Anda di halaman 1dari 7

Nama : Sri Wahyuni

Mata Kuliah : Berpikir Kritis Dalam Kebidanan


Dosen Pengampu : Bayu Irianti, SST, M.Keb
Tugas : Konsep Dasar Berpikir

A. KONSEP DASAR BERPIKIR

Menurut Khadijah (2006) didalam Jurnal Psikodidaktika bahwa berfikir


adalah sebuah proses representasi mental baru yang dibentuk melalui transformasi
informasi dengan interaksi yang kompleks atribut-atribut mental seperti penilaian,
abstraksi, logika, imajinasi dan pemecahan masalah. Dengan demikian maka
berfikir merupakan proses aktivitas akal dengan memiliki ciri:
1. Proses menguatkan hubungan antara rangsangan dan respon
2. Mengasosiasikan berbagai pandangan dengan pengetahuan yang telah
tersimpan dalam akal jauh sebelum muncul pengetahuan baru
3. Melatih ide dan gagasan dengan tepat dan tepat
4. Usaha rasio dalam memecahkan masalah
5. Kognisi yang timbul secara abstrak
Berfikir adalah upaya memberikan pengertian dan mencari kebenaran
ilmiah. Manusia dapat menyempurnakan cara-caranya dalam menangkap realitas,
menunjukkan sifat suatu realitas. Berfikir terjadi dengan menggunakan kata-kata
akal dan budi. Jika seseorang memahami sesuatu atau mengerti, berarti symbol-
simbol dari pengertiannya adalah kata-kata yang dirangkai dalam kalimat yang
akan dimengerti oleh orang lain. Dengan demikian maka hasil dari proses berfikir
pada diri seseorang tidak selalu sama, hal ini menunjukkan bahwa:
1. Setiap individu memiliki potensi yang berbeda dalam berfikir
2. Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda
3. Setiap individu memiliki kekuatan akal yang berbeda
4. Setiap individu memiliki pengetahuan yang berbeda
5. Setiap memiliki pengalaman yang berbeda
6. Setiap individu memiliki kebutuhan dan tujuan hidup yang berbeda
7. Setiap individu memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda (Rosleny, M
2010)
OFM,A.L (1989) menegaskan berfikir dalam kerangka memberikan
pengertian merupakan unsur dari keputusan sebagai kegiatan akal budi yang
pertama, yang menangkap sesuatu sebagaimana adanya. Oleh karena itu
menangkap sesuatu adalah mengerti terhadap sesuatu. Poespopropojo (1985)
mengatakan sebagai mahluk yang terdiri dari jasmani dan rohani, manusia
memiliki daya jangkau yang tidak terbatas terhadap realitas segala sesuatu.
Berpikir memiliki fungsi penting dalam kehidupan manusia, yaitu dalam
pembuatan keputusan (decesion making) dan memecahkan masalah (problem
solving ). (Jurnal Psikodidaktika. 2017)
Berpikir juga dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu:
1. Associative thinkin
Jenis berpikir yang secara relatif tidak berarah, tidak terkontrol; satu pikiran
yang muncul dan membawa pada pikiran lain.
a. Free association (asosiasi bebas)
rangkaian kata-kata di mana satu kata menuntun atau membawa yang lain
dengan bebas, tanpa batasdan.
b. Controlle association (asosiasi terkontrol)
ada beberapa batasan yang ditentukan oleh intruksi. Intruski itu bisa
berupa kata-kata yang merupakan lawan dari stimulus, bagian dari
keseluruhan stimulus, dan sebagainya.
c. Reverie atau Daydreaming
berkhayal atau berfantasi dengan bebas.
d. Night dreaming
gambaran atau episode yang terjadi selama tidur, yang diingat oleh
seseorang ketika ia bangun. - Autistic thinking: melakukan interpretasi
secara subjektif; proses di mana kepercayaan dan nilai-nilai si pemikir
lebih diwarnai oleh kebutuhan personal daripada realitas eksternal. Dalam
proses ini termasuk juga rasionalisasi.
2. Directed thinking
Jenis berpikir yang memiliki tujuan akan mencapai titik terakhir jika tujuan
sudah tercapai. Jenis berpikir ini terbagi ke dalam dua bagian.
a. Critical thinking (berpikir kritis)
jenis berpikir yang terjadi dalam membentuk penilaian tentang proposisi.
Dalam berpikir kritis diperlukan logika formal.
b. Creative thinking (berpikir kreatif)
jenis berpikir yang menemukan hubungan-hubungan baru mencapai
penyelesaian masalah yang baru, menemukan suatu metode, menghasilkan
