0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
12 tayangan7 halaman
Teks tersebut membahas konsep dasar berpikir, penalaran induktif dan deduktif. Secara ringkas:
1. Berpikir adalah proses mental yang melibatkan berbagai atribut seperti logika dan pemecahan masalah.
2. Penalaran induktif adalah menarik kesimpulan umum dari hal-hal khusus, sementara deduktif sebaliknya.
3. Kedua jenis penalaran digunakan dalam berbagai konteks seperti penulisan il
Teks tersebut membahas konsep dasar berpikir, penalaran induktif dan deduktif. Secara ringkas:
1. Berpikir adalah proses mental yang melibatkan berbagai atribut seperti logika dan pemecahan masalah.
2. Penalaran induktif adalah menarik kesimpulan umum dari hal-hal khusus, sementara deduktif sebaliknya.
3. Kedua jenis penalaran digunakan dalam berbagai konteks seperti penulisan il
Teks tersebut membahas konsep dasar berpikir, penalaran induktif dan deduktif. Secara ringkas:
1. Berpikir adalah proses mental yang melibatkan berbagai atribut seperti logika dan pemecahan masalah.
2. Penalaran induktif adalah menarik kesimpulan umum dari hal-hal khusus, sementara deduktif sebaliknya.
3. Kedua jenis penalaran digunakan dalam berbagai konteks seperti penulisan il
Dosen Pengampu : Bayu Irianti, SST, M.Keb Tugas : Konsep Dasar Berpikir
A. KONSEP DASAR BERPIKIR
Menurut Khadijah (2006) didalam Jurnal Psikodidaktika bahwa berfikir
adalah sebuah proses representasi mental baru yang dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang kompleks atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi dan pemecahan masalah. Dengan demikian maka berfikir merupakan proses aktivitas akal dengan memiliki ciri: 1. Proses menguatkan hubungan antara rangsangan dan respon 2. Mengasosiasikan berbagai pandangan dengan pengetahuan yang telah tersimpan dalam akal jauh sebelum muncul pengetahuan baru 3. Melatih ide dan gagasan dengan tepat dan tepat 4. Usaha rasio dalam memecahkan masalah 5. Kognisi yang timbul secara abstrak Berfikir adalah upaya memberikan pengertian dan mencari kebenaran ilmiah. Manusia dapat menyempurnakan cara-caranya dalam menangkap realitas, menunjukkan sifat suatu realitas. Berfikir terjadi dengan menggunakan kata-kata akal dan budi. Jika seseorang memahami sesuatu atau mengerti, berarti symbol- simbol dari pengertiannya adalah kata-kata yang dirangkai dalam kalimat yang akan dimengerti oleh orang lain. Dengan demikian maka hasil dari proses berfikir pada diri seseorang tidak selalu sama, hal ini menunjukkan bahwa: 1. Setiap individu memiliki potensi yang berbeda dalam berfikir 2. Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda 3. Setiap individu memiliki kekuatan akal yang berbeda 4. Setiap individu memiliki pengetahuan yang berbeda 5. Setiap memiliki pengalaman yang berbeda 6. Setiap individu memiliki kebutuhan dan tujuan hidup yang berbeda 7. Setiap individu memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda (Rosleny, M 2010) OFM,A.L (1989) menegaskan berfikir dalam kerangka memberikan pengertian merupakan unsur dari keputusan sebagai kegiatan akal budi yang pertama, yang menangkap sesuatu sebagaimana adanya. Oleh karena itu menangkap sesuatu adalah mengerti terhadap sesuatu. Poespopropojo (1985) mengatakan sebagai mahluk yang terdiri dari jasmani dan rohani, manusia memiliki daya jangkau yang tidak terbatas terhadap realitas segala sesuatu. Berpikir memiliki fungsi penting dalam kehidupan manusia, yaitu dalam pembuatan keputusan (decesion making) dan memecahkan masalah (problem solving ). (Jurnal Psikodidaktika. 2017) Berpikir juga dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu: 1. Associative thinkin Jenis berpikir yang secara relatif tidak berarah, tidak terkontrol; satu pikiran yang muncul dan membawa pada pikiran lain. a. Free association (asosiasi bebas) rangkaian kata-kata di mana satu kata menuntun atau membawa yang lain dengan bebas, tanpa batasdan. b. Controlle association (asosiasi terkontrol) ada beberapa batasan yang ditentukan oleh intruksi. Intruski itu bisa berupa kata-kata yang merupakan lawan dari stimulus, bagian dari keseluruhan stimulus, dan sebagainya. c. Reverie atau Daydreaming berkhayal atau berfantasi dengan bebas. d. Night dreaming gambaran atau episode yang terjadi selama tidur, yang diingat oleh seseorang ketika ia bangun. - Autistic thinking: melakukan interpretasi secara subjektif; proses di mana kepercayaan dan nilai-nilai si pemikir lebih diwarnai oleh kebutuhan personal daripada realitas eksternal. Dalam proses ini termasuk juga rasionalisasi. 