Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY. “RS” USIA 25 TAHUN P2002 Ab000 POSTPARTUM NORMAL DENGAN
ANEMIA
DI PUSKESMAS KROMENGAN

OLEH :
ULYN NUHAELLA
NIM.2082B0286

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


IIK STRADA INDONESIA
2022
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY. “RS” USIA 25 TAHUN P2002 Ab000 POSTPARTUM NORMAL DENGAN
ANEMIA
DI PUSKESMAS KROMENGAN

Malang, .......................
Mahasiswa

ULYN NUHAELLA

Mengetahui

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Bd. Shanti Natalia, SST., M. Kes Bd. Endah Pujiati, SST., M. Kes

ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan YME atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang di limpahkan, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan di Puskesmas Kromengan.
Penyusunan laporan Asuhan Kebidanan ini merupakan tugas yang di wajibkan bagi mahasiswa
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan IIK STRADA INDONESIA KEDIRI yang akan menyelesaikan
pendidikan akhir program. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini terutama :
1. Dr. dr. Sentot Imam Suprapto., M. M selaku Rektor IIK STRADA Indonesia.
2. Yenny Puspitasari S.Kep,Ns, M.Kes selaku Ka Prodi Pendidikan Profesi Bidan IIK STRADA
Indonesia.
3. Bd. Miftakhur Rohmah, SST, M. Kes selaku Dosen Pembimbing
4. Endah Pujiati, SST., M. kes selaku Pembimbing Lahan di Puskesmas Kromengan
5. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Askeb ini.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penyusunan Asuhan
Kebidanan Holistik ini. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca demi peningkatan penyusunan Asuhan Kebidanan selanjutnya.

Malang, 27 Maret 2022

Penulis

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara. Tingginya AKI

dan AKB termasuk tantangan paling berat untuk mencapai Sustainable Development

Goals (SDGs) tahun 2030. Agenda pembangunan berkelanjutan yaitu Sustainable

Development Goals (SDGs) yang telah disahkan pada September 2015 berisi 17 tujuan

dan 169 target. Tujuan ketiga SDGs adalah menjamin kehidupan yang sehat dan

mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia dengan salah satu target

mengurangi AKI secara global sebanyak 70 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH) dan

AKB 12 per 1.000 kelahiran pada tahun 2030 (WHO, 2017). Penyebab kematian terkait

dengan gangguan kehamilan atau penangananya (tidak termasuk kecelakaan dan kasus

insenditil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah

melahirkan). AKI diperhitungkan pula pada jangka waktu enam minggu hingga setahun

setelah persalinan. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun

2012, Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 359 per

100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu paling banyak terjadi pada masa nifas,

yaitu karena perdarahan setelah persalinan 28%, eklamsia 24%, infeksi 11%, kurang

energi setelah persalinan 9%, abortus 5%, partus lama 5%, emboli 3% dan anemia 3%

dan penyebab lain 22% (WHO, 2017).

Menurut World Health organization (WHO, 2012) anemia merupakan dianggap

sebagai salah satu masalah kesehatan paling serius di dunia, terutama di negara-negara

terbelakang, dengan perkiraan 30 persen populasi dunia menderita kondisi tersebut.

Wanita hamil dan postpartum lebih mungkin dibandingkan wanita lain untuk menjadi

anemia. Prevalensi anemia di Indonesia adalah 13,32 persen pada ibu hamil, dan 50,5

persen pada ibu nifas, menurut statistik dari Riskesdas (2013). Anemia pada ibu nifas

di Provinsi Jawa Timur

masih terus terjadi, dengan frekuensi 77,01 persen, menurut temuan penelitian

1
yang dilakukan pada tahun 2016 oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jaa Timur. Angka

tersebut mencapai 70,57 persen (Kesehatan dan Gizi Reproduksi, Orang Tua, dan Anak

2017).

