OLEH :
ULYN NUHAELLA
NIM.2082B0286
Laporan praktik dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny R Usia 36 Tahun P2 Ab0
Akseptor Kb Iud Dengan Keputihan Di Puskesmas Kromengan Kabupaten Malang telah
disetujui oleh pembimbing penyusunan Asuhan pada :
Hari/tanggal :
Malang, .......................
Mahasiswa
ULYN NUHAELLA
Mengetahui
Bd. Shanti Natalia, SST., M. Kes Bd. Endah Pujiati, SST., M. Kes
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan YME atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang di
limpahkan, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan di Puskesmas
Kromengan.
Penyusunan laporan Asuhan Kebidanan ini merupakan tugas yang di wajibkan bagi
mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Bidan IIK STRADA INDONESIA KEDIRI
yang akan menyelesaikan pendidikan akhir program. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini
terutama :
1. Dr. dr. Sentot Imam Suprapto., M. M selaku Rektor IIK STRADA Indonesia.
2. Yenny Puspitasari S.Kep,Ns, M.Kes selaku Ka Prodi Pendidikan Profesi Bidan IIK
STRADA Indonesia.
3. Bd. Miftakhur Rohmah, SST, M. Kes selaku Dosen Pembimbing
4. Endah Pujiati, SST., M. kes selaku Pembimbing Lahan di Puskesmas Kromengan
5. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Askeb ini.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penyusunan
Asuhan Kebidanan Holistik ini. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca demi peningkatan penyusunan Asuhan Kebidanan
selanjutnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga Berencana menurut WHO (World Healt Organisation) adalah
tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk : menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan,mendapatkan kelahiran yang diinginkan,
mengatur interval diantara kelahiran, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan umur suami dan istri, menentukan jumlah anak dalam keluarga
(Meiliasari, 2012).
Hasil penelitian Berenson all tahun 2013 di Amerika Serikat membuktikan
bahwa 61,2% efek samping IUD dialami oleh wanita usia 15-24 tahun dan 22,6%
dialami oleh usia 25-44 tahun, efek samping yang timbul berupa
dispareunia,disminorhoe,amenorea,polymenore,pendarahan post coital,erosi
portio,radang panggul dan 6,2% mengalami kegagalan pemasangan berupa
terjadinya kehamilan. Penelitian tersebut membuktikan bahwa akseptor KB IUD
usia 15-24 tahun lebih rentan mengalami efek samping kontrasepsi IUD
dibandingkan dengan usia 25-44 tahun.
Keluarga yang berkualitas adalah yang sejahtera, sehat, maju, mandiri,
memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab,
harmonis dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saifuddin, 2006).
Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan dapat menerima
paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional yang telah diubah visinya
dari “mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera” menjadi visi untuk
mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”. Untuk dapat meningkatkan
kualitas hidup bangsa, telah dilaksanakan secara bersamaan pembangunan
ekonomi dan keluarga berencana.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zannah (2012). Yang meneliti tentang
gambaran keluhan – keluhan akibat penggunaan alat kontrasepsi IUD, pada
akseptor diwilayah kerja puskesmas sukajadi kota bandung menunjukan persentasi
akseptor yang mengeluhkan perubahan siklus menstruasi sebanyak 3 akseptor
(4,62), meningkatkan jumlah darah menstruasi 28 akseptor(43,08), spooting 18
akseptor(27,69%), dismenore 13 akseptor(20,00%), dan perubahan tekanan darah
49 akseptor(75,38%) Program Keluarga Berencana (KB) kini menjadi prioritas
utama untuk upaya mempercepat penurunan AKI yang mengacu pada intervensi
strategis “Empat Pilar Safe Motherhood”. Maka dari itu pemerintah menyediakan
berbagai macam kontrasepsi yang dapat digunakan.
Pilihan metode alat kontrasepsi antara lain: Metode sederhana, metode
modern dan metode mantap (DepKes RI, 2012). Salah satu alat kontrasepsi jangka
panjang yang popular digunakan saat ini yaitu IUD.
IUD adalah cara pencegahan kehamilan yang sangat efektif, aman dan
reversibel penggunaannya, terutama untuk wanita yang tidak terjangakit IMS
(Infeksi Menular Seksual) maupun yang sudah pernah melahirkan. Minat pemakai
kontrasepsi IUD sangat tinggi karena hanya memerlukan satu kali pemasangan,
tidak menimbulkan efek sistemik, ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara
masal (Pendit, 2007).
