Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny R USIA 36 TAHUN P2 AB0 AKSEPTOR KB IUD

DENGAN KEPUTIHAN DI PUSKESMAS KROMENGAN


KABUPATEN MALANG

OLEH :
ULYN NUHAELLA
NIM.2082B0286

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


IIK STRADA INDONESIA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan praktik dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny R Usia 36 Tahun P2 Ab0
Akseptor Kb Iud Dengan Keputihan Di Puskesmas Kromengan Kabupaten Malang telah
disetujui oleh pembimbing penyusunan Asuhan pada :
Hari/tanggal :

Malang, .......................
Mahasiswa

ULYN NUHAELLA

Mengetahui

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Bd. Shanti Natalia, SST., M. Kes Bd. Endah Pujiati, SST., M. Kes
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan YME atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang di
limpahkan, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan di Puskesmas
Kromengan.
Penyusunan laporan Asuhan Kebidanan ini merupakan tugas yang di wajibkan bagi
mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Bidan IIK STRADA INDONESIA KEDIRI
yang akan menyelesaikan pendidikan akhir program. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini
terutama :
1. Dr. dr. Sentot Imam Suprapto., M. M selaku Rektor IIK STRADA Indonesia.
2. Yenny Puspitasari S.Kep,Ns, M.Kes selaku Ka Prodi Pendidikan Profesi Bidan IIK
STRADA Indonesia.
3. Bd. Miftakhur Rohmah, SST, M. Kes selaku Dosen Pembimbing
4. Endah Pujiati, SST., M. kes selaku Pembimbing Lahan di Puskesmas Kromengan
5. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Askeb ini.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penyusunan
Asuhan Kebidanan Holistik ini. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca demi peningkatan penyusunan Asuhan Kebidanan
selanjutnya.

Malang, 24 April 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana menurut WHO (World Healt Organisation) adalah
tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk : menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan,mendapatkan kelahiran yang diinginkan,
mengatur interval diantara kelahiran, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan umur suami dan istri, menentukan jumlah anak dalam keluarga
(Meiliasari, 2012).
Hasil penelitian Berenson all tahun 2013 di Amerika Serikat membuktikan
bahwa 61,2% efek samping IUD dialami oleh wanita usia 15-24 tahun dan 22,6%
dialami oleh usia 25-44 tahun, efek samping yang timbul berupa
dispareunia,disminorhoe,amenorea,polymenore,pendarahan post coital,erosi
portio,radang panggul dan 6,2% mengalami kegagalan pemasangan berupa
terjadinya kehamilan. Penelitian tersebut membuktikan bahwa akseptor KB IUD
usia 15-24 tahun lebih rentan mengalami efek samping kontrasepsi IUD
dibandingkan dengan usia 25-44 tahun.
Keluarga yang berkualitas adalah yang sejahtera, sehat, maju, mandiri,
memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab,
harmonis dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saifuddin, 2006).
Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan dapat menerima
paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional yang telah diubah visinya
dari “mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera” menjadi visi untuk
mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”. Untuk dapat meningkatkan
kualitas hidup bangsa, telah dilaksanakan secara bersamaan pembangunan
ekonomi dan keluarga berencana.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zannah (2012). Yang meneliti tentang
gambaran keluhan – keluhan akibat penggunaan alat kontrasepsi IUD, pada
akseptor diwilayah kerja puskesmas sukajadi kota bandung menunjukan persentasi
akseptor yang mengeluhkan perubahan siklus menstruasi sebanyak 3 akseptor
(4,62), meningkatkan jumlah darah menstruasi 28 akseptor(43,08), spooting 18
akseptor(27,69%), dismenore 13 akseptor(20,00%), dan perubahan tekanan darah
49 akseptor(75,38%) Program Keluarga Berencana (KB) kini menjadi prioritas
utama untuk upaya mempercepat penurunan AKI yang mengacu pada intervensi
strategis “Empat Pilar Safe Motherhood”. Maka dari itu pemerintah menyediakan
berbagai macam kontrasepsi yang dapat digunakan.
Pilihan metode alat kontrasepsi antara lain: Metode sederhana, metode
modern dan metode mantap (DepKes RI, 2012). Salah satu alat kontrasepsi jangka
panjang yang popular digunakan saat ini yaitu IUD.
IUD adalah cara pencegahan kehamilan yang sangat efektif, aman dan
reversibel penggunaannya, terutama untuk wanita yang tidak terjangakit IMS
(Infeksi Menular Seksual) maupun yang sudah pernah melahirkan. Minat pemakai
kontrasepsi IUD sangat tinggi karena hanya memerlukan satu kali pemasangan,
tidak menimbulkan efek sistemik, ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara
masal (Pendit, 2007).
IUD mempunyai resiko terjadinya komplikasi dan efek samping yang dapat
terjadi diantaranya adalah rasa nyeri, perforasi, pendarahan, ekspulsi, translokasi,
dinfeksi.
Keputihan merupakan istilah umum bagi keluarnya cairan yang berlebihan
dari jalan lahir/vagina selain darah menstruasi. Warnanya bias jernih, putih,
kekuning-kuningan, kehijauan, coklat, abu-abu sampai warna keruh, kadang
berbau dan kadang terasa gatal (Manuaba, 2014).
Keputihan merupakan keluhan yang sering ditemukan pada perempuan.
Keputihan dapat terjadi dalam keadaan yang normal, tetapi dapat juga merupakan
gejala dari suatu kelainan atau keadaan yang patologis (Rozanah, 2008).
BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) di setiap daerah
di Indonesia berfungsi sebagai Pengkaji dan penyusun kebijakan nasional di
bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera, fasilitator dan pembinaan
terhadap kegiatan instansi pemerintah, swasta dan masyarakat dibidang Keluarga
Berencana dan Keluarga Sejahtera kepada akseptor KB dan petugas pelayanan
kesehatan Nasional. Hal ini untuk mencegah akseptor melakukan “drop out” atau
pencabutan IUD. (DinKes Jabar, 2013)
Pemerintah telah berupaya mengurangi efek samping dari penggunaan IUD
dengan menjadwalkan pemeriksaan akseptor KB IUD ke petugaskesehatan
nasional sesuai jadwal yang telah ditentukan di setiap fasilitas kesehatan.
Penjadwalan pemeriksaan KB IUD bertujuan untuk mengetahui lebih dini
jika terdapat efek samping atau komplikasi, selanjutnya petugas dan Institusi
Kesehatan melakukan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) secara lengkap
kepada PUS dan WUS diseluruh fasilitas kesehatan nasional, Yang dimaksud
dengan keputihan fisiologis adalah keputihan yang normal terjadi akibat
perubahan hormonal, seperti menjelang atau setelah menstruasi, stres, kehamilan,
dan penggunaan kontrasepsi dalam rahim (Intrauterine Device/IUD). Sedangkan
keputihan patologis adalah keputihan yang timbul akibat kondisi medis tertentu
yang umumnya disebabkan oleh infeksi parasit/jamur/bakteri.
Peserta KB baru secara Nasional 2014 untuk kontrasepsi IUD sebanyak
131.053 akseptor (7.70%), dari jumlah 9.388.374 akseptor (BKKBN,2014).
Sedangkan jumlah pengguna kontrasepsi IUD di Puskesmas Kromengan dari
bulan Januari sampai Desember 2021 sekitar 53 akseptor (2.73%), dari jumlah 226
akseptor KB.
Keputihan merupakan keluhan yang sering ditemukan pada perempuan.
Keputihan dapat terjadi dalam keadaan yang normal, tetapi dapat juga merupakan
gejala dari suatu kelainan atau keadaan yang patologis (Rozanah, 2008).
“Apabila keputihan ini tidak segera mendapat penanganan yang tepat dan
berlangsung berkepanjangan akan menjadi infeksi vagina, vulvitis (peradangan
pada vulva), vaginitis (peradangan pada vagina) dan bahkan menjadi vulvo
vaginitis peradangan pada vulva dan vagina” (Egan,2007).
Berhubung banyaknya volume keputihan dari pasien Ny.R setelah
menggunakan alat kontrasepsi, Maka penulis tertarik untuk mengambil asuhan
kebidanan dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny R Usia 36 Tahun P2 Ab0
Akseptor Kb Iud Dengan Keputihan Di Puskesmas Kromengan Kabupaten
Malang ”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dirumuskan.
“Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Ny R Usia 36 Tahun P2 Ab0 Akseptor Kb
Iud Dengan Keputihan Di Puskesmas Kromengan Kabupaten Malang dengan
menggunakan manajemen varney?”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Ny R Usia 36 Tahun P2
Ab0 Akseptor KB IUD Dengan Keputihan Di Puskesmas Kromengan
Kabupaten Malang dengan menggunakan manajemen kebidanan menurut
varney.
2. Tujun khusus
a) Mampu melakukan pengumpulan data pada akseptor IUD dengan
keputihan.
b) Menentukan interpretasi data pada akseptor IUD dengan keputihan.
c) Mengidentifikasikan diagnosa dan masalah potensial pada akseptor IUD
dengan keputihan.
d) Mengidentifikasikan kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi pada
akseptor IUD dengan keputihan.
e) Merencanakan asuhan yang menyeluruh pada akseptor IUD dengan
keputihan.
f) Melaksanakan rencana asuhan pada akseptor IUD dengan keputihan.
g) Mengevaluasi rencana asuhan pada akseptor IUD dengan keputihan
D. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi bahan masukan bagi institusi pendidikan untuk menghasilkan
lulusan bidan yang profesional dan mandiri, juga menambah pengetahuan dan
referensi mengenai asuhan kebidanan terutama pada akseptor IUD dengan
keputihan.
2. Bagi Lahan Praktek
Diharapkan dapat mempertahankan pelayanan yang sudah maksimal dan dapat
meningkatkan asuhan kebidanan kepada klien secara komprehensif, sehingga
klien bisa merasa puas dan senang atas pelayanan yang sudah diberikan.
3. Bagi Penulis Lainya
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan, mampu memberikan asuhan
kebidanan keluarga berencana pada Ny,R umur 65 tahun P 2A0 Akseptor IUD
dengan keputihan
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR KELUARGA BERENCANA

