Anda di halaman 1dari 139

ASUHAN KEBIDANAN YANG BERKELANJUTAN

(CONTINUITY OF CARE) PADA NY. R


DI UPT PUSKESMAS TINEWATI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Target Capaian Pada Praktik Stase
Komunitas Dalam Konteks Continuity Of Care Yang Berpusat Pada Perempuan

Oleh:

SRI WAHYUNI
NIM : P2.06.24.8.21.016

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN DAN PROFESI BIDAN


POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN TASIKMALAYA
TAHUN 2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN YANG BERKELANJUTAN

(CONTINUITY OF CARE) PADA NY. R

DI UPT PUSKESMAS TINEWATI

Disusun oleh:
SRI WAHYUNI
NIM : P2.06.24.8.21.016

Disetujui oleh:

Tasikmalaya, 13 Mei 2022


Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Helmi Diana, SST., M.Keb. Lina Mardiana, SST.


NIP. NIP. 19740520 200604 2 014

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kamiS dapat membuat dan
menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan Yang Berkelanjutan (Continuity Of
Care) Pada Ny. R Di UPT Puskesmas Tinewati.
Penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas praktik stase
komunitas dalam konteks continuity of care yang berpusat pada prempuan praktik
asuhan kebidanan yang berpusat pada perempuan Laporan Kasus ini bisa
diselesaikan tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan
masukan-masukan kepada kami. Untuk itu kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada :
1. Hj Ani Radiati R, S.Pd, M.Kes, selaku direktur Poltekkes Kemenkes
Tasikmalaya
2. Nunung Mulyani,APP,M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
3. Dr. Meti Widiya Lestari, SST,M.Keb selaku ketua Program Studi Profesi
Bidan
4. Hj. Dais Nuronia, SST, SKM, M.Si sebagai Kepala Puskesmas Tinewati
5. Tim penganggung jawab akademik dan lahan praktik pada stase komunitas
dalam konteks continuity of care yang berpusat pada prempuan.
6. Serta semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa kami sebutkan
satu persatu.
Penyusun menyadari bahwa banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat masih kurangnya pengetahuan
dan pengalaman. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan.Terimakasih.

Tasikmalaya, 13 Mei 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................................i


KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. TUJUAN.......................................................................................................3
C. MANFAAT...................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
A. KONSEP CONTINUITY OF CARE (COC)..................................................5
B. KONSEP DASAR TEORI............................................................................5
1. Kehamilan.................................................................................................5
2. Persalinan................................................................................................26
3. Nifas........................................................................................................36
4. Neonatus..................................................................................................49
5. Keluarga Berencana................................................................................53
C. KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN............................................56
1. Konsep Asuhan Kebidanan Pada Ibu hamil............................................56
2. Konsep Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin........................................62
3. Konsep Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas............................................72
4. Konsep Asuhan Kebidanan Pada Neonatus............................................74
5. Konsep Asuhan Kebidanan Pada Ibu KB................................................78
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................80
A. ASUHAN KEHAMILAN...........................................................................80
B. ASUHAN PERSALINAN DAN KELUARGA BERENCANA................84
C. ASUHAN NIFAS.......................................................................................88
D. ASUHAN NEONATUS.............................................................................94

iii
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................102
A. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan.........................................................102
B. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan..........................................................111
C. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas...........................................................115
D. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir................................................117
E. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana...................................................119
BAB V PENUTUP...............................................................................................122
A. KESIMPULAN.........................................................................................122
B. SARAN.....................................................................................................123
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................125
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tinggu fundus Uteri ...................................................................... 6

Tabel 2.2 Tinggu Fundus Uteri Menurut Mc. Donald ..................................58

Tabdl 2.3 Asuhan Kunjungan Masa Nifas ....................................................72

Tabel 2.4 Nilai APGAR ................................................................................74

Tabel 2.5 Kunjungan neonatus ..................................................................... 77

v
DAFTAR GAMBAR

Gerakan senam ............................................................................................41

vi
LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Asuhan Kehamilan

Lampiran 2 Dokuemntasi Asuhan Persalinan

Lampiran 3 Partograf

Lmpiran 4 Dokumentasi Asuhan Nifas

Lampiran 5 Dokuemntasi Asuhan Neonatus

Lampiran 6 Dokuemntasi Asuhan Keluarga Berencana

vii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan, World
Health Organization (WHO) memperkirakan di seluruh dunia AKI mencapai
500.000 jiwa pertahun. Pada tahun 2015 berdasarkan data SUPAS 2015 baik
AKI maupun AKB di Indonesia menunjukkan yaitu AKI 305 per 100.000
kelahiran hidup dan AKB 22,23 per 1.000 kelahiran hidup.
AKI di Jawa Barat dari data Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat
menjelaskan total kematian ibu tahun 2019 yaitu 684 kasus, angka tersebut
turun dari 2018 kematian Ibu yaitu 700 kasus. Prevalensi penyebab kematian
ibu di Jawa Barat pada tahun 2019 yaitu pendarahan 32.9 %, hipertensi
31.9%, infeksi 3.2%, gangguan darah 9.5%, gangguan metabolic 1.7% dan
lain-lain 20.8%. Pada provinsi Jawa Barat proporsi kematian bayi pada tahun
2016 sebesar 3,93/1000 kelahiran hidup, menurun 0,16 poin dibanding tahun
2015 sebesar 4,09/1000 kelahiran hidup. Proporsi kematian bayi berasal dari
bayi usia 0-28 hari (neonatal) sebesar 84,63% atau 3,32/1000 kelahiran hidup.
Disarankan dalam penanganan AKB lebih difokuskan pada bayi baru lahir.
Walaupun demikian AKB Jawa Barat sebesar 3,93/1000 kelahiran hidup,
sudah jauh melampaui target MDGs yang pada tahun 2015 harus sudah
mencapai 17/1000 kelahiran hidup (profil kesehatan provinsi Jawa Barat
tahun 2016). Faktor penyebab dari kematian bayi adalah asfiksia kelahiran,
pneumonia, komplikasi kelahiran, diare, malaria dan malagizi. Berdasarkan
catatan dinas kesehatan dan pengendalian penduduk Kebupaten Tasikmalaya
AKI di Kabupaten Tasikmalaya mengalami penurunan, pada tahun 2018
angka kematian ibu ada 28 kasus sedangkan bayi 260 kasus. Angka tersebut
turun dan di tahun 2019 kematian ibu sebanyak 19 kasus dan kematian bayi
153 kasus.

1
Penyebab terbesar AKI adalah pendarahan, salah satu penyebab
perdarahan adalah anemia, terutama dalam kehamilan. Menurut Depkes RI,
2012 anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
<10,5 gr% pada trimester II, sedangkan menurut WHO menetapkan kadar HB
11 gr/dl. Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi.
Anemia yakni suatu kondisi dimana jumlah dan ukuran sel darah merah atau
konsentari hemoglobin dibawah nilai bats normal (WHO, 2014). Pengaruh
anemia terhadap kehamilan, persalinan, dan nifas adalah keguguran, partus
prematurus, inersia dan partus lama, ibu lemah, atonia uteri dan menyebabkan
pendarahan, syok, afibrinogemia dan hipofibrinogenemia, infeksi inpartum
(Marmi dkk, 2011).
Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO)
memperkirakan bahwa 35-37% ibu hamil di Negara berkembang dan 18%
ibu hamil di Negara maju mengalami anemia. Namun, banyak diantara
mereka telah menderita anemia pada saat awal konsepsi dengan perkiraan
prevalensi sebesar 43% pada perempuan yang tidak hamil dinegara
berkembang 12% dinegara yang lebih maju, kebanyakan anemia dalam
kehamilan itu disebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan akut. Bahkan
jarak keduanya saling berinteraksi (Prawiroharjo, 2010). Berdasarkan data
hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013. Prevalensi anemia di
Indonesia sebesar 50,5% pada ibu hamil. Kondisi ini mengatakan bahwa
anemia cukup tinggi di Indonesia bila diperkirakan pada tahun 2003-2010
prevalensi anemia masih tetap diatas 40% maka angka kematian ibu sebanyak
18.000 pertahun yang disebabkan perdarahan setelah melahirkan.
Sementara prevalensi ibu hamil dengan anemia tahun 2015 di Provinsi
Jawa Barat sebesar 51,7 persen (Kemenkes, 2016). Dan prevalensi anemia
pada ibu hamil berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya
tahun 2013 berkisar 3.137 orang (6,3%) dari 43.367 orang (Dinkes
Tasikmalaya, 2014). Pada tahun 2019 angka anemia pada ibu hamil di
Kecamatan Sodonghilir sebanyak 26 kasus.

2
Upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak
salah satunya adalah melaksanakan asuhan secara berkelanjutan atau
continuity of care. Continuity of care merupakan hal yang mendasar dalam
model praktik kebidanan untuk memberikan asuhan yang holistik,
membangun kemitraan yang berkelanjutan untuk memberikan dukungan, dan
membina hubungan saling percaya antara bidan dengan klien. Menurut
Reproductive, Maternal, Newborn, And Child Health (RMNCH). “Continuity
Of Care” meliputi pelayanan terpadu bagi ibu dan anak dari prakehamilan
hingga persalinan, periode postnatal dan masa kanak-kanak. Asuhan
disediakan oleh keluarga dan masyarakat melalui layanan rawat jalan, klinik,
dan fasilitas kesehatan lainnya (Astuti, dkk, 2017).
Berdasarkan uraian diatas kejadian anemia masih cukup tinggi dan
apabila tidak mendapatkan penanganan yang baik dapat menyebabkan
pendarahan pada ibu ketika persalinan sehingga penulis melakukan asuhan
kebidanan dengan anemia dengan judul “Asuhan Kebidanan Yang
Berkelanjutan (Continuity Of Care) Pada Ny. R Di UPT Puskesmas
Tinewati”.

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Terlaksananya asuhan kebidanan secara berkelanjutan (continuity of
care) kepada Ny. R hamil Trimester III, bersalin, nifas, bayi baru lahir
dan KB fisiologis di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tinewati sesuai
standar pelayanan kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Terlaksananya asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. R di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Tinewati
b. Terlaksananya asuhan kebidanan bersalin pada Ny. R di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Tinewati
c. Terlaksananya asuhan kebidanan nifas pada Ny. R di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Tinewati

3
d. Terlaksananya asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir (BBL) pada Bayi
Ny. R di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tinewati
e. Terlaksananya asuhan kebidanan Keluarga Berencana (KB) pada
Ny. R di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tinewati
f. Terlaksananya pendokumentasian asuhan kebidanan dengan metode
SOAP.

C. MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
Memberikan rasa aman kepada ibu akan pendampingan dalam
menghadapi masa kehamilan hingga setelah melahirkan sampai KB serta
menambah pengetahuan ibu tentang informasi dan edukasi mengenai
asuhan kebidanan yang telah ibu terima.
2. Manfaat Praktis
Dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), khususnya dalam memberikan
informasi tentang perubahan fisiologis dan asuhan secara komprehensif
dan berkelanjutan yang diberikan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi
baru lahir dan pelayanan kontrasepsi.

4
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP CONTINUITY OF CARE (COC)


Continuity Of Care dalam pelayanan kebidanan merupakan layanan
melalui model pelayanan berkelanjutan pada perempuan sepanjang masa
kehamilan, kelahiran serta masa post partum. Karena semua perempuan
beresiko terjadinya komplikasi selama masa prenatal, natal dan post natal.
Tujuan dari asuhan kebidanan ini dilakukan agar dapat mengetahui hal apa
saja yang terjadi pada seorang wanita semenjak hamil, bersalin, nifas sampai
dengan bayi yang dilahirkannya serta melatih dalam melakukan pengkajian,
menegakkan diagnosa secara tepat, antisipasi masalah yang mungkin terjadi,
menentukan tindakan segera, melakukan perencanaan dan tindakan sesuai
kebutuhan ibu, serta mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah
dilakukan (Varney, 2008).

B. KONSEP DASAR TEORI


1. Kehamilan
a. Pengertian kehamilan
Kehamilan adalah proses dimana sperma menembus ovum
sehingga terjadinya konsepsi dan fertilasi sampai lahirnya janin,
lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan),
dihitung dari hari pertama haid terakhir (Jenni dkk, 2016). Proses
kehamilan adalah bertemunya sel sperma pria dengan sel telur matang
dari wanita sehingga terjadinya konsepsi dan fertilasi yang
membutuhkan energi yang banyak dan asupan gizi yang tepat akan
membantu tumbuh kembang janin yang masih berada di dalam
kandungan selama hamil normal 280 hari sampai janin lahir (Jenni
dkk, 2016).
b. Proses Adaptasi Fisiologi Dalam Kehamilan Pada Trimester III
1) Rahim atau uterus

5
Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000 gram
(berat uterus normal 30 gram) dengan panjang 20 cm dan dinding
2,5 cm. Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk uterus seperti
buah alpukat agak gepeng. Pada trimester III Itmus lebih nyata
menjadi korpus uteri dan berkembang menjadi segmen bawah
rahim (SBR). Pada kehamilan tua karena kontraksi otot-otot bagian
atas uterus, SBR menjadi lebih lebar dan tipis, tampak batas yang
nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen bawah yang
lebih tipis, batas itu dikenal sebagai lingkaran retraksi fisiologis
dinding uterus, diatas lingkaran ini jauh lebih tebal daripada
dinding segment bawah rahim.

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri

Umur Kehamilan TFU


12 minggu 3 jari di atas simpisis
Pertengahan simpisis dengan
16 minggu
pusat
20 minggu 3 jari di bawah pusat
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3 jari di atas pusat
Pertengahan pusat dengan
32 minggu
prosessus xifoideus
36 minggu Setinggi prosessus xifoideus
2 jari di bawah prosessus
40 minggu
xifoideus

2) Sistem respirasi
Pada 32 minggu ke atas karena usus-usus tertekan uterus
yang membesar ke arah diafragma sehingga kurang leluasa
bergerak mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalami
derajat kesulitan bernafas (Kusmiyati, 2010).
3) Payudara
Namun pada akhir minggu ke-6 dapat keluar prakolostrum
yang cair, jernih, dan kental. Sekresi ini mengental yang kemudian

6
disebut kolostrum, cairan sebelum menjadi susu, berwarna
krem/putih kekuningan yang dapat dikeluarkan selama trimester
III. (Jenni dkk, 2016)
4) Perubahan pada perkemihan
Trimester III
a) Pada akhir kehamilan, kandung kencing akan mulai tertekan
kembali karena kepala janin mulai turun kepintu atas panggul
b) Terjadi hemodilusi (terjadi puncak pengenceran darah)
menyebabkan metabolisme air menjadi lancar.
c) Pada kehamilan tahap lanjut, akibat pergeseran uterus yang
berat ke kanan dan terdapat kolon rektosigmoid di sebelah kiri
maka pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdilatasi daripada
pelvis kiri
d) Perubahan-perubahan tersebut menyebabkan pelvis dan ureter
mampu menampung urine dalam volume yang lebih besar dan
dapat memperlambat laju aliran urine. (Jenni dkk, 2016)
5) Perubahan pada kardiocaskuler.
Trimester ketiga
a) perpindahan posisi uterus dan perpindahan posisi pelvis ke arah
lateral harus dilakukan secara rutin selama trimester kedua dan
ketiga dari kehamilan
b) Naiknya posisi diafragma mengakibatkan perpindahan posisi
jantung dalam dada, sehingga terlihat adanya pembesaran
jantung pada gambaran radiologis dan deviasi aksis kiri dan
perubahan gelombang T pada elektrokardiogram (EKG).
c) Pada pemeriksaan fisik sering ditemukan adanya murmur
sistrolik dan suara jantung satu yang terbagibagi. Suara jantung
tiga juga dapat terdengar. Beberapa pasien juga terlihat
mengalami efusi perikardial kecil dan asimptomatik (Jenni dkk,
2016)
c. Perubahan Psikologis pada Kehamilan Pada Trimester III

7
Menurut Jenni dkk, 2016 perubahan psikologis pada trimester III
adalah sebagai berikut :
Pada masa trimester III, calon ibu akan semakin peka
perasaannya. Tingkat kecemasan ibu akan semakin meningkat. Calon
ibu akan lebih sering mengelus-elus perutnya untuk menunjukkan
perlindungannya kepada janin, senang berbicara kepada janin,
terutama ketika janin berubah posisi. Banyak calon ibu yang sering
berkhayal atau bermimpi tentang apabila halhal negatif akan terjadi
kepada bayinya saat melahirkan nanti. Khayalan-khayalan tersebut
seperti kelaian letak bayi, tidak dapat melahirkan, atau bahkan janin
akan lahir dengan kecacatan. Calon ibu menjadi sangat merasa
bergantung kepada pasangannya.
Perubahan psikologis kehamilan pada trimester ketiga adalah
1) Rasa tidak nyaman muncul kembali
2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi lahir tepat waktu
3) Ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya
4) Ibu khawatir bayi akan lahir sewaktu-waktu dan dalam kondisi
yang tidak normal
5) Ibu semakin ingin menyudahi kehamilannya
6) Merasa sedih karena mungkin terpisah dari bayinya
7) Merasa kehilangan perhatian
8) Tidak sabaran dan galau
9) Bermimpi dan berkhayal tentang bayinya
10) Aktif mempersiapkan kelahiran bayinya
11) Libido menurun karena kondisi ibu hamil
d. Kebutuhan dasar ibu hamil
Kebutuhan fisik ibu hamil meliputi:
1) Oksigen
Kebutuhan oksigen adalah kebutuhan yang utama pada
manusia termasuk ibu hamil. Berbagai gangguan pernapasan bila
terjadi saat hamil sehingga akan mengganggu pemenuhan

8
kebutuhan oksigen pada ibu yang akan berpengaruh pada bayi
yang dikandung
2) Nutrisi
Menurut Putu dan Yayuk (2019) kebutuhan nutrisi pada
trimester III yaitu:
a) kalori
Pertambahan kalori juga dibutuhkan pada 20 minggu
terakhir, jumlah tambahan kalori yang dibutuhkan adalah
sebanyak 300 kalori perhari untuk pertumbuhan jaringan,
plasenta pada janin, menambah volume darah dan juga cairan
ketuban
b) Vitamin B6 (Piridoksin)
Piridoksin atau vitamin B6 harus tercukupi sebanyak 2,2
mg perharinya bermanfaat untuk membantu metabolism guna
memproduksi asam amino, lemak, sel darah merah serta
pembentukan karbohidrat.
c) Yodium
Yodium sangat dibutuhkan oleh ibu hamil dalam
trimester ini. Yodium berfungsi untuk membentuk senyawa
tiroksin yang bermanfaat untuk mengontrol metabolism
pembentukan sel baru. Kekurangan senyawa ini dapat
mengganggu pertumbuhan otak bayi dan berpotensi
menyebabkan janin tumbuh kerdil. Idealnya mengonsumsi
yodium sebanyak 175 mikrogram perharinya.
Dalam trimestr ketiga kebutuhan akan vitamin B1, B2
dan B3 harus ditingkatkan. Vitamin ini berfungsi untuk
membantu mengatur metabolism dari system pernafasan janin
dan juga pembentukan energi bagi janin. Dalam seharinya ibu
hamil dituntut untuk mengonsumsi vitamin B1 sebanyak 1,2
mg, vitamin B2 sebanyak 1,2 mg sedangkan vitamin B3
sebanyak 11 mg.

9
3) Personal Hygiene
Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan
sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk
mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri terutama
lipatan kulit (ketiak, daerah payudara, dan daerah genitalia) dengan
cara membersihkan dengan air dan dikeringkan. Kebersihan gigi
dan mulut perlu mendapat perhatian karena seringkali terjadi gigi
berlubang, terutama pada ibu yang kekurangan kalsium. Rasa mual
selama masa hamil dapat mengakibatkan perburukan hygiene
mulut dan dapat menimbulkan karies gigi.
4) Eliminasi (BAK dan BAB)
Frekuensi BAK meningkat karena penurunan kepala ke PAP
(Pintu Atas Panggul) BAB sering obstipasi (sembelit) akibat
pengaruh progesteron meningkat. Pada trimester III, terjadi
pembesaran janin yang juga menyebabkan desakan pada kantung
kemih. Tindakan mengurangi asupan cairan untuk mengurangi
keluhan ini sangat tidak dianjurkan, karena akan menyebabkan
dehidrasi (Walyani, 2015).
5) Seksual
a) Pada trimester ketiga sebagian ibu hamil minat seks menurun
ketika kehamilan memasuki trimester III hal ini disebabkan
perasaan nyaman sudah jauh berkurang, timbulnya pegel di
punggung dan pinggul, tubuh bertambah berat dengan cepat,
nafas lebih sesak (karena besarnya janin mendesak dada dan
lambung) dan kembali merasa mual, itulah beberapa penyebab
menurunnya minat seksual.
b) Tapi ada ibu hamil yang tidak mengalami penurunan libido di
trimester ketiga, sehingga dapat menikmati keindahan seks
pada keehamilan.(Jenni dkk, 2016)
6) Imunisasi
Imunisasi selama kehamilan sangat penting dilakukan untuk

10
mencegah penyakit yang dapat menyebabkan kematian ibu dan
janin.
7) Mobilisasi dan Body Mekanik
Ibu hamil boleh melakukan kegiatan/aktifitas fisik biasa
selama tidak terlalu melelahkan. Hindari memutarkan badan karena
dapat membebani sendi sakroiliaka. Saat ibu melakukan aktivitas,
ibu dapat dianjurkan jongkok, dengan posisi satu lutut di depan
yang lain, disaat harus membungkuk untuk membuka lemari.
8) Istirahat
Menurut Jenni dkk, (2016) ibu hamil memiliki jam istirahat
atau tidur malam ± 8 jam dan siang ± 1 jam.Tidak dianjurkan tidur
berbaring karena bisa terjadi resiko hipotensi, dan berbaring harus
dihindari setelah empat bulan kehamilan. Untuk bangun dari
tempat tidur, geser dulu tubuh ibu ke tepi tempat tidur, kemudian
tekuk lutut. Angkat tubuh ibu perlahan dengan kedua tangan, putar
tubuh lalu perlahan turunkan kaki ibu. Diamkan dulu dalam posisi
duduk beberapa saat sebelum berdiri. Lakukan setiap kali ibu
bangun dari berbaring.
e. Macam– macam tanda bahaya kehamilan
Menurut Saifuddin (2012) macam– macam tanda bahaya kehamilan
adalah:
1) Keluar darah dari jalan lahir
2) Keluar air ketuban sebelum waktunya
3) Kejang
4) Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 10 kali dalam
12jam)
5) Demam Tinggi
6) Nyeri perut yang hebat
7) Sakit kepala yang hebat
8) Muntah terus dan tidak bisa makan pada kehamilan muda.
9) Selaput kelopak mata pucat

11
f. Anemia Dalam Kehamilan
1) Definisi
Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar
hemoglobin, hematokrin dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal.
Pada penderitan anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar
sel darah merah (hemoglobin/Hb) dibawah nilai normal.
Penyebabnya bisa karena kurangnya zat besi untuk pembentukan
darah merah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12.
Tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat
besi. (Prawirohardjo, 2014). Anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr % pada
trimester I dan III atau kadar hemoglobin <10,5 gr % pada
trimester II, sedangkan menurut WHO menetapkan kadar HB 11
gr/dl. (Depkes RI, 2012).
Ada beberapa hal yang menyebabkan anemia antara lain :
karena tubuh kurang memproduksi sel darah merah, tubuh
kehilangan sel darah merah dan terjadi penghancuran sel darah
merah dalam tubuh. Ibu hamil yang memiliki pola makan yang
buruk, maka dapat menghambat tubuh untuk memperoleh nutrisi
yang dibutuhkan dalam membuat hemoglobin dan sel darah merah.
Ibu hamil yang kekurangan konsumsi vitamin B12 maka dapat
menghambat kemampuan sumsum tulang dalam membuat tiga
jenis sel darah yaitu RBC, WBC dan platelet. Akibat yang
ditimbulkannya dapat menyebabkan anemia. Beberapa penyakit
kronis termasuk inflamasi kronik seperti gagal ginjal dapat
berakibat tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah.
Oleh karena itu, anemia dapat terjadi jika seseorang
kekurangan zat besi, dan akibat lain seperti kekurangan folat,
vitamin B12, dan Vitamin A peradangan akut dan kronis, infeksi
parasit dan kelainan bawaan yang mempengaruhi sintesis
hemoglobin dan produksi sel darah merah. Anemia pada kehamilan