IUD mempunyai resiko terjadinya komplikasi dan efek samping yang dapat
terjadi diantaranya adalah rasa nyeri, perforasi, pendarahan, ekspulsi, translokasi,
dinfeksi.
Keputihan merupakan istilah umum bagi keluarnya cairan yang berlebihan
dari jalan lahir/vagina selain darah menstruasi. Warnanya bias jernih, putih,
kekuning-kuningan, kehijauan, coklat, abu-abu sampai warna keruh, kadang
berbau dan kadang terasa gatal (Manuaba, 2014).
Keputihan merupakan keluhan yang sering ditemukan pada perempuan.
Keputihan dapat terjadi dalam keadaan yang normal, tetapi dapat juga merupakan
gejala dari suatu kelainan atau keadaan yang patologis (Rozanah, 2008).
BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) di setiap daerah
di Indonesia berfungsi sebagai Pengkaji dan penyusun kebijakan nasional di
bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera, fasilitator dan pembinaan
terhadap kegiatan instansi pemerintah, swasta dan masyarakat dibidang Keluarga
Berencana dan Keluarga Sejahtera kepada akseptor KB dan petugas pelayanan
kesehatan Nasional. Hal ini untuk mencegah akseptor melakukan “drop out” atau
pencabutan IUD. (DinKes Jabar, 2013)
Pemerintah telah berupaya mengurangi efek samping dari penggunaan IUD
dengan menjadwalkan pemeriksaan akseptor KB IUD ke petugaskesehatan
nasional sesuai jadwal yang telah ditentukan di setiap fasilitas kesehatan.
Penjadwalan pemeriksaan KB IUD bertujuan untuk mengetahui lebih dini
jika terdapat efek samping atau komplikasi, selanjutnya petugas dan Institusi
Kesehatan melakukan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) secara lengkap
kepada PUS dan WUS diseluruh fasilitas kesehatan nasional, Yang dimaksud
dengan keputihan fisiologis adalah keputihan yang normal terjadi akibat
perubahan hormonal, seperti menjelang atau setelah menstruasi, stres, kehamilan,
dan penggunaan kontrasepsi dalam rahim (Intrauterine Device/IUD). Sedangkan
keputihan patologis adalah keputihan yang timbul akibat kondisi medis tertentu
yang umumnya disebabkan oleh infeksi parasit/jamur/bakteri.
Peserta KB baru secara Nasional 2014 untuk kontrasepsi IUD sebanyak
131.053 akseptor (7.70%), dari jumlah 9.388.374 akseptor (BKKBN,2014).
Sedangkan jumlah pengguna kontrasepsi IUD di Puskesmas Kromengan dari
bulan Januari sampai Desember 2021 sekitar 53 akseptor (2.73%), dari jumlah 226
akseptor KB.
Keputihan merupakan keluhan yang sering ditemukan pada perempuan.
Keputihan dapat terjadi dalam keadaan yang normal, tetapi dapat juga merupakan
gejala dari suatu kelainan atau keadaan yang patologis (Rozanah, 2008).
“Apabila keputihan ini tidak segera mendapat penanganan yang tepat dan
berlangsung berkepanjangan akan menjadi infeksi vagina, vulvitis (peradangan
pada vulva), vaginitis (peradangan pada vagina) dan bahkan menjadi vulvo
vaginitis peradangan pada vulva dan vagina” (Egan,2007).
Berhubung banyaknya volume keputihan dari pasien Ny.R setelah
menggunakan alat kontrasepsi, Maka penulis tertarik untuk mengambil asuhan
kebidanan dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny R Usia 36 Tahun P2 Ab0
Akseptor Kb Iud Dengan Keputihan Di Puskesmas Kromengan Kabupaten
Malang ”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dirumuskan.
“Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Ny R Usia 36 Tahun P2 Ab0 Akseptor Kb
Iud Dengan Keputihan Di Puskesmas Kromengan Kabupaten Malang dengan
menggunakan manajemen varney?”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Ny R Usia 36 Tahun P2
Ab0 Akseptor KB IUD Dengan Keputihan Di Puskesmas Kromengan
Kabupaten Malang dengan menggunakan manajemen kebidanan menurut
varney.
2. Tujun khusus
a) Mampu melakukan pengumpulan data pada akseptor IUD dengan
keputihan.
b) Menentukan interpretasi data pada akseptor IUD dengan keputihan.
c) Mengidentifikasikan diagnosa dan masalah potensial pada akseptor IUD
dengan keputihan.
d) Mengidentifikasikan kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi pada
akseptor IUD dengan keputihan.
e) Merencanakan asuhan yang menyeluruh pada akseptor IUD dengan
keputihan.
f) Melaksanakan rencana asuhan pada akseptor IUD dengan keputihan.
g) Mengevaluasi rencana asuhan pada akseptor IUD dengan keputihan
D. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi bahan masukan bagi institusi pendidikan untuk menghasilkan
lulusan bidan yang profesional dan mandiri, juga menambah pengetahuan dan
referensi mengenai asuhan kebidanan terutama pada akseptor IUD dengan
keputihan.
