure in the production of prolactin
Kesehatan. 2014. hormone and breast milk among women
13. Khairani L. Pengaruh Pijat having given birth with caesarean section.
Oksitosin terhadap Involusi Uterus Pada Medicine and Clinical Science. 2017.
Ibu Post Partum di Ruang Post Partum 23. Sintesis AR. Fungsi Dan
Kelas III RSHS Bandung. Students e- Interprestasi Pemeriksaan Hormon
Journal. (2012);1:33. Reproduksi. Obsteric Dan Ginekologi FK
14. Faizatul U. Pijat Oksitosin untuk UNPAD. 2010.
mempercepat pengeluaran ASI pada ibu 24. RH. M. Perbedaan Produksi ASI
pasca salin normal di dusun Sino Ketanen Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
Kecamatan Panceng Gresik. Kesehatan. Kombinasi Metode Massage Depan Dan
2014;02:XVIII. Massage Belakang Pada Ibu Menyusui 0-
15. Eko M. Efektivitas kombinasi 3 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
teknik marmet dan pijat oksitosin terhadap
Kesemiran Kabupaten Tegal. 32. Lemeshow S, David, W and
keperawatan 2012. . Janelle Klar. Besar sampel dalam
25. Widayanti W. Efektivitas Metode Penelitian Kesehatan. . Yogyakarta : :
“Speos”(Stimulasi Pijat Endorphin, Gadjah Mada Univerty Press.; 1997.
Oksitosin Dan Sugestif) Terhadap 33. Lemeshow S, David, W and
Pengeluaran Asi Pada Ibu Nifas:(Quasi Janelle Klar editor. Besar sampel dalam
Ekperimen, Di Bpm Wilayah Kabupaten Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :
Cirebon ). kedektoren. 2014. Gadjah Mada Univerty Press..(1997). .
26. Ruswana. A. Sintesis, Fungsi Dan 34. Sastroasmoro SdI, Sofyan. . Dasar-
Interprestasi Pemeriksaan Hormon dasar Metodologi Penelitian Klinis. . ke-
Reproduksi. Bandung:. Bagian Obsteric 4. E, editor. Bandung: Sagung Seto.2011;
Dan Ginekologi FK UNPAD. 2010. . 348-57,58,84-85. p.
27. Rempel LA, Rempel, J. K., & 35. Khanal TB,
Moore, K. C. . Relationships between Angeline.,MU,Kathreen.,Pramilda,S.
types of father breastfeeding support and Effect of Back Massage on Lactation
breastfeeding outcomes. Maternal & Among Postnatal Mother. Indian Journal
child nutrition, 13(3). 2017;3:13. Of Applied Research. (2016).6(11).
28. Missler M. Education and Support 36. Yi Li Ko HJK. Randomized
for Fathers Improves Breastfeeding controlled trial of the effectivennes of
Rates:A Randomized Controlled Trial. using back massage to improve sleep
Human Lactation 2013. quality among Taiwanese insomnia
29. Arora A, Manohar, N., Hayen, A., postpartum women. Depertement of
Bhole, S., Eastwood, J., Levy, S., & Nursing College of medicine. Catholic
Scott, J. A. Determinants of Fu-Jen Univerty,Taiwan. Journal
breastfeeding initiation among mothers in Midwifery 2014.
Sydney, Australia: findings from a birth 37. Hobbs AJ, Mannion CA,
cohort study. International breastfeeding McDonald SW, Brockway M, Tough SC.
journal. 2017;12:39. The impact of caesarean section on
30. Aidam BA P-ER, Lartey A, Aidam breastfeeding initiation, duration and
J. Factors associatedwith exclusive difficulties in the first four months
breastfeeding in Accra, Ghana. European postpartum. BMC pregnancy and
Journal of Clinical Nutrition. Child childbirth. 2016;16(1):90.
Development. 2005;59:789-96. 38. Tariku A, Biks GA, Wassie MM,
31. Eidelman AI, Schanler RJ, Gebeyehu A, Getie AA. Factors
Johnston M, Landers S, Noble L, Szucs associated with prelacteal feeding in the
K, et al. Breastfeeding and the use of rural population of northwest Ethiopia: a
human milk. Pediatrics. community cross-sectional study.
2012;129(3):e827-e41. International breastfeeding journal.
2016;11(1):14.

Anda mungkin juga menyukai