12
yang sering dijumpai adalah anemia akibat kekurangan zat besi.
Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang asupan/intake
unsur zat besi ke dalam tubuh melalui makanan, terdapat gangguan
absorbsi atau terlalu banyak zat besi yang keluar dari badan karena
perdarahan. Anemia defisiensi zat besi adalah kondisi dimana
seseorang tidak memiliki zat besi yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuhnya atau pengurangan sel darah karena kurangnya
zat besi (Herawati dewi, Selanty 2017)
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan
zat besi. Anemia yakni suatu kondisi dimana jumlah dan ukuran sel
darah merah atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas
normal, akibatnya dapat mengganggu kapasitas darah untuk
mengangkut oksigen kesekitar tubuh.
Anemia merupakan indikator untuk gizi buruk dan kesehatan
yang buruk. Anemia pada ibu hamil sangat terkait dengan
mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi, termasuk risiko
keguguran, lahir mati, prematuritas dan berat bayi lahir rendah
(WHO, 2014).
2) Tanda dan Gejala Anemia
Anemia memiliki tanda dan gejala yang tidak khas dan sering
tidak jelas, seperti mudah lelah, pucat, sesak nafas, berdebar, tensi
normal tetapi perlu dicurigai anemia defisiensi, malnutrisi, sering
pusing,lidah luka, nafsu makan turun,konsentrasi hilang serta
keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda. Hal ini
disebabkan oleh berkurangnya volume darah serta berkurangnya
hemoglobin yang berfungsi untuk memaksimalkan agar oksigen
dapat mengirim ke organ-organ vital.
Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui
beberapa tahap: Awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat
besi dalam bentuk fertin di hati, saat konsumsi zat besi dari
makanan tidak cukup, fertin inilah yang diambil. Daya serap zat

13
besi dari makanan sangat rendah, Zat besi pada pangan hewan
lebih tinggi penyerapannya yaitu 20 –30 % sedangkan dari sumber
nabati 1-6 %. Bila terjadi anemia, kerja jantung akan dipacu lebih
cepat untuk memenuhi kebutuhan O2 ke semua organ tubuh,
akibatnya penderita sering berdebar dan jantung cepat lelah. Gejala
lain adalah lemas, cepat lelah, letih, mata berkunang kunang,
mengantuk, selaput lendir , kelopak mata, dan kuku pucat. Gejala
yang mungkin timbul pada anemia adalah lemah pucat dan mudah
pingsan walaupun tekanan darah masih dalam batas normal
(Feryanto, Achmad, 2011:37)
Menurut proverawati (2011) banyak gejala anemia selama
kehamilan, meliputi:
a) Merasa lemah atau lelah
b) Kulit pucat progresif
c) Denyut jantung cepat
d) Sesak napas
e) Konsentrasi terganggu.
3) Etiologi
a) Perdarahan aktif
Kehilangan darah bisa terjadi karena perdarahan,
menstruasi berat, atau luka sehingga dapat menyebabkan
anemia. (Proverawati,2011 : h. 14)
b) Kurangnya asupan makanan
Kurang zat besi mungkin terjadi karena tidak atau kurang
mengkonsumsi zat besi. Wanita hamil tubuh membutuhkan
lebih banyak jat besi. Perempuan hamil dan menyusui sering
terjadi kekurangan ini karena bayi memerlukan sejumlah besar
besi untuk pertumbuhan. (Atikah, 2011 : h.54)
c) Penyakit kronis
Setiap kondisi medis jangka panjang dapat menyebabkan
anemia. Mekanisme yang tepat dalam proses ini tidak diketaui

14
setiap berlangsung lama dan kondisi medis yang berkelanjutan
seperti infeksi kronis atau kanker dapat menyebabkan anemia.
(Proverawati, 2011 : h.16)
d) Gizi buruk
Kekurangan dalam gizi buruk dapat menyebabkan
anemia karena kekurangan pruduksi sel-sel darah merah .
asupan makanan yang buruk merupakan penyebab penting
rendahnya kadar asam folat dan vitamin B12. (Proverawati,
2011 : h.16)
Gizi buruk pada ibu hamil bisa dilihat dari pengukuran
LILA ,LILA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat
untuk status gizi ibu kurang atau buruk (Sulistyawati 2010)
4) Patofisiologi Anemia pada Ibu Hamil
Anemia lebih sering ditemukan dalam kehamilan, karena
selama kehamilan keperluan akan zat makanan bertambah dengan
adanya perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Darah akan
bertambah dalam kehamilan, yang lazim disebut hidremia atau
hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah lebih sedikit
dibandingkan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran
darah. Perbandingan tersebut adalah plasma 30%, sel darah merah
18% dan hemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan
sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai
puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Rukiyah,
yulianti, 2010).
Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu
meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya
kehamilan. Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan
adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat
terhadap plasma dan pertumbuhan payudara. Volume plasma
meningkat 45-65% dimulai pada trimester II kehamilan, dan
maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan meningkatnya sekitar 1000

15
ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan
setelah partus. (Rukiyah, yulianti 2010).
5) Faktor Penyebab Anemia
a) Umur Ibu
Faktor umur merupakan faktor risiko kejadian anemia
pada ibu hamil. Umur seorang ibu berkaitan dengan alat – alat
reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman
adalah umur 20 – 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan
diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada
kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum optimal
emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga
mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan
kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat – zat
gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun
terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh
serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini. Hasil
penelitian didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat
berpengaruh terhadap kajadian anemia (Amirrudin dan
Wahyuddin, 2014).
Ibu hamil yang berusia 20 tahun secara fisiologis sangat
takut terhadap perubahan postur tubuh menjadi gemuk. Ibu
hamil usia tersebut cenderung mengurangi asupan makananya
sehingga kebutuhan gizi selama kehamilan tidak tercukupi dan
dapat mengakibatkan terjadinya anemia (Herawati dewi,
Selanty 2017). Sedangkan usia > 35 tahun cenderung
mengalami anemia disebabkan karena pengaruh turunnya
cadangan zat besi dalam tubuh akibat masa fertilisasi. Pada
kehamilan pertama pada wanita berusia diatas 35 tahun juga
akan mempunyai resiko penyulit persalinan dan mulai
terjadinya penurunan fungsi-fungsi organ reproduksi
(Proverawati, 2012).

16
b) Paritas
Paritas adalah Jumlah kelahiran yang menghasilkan janin
yang mampu hidup diluar rahim (28 mingu) (Anik Maryunani,
2014). Paritas merupakan salah satu faktor penting dalam
kejadian anemia zat besi pada ibu hamil. Menurut Manuaba
(2010), wanita yang sering mengalami kehamilan dan
melahirkan makin anemia karena banyak kehilangan zat besi,
hal ini disebabkan selama kehamilan wanita menggunakan
cadangan besi yang ada di dalam tubuhnya. (Salmariantyty,
2012). Jumlah paritas lebih dari 3 merupakan faktor: terjadinya
anemia disebabkan karena terlalu sering hamil dapat menguras
cadangan zat besi tubuh ibu. Jumlah anak yang dilahirkan
wanita selama hidupnya sangat mempengaruhi kesehatannya
Menurut Arisman (2010).
Setelah kehamilan ketiga, maka resiko anemia akan
meningkat. Dinding uterus pada ibu dengan paritas tinggi
cenderung bekerja tidak efisien karena kondisi miometrium dan
tonus ototnya sudah kurang baik sehingga menimbulkan
kegagalan kompresi pembuluh darah pada tempat implantasi
plasenta. Hal tersebut dapat mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke
janin, meningkatkan risiko terjadinya kematian janin di dalam
kandungan seta perdarahan sebelum dan setelah melahirkan
(Herawati dewi, Selanty 2017). Paritas >3 dapat meningkatkan
frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan, seperti
meningkatkan resiko terjadinya kematian janin di dalam
kandungan dan pendarahan sebelum dan setelah melahirkan,
lebih sering dijumpai pada wanita hamil yang anemia dan hal
ini dapat berakibat fatal, sebab wanita hamil yang anemia tidak
dapat mentoleransi kehilangan darah (Soebroto, 2010)
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari
sudut kematian maternal. Paritas merupakan salah satu faktor

17
penting dalam kejadian anemia zat besi pada ibu hamil. Wanita
yang sering mengalami kehamilan dan melahirkan makin
anemia karena banyak kehilangan zat besi, hal ini disebabkan
selama kehamilan wanita menggunakan cadangan besi yang
ada di dalam tubuhnya (Manuaba 2010).
c) Status gizi
Menurut penelitian Luthfiyati (2015) bahwa gizi kurang
dapat menyebabkan berbagai komplikasi dan resiko terhadap
berbagai keadaan, komplikasi pada ibu antara lain: Perdarahan,
berat badan ibu tidak bertambah secara normal dan terkena
penyakit infeksi dan anemia. Pengukuran lingkar lengan atas
(LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui risiko Kurang
Energi Kronis (KEK), pengukuran LILA tidak dapat digunakan
untuk memantau perubahan tatus gizi dalam jangka pendek.
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk
tujuan penapisan status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu
hamil KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran LILA
<23.5cm. Deteksi KEK dengan ukuran LILA yang rendah
mencerminkan kekurangan energi dan protein dalam intake
makanan sehari hari yang biasanya diiringi juga dengan
kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi. Dapat diasumsikan
bahwa ibu hamil yang menderita KEK berpeluang untuk
menderita anemia.
KEK berhubungan dengan kejadian anemia karena erat
kaitannya dengan kekurangan asupan protein. Kekurangan
energi kronis (KEK) pada ibu hamil berhubungan dengan
kurangnya asupan protein yang bersifat kronis atau terjadi
dalam jangka waktu yang lama. Dengan demikian kurangnya
asupan protein akan berdampak pada terganggunya penyerapan
zat besi yang berakibat pada terjadinya defisiensi besi
(Herawati, Astuti 2010). Status gizi ibu hamil sangat

18
mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan. Status
gizi yang normal pada masa sebelum dan selama hamil
kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup
bulan dengan berat badan normal. Apabila status gizi ibu
buruk, baik sebelum atau selama kehamilan kemungkinan besar
akan menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR) (Triyanti,
2011).
d) Jarak kehamilan
Jarak kelahiran adalah waktu sejak ibu hamil sampai
terjadinya kelahiran berikutnya (Depkes RI, 2010). Jarak
kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya
anemia. Hal ini terjadi dikarenakan kondisi ibu masih belum
pulih dan pemulihan membutuhkan zat-zat gizi belum optimal,
sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang
dikandung. Jarak kelahiran yang pendek dapat menyebabkan
hasil kehamilan yang kurang baik. Menurut kemenkes, jarak
kehamilan yang baik adalah lebih dari 3 tahun. Ibu hamil
dengan jarak kelahiran kurang dari dua tahun sebagian besar
menderita anemia selama kehamilannya. Jarak dua kehamilan
yang terlalu pendek akan mempengaruhi daya tahan dan gizi
ibu hamil. Daya tahan tubuh kurang pada ibu hamil dapat
menyebabkan ibu hamil rentan terhadap infeksi yang dapat
mempengaruhi gizi ibu hamil, termasuk penyerapan zat besi
sehingga memperbesar risiko terjadinya anemia (Herawati
dewi, Selanty 2017).
Anemia pada ibu hamil disebabkan karena kehamilan
berulang dalam waktu singkat. Sehingga cadangan zat besi ibu
yang sebenarnya belum pulih akhirnya terkuras untuk
keperluan janin yang dikandung berikutnya. Makin sering
seseorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan, akan
makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis.

19
Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan
akan menguras persediaan cadangan Fe tubuh dan akhirnya
menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Oleh karena
itu, perlu diupayakan agar jarak antara kehamilan tidak terlalu
pendek, minimal lebih dari 2 tahun. (Irianto, 2014).
Setiap kehamilan akan menyebabkan cadangan zat besi
berkurang oleh karena itu pada setiap akhir kehamilan
diperlukan waktu 2 tahun untuk mengembalikan cadangan zat
besi ketingkat normal dengan syarat bahwa selama masa
tenggang waktu tersebut kesehatan dan gizi dalam kondisi yang
baik. Makin pendek jarak kehamilan makin besar kematian
maternal bagi ibu dan anak, terutama jika jarak tersebut < 2
tahun dapat terjadi komplikasi kehamilan dan persalinan seperti
anemia berat, partus lama dan perdarahan. Oleh karena itu
seorang wanita memerlukan waktu 2-3 tahun untuk jarak
kehamilannya agar pulih secara fisiologis akibat hamil atau
persalinan sehingga dapat mempersiapkan diri untuk kehamilan
dan persalinan berikutnya. (Manuaba, 2010).
Jarak kehamilan sangat mempengaruhi status anemia
pada wanita hamil, hal ini disebabkan karena pada saat
kehamilan cadangan besi yang ada di tubuh akan terkuras
untuk memenuhi kebutuhan cadangan besi pada awal
kehamilan dan pada saat persalinan wanita hamil juga banyak
kehilangan zat besi melalui perdarahan (Krisnadi, 2012).
Semakin baik jarak kehamilan yang aman maka semakin
rendah kejadian anemia pada ibu hamil (Deprika, 2017).
e) Pendidikan
Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan,
dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat social ekonomi
rendah (Manuaba, 2010). Tingkat pendidikan sangat
berpengaruh terhadap perubahan sikap dan prilaku untuk hidup

20
sehat. Tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan
rendahnya pengetahuan tentang gizi sehingga dapat
menyebabkan terjadinya anemia selama kehamilan (Herawati
dewi, Selanty 2017).
f) Kepatuhan konsumsi zat besi (Fe)
Kepatuhan ibu sangat berperan dalam meningkatkan
kadar Hb. Kepatuhan tersebut meliputi ketepatan jumlah tablet
yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi dan
keteraturan frekuensi mengonsumsi tablet Fe (Hidayah dan
Anasari, 2012). Kebutuhan zat besi pada saat kehamilan
meningkat. Beberapa literatur mengatakan kebutuhan zat besi
meningkat dua kali lipat dari kebutuhan sebelum hamil. Hal ini
terjadi karena selama hamil, volume darah meningkat 50%,
sehingga perlu lebih banyak zat besi untuk membentuk
hemoglobin. Selain itu, pertumbuhan janin dan plasenta yang
sangat pesat juga memerlukan banyak zat besi. Dalam keadaan
tidak hamil kebutuhan zat besi biasanya dapat dipenuhi dari
menu makanan sehat dan seimbang. Tetapi dalam keadaan
hamil, suplai zat besi dari makanan masih belum mencukupi
sehingga dibutuhkan suplemen berupa tablet besi (Depkes RI,
2012).
Konsumsi tablet zat besi dengan cara yang benar akan
memenuhi kebutuhan zat besi dalam tubuh sehingga dapat
meningkatkan kualitas kehamilan. Banyak hal yang membuat
ibu hamil tidak patuh mengkonsumsi tablet zat besi yang
diprogramkan pemerintah. Salah satunya adalah efek samping
pada pencernaan berupa mual dan muntah, hal ini perlu
mendapatkan perhatian khusus terutama pemberian pelayanan
kesehatan misalkan bidan dan dokter Jumlah tablet zat besi
yang dikonsumsi ibu hamil minimal 90 tablet dan dianjurkan
kepada ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet zat besi dengan

21
dosis satu kali sehari selama masa kehamilan dan 40 hari
setelah melahirkan (Herawati dewi, Selanty 2017).
Kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi adalah
ketaatan ibu hamil melaksanakan anjuran petugas kesehatan
untuk mengkonsumsi tablet zat besi. Suplementasi besi atau
pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam
mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya anemia
kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif
karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang
dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat,
ketidakpatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi dapat
memiliki peluang yang lebih besar untuk terkena
anemia.Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki
karena terjadi menstruasi dengan perdarahan banyak. Di
samping itu, kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel
darah merah janin dan plasenta. Jika persediaan cadangan Fe
minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe
tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan
Menurut (Myles, 2010).
6) Diagnosa
Untuk menegakkan anemia pada kehamilan dapat dilakukan
dengan anamnesa. Pada anamnea akan didapat keluhan cepat lelah,
sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah
lebih hebat pada hamil muda.
Kategori tingkat keparahan pada anemia pada ibu hamil
adalah sebagai berikut :
a) Kadar Hb 11 gr% tidak anemia
b) Kadar Hb 9-10 gr% anemia ringan
c) Kadar Hb 7-8 gr% anemia sedang

22
d) Kadar Hb <7 gr% anemia berat. (Waryana, 2010) yang
bersumber WHO.
Pemeriksaan darah minimal dilakukan dua kali selama
kehamilan yaitu pada trimester I dan II. Dengan pertimbangan
bahwa sebagian ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan
pemberian tablet Fe minimal sebanyak 90 tablet pada ibu hamil
( Manuaba, 2010).
7) Penatalaksanaan anemia
Menurut manuaba (2010) penanggulangan anemia pada ibu
hamil dapat dilakukan dengan cara konsumsi tablet besi serta
peningkatan kualitas makanan sehari-hari. Ibu hamil biasanya tidak
hanya mendapat preparat besi tetapi juga asam folat. Dosis
konsumsi asam folat sebanyak 500 mg dan zat besi sebanyak 120
mg. Konsumsi zat besi sebanyak 30 mg per hari akan
meningkatkan kadar hemoglobin sebesar 0,3 dl/gr/minggu atau
dalam 10 hari.
Berikut penanggulangan anemia (Sulistioningsih,2011):
a) Meningkatkan konsumsi makanan bergizi
Perhatikan komposisi hidangan setiap kali makan dan
makan makanan yang banyak mengandung besi dari bahan
makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan
makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan,
tempa). Perlu juga makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang
banyak mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong,
bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat
untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus. Makanan
yang berasal dari nabati meskipun kaya akan zat besi, namun
hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus.
b) Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum
tablet tambah darah (tablet besi/ tablet tambah darah)

23
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
mengonsumsi tablet besi yaitu:
(1) Minum tablet besi dengan air putih, jangan minum dengan
teh, susu dan kopi karena dapat menurunkan penyerapan
zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya menjadi
berkurang.
(2) Kadang-kadang dapat terjadi gejala ringan yang tidak
membahayakan seperti perut terasa tidak enak, mual-mual,
susah buang air besar dan tinja berwarna hitam.
(3) Untuk mengurangi gejala sampingnya, minum tablet besi
setelah makan malam, menjelang tidur. Akan lebih baik
setelah minum tablet besi disertai makan buah-buahan
seperti jambu merah, pisang, pepaya, jeruk, dll.
(4) Tablet besi tidak menyebabkan tekanan darah tinggi atau
kebanyakan darah.
c) Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat
anemia seperti kecacingan, malaria dan penyakit TBC.
Beberapa penatalaksanaan anemia ringan, sedang, dan berat:
(1) Anemia ringan
Memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan
yang baik dikonsumsi selama hamil misalnya: daging,
sayuran hijau seperti bayam, daun singkong, kangkung,
kacang-kacangan dan buah-buahan (Pudiastuti,2011: h,104)
(2) Anemia sedang
Meningkatkan konsumsi tablet besi secara rutin dan
mengkonsumsi makanan yang bergizi serta banyak
mengandung zat besi. (Manuaba,2010: h 238). Memberikan
tablet tambah darah sehari 2 tablet /90 tablet selama hamil.
(Ratna Dwi,2011 :h. 238)
(3) Anemia berat

24
Meningkatkan konsumsi tablet besi secara rutin,
memperbaiki kesehatan lingkungan, mengkonsumsi
makanan yang bergizi, banyak mengandung zat besi dan
lakukan transfuse darah (Manuaba, 2010: h,238)

8) Komplikasi Anemia Dalam Kehamilan


Menurut manuaba (2010) anemia dalam kehamilan memiliki
resiko baik pada ibu maupun pada janin. Ibu hamil dengan anemia
dapat mengalami keguguran, lahir sebelum waktunya, BBLR,
perdarahan sebelum dan sesudah persalinan bahkan dapat
mengakibatkan kematian pada ibu dan janinnya. Hal ini
disebabkan karena kurangnya asupan suplai nutrisi dan oksigen
pada plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta
terhadap janin. Turunnya kadar hemoglobin pada ibu hamil akan
menambahkan resiko keguguran, pertumbuhan janin terhambat,
resiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat
menyebabkan kematian ibu dan banyinya (Mansjoer, 2011).
Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan dari
keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan
kelangsungan kehamilan (abortus, partus immatur atau prematur),
gangguan proses persalinan (antonia, partus lama, perdarahan),
gangguan pada nifas (sub involusi rahim, daya tahan terhadap
infeksi, stress, dan produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin
(dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dll)
(Rukiyah, 2010).
9) Pencegahan Anemia
Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah
terjadinya anemia jika sedang hamil atau mencoba menjadi hamil.
Makan-makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran,
berdaun hijau, daging merah, sereal, telur, dan kacang tanah) dapat
membantu memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang

25
diperlukan untuk berfungsi dengan baik. Pemberian vitamin untuk
memastikan bahwa tubuh memiliki cukup asam besi dan folat.
Pastikan tubuh mendapat setidaknya 27 mg zat besi setiap hari.
Jika mengalami anemia selama kehamilan, biasanya dapat diobati
dengan mengambil suplemen zat besi) (Manuaba, 2010)

2. Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Menurut yuni dan widy (2018) persalinan adalah rangkaian
peristiwa keluarnya bayi yang cukup berada dalam rahim ibunya,
dengan disusul oleh keluarnya plasenta dan selaput dari tubuh ibu.
Menurut Ai Nurasiah dkk (2010) persalinan adalah proses pengeluaran
hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau hamper
cukup bulan dan dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lahir lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri). Persalinan atau kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi karena cukup bulan (36-42) dan bersifat spontan
kurang dari 18 jam tanpa ada factor penyulit dan komplikasi baik bagi
ibu maupun janin (Yongky dkk, 2012).
b. Cara persalinan
Menurut Walyani dan Puwoastuti (2015), cara pesalinan ada 2 yaitu:
1) Partus biasa (normal) disebut juga partus spontan adalah lahirnya
bayi pada LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat
serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung dari
24 jam.
2) Partus luar biasa (abnormal) adalah persalinan pervaginam dengan
bantu alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi caesarea.
c. Sebab Mulanya Persalinan
Menurut Ai dkk (2010) sebab mulanya persalinan
1) Penurunan hormone progesterone.

26
Pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun menjadikan otot
rahim sensitif sehingga menimbulkan his.
2) Keregangan otot-otot
Otot rahim akan meregang dengan majunya kehamilan, oleh
karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya atau mulai persalinan.
3) Peningkatan hormon oksitosin
Pada akhir kehamilan hormon oksitosin bertambah sehingga dapat
menimbulkan his.
4) Pengaruh janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal pada janin memegang peranan
dalam proses persalinan, oleh karena itu pada anencepalus
kehamilan lebih lama dari biasanya.
5) Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan dari desidua meningkat saat umur
kehamilan 15 minggu. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
prostaglandin menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap
umur kehamilan.
6) Plasenta menjadi tua
Dengan tuanya kehamilan plasenta menjadi tua, villi corialis
mengalami perubahan sehingga kadar progesterone dan estrogen
menurun.
d. Tanda-tanda persalinan
Menurut Yuni dan Widy (2018) tanda-tanda persalinan yaitu:
1) Tanda-Tanda Bahwa Persalinan Sudah Dekat
a) Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa
keadaannya menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang sesak,
tetapi sebaliknya ia merasa bahwa berjalan sedikit lebih sukar,
dan sering diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota bawah.
b) Pollakisuria

27
Pada akhir bulan ke-IX, berdasarkan hasil pemeriksaan
didapatkan epigastrium kendor, fundus uteri lebih rendah dari
pada kedudukannya, dan kepala janin sudah mulai masuk ke
dalam pintu atas panggul. Keadaan ini menyebabkan kandung
kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk sering
kencing yang disebut pollakisuria.
c) False Labor
Masa 3 atau 4 minggu sebelum persalinan, calon ibu diganggu
oleh his pendahuluan yang sebetulnva hanya merupakan
peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks.
d) Perubahan Serviks
Pada akhir bulan ke-lX hasil pemeriksaan serviks menunjukkan
bahwa serviks yang tadinya tertutup, panjang, dan kurang
lunak. Namun kondisinya berubah menjadi lebih lembut,
beberapa menunjukkan telah terjadi pembukaan dan penipisan.
Perubahan ini berbeda untuk masing-masing ibu. Misalnya,
pada multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm namun pada
primipara sebagian besar masih dalam keadaan tertutup.
e) Energi Spurt
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-
28 jam sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa hari
sebelumnya merasa kelelahan fisik karena tuanya kehamilan
maka ibu mendapati satu hari sebelum persalinan dengan
energi yang penuh. Peningkatan energi ibu ini tampak dari
aktivitas yang dilakukannya seperti membersihkan rumah,
mengepel, mencuci perabot rumah, dan pekerjaan rumah
lainnya sehingga ibu akan kehabisan tenaga menjelang
kelahiran bayi, persalinan menjadi panjang dan sulit.
f) Gastrointestinal Upsets

28
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda, seperti
diare, obstipasi. mual, dan muntah karena efek penurunan
hormon terhadap sistem pencernaan.