2. Directed thinking Jenis berpikir yang memiliki tujuan akan mencapai titik terakhir jika tujuan sudah tercapai. Jenis berpikir ini terbagi ke dalam dua bagian. a. Critical thinking (berpikir kritis) jenis berpikir yang terjadi dalam membentuk penilaian tentang proposisi. Dalam berpikir kritis diperlukan logika formal. b. Creative thinking (berpikir kreatif) jenis berpikir yang menemukan hubungan-hubungan baru mencapai penyelesaian masalah yang baru, menemukan suatu metode, menghasilkan objek atau bentuk artistik baru, dan sebagainya. Salah satu fungsi berpikir adalah untuk pengambilan keputusan. Kita sadar betul bahwa sepanjang hidup senantiasa mengambil keputusan, karena mungkin berkaitan dengan masa depan, dan lainlain. Pada dasarnya keputuisan yang diambil adalah: 1. Hasil berpikir, hasil usaha aktivitas gerak fikir. 2. Melibatkan pilihan dengan berbagai sudut pandang. 3. Melibatkan tindakan nayata, walaupun pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan. Istilah berfikir mengacu kepada beberapa jenis situasi, mulai dari memutuskan (decide), menggambarkan (figure out), dan merancanakan dan mengorganizir. Dalam hal ini para ahli psikolog tidak memisahkan pemecahan masalah dengan berfikir, kajian tentang pemecahan masalah mencakup segala pengamatan terhadap cara yang dilakukan, karena dipersepsikan bahwa seseorang dalam berfikir terjadi pada saat munculnya masalah. Dalam proses pemecahan masalah, mahasiswa di hadapkan dengan bagaimana mahasiswa itu harus dapat memecahkan masalah, dan dihadapkan dengan berbagai pilihan yang harus di buat dengan menggunaka proses berfikir, terkadang harus memilih satu respon yang benar, terkadang juga di hadapkan dengan beberapa kemungkinan yang hamper sama, dalam arti cocok untuk pemecahan masalah. B. Pegertian Penalaran Induktif Penalaran induktif adalah penarikan kesimpulan yang bertolak dari hal-hal yang khusus atau spesifik ke hal-hal yang bersifat umum. Penalaran induktif merupakan proses berpikir untuk menarik kesimpulan tentang hal umum yang berpijak pada hal khusus (Agus Haryono 2018). Penalaran induktif juga dapat diartikan sebagai menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum atau khusus berdasarkan data yang teramati. Nilai keberadaan dalam penalaran induktif dapat bernilai benar atau salah. Penalaran induktif dapat dilakukan secara sederhana dengan mencoba-coba. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa penalaran induktif adalah suatu proses penarikan kesimpulan dari hal-hal yang khusus ke hal-hal yang umum. (Aviv,2019). C. Perspektif Penalaran Induktif Adapun penalaran induktif dapat berupa generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat. Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Di dalam analogi, kesimpulan tentang suatu gejala ditarik berdasarkan pengamatan sejumlah gejala khusus yang bersamaan. Hubungan sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat-sebab, dan akibat-akibat. Didalam contoh model penalaran penulisan artikel ilmiah mahasiswa teknik induktif adalah bernalar untuk melihat apakah dari contoh-contoh yang ada dapat ditarik suatu kesimpulan umum yang dapat diterima akal. Kedua, teknik deduktif adalah penalaran yang dimulai dengan pengutaraan pernyataan umum untuk melihat apakah pernyataan umum dapat dibuktikan dengan contoh-contoh kasus. Dengan contoh lain penalaran induktif dapat dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan masalah masalah matematika dengan cara mencoba-coba. Penalaran induktif digunakan untuk mendapatkan hasil sementara. Pada pengembangan matematika diperlukan penalaran induktif. D. Pengertian Penalaran Deduktif Deduksi berasal dari bahasa bahasa inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum, lawannya induksi (Poerwaadarminta,2006). Penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan berdasarkan aturan