Anda di halaman 1dari 19

SISTEM RUJUKAN

DAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI


DI KABUPATEN TASIKMALAYA

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata


Kuliah Patofisiologi Kasus Kebidanan Program Studi Profesi
Bidan
Dosen Pembimbing:
Dita Eka Mardiani, SST,
M.Keb.

Disusun Oleh:

Sri Wahyuni

NIM : P20624821016

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN TASIKMALAYA
2021
i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas karunia dan hidayah-Nya yang berlimpah
dan tiada akan pernah habis terhitung. Sungguh, maha besar Allah karena telah
meridhai tim penulis untuk menyelesaikan penulisan makalah dengan judul “Sistem
Rujukan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kabupaten
Tasikmalaya”. Makalah ini dipergunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Patofisiologi Dalam Kebidanan dalam kegiatan pembelajaran Program Studi Profesi
Bidan Poltekkes Tasikmalaya. Rasa terimakasih yang sebesar-besarnya saya
ucapakan kepada dosen pembimbing serta banyak pihak yang terkait dalam
penyelesaian makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Oleh karena itu kami sangat memerlukan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini
menjadi lebih bermanfaat.
Akhir kata, kami barharap semoga makalah ini bemanfaat khususnya bagi
kami dan umumnya bagi seluruh mahasiswa dan pembaca. Kami menyadari bahwa
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, untuk itu kami menerima kritik dan saran
yang membangun. Terimakasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Tasikmalaya, 20 Agustus 2021

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................................3
A. Pertumbuhan dan Perkembangan Janin Secara Fisiologis Pada Trimester I.......3
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Janin Secara Patologis Pada Trimester I......14
BAB III PENUTUP.....................................................................................................30
3.1 Kesimpulan...................................................................................................30
3.2 Saran.............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................31
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kesehatan di Indonesia yang masih perlu diwaspadai yaitu
terjadi pada kelompok ibu dan anak yang dapat dilihat dari masih tingginya
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Penyebab
utama yang umumnya terjadi adalah komplikasi obstetri pada masa
kehamilan, persalinan dan nifas pada wanita usia reproduksi seperti
pendarahan, eklampsia, infeksi, partus lama, dan abortus. Dua puluh tiga juta
perempuan (15% dari semua wanita hamil) di dunia mengembangkan
komplikasi yang mengancam jiwa setiap tahunnya.1
Salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB adalah
dengan diselenggarakannya pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dasar
berkualitas yaitu Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED)
di Puskesmas, dan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK) di Rumah Sakit Kabupaten/Kota dan Rumah Sakit Propinsi.
Kematian ibu akibat kehamilan dan persalinan erat kaitannya dengan
penolong persalinan dan tempat persalinan. Kehamilan dengan kondisi
komplikasi juga diperparah oleh adanya keterlambatan penanganan kasus
emergensi atau komplikasi maternal secara adekuat akibat kondisi 3
Terlambat (3T), yaitu terlambat pengambilan keputusan untuk merujuk,
terlambat mencapai fasilitas kesehatan, dan terlambat mendapatkan
penangananan medis segera. Selain itu, juga terangkum dalam 4 Terlalu (4T)
yaitu terlalu tua, terlalu muda, terlalu sering dan terlalu banyak.2
Iyengar (2009) menyebutkan bahwa sistem rujukan merupakan
komponen vital dalam menyukseskan program persalinan. Di daerah dengan
akses terbatas untuk memperoleh perawatan petugas medis, transportasi, dan
pelayanan gawat darurat akan menyebabkan terjadinya keterlambatan
penanganan sehingga risiko kematian ibu akan meningkat. Kualitas pelayanan
tidak bisa terlepas dari sistem rujukan yang dilaksanakan oleh Puskesmas
sebagai pusat pelayanan primer di masyarakat.(1)
4

Teknologi informasi dan komunikasi dapat menjadi sebuah solusi


untuk meningkatkan efficiensi dan effektivitas komunikasi dan kolaborasi
tersebut. Salah satu komponen dalam program EMAS adalah Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK). Kegiatan TIK mengembangkan dan
mengimplementasikan beberapa Sistem Management Informasi berbasis
teknologi SMS, Mobile maupun Web guna meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta meningkatkan effisiensi dan
effektivitas sistem rujukan. Sistem Informasi yang telah dikembangkan adalah
Sistem Informasi Jejaring Rujukan Ibu dan Bayi (SIJARIEMAS), Sistem
Informasi Gerbang Aspirasi Pelayanan Kesehatan Publik (SIGAPKU) dan
Sistem Informasi Penguatan Pembelajaran & Performa (SIPPP).(4)