2) Tanda-Tanda Awal Persalinan


a) Timbulnya His Persalinan
(1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian
depan.
(2) Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat
intensitasnya.
(3) Kalau dibawa berjalan bertambah kuat.
(4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan
serviks.
b) Bloody Show
Bloddy show merupakan lendir disertai darah dari jalan lahir
dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis
cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang
sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada
bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillair
darah terputus.
c) Premature Rupture of Membrane
Premature rupture of membrane adalah keluamya cairan
banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal ini
terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban
biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap
dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang
lambat sekali. Kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan
kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum
persalinan. Walaupun demikian persalinan diharapkan akan
mulai dalam 24 jam setelah air ketuban keluar .
3) Tanda-Tanda Pada Kala I

29
a) His belum begitu kuat, datangnya setiap 10-15 menit dan tidak
seberapa mengganggu ibu hingga ia sering masih dapat
berjalan.
b) Lambat laun his bertambah kuat: interval lebih pendek,
kontraksi lebih kuat dan lebih lama.
c) Bloody show bertambah banvak.
d) Lama kala l untuk primi 12 jam dan untuk multi 8 jam.
e) Pedoman untuk mengetahui kemajuan kala I adalah: Kemajuan
pembukaan 1 cm sejam bagi primi dan 2 cm sejam bagi multi.
4) Tanda-Tanda Pada Kala II
a) His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 40-100 detik,
datangnya tiap 2 -3 menit.
b) Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan
keluamya cairan kekuning-kuningan sekonyong-konyong dan
banyak. Pasien mulai mengejan.
c) Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di
dasar panggul, perineum menonjol, vulva menganga, dan
rectum terbuka.
d) Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan
hilang lagi waktu his berhenti, begitu terus hingga nampak
lebih besar. Kejadian ini disebut: “Kepala membuka pintu”.
e) Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh vulva
sehingga tidak bisa mundur lagi, tonjolan tulang ubun-ubun
telah lahir dan subocciput ada di bawah mehisis disebut
“Kepala keluar pintu”.
f) Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-ubun
besar, dahi, dan mulut pada commissura posterior.
g) Saat ini untuk primipara, perineum biasanya akan robek pada
pinggir depannya karena tidak dapat menahan regangan yang
kuat tersebut.

30
h) Setelah kepala lahir dilanjut dengan putaran paksi luar,
sehingga kepala melintang, vulva menekan pada leher dan dada
tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar
lendir dan cairan.
i) Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu depan
disusul seluruh badan anak dengan peksi lateral, sesuai dengan
paksi jalan lahir
j) Sesudah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang tidak
keluar waktu ketuban pecah, kadang-kadang bercampur darah.
k) Lama kala II pada primi 2 jam pada multi 1 jam
5) Tanda-Tanda Pada Kala III
a) Setelah anak lahir his berhenti sebentar, tetapi setelah beberapa
menit timbul lagi disebut “his pengeluaran uri” yaitu his yang
melepaskan uri sehingga terletak pada segmen bawah rahim
(SBR) atau bagian atas dari vagina.
b) Setelah anak lahir uterus teraba seperti tumor yang keras,
segmen atas lebar karena mengandung plasenta, fundus uteri
teraba sedikit di bawah pusat.
c) Bila plasenta telah lepas bentuk uterus menjadi bundar dan
tetap bundar hingga perubahan bentuk ini dapat diambil
sebagai tanda pelepasan plasenta.
d) Jika keadaan ini dibiarkan, maka setelah plasenta lepas fundus
uteri naik sedikit hingga setinggi pusat atau lebih dan bagian
tali pusat di luar vulva menjadi lebih panjang.
e) Naiknya fundus uteri disebabkan karena plasenta jatuh dalam
SBR atau bagian atas vagina dan dengan demikian mengangkat
uterus yang berkontraksi dengan sendirinya akibat lepasnya
plasenta maka bagian tali pusat yang lahir menjadi panjang.
f) Lamanya kala uri ± 8,5 menit, dan pelepasan plasenta hanya
memakan waktu 2-3 menit.
e. Tahapan persalinan

31
Menurut Yuni dan Widy (2018) tahapan persalinan yaitu:
1) Kala I atau Kala Pembukaan
Tahap ini dimulai dari his persalinan yang pertama sampai
pembukaan serviks menjadi lengkap. Berdasarkan kemajuan
pembukaan maka kala I dibagi menjadi sebagai berikut :
a) Fase Laten
Fase laten adalah fase pembukaan yang sangat lambat
yaitu dari 0 sampai 3 cm yang membutuhkan waktu 8 jam.
b) Fase Aktif
Fase aktif adalah fase pembukaan yang lebih cepat yang
terbagi lagi menjadi berikut ini.
c) Fase akselerasi (fase percepatan), yaitu fase pembukaan dari
pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.
d) Fase dilatasi maksimal, yaitu fase pembukaan dari pembukaan
4 cm sampai 9 cm yang dicapai dalam 2 lam.
e) Fase dekelerasi (kurangnya kecepatan), Yaitu fase pembukaan
dari pembukaan 9 cm Sampai 10 cm selama 2 jam.
2) Kala II
Pengeluaran Tahap persalinan kala II ini dimulai dari pembukaan
lengkap sampai lahirnya bayi.
3) Kala III atau Kala Uri
Tahap persalinan kala III ini dimulai dari lahirnya bayi sampai
dengan lahirnya plasenta.
4) Kala IV
Masa 1-2 jam setelah plasenta lahir. Dalam klinik, atas
pertimbangan-pertimbangan praktis masih diakui adanya Kala IV
persalinan, meskipun masa setelah plasenta lahir adalah masa
dimulainya masa nifas (puerperium), mengingat pada masa ini
sering timbul perdarahan.
f. Fisiologi Nyeri Persalinan

32
Nyeri merupakan bagian integral dari persalinan dan
melahirkan. Rasa nyeri saat persalinan merupakan hal yang normal
terjadi. Faktor fisiologi yang dimaksud adalah kontraksi, gerakan otot
ini menimbulkan rasa nyeri karna saat itu otot-otot rahim memanjang
dan kemudian memendek. Serviks juga akan lunak, menipis dan
mendatar kemudian tertarik. Saat itulah kepala janin menekan mulut
rahim dan membukanya, jadi kontraksi merupakan upaya membuka
jalan lahir. Teori gate control menyatakan bahwa selama proses
persalinan impuls nyeri berjalan dari uterus sepanjang serat-serat
syaraf besar kearah uterus ke subtansia gelatinosa di dalam spinal
kolumna, sel-sel transmisi memproyeksikan pesan nyeri ke otak.
Adanya stimulasi (seperti vibrasi, menggosok-gosok atau masasse)
mengakibatkan pesan yang berlawanan yang lebih kuat, cepat dan
berjalan sepanjang saraf saraf kecil. Pesan yang berlawanan ini
menutup gate di substansia glatinosa lalu memblokir pesan nyeri
sehingga otak tidak mencatat pesan nyeri tersebut (Suparni, 2014).
g. Teknik Pengurangan Rasa Nyeri
Menghilangkan rasa nyeri ialah hal yang penting. Bukan
jumlah nyeri yang dialami wanita yang perlu dipertimbangkan, akan
tetapi harapan tentang cara mengatasi nyeri tersebut dapat terpenuhi.
Hal ini mempengaruhi persepsinya tentang pengalaman melahirkan
sebagai pengalaman buruk atau baik. Untuk mengatasi tersebut
perawat dapat mengajarkan penatalaksanaan nyeri dengan pendekatan
farmakologis dan nonfarmakologis, yaitu :
1) Pendekatan Farmakologis
Umumnya, secara medis cara menghilangkan rasa nyeri
persalinan dengan tindakan seksio sesare adalah dengan pemberian
obat-obatan analgesia yang disuntikkan melalui infus intravena,
inshalasi saluran pernafasan atau dengan memblokade saraf yang
menghantarkan rasa sakit, cemas, dan tegang. Selain analgesia,
pemberian obat anastesi juga diberikan kepada klien.

33
2) Pendekatan Non Farmakologis
Penerapan terpi nonfarmakologi penting karna tidak
membahayakan bagi ibu maupun janin, tidak memperlambat
persalinan jika diberikan kontrol nyeri yang kuat, dan tidak
mempunyai efek elergi maupun efek obat (Solehati, Kosasih,
2017). Adapun penjelasan terapi nonfarmakologi ini adalah sebagai
berikut menurut (Marmi, 2016)
a) Pengertian pijat (massage)
Massage merupakan sentuhan yang dilakukan pada
bagian tubuh yang dapat mengurangi ketegangan otot dan
mempelancar peredaran darah. Massage adalah salah satu
teknik integrasi sensori yang mempengaruhi aktifitas saraf
otonom, Massage yang lembut membantu otot untuk rileks,
juga membantu klien meringankan rasa nyeri saat persalinan.
Salah satu sentuhan yang terpetik dapat digunakan untuk
mengatasi kecemasan, ketegangan, dan nyeri adalah Therapy
Massage: Counterpressure.
b) Metode Massage
Umumnya ada 2 teknik pemijatan dalam persalinan yaitu
Effluerage dan Counterpressure. Effluerage adalah teknik
pemijatan berupa usapan lembut, lambat dan panjang atau tidak
putus-putus. Teknik ini menimbulkan efek relaksasi dan
menghilangkan nyeri. Teknik ini biasanya dilakukan selama
kontraksi saat proses persalinan. Teknik Counterpressure dapat
dilakukan pada daerah punggung dan sacrum. Teknik ini dapat
mengurangi nyeri pinggang persalinan akibat kontraksi uterus
dan memberikan sensasi menyenangkan yang melawan rasa
tidak nyaman pada saat kontraksi ataupun diantara kontraksi.
h. Teknik Counterpressure
1) Pengertian Counterpressure

34
Counterpresurre adalah pijatan tekanan kuat dengan cara
meletakkan tumit tangan atau bagian-bagian datar dari tangan, atau
juga menggunakan bola tenis pada daerah lumbal dimana ia sedang
mengalami sakit punggung (Marmi, 2016).
Teknik Massage counterpressure adalah teknik Massage
untuk nyeri pinggang persalinan dengan metode nonfarmakologi,
yaitu dengan menekan persarafan pada daerah nyeri pinggang ibu
bersalin, menggunakan kepalan tangan kepinggang ibu selama 20
menit dengan posisi duduk. Penekanan dilakukan bila responden
mengalami kontraksi uterus (yang menimbulkan nyeri pinggang)
pada kala I fase aktif (Ulfa Nurullita, dkk 2013).
2) Teknik Massage Counterpressure
Teknik Massage counterpressure dilakukan dengan
memberikan penekanan pada sumber daerah nyeri pinggang
persalinan yang dirasakan sehingga dapat melepaskan ketegangan
otot, mengurangi nyeri pinggang persalinan, mempelancar
peredaran darah, dan akhirnya menimbulkan relaksasi. Teknik
Massage counterpresurre selama proses persalinan akan membantu
mengatasi kram pada otot, menurunkan nyeri, mempercepat proses
persalinan, menghilangkan ketegangan otot pada paha diikuti
ekspansi tulang pelvis karena relaksasi pada otot-otot sekitar pelvis
dan memudahkan bayi turun melewati jalan lahir, efektif dalam
membantu mengurangi rasa nyeri pinggang persalinan (Yuliatun,
dkk 2013).
Dengan pemberian Massage counterpressure dapat menutup
gerbang pesan nyeri yang akan dihantarkan menuju medulla
spinalis dan otot, selain itu dengan tekanan yang kuat pada saat
memberikan teknik tersebut maka akan mengaktifkan senyawa
endorphin yang berada di sinaps sel-sel saraf tulang belakang,
sehingga transmisi dari pesan nyeri dapat dihambat dan
menyebabkan penurunan sensasi nyeri (Yuliatun, dkk 2013).

35
3) Penatalaksanaan
Tekanan dalam Massage counterpressure dapat diberikan
dalam gerakan lurus atau lingkaran kecil. Teknik ini efektif
menghilangkan sakit punggung akibat persalinan. Namun perlu
disadari bahwa ada ibu yang tidak biasa dipijat, bahkan disentuh
saat mengalami kontraksi, hal ini disebabkan karna kontraksi
sedemikian kuatnya sehingga ibu tidak sanggup lagi menerima
rangsangan apapun pada tubuh. Bidan harus memahami hal ini dan
menghormati keinginan ibu, langkah-langkah melakukan Massage
counterpressure yaitu, menurut (Yuliatun, dkk 2013).
1. Memberitahu ibu langkah yang akan dilakukan dan fungsinya
2. Menganjurkan ibu mencari posisi yang nyaman seperti posisi
berbaring miring ke kiri ataupun duduk
3. Mencuci tangan
4. Menekan daerah sacrum secara mantap dengan pangkal atau
kepalan salah satu telapak tangan setiap kontraksi selama 20
menit, lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya selama
kontraksi.
5. Mengevaluasi teknik Massage counterpressure tersebut.
3. Nifas
a. Pengertian Nifas
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan
selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ
reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi. Masa
nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih enam
minggu. (Putu dan Yayuk, 2019)
b. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1) Sistem Cardiovaskuler

36
Sistem Cardiovaskuler Setelah terjadi diuresis yang mencolok
akibat penurunan kadar estrogen volume darah kembali kepada
keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin
kembali normal pada hari ke 5.
2) Sistem Hematologi
Hari pertama postpartum, konsentrasi hemoglobin dan hematokrit
berfluktuasi sedang seminggu setelah persalinan, volume darah
akan kembali ke tingkat sebelum hamil.
3) Sistem pencernaan
Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap
makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium amat penting
untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini
terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya
kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang
dikandungnya untuk proses pertumbuhan janin, juga pada ibu
dalam masa laktasi. Penekanan buah dada dalam kehamilan dan
partus lama akan membatasi gerak peristaltic usus, serta bisa juga
terjadi karena pengaruh psikis takut BAB karena ada luka jahitan
perineum.
4) Sistem Reproduksi
Uterus secara berangsur-angsur akan kembali setelah pesalianan.
Setelah janin lahir TFU setinggi pusat kemudian setelah plasenta
lahir TFU 2 jari dibawah pusat. Berada antara simfisis dan pusat
pada hari kelima dan setelah 12 hari post partum tidak dapat diraba
lagi.Serviks segera setelah persalinan mengalami involusi uterus,
setelah persalinan ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3
jari tengah, setelah 6 minggu persalianan servik menutup.
Beberapa hari pertama setelah partus keadaan vagina dan vulva
masih kendur, setelah 3 minggu secara perlahan- lahan akan
kembali ke keadaan sebelum hamil.
5) Lochea

37
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina.Menurut (Rahayu, 2017) Lokia adalah cairan secret yang
berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas. Berikut
adalah beberapa jeni lokia yang terdapat pada perempuan :
a) Lokia Rubra berwarna merah karena berisi darah segar dan
siasia selaput ketuban, sel-sel desidua, lanugo dan mekonium.
b) Lokia ini akan keluar selama 2-3 hari setelah postpartum.
c) Lokia Sanguilenta berwarna merah kekuningan berisi darah
dan lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7
pascapersalinan.
d) Lokia Serosa lokia ini berwarna merah jambu kemudian
menjadi kuning. Cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke-7
sampai ke-14 pascapersalinan.
e) Lokia Alba adalah lokia yang terakhir dimulai dari hari ke-14
kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali
berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya.
6) Involusi Uterus
Involusi uterus adalah kembalinya uterus pada keadaan
sebelum hamil dalam bentuk maupun posisi. Involusi ini dapat
mengecilkan Rahim setelah persalinan agar kembali kebentuk asal
dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai setelah plasenta
lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Banyak faktor yang
dapat mempengaruhi proses involusio uteri diantaranya adalah
menyusui, mobilisasi dini, status gizi, parietas dan usia (Marmi,
2012).
Farrer (2011) menjelaskan bahwa involusi uterus disebabkan
oleh beberapa hal yaitu pertama akibat dari keluarnya hormon
oksitosin yang menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
miometrium. Kontraksi otot miometriumakan menekan pembuluh
darah sehingga suplaidarah ke uterus menjadi berkurangKedua
yaitu adanya kontraksi dan retraksi otot miometrium yang terjadi

38
terus menerus akan menekan pembuluh darah daerah penempelan
plasenta, proses ini akan membantu mengurangi terjadinya
perdarahan. Ketiga yaitu otolisis, pada proses ini sitoplasma sel
yang jumlahnya banyak selama kehamilan akan mengalami
proliferasi karena pengaruh peningkatan hormon estrogen dalam
tubuh selama hamil akan mengalami atrofi seiring dengan
penurunan jumlah estrogen setelah pelepasan plasenta. Pada proses
involusi jumlah sel–sel otot uterus mengalami pengecilan karena
adanya proses atrofi. Dengan keluarnya plasenta maka lapisan lain
yang terdapat pada rahim akan keluar juga. Sementara lapisan
deciduas basalis sebagian masih tertinggal dalam uterus selama 2-3
hari, setelah mengalami nekrotik akan keluar sebagai lochea.
Kegagalan dalam involusi uteri disebut subinvolusi.
Subinvolusi sering disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa
plasenta dalam uterus sehingga proses involusi uterus tidak
berjalan dengan normal dan terhambat, bila subinvolusi uterus
tidak ditangani dengan baik, akan mengakibatkan perdarahan yang
berlanjut atau postpartum haemorrhage. Ciri-ciri subinvolusi atau
proses yang abnormal diantaranya, tidak secara progresif dalam
pengembalian ukuran uterus, uterus teraba lunak dan kontraksinya
buruk, sakit pada punggung atau nyeri pada pelvik yang persisten,
perdarahan pervagina abnormal seperti perdarahan segar, lochea
rubra banyak, persisten dan berbau busuk salah satu cara mencegah
subinvolusi yaitu dengan senam nifas (Marmi, 2012).
c. Senam Nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu setelah melahirkan
yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan sirkulasi ibu
pada masa nifas, serta membantu proses involusi uteri yang dilakukan
24 jam setelah melahirkan dengan frekuensi 1 kali sehari selama 6
minggu ( Fadlina,Amalia 2015).
1) Tujuan dilakukan senam nifas

39
(a) Memperlancar terjadinya proses involusi uteri (kembalinya
Rahim ke bentuk semula)
(b) Mempercepat pemulihan kondisi tubuh ibu setelah melahirkan
pada kondisi semula
(c) Memelihara dan memperkuat otot perut, otot dasar panggul,
serta otot pergerakan
(d) Memperbaiki sirkulasi darah
(e) Menghindari pembengkakan pada kaki dan mencegah
timbulnya varises
2) Manfaat senam nifas
(a) Mengencangkan otot perut, liang senggama, otot - otot sekitar
vagina, otot- otot dasar panggul.
(b) Memperbaiki tonus otot pelvis, memperbaiki regangan otot
abdomen/ perut setelah hamil, memperbaiki regangan otot
tungkai bawah, dan meningkatkan kesadaran untuk melakukan
relaksasi otot-otot dasar panggul.
(c) Memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh setelah
hamil dan melahirkan.
(d) Memperbaiki kondisi umum ibu. Mempercepat rehabilitasi atau
pemulihan dan memperkecil kemungkinan terkena infeksi
karena sirkulasi darahnya bagus.
(e) Menumbuhkan/memperbaiki nafsu makan sehingga kebutuhan
asupan gizi bisa mencukupi
(f) Pada mereka yang melahirkan secara caesar, beberapa jam
setelah keluar dari kamar operasi dapat dilatih pernapasan yang
sehingga dapat mempercepat penyembuhan luka. Latihan untuk
mengencangkan otot perut dan melancarkan sirkulasi darah
ditungkai baru dilakukan 2-3 hari setelah ibu dapat bangun dari
tempat tidur.
3) Waktu Dilakukan Senam Nifas

40
Senam ini dilakukan pada saat sang ibu benar-benar pulih dan
tidak ada komplikasi obstetrik atau penyulit masa nifas (misalnya
hipertensi, pasca kejang, demam). Senam nifas sebaiknya dilakukan
dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, kemudian dilakukan secara
teratur setiap hari. Dengan melakukan senam nifas sesegera mungkin,
hasil yang didapat diharapkan dapat optimal dengan melakukan secara
bertahap. Senam nifas sebaiknya dilakukan diantara waktu makan.
Melakukan senam nifas setelah makan membuat ibu merasa tidak
nyaman karena perut masih penuh. Sebaliknya jika dilakukan disaat
lapar, ibu tidak akan mempunyai tenaga dan lemas. Senam nifas bisa
dilakukan pagi atau sore hari. Gerakan senam nifas ini dilakukan dari
gerakan yang paling sederhana hingga yang tersulit. Sebaiknya
lakukan secara bertahap dan terus menerus.
4) Gerakan Senam Nifas
(a) Berbaring dengan lutut ditekuk. Letakan tangan diatas perut
dibawah area iga-iga. Tarik nafas dalam dan lambat melalui
hidung kemudian dihembuskan melalui mulut secara perlahan,
kencangkan dinding abdomen untuk membantu mengosongkan
paru-paru (Marmi, 2012).

(b) Berbaring telentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak


terbuka keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan regangkan
lengan kanan. Pada waktu yang bersamaaan rilekskan kaki kiri
dan regangkan kaki kanan sehingga ada regangan penuh pada
seluruh bagian kanan tubuh (Maritalia, D. 2014)

41
(c) Kontraksi vagina. Berbaring telentang. Kedua kaki sedikit
diregangkan. Tarik dasar panggul, tahan selama tiga detik dan
kemudian rileks

(d) Memiringkan panggul. Berbaring, lutut ditekuk.


Kontraksikan/kencangkan otot-otot perut sampai tulang
punggung mendatar dan kencangkan otot-otot bokong tahan 3
detik kemudian rileks.

(e) Berbaring telentang, lututk di tekuk lengan dijulurkan ke lutut.


Angkat kepala dan bahu kira-kira 45 derajat, tahan 3 detik dan
rileksasikan dengan perlahan.
(f) Posisi yang sama seperti diatas. Tempatkan lengan lurus di bagian

luar lutut kiri

42
(g) Tidur telentang, kedua lengan di bawah kepala dan kedua kaki
diluruskan. angkat kedua kaki sehingga pinggul dan lutut
mendekati badan semaksimal mungkin. Lalu luruskan dan
angkat kaki kiri dan kanan vertical dan perlahan-lahan turunkan
kembali ke lantai.

(h) Tidur telentang dengan kaki terangkat ke atas, dengan jalan


meletakkan kursi di ujung kasur, badan agak melengkung
dengan letak pada dan kaki bawah lebih atas. Lakukan gerakan
pada jarijari kaki seperti mencakar dan meregangkan. Lakukan
ini selama setengah menit.

(i) Gerakan ujung kaki secara teratur seperti lingkaran dari luar ke
dalam dan dari dalam keluar. Lakukan gerakan ini selama

43
setengah menit

(j) Lakukan gerakan telapak kaki kiri dan kanan ke atas dan ke
bawah seperti gerakan menggergaji. Lakukan selama setengah
menit.

(k) Tidur telentang kedua tangan bebas bergerak. Lakukan gerakan


dimana lutut mendekati badan, bergantian kaki kiri dan kaki
kanan, sedangkan tangan memegang ujung kaki, dan urutlah
mulai dari ujung kaki sampai batas betis, lutut dan paha. Lakukan
gerakan ini 8 sampai 10 setiap hari.