Berbagai usaha untuk menurunkan kematian angka kematian ibu (AKI) telah

dilakukan, diantaranya program Safe Motherhood pada tahun 1988 yang memiliki 4

pilar yaitu keluarga berencana, pelayanan antenatal, persalinan yang aman dan

pelayanan obstetri essentials. Salah satu komponen penting dalam program Safe

Motherhood pelayanan antenatal yang berhubungan dengan anemia dalam kehamilan

yaitu screening, pengobatan anemia, malaria dan penyakit menular seksual.

Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang berkualitas dengan

meningkatkan fungsi Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar

(PONED) dan Rumah Sakit Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif

(PONEK) (Nur dkk, 2019). Pada masa nifas, anemia dapat terjadi pada ibu yang

memiliki kadar hemoglobin yang lebih rendah dari normal. Kondisi ini dapat

menyebabkan kehilangan zat besi, mengganggu proses laktasi, dan menyebabkan

Rahim gagal berkontraksi karena darah tidak cukup memasok oksigen kerahim.

Anemia juga dapat terjadi pada ibu yang memiliki kadar hemoglobin yang lebih tinggi

dari normal (Saifuddin, AB. 2012). Anemia merupakan masalah kesehatan dunia di

negara- negara berkembang, dan merupakan salah satu penyakit nasional yang

memiliki pengaruh signifikan terhadap masa nifas di negara-negara tersebut (WHO,

2014).

Menurut de Benoist (2008) dan Berhan (2014), prevalensi anemia pada masa

nifas atau masa nifas paling besarterjadi di negara-negara berkembang, dimana

diperkirakan terjadi pada 50-80 persen ibu baru (Milman, 2011). Di antara penyebab

paling umum morbiditas dan kematian ibu adalah diperkirakan bahwa lebih dari

500.000 kematian ibu terjadi setiap tahun di dunia sebagai akibat dari kelahiran, dengan

20% dari kematian ini terjadi sebagai akibat dari perdarahan selama persalinan dan

anemia (Milman, 2012). Penyebab paling

2
umumdari anemia pada ibu nifas antara lain kurangnya konsumsi makanan kaya zat

besi, peningkatan kebutuhan zat besi selama kehamilan, dan menyusui, antara lain

(kebutuhan fisiologis). Kecukupan asupan Fe seseorang tidak hanya ditentukan oleh

konsumsi makanan yang mengandung Fe (seperti daging sapi, unggas, ikan, dan telur),

tetapi juga dipengaruhi oleh perubahan penyerapan Fe. Ibu menyusui membutuhkan

tambahan zat besi dan asam folat selain protein, lemak, dan karbohidrat yang

disediakan oleh makanan. Ibu menyusui membutuhkans ekitar 300 kkal atau 30 cc per

hari dalam satu sajian yang mengandung 60 gram protein (Arisman, 2014). Telah

dilaporkan dalam jurnal Nurhayati (2014) bahwa dampak konsumsi tablet zat besi

terhadap kadar hemoglobin (Hb) pada ibu hamil mungkin cukup besar. Pemberian pil

Fe pada ibu hamil terbukti dapat meningkatkan kadar Hb secara signifikan. Peran

pemerintah dalam penanganan anemia pada ibu nifas adalah memberikan konsumsi zat

besi yang tepat guna meningkatkan pembentukan hemoglobin. Untuk mengatasi

masalah ini, upaya telah dilakukan untuk meningkatkan asupan makanan kaya zatbesi,

memperkuat makanan dengan zat besi, dan meningkatkan konsumsi buah-buahan yang

tinggi vitamin C (Departemen Gizi, 2016).

Peran bidan di masyarakat sebagai tenaga terlatiha dalah memberikan

pelayanan, meningkatkan kesadaran kesehatan masyarakat, memperluasperan dan

fungsi bidan sebagai pelaksana, dan meningkatkan deteksi dini dalam pelaksanaan

semua pemeriksaan, khususnya pemeriksaan hemoglobin pada ibu nifas (Nurul & Dian,

2015).