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
Bagaimana sistem rujukan dengan pemanfaaan teknologi informasi
dan komunikasi di Kabupaten Tasikmalaya?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
Untuk mengetahui sistem rujukan dengan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi di Kabupaten Tasikmalaya

1.4 Manfaat
Dapat menambah wawasan baru dan pengetahuan mengenai sistem rujukan
dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi khususnya di
Kabupaten Tasikmalaya.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. SISTEM RUJUKAN
1. Pengertian Rujukan

Rujukan adalah pemindahan tanggung jawab dalam menangani pasien.


Menurut Notoatmodjo dalam Tobing (2016) sistem rujukan adalah pelimpahan
tanggung jawab dalam penanganan pasien dari satu fasilitas kesehatan menuju
ke fasilitas kesehatan yang lain baik itu secara vertikal (unit yang lebih mampu
menangani) maupun secara horizontal (unit yang memliki kemampuan yang
sama).

Sistem rujukan di Indonesia adalah pelimpahan tanggung jawab secara


timbal balik terhadap suatu masalah kesehatan dari unit yang berkemampuan
kurang ke unit yang berkemampuan lebih (vertikal) atau dari unit yang
berkemampuan sama (horizontal).

Sistem rujukan dalam mekanisme pelayanan obstetri adalah suatu


pelimpahan tanggung jawab timbal-balik atas kasus atau masalah kebidanan
yang timbul baik secara vertikal,maupun horizontal. (2)
2. Jenis Rujukan
Menurut Pudiastuti terdapat dua jenis rujukan, yaitu :

a. Rujukan Medik yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timabal balik atas
kasus yang timbal balik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih
berwenang dan mampu menanganinya secara rasional.

b. Rujukan Kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman , pemeriksaan


bahanatau spesimen ke fasilitas yan lebih mampu dan lengkap.

3. Tujuan Rujukan
Tujuan rujukan adalah dihasilkannya
pemerataan upaya kesehatan dalam rangka
penyelesaian masalah kesehatan secara
berdaya dan berhasil guna. Tujuan Sistem
rujukan adalah untuk meningkatkan mutu,
cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan
secara terpadu.(Lilik, 2016)

a. Setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik-baiknya


b. Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan
laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lengkap
fasilitasnya
c. Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (transfer knowledge
and skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah

4. Langkah-langkah Rujukan
Langkah-langkah rujukan (Syafrudin,2009) , yaitu :
a. Menentukan kegawatdaruratan penderita
Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang tidak
dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka segera
dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh karena itu
mereka belum tentu dapat menerapkan ke tingka kegawatdaruratan.
b. Pada tingkat bidan desa, Puskesmas pembantu dan puskesmas
Tenaga keseatan yang ada pada fasilitas kesehatan tersebut harus dapat
menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang di temui, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus
manayang boleh ditangani sendiri dan kasus manayang harus dirujuk.
c. Menentukan tempat rujukan
d. Prinsip dalam menentukan tempat ruukan adalan fasilitas pelayanan yang
memounyai kewenangan dan fasilitas terdekat yang termasuk fasilitas
pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan
penderita.
e. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
f. Mengirimkan informasi pada temapat rujukan yang dituju
1) Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk
2) Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan
dan selama dalam perjalanan ke temat rujukan
3) Meminta petunjuk cara penanganan untuk menolong penderita bila
penderita tidak mungkin dikirim