(l) Berbaring telentang, kaki terangkan ke atas, kedua tangan


dibawah kepala. Jepitlah bantal diantara kedua kakidan tekanlah
sekuat- kkuatnya. Pada waktu bersamaan angkatlah pantat dari
kasur dengan melengkungkan badan. Lakukan sebanyak 4

44
sampai 6 kali selama setengah menit

(m) Tidur telentang, kaki terangkat ke atas, kedua lengan di samping


badan. kaki kanan disilangkan di atas kaki kiri dan tekan yang
kuat. Pada saat yang sama tegangkan kaki dan kendorkan lagi
perlahan- lahan dalam gerakan selama 4 detik. Lakukanlah ini 4
sampai 6 kali selama setengah menit

c. Tanda Bahaya Masa Nifas


Pengeluaran vagina yag baunya membusuk, rasa sakit di bagian
bawah abdomen/punggung, sakit kepala yang terus menerus, nyeri
epigastrik, gangguan masalah penglihatan/penglihatan kabur,
pembengkakan di wajah atau tangan, demam, muntah, rasa sakit waktu
BAK atau merasa tidak enak badan, payudara yang berubah menjadi
merah, panas atau terasa sakit, kehilangan nafsu makan dalam waktu
lama, rasa sakit, merah, lunak, atau pembengkakan pada kaki, merasa
sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan diri
sendiri, merasa sangat letih atau nafas terengah-engah (Prawirohardjo,
2010).
d. Kebutuhan Ibu Nifas
Menurut Putu dan Yayuk (2019) kebutuhan ibu nifas yaitu:

45
1) Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui
Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan
produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang
bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan bayi
akan meningkat, integritas kulit baik tonus otot serta kebiasaan
makan yang memuaskan.
Menurut Dr. William Sears, bila ibu mengkonsumsi makanan
yang baik, ibu akan mcmiliki lebih banyak energi dan merasa lebih
baik. Dalam masa nifas ibu membutuhkan gizi yang cukup. Gizi
pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu,
yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Kualitas dan
jumlah makanan yang dikonsumsi ibu sangat berpengaruh pada
jumlah ASI yang dihasilkan, ibu menyusui disarankan memperoleh
tambahan zat makanan 700 Kkal yang digunakan untuk
memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu itu sendiri.
a) Energi
Energi dibutuhkan sebesar 700 kkal/ hari (6 bulan
penama menyusul). Enam bulan kedua dibutuhkan sekitar rata
rata 500 kkal/ hari dan pada tahun kedua dianjurkan tambahan
sebanyak 400 kkal/hari. karbohidrat kompleks adalah salah satu
sumber vitamin B dan mineral terbaik untuk pertumbuhan bayi.
Selama menyusui ibu sebaiknya mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung karbohidrat kompleks.
b) Protein
Ibu menyusui butuh tiga porsi protein perhari selama
menyusui. Tambahan protein dibutuhkan sebesar 16 g/hari
untuk enam bulan pertama. Enam bulan kedua dibutuhkan
sebesar 11 g/hari dan untuk tahun kedua dibutuhkan sebesar 11
g/hari. Manfaat dari protein adalah mengatur pertumbuhan dan
perbaikan jaringan, perkembangan otak, produksi ASI, dan
membentuk tubuh bayi. Kekurangan gizi pada ibu menyusui

46
menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan bayinya.
Gangguan pada bayi meliputi proses tumbuh kembang anak,
bayi mudah sakit, mudah terkena infeksi. Kekurangan zat-zat
esensial menimbulkan gangguan pada mata ataupun tulang.
2) Ambulasi Dini (Early Ambulation)
Ambulasi dini adalah mobilisasi segera setelah ibu
melahirkan dengan membimbing ibu untuk dari tempat tidurnya.
Ibu post partum diperbolehkan bangun dan tempat tidurnya 24-48
jam setelah melahirkan. Anjurkan ibu untuk memulai mobilisasi
dengan miring kanan/kiri, duduk kemudian berjalan. Keuntungan
ambulasi dini adalah:
a) Ibu merasa lebih sehat dan kuat
b) Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik
c) Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada Ibu
d) Mencegah trombosis pada pembuluh tungkai
e) Sesuai dengan kadaan Indonesia (sosial ekonomis).
Menurut penelitian mobilisasi dini tidak berpengaruh buruk,
tidak menyebabkan perdarahan abnormal, tidak mempengaruhi
penyembuhan luka episiotomi maupun luka di perut. serta tidak
memperbesar kemungkinan prolapsus uteri.
a) Eliminasi
Buang air kecil (BAK) dalam enam jam ibu nifas harus
sudah BAK spontan, kebanyakan ibu nifas berkemih spontan
dalam waktu 8 jam, urine dalam jumlah yang banyak akan di
produksi dalam waktu 12-36 jam setelah melahirkan, ureter
yang berdilatasi akan kembali normal dalam waktu 6 minggu.
Selama 48 jam pertama nifas (puerperium), terjadi kenaikan
dueresis sebagai berikut: pengurasan volume darah ibu,
autolisis serabut otot uterus. Buang air besar (BAB) biasanya
tertunda selama 2-3 hari, karena edema persalinan, diet cairan,
obat-obatan analgetik, dan perenium yang sangat sakit, bila

47
lebih 3 hari belum BAB bisa diberikan obat laksantia. ambulasi
secara dini dan teratur akan membantu dalam regulasi BAB
asupan cairan yang adekuat dan diet tinggi serat sangat
dianjurkan.
3) Kebersihan Diri
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi
dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu unutuk
menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2
kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta
lingkungan dimana ibu tinggal.Ibu harus tetap bersih, segar dan
wangi. Merawat perineum dengan baik dengan menggunakan anti
septik dan selalu diingat bahwa membersihkan perineum dari arah
depan ke belakang. Jaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk
menghindari infeksi, baik pada luka jahitan maupun kulit.
4) Istirahat
Ibu nifas dianjurkan untuk istirahat cukup untuk mengurangi
kelelahan, tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur, kembali ke
kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, mengatur kegiatan
rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada
siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam. Kurang istirahat pada ibu
nifas dapat berakibat: mengurangi jumlah ASI, memperlambat
involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan, depresi.
5) Seksual
Hubungan seksual aman dilakukan begitu darah berhenti.
Namun demikian hubungan seksual dilakukan tergantung suami
istri tersebut. Selama periode nifas, hubungan seksual juga dapat
berkurang. Hal yang dapat menyebabkan pola seksual selama nifas
berkurang antara lain:
a) Gangguan/ketidaknyamanan Hsik
b) Kelelahan
c) Ketidakseimbangan hormon

48
d) Kecemasan berlebihan

4. Neonatus
a. Definisi Neonatus
Neonatus adalah fase awal ketika seorang manusia lahir ke bumi
(Krisyanasari, 2010). Neonatus adalah organisme pada periode
adaptasi kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin.
Pertumbuhan dan perkembangan normal masa neonatal adalah 28 hari
(Wahyuni, 2012).
b. Pertumbuhan dan Perkembangan Neonatus
Neonatus adalah individu yang sedang bertumbuh, pertumbuhan
dan perkembangan neonatal meliputi:
1) Sistem pernapasan
Pernapasan pertama pada neonatal terjadi normal dalam waktu 30
menit setelah kelahiran, tekanan rongga dada pada saat melalui
jalan lahir pervaginam mengakibatkan cairan paru-paru keluar
dari trakea sehingga cairan yang hilang ini diganti dengan udara
(Lissaver, 2013).
2) Jantung dan sistem sirkulasi
Frekuensi denyut jantung dapat dihitung dengan cara meraba
arteri temporalis atau karotis, dapat juga secara langsung
didengarkan di daerah jantung dengan menggunakan stetoskop
binokuler. Frekuensi denyut jantung neonatal normal berkisar
anatar 100-180 kali/menit waktu bangun, 80-16- kali/menit saat
tidur (Krisyanasari, 2010).
3) Saluran pencernaan
Bila dibandingkan dengan ukuran tubuh, saluran pencernaan pada
neonatal relative lebih berat dan lebih panjang dibandingkan
dengan orang dewasa, pada masa neonatal slauran pencernaan
mengeluarkan tinja pertama biasanya dalam dua puluh empat jam

49
pertama berupa mekonium (zat berwarna hitam kehijauan).
Dengan adanya pemberian susu, mekonium mulai digantikan oleh
tinja transisional pada hari ketiga dan keempat tinja yang berwarna
coklat kehijauan.
Frekuensi pengeluaran tinja pada neonatal sangat erat
hubungannya dengan frekuensi pemberian makan/minum. Enzim
dalam saluran pencernaan biasanya sudag terdapat pada neonatal
kecuali amylase pancreas, aktifitas lipase telah ditemukan pada
janin tujuh sampai delapan bulan.
4) Hepar
Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya
detosifikasi hati pada neonates juga belum sempurna. Enazim
hepar belum aktif benar pada neonatal, (Glukosa 6 Fosfat
Dehidrogenase) yang berfungsi dalam sintetis bilirubin, sering
kurang sehingga neonatal memperlihatkan gejala ikterus
fisiologis, misalnya enzim UDPG : Uridin Disofat Glukoronid
Transferase dan enzim G6PD.
5) Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal
Tubuh neonatal mengandung relative lebih banyak air dan kadar
natrium relative lebih besar dari pada kalium. Pada neonatal
fungsi ginjal belum sempurna, hal ini karena, antara lain :
a) Jumlah nefron maturn belum sebanyak orang dewasa.
b) Tidak seimbang antara luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal.
c) Aliran darah ginjal (renal blood flow) pada neonatak relative
kurang dibandingkan orang dewasa.
6) Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonates relative lebih luas dari tubuh
orang dewasa, sehingga metabolisme basal per kilogram berat
badan akan lebih besar. Oleh karena itu, neonates harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energy dapat

50
diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak. Setelah
mendapat susu, sekitar hari keenam suhu tubuh neonatal berkisar
antara 36,5-37 °C. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada
aksila atau pada rectal. Empat kemungkinan energy diperoleh dari
lemak dan karbohidrat yang masing-masing 60-40 %.
c. Definisi bayi baru lahir normal
Menurut Ai dan Lia (2019) yang dimaksud dengan bayi baru
lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakan kepala
melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37
minggu sampai 42 minggu, dengan berat badab 2500 gram-4000 gram,
nilai Apgar >7 dan tanpa cacat bawaan.
d. Tanda-tanda bayi baru lahir normal
Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa tanda
antara lain: Appearance color (warna kulit), seluruh tubuh kemerahan,
pulse (heart rate) atau frekuensi jantung >100x/menit, grimace (reaksi
terhadap rangsang) menangis, batuk atau bersin, activity (otnus otot),
gerakan aktif, respiration (usaha nafas).
Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 380C) atau terlalu
dingin (kurang dari 260C)warna kuning pada kulit (tidak pada
conjungtiva) terjadi pada hari ke 2-3 tidak biru, pucat, memar. Pada
saat di beri makanan hisapan kuat, tidak mengantuk berlebihan tidak
muntah. Tidak terlihat tanda-tanda infeksi pada tali pusat seperti, tali
pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah. Dapat
berkemih selama 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, tidak ada
lender, atau darah pada tinja. Bayi tidak menggigil atau tangisan kuat,
tidak mudah tersinggung. Tidak terdapat tanda, lemas, terlalu
mengantuk, lunglai, kejang-kejang halus ttidak bias tenang, menangis
terus menerus.
e. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Sentuhan kulit dengan kulit mampu menghadirkan efek
psikologis yang dalam di antara ibu dan anak. Penelitian membuktikan

51
bahwa ASI eksklusif selama 6 bulan memang baik bagi bayi. Satu jam
pertama setelah bayi dilahirkan, insting bayi membawanya untuk
mencari putting sang ibu.
f. Mekanisme Kehilangan Panas
1) Evaporasi, yaitu penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh
bayi sendiri karena setelah lahir tidak segera dikeringkan dan
diselimuti.
2) Konduksi, yaitu melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin.
3) Konveksi, yaitu pada saat bayi terpapar udara yang lebih dingin.
4) Radiasi, yaitu ketika bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang
mempunyai suhu lebih rendah dari tubuh bayi.
g. Merawat Dan Mengikat Tali Pusat
Ikat tali pusat dengan jarak 1 cm dari dinding perut bayi.
Gunakan benang atau klem plastic DTT/steril. Kunci ikatan tali pusat
dengan simpul mati atau kuncikan penjepit plastik tali pusat.
h. Pemberian ASI
Rangsangan isapan bayi pada putting akan diteruskan oleh
serabut saraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone
prolactin. Dimana horman inilah yang akan memicu payudara untuk
menghasilkan ASI.
i. Profilaksis Perdarahan Pada Bayi Baru Lahir.
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K injeksi 1 mg
intramuskuler di paha kiri sesegera mungkin untuk mencegah
perdarahan pada bayi baru lahir akibat defisiensi vitamin K yang dapat
dialami oleh sebagian bayi baru lahir.
j. Pemberian Imunisasi Hepatitis B
Berikan imunisasi hepatitis B regimen tunggal sebanyak 3 kali,
pada usia 0 bulan (segera setelah lahir), usia 1 bulan, usia 6 bulan, atau
pemberian regimen kombinasi sebanyak 4 kali, pada usia 0 bulan, usia

52
2 bulan (DPT+Hep B) usia 3 bulan, usia 4 bulan pemberian imunisasi
Hepatitis B.

5. Keluarga Berencana
a. Definisi KB
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah
anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu,
Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan
menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).
b. Tujuan Program KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk
keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga
dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga
bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
(Sulistyawati, 2013).
c. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel
sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah
dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).
d. Macam Macam Kontrasepsi
1) Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan
alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe
Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode
Lendir Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu
perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode
kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup
serviks dan spermisida (Handayani, 2010).
2) Metode Kontrasepsi Hormonal
a) Kontrasepsi Pil

53
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan
progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon
ovarium selama siklus haid yang normal, sehingga juga
menekan releasingfactors di otak dan akhirnya mencegah
ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah
ovulasi, tetapi juga menimbulkan gejala-gejala pseudo
pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual, muntah, payudara
membesar, dan terasa nyeri.
b) Kontrasepsi Suntik
(1) Efektivitas kontrasepsi Suntik
Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi
suntik mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 30%
kehamilan per 100 perempuan per tahun, jika
penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang
telah ditentukan. DMPA maupun NET EN sangat efektif
sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita
akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian
DMPA dan 2 per 100 wanita per tahun pemakain NET EN.
(a) Jenis kontrasepsi Suntik
Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis
kontrasepsi suntikan, yaitu : suntik kombinasi atau
suntik 1 bulan dan suntik progestin atau suntik 3 bulan,
Jenis Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera),
mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3
bulan dengan cara di suntik intramuscular (didaerah
bokong). Dan Depo Noretisteron Enantat (Depo
Noristerat), yang mengandung 200 mg Norentidron
Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuskular.
(b) Cara kerja kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati
(2013) yaitu:

54
a. Mencegah ovulasi
b. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma
c. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii.
(c) Keuntungan kontrasepsi Suntik
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat
efektif, pencegah kehamilan jangka panjang, tidak
berpengaruh pada hubungan seksual, tidak mengandung
estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak
mempengaruhi ASI, efek samping sangat kecil, klien
tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan
oleh perempuan usia lebih 35 tahun sampai
perimenopause, membantu mencegah kanker
endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan
kejadian tumor jinak payudara, dan mencegah beberapa
penyebab penyakit radang panggul (Sulistyawati,
2013).
(d) Kekurangan KB suntik
a. Dapat mendatangkan efek samping berupa kenaikan
berat badan, payudara nyeri, pendarahan dan
menstruasi tidak teratur.
b. Bisa membutuhkan waktu hingga setahun setelah
dihentikan jika ingin kembali subur.
c. Kontrasepsi jenis suntik tidak memberikan
perlindungan dari penyakit menular seksual.
c) Kontrasepsi Implant
Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
(1) Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena,
Indoplant, atau Implanon

55
(2) Nyaman
(3) Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
(4) Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
(5) Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
(6) Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur,
perdarahan bercak, dan amenorea
(7) Aman dipakai pada masa laktasi.
3) Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2
yaitu AKDR yang mengandung hormon sintetik (sintetik
progesteron) dan yang tidak mengandung hormon (Handayani,
2010). Jenis-jenis AKDR tersebut adalah spiral, delcon sield,
Lippes loop, M.IUCD yang terbuat dari metal, Multi load (MICU),
medusa dan Copper T. Jenis AKDR generasi sekarang adalah
Copper T, Copper 7, Ypsilon-Y, Progestasert, dan Copper
T3800A. (Sugeng dan Masniah 2019)
4) Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu
Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP).
MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini
adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga
mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP
sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu memotong
atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak
dapat keluar atau ejakulasi (Handayani,2010).

C. KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN


1. Konsep Asuhan Kebidanan Pada Ibu hamil
Menurut Putu dan Yayuk (2019) Asuhan kebidanan pada ibu hamil yaitu:
a. Tujuan Asuhan Antenatal Care

56
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang janin.
2) Meningkatkan serta mempertahankan kesehatan lisik, mental,
sosial ibu dan janin.
3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat ibu maupun bayi dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI Eksklusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan kelurga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
7) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
b. Jadwal Pemeriksaan Antenatal
Kunjungan Antenatal Care dilakukan mimimal 4 kali selama
kehamilan yaitu :
1) Kunjungan 1/KI (Trimester 1): K1 atau kunjungan baru ibu hamil
yaitu kunjungan yang pertama kali pada masa kehamilan.
Pemeriksaan pertama kali yang ideal yaitu sedini mungkin ketika
ibu hamil mengalami terlambat datang bulan.
2) Kunjungan 2/KII (Trimester 2)
Pada periode ini ibu hamil dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan 1 bulan sekali sampai umur kehamilan 28
minggu.
3) Kunjungan ketiga dan keempat (Trimester 3)
Pada periode ini sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan
kehamilan dilakukan setiap 2 minggu jika tidak mengalami
keluhan yang membahayakan dirinya dan kandungannya.
c. Pelayanan Asuhan Standar Antenatal

57
Standar Pelayanan Antenatal Unsur penting dalam menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu dan bayi adalah memberikan pelayanan
dan pemeliharaan kesehatan sewaktu hamil secara memadai dan sesuai
standar pelayanan kebidanan. Pelayanan antenatal sesuai standar
meliputi anamnesis, pemeriksaan Fisik (umum dan kebidanan),
pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi. Pelayanan atau Asuhan
Standar Minimal 14T 1.
1) Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi badan. (T 1)
Timbang berat badan sangat lah penting untuk ibu dalam masa
kehamilan karena berat badan ibu menandakan keadaan ibu dan
janin yang di kandung. Kenaikan berat badan normal pada waktu
hamil adalah 0,5 kg per minggu mulai trimester kedua. Kenaikan
berat badan normal mencapai 12-15 kg.
2) Tensi atau Ukur Tekanan Darah. (T 2)
Mengukur tekanan darah termasuk hal yang penting dalam masa
kehamilan Tekanan darah yang normal 110/80 140/90 mmHg, bila
melebihi dari 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya preeklamsi.
3) Tinggi Fundus Uteri (T 3)
Pengukuran pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur
kehamilan pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita
meteran dengan cara dilengkungkan atau dipegang lurus di antara
jari dengan tangan kanan ke ujung fundus uteri ( teknik Mc
Donald, Martin 2011)
Tabel 2.2 Tinggi Fundus Uteri Menurut Mc. Donald

No Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri


1. 22 Minggu 20-24 cm di atas simpisis
2. 28 Minggu 26-30 cm di atas simpisis
3. 30 Minggu 28-32 cm di atas simpisis
4. 32 Minggu 30-34 cm di atas simpisis
5. 34 Minggu 32-36 cm di atas simpisis
6. 36 Minggu 34-38 cm di atas simpisis
7. 38 Minggu 36-40 cm di atas simpisis

58
8. 40 Minggu 38-42 cm di atas simpisis
Sumber : Saifuddin, 2014

4) Pemberian Tablet Besi 90 Tablet Selama Kehamilan (T 4)


Pemberian tablet besi Pemberian tablet besi adalah sebesar 60 mg
dan asam folat 500 mg adalah kebijakan program pelayanan
antenatal dalam upaya untuk mencegah anemi dan untuk
pertumbuhan otak bayi, sehingga mencegah kerusakan otak pada
bayi. Setiap ibu hamil harus mendapat tablet tambah darah (tablet
zat besi) dan asam folat minimal 90 tablet selama kehamilan yang
diberikan sejak pemeriksaan pertama. Tablet sebaiknya tidak
diminum bersama teh atau kopi karena akan mengganggu
penyerapan. ]ika ditemukan/diduga anemia berikan 2-3 tablet zat
besi per hari. Selain itu untuk memastikannya dilakukan
pemeriksaan darah hemoglobin untuk mengetahui kadar Hb yang
dilakukan 2 kali selama masa kehamilan yaitu pada saat kunjungan
awal dan pada usia kehamilan 28 minggu.
5) Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid TT (T 5)
TT diberikan bertujuan untuk mencegah tetanus pada ibu dan bayi
akan yang dilahirkan. Tetanus khususnya berisiko pada bayi-bayi
yang akan dilahirkan diwaspadai mungkin saja ada alat yang tidak
steril dalam proses persalinan. imunisasi TT sebaiknya diberikan
sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi lengkap.
6) Pemeriksaan HB (T 6)
Pemeriksaan HB dilakukan dengan maksud mengetahui ada
anemia atau tidak pada kehamilan dan mengetahui bagus atau
tidaknya jaringan pengikat oksigen pada ibu. Hb norma pada ibu
hamil adalah 10,5-11.
7) Pemeriksaan VDRL (T 7)
Pemeriksaan VDRL (Veneral Diseases Research Laboratory)
merupakan suatu pemeriksaan atau scneening untuk mengetahui
penyakit sifilis pada ibu hamil. Karena dikhawatirkan akan

59
menyebar pada janin yang dikandungnya. Janin yang terinfeksi
akibat penyakit ini biasanya akan mengalami gejala saat pertama
dilahirkan ataupun beberapa bulan setelahnya.
8) Pemeriksaan Protein Urine (T 8)
Pemeriksaan protein urin dibutuhkan oleh Ibu hamil bila dicurigai
mengalami Preeklampsi ringan atau berat, dari hasil pemeriksaan
ini kita dapat memberikan asuhan kepada ibu hamil yangditujukan
untuk mencegah timbulnya masalah potensial yaitu terjadinya
eklampsi.
9) Pemeriksaan Urine Reduksi (T 9)
Pemeriksaan urine reduksi bertujuan untuk melihat glukosa dalam
urine. Urine normal biasanya tidak mengandung glukosa. Adanya
urine dalam glam merupakan tanda komplikasi penyakit diabetes
mellitus.
10) Perawatan Payudara ( T10)
Perawatan payudara selama hamil sangat penting untuk kelancaran
air susu kelak setelah melahirkan. Sebagaimana diketahui,
payudara selama kehamilan akan mengalami perubahan. Antara
lain terasa lebih kencang, lebih besar, dan lebih penuh. Konon,
menjelang kelahiran berat setiap payudara mencapai 1,5 kali lebih
besar dibandingkan sebelum hamil. Semua perubahan yang terjadi
menunjukkan ada perkembangan dan pertumbuhan jaringan
kelenjar di payudara. Karena pada ibu hamil pembuluh-pembuluh
darah bekerja lebih aktif untuk menyiapkan kelenjar-kelenjar yang
ada pada payudara, agar nantinya bisa berproduksi.
11) Senam Ibu Hamil (T 11)
Senam hamil membuat ibu berpikir lebih positif karena merasa
lebih siap menghadapi persalinan. Selain itu, setelah bayi lahir,
senam hamil juga membantu ibu segera dapat kembali ke bentuk
badan dan stamina semula. manfaat utama senam hamil adalah

60
agar tubuh lebih sehat dan merasa lebih santai. Penting untuk
menjaga perasaan tetap tenang saat melakukan olah tubuh ini.
12) Pemberian Obat Malaria (T 12)
Ibu hamil dengan malaria mempunyai risiko terkena anemia dan
meninggal. Bayi berat badan lahir rendah (termasuk bayi prematur)
merupakan faktor risiko utama kematian bayi di daerah endemis
malaria. Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah merekomendasikan
tiga strategi penanggulangan malaria pada kehamilan yaitu: deteksi
dini dan pengobatan malaria yang efektif, pencegahan malaria
secara intermiten dengan menggunakan SP dan penggunaan
kelambu berinsektisida. Pemberian obat pencegahan malaria dapat
dilakukan secara mingguan ataupun intermittent.
13) Pemberian Kapsul Minyak Yodium (T 13)
Kapsul ini merupakan larutan yang mengandung 200 mg yodium
dalam bentuk minyak yang dikemas berbentuk kapsul. Manfaat
dari Kapsul Minyak Beryodium adalah untuk mencegah lahirnya
bayi kretin, dan diberikan kepada seluruh wanita usia subur, ibu
hamil dan ibu nifas.
14) Temu Wicara atau Konseling (T 14)
Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan
antenatal yang meliputi :
a) Kesehatan lbu. Setiap ibu hamil dianjurkan untuk
memeriksakan kehamilannya secara rutin ketenaga kesehatan
dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup
selama kehamilannya (sekitar 9 -10 jam per hari) dan tidak
bekerja keras.
b) erilaku Hidup Bersih dan Sehat. Setiap ibu hamil dianjurkan
untuk menjaga kebersihan badan selama kehamilan misalnya
mencuci tangan sebelum makan, mandi dua kali sehari dengan
menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan
sebelum tidur serta melakukan olah raga ringan.