2. Bagi Lahan Praktek
Diharapkan dapat mempertahankan pelayanan yang sudah maksimal dan dapat
meningkatkan asuhan kebidanan kepada klien secara komprehensif, sehingga
klien bisa merasa puas dan senang atas pelayanan yang sudah diberikan.
3. Bagi Penulis Lainya
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan, mampu memberikan asuhan
kebidanan keluarga berencana pada Ny,R umur 65 tahun P 2A0 Akseptor IUD
dengan keputihan
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1 PENGERTIAN
KB adalah suatu upaya untuk mengatur jumlah dan jarak kelahiran dalam
mewujudkan kesehatan ibu dan anak serat kesejahteraan keluarga (BKKBN,
2017). KB merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan, usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan
keluarga yang bahagia dan sejahtera (Kurniawati,2015:23).
Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015: 182), KB adalah suatu usaha
pasangan suami-istri untuk mengatur jumlah dan jarak anak yangdiinginkan.
Usaha yang dimaksud adalah kontrasepsi atau pencegahankehamilan dan
perencanaan keluarga, prinsip dasar metode kontrasepsi adalah mencegah sperma
laki-laki mencapai dan membuahi sel telur wanita. Selain itu, KB juga merupakan
salah satu pelayanan kesehatan preventif yangpaling dasar dan utama bagi wanita
(Tresnawati, 2013).
KB merupakan suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan
jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi, untuk mewujudkan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Keluarga kecil, bahagia dan sejahtera
adalah yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual, material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, memiliki hubungan serasi, selaras,seimbang antar anggota dan antar
keluarga dengan masyarakat serta lingkungan (Sari, 2014).
2.1.2 Tujuan
Menurut Yuhedi dan Kurniawati (2015), tujuan umum program KB
nasional adalah memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan
kesehatan reproduksi. Keduanya menyatakan bahwa pelayanan keluaraga
berencana yang berkualitas, berguna dalam menurunkan (AKI) dan (AKB) serta
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi untuk membentukkeluarga kecil
berkualitas. Tujuan khusus KB adalah meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi
dan kesehatan KB dengan cara pengaturan jarak kelahiran (Purwoastuti dan
Walyani, 2015: 182).
2.1.3 Jenis KB
Jenis KB yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi :
1. Metode sangat sederhanan seperti Kondom, Spermisida (aerosol,
tabletvagina /dissolvable) , krim), pil dan MAL
2. Metode sederhana seprti cervical cap, suntik,
3. Metode Efektif terpilih seperti implant, intra uterine device (IUD)
4. Metode sangat efeksif permanen/ sterilisasi/ kontasepsi mantap seperti
metode operasi pria (MOP) dan metode operasi wanita (MOW)
2.1.4.Langkah-Langkah dalam Konseling
Memberikan konseling, khususnya bagi calon peserta KB yang baru
hendaknya menerapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci
“SATU TUJU” (Salam, Tanyakan, Uraikan, Bantu, Jelaskan, Ulangan). Menurut
Sulistyawati (2011), uraian mengenai “SATU TUJU” dapat dilihat pada
penjelasan berikut :
1. SA yaitu beri salam, sambut kedatangan dan berikan perhatian. Sambutlah
kedatangan klien tunjukan bahwa anda memperhatikan dan mau
menyediakan waktu, bersikap ramah dan sopan, perkenalkan diri anda,
berikan jaminan bahwa anda akan menjaga kerahasian percakapandengan
klien sehingga klien bebas bertanya dan mengemukakan pendapat, cari
tempat sedapat mungkin agar tidak ada orang lain yang bisa ikut
mendengarkan percakapan anda dengan klien, tawarkan pada klien apa
yang bisa anda bantu untuknya.
2. T yaitu tanyakan apa masalah dan apa yang ingin dikatakan. Jika klien
merupakan calon peserta yang baru anda kenal, tanyakan keterangan
dirinya seperti identitas, berapa kali mengalami kehamilan, berapa kali
melahirkan, jumlah anak yang hidup, cara atau alat KB yang dipakai
sekarang atau pernah dipakai, riwayat kesehatan (pernah sakit apa dan
penyakit yang pernah diderita). Informasikan bahwa semua keterangan ini
diperlukan untuk dapat menolongnya memilih cara atau alat KB yang
cocok dengan keadaan dan kebutuhannya.
