1*
Poltekkes Kemenkes Semarang, Semarang, Indonesia, Email :marianadoko20@gmail.com
2
Poltekkes Kemenkes Semarang, Semarang, Indonesia, Email :kun@hotmail.com
3
Poltekkes Kemenkes Semarang, Semarang, Indonesia, Email :haryo@yahoo.com
Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Semarang
Jl.Tirto Agung ; Pedalangan ; Banyumanik ; Semarang
ABSTRAK
Latar belakang: Ibu berperan sangat penting dalam awal perkembangan anak ketika
proses kehamilan hingga pasca kelahiran. Kurangnya produksi ASI menjadi salah satu
penyebab ibu memutuskan memberikan susu formula pada bayinya.Salah satu upaya
alternatif untuk meningkatkan produksi Air Susu Ibu dengan pemijatan oksitosin oleh
suami.
Tujuan Penelitian: Membuktikan pengaruh pijat oksitosin oleh suami terhadap
peningkatan volume ASI melalui hormon prolaktin pada ibu nifas.
Metode Penelitian: Quasy Eksperiment dengan pendekatan rancangan non equivalent
control group design. Jumlah sampel 40 ibu nifas yang menyusui dengan purpsive
sampling. Dilakukan pengukuran kadar hormon prolaktin menggunakan metode ELISA
dan produksi ASI menggunakan lembar observasi dengan indikator BB bayi, frekuensi
menyusui, frekuensi BAB, frekuensi BAK, lama tidur bayi dan istirahat tidur ibu.
Analisis data menggunakan Wicolxon test dan Mann Whitney test
Hasil: Pemberian pijat oksitosin oleh suami berpengaruh terhadap peningkatan kadar
hormon prolaktin (p=0.000), dan peningkatan produksi Air Susu Ibu dengan indikator
berat badan bayi (p<0.000),frekuensi menyusui (p<0.000), lama tidur bayi (p<0,05),
frekuensi BAB bayi (p<0,05), frekuensi BAK bayi (p<0,05), dan istirahat tidur ibu
(p<0,05).
Kesimpulan dan Saran: Pemberian pijat oksitosin suami dapat meningkatkan kadar
hormon prolaktin dan produksi Air Susu Ibu pada ibu nifas yang dilihat dengan berat
badan bayi, frekuensi menyusui, lama tidur bayi, frekuensi Buang Air Besar bayi,
frekuensi Buang Air Kecil bayi bayi dan istirahat tidur ibu. Pijat oksitosin oleh suami
dapat sebagai pilihan bagi ibu nifas untuk meningkatkan produksi Air Susu Ibu
Kata Kunci: Pijat oksitosin oleh suami, produksi Air Susu Ibu, hormon prolaktin.
PENDAHUAN jam pertam setelah lahir dan hanya 62%
dalam hari pertama setelah lahir serta 50,8%
Peran ibu sangatlah penting pada awal dalam 1 bulan pertama. Laktasi dini atau
perkembangan anak setelah proses kehamilan pemberian ASI awal pada jam pertama
hingga pasca kelahiran.1 Memberikan ASI setelah lahir akan merangsang terjadinya
eksklusif pada bayi baru lahir merupakan peningkatan prolaktin dalam darah dan
cara terbaik terbaik untuk pertumbuhan dan mencapai puncak pada 45 menit pertama.2
perkembangan. ASI tidak hanya akan Ketua Sentra Laktasi Indonesia (SLI),
meningkatkan kekebalan tubuh secara alami, Dr. Utami Roesli mengatakan kemungkinan
tetapi juga akan membentuk jalinan kasih meninggalnya bayi akibat terserang berbagai
sayang atau yang disebut dengan bounding penyakit infeksi akan lebih mudah terjadi
antara bayi dan ibu. ASI merupakan zat gizi jika seorang ibu yang baru melahirkan tidak
alamiah terbaik bagi bayi karena segera memberikan Air Susu Ibu (ASI)
mengandung kebutuhan energi dan zat yang kepada bayinya. Salah satu kematian bayi
dibutuhkan selama enam bulan pertama dan balita tersebut adalah faktor gizi, dengan
kehidupan bayi. ASI merupakan yang penyebab antara lain karena buruknya
diproduksi langsung oleh ibu dan dapat pemberian ASI eksklusif.6 Berdasarkan Riset
mengurangi gangguan pencernaan, Kesehatan Dasar (2013), angka cukupan
dibandingkan dengan makanan lain jika ASI ini jelas dibawah target World Health
ditelan oleh bayi.2 Organisation (WHO) yang mengharuskan
World Health Organization (WHO) cakupan ASI minimal 50%.5
mengeluarkan standar pertumbuhan anak Menyingkapi permasalahan laktasi
yang kemudian diterapkan diseluruh belahan tersebut, pemerintah indonesia telah
dunia. Isinya adalah menekankan pentingnya menggalakakan program laktasi melalui
pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir manajemen laktasi yang merupakan salah
sampai usia 6 bulan, ini berarti bahwa bayi satu program dari kesehatan ibu dan anak.