1.2 Tujuan Penulisan


a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Kebidanan Manajemen Terpadu Postpartum
normal dengan Anemia
b. Tujuan Khusus
Mampu melakukan pengumpulan data subyektif dan obyektif Manajemen Terpadu
Postpartum normal dengan Anemia

3
1. Mampu menginterprestasikan data dan menentukan masalah Manajemen
Terpadu Postpartum normal dengan Anemia

2. Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial Manajemen Terpadu


Postpartum normal dengan Anemia

3. Mampu menentukan kebutuhan Manajemen Terpadu Postpartum normal


dengan Anemia

4. Mampu menyusun rencana pelaksanaan tindakan Manajemen Terpadu


Postpartum normal dengan Anemia

5. Mampu melakukan implementasi dari rencana asuhan Manajemen Terpadu


Postpartum normal dengan Anemia

6. Mampu mengevaluasi hasil tindakan atau asuhan yang diberikan Manajemen


Terpadu Postpartum normal dengan Anemia

1.3 Manfaat Penulisan


a. Manfaat Teoritis
Penulisan ini merupakan pengalaman ilmiah yang sangat berharga bagi penulis karena
dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan baru, serta sarana
penatalaksanaan asuhan kebidanan Manajemen Terpadu Postpartum normal dengan
Anemia
b. Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pelayanan kebidanan yang aktual dan
profesional.

1.4 Ruang Lingkup


Memberikan asuhan kebidanan Manajemen Terpadu Postpartum normal dengan Anemia

1.5 Sistematika Penulisan


BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan, manfaat, ruang lingkup dan
sistematika penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang landasan teori yang digunakan penulis untukmengembangkan teori
medis pada Postpartum normal dengan Anemia
BAB 3 KERANGKA KONSEP ASUHAN
Bab ini berisi pola pikir dalam melaksanakan asuhan kebidanan yang sesuai dengan kasus
dikorelasikan dengan tinjauan teori yang sudah didapatkan.

4
BAB 4 TINJAUAN KASUS
Bab ini berisi data-data dan keseluruhan menajemen asuhan kebidanan melingkupi 7
langkah Varney yang meliputi pengkajian, unterpretasi data, diagnosa potensial, rencana
tindakan, implementasi dan evaluasi.
BAB 5 PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan apa saja hasil pembuatan ksus yang mencakup semua aspek yang
terkait dengan teori kasus SOP BPM, evidence based practice dan membahas tentang
keterikatan antar faktor dari data yang diperoleh dikorelasikan dengan tujuan teori yang
didapatkan.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang menjabarkan jawaban serta tujuan penulisan

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nifas

a. Pengertian Nifas

Postpartum atau masa nifas adalah masa sesudah persalinan terhitung dari saat

selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum

hamil dan lamanya masa nifas kurang lebih 6 minggu (Rahayu, 2016).

b. Tahapan Masa Nifas

Nifas dibagi menjadi 3 tahapan yaitu :

1) Puerpurium dini

Waktu 0-24jam post partum. Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam telah bersih dan boleh bekerja

setelah 40hari (Anggraini, 2010)

2) Puerperium intermedial

Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lain sekitar 6-8 minggu

(Rini, 2016)

3) Remote puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu

selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi (Rini, 2016).

c. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

Perubahan sistem reproduksi dan struktur terkait yaitu :

1) Involusi Uterus

Menurut Anggraini (2010) involusi uterus merupakan proses dimana uterus

kembali ke kondisi sebelum hamil.