3. U yaitu uraikan mengenai alat-alat KB yang ingin diketahui. Tanyakan
kepada klien apa yang sudah diketahuinya tentang alat-alat atau cara KB,
jelaskan cara atau alat KB mana yang tersedia dan dimana klien bisa
mendapatkanya, secara singkat uraikan tentang KB sebagai berikut cara
kerja, keuntungan dan kelebihan, kemungkinan efek samping, tingkat
keberhasilan, indikasi dan kontra indikasi.
4. TU yaitu bantu mencocokan alat KB dengan keadaan dan kebutuhan.
a. Tanyakan, apakah klien sudah punya pilihan cara KB yang akan
dipakainya. Dari jawabannya, perhatikan seberapa yakin klien dengan
pilihannya. Klien sudah punya pilihan tetapi tidak tahu alasannya
memilih cara itu atau mungkin juga dia sudah tahu alasannya memilih
cara itu. Namun mungkin klien belum tahu, belum bisa memilih dan
justru ingin ditolong supaya bisa memilih dengan baik.
b. Untuk dapat menolong memilih cara KB yang tepat, tanyakan tentang
rencana (berapa jumlah anak yang diinginkannya, berapa lama jarak
antara kelahiran anak-anaknya) dan keadaan keluarganya (penghasilan,
kegiatan atau kesibukan mereka suami istri).
c. Jika belum punya rencana untuk masa depan, mulailah pembicaraan
dengan keadaannya sekarang. Tanyakan, bagaimana keadaan
keluarganya saat ini.
d. Usahakan agar klien mau mengatakan terus terang mengenai kecemasan
dan keraguan atau ketakutan yang mungkin ada, baik mengenai KB
secara umum maupun tentang pemakaian alat KB. Bicarakan juga
sumber-sumber informasi yang didengarnya mengenai hal itu dan
bagaimana pengaruh terhadap dirinya.
e. Beri kesempatan klien untuk bertanya dan tanyakan jika ada sesuatu
yang masih kurang jelas atau ingin diketahui lebih lanjut. Ulangi
penjelasan-penjelsan yang penting jika diperlukan.
f. Beberapa cara KB mungkin tidak cukup aman dan nyaman untuk
beberapa orang. Apabila anda merasa bahwa klien mungkin tidak cocok
memakai implan karena menderita tekanan darah tinggi, berikan
penjelasan, lalu tolonglah dengan membicarakan bersama agar dapat
dipilih cara KB lain yang lebih aman dan cocok.
5. J jelaskan alat KB apa yang akan digunakan Setelah memiliki pilihan cara
KB tertentu, jelaskan hal sebagai berikut:
a. Contoh dari cara KB yang diinginkan, gunakan alat peraga.
b. Tempat pelayanan dan biayanya (puskesmas, bidan dan dokter praktik
swasta, apotek rujukan, dan lain-lain).
c. Beberapa cara KB tertentu, seperti kontrasepsi mantap (kontap),
implan, IUD diperlukan tanda tangan suami istri pada lembar informed
consent. Jelaskan tentang isi lembar yang harus ditanda tangani itu dan
alasan-alasannya baik dari segi kepentingan dirinya maupun untuk
petugas yang melayani
d. Jelaskan cara-cara pemakaian alat/ obat KB yang dipilih.
e. Minta klien mengulangi petunjuk yang harus diingatnya.
Dengarkanbaik-baik untuk memastikan apakah dia sudah
memahaminya denganbenar.
f. Jelaskan mengenai kemungkinan efek samping dari kontrasepsi yang
digunakan dan tanda atau gejala yang perlu diperhatikan, serta apa yang
harus dilakukan jika gejala-gejala itu muncul.
g. Minta klien mengulanginyaberikan bahan-bahan KIE cetak seperti
leaflet,booklet,atau selebaran yang berisi informasi mengenai alat
kontrasepsi yang diinginkannya untuk dibawa pulang.
h. Beritahukan kapan klien harus kembali untuk kunjungan ulang,
beritahukanuntuk segerakembali menemui anda jika menginginkannya
atau jika mengalami gangguan efek samping.