hanya menerima ASI dari ibu, tanpa Disamping itu upaya pemerintah untuk
tambahan cairan atau makanan padat lain.3 meningkatkan cakupan ASI Eksklusif
Setelah bayi lahir, nutrisi memainkan peran dengan ditetapkannya peraturan pemerintah
terpenting bagi pertumbuhan dan (PP) No.33/2012 tentang pemberian ASI
perkembangan yang sehat bagi bayi. WHO Eksklusif sebagai jaminan pemenuhan hak
menetapkan bahwa target (2025) sekurang- bayi untuk mendapatkan sumber makanan
kurangnya 50% dari jumlah bayi dibawah terbaik (ASI) sejak dilahirkan sampai usia
usia enam bulan diberikan ASI Eksklusif. enam bulan tanpa menambah dan atau
Data UNICEF menjelaskan bahwa hanya mengganti dengan makanan atau minuman
32,6% dari mereka yang disusui secara lain, melindungi ibu dalam memberikan ASI
eksklusif selama 6 bulan pertama. Dinegara Eksklusif kepada bayi.1, 6
berkembang hanya 39% ibu-ibu yang Namun, implementasi kebijakan
memberikan ASI Eksklusif. 3 Di Asia nasional tersebut belum obtimal. Hal ini
Tenggara capaian ASI eksklusif dapat dilihat dari angka pemberian ASI
menunjukkan angka tidak banyak berbeda. eksklusif di Indonesia yang masih rendah.
Sebagai perbandingan, cakupan ASI eksklusif Berdasarkan data Word Breastfeeding
di India mencapai 46%, di Philipina 34%, di Trends Initiative (2012) tentang kondisi
Vietnam 27% dan Myanmar 24%. Anak – menyusui 51 negara berdasarkan
anak yang mendapatkan ASI eksklusif empat pengukuran indikator yang telah ditetapkan,
belas kali lebih mungkin untuk bertahan Indonesia urutan ke 49 dari 51 negara
hidup dalam enam bulan pertama kehidupan dengka menyusui 27,5%.7
dibandingkan anak yang tidak disusui. Mulai Menurut data profil kesehatan Indonesia
menyusui pada hari pertama setelah lahir (2016) tentang Cakupan ASI Eksklusif
dapat menyurangi resiko kematian bayi baru secara Nasional pada bayi 0-5 bulan sebesar
lahir hingga 45%.4 54,0%, dan bayi sampai usia enam bulan
Jumlah ibu menyusui 42% namun, adalah sebesar 29,5%. Sedangkan di Jawa
hanya 44% yang berhasil menyusui pada 1 Tengah Cakupan pemberian ASI Esksklusif
pada bayi 0-5 bulan sebesar 43,3%, dan bayi tugas ibu di rumah, ibu tentu tidak akan
usia enam bulan 25,4% sehingga perlu kelelahan. Karena kelelahan merupakan
sosialisasi ASI pada ibu melahirkan untuk salah satu penyebab berkurangnya produksi
memberikan ASI secara Eksklusif sampai ASI. Teori lain menyatakan bahwa kerja
bayi umur 6 bulan tanpa makanan tambahan hormon oksitosin dipengaruhi oleh kondisi
lain. Pada sidang Kesehatan Dunia ke-65, psikologis. Persiapan ibu secara psikologis
negara-negara anggota WHO menetapkan sebelum menyusui merupakan faktor
bahwa target (2025) sekurang-kurangnya penting yang mempengaruhi keberhasilan
80% dari jumlah bayi dibawah usia 6 bulan menyusui. Dengan adanya keluarga dan
diberikan ASI eksklusif.8 lingkungan yang mendukung dalam
Peraturan Pemerintah Republik pemberian ASI dapat mengurangi
Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang kecemasan dan stres ibu.11
pemberian ASI eksklusif pasal 6 berbunyi Dukungan suami maupun keluarga lain
setiap ibu yang melahirkan harus dalam rumah akan sangat membantu
memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang berhasilnya seorang ibu untuk menyusui.