Hal yang harus dipersiapkan saat rujukan persalinan menurut Purwoastuti (2015
adalah:
a. Bidan, Pastikan pasien harus didampingi oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kemampuan untuk menangani masalah kegawatdaruratan ketika
melakukan rujukan.
b. Alat, dalam melakukan rujukan alat-alat yang harus dibawa adalah
tensimeter dan stetoskop untuk memantau tekanan darah pasien, infus set
untuk antisipasi jika pasien membutuhkan asupan cairan ketika dirujuk, dan
spuit untuk melakukan injeksi obat.
c. Keluarga, harus diberitahu tentang kondisi dari pasien dan mengapa pasien
sampai dirujuk, pada tahap ini perawat harus dapat menjelaskan dengan baik
pada keluarga mengenai keadaan pasien agar anggota keluarga dapat
menyetujui pengambilan keputusan untuk merujuk pasien.
d. Surat, dalam surat rujukan yang nantinya ditujukan ketempat rujukan harus
berisi identifikasi dari pasien, alasan mengapa pasien sampai dirujuk, uraian
dari rujukan, asuhan yang telah diberikan pada pasien, serta terapi yang
telah
e.
f. diterima pasien. Hal ini bermaksud agar keluarga dan tempat rujukan
memahami mengenai kondisi dari pasien.
g. Obat-obatan, dalam rujukan perlu dipersiapkan untuk digunakan nantinya
untuk rujukan, seperti diazepam, atau disesuaikan dengan kasus yang
dirujuk.
h. Kendaran, ketika melakukan rujukan kendaraan yang digunakan harus
dapat menjaga kenyamanan dan keamanan ibu selama proses rujukan, dan
dapat mencapai tempat rujukan dengan cepat.
i. Uang, dalam hal ini perawat harus mengingatkan keluarga untuk
membawa uang, yang pada nantinya dapat digunakan untuk membeli obat-
obatan serta bahan kesehatan yang akan diperlukan di tempat rujukan.

B. SIJARI EMAS (Sistem Informasi Jejaring Rujukan Maternal dan Neonatal)

1. Pengertian
SIJARIEMAS adalah gabungan yang terorganisasi dari sumber daya manusia,
perangkat lunak, perangkat keras, jaringan komunikasi dan sumber data dalam
mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi untuk meningkatkan
effektivitas dan effisiensi komunikasi dan kolaborasi sistem rujukan.
SIJARIEMAS merupakan sebuat alat / tool untuk meningkatkan komunikasi dan
koordinasi rujukan dalam sebuah jejaring rujukan. Agar SIJARIEMAS dapat
berfungsi dengan optimal maka diperlukan beberapa hal yang perlu untuk
diidentifikasi dan dirumuskan bersama sebagai berikut:
a. Alur Rujukan yang disepakati.
b. SOP yang disepakati baik secara sistem rujukan dan internal.
c. Pengorganisasian Sumber Daya.
d. Pengorganisasian teknis baik hardware, software dan jaringan.
e. Biaya.
f. Strategy Sustainibility.
g. Kegiatan.

2. Dasar
Hukum

a. UU Kesehatan 23/1992
b. UU Praktik Kedokteran 29/2004
c. SK 269/Menkes/PER/III/2008 ttg Rekam Medis
d. Kepmenkes no. 377/MenKes/SK/III/2007 ttg Standar
Profesi Perekam Medis dan
Informasi Kesehatan
e. UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

3. Fitur
Secara garis besar, fitur SIJARIEMAS dapat dibedakan menjadi 3 bagian besar
yaitu:
a. Pra Persalinan
b. Persalinan
c. Pasca Persalinan
Berikut merupakan ilustrasi skema alur SIJARIEMAS:

Rujukan Terencana

ANCC Rujukan Balik PNC

Rujukan Emergency E-AAMAPAAAAMPAAAAAMP

Neonatus

Penjabaran sub fitur dari sekema tersebut adalah :

Umum
Pengelolaan Data Ibu Hamil
Pengelolaan Data ibu Hamil Resiko Tinggi
Pengelolaan Data Tenaga Kesehatan & sub fitur lainnya
Pengelolaan Data Lembaga Kesehatan & sub fitur lainnya
Pengelolaan Data Sarana Prasarana RS Jejaring
Pengelolaan Alur Rujukan
Pengelolaan pesan
Laporan Cepat Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir

Pra Rujukan
Pengelolaan Rujukan Terencana
Edukasi Pra Persalinan (ANC)

Rujukan
Pengelolaan Rujukan Gawat Darurat
Pengelolaan Rujukan Balik
Pengelolaan Umpan Balik Pasca Rujukan