6. U ulangan, sambutlah dengan baik apabila klien perlu konseling ulang.
Pada kunjungan ulang, lakukan hal-hal berikut tanyakan apakah klien
masih menggunakan cara KB ketika bertemu anda yang terakhir kali,
kalau “ya” tanyakan apakah klien menyukainya, tanyakan apakah klien
mengalami efek samping, jika klien memang mengalami keluhan efek
samping, jelaskan kemungkinan penyebabnya dan sarankan hal yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalahnya. Tanyakan, apakah klien masih
ingin bertanya dan menjelaskan keluhannya atau keinginannya.
2.2 IUD
1. Pengertian IUD/AKDR
Yang dimaksud dengan AKDR adalah bahan inert sintetik (dengan
atau tanpa unsur tambahan untuk sinergi efektifitas) dengan berbagai
bentuk, yang di pasangkan ke dalam Rahim untuk menghasilkan efek
kontraseftif. Bentuk AKDR yang beredar di pasaran adalah spiral
(lippes loop), huruf T (TCu380A, TCu200C dan Nova T), tulang ikan
(MLCu250 dan 375) dan batang (Gynefix). Unsur tambahan adalah
tembaga (cuprum) atau hormone (levonorgestrel). (Prawirohardjo,
2009).
Definisi IUD
IUD (Intra Uterine Divice) adalah bahan inest inthetik (dengan atau
tanpa unsur tambahan untuk sinergi efektivitas dengan berbagai bentuk
yang dipasang ke dalam rahim untuk menghasilkan efek kontrasepsi
(Saifuddin, 2009).
2. Jenis-jenis IUD
Jenis alat kontrasepsi dalam rahim / IUD yang sering digunakan di
Indonesia (Menurut Proverawati 2010), antara lain :
a. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada
bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan
kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti
pembuahan) yang cukup baik.
b. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk
memudahkan pasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter
batang vertical 32 mm dan ditabahkan gulungan kawat tembaga
(Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2,fugsinya sama
seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.
c. Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan
kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung
atas ke bawah 3,6 cm.
d. Lippes loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti
spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang
benang pada ekornya. Keuntungan lain dari spiral jenis ini ialah bila
terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus,
sebab terbuat dari bahan plastik.
1) Keuntungan IUD
Menurut Manuaba (2010), keuntungan IUD adalah sebagai berikut:
a) IUD dapat diterima masyarakat dunia termasuk Indonesia dan
menempati urutan ketiga dalam pemakaian.
b) Pemasangan tidak memerlukan medis tekhnis yang sulit.
c) Kontrol medis yang ringan.
d) Penyulit tidak terlalu berat.
e) Pulihnya kesuburan setelah IUD dicabut berlangsung baik.
2) Kerugian kontrasepsi IUD menurut Manuaba (2010), antara lain:
a) Masih terjadi kehamilan dengan IUD in situ.
b) Terdapat pendarahan (spotting dan menometroragia).
c) Leukorea, sehingga menguras protein tubuh dan liang senggama
terasa lebih basah.
d) Dapat terjadi infeksi.
e) Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau
sekender dan kehamilan ektopik.
f) Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan portio (erosi portio) dan
mengganggu hubungan seksual.
8. Yang dapat menggunakan IUD (menurut prawirohardjo, 2012)
a. Usia reproduktif.
b. Keadaan nulipara.
c. Menginginkan menggunakan kontarsepsi jangka panjang.
d. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui banyinya.
f. Resiko rendah dari IMS.
g. Tidak menghendaki metode hormonal.
h. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
i. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama (lihat
kontasepsi darurat).
Vagina yang normal selalu berada dalam kondisi lembab dan permukaannya
basah oleh cairan atau lendir (selanjutnya disebut secret), seperti kondisi
mulut yang senantiasa basah oleh liur. Secret yang diproduksi oleh kelenjar
pada leher atau mulut Rahim (serviks), dinding vagina dan kelenjar
bartholini di bibir kemaluan, menyatu dengan sel-sel dinding vagina yang
lepas serta penting dalam menjamin fungsi yang optimal dari organ ini.
Cairan di jaringan vagina ini berfungsi sebagai system perlindungan alami,
mengurangi gesekan dinding vagina saat berjalan dan saat melakukan
hubungan seksual (Wisnhuwardani, 2009).
Sifatnya dapat berubah sesuai dengan perubahan hormon yang terjadi
dalam siklus haid. Pada masa pertenganhan pertama dari siklus haid, dengan
pengaruh hormon estrogen, secret yang dikeluarkan tipis, bening dan elastis.