yang telah disepakati yang bertolak dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus (Utari Sumarmo, 2010). Santrock mengatakan penalaran deduktif merupakan penalaran dari umum ke khusus (Tina Sri, 2015). Deductive reasoning, therefore, is a process of going down to a particular specific truth on the basis of a universal truth (penalaran deduktif merupakan proses menuju suatu kebenaran khusus yang dibangun dari suatu kebenaran umum). Menurut Mundiri penalaran deduktif adalah suatu kerangka atau cara berpikir yang bertolak dari sebuah asumsi atau pernyataan yang bersifat umum untuk mencapai sebuah kesimpulan yang bermakna lebih khusus. (Aviv Puji I.S 2019). Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan penalaran deduktif adalah suatu proses penarikan kesimpulan dari hal-hal yang umum ke hal-hal yang khusus. Model penalaran induktif, di antaranya sebagai berikut. Metode ini baik digunakan dalam kelas yang siswanya cenderung diam. Di dalam metode pembelajaran snowball throwing, strategi memperoleh dan pendalaman pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan tersebut. Penerapan metode snowball throwing ini juga memerlukan keterampilan seorang guru dalam menguasai kondisi kelas. Penerapan metode ini cenderung membuat siswa agak sulit diatur, karena proses pelaksanaannya berkelompok, dimana siswa akan lebih ribut jika bersama teman-teman sebayanya. Metode snowball throwing ini membuat siswa lebih berani mengemukakan pendapatnya, karena menggunakan cooperative learning dan proses metode yang menarik dan fun untuk dilaksanakan. (Ary Kristiyani, 2014). E. Perspektif Penalaran Deduktif Didalam contoh model penalaran penulisan artikel ilmiah mahasiswa bahwa penalaran deduktif dimulai dengan suatu pernyataan atau umum berupa kaidah, peraturan, teori, atau pernyataan umum. Selanjutnya, pernyataan itu akan dikembangkan dengan pernyataan-pernyataan atau rincian-rincian yang bersifat khusus. Proses penulisan tidak dapat dipisahkan dengan pemikiran atau penalaran. Tulisan adalah perwujudan hasil pemikiran atau penalaran. Tulisan yang kacau mencerminkan pemikiran yang kacau. Oleh karena itu, latihan keterampilan menulis pada hakikatnya adalah pembiasaan berpikir atau bernalar secara tertib dalam bahasa yang tertib pula. Temuan tentang model penalaran berdasarkan arah alur memiliki kencenderungan dominan, artinya setiap tulisan artikel ilmiah mahasiswa terdapat model tersebut yakni penalaran deduksi dan induksi, penalaran deduktif memiliki intensitas tertinggi . Didalam arikel ilmiah yang berjudul “Pentingnya Memilih Media yang Tepat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia” yang ditulis oleh Siti Nurfaizah juga terdapat model penalaran deduktif seperti tampak di bawah ini. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaaran yang turut diujikan dalam Ujian Nasional (UN) di Indonesia. Hal tersebut sudah pasti, mengingat bahasa Indonesia adalah bahasa nasional Indonesia. Oleh karena itu, bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran wajib bagi seluruh siswa di Indonesia. Mata pelajaran ini bertujuan agar siswa mampu menguasai kemampuan berbahasa dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari pada berbagai bidang keilmuan. Dikarenakan pada umumnya, suatu bidang keilmuan agar dapat dipahami oleh penganutnya, harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. (Ary Kristiyani, 2014). DAFAR PUSTAKA
Juwanto, Zumkasri. 2017. Jurnal Psikodidaktika. Konsep Berfikir Dalam Pemecahan
Masalah Mahasiswa Program Studi Bimbingn dan Konseling Universitas. Vol 2 No 2. Desember 2017 Agus Haryono . 2018. Profil Kemampuan Penalaran Induktif Matematika Mahasiswa Pendidikan Matematika UNIPA. Journal of Honai Math, Vol 1 No 2, Oktober, 2018. Hal 127-138 Poerwadarminta, W.J.S.2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Hal 273 Utari Sumarmo. Berpikir dan Disposisi Matematik Dalam Pembelajaran Mateimatika, 2010. FPMIPA UPI Tina Sri Sumartini. 2015. Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah, Jurnal Pendidikan Matematika. Vol 5 No 1 Ary Kristiyani. 2014. Model Penalaran Penulisan Artikel Ilmiah Mahasiswa Program Studi Pbsi Fbs Uny. Volume 22, No 2. September 2014