Pasca
Edukasi Pasca Persalinan (PNC)
4. Alur Rujukan
Alur Rujukan yang disepakati merupakan nafas dari SIJARIEMAS. SIJARIEMAS
didesign agar flexible dalam mengakomodasi kondisi alur jejaring yang mungkin
berbeda-beda di masing-masing jaringan. Beberapa alur rujukan antara lain :
a. Berdasarkan atas regionalisasi rujukan.
Dalam mekanisme ini, rujukan dikelola berdasarkan atas regionalisasi / jarak terdekat
dari Perujuk ke fasilitas yang dapat memberikan stabilisasi dan penanganan terlepas
dari fungsi PONED dan PONEK. Sebagai contoh: Rujukan dibagi menjadi beberapa
wilayah Barat, Timur, Utara, Selatan dimana tiap-tiap wilayah mempunyai tujuan
rujukan prioritas utama, dan selanjutnya secara berjenjang baik vertikal dan
horizontal. Selain dari cakupan wilayah puskesmas perujuk bisa juga berdasarkan
individu perujuk.
b. Berdasarkan atas fungsi dan kewenangan
Dalam mekasisme ini, alur informasi rujukan dikelola berdasarkan atas fungsi dari
fasilitas, seperti PONED, PONEK. Sebagai contoh: Informasi rujukan hanya akan
terdistribusi pada fasilitas yang sudah ditentukan baik PONED dan PONEK. Pada
umumnya mekanisme ini disesuaikan dengan regionaliasi.
c. Berdasarkan atas kasus rujukan
Dalam mekanisme ini, alur informasi rujukan ditentukan berdasarkan atas Panduan
Implementasi SIJARIEMAS penegakan diagnosis kasus rujukan, tindakan pra rujuk
dan advice dari RS. Sebagai contoh untuk kasus yang pro SC, rujukan tidak perlu
untuk singgah di PONED ataupun RS yang tidak dapat melayani SC terlebih dahulu
(apabila tidak ada penyulit lainnya yang perlu distabilisasi). Informasi hanya akan
terdistribusi pada RS yang mampu SC saja.
d. Berdasarkan sistem tercentral.
Dalam mekanisme ini, alur informasi rujukan SIJARIEMAS akan dikirimkan ke RS
Pusat Rujukan ataupun Call Center SIJARIEMAS Kabupaten untuk didistribusikan
ke RS yang siap untuk melakukan penanganan. Sistem ini dapat berjalan apabila ada
penanggung jawab dan pengelola rujukan yang bersifat 24/7.
e. Kombinasi dari mekanisme alur di atas.
Alur informasi rujukan tersebut harus disepakati diawal oleh semua pemangku
kepentingan yang terdiri dari :
1) Dinas Kesehatan
2) Fasilitas Kesehatan terkait
3) Pemangku kepentingan lainnya yang terkait

Setelah disepakati maka alur tersebut akan dikukuhkan dalam Perjanjian Kerjasama
(PK) Jejaring. Alur Rujukan yang telah disepakati tersebut kemudian akan diinput
kedalam pengelolaan alur rujuakan di SIJARIEMAS. Dalam SIJARIEMAS alur
rujukan akan sangat flexible, sebagai contoh walau Bidan A dan Bidan B sama-
sama berada dalam wilayah puskesmas A, namun juga dimungkinkan bahwa Bidan
A prioritas rujukannya berbeda dengan bidan B karena faktor jarak terdekat dengan
fasilitas Rujukan.
5. Standart Operasional Prosedur (SOP)

Setelah Alur Rujukan disepakati dan dituangkan dalam Perjanjian Kerjasama (PK) Jejaring maka diperlukan
sebuah SOP sebagai acuan bagi para petugas pelaksana. SOP tersebut terbagi menjadi 2 yaitu SOP yang
mengatur secara external dari fasiiltas rujukan maupun SOP internal di fasilitas rujukan.
SOP External SIJARIEMAS berisi beberapa
point kunci antara lain :
1. Menjelaskan Pengertian Umum.
2. Menjelaskan Tujuan.
3. Alur Rujukan yang disepakati termasuk:
a. Tata cara rujukan.
b. Format rujukan.
c. Nomor akses.
d. Standar Response time.
e. Tanggung Jawab.
f. dll.
4. Unit Terkait.
5. Dokument Terkait.