dilahirkannya.12 Oleh karena itu, ibu Perasan ibu yang bahagia, senang, perasan
membutuhkan dukungan keluarga dalam menyayangi bayi, memeluk, mencium, dan
pelaksanaan pijat oksitosin khususnya mendengar bayinya menangis akan
keluarga yang paling dekat dengan ibu yaitu meningkatkan pengeluaran ASI. Jadi,
suami. Kurangnya dukungan yang diberikan dukungan suami maupun keluarga lain
pada ibu dan kesulitan untuk menyusui dini dalam rumah akan sangat membantu
dapat menyebabkan produksi ASI terhambat berhasilnya seorang ibu untuk menyusui.12
dan jumlah ASI yang keluar tidak cukup. Penurunan produksi dan pengeluaran
Hal ini menunjukkan bahwa keputusan ASI dan pengeluaran ASI pada hari-hari
seorang ibu untuk menyusui membutuhkan pertama setelah melahirkan dapat
dukungan dari suami dan keluarga yang disebabkan oleh kurangnya rangsangan
berguna bagi tumbuh kembang yang hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat
optimal baik fisik maupun mental dan berperan dalam kelancaran produksi dan
kecerdasannya. Dukungan yang diberikan pengeluaran ASI.6
oleh keluarga kepada ibu nifas dapat Pijat oksitosin merupakan salah satu
membuat ibu memiliki keyakinan dan rasa solusi untuk mengatasi ketidak lancaran
percaya diri bahwa dia mampu untuk produksi ASI. Pemijatan oksitosin adalah
memproduksi ASI yang cukup untuk pemijatan pada sepanjang sisi tulang
bayinya sehingga produksi ASI menjadi belakang sampai tulang costae kelima-
lancar. Jadi, dukungan keluarga sangat keenam dan merupakan usaha untuk
berperan penting dalam keberhasilan merangsang hormon prolaktin dan okstosin
pemberian ASI eksklusif. 9Penelitian yang setelah melahirkan. Pijatan ini berfungsi
dilakukan di Kilimanjaro Tanzania untuk meningkatkan hormon oksitosin yang
menunjukkan bahwa bahwa Exclusive dapat menenangkan ibu, sehingga ASI pun
Breastfeeding (EBF) efektif untuk mencegah otomatis keluar.13
kematian balita hingga 13% - 15%.10 Pijat oksitosin dilakukan 2 kali sehari
Dukungan orang terdekat khususnya pada pada pagi dan sore selama 15 -20
suami sangat dibutuhkan dalam mendukung menit. Pijat oksitosin tidak dapat dilakukan
ibu selama memberikan ASI-nya sehingga oleh ibu karena pijat oksitosin ini
memunculkan istilah breastfeeding father. dilakukan disepanjang tulang belakang ibu.
Jika ibu merasa didukung, dicintai, dan Oleh karena itu, ibu membutuhkan
diperhatikan maka akan muncul emosi dukungan keluarga dalam pelaksanaan pijat
positif yang akan meningkatkan produksi oksitosin khususnya keluarga paling
hormon oksitosin sehingga produksi ASI terdekat dengan ibu yaitu suami. Manfaat
pun lancar. Dukungan keluarga, teman, dan dari penerapan pijat oksitosin berfungsi
petugas kesehatan juga mempengaruhi untuk meningkatkan hormon oksitosin yang
keberhasilan menyusui. Bila suami atau dapat menyenangkan ibu, sehingga ASI pun
keluarga dapat mengambil alih sebagian otomatis keluar. Efek pijat oksitosin adalah
sel kelenjar payudara mensekresi ASI pengaruh yang signifikan antara terapi pijat
sehingga bayi mendapatkan ASI sesuai oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI
dengan kebutuhan dan berat badan bayi yaitu sebesar 72%. Hasil penelitian di Jawa
bertambah.14 Tengah menunjukkan kombinasi teknik
Pada saat ibu diberikan pijat oksitosin, marmet dan pijat oksitosin dapat
hormon oksitosin keluar maka akan meningkatkan produksi ASI dengan berat
membantu pengeluaran ASI.15 Hormon badan bayi 3070 gram, frekuensi BAK 5 kali
oksitosn dapat dihasilkan melalui pada hari pertama, dan lama menyusu 2,17
rangsangan pemijatan oksitosin. Hal ini juga jam pada hari pertama, semua indikator
dibahas dalam penelitian di California diatas akan meningkat pada hari ke 7 dan