61
c) Peran Suami/Keluarga Dalam Kehamilan. Setiap ibu hamil
perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suami
dalam kehamilannya. Suami, keluarga, perlu menyiapkan biaya
persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan, dan calon
donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi
kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas
kesehatan.
d) Tanda Bahaya Pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas Setiap
ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda tanda bahaya baik
selama kehamilan, persalinan, maupun nifas misalnya
perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan
berbau pada jalan lahir saat nifas. Mengenal tanda tanda bahaya
ini penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan ke
tenaga kesehatan.
e) Asupan Gizi Seimbang. Selama hamil ibu dianjurkan untuk
mendapatkan asupan makanan yang cukup dengan pola gizi
yang seimbang karena hal ini penting untuk proses tumbuh
kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil
disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk
mencegah terjadinya anemia pada kehamilannya.
f) Gejala Penyakit Menular dan Tidak Menular. Setiap ibu hamil
harus tahu mengenai gejala gejala penyakit menular dan
penyakit tidak menular karena dapat mempengaruhi pada
kesehatan ibu dan janinnya.
g) Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan Pemberian ASI Eksklusif.
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada
bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat
kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian
ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.
h) KB (Keluarga Berencana) Paska Persalinan. Ibu hamil
diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah

62
persalinan untuk meniarangkan kehamilan agar ibu punya
waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak. dan keluarga.

2. Konsep Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin


a. Asuhan pada Kala I
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010) asuhan-asuhan kebidanan
pada kala I yaitu
1) Pemantauan terus menerus kemajuan persalinan menggunakan
patograf
2) Pemantauan terus menerus tanda-tanda vital
3) Pemantauan terus menerus terhadap keadaan bayi
4) Pemberian dehidrasi bagi pasien
5) Menganjurkan dan membantu pasien dalam upaya perubahan
posisi dan ambulansi
6) Mengupayakan tindakan yang membuat pasien nyaman
7) Memfasilitasi dukungan keluarga
b. 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal (APN)
Melihat Tanda Dan Gejala Kala Dua
1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan/atau vaginanya.
c) Perineum menonjol
d) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.
Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan

63
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang
bersih.
5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan
meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi
atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik).
Memastikan Pembukaan Lengkap Dengan Janin Baik
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,
perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari
depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang
terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan
jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut
dengan benar di dalam larutan dekontaminasi,
8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah
lengkap.Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan
sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5% dan kemudian melepaskannya dalam eadaan terbalik serta
merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Mencuci kedua tangan (seperti di atas).
10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 100 – 180
kali / menit ).
a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

64
b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
Menyiapkan Ibu & Keluarga Untuk Membantu Proses Pimpinan
Meneran.
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai
keinginannya.
a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta
janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
mendokumentasikan temuan-temuan.
b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk
meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13) Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran :
a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinganan untuk meneran
b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran.
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).
d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu.
f) Menganjurkan asupan cairan per oral.
g) Menilai DJJ setiap lima menit.

65
h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu
primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk
segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran
i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60
menit, menganjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak
kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara
kontraksi.
j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera setalah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi.
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan
bayi.
15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong
ibu.
16) Membuka partus set.
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Menolong Kelahiran Bayi Lahirnya kelapa
18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan
tangan yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan yang lembut
dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala
keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-
lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.J
a) Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut
dan hidung setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir
DeLee disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola karet
penghisap yang baru dan bersih.

66
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan
kain atau kasa yang bersih.
20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses
kelahiran bayi
a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di
dua tempat dan memotongnya.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
Lahir bahu
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke
arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di
bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah
atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala
bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh
bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas)
untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya
lahir.
24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di
atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk
menyangganya saat panggung dari kaki lahir. Memegang kedua
mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
Penanganan Bayi Baru Lahir

67
25) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut
ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya
(bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang
memungkinkan).
26) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi
kecuali bagian pusat.
27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu
dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
29) Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain
atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan
bernapas, mengambil tindakan yang sesuai.
30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.
Oksitosin
31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan
oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
Penegangan Tali Pusat Terkendali
34) Memindahkan klem pada tali pusat
35) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di
atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan
palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat
dan klem dengan tangan yang lain.

68
36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan
tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan
cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial)
dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio
uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, menghentikan
penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut
mulai.
a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang
anggota keluarga untuk melakukan ransangan puting susu.
Mengeluarkan plasenta.
37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,
mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan
berlawanan arah pada uterus.
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva.
b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali
pusat selama 15 menit :
(1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
(2) Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung
kemih dengan
(3) menggunakan teknik aseptik jika perlu.
(4) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(5) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya.
(6) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit
sejak kelahiran bayi.
38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta
dengan dua tangan dan dengan hati- hati memutar plasenta hingga

69
selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan
selaput ketuban tersebut.

Pemijatan Uterus
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan
masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan
melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
Menilai Perdarahan
40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput
ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung
plastik atau tempat khusus.
a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selam
15 detik mengambil tindakan yang sesuai.
41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
Melakukan Prosedur Pasca Persalinan
42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan
baik. Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.
43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung
tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril
atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati
sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan
dengan simpul mati yang pertama.

70
46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan
klorin 0,5 %.
47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
Evaluasi
49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan
perawatan yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri.
e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik
yang sesuai.
50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase
uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
51) Mengevaluasi kehilangan darah.
52) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap
15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pasca persalinan.
a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua
jam pertama pasca persalinan.
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
Kebersihan dan keamanan
53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi

71
54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai.
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat
tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu
ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan
makanan yang diinginkan.
57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan
dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang) Asuhan
Persalinan Kala – dua – tiga – empat

3. Konsep Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas


c. Tujuan Asuhan kebidanan pada masa nifas
Menurut Putu dan Yayuk tujuan asuhan masa nifas yaitu:
8) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
9) Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayi.
10) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi serta
perawatan bayi sehari-hari.
11) Memberikan pelayanan Keluarga Berencan KB.
12) Mendapatkan kesehatan emosi.
d. Kebijakan program nasional masa nifas

72
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit
empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas (Putu dan Yayuk
2019).
Tabel 2.3 Asuhan Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan Waktu Asuhan


a. Mencegah pendarahan masa nifas
oleh karena atonia uteri
b. Mendeteksi dan perawatan
penyebab lain pendarahan serta
melakukan rujukan bila
pendarahan berlanjut
c. Memberikan konseling pada ibu
dan keluarga tentang cara
mencegah pendarahan yang
disebabkan atonia uteri
d. Pemberian ASI awal
I 6-8 jam post partum e. Mengajarkan cara mempererat
hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir
f. Menjaga bayi tetap sehat melalui
pencegahan hipotermi
g. Setelah bidan melakukan
pertolongan persalinan, maka
bidan harus menjaga ibu dan bayi
untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai keadaan
ibu dan bayi baru lahir dalam
keadaan baik.
II 6 hari post partum a. Memastikan involusi uterus
berjalan dengan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, TFU di
bawah umbilikus, tidak ada
pendarahan abnormal.
b. Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi dan pendarahan
c. Memastikan ibu mendapatkan
istirahat yang cukup
d. Memastikan ibu mendapatkan
makanan yang bergizi dan cukup
cairan
e. Memastikan ibu menyusui
dengan baik dan benar serta tidak
ada tanda-tanda kesulitan
menyusui

73
f. Memberikan konseling tentang
perawatan bayi baru lahir
Asuhan pada 2 minggu post partum
III 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan
pada kunjungan 6 hari post partum
a. Menanyakan penyulit-penyulit
yang dialami ibu selama masa
IV 6 minggu post partum nifas
b. Memberikan konseling KB
secara dini
4. Konsep Asuhan Kebidanan Pada Neonatus
a. Penilaian APGAR Score
Tabel 2.4 Nilai APGAR
Skor 0 1 2
Appearance color Badan merah, Seluruh tubuh
Pucat
(warna kulit), ekstremitas biru kemerah-merahan

Pulse (heart rate) atau


Tidak ada <100x/menit >100x/menit
frekuensi jantung

Grimace (reaksi Sedikit gerakan Menangis


Tidak adak
terhadap rangsang) mimic batuk/bersin
Ekstremitas dalam
Activity (otnus otot), Lumpuh Gerakan aktif
fleksi sedikit
Respiration (usaha Lemah, tidak
Tidak ada Menangis kuat
nafas). teratur
Sumber Ai Yeyeh dan Lia (2019)

Hasil nilai APGAR skor dinilai setiap variabel dinilai dengan angka 0,
1 dan 2, nilai tertinggi adalah 10, selanjutnya dapat ditentukan keadaan
bayi sebagai berikut:
1) Nilai 7-10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik.
2) Nilai 4-6 menunujukkan bayi mengalami depresi sedang dan
membutuhkan tindakan resusitasi.
3) Nilai 0-3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius dan
membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi.
b. Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
Langkah I: Pengkajian Data

74
Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan data yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan bayl baru lahir. Pengkajian
pada bayi baru lahir dibagi dalam 2 bagian yaitu pengkajian segera
setelah bayi lahir, dan pengkajian keadaan fisik untuk memastikan bayi
dalam keadaan normal atau mengalami komplikasi.
Pengkajian segera setelah bayi lahir bertujuan untuk mengkaji
adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus yaitu penilaian
Apgar. Penilaian sudah dimulai sejak kepala lahir dari vulva.
Sedangkan pengkajian keadaan fisik untuk memastikan bayi dalam
keadaan normal. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir, riwayat yang harus
dikaji adalah sebelumnya adalah faktor genetik yaitu seperti gangguan
atau kelainan metabolik pada keluarga dan sindrom genetik. Kemudian
faktor maternal dan perinatal seperti penyakit jantung, diabetes, ginjal,
penyakit hati, hipertensi, penyakit kelamin, riwayat abortus dan lain-
lain. Riwayat antenatal seperti apakah tidak pernah melakukan
pemeriksaan kehamilan, pernah mengalami perdarahan, preeklampsia,
gestasional diabetes, polihidramnion/oligohidramnlon dan infeksi.
Untuk riwayat perinatal seperti prematur/postmatur, partus lama,
penggunaan obat selama persalinan, gawat janin, suhu ibu meningkat,
posisi janin tidak normal, ketuban pecah sudah lama, amnion
bercampur mekonium, pendarahan selama persalinan, prolapsus tali
pusat, asidosis janin, dan jenis persalinan. Adapun faktor perinatal
dengan memeriksa bayi secara sistematis/(head to toe), identifikasi
bayi dari warna dan aktifitas, cacat, miksi dan mekonium, lakukan pula
pemeriksaan antopometri (lingkar kepala, berat badan serta tinggi
badan).
Prosedur pemeriksaan fisik bayi adalah yang pertama
memberitahukan kepada orang tua dan minta persetujuan, cuci tangan
dan gunakan sarung tangan jika perlu, pastikan cukup penerangan dan
hangat (ruangan), pemeriksaan bayi secara head to toe, diskusikan

75
hasil pemeriksaan dengan orang tua dan catat semua hasil pengkajian
sesuai dengan temuan
Langkah II: Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan Bayi Baru Lahir
Melakukan identihkasi secara benar terhadap diagnosa, masalah
dan kebutuhan bayi baru lahir berdasarkan data data yang telah
dikumpulkan. Contoh diagnosa misalnya bayi cukup bulan sesuai masa
kehamilan dengan asfiksia, atau bayi cukup bulan kecil masa
kehamilan dengan hipotermia. Sedangkan masalah misalnya ibu
kurang informasi, ibu tidak PNC, ibu post section sesarea, gangguan
maternal lainnya. Untuk kebutuhan seperti jagalah agar bayi tetap
kering dan hangat, usahakan agar ada kontak kulit antara ibu dan bayi
sesegera mungkin.
Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa dan Potensial Masalah
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin
terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah teridentifikasi.
Misalnya untuk diagnosa potensial yaitu hipotermi potensial
menyebabkan gangguan pernafasan, hipoksia potensial menyebabkan
asidosis, atau hipoglikemi potensial menyebabkan hipotermi.
Langkah IV: Identifikasi Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi bayi. Misalnya bila bayi
tidak bernafas dalam waktu 30 detik, segera cari bantuan dan mulailah
langkah-langkah resusitasi pada bayi tersebut.
Langkah V: Merencanakan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir
Merencanakan asuhan yang meyeluruh yang rasional dan sesuai
dengan temuan dari langkah sebelumnya
Langkah VI: lmplemantasi Asuhan Bayi Baru Lahir
Melaksanakan rencana asuhan pada bayi baru lahir secara efisien
dan aman, yaitu misalnya: Mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap
hangat, dengan memastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara

76
kulit bayi dengan kulit ibu, gantilah kain atau handuk yang basah dan
bungkus dengan selimut yang kering dan bersih. Selain itu dengan
memeriksa telapak kaki bayi setiap 15 menit, apabila terasa dingin
segera periksa suhu axilla bayi.
Perawatan mata 1 jam pertama setelah lahir dengan obat mata
eritromicin O,5% atau tetrasiklin 1% untuk mencegah infeksi mata
karena klamidia.
Memberikan identitas pada bayi, dengan memasang alat pengenal
bayi segera setelah lahir dan tidak dilepaskan sebelum bayi pulang dari
perawatan. Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi
halus dan tidak melukai, serta tidak mudah lepas. Pada alat pengenal
(gelang) tercantum nama bayi atau ibu, tanggal lahir, nomor bayi dan
jenis kelamin serta unit. Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu harus
dicetak dalam catatan yang tidak mudah hilang. Semua hasil
pemeriksaan dimasukkan ke dalam rekam medis. Memberikan
suntikan vitamin K untuk mencegah perdarahan karena defisiensi
vitamin K pada bayi baru lahir. Bayi perlu diberikan vitamin K
parenteral dosis dengan dosis 0,5-1 mg I.M.
Memberikan konseling tentang menjaga kehangatan bayi,
pemberian ASI, perawatan tali pusat dan mengawasi tanda-tanda
bahaya, dan lain-lain.
Langkah VII : Evaluasi
Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir sebagaimana
telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah.
c. Asuhan Bidan Pada Neonatus

Tabel 2.5 Kunjungan Neonatus

KN1 a. Jaga kesehatan tubuh bayi


b. Observasi tanda – tanda vital
Lakukan pemeriksaan fisik

77
pada neonates
c. Lakukan perawatan tali pusat
d. Evaluasi kemampuan
menyusui bayi
KN2 a. Lakukan pemeriksaan tanda-
tanda bahaya
b. Pastikan bayi mendapat ASI
yang cukup
c. Lakukan konseling terhadap
ibu dan keluarga untuk
memberikan ASI eksklusif
KN3 a. Memastikan apakah bayi
mendapatkan ASI yang cukup
b. Memberitahu ibu agar bayi
harus mendapatkan imunisasi
Sumber : (Kristiyanasari, 2010)

5. Konsep Asuhan Kebidanan Pada Ibu KB


Aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga berencana
(KB). Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam
memilih dan memutuskan kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan
pilihannya. Dalam melakukan konseling, khususnya bagi calon klien KB
yang baru, hendaknya diterapkan enam langkah yang sudah dikenal
dengan kata kunci SATU TUJU.
Penerapan SATU TUJU menurut Walyani dan Purwoastuti tahun
2015 tersebut tidak perlu dilakukan berurutan karena petugas harus
menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien. Beberapa klien membutuhkan
lebih banyak perhatian pada langkah yang satu dibandingkan langkah yang
lainnya. Kata kunci SATU TUJU adalah:
SA : Sapa dan Salam
a. Sapa klien secara terbuka dan sopan
b. Beri perhatian sepenuhnya, jaga privasi klien
c. Bangun percaya diri pasien
d. Tanyakan apa yang perlu dibantu dan jelaskan pelayanan apa yang
dapat diperolehnya.
T : Tanya
a. Tanyakan informasi tentang dirinya

78
b. Bantu klien untuk berbicara pengalaman tentang KB dan kesehatan
reproduksi
c. Tanyakan kontrasepsi yang ingin digunakan
U : Uraikan
a. Uraikan pada klien mengenai pilihannya
b. Bantu klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia inginkan serta
jelaskan jenis yang lain
TU : Bantu
a. Bantu klien berpikir apa yang sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya
b. Tanyakan apakah pasangan mendukung pilihannya
J : Jelaskan
a. Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi
pilihannya setelah klien memilih jenis kontrasepsinya
b. Jelaskan bagaimana penggunaannya
c. Jelaskan manfaat ganda dari kontrasepsi
U : Kunjungan Ulang
a. Perlu dilakukan kunjungan ulang untuk dilakukan pemeriksaan atau
permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan.

79
80

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. ASUHAN KEHAMILAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


NY. R UMUR 26 TAHUN G3P2A0 HAMIL 37 MINGGU 2 HARI
DENGAN ANEMIA RINGAN

Tanggal Pengkajian : 08 April 2022


Waktu Pengkajian : 09.00 s/d selesai
Tempat Pengkajian : Puskesmas Tinewati
Pengkaji : Sri wahyuni
IDENTITAS PASIEN
Nama ibu : Ny. R Nama suami : Tn. AR
Umur : 26 Tahun Umur : 28 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat : Borolong Cipakat

1. Data Subjektif
Ibu merasa hamil 9 bulan mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya
dan mengeluh kadang – kadang pusing. Merupakan kehamilan ketiga,
melahirkan dua kali tidak pernah keguguran, Anak kesatu lahir tahun 2016
secara spontan pervaginam, di ditolong oleh Bidan, jenis kelamin laki-laki,
BB 3200 gram. Anak kedua lahir tahun 2020 secara spontan pervaginam,
di ditolong oleh Bidan, jenis kelamin laki-laki, BB 3300 gram, tidak ada
masalah pada saat kehamilan, persalinan dan nifas. Riwayat haid menarche
usia 13 tahun, siklus haid 30 hari, tidak pernah nyeri haid, HPHT 20 Juli

80
2022, TP 27 April 2022, ANC 8 kali di PMB kota tangerang, ibu pulang
ke tasik baru 2 minggu yang lalu, ANC pertama kali pada usia kehamilan 8
minggu. Pernah di USG di Dokter 1 kali pada usia kehamilan 5 bulan,
hasil USG tidak dibawa. Belum pernah diperiksa laboratorium. Konsumsi
tablet darah tiap hari tidak ada keluhan. Status imunisasi TT 5. Vaksin
Covid 19 belum dapat. Riwayat perkawinan merupakan pernikahan
pertama ibu, lama nikah 7 tahun, usia pada saat nikah 17 tahun. Riwayat
KB pernah menggunakan suntik KB 3 bulan selama 4 tahun, setelah
kelahiran anak kedua ibu tidak menggunakan KB. Riwayat penyakit
pernah menderita batu empedu tapi tidak sampai dilakukan operasi. Ibu
sekarang tidak sedang menderita penyakit menular atau berat, tidak ada
alergi obat. Keluarga tidak ada yang memiliki penyakit berat dan menular,
tidak ada riwayat kehamilan gemelli. Makan 3 kali sehari, nafsu makan
baik, menu bervariasi tahu tempe, telor kadang daging, sayuran dan buah-
buahan, minum susu pada saat hamil muda saja, tidak ada alergi dan
pantangan. Minum ± 5 gelas sehari, jenis air putih dan air teh. BAB 1 hari
sekali, tidak ada keluhan, BAK ± 5 kali sehari, tidak ada keluhan. Tidur
malam ± 6-7 jam, tidur siang kadang-kadang ± 1 jam, karena harus
mengurusi balitanya. Mandi 2 kali sehari, keramas 2 hari sekali, ganti
pakaian 2 kali sehari. Melakukan kegiatan rumah tangga rutin di rumah,
tiodak pernah melakukan senam hamil. Hubungan seksual 1 kali dalam
seminggu, tidak ada keluhan, tidak menggunakan pelindung. Ibu tidak
merokok, suami dan ayah ibu merokok di dalam rumah, tidak pernah
mengkonsumsi alkohol, tidak pernah mengkonsumsi jamu, pernah ke
paraji 1 kali, belum mengikuti kelas ibu hamil. Kehamilan ini tidak
direncanakan tapi dapat diterima oleh keluarga, termasuk dalam keluarga
pra sejahtera, memiliki jaminan kesehatan.
2. Data Obyektif
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, Antropometri tinggi
badan 152 cm, berat badan 65 kg, LILA 27 cm, IMT 28,13 , BB sebelum
hamil 54 kg, kenaikan BB selama hamil 11 kg. Tanda-tanda vital tekanan

81
darah 128/81 mmHg, nadi 102 x/menit, respirasi 28 x/menit, suhu 36 oC,
MAP 96, 66. Kepala simetris, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan,
rambut berwarna hitam, bersih, tidak rontok, kulit kepala bersih. Mata
simetris, konjungtiva agak pucat, sklera putih, reflek pupil baik, tidak ada
oedem. Hidung simetris, septum hidung normal, tidak ada secret, tidak ada
polip, tidak ada nyeri tekan lesi dan benjolan. Telinga simetris, fungsi
pendengaran baik, tidak ada serumen tidak ada nyeri tekan, lesi dan
benjolan. Mulut simetris, warna bibir agak pucat, tidak ada stomatitis, ada
caries di gigi rahang bawah, tidak sakit. lidah bersih, tidak ada lesi dan
perdarahan. Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe, thyroid dan
tidak ada pembesaran vena jugularis. Dada simetris, bunyi nafas tidak ada
ronkhi/wheezing, tidak ada nyeri tekan. Payudara simetris, puting susu
menonjol, tidak ada nyeri tekan, benjolan dan retraksi, colostrum ada.
Abdomen tidak terdapat bekas luka operasi, TFU 3 jari dibawah processus
xypoideus 31 cm Leopold I teraba bokong, Leopold II teraba punggung
sebelah kiri, Leopold III teraba kepala belum masuk panggul, DJJ 154
x/menit, TBJ 2945 gram. Ekstremitas atas simetris, tidak ada oedem, jari
lengkap, gerakan baik, telapak tangan pucat. Genetalia vulva vagina tidak
ada pembesaran kelenjar bartholini, tidak ada varises dan keputihan. Anus
tidak ada haemorroid. Ekstremitas bawah simetris, tidak oedem dan
varises, jari lengkap, reflek patella pada kaki kanan dan kiri +/+. Hasil
pemeriksaan laboratorium tanggal 08 April 2022 Hb 10,9 gr%, Golongan
darah O +, HIV non reaktif, IMS non reaktif, Hepatitis non reaktif, urine
protein negatif, urine glukosa negatif. Hasil USG dokter Puskesmas
Tinewati tanggal 08 April 2022, janin tunggal hidup intrauterin, letak
kepala puki, umur kehamilan 37 minggu 1 hari, plasenta di corpus depan,
ketuban cukup, talipusat normal, DJJ 148 x/menit, TBBJ 2850 gr, jenis
kelamin laki-laki, taksiran persalinan 29 April 2022.
3. Analisa
Ny. R umur 26 tahun G3P2A0 hamil 37 minggu 2 hari dengan anemia
ringan. Janin tunggal hidup, intrauterin, puki, letak kepala.