Setelah ovulasi (pelepasan sel telur) pada pertengahan siklus haid, lendir
yang diproduksi dengan pengaruh hormon progesterone berubah
karakternya menjadi lendir yang kental, keruh seperti jell. Melalui
pengamatan terhadap sifat secret yang keluar ini, dapat diketahui kapan
terjadinya ovulasi atau masa subur. Keputihan dapat dikatakan normal bila
tanpa gejala dan tanda lain yang menunjukan kemungkinan adanya kelainan
(Wisnuwardani, 2009).
Selain cairan, dijaringan vagina juga hidup kuman pelindung yaitu
flora doderleins. Pada keadaan normal, jumlahnya cukup dominan dengan
fungsi menjaga keseimbangan ekosistem vagina. Pada beberapa kondisi
normal, keseimbangan itu terganggu misalnya stress, menjelang atau setelah
haid, kelalahan, diabetes, saat terangsang, hamil atau mengkonsumsi obat
hormonal seperti pil KB. Gangguan hormonal inilah yang membuat cairan
vagina yang keluar sedikit berlebihan. Inilah yang disebut keputihan (lokere
atau flour albus) tetapi keputihan akibat gngguan hormonal biasanya masih
dalam tahap keadaan normal karena tidak ada perubahan warna, bau atau
rasa gatal (Anita, 2006).
Terdapat sedikit sekali bukti ilmiah, namun sejumlah besar bukti yang
bersifat anekdot menunjukan bahwa dengan maknan-makanan yang
mengandung gula, wanita dapat mengurani kemungkinan untuk
mendapatkan infeksi-infeksi jamur dengan alsan berkurangnya glikosa
didalam vagina.
b) Keluhan utama
Adalah mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan
(Varney, 2006).
Pada kasus KB IUD dengan keputihan keluhannya adalah
pengeluaran perdarahan diluar haid, merasakan nyeri saat
c) Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, siklus
mentruasi,lamanya menstruasi, banyaknya darah menstruasi,
teratur/tidak menstruasinya, sifat darah menstruasi, keluhan yang
dirasakan sakit waktu menstruasi disebut disminorea (Estiwidani
dkk., 2008). Pada kasus keputihan terajadi perubahan siklus
haid,perdarahan antar menstruasi haid lebih lama dan banyak dan
saat haid lebih sakit (Saifuddin, 2010).
d) Riwayat Perkawinan
Pada status perkawinan yang ditanyakan adalah kawin, berapa kali,
usia menikah berapa tahun, dengan suami usia berapa,lama
perkawinan, dan sudah mempunyai anak belum. Hal ini perlu
diketahui seberapa perhatian suami kepada istrinya (Estiwidani dkk.,
2008).
e) Riwayat Kehamilan dan Nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran : G
(gravidarum), P (para), A (abortus), H (hidup). Riwayat persalinan
yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran, lamanya
melahirkan, dan cara melahirkan. Masalah/ gangguan kesehatan
yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan. Riwayat kelahiran anak,
mencangkup berat badan bayi sewaktu lahir, adakah kelainan
bawaan bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi hidup/ mati saat
dilahirkan (Estiwidani dkk., 2008).
f) Riwayat Keluarga Berencana
Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan : jenis kontrasepsi,
efek samping, keluhannya apa, alasan berhenti, (bila tidak memakai
lagi),lamanya menggunakan alat kontrasepsi (Etiwidani dkk, 2008).
g) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan untuk memastikan bahwa tidak ada kontra
indikasi pemakaian KB IUD seperti penyakit jantung, diabetes
militus dengan komplikasi. Tumor dan adanya perdarahan
pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya (Saifuddin, 2009).
h) Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi : Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi
pada pasien dengan mengamati adakah
penurunan berat badan atau tidak ada pada
pasien (Susilawati, 2008).
Pola Eliminasi : Untuk mengetahui perubahan siklus BAB dan
BAK, apakah lebih dari 4 kali sehari, BAK
sedikit atau jarang (Susilawati, 2008).
Pola Istirahat : Mungkin terganggu karena adanya rasa yang
tidak nyaman (Susilawati, 2008).
Pola Hygiene : Kebiasaan mandi setiap harinya (Susilawati,
2008).
Aktivitas : Aktivitas akan terganggu karena kondisi tubuh
yang lemah atau adanya nyeri akibat penyakit
yang dialaminya (Susilawati, 2008).
Pola Seksualitas : Untuk mengetahui kebiasaan hubungan
seksual klien dengan suami dan adakah
terdapat kelainan atau keluhan selama
hubungan seksual (Susilowati, 2008). Pada
kasus pola seksual ibu menurun (Hartanto,
2007).
i) Riwayat Psikologis
Dengan menggunakan pendekatan psikologis kesehatan maka akan
diketahui gaya hidup orang tersebut dan pengaruh psikologi
kesehatan terhadap gangguan kesehatan (UII, 2008). Pada kasus
keputihan ibu merasa cemas dengan keadaannya (Rachmawati,
2006).