Selain SOP yang berbentuk narasi, juga harus ada SOP yang berbentuk alur atau diagram. SOP berbentuk alur
ini akan di tempelkan, dicetak dan didistribusikan keseluruh unit yang memanfaatkan SIJARIEMAS baik
di tingkat perujuk maupun di tingkat penerima rujukan. Diagram tersebut wajib untuk dicetak dan
ditempelkan ditempat dimana SIJARIEMAS terpasang (ruang IGD, ruang Maternal dan ruang Perinatal)
dan juga di lokasi perujuk bersama dengan poster rujukan SIJARIEMAS. Hal ini dimaksudkan agar
seluruh rujukan dapat sesuai dengan SOP karena diingat dan dilaksanakan oleh seluruh pemangku
kepentingan terkait.

6. Pengorganisasian Sumber Daya Manusia

Agar SIJARIEMAS dapat berjalan sesuai dengan harapan maka diperlukan pengorganisasian tenaga pelaksana
di tingkat perujuk, tujuan rujukan maupun dinas kesehatan sebagai berikut:

Berdasarkan alur komunikasi


Tingkat Perujuk:
1. Bidan Desa.
2. Bidan Praktik Swasta.
3. Bidan Puskesmas.
4. Dokter Puskesmas.
5. Dokter praktik.
Tingkat Penerima Rujukan IGD Umum
1. IGD Maternal dan Neonatal
2. Ruang Kebidanan
3. Ruang Perina
4. Dokter Specialist Obgyn
5. Dokter Specialist Anak
Tingkat Pengawas
1. Petugas Penanggung Jawab Rujukan
2. Petugas Call Center/ SIJARIEMAS
3. Tenaga Admin Pengelola Content
4. Bidang YanMed / Kesga Dinas Kesehatan
5. Bidang YanMed RS
Tingkat Teknis
1. IT RS
2. IT Dinkes
3. Bidang Pengelola Data Elektroni (PDE) Diskominfo

Berdasarkan dari fungsi dan tanggung jawab dalam SIJARIEMAS:


Fungsi Tugas Bagian
Super Admin Mengelola sistem dan mengelola KOMINFO, IT DINKES, IT RS
hak akses Yang ditunjuk
Administrator Mengelola Konten Admin RS, Admin Dinkes
SIJARIEMAS (Pengelola program KIA)
Operator Pengelolaan data rujukan Setiap bidang
maupun data penunjang
lainnya seperti data tenaga
kesehatan, kelembagaan,
ketersediaan, dan lain lain
Petugas Ruangan (IGD, Menerima informasi rujukan Pejabat berwenang di masing
Maternal, Perina, Poli dan dan memberikan jawaban masing unit terkait.
Admin) rujukan, berkoordinasi sesuai
dengan SOP yang berlaku.
Pengguna Khusus Memberi advise kasus tertentu Dokter Specialist
melalui mekanisme
komunikasi internal RS
ataupun melalui SMS Rujukan
Pengguna Mengirimkan SMS Rujukan Puskesmas & bidan
Pengguna Umum Melihat data dan informasi Masyarakat
terkait, kesiapan sarana
prasarana, informasi kesehatan
ibu dan anak, dll.

7. Kebutuhan Hardware

Agar SIJARIEMAS dapat diimplementasikan dengan baik maka dibutuhkan dukungan hardware yang sesuai.
Kebutuhan hardware disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan masing – masing kabupaten. Sebagai
contoh, kabupaten yang mempunyai kemampuan lebih dapat mengimplementasikan Call Center
terintegrasi dengan SIJARIEMAS. Dengan call center ini maka proses rujukan akan lebih termonitor dan
dipastikan bahwa semua rujukan akan mendapatkan tempat di RS Jejaring ataupun dapat juga dilakukan
koordinasi dengan RS diluar Jejaring. Namun demikian mungkin juga tidak semua kabupaten mampu
mengalokasikan sumber daya tersebut, maka cukup dapat mengimplentasikan SIJARIEMAS dengan Call
Center Manual di tiap–tiap RS. Kebutuhan hardware juga dapat disesuaikan dengan hardware yang sudah
exist di RS maupun Kabupaten tersebut. Jadi pilihannya sangat flexible sesuai kondisi lokal. Berikut
dijabarkan beberapa opsi pemilihan schema hardware dan topologi jaringan sebagai gambaran umum:
a.. Schema Optimal
Call Center Terintegrasi, SIJARIEMAS 5 Titik di RS, SIJARIEMAS di
Dinkes, SIJARIEMAS di Poned
b. Schema Standart (Opsi host di kabupaten/prov, host di nasional dan
host di RS)
Call Center Manual RS, SIJARIEMAS 4 Titik di RS, SIJARIEMAS di Dinkes
c . Schema Minimum
Call Center Manual RS, SIJARIEMAS 1 Titik di RS