objek atau bentuk artistik baru, dan sebagainya.
Salah satu fungsi berpikir adalah untuk pengambilan keputusan. Kita sadar betul
bahwa sepanjang hidup senantiasa mengambil keputusan, karena mungkin
berkaitan dengan masa depan, dan lainlain. Pada dasarnya keputuisan yang
diambil adalah:
1. Hasil berpikir, hasil usaha aktivitas gerak fikir.
2. Melibatkan pilihan dengan berbagai sudut pandang.
3. Melibatkan tindakan nayata, walaupun pelaksanaannya boleh ditangguhkan
atau dilupakan.
Istilah berfikir mengacu kepada beberapa jenis situasi, mulai dari
memutuskan (decide), menggambarkan (figure out), dan merancanakan dan
mengorganizir. Dalam hal ini para ahli psikolog tidak memisahkan pemecahan
masalah dengan berfikir, kajian tentang pemecahan masalah mencakup segala
pengamatan terhadap cara yang dilakukan, karena dipersepsikan bahwa seseorang
dalam berfikir terjadi pada saat munculnya masalah. Dalam proses pemecahan
masalah, mahasiswa di hadapkan dengan bagaimana mahasiswa itu harus dapat
memecahkan masalah, dan dihadapkan dengan berbagai pilihan yang harus di
buat dengan menggunaka proses berfikir, terkadang harus memilih satu respon
yang benar, terkadang juga di hadapkan dengan beberapa kemungkinan yang
hamper sama, dalam arti cocok untuk pemecahan masalah.
B. Pegertian Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah penarikan kesimpulan yang bertolak dari hal-hal
yang khusus atau spesifik ke hal-hal yang bersifat umum. Penalaran induktif
merupakan proses berpikir untuk menarik kesimpulan tentang hal umum yang
berpijak pada hal khusus (Agus Haryono 2018). Penalaran induktif juga dapat
diartikan sebagai menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum atau khusus
berdasarkan data yang teramati. Nilai keberadaan dalam penalaran induktif dapat
bernilai benar atau salah. Penalaran induktif dapat dilakukan secara sederhana
dengan mencoba-coba. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan
bahwa penalaran induktif adalah suatu proses penarikan kesimpulan dari hal-hal
yang khusus ke hal-hal yang umum. (Aviv,2019).
C. Perspektif Penalaran Induktif
Adapun penalaran induktif dapat berupa generalisasi, analogi, atau
hubungan sebab akibat. Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan
pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau
sebagian dari gejala serupa itu. Di dalam analogi, kesimpulan tentang suatu gejala
ditarik berdasarkan pengamatan sejumlah gejala khusus yang bersamaan.
Hubungan sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang
mengikuti pola sebab akibat, akibat-sebab, dan akibat-akibat.
Didalam contoh model penalaran penulisan artikel ilmiah mahasiswa teknik
induktif adalah bernalar untuk melihat apakah dari contoh-contoh yang ada dapat
ditarik suatu kesimpulan umum yang dapat diterima akal. Kedua, teknik deduktif
adalah penalaran yang dimulai dengan pengutaraan pernyataan umum untuk
melihat apakah pernyataan umum dapat dibuktikan dengan contoh-contoh kasus.
Dengan contoh lain penalaran induktif dapat dilakukan oleh siswa dalam
menyelesaikan masalah masalah matematika dengan cara mencoba-coba.
Penalaran induktif digunakan untuk mendapatkan hasil sementara. Pada
pengembangan matematika diperlukan penalaran induktif.
D. Pengertian Penalaran Deduktif
Deduksi berasal dari bahasa bahasa inggris deduction yang berarti penarikan
kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari
yang umum, lawannya induksi (Poerwaadarminta,2006). Penalaran deduktif
adalah penarikan kesimpulan berdasarkan aturan yang telah disepakati yang
bertolak dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus
(Utari Sumarmo, 2010). Santrock mengatakan penalaran deduktif merupakan
penalaran dari umum ke khusus (Tina Sri, 2015). Deductive reasoning, therefore,
is a process of going down to a particular specific truth on the basis of a universal