2) Data Objektif
Data objektif data yang dapat dilihat dan diobservasikan tenaga
kesehatan (Priharjo, 2006).
a) Pemeriksaan Fisik
(1) Tekanan Darah : Untuk mengetahui faktor resiko
hipertensi atau potensi dengan nilai
satuannya mmHg. Keadaan
sebaiknya antara 90 per 60 sampai
130/90 mmHg atau peningkatan
sistolik tidak lebih dari 30 mmHg
dan peningkatan diastolik tidak
lebih dari 14 mmHg dari kedaan
pasien normal pada atau paling
sedikit pengukuran berturut-turut
pada selisih 1 jam (Wiknjosastro,
2007).
b) Inspeksi
(1) Rambut : Untuk menilai warna, ketebalan,
distribusidan karakteristik (Alimun, 2006).
3) Kebutuhan
3.1 PENGKAJIAN
Tanggal : 24 April 2022
Jam : 10.00
1. Data Subyektif
a. Identitas
Nama : Ny. R Nama Suami : Tn. S
Umur : 36 tahun Umur : 40 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat Rumah :Kromengan Alamat Rumah : Kromengan
b. Alasan Datang
Ibu merasakan keluar keputihan banyak dan terasa gatal
c. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 5-6 hari
Banyaknya : 3 x ganti pembalut
Warna : Merah
HPHT : 10 Maret 2022
d. Riwayat perkawinan
Kawin ke- :I
Lama perkawian : 2 tahun
e. Riwayat persalinan terakhir
Tanggal persalinan : 20 -09-2020
Jenis persalinan : Spontan
Apakah sedang menyusui : ya
f. Riwayat KB sebelumnya
Ibu pernah memakai KB Suntik 3 bulan..
g. Riwayat penyakit lainnya
Sedang mendapat pengobatan jangka panjang : Tidak ada
Saat ini sedang menderita penyakit kronis : Tidak ada
h. Riwayat sosial
Merokok : Tidak
Minuman keras : Tidak
i. Riwayat Ginekologi
Tumor : Tidak ada
Perdarahan pervaginam : Tidak ada
Keputihan : saat ini ibu mengalami keputihan dan gatal
j. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit DM ,
Jantung: ,Hepatitis, Hipertensi,TBC.
1. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital : Nadi : 74x/ menit
Suhu : 36,6ºC
RR : 20x/ menit
BB : 46 Kg
b. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : rambut panjang dan kulit kepala bersih , tidak ada nyeri tekan
serta tidak ada benjolan
2. Wajah : Keadaan Wajah tidak pucat , tidak ada kelainan
3. Mata : Konjugtiva berwarna merah muda , sklera tidak ikterus
4. Hidung : Tidak ada polip
5. Telinga : Tidak tampak kelainan
6. Mulut : Bersih , tidak tampak caries
7. Leher : Tidak ada pembesaran Kelenjar gondok atau tyroid
8. Dada : Simestri kiri dan kanan,puting susu menonjol , tidak ad a
benjolan , radang atau luka.
9. Abdomen : tidak ada jaringan perut
10. Ekstermitas atas dan bawah : .tidak ada luka parut pada lengan , tidak terdapat
odema dan varies
11. Genetalia : tampak ledir keputihan, dan iritasi pada labia
2. Pemeriksaan inspekulo
Genetalia Dalam : tampak benang iud dan keputihan di daerah portio, tidak ada
bercak darah.
IV. INTERVENSI
Tanggal : 24 April 2022
Jam : 10.20 WIB
1. Beri informasi kepada ibu tentang keadaan umumnya
2. Beri informasi tentang personal hygiene daerah vagina dengan cara melakukan
cebok dari arah depan ke belakang.
3. Anjurkan pada ibu untuk minum obat metronidazol 500 mg 3 x sehari dan
miconazole salep untuk iritasi pada vagina.
4. Anjurkan pada ibu untuk kontrol 3 hari sampai keputihan sembuh atau membaik.
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 24 April 2022
Jam : 10.25 WIB
VII. EVALUASI
Tanggal : 24 April 2022
Jam : 10.30 WIB
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. R umur 36 tahun P2A0 akseptor
kontrasepsi IUD di Puskesmas Kromengan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dan
saran untuk meningkatkan Asuhan Kebidanan khususnya untuk akseptor kontrasepsi IUD
dengan keputihan.