2.1.1 PENGERTIAN

KB adalah suatu upaya untuk mengatur jumlah dan jarak kelahiran dalam
mewujudkan kesehatan ibu dan anak serat kesejahteraan keluarga (BKKBN,
2017). KB merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan, usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan
keluarga yang bahagia dan sejahtera (Kurniawati,2015:23).
Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015: 182), KB adalah suatu usaha
pasangan suami-istri untuk mengatur jumlah dan jarak anak yangdiinginkan.
Usaha yang dimaksud adalah kontrasepsi atau pencegahankehamilan dan
perencanaan keluarga, prinsip dasar metode kontrasepsi adalah mencegah sperma
laki-laki mencapai dan membuahi sel telur wanita. Selain itu, KB juga merupakan
salah satu pelayanan kesehatan preventif yangpaling dasar dan utama bagi wanita
(Tresnawati, 2013).
KB merupakan suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan
jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi, untuk mewujudkan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Keluarga kecil, bahagia dan sejahtera
adalah yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual, material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, memiliki hubungan serasi, selaras,seimbang antar anggota dan antar
keluarga dengan masyarakat serta lingkungan (Sari, 2014).

2.1.2 Tujuan
Menurut Yuhedi dan Kurniawati (2015), tujuan umum program KB
nasional adalah memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan
kesehatan reproduksi. Keduanya menyatakan bahwa pelayanan keluaraga
berencana yang berkualitas, berguna dalam menurunkan (AKI) dan (AKB) serta
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi untuk membentukkeluarga kecil
berkualitas. Tujuan khusus KB adalah meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi
dan kesehatan KB dengan cara pengaturan jarak kelahiran (Purwoastuti dan
Walyani, 2015: 182).
2.1.3 Jenis KB
Jenis KB yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi :
1. Metode sangat sederhanan seperti Kondom, Spermisida (aerosol,
tabletvagina /dissolvable) , krim), pil dan MAL
2. Metode sederhana seprti cervical cap, suntik,
3. Metode Efektif terpilih seperti implant, intra uterine device (IUD)
4. Metode sangat efeksif permanen/ sterilisasi/ kontasepsi mantap seperti
metode operasi pria (MOP) dan metode operasi wanita (MOW)
2.1.4.Langkah-Langkah dalam Konseling
Memberikan konseling, khususnya bagi calon peserta KB yang baru
hendaknya menerapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci
“SATU TUJU” (Salam, Tanyakan, Uraikan, Bantu, Jelaskan, Ulangan). Menurut
Sulistyawati (2011), uraian mengenai “SATU TUJU” dapat dilihat pada
penjelasan berikut :
1. SA yaitu beri salam, sambut kedatangan dan berikan perhatian. Sambutlah
kedatangan klien tunjukan bahwa anda memperhatikan dan mau
menyediakan waktu, bersikap ramah dan sopan, perkenalkan diri anda,
berikan jaminan bahwa anda akan menjaga kerahasian percakapandengan
klien sehingga klien bebas bertanya dan mengemukakan pendapat, cari
tempat sedapat mungkin agar tidak ada orang lain yang bisa ikut
mendengarkan percakapan anda dengan klien, tawarkan pada klien apa
yang bisa anda bantu untuknya.
2. T yaitu tanyakan apa masalah dan apa yang ingin dikatakan. Jika klien
merupakan calon peserta yang baru anda kenal, tanyakan keterangan
dirinya seperti identitas, berapa kali mengalami kehamilan, berapa kali
melahirkan, jumlah anak yang hidup, cara atau alat KB yang dipakai
sekarang atau pernah dipakai, riwayat kesehatan (pernah sakit apa dan
penyakit yang pernah diderita). Informasikan bahwa semua keterangan ini
diperlukan untuk dapat menolongnya memilih cara atau alat KB yang
cocok dengan keadaan dan kebutuhannya.
3. U yaitu uraikan mengenai alat-alat KB yang ingin diketahui. Tanyakan
kepada klien apa yang sudah diketahuinya tentang alat-alat atau cara KB,
jelaskan cara atau alat KB mana yang tersedia dan dimana klien bisa
mendapatkanya, secara singkat uraikan tentang KB sebagai berikut cara
kerja, keuntungan dan kelebihan, kemungkinan efek samping, tingkat
keberhasilan, indikasi dan kontra indikasi.
4. TU yaitu bantu mencocokan alat KB dengan keadaan dan kebutuhan.
a. Tanyakan, apakah klien sudah punya pilihan cara KB yang akan
dipakainya. Dari jawabannya, perhatikan seberapa yakin klien dengan
pilihannya. Klien sudah punya pilihan tetapi tidak tahu alasannya
memilih cara itu atau mungkin juga dia sudah tahu alasannya memilih
cara itu. Namun mungkin klien belum tahu, belum bisa memilih dan
justru ingin ditolong supaya bisa memilih dengan baik.
b. Untuk dapat menolong memilih cara KB yang tepat, tanyakan tentang
rencana (berapa jumlah anak yang diinginkannya, berapa lama jarak
antara kelahiran anak-anaknya) dan keadaan keluarganya (penghasilan,
kegiatan atau kesibukan mereka suami istri).
c. Jika belum punya rencana untuk masa depan, mulailah pembicaraan
dengan keadaannya sekarang. Tanyakan, bagaimana keadaan
keluarganya saat ini.
d. Usahakan agar klien mau mengatakan terus terang mengenai kecemasan
dan keraguan atau ketakutan yang mungkin ada, baik mengenai KB
secara umum maupun tentang pemakaian alat KB. Bicarakan juga
sumber-sumber informasi yang didengarnya mengenai hal itu dan
bagaimana pengaruh terhadap dirinya.
e. Beri kesempatan klien untuk bertanya dan tanyakan jika ada sesuatu
yang masih kurang jelas atau ingin diketahui lebih lanjut. Ulangi
penjelasan-penjelsan yang penting jika diperlukan.
f. Beberapa cara KB mungkin tidak cukup aman dan nyaman untuk
beberapa orang. Apabila anda merasa bahwa klien mungkin tidak cocok
memakai implan karena menderita tekanan darah tinggi, berikan
penjelasan, lalu tolonglah dengan membicarakan bersama agar dapat
dipilih cara KB lain yang lebih aman dan cocok.
5. J jelaskan alat KB apa yang akan digunakan Setelah memiliki pilihan cara
KB tertentu, jelaskan hal sebagai berikut:
a. Contoh dari cara KB yang diinginkan, gunakan alat peraga.
b. Tempat pelayanan dan biayanya (puskesmas, bidan dan dokter praktik
swasta, apotek rujukan, dan lain-lain).
c. Beberapa cara KB tertentu, seperti kontrasepsi mantap (kontap),
implan, IUD diperlukan tanda tangan suami istri pada lembar informed
consent. Jelaskan tentang isi lembar yang harus ditanda tangani itu dan
alasan-alasannya baik dari segi kepentingan dirinya maupun untuk
petugas yang melayani
d. Jelaskan cara-cara pemakaian alat/ obat KB yang dipilih.
e. Minta klien mengulangi petunjuk yang harus diingatnya.
Dengarkanbaik-baik untuk memastikan apakah dia sudah
memahaminya denganbenar.
f. Jelaskan mengenai kemungkinan efek samping dari kontrasepsi yang
digunakan dan tanda atau gejala yang perlu diperhatikan, serta apa yang
harus dilakukan jika gejala-gejala itu muncul.
g. Minta klien mengulanginyaberikan bahan-bahan KIE cetak seperti
leaflet,booklet,atau selebaran yang berisi informasi mengenai alat
kontrasepsi yang diinginkannya untuk dibawa pulang.
h. Beritahukan kapan klien harus kembali untuk kunjungan ulang,
beritahukanuntuk segerakembali menemui anda jika menginginkannya
atau jika mengalami gangguan efek samping.
6. U ulangan, sambutlah dengan baik apabila klien perlu konseling ulang.
Pada kunjungan ulang, lakukan hal-hal berikut tanyakan apakah klien
masih menggunakan cara KB ketika bertemu anda yang terakhir kali,
kalau “ya” tanyakan apakah klien menyukainya, tanyakan apakah klien
mengalami efek samping, jika klien memang mengalami keluhan efek
samping, jelaskan kemungkinan penyebabnya dan sarankan hal yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalahnya. Tanyakan, apakah klien masih
ingin bertanya dan menjelaskan keluhannya atau keinginannya.