tentang pengaruh pemijatan pada hipotamus- hari ke 14.16
hipofisis-adrenal dan fungsi dalam Teknik untuk memperbanyak produksi
kesehatan, dengan hasil penelitian ASI antara lain breast care, senam
menyatakan adanya peningkatan hormon payudara, pemijatan payudara dan pijat
oksitosin dan menekan arginine-vasopressin oksitosin. Sebagai alternatif, dilakukan
(AVP) serta menekan hormon cortisol berbagai penelitian untuk menemukan terapi
setelah dilakukan pemijatan.16 pengganti yang lebih aman sehingga dapat
Menurut penelitian di Korea Selatan, meningkatkan produksi ASI seperti terapi
pada ibu post partum yang dilakukan non farmakologis seperti terapi herbal, pijat
perawatan payudara dapat menurunkan rasa oksitosin, pijat marmet, pijat endorpin,
nyeri pada payudara dan meningkatkan kompres hangat ,breast care dan aroma
produksi ASI sehingga meningkatan intensitas terapi. Tetapi karena keterbatasan informasi
menyusui bayi. 29 Hasil penelitian di Ohio, di layanan kesehatan tentang prosedur
pada saat postpartum ASI di produksi secara pelaksanaan maka metode-metode ini jarang
melimpah, apabila tidak dilakukan tindakan diberikan oleh bidan kepada pasien. 14Breast
perawatan dapat meningkatkan terjadinya care atau perawatan payudara dilakukan
bendungan pada payudara. Pemberian karena bertujuan memperlancar sirkulasi
pendidikan kesehatan tentang perawatan darah dan mencegah tersumbatnya saluran
payudara pada ibu post partum sangat air susu sehingga memperlancar pengeluaran
membantu ibu untuk mandiri dalam ASI dengan menjaga agar payudara
melakukan perawatan dirumah.13 senantiasa bersih dan terawat, karena saat
menyusui payudara ibu akan kontak
Sebagaimana dalam European Journal langsung dengan mulut bayi dan
of Neuroscience, bahwa perawatan menghindari puting susu yang sakit dan
pemijatan berulang bisa meningkatkan terinfeksi payudara, serta menjaga
produksi hormon oksitosin. Efek dari pijat keindahan bentuk payudara selain itu
oksitosin itu sendiri bisa dilihat reaksinya perawatan payudara juga bertujuan untuk
setelah 6-12 jam pemijatan. Hal ini juga di meningkatkan produksi ASI dengan
bahas dalam penelitian di California tentang merangsang kelenjar air susu melalui
pengaruh pemijatan hipotamus-hipofisis- pemijatan, mencegah bendungan ASI atau
adrenal dan fungsi imun dalam kesehatan, pembengkakan payudara, melenturkan
dengan hasil penelitian mengatakan adanya puting, mengetahui secara dini kelainan
peningkatan hormon oksitosin dan menekan puting susu dan melakukan usaha untuk
argainine-vasopressin (AVP) serta menekan mengatasinya.30 Breast care atau perawatan
hormon cortisol setelah dilakukan payudara merangsang reseptor disistem
pemijatan.18 duktus, menyebabkan duktus menjadi lebar
Hasil penelitian di Gresik pada ibu dan lunak, sehingga secara refleksentoris
pasca bersalin normal yang diberikan pijat dikeluarkannya oksitosin dari kelenjar
oksitosin waktu pengeluaran ASI lebih cepat hipofisis posterior.18
yaitu 6,21 jam setelah bayi lahir Breast care post partum adalah
dibandingkan yang tidak diberikan pijat perawatan payudara pada ibu setelah
oksitosin sebesar 8,93 jam setelah bayi lahir. melahirkan sedini mungkin. Perawatan
27
Hasil penelitian lain di Magelang ada payudara adalah suatu kegiatan yang
dilakukan secara sadar dan teratur untuk paling luas, desain penelitian kelompok
memelihara kesehatan payudara dengan eksperimen dan kontrol diberikan pretest
tujuan untuk mempersiapkan laktasi pada dan post test.32
waktu post partum. Adapun pelaksanaan Desain kelompok perlakuan disebut
breast care post partum ini dilakukan pada kelompok intervensi diberi pijat oksitosin