82
4. Penatalaksanaan
- Menginformasikan hasil pemeriksaan. Ibu mengetahui tentang kondisinya.
- Memberikan KIE tentang anemia pada kehamilan. Ibu mengetahui tentang
pengertian, tanda gejala dan dampak anemia pada kehamilan.
- Memberikan KIE tentang MKJP untuk persiapan KB setelah melahirkan.
Ibu dan suami berencana untuk menggunakan IUD post plasenta.
- Melakukan kolaborasi dengan bagian gizi Sofi Zakiyah, S. Gz. Advis
dianjurkan untuk konsumsi FE 2 kali sehari ditambah makan porsi kecil
tapi sering, gizi seimbang, asupan protein dari daging, ikan, telor, tahu,
tempe, kacang-kacangan, sayuran, buah-buahan seperti jeruk, pisang
jambu biji, buah naga harus ditingkatkan, minum susu bumil 1 kali sehari
atau bubur kacang hijau, hindari minum air teh karena dapat mengurangi
penyerapan FE.
- Melakukan kolaborasi dengan dr. H. Ade Taufik. Advis Fe 2 kali 1
tablet/hari.
- Melakukan kolaborasi dengan bagian apotek untuk pemberian terafi oral
dan mengajarkan cara meminum tablet Fe yang baik saat perut kosong
atau malam hari sebelum tidur dengan air putih atau air jeruk. Ibu telah
mendapatkan obat dan mengerti cara meminumnya nanti di rumah.
- Menginformasikan suami sebagai pendamping konsumsi FE ibu di rumah.
Suami bersedia sebagai pendamping konsumsi FE ibu di rumah.
- Memfasilitasi perencanaan kehamilan (P4K). Ibu berencana melahirkan di
bidan Sri Wahyuni, bila ada masalah rujukan ke Puskesmas Tinewati dan
RS SMC, biaya melahirkan BPJS, kendaraan ada roda dua, calon donor
darah ada dua orang, rencana ingin KB IUD.
- Memberikan KIE tentang tanda-tanda persalinan. Ibu mengetahui tanda-
tanda persalinan.
- Menjadwalkan kunjungan pada tanggal 15 April 2022 atau jika ada
keluhan. Ibu setuju dan bersedia datang sesuai jadwal atau jika ada
keluhan.

83
B. ASUHAN PERSALINAN DAN KELUARGA BERENCANA

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN


Ny. R UMUR 26 TAHUN G3P2A0 HAMIL 37 MINGGU 6 HARI
INPARTU KALA I FASE LATEN FISIOLOGIS

Tanggal Pengkajian : 12 April 2022 Waktu


Pengkajian : 13.30 s/d selesai
Tempat Pengkajian : Puskesmas Tinewati
Pengkaji : Sri wahyuni

1. Data Subjektif
Ibu datang jam 13.30 WIB dengan keluhan merasakan mules-mules sejak
tanggal 12 April 2022 jam 05.00 WIB, mules teratur makin lama makin
sering, ada keluar bercak darah, belum keluar air-air. Ini merupakan hamil
ketiga, melahirkan dua kali, tidak pernah keguguran. HPHT 20 Juli 2022
TP 27 April 2022, hamil ini ibu menderita anemia ringan. Makan
terpenuhi 3 kali sehari terakhir jam 12.00, tidak ada pantangan dan alergi,
minum 7-8 gelas/hari terakhir jam 13.00, konsumsi FE 2 tablet/hari, tidak
minum jamu. BAK 5-6 kali/hari terakhir jam 12.30, tidak ada keluhan,
BAB rutin 1kali/hari, terakhir jam 06.00, tidak ada keluhan. Tidur malam
5-6 jam sudah tidak nyaman sering terbangun, tidur siang hari ini tidak
bisa karena sudah ada mules. Aktifitas jalan-jalan disekitar rumah kadang
merangkak . Personal hygine rutin mandi 2 kali/hari terakhir tadi pagi.
Hubungan suami istri terakhir 5 hari yang lalu. Memiliki jaminan
kesehatan PBI. Dukungan suami dan keluarga terhadap kehamilan ini baik.
2. Data Obyektif

Keadaan umum baik, kesadaran Composmentis, Tanda-tanda Vital TD :

130/90 mmHg, N : 87 x/menit, R : 24x/menit, S : 37OC, Pemeriksaan fisik


konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik, leher tidak ada pembesaran

84
kelenjar tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan vena jugularis,
payudara tidak ada nyeri tekan dan benjolan, puting susu menonjol,
colostrum keluar, abdomen tidak ada bekas luka operasi, TFU 33 cm, LP
104 cm, TBBA 3410 gram, Leopold I teraba bagian bulat, lunak, tidak
melenting, Leopold II teraba, sebelah kanan keras, panjang (punggung)
sebelah kanan teraba bagian kecil (ekstremitas), Leopold III teraba
bagian bulat, keras dan melenting (kepala) sudah masuk PAP, Leopold IV
divergen 3/5, DJJ 145 x/menit regular, His 3 x 10’20’’. Ekstremitas atas dan
bawah tidak ada oedem dan varises, reflek patella +/+. VT: v/v tidak ada
kelainan v/t portio tipis lunak, pembukaan 3 cm, selaput ketuban utuh,
kepala H-I, presentasi belakang kepala, bloodshow (+), ekstremitas atas
dan bawah tidak terdapat oedem dan varises. Pemeriksaan penunjang swab
antigen covid 19 non reaktif.
3. Analisa

Ny. R umur 26 tahun G3P2A0 hamil 37 minggu 6 hari inpartu kala I fase
laten Janin tunggal hidup, intra uterin, puka, letak kepala.
4. Penatalaksanaan
- Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan.
Ibu mengerti dan terlihat lebih tenang.
- Memfasilitasi informed consent. Ibu dan suami menyetujui tindakan
pertolongan persalinan dan KB IUD post partum.
- Menginformasikan teknik pengurangan rasa sakit dengan teknik
message counterpressur. Ibu setuju dilakukan counterpressur.
- Melakukan counterpresur untuk mengurang nyeri kala 1. Skala nyeri
ibu berkurang dari skala nyeri 6 menjadi 3.
- Mengajarkan ibu teknik nafas untuk mengurangi kecemasan. Ibu
terlihat lebih tenang.
- Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan makan dan minum. Ibu minum ±
300 cc, makan 1/2 porsi habis.
- Memotivasi ibu untuk tetap mobilisasi dan mengatur posisi sesuai rasa

85
nyaman ibu. Ibu mau jalan-jalan dan tidur miring kiri.
- Mengobservasi kemajuan persalinan dan tanda-tanda vital setiap 4 jam
(kecuali nadi setiap 30 menit), denyut jantung janin (DJJ) dan his tiap 1
jam pada kala I fase laten dan tiap 30 menit pada kala I fase aktif,
kecuali jika ada indikasi, maka dilakukan tiap 30 menit.

Jam 05.00 WIB


1. Data Subjektif
Ibu merasa keluar air-air dan ingin mengedan.
2. Data Objektif
KU baik, tampak gelisah, his 5x10’45’’, DJJ 152x/menit, V/T pembukaan
10 cm, selaput ketuban (-), kepala H-IV, presentasi belakang kepala, UUK
anterior, sisa cairan jernih, kepala nampak di vulva, teknus (+)
3. Analisa
Ny. R umur 26 tahun G3P2A0 37 minggu 6 hari inpartu kala II fisiologis
Janin tunggal hidup, intrauterine, puka, letak kepala
4. Penatalaksanaan

- Memberitahukan hasil pemeriksaan. Ibu mengerti dan terlihat


semangat.
- Memfasilitasi persiapan alat. Alat partus tersedia.
- Mengatur posisi sesuai keinginan ibu. Ibu memilih posisi semi fowler.
- Mengajarkan ibu teknik mengedan yang benar. Ibu dapat mengedan
dengan baik.
- Mendampingi persalinan. Jam 15.10 WIB bayi lahir spontan
pervaginam jenis kelamin laki-laki, langsung menangis, kulit
kemerahan, gerakan aktif.

- Menjaga bayi tetap hangat dan memfasilitasi IMD. Bayi nyaman dan
IMD berhasil pada menit ke 30.

Jam 15.11 WIB


1. Data Subjektif

86
Ibu masih merasa mules
2. Data Objektif

KU baik, TFU sepusat, kontraksi baik, tidak teraba janin kedua, kandung
kemih kosong, tali pusat di depan vulva.
3. Analisa

Ny. R umur 26 tahun P3A0 inpartu kala III fisiologis


4. Penatalaksanaan
- Menginformasikan hasil pemeriksaan dan tindakan selanjutnya. Ibu
mengetahui dan terlihat tenang
- Menyuntikkan oxytosin 1 amp secara IM di paha kanan. Tidak ada
alergi
- Melakukan jepit-jepit potong. Tali pusat bersih tidak terdapat
perdarahan
- Melakukan PTT. Jam 15.20 WIB plasenta lahir spontan lengkap,
berat
±250 gram.
- Melakukan massase uterus. Kontraksi uterus baik
- Mengajarkan ibu massase uterus secara mandiri. Ibu dapat
melakukannya

Jam 15.21 WIB


1. Data Subjektif
Ibu merasa tenang dan lelah
2. Data Objektif
Keadaan umum baik, nadi 98x/menit, tfu setengah sympisis pusat,
kontraksi baik, perdarahan ±200 cc, terdapat laserasi di mukosa vagina,
kandung kemih kosong.
3. Analisa
Ny. R umur 26 tahun P3A0 inpartu kala IV dengan laserasi perineum
derajat 1 dan calon akseptor IUD post plasenta.
4. Penatalaksanaan

87
a. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan tindakan selanjutnya. Ibu
mengetahui kondisinya
b. Memfasilitasi informed consent secara verbal untuk pemasangan IUD.
Ibu telah siap dipasang IUD
c. Memfasilitasi persiapan alat IUD. Alat tersedia lengkap
d. Melakukan pemasangan IUD post plasenta. IUD terpasang
e. Membersihkan ibu dan mengganti pakaian ibu. Ibu merasa nyaman
f. Mengobservasi KU dan TTV dan tanda bahaya kala IV setiap 15 menit
pada jam I dan 30 menit pada jam II, partograf telampir
g. Memotivasi ibu segera melakukan mobilisasi. Ibu sudah dapat turun
dari tempat tidur setelah 2 jam dan dipindahkan ke ruang nifas
h. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan makan dan minum ibu. Ibu
minum ±250 cc makan ¾ porsi
i. Menginformasikan tanda bahaya kala IV pada keluarga dan ibu.
Keluarga mengetahui dan ikut mengawasi kondisi ibu

C. ASUHAN NIFAS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. R UMUR 26 TAHUN
P3A0 POST PARTUM 15 JAM FISIOLOGIS

Tanggal Pengkajian : 13 April 2022


Waktu Pengkajian : 07.00 s/d selesai
Tempat Pengkajian : Puskesmas Tinewati
Pengkaji : Sri wahyuni

1. Data Subjektif
Ibu mengatakan badan terasa pegal-pegal, ASI sudah keluar masih sedikit
warna jernih. Melahirkan tiga kali, keguguran tidak pernah. Riwayat
persalinan di Puskesmas Tinewati tanggal 12 April 2022 jam 15.10 WIB
dengan pemasangan IUD post plasenta, usia kehamilan 37-38 minggu.
Makan 1 porsi habis, tidak ada pantangan. Minum 5-6 gelas sehari, air
putih. Sudah BAK setelah melahirkan sebanyak 2 kali, tidak ada keluhan.

88
BAB belum. Tidur malam ± 5 jam, 2-3 kali terbangun karena harus
menyusu. Tidur siang belum. Selama dirawat di Puskesmas aktifitas ibu
dibantu oleh suami.
2. Data Obyektif
Keadaan umum baik, kesadaran Composmentis, Tanda-tanda Vital TD:
110/70 mmHg, N : 89 x/menit, R : 20x/menit, S : 36,5 OC. Muka tidak
oedem, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik. Leher tidak ada
pembesaran kelenjar thyroid dan vena jugularis. Payudara simetris, tidak
ada nyeri tekan, benjolan, puting susu menonjol, ASI keluar warna jernih.
Abdomen tidak ada bekas luka operasi, TFU 1 jari dibawah pusat,
kontraksi baik, kandung kemih kosong. Ekstremitas atas dan bawah tidak
terdapat oedem dan varises, tanda homan (-). Genitalia terdapat luka luka
lecet bersih, tidak ada tanda infeksi, darah ±10 cc, lochea kemerahan, bau
khas. Anus tidak ada haemorroid.
3. Analisa
Ny. R umur 26 tahun P3A0 post partum 15 jam fisisologis
4. Penatalaksanaan
- Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan.
Ibu mengerti keadaannya.
- Menginformasikan tentang gizi seimbang pada masa laktasi dan cukup
cairan ± 8 gelas sehari. Ibu mengetahui makanan dan minuman yang
dibutuhkan pada masa laktasi
- Menginformasikan jadwal pemberian ASI secara on demand, dan
membangunkan bayi apabila tidur terus lebih dari 2 jam. Ibu
mengetahui bahwa semakin sering menyususi ASI semakin banyak.
- Memotivasi dan mengingatkan ibu tentang ASI eksklusif untuk
bayinya. Ibu berencana akan memberikan ASI eksklusif.
- Mengajarkan senam nifas untuk mengembalikan kebugaran tubuh ibu.
Ibu mampu mempraktekkan senam nifas dengan baik.
- Kolaborasi dengan Dokter untuk pemberian terafi Amoxicillin 3x500
mg, Paracetamol 3x500 mg, Fe 1x1 tablet, Vit A 2 buah
- Mengingatkan tanda bahaya nifas dan menganjurkan segera
memeriksakan diri jika ada keluhan tersebut. Ibu dapat menyebutkan

89
tanda bahaya nifas.
- Menjadwalkan kunjungan nifas ulang pada tanggal 19 April 2021. Ibu
dan suami bersedia.

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. R UMUR 26 TAHUN


P3A0 POST PARTUM 7 HARI FISIOLOGIS

Tanggal Pengkajian : 19 April 2022


Waktu Pengkajian : 08.00 s/d selesai
Tempat Pengkajian : Polindes Cipakat
Pengkaji : Sri wahyuni
1. Data Subjektif
Ibu mengatakan ini kunjungan nifas kedua, tidak ada keluhan. Makan
terpenuhi 3 kali sehari, menu bervariasi, tidak alergi makanan, minum
5-6 gelas sehari, air putih, tidak minum jamu, vitamin habis. BAK 5-6
kali sehari,warna kuning jernih, tidak ada keluhan. BAB rutin 1 kali
sehari, konsistensi lembek, tidak ada keluhan. Tidur malam 4-5 jam, 2-
3 kali terbangun karena harus menyusui dan mengganti popok bayi.
Tidur siang 1 jam. Aktifitas rutin di rumah dan merawat bayi, sudah
melakukan senam nifas. Suami merokok diluar rumah. Dalam merawat
bayi dirumah ibu dibantu oleh suami dan orang tua, ibu telah memiliki
pengalaman dalam mengurus dan menyusui bayi.
2. Data Obyektif
Keadaan umum baik, kesadaran Composmentis, Tanda-tanda Vital TD:
110/87 mmHg, N : 85 x/menit, R : 22x/menit, S : 36,3 OC. Rambut
bersih dan tidak rontok. Muka tidak oedem, konjungtiva merah muda,
sklera tidak ikterik. Leher tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan
vena jugularis. Payudara simetris, tidak ada nyeri tekan, benjolan dan
bendungan ASI, puting susu menonjol, ASI keluar warna putih kental.
Abdomen tidak ada bekas luka operasi, TFU jari diatas pusat, kontraksi
baik, kandung kemih kosong. Ekstremitas atas dan bawah tidak terdapat
oedem dan varises, tanda homan (-). Genitalia terdapat luka lecet

90
kering, tidak ada tanda infeksi, lochea merah kecoklatan, bau khas.
Anus tidak ada haemorroid.
3. Analisa
Ny. R umur 26 tahun P3A0 post partum 7 hari fisiologis
4. Penatalaksanaan
- Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan
diberikan. Ibu mengerti keadaannya.
- Menginformasikan tentang pentingnya istirahat tidur bagi
kesehatan ibu menyususi. Ibu mengetahui pentingnya istirahat dan
tidur dibutuhkan pada masa laktasi
- Memotivasi dan mengingatkan ibu tentang ASI eksklusif untuk
bayinya. Ibu masih memberikan ASI secara eksklusif.
- Menginformasikan tentang pentingnya personal hygiene pada masa
nifas. Ibu mengerti
- Memberikan tablet FE 1x1 tablet sehari dan cara mengajarkan cara
meminumnya. Ibu mengetahui
- Menjadwalkan kunjungan nifas ulang pada tanggal 26 April 2022
atau jika terdapat tanda bahaya. Ibu dan suami bersedia datang
sesuai jadwal.

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. R UMUR 26 TAHUN


P3A0 POST PARTUM 14 HARI FISIOLOGIS

Tanggal Pengkajian : 26 April 2022


Waktu Pengkajian : 08.30 s/d selesai
Tempat Pengkajian : Polindes Cipakat
Pengkaji : Sri wahyuni

1. Data Subjektif
Ibu mengatakan ini kunjungan nifas ketiga, kurang tidur, menyusui bayi
lebih dari 8 kali sehari. Makan terpenuhi 3 kali sehari, menu bervariasi,

91
tidak alergi makanan, minum 5-6 gelas sehari, air putih, tidak minum
jamu, vitamin habis. BAK 4-5 kali sehari,warna kuning jernih, tidak
ada keluhan. BAB rutin 1 kali sehari, konsistensi lembek, tidak ada
keluhan. Tidur malam 4-5 jam, 2-3 kali terbangun karena harus
menyusui dan mengganti popok bayi. Tidur siang 1 jam. Aktifitas rutin
di rumah dan merawat bayi, sudah melakukan senam nifas. Suami
merokok diluar rumah. Dalam merawat bayi dirumah ibu dibantu oleh
suami dan orang tua. Ibu masih memiliki anak balita sehingga
mengganggu waktu istirahat ibu.
2. Data Obyektif
Keadaan umum baik, kesadaran Composmentis, Tanda-tanda Vital TD:
100/88 mmHg, N: 88 x/menit, R : 22x/menit, S : 36,1 OC. Rambut bersih
dan tidak rontok. Muka tidak oedem, konjungtiva merah muda, sklera
tidak ikterik. Leher tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan vena
jugularis. Payudara simetris, tidak ada nyeri tekan, benjolan dan
bendungan ASI, puting susu menonjol, ASI keluar warna putih kental.
Abdomen tidak ada bekas luka operasi, TFU tidak teraba, diastesis rekti
negatif, kandung kemih kosong. Ekstremitas atas dan bawah tidak
terdapat oedem dan varises, tanda homan (-). Genitalia terdapat luka
lecet kering, tidak ada tanda infeksi, tidak ada perdarahan, lochea
kekuningan, bau khas. Anus tidak ada haemorroid.
3. Analisa
Ny. R umur 26 tahun P3A0 post partum 14 hari fisiologis
4. Penatalaksanaan
- Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan
diberikan. Ibu mengerti keadaannya.
- Menginformasikan tentang pentingnya istirahat tidur bagi kesehatan
ibu menyusui dan memotivasi suami untuk berbagi waktu untuk
membantu ibu. Suami mengerti dan akan mencoba membagi
waktunya
- Memotivasi dan mengingatkan ibu tentang ASI eksklusif untuk
bayinya. Ibu masih memberikan ASI secara eksklusif.
- Menginformasikan tentang pentingnya olah raga dan aktifitas fisik

92
bagi ibu nifas. Ibu mengerti
- Memberikan tablet FE 1x1 tablet sehari dan cara mengajarkan cara
meminumnya. Ibu mengetahui
- Menjadwalkan kunjungan nifas ulang dan kontrol IUD pada tanggal
13 Mei 2022. Ibu bersedia datang sesuai jadwal.

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. R UMUR 26 TAHUN


P3A0 POST PARTUM 31 HARI FISIOLOGIS

Tanggal Pengkajian : 13 Mei 2022


Waktu Pengkajian : 09.00 s/d selesai
Tempat Pengkajian : Polindes Cipakat
Pengkaji : Sri wahyuni
1. Data Subjektif
Ibu mengatakan ini kunjungan nifas keempat, tidak ada keluhan,
menyusui bayinya lebih dari 8 kali sehari. Makan terpenuhi 3 kali
sehari, menu bervariasi, tidak alergi makanan, minum 5-6 gelas sehari,
air putih, tidak minum jamu, vitamin habis. BAK 4-5 kali sehari,warna
kuning jernih, tidak ada keluhan. BAB rutin 1 kali sehari, konsistensi
lembek, tidak ada keluhan. Tidur malam 5-6 jam, 2-3 kali terbangun
karena harus menyusui dan mengganti popok bayi. Tidur siang 1 jam.
Aktifitas rutin di rumah dan merawat bayi. Suami merokok diluar
rumah. Dalam merawat bayi dirumah ibu dibantu oleh suami dan orang
tua.
2. Data Obyektif
Keadaan umum baik, kesadaran Composmentis, Tanda-tanda Vital TD:
118/80 mmHg, N: 82 x/menit, R: 24x/menit, S : 36,4OC. Rambut bersih
dan tidak rontok. Muka tidak oedem, konjungtiva merah muda, sklera
tidak ikterik. Leher tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan vena
jugularis. Payudara simetris, tidak ada nyeri tekan, benjolan dan
bendungan ASI, puting susu menonjol, ASI keluar warna putih kental.

93
Abdomen tidak ada bekas luka operasi, TFU tidak teraba, kandung
kemih kosong, diastesis rekti negatif. Ekstremitas atas dan bawah tidak
terdapat oedem dan varises, tanda homan (-). Genitalia tidak ada
perdarahan, lochea merah kecoklatan, bau khas. Anus tidak ada
haemorroid.
3. Analisa
Ny. R umur 26 tahun P3A0 post partum 31 hari fisiologis
4. Penatalaksanaan
- Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan
diberikan. Ibu mengerti keadaannya.
- Memfasilitasi informed consent untuk kontrol dan pemotongan
benang IUD. Ibu bersedia
- Memfasilitasi persiapan alat kontrol IUD. Alat tersedia
- Melakukan kontrol dan potong benang IUD. IUD terpasang dengan
baik dan benang sudah di potong
- Memberikan kartu KB dan memberitahu jadwal lepas IUD pada
tanggal 12 April 2030. Ibu mengetahui
- Menjadwalkan kunjungan ulang IUD 6 bulan kemudian. Ibu
menyetujui.

D. ASUHAN NEONATUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. R
BAYI BARU LAHIR 1 JAM FISIOLOGIS

Tanggal Pengkajian : 12 April 2022


Waktu Pengkajian : 16.10 WIB
Tempat Pengkajian : Puskesmas Tinewati
Pengkaji : Sri Wahyuni

1. Data Subjektif
Identitas
Nama bayi : By Ny.R
Jenis Kelamin : Laki-laki

94
Tanggal lahir : 12 April 2022
Jam Lahir : 15.10 WIB
Riwayat persalinan bayi lahir spontan dengan riwayat ibu kehamilan dan
persalinan ke 3 dengan usia kehamilan 37 minggu 6 hari. Riwayat keluarga
tidak ada yang memiliki penyakit beart, menular dan cacat bawaan. Bayi
sudah IMD selama 1 jam.
2. Data Objektif
Keadaan umum baik, tonus otot kuat, warna kulit kemerahan, nafas
52x/menit, detak jantung 123x/menit, suhu 36,8oC, PB 3500 gram, PB 48
cm LK 33 cm, LD 32 cm, LLA 11 cm. Kepala rambut bersih tidak ada
kotoran, UUK belum menutup, tidak ada caput succedaneum dan cephal
haematom. Muka simetris tidak oedem, mata tidak ada perdarahan,
konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik, reflek eye blink (+). Hidung
tidak ada sekret dan tidak ada nafas cuping hidung. Mulut tidak ada
kelainan, reflek sucking (+), reflek rooting (+), reflek swallowing (+).
Telinga tidak ada kelainan, daun telinga lunak. Leher tidak ada benjolan,
pembesaran kelenjar thyroid dan vena jugularis reflek tonic neck (+). Dada
simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, bunyi nafas tidak ada
ronkhi/wheezing. Abdomen datar tidak kembung, bising usus terdengar,
tali pusat masih basah, kulit kemerahan, reflek moro (+). Ekstremitas atas
simetris, tidak ada kelainan, gerakan aktif. Ekstremitas bawah simetris,
tidak ada kelainan, gerakan aktif, reflek babinsky (+). Genitalia, lubang
penis ada, testis sudah berada pada skrotum, BAK belum, BAB belum.
Lubang anus ada.
3. Analisa
By. Ny. R BBL 1 jam cukup bulan fisiologis
4. Penalataksana
- Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan.
Ibu merasa tenang karena bayinya sehat.
- Memfasilitasi informed consent untuk tindakan yang akan dilakukan.
Ibu dan keluarga menyetujui.
- Memberikan salep mata ocytetracyolin di kedua mata untuk mencegah
infeksi. Tidak ada alergi.