8. Monitoring dan evaluasi


Dalam pelaksanaanya, dipastikan akan menemukan banyak hal yang perlu untuk
disesuaikan agar SIJARIEMAS dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan harapan
dari semua pemangku kepentingan dan data yang dikumpulkan tidak hanya menjadi
data tidak berarti maka diperlukan sebuah mekanisme rutin untuk memonitor
penggunaan SIJARIEMAS serta proses evaluasi dan rencana tindak lanjutnya. Diagram
berikut adalah bagaiman hasil data SIJARIEMAS termasuk dengan data SIGAPKU dan
SIPPP disampaikan dimeeting POKJA serta management RS untuk dijadikan bahan
pengambilan keputusan.
BAB III

PEMBAHASAN

Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Tasikmalaya
masih tergolong tinggi. Terjadinya kematian ibu disebabkan oleh beberapa faktor, baik
langsung maupun tidak langsung. Salah satu faktor tidak langsung penyebab AKI dan AKB
di Kabupaten Tasikmalaya yaitu kondisi geografis yang sangat luas sehingga memperlambat
upaya peaksanaan rujukan. Untuk mencegah terjadinya potensi keterlambatan tersebut
Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2016 menyelenggarakan dan menerapkan
sebuah sistem rujukan maternal dan neonatal yang berbasis informasi dan teknologi yang
diberi nama Sistem Informasi Rujukan Efektif untuk Selamatkan Ibu dan Keluarga (Siresik).
SIRESIK ini merupakan sebuah sistem rujukan berbasis informasi dan teknologi yang
mengadopsi sistem SIJARIEMAS yang telah dikembangkan oleh Pemerintah pusat.
Tujuan program Siresik adalah untuk memberikan bantuan bagi rujukan pasien gawat
darurat di wilayah Kabupaten Tasikmalaya dengan memanfaatkan aplikasi
Program Siresik memiliki tiga komponen upaya penyelamatan ibu dan bayi lahir yaitu
pertama, penguatan tata kelola klinis dan sudah mulai dilaksanakan di RS SMC Kabupaten
Tasikmalaya, dan di enam puskesmas di antaranya Puskesmas Rajapolah, Puskesmas
Karangnunggal, Puskesmas Sodonghilir, Puskesmas Sukarame dan Puskesmas Sukaraja.
Program penyelamatan kedua, penguatan sistem rujukan yang efektif dan efisien dengan
menggunakan sistem informasi rujukan menggunakan TIK (teknologi informasi dan
komunikasi). Ketiga, program penguatan akuntabilitas masyarakat dengan mengadakan
forum masyarakat madani.
SIRESIK melayani semua kategori dan kasus rujukan, baik rujukan terencana maupun
rujukan gawat darurat. Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya memulai program Siresik
dengan menyiapkan call center yang beroperasi 24 Jam non-stop 7 hari seminggu, terdiri dari
8 bidan dan 1 tenaga IT untuk memasilitasi proses rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat
pertama (FKTP) seperti puskesmas, klinik, rumah bersalin ke fasilitas kesehatan rujukan
tingkat lanjut ( FKRTL).
Adapun SOP rujukan SIRESIK di tingkat Puskesmas yang diterapkan, yaitu:
1. Petugas memeriksa rekam medis dari petugas pendaftaran
2. Petugas memanggil pasien masuk ke ruang periksa
3. Petugas melakukan anamnesa
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
5. Petugas mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi pada pasien
6. Petugas memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi
kesehatan yang dialami pasien
7. Petugas menjelaskan bahwa masalah kesehatan yang dihadapi pasien tidak mampu
ditangani Puskesmas
8. Petugas menjelaskan bahwa pasien harus dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang lebih tinggi/mampu mengatasi masalah pasien
9. Petugas melengkapi informed concent
10. Petugas menghubungi call center SIRESIK dan melaporkan idntitas dan kasus dari
pasien yang akan dirujuk
(Call center SIRESIK menghubungi petugas PONEK RS)
11. Petugas menerima jawaban dari siresik tentang faskes rujukan yang akan menerima
dan memberikan advis penanganan awal pada pasien sebelum dirujuk
12. Petugas menyiapkan dan mengisi surat rujukan
13. Petugas mendampingi dan memonitoring pasien selama di perjalanan sampai ke
temat rujukan
14. Petugas mendokumentasikan kegiatan dan melaporkan kembali kepada call center
SIRESIK apabila rujukan telah dilakukan