hari ke 1 – 2 setelah melahirkan minimal 2 oleh suami dan breast care. Kelompok
kali dalam sehari.33 kontrol diberikan breast care kemudian
Studi pendahuluan diwilayah kerja diukur produksi ASI pada variabel
Puskesma Pudakpayung kecamatan dependent.23
Banyumanik bulan Februari – Maret 2018 Produksi ASI berdasarkan berat badan
didapatkan data ibu nifas 160 orang. bayi, BAK, BAB, lama tidur dan lama
Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan menyusui. Penelitian ini dilakukan di
desa, didapatkan bahwa ibu yang menyusui wilayah Puskesmas Pudakpayung Kota
masih banyak yang mengalami masalah Semarang, pada bulan April sampai Juni
pengeluaran ASI kurang lancar dikarenakan 2018. Populasi target 126 responden yang
faktor frekuensi menyusi, paritas, stress, dipilih berdasarkan kriteria inklusi yaitu :
penyakit ataupun kesehatan ibu, konsumsi Ibu tidak menggunakan kontrasepsi
alkohol/rokok, pil kontrasepsi, asupan dalam penelitian ini adalah 17 responden
nutrisi dan belum mengetahui cara pijat mengantisipasi adanya kemungkinan sampel
untuk memperlancar ASI. Penyuluhan yang yang drop out, maka dilakukan
tentang pijat oksitosin belum pernah penambahan sampel sebesar 20% x 17= 20,
diberikan oleh bidan desa maupun petugas pada masing-masing kelompok menjadi 20
kesehatan dari Puskesmas, tetapi materi lain orang responden pada kelompok intervensi
seperti penyuluhan tentang perawatan dan kelompok kontrol berjumlah 20 orang
payudara/breast care dan nutrisi/ gizi untuk responden. Perhitungan tersebut, total seluruh
memperlancar ASI sudah pernah.34 sampel berjumlah 40 orang. Berdasarkan
Upaya meningkatkan produksi ASI estimasi jumlah minimal sampel diatas, maka
diharapkan dapat dilakukan penerapan pada penelitian ini menggunakan 40 sampel
pijat oksitosin ini, memeksimalkan produksi yang akan dibagi menjadi dua kelompok,
dan keberlangsungan proses ASI. Hasil yaitu kelompok intervensi dan kelompok
pijat oksitosin tersebut dapat dijadikan control.
sebagai solusi alternatif terhadap Pada penelitian ini, sampel diberikan
permasalahan yang dialami oleh ibu amplop tertutup yang berisi nomor-nomor
menyususi dalam proses pemberian ASI untuk ditentukan sebagai kelompok kontrol
secara berkelanjutan.6 dan kelompok perlakuan. Adapun nomor-
Tujuan Penelitian nomor untuk kelompok kontrol: 1,5, 9, 13, 17,
1. Tujuan Umum 21, 25, 29, 33, 37, 41, 45, 49, 53, 57, 60, 64,
Membuktikan pengaruh pijat oksitosin 68, 72 dan 76 masuk ke dalam kelompok
oleh suami terhadap produksi ASI pada kontrol breast care, responden dengan nomor
ibu nifas. urut 2, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 24, 26,
2. Tujuan khusus 28, 30, 32, 36, 38, 40, 42 dan 44 masuk ke
Pengaruh pijat oksitosin oleh suami yang dalam kelompok pijat oksitosin dan breast
dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore care.
selama 15 menit sampai hari ke 15 pada Pada kelompok intervensi diberikan pijat
ibu nifas dapat meningkatkan produksi oksitosin oleh suami 2x sehari pagi dan sore
ASI. selama 15 menit sampai hari ke 14. Pemijatan
sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu
METODE dengan menggunakan dua telapak tangan,
Populasi dan Sample dengan ibu jari menunjuk ke depan. Area
Penelitian ini menggunakan rancangan tulang belakang leher. Cari daerah dengan
Quasy Eksperiment dengan rancangan Non tulang yang paling menonjol,namanya
randomized controlled design. Pretes posttes prosessus spinosus/cervical vertebrae 7.
control group yaitu salah satu eksperimen Tindakan terapi pijat oksitosin oleh suami ini
diajarkan pada suami oleh peneliti/enumerator buang air kecil (BAK), dan istirahat tidur
sesuai dengan Standard Operating Procedure ibu.