2.1.5 Macam-macam metode kontrasepsi


Menurut Firdayanti (2012: 66), macam-macam metode kontrasepsi
dibagi atas antara lain :
A. Metode Tradisional
Metode yang sudah lama digunakan akan tetapi memiliki tingkat
keberhasilan yang rendah. Metode tradisional ini antara lain
penggunaan semprot vagina, sengggama terputus dan penggunaan
agens pembersih vagina.
B. Metode alamiah yang tanpa alat
Metode alamiah yang tanpa alat antara lain metode kelender, metode
suhu basal badan, metode lendir servik, metode pantang berkala,
metode amenorae laktasi, metode senggama terputus.
C. Metode alamiah dengan alat (Metode Barier)
Metode barier merupakan metode alamiah yang menggunakan alat
terdiri atas kondom, spermiside, diafragma, kap serviks.
D. Metode Modern
Metode modern terdiri dari metode kontrasepsi hormonal dan non
hormonal. Metode hormonal terdiri dari pil KB, suntik dan implan dan
metode non hormonal terdiri dari IUD.
E. Metode mantap , yang terdiri dari tubektomi dan vasektomi.

2.2 IUD
1. Pengertian IUD/AKDR
Yang dimaksud dengan AKDR adalah bahan inert sintetik (dengan
atau tanpa unsur tambahan untuk sinergi efektifitas) dengan berbagai
bentuk, yang di pasangkan ke dalam Rahim untuk menghasilkan efek
kontraseftif. Bentuk AKDR yang beredar di pasaran adalah spiral
(lippes loop), huruf T (TCu380A, TCu200C dan Nova T), tulang ikan
(MLCu250 dan 375) dan batang (Gynefix). Unsur tambahan adalah
tembaga (cuprum) atau hormone (levonorgestrel). (Prawirohardjo,
2009).
Definisi IUD
IUD (Intra Uterine Divice) adalah bahan inest inthetik (dengan atau
tanpa unsur tambahan untuk sinergi efektivitas dengan berbagai bentuk
yang dipasang ke dalam rahim untuk menghasilkan efek kontrasepsi
(Saifuddin, 2009).

2. Jenis-jenis IUD
Jenis alat kontrasepsi dalam rahim / IUD yang sering digunakan di
Indonesia (Menurut Proverawati 2010), antara lain :
a. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada
bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan
kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti
pembuahan) yang cukup baik.

b. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk
memudahkan pasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter
batang vertical 32 mm dan ditabahkan gulungan kawat tembaga
(Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2,fugsinya sama
seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.

c. Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan
kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung
atas ke bawah 3,6 cm.

Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas


permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada
3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.

d. Lippes loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti
spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang
benang pada ekornya. Keuntungan lain dari spiral jenis ini ialah bila
terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus,
sebab terbuat dari bahan plastik.

e. Mekanisme Kerja IUD


Menurut Manuaba (2010), mekanisme kerja local IUD sebagai
berikut:
1) IUD merupakan benda asing dalam rahim sehingga menimbulkan
reaksi benda asing dengan timbunan leukosit, makrofag dan
limfosit.
2) IUD menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin,
yang menghalangi kapasitas spermatozoa.
3) Pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag dan limfosit
menyebabkan blastokis mungkin dirusak oleh makrofag dan
blastokis tidak mampu melaksanakan nidasi
Ion Cu yang dikeluarkan IUD dengan Cupper menyebabkan gangguan
gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk melaksanakan
konsepsi
3. Efektivitas IUD
Menurut Proverawati (2010), efektivitas IUD sangat tinggi yaitu berkisar
antara 0,6 – 0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama
(1kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan). Sedangkan menurut
Wiknjosastro (2007), efektivitas IUD untuk mencegah kehamilan cukup
tinggi dalam jangka waktu yang lama.
Angka kehamilan pada pemakaian IUD berkisar antara 1–3 per 100
wanita pada tahun pertama, dan angka tersebut menjadi lebih rendah pada
tahun-tahun berikutnya.
4. Prosedur pemasangan AKDR (Menurut Sulistyawati, 2012).
Pemasangan AKDR bervariasi untuk rincian tertentu disesuaikan
dengan tipe AKDR dan alat untuk memasukannya. Anda harus mempelajari
petunjuk tentang cara memasukan AKDR yang belum anda kenal. Namun,
tanpa memperhatiakn AKDR yang digunakan, ada beberpa langkah yang
harus diikuti untuk teknik memasukan AKDR. Langkah-langkah tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Dapatkan surat persetujuan yang telah ditandatangani oleh klien yang
bersangkutan.
b. Pastikan hasil pap smear dan pemeriksaan diagnosis untuk mendeteksi
klamida dan gonorea yang dilakukanpada kunjungan pertama sebelum
AKDR dipasang (meninjau kembali persetujuan pemasangan AKDR,
riwayat penapisan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboraturium)
bernilai negative dan nilai hemoglobin/hematocrit serta pemeriksaan lain
berada dalam batasan normal.
c. Pastikan bahwa klien yang menginginkan pemasangan AKDR tidak
sedang hamil melalui pemeriksaan fisik atau tes kehamilan.
d. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan (pemeriksaan pelviks, speculum,
tenakulum, dan pemasangan AKDR).
e. Lakukan pemeriksaan bimanual, janagan memepercayai temuan
pemeriksaan bimanual yang dilakukan orang lain sebelum pemasangan
AKDR, temuan spesifik yang berkaitan dengan pemasangan AKDR
digunakan untuk alasan sebagai berikut.
1) Menyingkirkan kemungkinan kehamilan.
2) Menyingkirkan penyakit inflamasi serviks.
3) Menentukan posisi, ukuran dan bentuk uterus.
f. Masukan speculum dan sesuaikan untuk mendapat ruang pandang
terluas sehingga memudahkan pemasangan AKDR.
g. Bersihkan serviks secara menyeluruh dengan cairan antiseptic untuk
mengurangi resiko infeksi. Tanyakan kepada klien apakah ia alergi
terhadap cairan antiseptic sebelum cairan digunakan.
h. Masukan tenakulum kedalam serviks.
1) Masukan tenakulum kedalam serviks anterior pada arah jam 10 dan
jam 2 kurang lebih 1,5-2 cm (sekitar ¾ inci) dari jarak tulang
eksternal.
2) Buatlah sudut tenakulum dari arah atas kebawah sehingga penekanan
tenakulum tidak terlalu dangkal, dan tidak menyobek serviks ketika
tenakulum ditarik, atau terlalu dalam sehingga mengakibatkan
obstruksi saluran serviks.
3) Anda dapat lebih mudah memanipulasi tenakulum bila anda
menggunakan kedua tangan, dengan satu tangan berfungsi
mengontrol kedua sisi tenakulum.
4) Tutplah tenakulum secara perlahan, selesaikan satu persatu. Beritahu
klien bahwa ia akan meraskana nyeri tajam singkat pada saat ini.
Apabila klien mengalami nyeri, tunggulah sampai nyeri tersebut
hilang sebelum melanjutkan langkah berikutnya yaitu membuka
uterus.
5) Tenakulum juga dapat berada pada arah jam 8 dan jam 4, bila
tenakulum lebih mudah memasuki serviks posterior dari pada serviks
anterior.
6) Tenakulum tidak boleh diletakan pada arah jam 3 atau jam 9 karena
pada area tersebut terdapat pembuluh darah terutama yang
menyuplai darah ke serviks dan dapat mengakibatkan perdarahan
berlebihan.

i. Lihatlah uterus menggunakan alat diagnostic untuk menentukan posisi


uterus, menyingkirkan ostrusi saluran uterus, dan mengukur kedalaman
rongga uterus.
1) Informasikan kepada klien bahawa ia dapat merasa kram ketika alat
periksa uterus melewati tulang serviks internal.
2) Peganglah sonde uterus diantara ibu jari dan dua jari pertama anda,
seperti saat anda memegang sebuah pensil. Hal ini memungkinkan
anda memiliki pengontrolan yang lebih sensitive dan halus.
3) Tariklah tenakulum dengan mantap dan kuat untuk meluruskan
uterus.
4) Gunakan tekanan yang lembut, masukan sonde uterus kedalam
saluran serviks sampai anda merasakan tahanan dalam tulang
internal.
j. Masukan AKDR kedalam alat bantu pasangnya. Tindakan ini
merupakan prosedur steril. Langkah ini dilakukan sejenak sebelum
pemasangan AKDR karena alat yang terbuat dari plastic ini akan
kehilangan kemampuan mempertahankan bentuknya sesaat setelah alat
tersebut tertanam didalam uterus. Semakin sedikit waktu AKDR berada
didalam alat bantu pemsangannya, maka kehilangan kemampuan yang
akan terjadi semakin kecil sehingga AKDR dapat kembali kebentuknya
semula ketika sudah berada didalam uterus.
k. Masukan AKDR kedalam rongga uterus.
a) Beritahu klien bahwa klien dapat merasakan kram.
b) Mula-mula, tariklah dengan perlahan dan mantap pada tenakulum
untuk memperkuat kedua sisi uterus. Pertahankan tarikan ini sampai
AKDR memasuki rongga uterus.
c) Masukan AKDR kedalam alat bantu pemasangannya kedalam
saluran serviks dan kedalam tulang internal.
d) Masukan AKDR kedalam rongga uterus dengan cara melepaskannya
dari alat bantu kemudian lakukan pemasangan AKDR