6
a) Menurut Rahayu (2016) Proses involusi uterus : akibat kontraksi otot-otot

polos uterus

b) Menurut Anggraini (2010) Perubahan Tinggi Fundus Uteri normal pada uterus

selama post partum

Pada akhir persalinan : setinggi pusat

Akhir minggu ke-1 : ½ pusat

sympisis Akhir minggu ke-2 : tidak

teraba Akhir minggu ke-6 : normal

c) Menurut Rahayu (2016) berat uterus normal selama post partum

Setelah plasenta lahir : 1000gram

Seminggu postpartum : 500gram

2minggu postpartum : 300gram

6minggu postpartum : 40-50 gram

d) Menurut Rahayu (2016) Kontraksi uterus normal selama post patum

palpasi : teraba bulat dan keras, maka kontraksi uterus kuat atau

baik

uterus teraba lunak : kontraksi uterus lemah atau tidak baik

2) Lochea

Menurut Nurjanah, dkk (2013) lochea terdapat beberapa macam, yaitu:

a) Rubra : waktu 1-3hari. Berwarna merah

kehitaman. Terdiri dari darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta,

daging rahim, lemak bayi, lanugo dan sisa-sisa mekonium.

b) Sanguilenta : berwarna ke coklatan, berisi darah dan

lendir. Waktu 4-7 hari post partum

7
c) Serosa : waktu 7-14 hari. Bewarna kuning.

Ciri-ciri lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga

terdiri dari leukosit dan robekan/laserasi plasenta.

d) Alba : cairan putih berisi leukosit, berisi selaput

lendir servik dan serabut jaringan yang mati setelah 2 minggu

sampai 6 minggu postpartum

e) Purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah

berbau busuk

f) Statis : lochea tidak lancar keluarnya atau tertahan

3) Serviks

Menurut Rahayu (2016) bentuk servik terdapat dua, yaitu :

a) Seperti corong : karena korpus uteri berkontraksi dan serviks tidak, seolah ada

perbatasan antara korpus-serviks, terbentuk semacam cincin. Warna serviks

merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah

b) Konsistensi lunak

Serviks : setelah janin lahir, dapat dimasuki tangan pemeriksa, 2 jam

postpartum 2-3 jari pemeriksa, 1 minggu postpartum 1 jari pemeriksa

4) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar

selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses

tersebut kedua organ ini tetepa dalam keadaan kendur setelah 3 minggu vulva dan

vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara

berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.

Setelah melahirkan perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh

tekanan kepala bayi yang bergerak maju (Anggraini, 2010).

8
5) Sistem kardiovaskuler

Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba, volume darah ibu

relatif bertambah, keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung semakin

bertambah sehingga menimbulkan decompensation cordia pada vitum cordia.

Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompesasi dengan timbulnya

hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sedia kala, umumnya hal

ini terjadi hari ke- 3 sampai 5 postpartum (Nurjanah, dkk. 2013).

d. Kunjungan Masa Nifas

Menurut Pitriani&rika (2014) kunjungan masa nifas ada 4, yaitu :

1) Kunjungan I (6-8 jam postparum)

Tujuan kunjungan

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan

berlanjut

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu keluarga bagaimana mencegah

perdarhahn masa nifas karena atonia uteri

d) Pemberian ASI awal

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir atau bounding attachment

f) Menjaga bayo tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi

2) Kunjungan ke II (6 hari postpartum)

Tujuan kunjungan

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal yaitu uterus berkontraksi, fundus

di bawah umblikius, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat

9
d) Memastikan ibu menyusi dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda

penyulit

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari

3) Kunjungan III (2minggu postpartum)

Tujuan kunjungan

Sama seperti kunjungan ke II (6hari postpartum)

4) Kunjungan ke IV (6 minggu postpartum)

Tujuan kunjungan

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini

e. Tanda Bahaya Masa Nifas

Menurut Nurjanah, dkk (2013), tanda –tanda bahaya nifas yaitu :