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan dengan menggunakan manajemen
kebidanan menurut Varney pada akseptor kontrasepsi IUD dengan keputihan maka
penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian akseptor kontrasepsi IUD diperoleh data subyektif dan data obyektif
diperoleh dari hasil wawancara pasien dimana keluhan utama adalah ibu mengatakan
mengeluarkan keputihan yang agak banyak dan terasa gatal ibu merasa terganggu
dengan keputihan yang dialaminya. Sedangkan data obyektif diperoleh dari
pemeriksaan fisik, keadaan ibu, palpasi abdomen tidak ada nyeri tekan tidak
ditemukan adanya kelainan lain, inspekulo tampak benang iud dan lender kepitihan
dan tampak iritasi pada vagina.
2. Interpretasi data diperoleh dari pengumpulan data yang diambil dari pengkajian
sehingga didapatkan diagnoasa yang tepat yaitu Ny. R umur 36 tahun P2A0 akseptor
kontrasepsi IUD dengan keputihan. Dimana timbul masalah kecemasan dan rasa
ketidaknyamanan pada ibu akibat keputihan yang dialaminya sehingga sehingga diberi
kebutuhan penjelasan tentang perawatan vulva hygiene.
3. Pada kasus Ny. R akseptor kontrasepsi IUD dengan keputihan tidak sampai terjadi
diagnosa potensial karena tidak ada masalah yang menimbulkan diagnosa potensial.
4. Pada kasus Ny. R akseptor kontrasepsi IUD dengan keputihan tidak ada antisipasi
tindakan segera.
5. Rencana tindakan pada akseptor kontrasepsi IUD dengan keputihan yaitu jelaskan
hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, mengingatkan ulang ibu untuk meminum
terapi yang diberikan secara teratur, memberikan konseling tentang vulva hygiene,
beritahu ibu untuk kunjungan ulang bila ada keluhan.
6. Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
7. Evaluasi dari asuhan yang diberikan pada Ny. R selama 3 hari diperoleh hasil keadaan
umum baik, tidak ada masalah potensial yang muncul, ibu tidak cemas dan sudah
merasa nyaman, perdarahan bercak berhenti, ibu bersedia datang kesarana kesehatan
bila ada keluhan dan ibu tetap menggunakan kontrasepsi IUD.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas perlu adanya upaya untuk meningkatkan pelayanan yang
lebih baik. Oleh karena itu penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Penulis
Diharapkan dari hasil studi kasus ini dapat meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor
kontrasepsi IUD dengan keputihan.
2. Profesi
Diharapkan dapat sebagai masukan dalam menangani kasus atau melaksanankan
asuhan kebidanan khususnya pada akseptor kontrasepsi IUD dengan keputihan.
3. Institusi
a. Puskesmas Kromengan
Bagi Puskesmas diharapkan dapat memberikan pelayanan berkaitan dengan
konseling tentang efek samping dan keluhan masalah yang disebabkan keputihan
seperti vulva hygiene.
b.Pendidikan
Bagi pendidikan dapat dijadikan referensi tambahan secara alternatif pemecahan
masalah dan untuk membandingkan teori yang telah dipelajari dibangku kuliah dan
kenyataan dilapangan, terutama mengenai asuhan kebidanan keluarga berencana
pada akseptor kontrasepsi IUD dengan keputihan.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, B., Adriaansz, G. & dkk, &., 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 4
ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Baziad, A., 2010. Kontrasepsi Hormonal. 2 ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Budi, R. T. & Nova, W., 2017. Efek Samping Akseptor KB Suntik Depo Medroksi
Progesterone Acetat (DMPA) Setelah 2 Tahun Pemakaian. Jurnal Kesehatan,
Volume 08, p. 37.
Fitri, I., 2018. Nifas Kontrasepsi Terkini dan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Handayani, S., 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Kartika, M., 2016. Asuhan Kebidanan KB Suntik 3 Bulan dengan Spotting di RB Hj Tri Tuti R
Sukoharjo. Penelitian.
Kesehatan, M., 2017. Permenkes RI No 28, s.l.: Mentri Kesehatan.
Rusmini, Purwandani, S. & dkk, &., 2017. Pelayanan dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta:
CV.
Susilowati, E., 2011. KB Suntik 3 Bulan dengan Efek Samping Gangguan Haid dan
Penanganannya. p. 11.
Timbawa, S., Kundre, R. & Bataha, Y., 2015. Hubungan Vulva Hygiene Dengan
Pencegahan Infeksi. E-Journal Keperawatan, Volume 3, p. 2.