dengan tepat. Pastikan prosedur yang telah dilakukan sesuai dengan


AKDR yang digunakan. Beberapa alat AKDR menggunakan dorongan
kedalam rongga uterus, sedangkan alat AKDR lain hanya diletakan
didalam fundus dan kemudian alat bantunya ditarik keluar. Pemasukan
alat dari alat bantu pemasangan AKDR harus dilakukan perlahan-lahan
untuk mengurangi kemungkinan sinkop vasovagal. Tekanan berlebihan
tidak diperlukan. Apabila tampaknya diperlukan tekanan berlebih,
hentikan dan evaluasi kembali. jngan pernah mendorong paksa AKDR
kedalam rongga uterus, karena tindakan ini beresiko bagi anda untuk
mendorongnya kedalam dinding uterus.
l. Lepas alat bantu memasukan AKDR dan tenakulum sesuai prosedur
yang tepat untuk AKDR yang digunakan.
m. Apabila benang akan dipotong, maka potonglah tidak lebih pendek dan
kurang lebih 11/2-2 inci (3,75 sampai 5 cm) dari tulang srviks eksternal,
tindakan ini akan menyisakan sedikit benang, AKDR telah kembali ke
bentuk semula dan saat uterus berada pada posisinya semula (keduanya
dapat menyebebkan beberapa benang tertarik ke atas, masuk kedalam
uterus), masih ada sedikit benang yang terlihat dan dapat teraba. Apabila
benang tersebut masih terlalu panjang pada kunjungan ulang pertama,
benang tersebut dapat diperpendek.
n. Lepaskan tenakulum apabila terjadi perdarahan pada area pemasangan,
beri tekanan dengan lidi kapas atau dengan kasa 4 × 4 pada cincin forcep
sampai perdarahan berhenti. Beberapa klinisi tidak melakukan
speculum, dinding vagina akan memberi cukup tekanan untuk
menghentikan perdarahan.
o. Lepaskan speculum.
p. Bersihkan perineum.
q. Beri kesempatan klien untuk beristirahat dan menyegarkan diri bila ia
menginginkannya.

r. Beri pendidikan kesehatan tentang cara memeriksa keadaan AKDR


s. Beri pembalut perineum setelah pemasangan AKDR dan biarkan klien
mengenakan kembali pakaiannya.
t. Catatlah semua temuan yang didapat, tuliskan jenis AKDR yang
dimasukan, apakah anda menemukan kesulitan pada saat pemasangan
AKDR, kedalaman rongga uterus, posisi uterus, dan panjang benang.
u. Jawablah semua pertanyaan klien dan berikan petunjuk mengenai
AKDR dan perawatan lanjutan.
5. Pemeriksaan lanjutan (follow-up) (Menurut Prawirohardjo, 2009).
Pemeriksaan sesudah AKDR dipasang, dilakukan 1 minggu sesudahnya,
pemeriksaan kedua 3 bulan kemudian, dan selanjutnya tiap 6 bulan. Tidak
ada consensus berapa lama AKDR jenis lippes loop boleh ditinggalkan
dalam uterus, akan tetapi demi efektifitasnya, AKDR Copper 7 atau
Copper T sebaiknya diganti tiap 3 tahun.
6. Hal yang perlu diperhatikan saat tindak lanjut setelah pemasangan.
a. Keluhan-keluhan: perdarahan, sakit pinggang, mules-mules,
keputihan, dan AKDR lepas (ekspulsi).
b. Haid berlebih atau nyeri saat haid.
c. Memastikan AKDR masih ada dalam Rahim (hal yang paling
penting).
7. Cara mengeluarkan AKDR (Menurut Prawirohardjo, 2009). Menegluarkan
AKDR biasanya dilakukan dengan jalan menarik benang AKDR yang
keluar dari ostium uteri eksternum dengan dua jari, dengan pinset, atau
dengan cunam. Kadang-kadang benang AKDR tidak tampak di ostium uteri
eksternum.
Tidak terlihatnya benang AKDR ini dapat disebabkan oleh 1) akseptor
menjadi hamil; 2) perforasi uterus; 3) ekspulsi yang tidak disadari oleh
rongga uterus, seperti ada mioma uterus.

1) Keuntungan IUD
Menurut Manuaba (2010), keuntungan IUD adalah sebagai berikut:
a) IUD dapat diterima masyarakat dunia termasuk Indonesia dan
menempati urutan ketiga dalam pemakaian.
b) Pemasangan tidak memerlukan medis tekhnis yang sulit.
c) Kontrol medis yang ringan.
d) Penyulit tidak terlalu berat.
e) Pulihnya kesuburan setelah IUD dicabut berlangsung baik.
2) Kerugian kontrasepsi IUD menurut Manuaba (2010), antara lain:
a) Masih terjadi kehamilan dengan IUD in situ.
b) Terdapat pendarahan (spotting dan menometroragia).
c) Leukorea, sehingga menguras protein tubuh dan liang senggama
terasa lebih basah.
d) Dapat terjadi infeksi.
e) Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau
sekender dan kehamilan ektopik.
f) Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan portio (erosi portio) dan
mengganggu hubungan seksual.
8. Yang dapat menggunakan IUD (menurut prawirohardjo, 2012)
a. Usia reproduktif.
b. Keadaan nulipara.
c. Menginginkan menggunakan kontarsepsi jangka panjang.
d. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui banyinya.
f. Resiko rendah dari IMS.
g. Tidak menghendaki metode hormonal.
h. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
i. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama (lihat
kontasepsi darurat).

9. Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR (Prawirohardjo, 2012).


a. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).
b. Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi).
c. Sedang menderita infeksi alat genetalia (vaginitis, servistitis).
d. Tiga bulan terakhir sedang, mengalami atau sering menderita PRP
atau abortus septik.
e. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak Rahim yang
dapat mempengaruhi kavum uteri.
f. Penyakit trovoblas yang ganas.
g. Diketahui menderita TBC pelvik.
h. Kanker alat genetalia.
i. Ukuran rongga Rahim kurang dari 5 cm.
Hal-hal penting yang harus diperhatiakn untuk IUD pascapersalinan
adalah:
a. Konseling AKDR seharusnya sudah diberiakn selama ibu hamil
melakukan asuhan antenatal.
b. Pelaksanaan pemasangan AKDR pascapersalinan harus memiliki
kompetensi untuk melaksanakan hal tersebut karena tingkat ekspulsi
berhubungan erat dengan teknik insersi dan kompetensi petugas.
c. Perlu dilakuakn control ulang (4-6 minggu) untuk memastikan AKDR
masih ada di kavum uteri.
10. Waktu penggunaan (Menurut Prawirohardjo, 2012).
a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4
minggu pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode
amenorea laktasi (MAL). Perlu diingat, angka ekspulsi tinggi pada
pemasangan segara atau selama 48 jam pascapersalinan.
d. Setelah menderita abortus (segera atau dalm waktu7 hari) apabila tidak
ada gejala infeksi.

e. Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi.


11. Petunjuk bagi klien (Menurut Prawirohardjo, 2012).
a. Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minngu pemasangan
AKDR.
b. Selama 4 bulan pertama menggunakan AKDR, periksalah benang
AKDR secara rutin terutama setelah haid.
c. Setelah bulan pertama pemasngan, hanya perlu memeriksakan
keberadaan benang setelah haid apabila mengalami:
1) Kram/kejang di perut bagian bawah.
2) Perdarahan (spotting) di antara haid atau setelah senggama.
3) Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak
nyaman selama melakukan hubungan seksual.
4) Opper T-380A perlu dilepaskan setelah 10 tahun pemasangan,
tetapi dapat dilakukan lebih awal apabila diinginkan.
5) Kembali ke klinik apabila:
6) Tidak dapat meraba benang AKDR.
7) Merasakan bagian yang keras dari AKDR.
8) AKDR terlepas.
9) Siklus terganggu/meleset.
10) Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan.
Adanya infeksi
2.3 Keputihan
1. pengertian
Keputihan merupakan istilah umum bagi keluarnya cairan yang
berlebihan dari jalan lahir/vagina selain darah menstruasi. Warnanya bias
jernih, putih, kekuning-kuningan, kehijauan, coklat, abu-abu sampai warna
keruh, kadang berbau dan kadang terasa gatal (Manuaba, 2014).
Flour albus adalah nama lain dari keputihan. Setiap waktu pasti
pernah mengalami keputihan. Normalnya keputihan dialami sebelum atau
sesudah menstruasi. Namun, banyak juga wanita yang mengalami keputihan
abnormal. Yang dimaksud abnormal disini adalah keputihan menimbulkan
rasa tak nyaman pada vagina. Perlu diingat bahwa keptuihan itu tak
mengenal factor usia, biasa muda, biasa tua, bahkan bayi (Andira, 2010).
Keputihan merupakan keluhan yang sering ditemukan pada
perempuan. Keputihan dapat terjadi dalam keadaan yang normal, tetapi
dapat juga merupakan gejala dari suatu kelainan atau keadaan yang
patologis (Rozanah, 2008).