1) Demam tinggi hingga 38◦C

2) Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari

perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali

dalam setengah jam) disertai gumpalan darah yang besar-besar dan berbau

busuk

3) Nyeri perut hebat/rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung, serta ulu

hati

4) Sakit kepala parah/terus menerus dan pandangan kabur/masalah pada

penglihatan

5) Pembengkakan pada wajah, jari-jari atau tangan

6) Rasa sakit, merah atau bengkak dibagian betis atau kaki

7) Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam

10
8) Puting payudara berdarah atau merekah, sehingga sulit untuk menyusui

9) Tubuh lemas dan kerasa seperti mau pingsan , merasa sangat letih atau nafas

terengah-engah

10) Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama

11) Tidak bisa buang air besar dalam waktu tiga hari atau rasa sakit waktu buang

air kecil

12) Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau dirinya sendiri.

2. Anemia

a. Pengertian Anemia

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar HB dan atau hitung eritrosit lebih

rendah dari harga normal. Wanita hamil atau dalam masa nifas dinyatakan anemia

bila kadar hemoglobinnya dibawah <12-11 gr% (wiknjosastro, 2010).

Pengaruh anemia pada masa nifas adalah terjadinya subvolusi uteri yang dapat

menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium,

pengeluaran ASI berkurang dan mudah terjadi infeksi mamae (Prawirohardjo, 2010).

b. Etiologi

Penyebab anemia pada umumnya : kurang gizi (malnutrisi), kurang zat gizi

dalam diit, malabsorbsi, kehilangan banyak darah pada saat persalinan, haid,

penyakit kronik seperti TBC, paru, cacing dalam usus, malaria dan lain-lain.

(Manuaba, 2007). Pada ibu nifas, anemia terjadi karena kebutuhan Fe yang tidak

tercukupi saat hamil, kehilangan Fe banyak pada grandemultipara dan perdarahan

antepartum (Fraser, 2009).

c. Patofisiologi

Dampak persalinan dan kelahiran dapat menyebabkan wanita terlihat pucat dan

letih selama satu atau beberapa hari setelah melahirkan. Anemia dalam nifas dapat

11
terjadi sebagai akibat perubahan sistem hematologi dalam masa kehamilan (Fraser,

2009)

d. Tingkatan Anemia

Menurut Manuaba (2007) tingkat anemia dibagi menjadi tiga yaitu :

1) Anemia ringan, dimana kadar Hb ibu 9,00 – 10,00 gr%

2) Anemia sedang, dimana kadar Hb ibu 7,00 – 8,00 gr%

3) Anemia berat, dimana kadar Hb ibu kurang dari 7,00 gr%

e. Tanda-tanda dan gejala Anemi

Menurut Manuaba (2007) tanda-tanda dan gejala yang sering dialami oleh ibu nifas

dengan anemia adalah :

1) merasa lesu

2) cepat lelah

3) lemah yang berkepanjangan merupakan gejala khas anemia. Selain itu juga

muncul keluhan seperti: pusing, telinga mendenging, mata berkunang-kunang dan

kelemahan otot.

f. Pengaruh Anemia

Menurut Manuaba (2007) pengaruh anemia dalam masa nifas yaitu :

1) Terjadi sub involusio uteri yang menyebabkan perdarahan postpartum

2) Memudahkan infeksi puerperium

3) Terjadi decompensasio cordis yang mendadak setelah persalinan

4) Pengeluran ASI berkurang

5) Mudah terjadi infeksi mamae

12
g. Penatalaksanaan

1) Anemia ringan

a) Seorang bidan hendaknya memberikan penkes tentang pemenuhan kebutuhan

asupan zat besi dan kebutuhan istirahat (Robson, 2011) .

b) Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk :

(1) pemberian terapi preparat Fe: Fero sulfat, Fero gluconat atau Na-fero

bisitrat secara oral untuk mengembalikan simpanan zat besi ibu (

Manuaba, 2007). Pemberian preparat Fe 60mg/hari dapat menaikan kadar

Hb sebanyak 1 gr% perbulan (Saifuddin, 2009).