95
- Memberikan suntikan vitamin K1 di paha kiri secara IM dosis 1mg.
Tidak ada alergi.
- Mengganti dan memakaikan pakaian bayi. Bayi nyaman tidak
hypotermi.
- Mengajarkan ibu cara menyusui bayinya. Bayi dapat menyusui dengan
baik.
- Memberikan KIE tentang ASI Eksklusif. Ibu setuju memberikan ASI
secara eksklusif.
- Menginformasikan tanda bahaya BBL. Ibu dan keluarga mengerti dan
ikut memantau kondisi bayi.
- Memberikan imunisasi Hbo di paha kanan secara IM. Jam 17.10 sudah
diberikan, tidak ada alergi.
- Mengobservasi tanda bahaya BBL. Tidak ditemukan adanya tanda
bahaya.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. R


NEONATUS 16 JAM CUKUP BULAN FISIOLOGIS

Tanggal Pengkajian : 13 April 2022


Waktu Pengkajian : 08.00 WIB
Tempat Pengkajian : Puskesmas Tinewati
Pengkaji : Sri Wahyuni
1. Data Subjektif
Identitas
Nama bayi : By Ny. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 12 April 2022
Jam : 15.10 WIB
Menurut ibu, bayi sudah dapat menetek ± 4-5 kali dan sudah BAK 1 kali
tadi malam. BAB belum. Bayi dapat tertidur sebentar bangun lagi, bayi
menangis kuat.

96
2. Data Objektif
Keadaan umum baik, tonus otot kuat, warna kulit kemerahan, nafas
50x/menit, detak jantung 125x/menit, suhu 36,6oC, BB 3500 gram, PB 48
cm LK 33 cm, LD 32 cm, LLA 11 cm. Muka simetris tidak oedem, mata
tidak ada perdarahan, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik.
Hidung tidak ada sekret dan tidak ada nafas cuping hidung. Mulut tidak
ada kelainan, reflek sucking (+). Dada simetris, tidak terdapat retraksi
dinding dada, bunyi nafas tidak ada ronkhi/wheezing. Abdomen datar
tidak kembung, bising usus terdengar, tali pusat masih basah. Ekstremitas
atas simetris, tidak ada kelainan, gerakan aktif. Ekstremitas bawah
simetris, tidak ada kelainan, gerakan aktif. Genitalia tidak ada kelainan,
BAK 1 kali warna kuning jernih, BAB belum.
3. Analisa
By. Ny. R Neonatus 16 jam cukup bulan fisiologis
4. Penatalaksanaan
- Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asauhan yang akan diberikan.
Ibu merasa tenang karena bayinya sehat.
- Memfasilitasi informed consent untuk memandikan bayi. Ibu
menyetujui.
- Memfasilitasi persiapan alat dan tempat untuk memamndikan bayi. Alat
tersedia
- Memandikan bayi dengan menggunakan air hangat dan memakaikan
pakaian bayi. Bayi terlihat nyaman.
- Mengajarkan ibu cara melakukan perawatan tali pusat dirumah. Ibu
mengetahui dan akan melakukan dirumah.
- Mengajarkan ibu cara melakukan perawatan dasar bayi muda selama di
rumah. Ibu memahami cara merawat bayi di rumah.
- Memotivasi pemberian ASI eksklusif secara on demand. Ibu mengerti.
- Menginformasikan tanda bahaya BBL. Ibu dan keluarga mengerti dan
ikut memantau kondisi bayi.
- Memberitahu ibu dan keluarga untuk membatasi kunjungan tamu untuk
melihat bayi untuk menghindari penularan penyakit di masa pandemi.
Ibu dan keluarga mengerti.

97
- Memberihu kunjungan ulang pada tanggal 19 April 2022. Ibu dan
suami bersedia datang sesuai jadwal.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. R


NEONATUS 7 HARI CUKUP BULAN FISIOLOGIS

Tanggal Pengkajian : 19 April 2022


Waktu Pengkajian : 08.00 WIB
Tempat Pengkajian : Polindes Cipakat
Pengkaji : Sri Wahyuni
1. Data Subjektif
Identitas
Nama bayi : By Ny. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 12 April 2022
Umur : 7 hari
Menurut ibu bayi menetek lebih dari 8 kali sehari, kadang ada gumaoh
setelah menetek. BAK lebih dari 5 kali sehari, BAB 2-3 kali sehari, warna
kekuningan, konsistensi lembek. Bayi tidur ± 12-14 jam sehari, menangis
kuat. Bayi diasuh dan dirawat oleh ibu dibantu oleh suami.
2. Data Objektif
Keadaan umum baik, tonus otot kuat, warna kulit kemerahan, nafas
55x/menit, detak jantung 122x/menit, suhu 36,7oC, BB 3650 gram, PB 48
cm LK 33 cm, LD 32 cm, LLA 11 cm. Muka simetris tidak oedem, mata
tidak ada perdarahan, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik.
Hidung tidak ada sekret dan tidak ada nafas cuping hidung. Mulut bersih
tidak ada jamur. Dada simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada,
bunyi nafas tidak ada ronkhi/wheezing. Abdomen datar tidak kembung,
bising usus terdengar, tali pusat sudah lepas, kering tidak ada tanda
infeksi. Ekstremitas atas simetris, tidak ada kelainan, gerakan aktif.
Ekstremitas bawah simetris, tidak ada kelainan, gerakan aktif. Genitalia

98
tidak ada kemerahan dan ruam.
3. Analisa
By. Ny. R Neonatus 7 hari cukup bulan fisiologis.
4. Penatalaksanaan
- Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan.
Ibu merasa tenang karena bayinya sehat.
- Mengingatkan kembali ibu cara melakukan perawatan dasar bayi
muda selama di rumah. Ibu memahami cara merawat bayi di rumah.
- Memotivasi untuk tetap memberikan ASI eksklusif secara on demand.
Ibu mengerti dan berencana tetap memberika ASI secara eksklusif.
- Mengajarkan cara menyendawakan bayi setelah disusui. Ibu dapat
melakukan dengan baik.
- Memberikan KIE tentang pentingnya imunisasi untuk bayi. Ibu
mengerti.
- Memberihu jadwal imunisasi BCG, Polio 1 dan kunjungan ulang pada
tanggal 26 April 2022. Ibu dan suami bersedia datang sesuai jadwal.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. R


NEONATUS 14 HARI CUKUP BULAN FISIOLOGIS

Tanggal Pengkajian : 26 April 2022


Waktu Pengkajian : 09.00 WIB
Tempat Pengkajian : Polindes Cipakat
Pengkaji : Sri Wahyuni
1. Data Subjektif
Identitas
Nama bayi : By Ny. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 12 April 2022
Umur : 14 hari
Menurut ibu bayi menetek lebih dari 8 kali sehari, tidak ada keluhan. BAK
lebih dari 5 kali sehari, BAB 2-3 kali sehari, warna kekuningan,

99
konsistensi lembek. Bayi tidur ± 10-12 jam sehari, menangis kuat. Bayi
diasuh dan dirawat oleh ibu dibantu oleh suami.
2. Data Objektif
Keadaan umum baik, tonus otot kuat, warna kulit kemerahan, nafas
55x/menit, detak jantung 122x/menit, suhu 36,7oC, BB 3800 gram, PB 48
cm LK 33 cm, LD 32,5 cm, LLA 11 cm. Muka simetris tidak oedem, mata
tidak ada perdarahan, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik.
Hidung tidak ada sekret dan tidak ada nafas cuping hidung. Mulut bersih
tidak ada jamur. Dada simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, bunyi
nafas tidak ada ronkhi/wheezing. Abdomen datar tidak kembung, bising
usus terdengar. Ekstremitas atas simetris, tidak ada kelainan, gerakan aktif.
Ekstremitas bawah simetris, tidak ada kelainan, gerakan aktif. Genitalia
tidak ada kemerahan dan ruam.
3. Analisa
By. Ny. R Neonatus 14 hari cukup bulan fisiologis dengan kebutuhan
imunisasi BCG dan Polio.
4. Penatalaksanaan
- Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan.
Ibu merasa tenang karena bayinya sehat.
- Memberiokan KIE tentang manfaat imunisasi BCG dan Polio serta
perubahan pada bekas penyuntikan setelah diimunisasi BCG. Ibu
mengerti
- Memfasilitasi informed consent untuk pemberian imunisasi BCG dan
polio. Ibu menyetujui.
- Memfasilitasi persiapan alat dan tempat. Alat dan tempat tersedia.
- Menyuntikkan imunisasi BCG di tangan kanan bayi. Tidak ada alergi
- Memberikan imunisasi Polio secara oral sebanyak 2 tetes. Tidak ada
alergi.
- Memotivasi ibu untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan
bayinya setiap bulan di posyandu terdekat. Ibu akan datang ke
Posyandu Borolong setiap bulan.

100
- Memberihu jadwal imunisasi selanjutnya pada tanggal 14 juni 2022.
Ibu bersedia datang sesuai jadwal.

101
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk

memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik.

Tindakan yang pertama kali dilakukan di Puskesmas Tinewati yakni

pengumpulan data subjektif yang terdiri dari riwayat keluhan utama, riwayat

kehamilan sekarang riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, riwayat

kesehatan, riwayat KB dan riwayat kebutuhan dasar ibu. Sementara itu,

dilakukan pula pengumpulan data secara objektif yang terdiri dari

pemeriksaan umum ibu dan pemeriksaan fisik.

Menurut Jenni dkk (2014) kualitas pelayanan antenatal yang diberikan

akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi

baru lahir serta ibu nifas. Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga

kesehatan harus dapat memastikan bahwa kehamilan berlangsung normal,

mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil,

melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani

persalinan normal. Pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, sesuai

standar dan terpadu utuk pelayanan antenatal yang berkualitas.

Sebelum dilakukannya asuhan diawali dengan membina hubungan baik

kemudian dilakukan informed consent, seperti peraturan menteri kesehatan

nomor 585 tahun 1989 tentang persetujuan tindakan medik, sesuai Undang-

102
Undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 8 yaitu : “setiap orang

berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk

tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari

tenaga kesehatan”. (Santi S. Etikolegal kebidanan. H-57).

1. Data Subjektif

Berdasarkan fakta umur Ny. R 26 tahun. Menurut penulis pada umur

26 tahun merupakan umur reproduksi yang sehat dan aman dan pada umur

tersebut baik apabila seorang wanita hamil. Pada saat wanita bertambah

usia maka akan mempengaruhi kemampuan rahim untuk menerima bakal

janin (embrio) dan berisiko pada ibu maupun janin yang dikandungnya,

karena terlalu muda umur ibu bisa mengakibatkan kehamilan berisiko

karena belum siapnya uterus sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya

janin, sedangkan umur yang terlalu tua juga akan mengakibatkan

kehamilan berisiko karena sudah menurunnya fungsi alat reproduksi.

Menurut Amirrudin dan Wahyuddin, (2014) umur reproduksi yang sehat

dan aman adalah umur 20 – 35 tahun. Berdasarkan data tersebut makan

terdapat kesamaan antara hasil pengkajian dan teori bahwa umur ibu

tergolong umur reproduksi yang sehat dan aman.

Pada saat melakukan pengkajian pada Ny. R di usia kehamilan

G3P2A0 usia kehamilan 37 minggu 2 hari kunjungan pertama, Ny. R

mengatakan kadang merasa pusing. Menurut Feryanto (2011) Gejala lain

adalah pusing, lemas, cepat lelah, letih, mata berkunang kunang,

mengantuk, selaput lendir , kelopak mata, dan kuku pucat. Gejala yang

103
mungkin timbul pada anemia adalah lemah pucat dan mudah pingsan

walaupun tekanan darah masih dalam batas normal. Menurut penulis hasil

pengkajian dan teori tidak terdapat kesenjangan karena pada ibu yang

mengalami anemia akan mengalami tanda dan gejala yaitu pusing.

2. Data Objektif

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan tinggi badan Ny. R 152 cm.

Menurut penulis tinggi badan ibu merupakan tinggi badan yang normal

pada saat hamil. Ibu hamil yang memiliki tinggi badan yang pendek

kemungkinan mengalami panggul sempit sehingga akan mempengaruhi

proses persalinan. Ketika melahirkan secara normal, panggul akan

langsung melebar, untuk menciptakan lebih banyak ruang bagi bayi agar

dapat melewati panggul. Sedangkan pada ibu dengan ukuran panggul

sempit, besar kemungkinan kepala janin tidak dapat melewati rongga

panggul tersebut. Menurut Romana (2015) seorang ibu yang tinggi

badannya <145, akan menjadi catatan khususnya tenaga kesehatan karena

kemungkinan panggul sempit. Berdasarkan data tersebut terdapat

kesamaan antara hasil pengkajian dan teori menunujukkan bahwa ibu

dalam keadaan normal karena tinggi badan lebih dari 145 cm.

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan kenaikan berat badan ibu

11 kg. kenaikan berat ibu pada saat hamil juga dinilai sangat penting

karena menunjang perkembangan dan kesehatan janin di dalam

kandungan. Menurut Putu dan Yayuk (2019) Kenaikan berat badan normal

pada waktu hamil adalah 0,5 kg per minggu mulai trimester kedua.

104
Kenaikan berat badan normal mencapai 12-15 kg. berdasarkan data

tersebut terdapat kesenjangan antara teori dan hasil pengkajian bahwa ibu

dalam kenaikan berat badan masih tergolong rendah yang seharusnya

kenaikan 12-15 kg tapi Ny. R hanya 11 kg.

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan LILA Ny. R 27 cm. Ukuran

LILA pada ibu menentukan status gizi pada ibu hamil. LILA merupakan

cara pegukuran yang efisien dan efektif untuk mengetahui resiko

kekurangan energy kronik yang lebih banyak terjadi pada wanita. Status

gizi yang normal sangat penting bagi ibu hamil karena memperkecil

kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pada saat hamil. Menurut

penelitian Luthfiyati (2015) Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang

mempunyai ukuran LILA <23.5cm. berdasarkan data tersebut terdapat

kesamaan antara hasil pengkajian dan teori dimana ibu tidak mengalami

KEK karena LILA melebihi dari 23,5 cm.

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan Conjungtiva Ny. R agak

pucat. Ibu hamil memerlukan lebih banyak sel darah untuk mendukung

perkembangan janin apabila hal tersebut kurang maka oksigen yang

disalurkan pada jaringan tubuh dan janin menjadi terbatas sehingga akan

timbul tanda dan gejala yang menunjukkan bahwa ibu dalam kekurangan

sel darah. Menurut Feryanto (2011) Gejala yang timbul adalah pusing,

lemas, cepat lelah, letih, mata berkunang kunang, mengantuk, selaput

lendir , kelopak mata, dan kuku pucat. Gejala yang mungkin timbul pada

anemia adalah lemah pucat dan mudah pingsan walaupun tekanan darah

105
masih dalam batas normal. Berdasarkan data tersebut terdapat kesamaan

antara hasil pengkajian dan teori bahwa tanda dan gejala pada anemia

salah satunya yaitu conjungtiva pucat dan itu terdapat pada Ny. R.

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan TFU Ny. L 32 cm.

mengukur TFU yaitu untuk melihat perkembangan dan pertumbuhan janin

sesuai dengan usia kehamilan. TFU yang berlebihan atau yang kekurangan

akan berdampak terhadap ibu dan janin. Menurut Martin (2011) pada usia

kehamilan 37-38 minggu ukuran TFU 36-40 cm dan pada usia kehamilan

40 minggu ukuran TFU 38-42 cm. Menurut saifuddin (2014) dengan

pengukuran Mc.Donald yang menyebutkan bahwa ukuran tinggi fundus

uteri ± 2 cm dari usia kehamilan dalam minggu. Berdasarkan data tersebut

terdapat kesenjangan antara hasil pengkajian dan teori dimana TFU Ny. R

masih tergolong rendah karena TFU hanya 31 cm dengan TBBJ 2945

gram.

Berdasarkan data yang didapatkan bahwa Ny. R telah melakukan

pemeriksaan laboratorium pada tanggal 12 April 2022 di Puskesmas

Tinewati hasilnya yaitu hemaglobin 10,7 gr%. Kebutuhan tubuh ibu akan

zat besi meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Selama

masa kehamilan, tubuh ibu akan memproduksi lebih banyak darah demi

mendukung perkembangan janin didalam kandungan ibu. Jika ibu tidak

mendapatkan zat besi yang cukup atau nutrisi penting lainnya, maka tubuh

ibu tidak akan mampu memproduksi sel darah merah. Pada ibu hamil yang

tidak memiliki sel darah merah yang cukup sehat maka untuk mengangkut

106
oksigen ke jaringan ibu dan kepada janin akan tehambat. Menurut

Waryana (2010) yang bersumber WHO kadar Hb 9-10 gr% termasuk

dalam anemia ringan. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa Ny.

R dalam keadaan anemia ringan.

3. Analisa

Berdasarkan pengkajian data subjektif ibu mengatakan HPHT

tanggal 20 Juli 2021, ini merupakan kehamilan ketiga dan belum pernah

keguguran. Hasil usia kehamilan dilihat dengan menggunakan rumus

neagle, mulai dari tanggal hari pertama haid terakhir sampai tanggal

pengkajian (Putu dan Yayuk, 2019). Berdasarkan pengkajian data objektif

didapatkan hemoglobin ibu yaitu 10,7 gr% dan ini merupakan anemia

ringan. Sehingga analisa pada Ny. R adalah G3P2A0 usia kehamilan 37

minggu 2 hari dengan anemia ringan.

4. Penatalaksanaan

Memberikan KIE makanan yang bergizi seimbang. Penanggulangan

anemia (Sulistioningsih,2011), meningkatkan konsumsi makanan bergizi,

perhatikan komposisi hidangan setiap kali makan dan makan makanan

yang banyak mengandung besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan,

ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua,

kacang-kacangan, tempa). Perlu juga makan sayur-sayuran dan buah-

buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong,

bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk

meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus. Semakin banyak

107
kandungan vitamin C dalam makanan, maka penyerapan zat besi oleh

tubuh juga akan semakin meningkat. Pesan lainnya adalah untuk tidak

memasak makanan terlalu matang, karena dapat merusak vitamin C yang

terkandung dalam makanan tersebut. Buah-buahan memiliki kandungan

vitamin C yang cukup tinggi, salah satunya yaitu buah naga. Berdasarkan

penelitian Soleha, dkk (2020) jus buah naga berpengaruh terhadap

peningkatan kadar haemoglobin ibu hamil, karena buah naga mengandung

zat besi dan vitamin C dalam jumlah tinggi yang membantu meningkatkan

jumlah hemoglobin secara substansial selama kehamilan. Pada penelitian

yang dilakukan oleh Fitriani, dkk (2017) di dapatkan hasil bahwa

pemberian jus jambu dapat meningkatkan kadar hemoglobin karena jambu

biji diketahui mengandung asam askorbat 2 kali lipat dari jeruk yaitu

sekitar 87 mg/100 gram jambu biji. Penelitian Retrorini, dkk. (2017)

menyebutkan bahwa sari kacang hijau dapat meningkatkan kadar

haemoglobin pada ibu hamil anemia, karena kacang hijau mengandung

sebanyak 6,7 mg per 100 gram, paling banyak terdapat pada embrio dan

kulit bijinya (Astawan, 2009). Mengkonsumsi dua cangkir kacang hijau

setiap hari berarti mengkonsumsi 50% kebutuhan besi setiap hari yaitu 18

mg dan dapat meningkatkan kadar hemoglobin selama 2 minggu (Hellty,

2008). Makanan yang berasal dari nabati meskipun kaya akan zat besi,

namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus. Menurut

penulis ibu yang mengalami anemia harus lebih memperhatikan pola

108
makanan yang sehat dan diutamakan makan makanan yang dapat

meningkatkan sel darah.

Memberikan KIE tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan.

Menurut penulis ibu hamil harus mengetahui tanda-tanda bahaya pada

kehamilan agar mengerti dan dapat bertindak apabila mendapatkan tanda-

tanda bahaya pada ibu hamil. Menurut Putu dan Yayuk (2019) tanda

bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya

bahaya ayang dapat terjadi selama kehamilan, yang apabila tidak

dilaporkanatau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian.

Menganjurkan kepada ibu untuk meningkatkan mengkonsumsi tablet

penambah darah dengan memberikan tablet fe 2x1 selama kehamilan.

Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum tablet

tambah darah (tablet besi/ tablet tambah darah) (Sulistioningsih,2011).

Menurut penulis ibu yang mengalami anemia ringan harus meningkatkan

mengonsumsi tablet fe agar hemoglobin dalam tubuh ibu dapat memenuhi

sesuai kebutuhan. Fungsi lain meningkatkan hemoglobin bagi ibu yang

anemia kemungkinan dapat mengalami risiko baik pada kehamilan,

persalinan dan nifas.

Memberikan KIE tentang P4K. Menurut Putu dan Yayuk (2019)

Dalam P4K dengan stiker bidan diharapkan berperan sebagai fasilitator

dan dapat membangun komunikasi persuasif dan setara di wilayah

kerjanya agar dapat terwujudnya kerjasama dengan ibu, keluarga dan

masyarakat sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kesehatan ibu dan

109
bayi baru lahir. Menurut penulis pada ibu hamil penting mengetahui P4K

karena banyak kegunaan dari P4K untuk ibu, keluarga, bidan dan

masyarakat di wilayah tersebut

Memberikan KIE tentang tanda awal persalinan. Menurut Yuni dan

Widy (2018) tanda-tanda awal persalinan timbulnya his persalinan, bloody

show. Menurut penulis ibu harus mengerti tanda-tanda awal dari

persalinan agar ibu bisa mendapatkan tindakan medis dengan cepat apabila

sudah memasuki proses persalinan.

Memberikan KIE tentang kontrasepi. Menurut Walyani dan

Purwoastuti (2015) Aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga

berencana (KB). Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu

klien dalam memilih dan memutuskan kontrasepsi yang akan digunakan

sesuai dengan pilihannya. Dalam melakukan konseling, khususnya bagi

calon klien KB yang baru, hendaknya diterapkan enam langkah yang

sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Tidak perlu dilakukan

berurutan karena petugas harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan

klien. Menurut penulis ibu harus mempunyai perencana KB agar menunda

atau memberhentikan kehamilan agar terhindar kehamilan terlalu dekat

atau terlalu banyak.

Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara

rutin. Menurut Indrayani (2011) Kunjungan ulang dijadwalkan setiap 4

minggu sampai usia kehamilan 28 minggu, selanjutnya setiap 2 minggu

sampai usia kehamilan 36 minggu dan seterusnya setiap minggu sampai

110
masa persalinan. Menurut penulis ibu harus melakukan pemeriksaan rutin

terhadap kehamilannya untuk mendeteksi dini adanya kompliksi terhadap

kehamilannya.

B. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


1. Kala I
Dilakukan anamnesa pada Ny. R pada jam 13.30 dan mengatakan
sudah merasakan mules sejak jam 05.00, masih merasakan gerakan janin
dan belum merasakan keluar air-air. Menurut penulis hal tersebut
merupakan hal yang fisiologis pada ibu bersalin karena mules yang
dirasakan akan membantu pada proses persalinan. Pada saat kontraksi otot
Rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri
menjadi lebih kecil mendorong janin dan kantong amnion kearah bawah
Rahim dan serviks. Kontraksi inilah yang akan membantu mendorong bayi
untuk lahir ke dunia. Menurut Yuni dan Widy (2018) Tahapan persalinan
di mulai dari his atau mules persalinan yang pertama sampai pembukaan
serviks lengkap.
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan TFU berada 3 jari di bawah
prosesus xyphoid, teraba bokong pada fundus, punggung kanan, presentasi
kepala, sudah masuk PAP dengan penurunan janin 3/5, TFU menurut Mc.
Donald 32 cm. menurut Ajeng (2012) TFU pada usia 38 minggu yaitu 3
jari di bawah prosesus xyphoid. Menurut Martin (2011) pada usia
kehamilan 38 minggu ukuran TFU 36-40. Menurut saifuddin (2014)
dengan pengukuran Mc.Donald yang menyebutkan bahwa ukuran tinggi
fundus uteri ± 2 cm dari usia kehamilan dalam minggu. Menurut penulis
terdapat kesenjangan antara teori dan hasil pengkajian dimana pada TFU
ibu tergolong rendah.
Dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil yaitu v/t v/v t.a.k portio
tipis ∅ 3 cm ket + presentasi kep bloodslym + H III. Menurut Dita (2014)
hal-hal yang perlu dinilai pada saat pemeriksaan dalam adalah Vulva

111
vagina, Konsistensi Portio, Pembukaan serviks, Air ketuban, Presentasi.
menurut Yuni dan Widy (2018) pada fase laten, yaitu fase pembukaan
dari pembukaan 1 cm sampai 3 cm selama 8 jam. Menurut penulis
berdasarkan data tersebut terdapat kesamaan antar hasil pengkajian dan
teori bahwa pada saat pemeriksaan dalam, ada hal yang penting untuk
dinilai demi kelangsungan proses persalinan.
Untuk fase aktif tidak dilakukan pemeriksaan dalam, karena sebelum
waktu observasi pemeriksaan dalam jangka wakyu 3 jam, ibu telah
merakan keinginan untuk mengedan disertai keluar air-air.
2. Kala II
Berdasarkan hasil asuhan pada Ny. R didapatkan data subjektif , ibu
merasakan adanya dorongan untuk meneran dan sudah keluar air-air.
Menurut Yuni dan Widy (2018) perubahan pada kala II bahwa pasien
merasakan adanya dorongan untuk meneran. Menurut penulis berdasarkan
data tersebut terdapat kesamaan antara hasil pengkajian dan teori bahwa
terdapat dorongan meneran pada kala II. Hal ini dikarenakan adanya his
yang semakin sering dan teratur sehingga ada keinginan untuk meneran.
Dan pecahnya ketuban merupakan salah satu indikasi dilakukannya
pemeriksaan dalam dalam untuk menentukan ada atau tidaknya bagian
bayi yang menumbung.
Berdasarkan data objektif didapatkan perineum menonjol, vulva dan
vagina membuka. DJJ terdengar jelas di kuadran kanan bawah perut ibu
dengan frekuensi 152 x/menit, His 5 kali dalam 10 menit lamanya 45
detik, pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 10 cm, ketuban sudah
pecah, presentasi uuk depan, penurunan hodge III+, tidak ada molase.
Menurut Indrayani (2011) DJJ yang normal berkisar 120-160 kali/ menit.
Menurut Yuni dan Widy (2018) tanda-tanda kala II yaitu His menjadi
lebih kuat, kontraksinya selama 50-100 detik, datangnya tiap 2 -3 menit.
Menurut penulis berdasarkan data tersebut terdapat kesamaan antara hasil
pengkajian dan teori.

112
Pada persalinan kala II Ny. R berlangsung selama 10 menit. Pada
saat persalinan tidak didapatkan penyulit dan pasien mendapatkan asuhan
bimbingan meneran, pertolongan persalinan dan IMD. Menurut (APN,
2016) pada kala II diberikan asuhan bimbingan meneran, pertolongan
persalinan dan IMD. Jam 15.10 WIB bayi lahir spontan tunggal, menangis
kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot aktif. Menurut Yuni dan Widy
(2018) Lama kala II pada primi 2 jam pada multi 1 jam Menurut Ai dan
Lia (2019) Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa
tanda antara lain: reaksi terhadap rangsang menangis kuat. Menurut
penulis terdapat kesamaan antara hasil pengkajian dan teori karena pada
proses kala II Ny. L masih dalam keadaan normal karena berlangsung
selama 30 menit dan bayi langsung menangis. Menurut Yuni dan Widy
(2018) Pengeluaran Tahap persalinan kala II ini dimulai dari pembukaan
lengkap sampai lahirnya bayi. Menurut penulis berdasarkan data tersebut
terdapat kesamaan antara hasil pengkajian dan teori.
3. Kala III
Berdasarkan pengkajian asuhan kebidanan pada kala III Ny. L
didapatkan data subjektif ibu masih merasakan mules dan pada data
objektif didapatkan kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar) tinggi
fundus uteri setinggi pusat, adanya semburan darah, tali pusat memanjang,
uterus membundar. Menurut Yuni dan Widy (2018) Setelah anak lahir his
berhenti sebentar, tetapi setelah beberapa menit timbul lagi disebut “his
pengeluaran uri” yaitu his yang melepaskan uri sehingga terletak pada
segmen bawah rahim (SBR) atau bagian atas dari vagina. tanda-tanda
pelepasan plasenta adalah terjadi semburan darah secara tiba-tiba karena
pecahnya penyumbat retro plasenter saat plasenta pecah, terjadi perubahan
uterus menjadi globuler, tali pusat memanjang. Melakukan penyuntikan
okxitosin, melakukan peregangan tali pusat terkendali. Jam 05.20 WIB
plasenta lahir spontan lengkap, masase uterus selama 15 detik. Menurut
Yuni dan Widy (2018) manajemen aktif kala III yaitu melakukan
pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, masase fundus uteri

113
Berdasarkan data tersebut menurut penulis terdapat kesamaan antara hasil
pengkajian dan teori.
4. Kala IV
Berdasarkan data pengkajian asuhan kebidanan pada kasus Ny. L
dengan perlangsungan kala IV didapatkan data subjektif ibu merasa lemas
setelah persalinannya serta pada data objektif di dapatkan kontraksi uterus,
keras kandung kemih tidak penuh, pendarahan positif sedikit ±200 cc.
terdapat laserasi derajat (kulit perineum) pendarahan tidak aktif. Menurut
Yuni dan Widy (2018) asuhan pada kala IV fundus dan kontraksi dalam
hal ini sangat penting untuk memperhatikan tingginya fundus uteri dan
kontraksi uterus dalam keadaan keras, pengeluaran pervaginam batas
normal pendarahan adalah 100-300 ml, kandung kemih yakinkan bahwa
kandung kemih kosong. Robekan pada derajat 1 terjadi pada mukosa
vagina, vulva bagian depan, dan kulit vagina. Pada derajat 1, robekan ini
kalau tidak terlalu besar, tidak perlu dijahit. Berrdasarkan hasil pengkajian
jumlah perdarahan dan kontraksi uterus dalam batas normal, 10 menit
sesudah lahirnya plasenta dilakukan pemasangn IUD post plasenta sesuai
informed choice dan imformed consent ysng telah disetujui oleh ibu dan
suami pada saat awal masuk ruangan.
Melakukan observasi TTV, kontraksi, kandung kemih setiap 15
menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam ke dua dan
melengkapi patograf. Menurut Yuni dan Widy (2018) selama kala IV,
pemantauan dilakukan selama 15 menit pada jam pertama dan 30 pada jam
ke dua. Masa 1-2 jam setelah plasenta lahir. Dalam klinik, atas
pertimbangan-pertimbangan praktis masih diakui adanya Kala IV
persalinan, meskipun masa setelah plasenta lahir adalah masa dimulainya
masa nifas (puerperium), mengingat pada masa ini sering timbul
perdarahan. Tujuan utama penggunaan patograf adalah untuk mencapai
hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui VT dan untuk mendeteksi dini. Berdasarkan data tersebut
menurut penulis terdapat kesamaan antara hasil pengkajian dan teori.

114
C. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
Kunjungan pada masa nifas Ny. R dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu
dalam 15 jam, 7 hari, 14 hari, dan 31 hari.
1. Kunjungan nifas 1
Pada kunjungan nifas pertama yaitu yang dilakukan pada tanggal 13
April 2022, 15 jam postpartum didapatkan ibu sudah dapat mobilisasi dini
yaitu miring kanan dan kiri dan sudah dapat turun dari temapt tidur.
Mengatakan badan terasa pegal-pegal, colostrum positif dan dapat
menyusui bayinya dengan baik, kontraksi uterus baik, kandung kemih
tidak penuh, pendarahan positif sedikit dan lochea rubra. Ibu sudah dapat
memenuhi nutrisi yaitu makan dan minum dan melanjutkan terapi dari
bidan.
Menurut Putu dan Yayuk (2019) ibu postpartum dianjurkan untuk
memulai mobilisasi desegera mungkin, dimulai dengan miring kanan/kiri
dan selanjutnya bangun dari tempat tidur. Lochea pada 1-3 hari yaitu rubra
berwarna merah kehitaman. Ciri-cirinya terdiri dari sel desidua, verniks
caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah. Pada kunjungan
pertama 6 jam-2 hari post partum, asuhan yang dapat dilakukan yaitu
mencegah pendarahan masa nifas oleh karena atonia uteri, mendeteksi dan
perawatan penyebab lain pendarahan serta melakukan rujukan bila
pendarahan berlanjut, memberikan konseling pada ibu dan keluarga
tentang cara mencegah pendarahan yang disebabkan atonia uteri,
pemberian asi awal, mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu
dan bayi baru lahir, menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan
hipotermi, setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan
harus menjaga ibu dan bayi. Menurut Yuni dan Widy (2018) ibu mungkin
akan menurunkan kesulitan untuk berinteraksi setelah lahir karena ia
mengalami kelelahan saat menghadapi persalinan.
2. Kunjungan Nifas ke 2
Kunjungan nifas yang kedua dilakukan pada tanggal 19 Desember
yaitu 7 hari postpartum. Ibu mengatakan tidak ada keluhan, tanda-tanda

115
vital dalam batas normal, bayi dapat menyusui dengan baik, TFU 1 jari di
atas simpisis, kandung kemih tidak penuh dan lochea sanguelenta.
Menurut Putu dan Yayuk (2019) Memastikan involusi uterus
berjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, TFU di bawah
umbilikus, tidak ada pendarahan abnormal, menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi dan pendarahan, memastikan ibu mendapatkan istirahat
yang cukup, memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi dan
cukup cairan, memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak
ada tanda-tanda kesulitan menyusui, memberikan konseling tentang
perawatan bayi baru lahir. Pada ibu nifas 3-7 hari lochea sanguilenta
berwarna putih bercampur merah dengan ciri-ciri sisa darah bercampur
lender. Menurut penulis berdasarkan hasil pengkajian dan teori tidak ada
kesenjangan, proses involusi berjalan dengan baik.
3. Kunjungan nifas ke 3
Kunjungan nifas ketiga dilakukan pada tanggal 26 April 2022,
postpartum 14 hari. Hasil pengkajian didapatkan ASI lancar, TFU tidak
teraba, lochea alba, tidak ada tanda-tanda infeksi, ibu sudah dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi dan personal hygiene.
Menurut Putu dan Yayuk (2019) kunjungan ketiga yaitu 2 minggu
post partum. Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan
yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum, >14 hari lochea alba
berwarna putih dengan ciri-ciri mengandung leokosit, selaput lendir
serviks dan serabut jaringan yang mati. Pemberian informasi untuk
kunjungan ulang dan pemeriksaan KB IUD di kunjungan nifas keempat.
untuk memastikan IUD terpasang dengan baik. Berdasarkan hasil
pengkajian dan teori menurut penulis tidak terdapat kesenjangan.
4. Kunjungan Nifas ke 4
Kunjungan nifas keempat dilakukan pada tanggal 13 Mei 2022,
postpartum 31 hari. Asuhan yang diberikan yaitu menanyakan penyulit-
penyulit yang dialami ibu selama masa nifas dan kontrol dan pemotongan
benang IUD. Tanda-tanda vital dalam batas normal, pemberian ASI lancar

116
dan kebutuhan nutrisi dan istirahat ibu sudah terpenuhi. Menurut Putu dan
Yayuk (2019) pada kunjungan keempat 6 minggu postpartum asuhan yang
dapat diberikan menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama
masa nifas, memberikan KB secara dini. Berdasarkan data tersebut
menurut penulis tidak ada kesenjangan antara hasil pengkajian dan teori.

D. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir


1. Kunjungan Pertama Bayi Baru Lahir
Berdasarkan hasil pengkajian jam 15.10 bayi lahir spontan, menangis
kuat, warna kulit kemerahan. Berat badan 3500 gram, panjang badan 48
cm, lingkar Kepala 33 cm, Lingkar Dada 33 cm, Lingkar lengan 11 cm..
Menurut buku saku pelayanan kesehatan neonatal esensial kemenkes RI
(2010) penilai awal pada bayi baru lahir adalah Apakah bayi menangis
atau bernapas/tidak megap-megap? Apakah tonus otot bayi baik/bayi
bergerak aktif? Menurut Ai Yeyeh dan Lia (2019) penilai bayi baru lahir
yaitu warna kulit, frekuensi jantung, reaksi terhadap rangsang, tonus otot
dan nafas. Menurut Isnaini (2019) pada bayi baru lahir normal berat badan
2500-4000 gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar kepala 33-35 cm,
lingkar dada 30-38 cm. Berdasarkan data tersebut menurut penulis tidak
terdapat kesenjangan antara hasil pengkajian dan teori.
Dilakukan IMD selama 1 jam, pencegahan hipotermi, bayi
mendapatkan vitamin K dan salep mata. Menurut Ai dan Lia (2019)
Sentuhan kulit dengan kulit mampu menghadirkan efek psikologis yang
dalam di antara ibu dan anak. Penelitian membuktikan bahwa ASI
eksklusif selama 6 bulan memang baik bagi bayi. Satu jam pertama
setelah bayi dilahirkan, insting bayi membawanya untuk mencari putting
sang ibu. Mekanisme pengaturan temperatur bayi baru lahir belum
berfungsi sempurna . oleh karena itu, jika tidak dilakukan pencegah
kehilangan panas maka bayi akan mengalami hipotermia. Memberikan
suntikan vitamin K untuk mencegah perdarahan karena defisiensi vitamin
K pada bayi baru lahir. Bayi perlu diberikan vitamin K parenteral dosis

117
dengan dosis 0,5-1 mg I.M. Perawatan mata 1 jam pertama setelah lahir
dengan obat mata eritromicin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk mencegah
infeksi mata karena klamidia. Berdasarkan data tersebut menurut penulis
tidak terdapat kesenjangan, asuhan telah diberikan sesuai dengan teori.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan tanda-tanda vital bayi Ny.R
yaitu frekuensi Jantung : 125 kali/ menit, frekuensi Nafas : 50 kali/menit,
suhu : 36,6 0
C. Menurut penulis bayi baru lahir tersebut dalam batas
normal. Dilakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa bayi tersebut
dalam batas normal. Menurut Isnaini (2019) frekuensi denyut jantung 120-
160x/menit, pernafasan 40-60x/menit, Menurut Ai dan Lia (2019)
Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 37,50C) atau terlalu dingin
(kurang dari 36,50C).
Kunjungan pertama neonatus dilakukan 15 jam postpartum. Hasil
pengkajian didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak terdapat
kemerahan pada area pusat dan tali pusat masih basah dan bayi dapat
menyusu dengan baik serta memandikan bayi pada kunjungan 15 jam
postpartum. Menurut Kristiyanasari (2010) pada KN 1 asuhan yang dapat
dilakukan jaga kesehatan tubuh bayi, observasi tanda – tanda vital,
lakukan pemeriksaan fisik pada neonates, lakukan perawatan tali pusat,
evaluasi kemampuan menyusui bayi. Mengutip laman resmi Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI), bayi sebenarnya baru boleh dimandikan 6 jam
setelah dilahirkan.
2. Kunjungan kedua Bayi Baru Lahir
Kunjungan kedua dilakukan pada tanggal 19 April 2022 yaitu pada
usia bayi 7 hari. Hasil pengkajian tanda-tanda vital bayi dalam batas
normal, bayi dapat menyusu dengan baik, asuhan yang diberikan dalam
kunjungan ini yaitu memberikan konseling tentang pentingnya ASI pada
bayi hingga usia 6 bulan tanpa makanan tambahan. Menurut Kristiyanasari
(2010) pada KN 2 asuhan yang dapat dilakukan pemeriksaan tanda- tanda
bahaya pastikan bayi mendapat ASI yang cukup lakukan konseling terhadap
ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif. Menurut Putu dan Yayuk

118
(2019) ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI saja tanpa
memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai 6
bulan, kecuali obat dan vitamin. Menurut penulis tidak terdapat kesenjangan
antara hasil pengkajian dan teori.
3. Kunjungan Ketiga Bayi Baru Lahir
Kunjungan kedua dilakukan pada tanggal 26 april 2022 yaitu pada
usia bayi 14 hari. Hasil pengkajian bayi dapat menyusu dengan baik dan
tidak terdapat tanda bahaya atau gejala sakit. Asuhan yang diberikan pada
kunjungan tersebut yaitu memberikan konseling tentang pentingnya
imunisasi lengkap pada bayi. Menurut Kristiyanasari (2010) pada KN 2
asuhan yang dapat dilakukan memastikan apakah bayi mendapatkan ASI
yang cukup, memberitahu ibu agar bayi harus mendapatkan imunisasi.
Menurut Ai dan Lia (2019) tujuan dari pemberian imunisasi untuk
mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu, apabila terjadi penyakit
tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat
menimbulkan cacat dan kematian. Menurut penulis tidak terdapat
kesenjangan antara hasil pengkajian dan teori.

E. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana


Asuhan kebidanan keluarga berencana dilakukan pada tangal 12 April
2022, 10 menit setelah kala III persalinan. Berdasarkan konseling yang telah
dilakukan pada saat ANC trimester III, Ibu dan suami telah setuju memilih
kontrasepsi IUD. Karena tidak kan mengganggu produksi ASI, ibu tidak
pernah menderita pendarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya,
tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan yang mengganggu kerja hormon,
tidak sedang menderita penyakit akut, tidak mempunyai riwayat penyakit
jantung, tidak mempunyai riwayat tekanan darah tinggi dan tidak mempunyai
riwayat tromboemboli. Dilakukan pemeriksaan kondisi kontraksi uterus dan
perdarahan pada kala IV dalam batas normal. Keuntungan pengguna KB
suntik yaitu sangat efektif, pencegah kehamilan jangka panjang, tidak
berpengaruh pada hubungan seksual, tidak mengandung estrogen sehingga

119
tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan
darah, tidak mempengaruhi ASI, efek samping sangat kecil, (Sulistyawati,
2013). Berdasarkan data tersebut menurut penulis tidak ada kesenjangan
antara hasil pengkajian dan teori, dan ibu dapat menggunakan kontrasepsi
suntik 3 bulan. Menjadwalkan kunjungan ulang tanggal 23 April 2020.
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) Kunjungan ulang, perlu dilakukan
kunjungan ulang untuk dilakukan pemeriksaan atau permintaan kontrasepsi
jika dibutuhkan.
Berdasarkan uraian di atas yang dimulai dari kehamilan, persalinan, nifas,
neonatus dan KB, didapatkan bahwa ibu dalam keadaan anemia ringan yang
kemungkinan dapat menyebabkan komplikasi pada kehamilan, persalinan, bayi
dan nifas dimna pada asuhan Ny. R didapatkan lama Kala 1 lebih lambat 2 jam
apabila dibandingkan teori, sehingga diperlukan perencanaan persalinan untuk
mencegah terjadinya keterlambatan penanganan komplikasi yang tidak
diharapkan, pemilihan tempat persalinan bagi ibu hamil anemia di Puskesmas
merupakan salah satu upaya pencegahan ketelambatan penanganan apabila saat
proses persalinan terjadi komplikasi salah satunya yaitu perdarahan post partum.

120
121
122

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan asuhan kebidanan secara berkelanjutan (continiuty
care) pada Ny. R mulai dari masa hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan
KB di dapat kesimpulan sebagai berikut :
1. Kunjungan yang dilakukan pada Ny. R selama kehamilan trimester III
adalah 2 kali dan sudah memenuhi standar minimal kunjungan kehamilan,
dan standar asuhan yang sudah diterima oleh Ny. R sudah memenuhi
standar asuhan. Dalam melakukan asuhan pada Ny. R didapatkan bahwa
ibu dalam keadaan anemia ringan sehingga di sarankan ibu untuk makan
makanan penambah haemoglobin.
2. Asuhan kebidanan pada persalinan Ny. R tanggal 12 April 2022. Asuhan
yang didapat selama kala I sampai kala IV sudah sesuai dengan asuhan
persalinan. Persalinan Kala I terjadi selama 10 jam lebih lama 2 jam dari
lama Kala 1 multigravida dalam teori selama 8 jam, Kala II berlangsung
selama 10 menit, kala III berlangsung selama 10 menit, bayi lahir spontan,
menangis kuat, IMD berhasil dan tidak dijumpai penyulit ataupun
komplikasi.
3. Kunjungan nifas pada Ny. R dilakukan sebanyak 4 kali. Selama
memberikan asuhan nifas pada Ny. R tidak ditemui adanya penyulit dan
komplikasi. Keadaan umum ibu baik, proses involusi berjalan normal, ibu
sudah diajari cara perawatan payudara, tetap memberikan ASI sampai 6
bulan tanpa makanan tambahan lainnya dan tetap rutin memeriksa
pertumbuhan dan perkembangan bayi di posyandu.
4. Asuhan pada BBL dilakukan sebanyak 4 kali. Selama memberikan asuhan,
tidak ditemukan penyulit ataupun komplikasi. Tali pusat tidak ditemui
perdarahan atau pun infeksi, bayi tetap diberi ASI eksklusif dan bayi
menyusu kuat.

122
5. Asuhan KB dilakukan dengan memberikan konseling alat kontrasepsi
kepada ibu pada saat ANC trimester III . Ny. R memutuskan untuk
menjadi akseptor IUD dengan informed consent KB IUD sudah diberikan
ketika ibu masuk ke ruang persalinan.

B. SARAN
1. Bagi Bidan
Disarankan bagi bidan untuk meningkatkan tindakan yang diberikan
pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB agar terhindar dari
komplikasi saat kehamilan, persalinan, nifas, neonatus dan KB.
2. Bagi Klien
Disarankan bagi klien dapat mengambil suatu keputusan atau sikap
sesuai dengan masalah, serta selalu melaksanakan saran-saran yang telah
diberikan bidan atau petugas kesehatan.
3. Bagi Instansi Pelayanan
Disarankan fasilitas kesehatan untuk bisa ikut serta dalam pelayanan
kesehatan dan dapat mengadakan program-program untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan terutama pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan
KB.
4. Bagi Instansi Pendidikan
Disarankan teori sesuai evidance base dapat disesuaikan dengan
kasus nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil
bersalin, nifas, neonatus dan KB.

123
124
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta:


Depkes RI Jakarta.
Fitriana, dkk. (2018). Asuhan Persalinan Konsep Persalinan Secara
Komprehensif Dalam Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Handayani, dkk. (2010). Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Indrayani. (2011). Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Jakarta: Trans Info Media.
Jitowiyono dkk.. (2019). Keluarga Berencana (KB) Dalam Perspektif Bidan.
Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.
Mandang, dkk. (2014). Asuhan Kebidanan kehamilan. Bagor: In Media
Marmi, dkk (2011). Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mastiningsih, dkk. (2019). Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Bogor: In Media.
Mastiningsih, dkk. (2019). Buku Ajar Asuhan Kenidanan Pada Ibu Nifas dan
Menyusui. Bogor: In Media.
Nugroho, dkk (2012). Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Proverawati, dkk. (2014). Anemia dan Anemia Pada Kehamilan. Yogyakarta: Nuh
Medika.
Rukiyah, dkk. (2019). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Pra Sekolah.
Jakarta: Trans Info Media.
Sulistyoningsih, (2011). Gizi Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu. Jogjakarta
Walyani, dkk. (2015). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Trans Info Media.

125
LAMPIRAN

DOKUMENTASI ASUHAN KEHAMILAN

126
DOKUMENTASI ASUHAN PERSALINAN

127
DOKUMENTASI PARTOGRAF

DOKUMENTASI ASUHAN NIFAS

128
DOKUMENTASI ASUHAN NEONATUS

129
DOKUMENTASI ASUHAN KELUARGA BERENCANA

130
131

Anda mungkin juga menyukai