Vagina yang normal selalu berada dalam kondisi lembab dan permukaannya
basah oleh cairan atau lendir (selanjutnya disebut secret), seperti kondisi
mulut yang senantiasa basah oleh liur. Secret yang diproduksi oleh kelenjar
pada leher atau mulut Rahim (serviks), dinding vagina dan kelenjar
bartholini di bibir kemaluan, menyatu dengan sel-sel dinding vagina yang
lepas serta penting dalam menjamin fungsi yang optimal dari organ ini.
Cairan di jaringan vagina ini berfungsi sebagai system perlindungan alami,
mengurangi gesekan dinding vagina saat berjalan dan saat melakukan
hubungan seksual (Wisnhuwardani, 2009).
Sifatnya dapat berubah sesuai dengan perubahan hormon yang terjadi
dalam siklus haid. Pada masa pertenganhan pertama dari siklus haid, dengan
pengaruh hormon estrogen, secret yang dikeluarkan tipis, bening dan elastis.
Setelah ovulasi (pelepasan sel telur) pada pertengahan siklus haid, lendir
yang diproduksi dengan pengaruh hormon progesterone berubah
karakternya menjadi lendir yang kental, keruh seperti jell. Melalui
pengamatan terhadap sifat secret yang keluar ini, dapat diketahui kapan
terjadinya ovulasi atau masa subur. Keputihan dapat dikatakan normal bila
tanpa gejala dan tanda lain yang menunjukan kemungkinan adanya kelainan
(Wisnuwardani, 2009).
Selain cairan, dijaringan vagina juga hidup kuman pelindung yaitu
flora doderleins. Pada keadaan normal, jumlahnya cukup dominan dengan
fungsi menjaga keseimbangan ekosistem vagina. Pada beberapa kondisi
normal, keseimbangan itu terganggu misalnya stress, menjelang atau setelah
haid, kelalahan, diabetes, saat terangsang, hamil atau mengkonsumsi obat
hormonal seperti pil KB. Gangguan hormonal inilah yang membuat cairan
vagina yang keluar sedikit berlebihan. Inilah yang disebut keputihan (lokere
atau flour albus) tetapi keputihan akibat gngguan hormonal biasanya masih
dalam tahap keadaan normal karena tidak ada perubahan warna, bau atau
rasa gatal (Anita, 2006).

Flour albus (leukorea), walaupun tidak mengandung bahaya maut (keculai


pada karsinoma servisis uteri), cukup mengganggu penderita, baik fisik
maupun mental. Sifat dan bnyaknya keputihan dapat memberi petunjuk
kearah etiologinya. Perlu ditanyakan sudah berapa lama keluhan itu, terus
menerus atau pada waktu-waktu tertentu saja, banyaknya, warnanya,
baunya, disertai rasa gata/nyeri atau tidak. Secara fisiologik keluarnya
getah yang berlebih dari vulva (biasanya lendir) dapat dijumpai pada waktu
ovulasi, waktu menjelang dan setelah haid, rangsangan seksual dan dalam
kehamilan. Akan tetapi, apabila merasa terganggu dirinya, berganti celana
beberapa kali sehari, lebih-lebih apabila keputihan itu disertai rasa gatal
dan/atau nyeri, maka pasti yang dihadapi itu suatu keadaan patologik, yang
memerlukan pemeriksaan dan penanganan yang seksama. Flour albus
karena trikomoniasis dan kandiasis hamper selalu disertai rasa gatal.
Demikian pula halnya dengan flour albus karena diabetes mellitus, sedang
vaginitis senilis disertai rasa nyeri. Adanya radang pelvis menahun dan
infeksi virus dapat menimbulkan keputihan pula (Prawirohardjo, 2009).
12. Macam-macam keputihan
a. Keputihan fisiologis
Vagina yang normal selalu berada dalam kondisi lembab dan
permukaan basah oleh cairan/lendir (selanjutnya disebut secret), dinding
vagina dan bibir kemaluan, menyatu dengan sel-sel dinding vagina yang
lepas serta bakteri yang normal berada dalam vagina, bersifat asam dan
berperan penting dalam menjamin fungsi yang optimal dari organ ini
(Wisnuwardani, 2009).
Keputihan pada wanita sebenarnya merupakan reaksi yang keluar
karena suatu rangsangan, seperti halnya pilek atau batuk atau gatal-gatal
pada kulit. Banyak penyebab keputihan dari yang bersifat psikologis
(stress) sampai yang bersifat organic (jamur, virus, bakteri) atau
mungkin karena factor hormonal (menjelang/sesudah mens, masa subur)
(Sangsara, 2007).

Keputihan fisiologis juga disebut keputihan normal. Vagina


mengeluarkan sejumlah cairan yang berguna untuk melindungi diri dari
infeksi ditandai keluarnya lendir encer dan bening. Lendir ini tidak
menimbulkan rasa gatal di sekitar vagina dan tidak menimbulkan bau
anyir. Keputihan jenis ini pada umumnya pernah dialami wanita dan
bersifat normal. Namun gangguan ini sedini mungkin harus dicegah.
Penyebabnya adalah pengaruh psikis misalnya terlalu lelah, cemas,
stress, depresi dan biasanya timbul pada saat menjelang atau setelah
menstruasi (Hembing, 2005).
Kondisi normal yang dapat menyebabkan secret keluar berlebih
adalah pada keadaan:
1) Bayi baru lahir hingga berusia kira-kira 10 hari, hal ini karena
pengaruh estrogen dari ibunya.
2) Masa sekitar manarch atau pertama kali haid datang. Keadaan ini
ditunjang oleh hormon estrogen.
3) Seorang wanita yang mengalami gairah seksual. Hal ini berkaitan
dengan persiapan vagina untuk menerima penetrasi pada senggama.
4) Masa sekita ovulasi Karena produksi kelenjar-kelanjar mulut rahim.
5) Kehamilan yang mengakibatkan meningkatnya suplai darah ke
daerah vagina ke mulut Rahim, serta penebalan dan melunaknya
selaput lendir vagina.
6) Akseptor kontrasepsi pil dan akseptor IUD.
7) Pengeluaran lendir yang bertambah pada wanita yang sedang
menderita penyakit kronik, atau pada wanita yang mengalami stress
(Wisnuwardani, 2009).
b. Keputihan patologis
Biasanya keputihan patologis atau keputihan tidak normal ditandai
dengan secret yang berbeda dengan menimbulkan gejala lain pada
penderita. Beberapa perubahan yang dapat ditemukan misalnya: bau
yang tidak enak, secret berwarna, keputihan bersemu darah atau
keputihan yang menimbulkan rasa gatal, terasa perih atau panas pada
kemaluan apalagi bila tersentuh air saat berkemih.
Keputihan patologis perlu diwaspadai seperti cairan yang berbau,
berwarna, dan gatal. Sedangkan banyanya atau sedikitnya cairan
keputihan keluar, tergantung dari masing-masing. Sebab

semua orang berbeda penyebab keputihan yang abnormal adanya


indikasi baik jamurn bakteri dan penyebablainnya, sperti tumor atau
kanker Rahim.
Tanda dan gejala keputihan patologis
1) Secret berlebihan, putih seperti susu dan menyebabkan bibir
kemaluan gatal. Kemungkinan penyebab infeksi jamur candida.
Sering terjadi pada kelamin dan pada pengobatan dengan antibiotic,
penderita diabetes militus, dan akseptor KB pil.
2) Secret berlebih, warna putih kehijauan atau kekuningan dengan bau
yang tidak sedap.
3) Keputihan disertai nyeri perut bagian bawah atau nyeri panggul
bagian belakang, dan badan terasa sakit atau meriang.
4) Secret sedikit atau banyak, berupa nanah, rasa sakit seperti terbakar
saat berkemih, terjadi beberapa waktu setelah hubungan seksual
dengan pasangan yang sedang ada keluhan pada kemaluannya.
5) Secret kecoklatan seperti darah terjadi pada senggama.
6) Secret bercampur darah terjadi ditengah siklus haid atau setelah
senggama.
7) Secret bercampur darah disertai bau yang khas akibat banyaknya sel-
sel yang mati (Prayitno, 2014)
13. Patofisiologi keputihan
Keputihan sering dikaitkan dengan kadar keasaman daerah sekitar
vagina, karena keputihan bisa terjadi akibat PH vagina tidak seimbang.
Sementara kadar keasaman vagina disebabkan oleh dua hal, factor intern
dan ekstern. Faktor intern antara lain pil kontrasepsi yang mengandung
estrogen, IUD yang bisa menyebabkan bakteri, kanker, atau HIV positif,
sedangkan factor ekstern antar lain kurangnya personal hygine
(Maharani,2009).
Secara umum keputihan bisa disebabkan oleh beberapa hal yang
berhubungan dengan personal hygine diantaranya:

a. Penggunaan tisyu yang terlalu sering untuk membersihkan organ


kewanitaan. Biasanya, hal ini dilakukan setelah BAK ataupun BAB.
b. Mengenakan pakaian berbahan sintetis yang ketat, sehingga ruang yang
ada tidak memadai. Akibatnya, timbulah iritasi pada organ kewanitaan.
c. Sering kali menggunakan WC yang kotor, sehingga memungkinkan
adanya bakteri yang dapat mengotori organ kewanitaan.
d. Jarang mengganti panty liner.
e. Sering kali bertukar celana dalam atau handuk dengan orang lain,
sehingga kebersihannya tidak terjaga.
f. Kurangnya perhatian terhadap organ kebersihan kewanitaan.
g. Membasuh organ kewanitaan kearah yang salah yaitu arah basuhan yang
dilakukan dari belakang ke depan.
h. Tidak segera mengganti pembalut ketika menstruasi.
i. Menggunakan sabun pembersih untuk membersihkan organ kewanitaan
secara berlebihan sehingga flora doderleins yang berguna menjaga
tingkat keasaman didalam organ kewanitaan terganghu.
j. Tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang kotor (Bahari, 2012).
14. Pencegahan Keputihan
a. Hindari pakaian dalam yang ketat
Kelembaban dan hawa panas adalah kombinasi yang sempurna bagi
pertumbuhan jamur. Berjemur dengan pakaina dalam yang basah dan
terbuat dari nilon, pantyhose, leotard atau celana jins yang ketat hanya
menimbulkan maslah. Paling baik adalah menggunakan baju-baju nyang
longgar.
b. Hindari makanan yang mengandung gula