(2) Jika ada indikasi perdarahan pasca persalinan dengan syok , kehilangan

darah saat operasi dan kadar Hb ibu nifas kurang dari 9,0 gr%, maka

transfusi darah dengan pack cell dapat diberikan (Prawirohardjo, 2014).

2) Anemia Sedang

Menurut Manuaba (2007) penatalaksanaan anemia sedang antara lain:

a) Meningkatkan gizi penderita Faktor utama penyebab anemia ini adalah faktor

gizi, terutama protein dan zat besi, sehingga pemberian asupan zat besi

sangat diperlukan oleh ibu nifas yang mengalami anemia sedang.

b) Memberi suplemen zat besi

(1)Peroral

Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi sebanyak 600-1000 mg

sehari seperti sulfas ferrosus atau glukonas ferosus. Hb dapat dinaikkan

sampai 10 g/ 100 ml atau lebih. Vitamin C mempunyai khasiat mengubah

ion ferri menjadi ferro yang lebih mudah diserap oleh selaput usus.

(2) Parental

13
Diberikan apabila penderita tidak tahan akan obat besi peroral, ada

gangguan absorbsi, penyakit saluran pencernaan. Besi parental diberikan

dalam bentuk ferri secara intramuskular/ intravena. Diberikan ferum

desktran 100 dosis total1000-2000 mg intravena.

(3) Transfusi darah

Transfusi darah sebagai pengobatan anemia sedang dalam masa nifas

sangat jarang diberikan walaupun Hb-nya kurang dari 6 g/ 100 ml, apabila

tidak terjadi perdarahan.

3) Anemia Berat

Menurut Prawirohardjo (2007) penatalaksanaan Anemia berat yaitu :

a) Pemberian sulfas ferosis3x100 mg/hari dikombinasi dengan asam folat/ B12 :

15-30 mg/hari

b) Pemberian vitamin C untuk membantu penyerapan

c) Tranfusi darah sangat diperlukan apabila banyak terjadi perdarahan pada

waktu persalinan sehingga menimbulkan penurunan kadar Hb < 6 gr. Bila

anemi berat dengan Hb kurang dari 6 gr % perlu tranfusi disamping obat-

obatan diatas dan bila tidak ada perbaikan cari penyebabnya

14
h. Pathway

Anemia

Ringan Sedang Berat

Kolaborasi dengan Kolaborasi dengan


Pemenuhan zat besi
dokter SpOG tentang dokter SpOG pemberian
60mg/hari
peningkatan gizi dan terapi sulfas ferosis
pemberian terapi 3x100mg/hari
preparat Fe 600-
Istirahat cukup 1000mg/hari

Tranfusi darah

15
BAB III
KERANGKA KONSEP

Teori Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Varney

Pengertian

Menurut (Rukiyah 2011) manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori

ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk

pengambilan suatu keputusan terfokus pada klien.

Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan

Menurut Hellen Varney (1997) proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yaitu :

Langkah I: pengumpulan data dasar

Menurut Rukiyah (2011) pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan

semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Pada langkah I

ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Data yang mempunyai pengaruh

atas/berhubungan dangan situasu yang sedang ditinjau.

f. Data subyektif

Data subyektif diperoleh dari informasi langsung yang diterima dari masyarakat dengan

jalan bertanya untuk mengetahui biodata, keluhan dan riwayat pasien. Pengumpulan data

subyektif ini dilakukan melalui wawancara (Heryani, 2011).

1) Biodata yang mencakup identitas pasien menurut Anggraini (2010) meliputi :

a) Nama : Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan

sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan atau asuhan.

16
b) Umur : Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20

tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap.

Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam

masa nifas.

c) Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau

mengarahkan pasien dalam berdoa atau beribadah.

d) Suku Bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.

e) Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh

mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai

dengan pendidikannya.

f) Pekerjaan : Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya,

karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.

g) Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.