Dalam pelaksanaan progran SIRESIK ini masih terdapat berbagai kendala yang menunt
adanya perbaikan yaitu pertama, keterlambata respon dari call center karena akses penuh
ketika dihubungi, sehingga menyebabkan lama waktu rujukan menjadi bertambah. Kedua,
Tempat fasilitas rujukan pemerintah penuh, sehingga call center harus menghubungi
fasilitas rujukan lainnya dan mempanjang waktu rujukan. Ketiga, nomor call center sering
berganti-ganti dan tidak disosialisasikan dengan baik, sehingga menghambat proses
laporan kasus. Keempat, callcenter lambat dalam memberikan jawaban rujukan,
dikarenakan petugas PONEK sedang melakukan tindakan darurat. Kelima, di fasilitas
penerima rujukan belum menggunakan monitor khusus rujukan yang servernya telah
tersambung secara langsung dengan call center.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem rujukan di Indonesia adalah pelimpahan tanggung jawab secara timbal


balik terhadap suatu masalah kesehatan dari unit yang berkemampuan kurang ke
unit yang berkemampuan lebih (vertikal) atau dari unit yang berkemampuan
sama (horizontal).

Teknologi informasi dan komunikasi dapat menjadi sebuah solusi untuk


meningkatkan efficiensi dan effektivitas komunikasi dan kolaborasi tersebut.
Kegiatan TIK mengembangkan dan mengimplementasikan beberapa Sistem
Management Informasi berbasis teknologi SMS, Mobile maupun Web guna
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta
meningkatkan effisiensi dan effektivitas sistem rujukan.

3.2 Saran
1. Diharapkan adanya penambahan server call center SIRESIK untuk
mengurangi keterlambatan respon apabila terjadi laporan rujukan
secara bersamaan
2. Diharapkan adanya sebuah metode khusus yang mempermudah
callcenter dalam mengakses fasiltas rujukan dalam waktu cepat secara
bersamaan
3. Diharapkan nomor call center aktif hanya satu, apabila terjadi
perubahan lakukan sosialisasi dengan jelas kepada seluruh fasilitas
dasar
4. Diharapkan ada petugas khusus penerima laporan rujukan dari call
center di Rumah Sakit, sehingga pelayanan petugas tidak terganggu
dan menghambat proses rujukan pasien di fasilitas dasar
5. Diharapkan setiap Rumah Sakit rujukan memiliki monitor khusus
dengan alarm yang memudahkan petugas penerima rujkan dalam
memberikan respon kepada call enter SIRESIK
DAFTAR PUSTAKA

Lilik. 2016. Sistem Rujukan dalam Sistem Pelayanan Maternal dan Nenatal di Indonesia
Diakses melalui https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:hQax32M33iYJ:https://media.neliti.com/media/publications/327967-
sistem-rujukan-dalam-sistem-pelayanan-ke-
ff708dd6.pdf+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=i. Tanggal 20 Agustus 2021

Nestelita, dkk.2019. Proses Sistem Rujukan dalam Pelayanan Kegawatdaruratan


Obstetri dan Neonatal Di Puskesmas Sayung 2 kabupaten Demak.
https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:0RqISnfJBqoJ:https://ejournal.undip.ac.id/index.php/mkmi/article/view/2
5306+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia 18
(4) 27 Desember 2019

Stevanus. 2017. Sistem Rujukan Maternal dan neonatal. Diakses melalui


https://repo.unikadelasalle.ac.id/499/2/BAB%20ISI%20-%20lampiran.pdf
Tanggal 19 Agustus 2021

USAID.2014. Panduan Teknis SIJARIEMAS Sistem Informasi Jejaring Rujukan


Maternal dan Neonatal. Edisi 1. September 2014. Diakses melalui
https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:5hDm7piiDJMJ:https://docplayer.info/34186720-Panduan-teknis-
sijariemas.html+&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id. Tanggal 19 Agustus 2021

Anda mungkin juga menyukai