Terdapat sedikit sekali bukti ilmiah, namun sejumlah besar bukti yang
bersifat anekdot menunjukan bahwa dengan maknan-makanan yang
mengandung gula, wanita dapat mengurani kemungkinan untuk
mendapatkan infeksi-infeksi jamur dengan alsan berkurangnya glikosa
didalam vagina.

c. Perlakukan dengan hati-hati


Segala sesuatu yang menimbulkan iritasi pada jaringan vagina
mengakibatkan seorang wanita mudah terkena infeksi jamur. Hindari
smprotan higienis pewangi untuk vagina, kertas toilet yang wangi, atau
membersihkan vagina terlalu sering.
d. Cobalah mengganti alat kontrasepsi
Penelitian-penelitain telah menunjukan bahwa kontrasepsi oral, IUD,
dan spermisidida yang dipakai di vagina dan spons kontrasepsi, dapat
meningkatkan kecenderungan seorang wanita untuk terjangkit adanya
infeksi jamur.
15. Pengobatan Keputihan
Pengobatan keputihan yang dilakukan tergantung pada
penyebabnya, bila karena infeksi diberi obat anti infeksi (antibiotic, anti
jamur), bila karena psikologis dicari dan diselesaikan penyebabnya, kalu
faktor hormonal selama tidak menimbulkan infeksi biasannya tidak perlu
pengobatan (sangsara, 2007).
Tujuan pengobatan flour albus pada dasarnya terdiri dari 3 tahap
yaitu menghilangkan gejala, membrantas penyebab dan mencegah timbulnya
kembali flour albus. Untuk itu upaya yang dilakukan adalah anamnesa,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboraturium serta pemeriksaan lainnya.
Khusus untuk flour albus akibat infeksi maka pasangan seksual penderita
harus diperiksa dan diobati. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi fenomena
pingpong.
Sesuai gejala dan tanda diatas kepastian diagnose perlu ditegaskan
oleh dokter.

a. Bila keputihan abnormal, jangan nambah permasalahn dengan


menyiramkannya dengan air hangat atau pansa, di garuk, disabuni
dengan menggosok secara berlebihan. Bersihkan dengan air dingin,
pakai pakaian dalam katun yang agak longgar, jangan pakai stoking atau
celana ketat Pemakaina jamu, berendam dengan air sirih dan lain-lain
umumnya hanya mengurani gejala. Bila ada infeksi jamur kurangi
konsumsi gula, cari pertolongan untuk kepastian diagnosis.

B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan


1. Pengertian asuhan kebidanan
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan, dan tanggung
jawab bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki
kebutuhan dan/atau masalah kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru
lahir, keleuarga berencana, kesehatan reproduksi wanita, dan pelayanan
kesehatan masyarakat).
2. Tujuan asuhan kebidnan
Tujuan asuhan kebidanan adalah menjamin kepuasan dan keselamatan
ibu dan bayinya sepanjang siklus reproduksi, mewujudkan keluarga bahagia
dan berkualitas melalui pemberdayaan perempuan dan keluarganya dengan
menimbulkan rasa percaya diri (Soepardan, 2008).

2.4 Konsep Dasar Manajemen Kebidanan


1. Pengertian manajemen kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan ketrampilan dalam rangkaian
atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada
klien (Varney, 2006).
2. Manajemen Kebidanan dan Langkah-langkah Asuhan Kebidanan
Menurut Varney (2006), manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah
yang berurutan, dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses
periodik dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan berakhir dengan
evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk kerangka lengkap yang dapat
menjadi langkah-langkah tertentu dan dapat berubah sesuai dengan keadaan
pasien. Adapun pelaksanaan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah
Varney tersebut adalah sebagai berikut :

a. Langkah Pertama : Pengumpulan dan Pengkajian Data


Sistematis dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Varney, 2006).
Tahap ini meliputi :
1) Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang dikatakan oleh pasien atau orang yang
terdekat yang mencerminkan pikiran perasaan dan persepsi mereka
sendiri (Nursalam, 2007).
a) Biodata
(1) Nama : Untuk mengetahuui nama pasien.

(2) Umur : Untuk mengenal faktor resiko dari umur


pasien.

(3) Agama : Berguna untuk memberi motivasi pasien


sesuai dengan kepercayaannya.

(4) Suku/bangsa : Untuk mengetahui adat dan kebiasaan


pasien.

(5) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan


ibu dalam bidang kesehatan.

(6) Pekerjaan : Untuk mengetahui status sosial ekonomi


dan aktifitas ibu sehari

(7) Alamat : Untuk mendapatkan gambaran


lingkungan tempat tinggal pasien.

b) Keluhan utama
Adalah mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan
(Varney, 2006).
Pada kasus KB IUD dengan keputihan keluhannya adalah
pengeluaran perdarahan diluar haid, merasakan nyeri saat

berkemih dan keluar cairan yang berlebihan berwarna kecoklatan,


berbau dan tak kunjung sembuh (Ferry, 2007).

c) Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, siklus
mentruasi,lamanya menstruasi, banyaknya darah menstruasi,
teratur/tidak menstruasinya, sifat darah menstruasi, keluhan yang
dirasakan sakit waktu menstruasi disebut disminorea (Estiwidani
dkk., 2008). Pada kasus keputihan terajadi perubahan siklus
haid,perdarahan antar menstruasi haid lebih lama dan banyak dan
saat haid lebih sakit (Saifuddin, 2010).
d) Riwayat Perkawinan
Pada status perkawinan yang ditanyakan adalah kawin, berapa kali,
usia menikah berapa tahun, dengan suami usia berapa,lama
perkawinan, dan sudah mempunyai anak belum. Hal ini perlu
diketahui seberapa perhatian suami kepada istrinya (Estiwidani dkk.,
2008).
e) Riwayat Kehamilan dan Nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran : G
(gravidarum), P (para), A (abortus), H (hidup). Riwayat persalinan
yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran, lamanya
melahirkan, dan cara melahirkan. Masalah/ gangguan kesehatan
yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan. Riwayat kelahiran anak,
mencangkup berat badan bayi sewaktu lahir, adakah kelainan
bawaan bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi hidup/ mati saat
dilahirkan (Estiwidani dkk., 2008).
f) Riwayat Keluarga Berencana
Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan : jenis kontrasepsi,
efek samping, keluhannya apa, alasan berhenti, (bila tidak memakai
lagi),lamanya menggunakan alat kontrasepsi (Etiwidani dkk, 2008).

g) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan untuk memastikan bahwa tidak ada kontra
indikasi pemakaian KB IUD seperti penyakit jantung, diabetes
militus dengan komplikasi. Tumor dan adanya perdarahan
pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya (Saifuddin, 2009).
h) Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi : Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi
pada pasien dengan mengamati adakah
penurunan berat badan atau tidak ada pada
pasien (Susilawati, 2008).
Pola Eliminasi : Untuk mengetahui perubahan siklus BAB dan
BAK, apakah lebih dari 4 kali sehari, BAK
sedikit atau jarang (Susilawati, 2008).
Pola Istirahat : Mungkin terganggu karena adanya rasa yang
tidak nyaman (Susilawati, 2008).
Pola Hygiene : Kebiasaan mandi setiap harinya (Susilawati,
2008).
Aktivitas : Aktivitas akan terganggu karena kondisi tubuh
yang lemah atau adanya nyeri akibat penyakit
yang dialaminya (Susilawati, 2008).
Pola Seksualitas : Untuk mengetahui kebiasaan hubungan
seksual klien dengan suami dan adakah
terdapat kelainan atau keluhan selama
hubungan seksual (Susilowati, 2008). Pada
kasus pola seksual ibu menurun (Hartanto,
2007).
i) Riwayat Psikologis
Dengan menggunakan pendekatan psikologis kesehatan maka akan
diketahui gaya hidup orang tersebut dan pengaruh psikologi
kesehatan terhadap gangguan kesehatan (UII, 2008). Pada kasus
keputihan ibu merasa cemas dengan keadaannya (Rachmawati,
2006).
2) Data Objektif
Data objektif data yang dapat dilihat dan diobservasikan tenaga
kesehatan (Priharjo, 2006).
a) Pemeriksaan Fisik
(1) Tekanan Darah : Untuk mengetahui faktor resiko
hipertensi atau potensi dengan nilai
satuannya mmHg. Keadaan
sebaiknya antara 90 per 60 sampai
130/90 mmHg atau peningkatan
sistolik tidak lebih dari 30 mmHg
dan peningkatan diastolik tidak
lebih dari 14 mmHg dari kedaan
pasien normal pada atau paling
sedikit pengukuran berturut-turut
pada selisih 1 jam (Wiknjosastro,
2007).