2) Keluhan utama

Menurut sulistyawati (2013) keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien

datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Keluhan utama yang dirasakan ibu nifas dengan

anemia adalah pasien merasa pusing, dan lemas (Wahyuningsih, 2014).

3) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan yang lalu

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit

akut, kronis seperti : jantung, diabetes mellitus, hipertensi, asma yang dapat

mempengaruhi pada masa nifas ini (Anggraini, 2010).

17
b) Riwayat kesehatan sekarang

Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang

diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya

(Anggraini, 2010).

c) Riwayat kesehatan keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit

keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit

keluarga yang menyertainya (Anggraini, 2010).

d) Riwayat keturunan kembar

Dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang mempunyai riwayat

keturunan kembar (Manuaba, 2008).

e) Riwayat operasi

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah dilakukan tindakan operasi atau belum,

yang sekiranya dapat mengganggu dalam proses kehamilan ini (Prawirohardjo,

2009).

4) Riwayat Menstruasi

Dikaji untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain adalah menarche, siklus

menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya darah, keluhan utama yang dirasakan saat

haid (Sulistyawati, 2013).

5) Riwayat Perkawinan

Untuk mengetahui berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila

melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitam dengan psikologisnya sehingga akan

mempengaruhi proses nifas (Ambarwati dan Wulndari, 2010).

18
6) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

Menurut Estiwidani, dkk (2008) untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran,

riwayat persalinan yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran, lamanya

melahirkan, dan cara melahirkan. Masalah / gangguan kesehatan yang timbul sewaktu

hamil dan melahirkan. Riwayat kelahiran anak, mencangkup berat badan bayi sewaktu

lahir, adakah kelainan bawaan bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi hidup/ mati saat

dilahirkan (Nindia, 2014).

7) Riwayat Keluarga Berencana

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa,

beapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah

masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

8) Riwayat Persalinan Sekarang

Untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan

bayi meliputi panjang badan, berat badan, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk

mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa

berpengaruh pada masa nifas saat ini (Anggraini, 2010).

9) Pola Kebiasaan Selama Masa Nifas

a) Nutrisi

Pada masa nifas kebutuhan nutrisi bila menyusui akan meningkat 25%, berguna

untuk memproduksi ASI yang cukup untuk menyehatkan bayi (Nurjanah, dkk. 2013).

Pada ibu nifas dengan anemia nafsu makan ibu berkurang (Manuaba, 2007).

19
b) Eliminasi

Pengeluaran air seni akan meningkat 24-48 jam pertama sampai sekitar hari ke-5

setelah melahirkan. Sedangkan buang air besar akan sulit karena ketakutan akan rasa

sakit (Anggraini, 2010).

c) Istirahat / tidur

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur,

kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang.

Istirahat sangat penting bagi ibu nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat

mempercepat penyembuhan (Anggraini, 2010). Pada ibu nifas dengan anemia

diharapkan istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan

(Saifuddin, 2009).

d) Personal hygiene

Dikaji untuk kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan

meningkatkan perasaan nyaman pada ibu dan membantu penyembuhan luka

perineum (Nurjanah, dkk. 2013)

e) Aktivitas

Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji

pengaruh aktifitas terhadap kesehatannya (Anggraini, 2010). Saat masa nifas

mobilisasi dini mungkin seperti latihan miring kanan, miring kiri, berdiri dam

berjalan-jalan dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi (Suherni

dkk, 2008).

f) Psikososial budaya

Dikaji untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita

mengalami banyak perubahan emosi / psikologis selama masa nifas

20
sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu (Ambarwati dan Wulandari,

2010).

g) Penggunaan obat–obatan atau rokok

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu perokok dan pemakai obat-obatan atau tidak

selama hamil (Rukiyah dan Yulianti, 2011).

g. Data obyektif

Data obyektif adalah data yang diperoleh dari observasi pemeriksaan dan penelaahan

catatan keluarga, masyarakat dan lingkungan seperti : pemeriksaan fisik dari kepala sampai

ke kaki, pemeriksaan khusus, pemeriksaan penunjang, dan lain- lain (Heryani, 2011).