(SOP) yang telah dibuat sebelumnya serta Data analisis
responden diberikan evaluasi ulang setelah Data hasil penelitian ini diuji
diajarkan pijat oksitosin oleh peneliti. menggunakan anilisis univariat, bivariate,
Sedangkan pada kelompok kontrol diberikan dan multivariat. Kelompok pijat oksitosin
breast care yang dilakukan oleh responden oleh suami dan breast care. Kelompok
sendiri dan dipantau oleh Kontrol diuji menggunakan uji man whitney
peneliti/enumerator,breast care dilakukan 2x untuk mengetahui signifikansi dan
sehari pagi dan sore selama 15 menit sampai perbedaan sebelum dan sesudah, kemudian
hari ke 14 sesuai dengan Standard Operating dilakukan uji Wilcoxon serta uji anova
Procedure (SOP) yang telah dibuat repeated measured utuk mengetahui
sebelumnya serta responden diberikan signifikansi antar kedua kelompok.
evaluasi ulang setelah diajarkan breast care Etika Penelitian
oleh peneliti/enumerator. Kelayakan etika penelitian ini diperoleh dari
Instrument komite etika penelitian kesehatan (K.E.P.K)
Instrumen penelitian yang digunakan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
pada penelitian ini meliputi lembar observasi dengan No: 274/KEPK/Poltekkes-
pijat oksitosin, lembar observasi breast care smg/EC/2018. Responden yang terlibat
dan lembar observasi bayi dengan dalam penelitian ini memperoleh inform
melakukan pengamatan atau observasi consent yang tepat.
langsung terhadap subjek penelitian yaitu
penimbangan berat badan bayi (BB bayi),
frekuensi menyusui, lama tidur bayi,
frekuensi buang air besar (BAK), frekuensi
Grafik 3.1 Produksi ASI yang di ukur dengan Berat Badan Bayi pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol
Grafik 3.2 Produksi ASI yang di ukur dengan Frekuensi Menyusui Bayi menurut pada
intervensi dan kelompok kontrol
Grafik 3.3 Produksi ASI yang di ukur dengan Frekuensi Lama Tidur Bayi pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
mengalami sedikit peningkatan. Dapat
Berdasarkan Grafik 3.3 menunjukkan disimpulkan bahwa pijat oksitosin oleh
bahwa frekuensi lama tidur bayi pada garis suami dapat meningkatkan produksi ASI
berwarna merah kelompok intervensi (pijat dilihat dari frekuensi lama tidur bayi.
oksitosin oleh suami) dan garis berwarna
biru kelompok kontrol (breast care)
4) Rerata frekuensi BAB bayi
Tabel 4.8 Distribusi variabel dengan produksi ASI pada Kelompok Intervensi dan kelompok
Kontrol (N=40). Frekuensi BAB Bayi
Intervensi Kontrol Median P value*
Variabel Mean±SD Mean±SD Perlakuan Kontrol
Frekuensi BAB(x/hari)
Sebelum 1,35±0,489 1,45±0,510 1,00 1,00 0,602
Setelah 3,35±0,745 2,40±0,503 3,50 2,00 0,000
Selisih 2,00±0,795 1,15±0,875 0,007
pengaruh pemberian pijat oksitosin oleh
Tabel 4.8 menunjukkan rerata BAB suami pada kelompok intervensi terlihat
bayi sebelum diberikan perlakuan pada ada kenaikan rerata BAB bayi yang lebih
kelompok intervensi adalah 1,35 x/hari. besar dibandingkan dengan kelompok
Sedangkan rereta kelompok kontrol kontrol.
adalah 1,45 x/hari. Hasil analisis lebih Rerata selisih BAB bayi pada
lanjut didapatkan tidak ada perbedaan kelompok intervensi adalah 2,00 x/hari.