(2) Pengukuran Suhu : Suhu badan normal adalah 36˚C


sampai 37˚C. Bila suhu tubuh lebih
dari 38˚C harus dicurigai adanya
infeksi (Wiknjosastro, 2002).

(3) Nadi : Denyut nadi normal 70 x/menit


sampai 88 x/menit (Perry&Potter,
2005).

(4) Pernafasan : Dinilai sifat pernafasan dan bunyi


nafas dalam satu menit pernafasan
kurang dari 40 kaliper menit atau
lebih dari 60 kali per menit
(Saifuddin, 2009

b) Inspeksi
(1) Rambut : Untuk menilai warna, ketebalan,
distribusidan karakteristik (Alimun, 2006).

(2) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak adakah


kelainan adakah oedema ( Wiknjokosastro
2006).
(3) Mata : Conjungtivs anemis atau tidak, sclera
ikterik atau tidak (Amirul, 2006).

(4) Hidung : Untuk mengetahui apakah ada polip atau


tidak (Rachmawati, 2006).

(5) Mulut : Untuk mengetahui mulut bersih apa tidak,


ada caries dan karang gigi tidak
(Wiknjokosastro, 2006).

(6) Telinga : Bagaimana keadaan daun telinga, liang


telinga dan timpani, ketajaman pendengaran
(Alimul, 2006).

(7) Leher : Untuk megetahui pembesaran tyroid, nyeri


atau kekakuan pada leher, keterbatasan
gerak leher, pembesaran atau nyeri tekan
pada kelenjar getah bening, kesimetrisan
trakea. Hal ini untuk mengetahui adanya
peradangan atau gngguan metabolisme
tubuh (Varney, 2007).

(8) Payudara : Untuk mengetahui kesimetrisan, ukuran,


massa, lesi jaringan perut pada struktur

dan dinding dada. Hal ini untuk mengetahui


apakah ada tumor atau kanker/tidak (Varney,
2007).

(9) Abdomen : Apakah ada jaringan perut atau bekas


operasi, adakah nyeri tekan serta adanya
massa (Alimul, 2006).

(10) Ekstremitas : Untuk mengetahui adanya oedema,


varices (Wiknjosastro, 2006).

c) Pemeriksaan Obstetri, terdiri dari :


(1) Vagina Taucher : Untuk mengetahui apa ada nyeri sentuh,
benjolan, meraba benang IUD, adakah leokorea (Varney, 2007).
(2) Obstium uteri eksternum (OUE) : tertutup atau tidak,
mengetahui adanya flour albus, perdarahan post coitus dan
lendir berwarna kecoklatan (Ferry, 2008).
(3) Inspekulo : seberapa banyak keputihan yang terjadi dan
berwarna putih menyala (Varney, 2007).
(4) Pada kasus erosi portio inspeculo fluor ada warna putih, tidak
berbau, benang IUD tampak ± 3 cm di depan portio, tampak
luka kemerahan di sekitar obstium uteri eksternum (Rahmawati,
2006).
3) Pemeriksaan penunjang atau laboratorium
Digunakan untuk mengetahui kondisi klien sebagai data penunjang
yaitu dilakukan pemeriksaan pap smear (Manuaba, 2008). pada kasus
keputihan dilakukan untuk mengetahui adanya diagnosis dini
keganasan, perawatan ikutan dari keganasan, interpretasi hormonal
wanita dan menentukan proses peradangan (Manuaba, 2005).
b. Langkah Kedua : Interpretasi Data
Data dasar yang sudah dikumpulkan, diinterpretasikansehingga
dirumsukan diagnosa, masalah dan kebutuhan. Diagnosa kebidanan

adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan


(Varney, 2007).
1) Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup
praktek kebidanan (Estiwidani dkk., 2008).
Diagnosa : Ny. X P… A… Akseptor KB IUD dengan keputihan.
Dasar :
a) Data Subyektif :
(1) Adanya perdarahan di luar haid setelah pemakaian IUD.
(2) Adanya perdarahan post coitus.
(3) Keluar lendir berwarna kecoklatan. (Ferry, 2005).
(4) Adanya pengeluaran darah bercampur sekret dan kadang juga
bercampur dengan nanah (Varney, 2004).
(5) Adanya rasa nyeri saat buang air kecil (Susilowati, 2008).
b) Data Obyektif
(1) Pemeriksaan TTV : suhu terjadi kenaikan 37º-38ºC, Nadi lebih
dari 100 x/menit (Proverawati, 2010).
(2) Pemeriksaan abdomen akseptor merasa nyeri pada perut bagian
bawah (Fery, 2005).
c. Pemeriksaan obstetri : ada flour berwarna putih, tidak berbau,benang
IUD tampak didepan portio, tampak luka kemerahan di sekitar
obstium uteri eksternum (Rahmawati, 2006).
2) Masalah
Masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang ditemukan dari
hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai dengan keadaan
pasien (Nursalam, 2004). Masalah yang sering ditemukan pada akseptor
KB IUD dengan keputihan yaitu merasa cemas (Ferry, 2008).

3) Kebutuhan

Kebutuhan meruapakan hal-hal yang dibutuhkan pasien, pasien dan


yang belum teridentifikasi dalam diagnosa masalah yang didapatkan

dengan melakukan analisa data (Varney, 2006). Kebutuhan akseptor KB


IUD antara lain :
a) Penjelasan tentang efek samping dari IUD (Hartanto, 2007).
b) Penjelasan tentang kebersihan (Vulva hygiene) (Hartanto, 2007).
c) Pengobatan pada keputihan (Ferry, 2005).

c. Langkah Ketiga : Diagnosa Potensial


Diagnosa potensial adalah suatu pernyataan yang timbul berdasarkan
diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
engidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila diagnosa atau masalah potensial ini benar- benar terjadi
(Varney, 2006). Diagnosa potensial yang terjadi pada KB IUD dengan
keputihan adalah terjadinya keganasan (Hartanto, 2007).
d. Langkah Keempat : Antisipasi
Pada langkah ini perlu diambil segera untuk mengantisipasi diagnosa
potensial yang berkembang lebih lanjut dan menimbulkan komplikasi,
sehingga dapat segera dapat segera dilakukan tindakan yang sesuai dengan
diagnosa potensial yang muncul (Varney, 2004). Pada kontrasepsi IUD
tindakan yang dilakukan oleh bidan adalah dengan pemberian metronidazol
500 mg/oral tiap 6 jam dan kalmetason 3 x 0,5 mg/oral selama 3 hari,
pemberian nasehat Vulva hygiene (Hartanto, 2007).
e. Langkah Kelima : Perencanaan
Merupakan pengembangan rencana perawatan yang komprehensif
ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini adalah sebuah perluasan
dari mengidentifikasi masalah dan diagnosa yang telah diantisipasi dan yang
terbaru dan juga melibatkan usaha untuk memperoleh bagian tambahan dari
data apapun yang hilang (Varney, 2006).

Perencanaan asuhan yang menyeluruh berkaitan dengan diagnosa


kebidanan, masalah dan kebutuhan, maka perencanaan yang perlu dilakukan
terhadap klien menurut BKKBN (2009), adalah :
(1) Periksa keadaan umum dan kesadaran pada kunjungan ulang
(2) Periksa tanda-tanda vital
(3) Periksa pengeluaran pervaginam
(4) Rawat vagina dengan albothyl konsentrasi 36% dengan cara
mengusap vagina dengan kapas yang telah diberi albothyl 36%.
(5) Beri informasi tentang personal hygiene daerah vagina dengan cara
melakukan cebok dari arah depan ke belakang.
(6) Anjurkan pada ibu untuk minum obat metronidazol 500 mg 3 x sehari
dan kalmetason 0,5 mg x 3 sehari.
(7) Anjurkan pada ibu untuk kontrol 3 hari sampai keputihan sembuh atau
membaik.
f. Langkah Keenam : Implementasi
Implementasi merupakan pelaksaan dari asuhan yang telah
dierencanakan secara efisien dan aman. Pada kasus dimana bidan harus
berkolaborasi dengan dokter, maka keterlibatan bidan dalam manajemen
asuhan pasien adalah tetap bertanggung jawab terhadap pelaksanaan asuhan
bersama yang menyeluruh (Varney, 2006). Pelaksanaan asuhan kebidanan
pada akseptor KB IUD dengan keputihan sesuai dengan perencanaan yang
telah dibuat.
g. Langkah Ketujuh : Evaluasi
Merupakan langkah terakhir untuk menilai keaktifan dari rencana
asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam masalah dan
diagnosa (Varney, 2006). Evaluasi yang diharapkan pada akseptor KB IUD
dengan keputihan menurut Hartanto (2007), yaitu :
(1) Pasien mengatakan sudah tidak merasakan cemas.
(2) Keadaan umum baik, kesadaran composmentis.
(3) Inspekulo tidak ada sedikit fluor albus
BAB III
TINJAUAN TEORI