truth (penalaran deduktif merupakan proses menuju suatu kebenaran khusus yang
dibangun dari suatu kebenaran umum). Menurut Mundiri penalaran deduktif
adalah suatu kerangka atau cara berpikir yang bertolak dari sebuah asumsi atau
pernyataan yang bersifat umum untuk mencapai sebuah kesimpulan yang
bermakna lebih khusus. (Aviv Puji I.S 2019). Berdasarkan pendapat diatas maka
dapat disimpulkan penalaran deduktif adalah suatu proses penarikan kesimpulan
dari hal-hal yang umum ke hal-hal yang khusus. Model penalaran induktif, di
antaranya sebagai berikut. Metode ini baik digunakan dalam kelas yang siswanya
cenderung diam. Di dalam metode pembelajaran snowball throwing, strategi
memperoleh dan pendalaman pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan
seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan tersebut.
Penerapan metode snowball throwing ini juga memerlukan keterampilan seorang
guru dalam menguasai kondisi kelas. Penerapan metode ini cenderung membuat
siswa agak sulit diatur, karena proses pelaksanaannya berkelompok, dimana siswa
akan lebih ribut jika bersama teman-teman sebayanya. Metode snowball throwing
ini membuat siswa lebih berani mengemukakan pendapatnya, karena
menggunakan cooperative learning dan proses metode yang menarik dan fun
untuk dilaksanakan. (Ary Kristiyani, 2014).
E. Perspektif Penalaran Deduktif
Didalam contoh model penalaran penulisan artikel ilmiah mahasiswa
bahwa penalaran deduktif dimulai dengan suatu pernyataan atau umum berupa
kaidah, peraturan, teori, atau pernyataan umum. Selanjutnya, pernyataan itu akan
dikembangkan dengan pernyataan-pernyataan atau rincian-rincian yang bersifat
khusus. Proses penulisan tidak dapat dipisahkan dengan pemikiran atau penalaran.
Tulisan adalah perwujudan hasil pemikiran atau penalaran. Tulisan yang kacau
mencerminkan pemikiran yang kacau. Oleh karena itu, latihan keterampilan
menulis pada hakikatnya adalah pembiasaan berpikir atau bernalar secara tertib
dalam bahasa yang tertib pula.
Temuan tentang model penalaran berdasarkan arah alur memiliki
kencenderungan dominan, artinya setiap tulisan artikel ilmiah mahasiswa terdapat
model tersebut yakni penalaran deduksi dan induksi, penalaran deduktif memiliki
intensitas tertinggi .
Didalam arikel ilmiah yang berjudul “Pentingnya Memilih Media yang
Tepat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia” yang ditulis oleh Siti Nurfaizah
juga terdapat model penalaran deduktif seperti tampak di bawah ini. Bahasa
Indonesia merupakan salah satu mata pelajaaran yang turut diujikan dalam Ujian
Nasional (UN) di Indonesia. Hal tersebut sudah pasti, mengingat bahasa
Indonesia adalah bahasa nasional Indonesia. Oleh karena itu, bahasa Indonesia
menjadi mata pelajaran wajib bagi seluruh siswa di Indonesia. Mata pelajaran ini
bertujuan agar siswa mampu menguasai kemampuan berbahasa dan mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari pada berbagai bidang keilmuan.
Dikarenakan pada umumnya, suatu bidang keilmuan agar dapat dipahami oleh
penganutnya, harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. (Ary Kristiyani,
2014).
DAFAR PUSTAKA

Juwanto, Zumkasri. 2017. Jurnal Psikodidaktika. Konsep Berfikir Dalam Pemecahan


Masalah Mahasiswa Program Studi Bimbingn dan Konseling Universitas. Vol 2 No
2. Desember 2017
Agus Haryono . 2018. Profil Kemampuan Penalaran Induktif Matematika Mahasiswa
Pendidikan Matematika UNIPA. Journal of Honai Math, Vol 1 No 2, Oktober, 2018.
Hal 127-138
Poerwadarminta, W.J.S.2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka Hal 273
Utari Sumarmo. Berpikir dan Disposisi Matematik Dalam Pembelajaran Mateimatika,
2010. FPMIPA UPI
Tina Sri Sumartini. 2015. Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah, Jurnal Pendidikan Matematika. Vol 5 No 1
Ary Kristiyani. 2014. Model Penalaran Penulisan Artikel Ilmiah Mahasiswa Program
Studi Pbsi Fbs Uny. Volume 22, No 2. September 2014

Anda mungkin juga menyukai