yang bermakna rerata BAB bayi sebelum Sedangkan rerata selisih pada kelompok
diberikan perlakuan antara kelompok kontrol adalah 1,15 x/hari. Hasil uji
intervensi dan kelompok kontrol (p value analisis lebih lanjut dapat disimpulkan
= 0.602). tidak ada perbedaan yang bermakna rerata
Rerata BAB bayi sesudah diberikan selisih kenaikan BAB bayi antara
perlakuan pada kelompok intervensi kelompok intervensi dengan kelompok
adalah 3,35 x/hari. Sedangkan rerata pada kontrol (p value = 0.007). Adapun
kelompok kontrol adalah 2,40 x/hari. pengaruh pemberian pijat oksitosin oleh
Hasil analisis lebih lanjut didapatkan ada suami pada kelompok intervensi terlihat
perbedaan yang bermakna rerata BAB ada kenaikan rerata frekuensi BAB yang
bayi setelah diberikan perlakuan antara lebih besar dibandingkan dengan
kelompok intervensi dan kelompok kelompok kontrol.
kontrol (p value = 0.000). Adapun
Frekuensi BAB
4.0
0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Grafik 3.4 Produksi ASI yang di ukur dengan Frekuensi BAB Bayi pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol
suami dapat meningkatkan produksi ASI
Berdasarkan Grafik 3.4 menunjukkan dilihat dari BAB bayi.
bahwa peningkatan BAB bayi pada garis
berwarna merah kelompok intervensi (pijat
oksitosin oleh suami) dan garis berwarna
biru kelompok kontrol (breast care)
mengalami sedikit peningkatan. Dapat
disimpulkan bahwa pijat oksitosin oleh
5) Rerata Frekuensi BAK bayi
Tabel 4.9 Distribusi variabel dengan (produksi ASI) pada Kelompok Intervensi dan kelompok
Kontrol (N=40). Frekuensi BAK Bayi
Intervensi Kontrol Median P value*
Variabel Mean±SD Mean±SD Perlakuan Kontrol
Frekuensi BAK(x/hari)
Sebelum 5,25±0,444 5,40±0,875 5,00 5,00 0,429
Setelah 9,55±0,605 8,65±0,503 10,0 9,00 0,000
Selisih 3,30±0,733 2,25±0,851 0,001
pengaruh pemberian pijat oksitosin oleh
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan suami pada kelompok intervensi terlihat
frekuensi BAK bayi sebelum diberikan ada kenaikan rerata BAK bayi yang lebih
perlakuan pada kelompok intervensi adalah besar dibandingkan dengan kelompok
5,25 x/hari. Sedangkan rereta kelompok kontrol.
kontrol adalah 5,40 x/hari. Hasil analisis Rerata selisih frekuensi BAK bayi pada
lebih lanjut didapatkan tidak ada perbedaan kelompok intervensi adalah 3,30 x/hari.
yang bermakna rerata frekuensi BAK bayi Sedangkan rerata selisih frekuensi BAK
sebelum diberikan perlakuan antara pada kelompok kontrol adalah 2,25x/hari.
kelompok intervensi dan kelompok kontrol Hasil uji analisis lebih lanjut dapat
(p value = 0.429). disimpulkan tidak ada perbedaan yang
Rerata frekuensi BAK bayi sesudah bermakna rerata selisih kenaikan frekuensi
diberikan perlakuan pada kelompok BAK bayi antara kelompok intervensi
intervensi adalah 9,55 x/hari. Sedangkan dengan kelompok kontrol (p value = 0.001).
rerata pada kelompok kontrol adalah 8,65 Adapun pengaruh pemberian pijat
x/hari. Hasil analisis lebih lanjut didapatkan oksitosin oleh suami pada kelompok
tidak ada perbedaan yang bermakna rerata intervensi terlihat ada kenaikan rerata
frekuensi BAK bayi setelah diberikan frekuensi BAK yang lebih besar
perlakuan antara kelompok intervensi dan dibandingkan dengan kelompok kontrol.
kelompok kontrol (p value = 0,000). Adapun
Frekuensi BAK
12.0
Grafik 3.5 Produksi ASI yang di ukur dengan Frekuensi BAK Bayi pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol
suami dapat meningkatkan produksi ASI
Berdasarkan Grafik 3.5 menunjukkan dilihat dari frekuensi BAK bayi.
bahwa peningkatan BAK bayi pada garis
berwarna merah kelompok intervensi (pijat
oksitosin oleh suami) dan garis berwarna
biru kelompok kontrol (breast care)
mengalami sedikit peningkatan. Dapat
disimpulkan bahwa pijat oksitosin oleh
Hasil Pengukuran
6.0
(jam/hari)
Istirahat tidur ibu kontrol
4.0
Grafik 4.5 Produksi ASI yang di ukur dengan Istirahat Tidur Ibu menurut kelompok
intervensi dan kelompok kontrol