3.1 PENGKAJIAN
Tanggal : 24 April 2022
Jam : 10.00
1. Data Subyektif
a. Identitas
Nama : Ny. R Nama Suami : Tn. S
Umur : 36 tahun Umur : 40 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat Rumah :Kromengan Alamat Rumah : Kromengan
b. Alasan Datang
Ibu merasakan keluar keputihan banyak dan terasa gatal
c. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 5-6 hari
Banyaknya : 3 x ganti pembalut
Warna : Merah
HPHT : 10 Maret 2022
d. Riwayat perkawinan
Kawin ke- :I
Lama perkawian : 2 tahun
e. Riwayat persalinan terakhir
Tanggal persalinan : 20 -09-2020
Jenis persalinan : Spontan
Apakah sedang menyusui : ya
f. Riwayat KB sebelumnya
Ibu pernah memakai KB Suntik 3 bulan..
g. Riwayat penyakit lainnya
Sedang mendapat pengobatan jangka panjang : Tidak ada
Saat ini sedang menderita penyakit kronis : Tidak ada
h. Riwayat sosial
Merokok : Tidak
Minuman keras : Tidak
i. Riwayat Ginekologi
Tumor : Tidak ada
Perdarahan pervaginam : Tidak ada
Keputihan : saat ini ibu mengalami keputihan dan gatal
j. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit DM ,
Jantung: ,Hepatitis, Hipertensi,TBC.
1. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital : Nadi : 74x/ menit
Suhu : 36,6ºC
RR : 20x/ menit
BB : 46 Kg
b. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : rambut panjang dan kulit kepala bersih , tidak ada nyeri tekan
serta tidak ada benjolan
2. Wajah : Keadaan Wajah tidak pucat , tidak ada kelainan
3. Mata : Konjugtiva berwarna merah muda , sklera tidak ikterus
4. Hidung : Tidak ada polip
5. Telinga : Tidak tampak kelainan
6. Mulut : Bersih , tidak tampak caries
7. Leher : Tidak ada pembesaran Kelenjar gondok atau tyroid
8. Dada : Simestri kiri dan kanan,puting susu menonjol , tidak ad a
benjolan , radang atau luka.
9. Abdomen : tidak ada jaringan perut
10. Ekstermitas atas dan bawah : .tidak ada luka parut pada lengan , tidak terdapat
odema dan varies
11. Genetalia : tampak ledir keputihan, dan iritasi pada labia
2. Pemeriksaan inspekulo
Genetalia Dalam : tampak benang iud dan keputihan di daerah portio, tidak ada
bercak darah.

II. IDENTIFIKASI MASALAH ATAU DIAGNOSA


Data dasar
Diagnosa : Ny R Usia 36 Tahun P2 Ab0 Akseptor KB IUD Dengan Keputihan
DS : ibu mengatakan mengeluarkan keputihan banyak dan terasa gatal
Masalah : ibu merasa cemas dengan keadaannya
Kebutuhan :
a) Penjelasan tentang efek samping dari IUD
b) Penjelasan tentang kebersihan (Vulva hygiene)
c) Pengobatan pada keputihan

III. ANTISIPASI MASALAH


TIDAK ADA MASALAH

IV. IDENTIFIKASI PERLUNYA TINDAKAN SEGERA


TIDAK DIPERLUKAN

IV. INTERVENSI
Tanggal : 24 April 2022
Jam : 10.20 WIB
1. Beri informasi kepada ibu tentang keadaan umumnya
2. Beri informasi tentang personal hygiene daerah vagina dengan cara melakukan
cebok dari arah depan ke belakang.
3. Anjurkan pada ibu untuk minum obat metronidazol 500 mg 3 x sehari dan
miconazole salep untuk iritasi pada vagina.
4. Anjurkan pada ibu untuk kontrol 3 hari sampai keputihan sembuh atau membaik.

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 24 April 2022
Jam : 10.25 WIB

1. Memberi informasi kepada ibu tentang keadaan umumnya


2. Memberi informasi tentang personal hygiene daerah vagina dengan cara
melakukan cebok dari arah depan ke belakang.
3. Menganjurkan pada ibu untuk minum obat metronidazol 500 mg 3 x sehari dan
miconazole salep untuk iritasi pada vagina.
4. Menganjurkan pada ibu untuk kontrol 3 hari sampai keputihan sembuh atau
membaik.

VII. EVALUASI
Tanggal : 24 April 2022
Jam : 10.30 WIB

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan keadaan umumnya


2. Ibu mengerti tentang personal hygiene daerah vagina dengan cara melakukan cebok
dari arah depan ke belakang.
3. Ibu mengerti cara meminum obat metronidazol 500 mg 3 x sehari dan miconazole
salep untuk iritasi pada vagina.
4. Ibu setuju untuk kontrol 3 hari sampai keputihan sembuh atau membaik.
BAB IV
PENUTUP

Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. R umur 36 tahun P2A0 akseptor
kontrasepsi IUD di Puskesmas Kromengan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dan
saran untuk meningkatkan Asuhan Kebidanan khususnya untuk akseptor kontrasepsi IUD
dengan keputihan.
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan dengan menggunakan manajemen
kebidanan menurut Varney pada akseptor kontrasepsi IUD dengan keputihan maka
penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian akseptor kontrasepsi IUD diperoleh data subyektif dan data obyektif
diperoleh dari hasil wawancara pasien dimana keluhan utama adalah ibu mengatakan
mengeluarkan keputihan yang agak banyak dan terasa gatal ibu merasa terganggu
dengan keputihan yang dialaminya. Sedangkan data obyektif diperoleh dari
pemeriksaan fisik, keadaan ibu, palpasi abdomen tidak ada nyeri tekan tidak
ditemukan adanya kelainan lain, inspekulo tampak benang iud dan lender kepitihan
dan tampak iritasi pada vagina.
2. Interpretasi data diperoleh dari pengumpulan data yang diambil dari pengkajian
sehingga didapatkan diagnoasa yang tepat yaitu Ny. R umur 36 tahun P2A0 akseptor
kontrasepsi IUD dengan keputihan. Dimana timbul masalah kecemasan dan rasa
ketidaknyamanan pada ibu akibat keputihan yang dialaminya sehingga sehingga diberi
kebutuhan penjelasan tentang perawatan vulva hygiene.
3. Pada kasus Ny. R akseptor kontrasepsi IUD dengan keputihan tidak sampai terjadi
diagnosa potensial karena tidak ada masalah yang menimbulkan diagnosa potensial.
4. Pada kasus Ny. R akseptor kontrasepsi IUD dengan keputihan tidak ada antisipasi
tindakan segera.
5. Rencana tindakan pada akseptor kontrasepsi IUD dengan keputihan yaitu jelaskan
hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, mengingatkan ulang ibu untuk meminum
terapi yang diberikan secara teratur, memberikan konseling tentang vulva hygiene,
beritahu ibu untuk kunjungan ulang bila ada keluhan.
6. Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
7. Evaluasi dari asuhan yang diberikan pada Ny. R selama 3 hari diperoleh hasil keadaan
umum baik, tidak ada masalah potensial yang muncul, ibu tidak cemas dan sudah
merasa nyaman, perdarahan bercak berhenti, ibu bersedia datang kesarana kesehatan
bila ada keluhan dan ibu tetap menggunakan kontrasepsi IUD.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas perlu adanya upaya untuk meningkatkan pelayanan yang
lebih baik. Oleh karena itu penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Penulis
Diharapkan dari hasil studi kasus ini dapat meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor
kontrasepsi IUD dengan keputihan.
2. Profesi
Diharapkan dapat sebagai masukan dalam menangani kasus atau melaksanankan
asuhan kebidanan khususnya pada akseptor kontrasepsi IUD dengan keputihan.
3. Institusi
a. Puskesmas Kromengan
Bagi Puskesmas diharapkan dapat memberikan pelayanan berkaitan dengan
konseling tentang efek samping dan keluhan masalah yang disebabkan keputihan
seperti vulva hygiene.
b.Pendidikan
Bagi pendidikan dapat dijadikan referensi tambahan secara alternatif pemecahan
masalah dan untuk membandingkan teori yang telah dipelajari dibangku kuliah dan
kenyataan dilapangan, terutama mengenai asuhan kebidanan keluarga berencana
pada akseptor kontrasepsi IUD dengan keputihan.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, B., Adriaansz, G. & dkk, &., 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 4
ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Baziad, A., 2010. Kontrasepsi Hormonal. 2 ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Budi, R. T. & Nova, W., 2017. Efek Samping Akseptor KB Suntik Depo Medroksi
Progesterone Acetat (DMPA) Setelah 2 Tahun Pemakaian. Jurnal Kesehatan,
Volume 08, p. 37.
Fitri, I., 2018. Nifas Kontrasepsi Terkini dan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Handayani, S., 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Kartika, M., 2016. Asuhan Kebidanan KB Suntik 3 Bulan dengan Spotting di RB Hj Tri Tuti R
Sukoharjo. Penelitian.
Kesehatan, M., 2017. Permenkes RI No 28, s.l.: Mentri Kesehatan.
Rusmini, Purwandani, S. & dkk, &., 2017. Pelayanan dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta:
CV.
Susilowati, E., 2011. KB Suntik 3 Bulan dengan Efek Samping Gangguan Haid dan
Penanganannya. p. 11.
Timbawa, S., Kundre, R. & Bataha, Y., 2015. Hubungan Vulva Hygiene Dengan
Pencegahan Infeksi. E-Journal Keperawatan, Volume 3, p. 2.

Anda mungkin juga menyukai