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan umum

Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, lemah atau buruk (Sulistyawati,

2012). Pada ibu nifas dengan anemia keadaan umumnya terlihat lemah dan pucat

(saifuddin, 2009)

b) Kesadaran

Menurut Novi (2009) untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah composmentis

(sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan

sekelilingnya), somnolen (kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan

sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh), koma (tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon

terhadap rangsangan apapun, tidak ada respon kornea maupun reflek muntah,

mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya) (Nindia,

R. 2014). Pada ibu nifas dengan anemia kesadarannya composmentis (wahyuningsih,

2014).

21
c) Tanda-tanda Vital

(1)Tekanan darah

Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg sistole dan 10 mmHg

diastole. Biasanya setelah bersalin tidak berubah (normal), kemungkinan tekanan

darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah

tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi pada masa

postpartum (Nurjanah, dkk. 2013)

(2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa antara 60-80 kali permenit atau 50-

70 kali permenit. Sesudah melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat.

Denyut nadi yang melebihi 100 kali permenit, harus waspada kemungkinan infeksi

atau perdarahan postpartum (Nurjanah, dkk. 2013)

(3) Suhu

Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5◦C – 38◦C)

sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan da kelelahan.

Dianggap nifas terganggu jika demam lebih dari 38◦C pada 2 hari berturut-turut

pada 10 hari yang pertama postpartm. Keculi hari pertama dan suhu harus diambil

sekurang-kurangnya 4x sehari (Anggraini, 2010).

(4) Respirasi

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi.

Bila suhu dan denyut nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya.

Kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran pernafasan (Anggraini, 2010).

Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal yaitu sekitar 20-30 kali

permenit (Anggraini, 2010).

22
d) Tinggi badan

Manurut Pantikawati dan Saryono (2010) Untuk mengetahui tinggi badan ibu yang

dilakukan untuk mendeteksi adanya resiko apabila hasil pengukuran < 145 cm

(Wahyuningsih, 2014).

e) Berat Badan

Menurut Nursalam (2003) untuk mengetahui berat badan ibu (Erlin,

2012). f)LILA

Menurut Perry (2005) untuk mengetahui lingkar lengan atas klien normal/tidak,

normalnya 23,5 cm (Megawati, Y. 2013)

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu nifas adalah :

a) Rambut

Untuk mengetahui rambut rontok atau tidak, bersih atau kotor dan berketombe atau

tidak (Nursalam, 2007).

b) Muka

Untuk mengetahui apakah terdapat oedema atau tidak, terdapat cloasma gravidarum

atau tidak (Manuaba, 2007).

c) Mata

Untuk mengetahui keadaan konjungtiva pucat warna merah muda dan sklera warna

putih atau kuning. Dan konjungtiva pada ibu nifas dengan anemia terlihat pucat

(Saifuddin, 2009).

d) Hidung

untuk mengetahui keadaan hidung dari adanya benjolan atau tidak (Nursalam, 2007).

23
c) Mulut

Untuk mengetahui keadaan mulut ada caries gigi atau tidak, keadaan bibir kering atau

tidak, lidah kotor atau tidak (Sulistyawati, 2012).

d) Telinga

Untuk mengetahui keadaan telinga apakah ada serumen atau tidak (Alimul, 2009).

e) Leher

Untuk mengetahui adakah pembengkakan kelenjar limfe atau pembengkakakn

kelenjar tiroid (Rukiah dkk, 2013).

f) Payudara

Untuk mengetahui kebersihan, letak payudara, ada tidaknya pembengkakan,

hiperpigmentasi, dan hipervaskularisasi, integritas kulit, puting

menonjol/rata/masuk (Nurjanah, dkk. 2013).

g) Abdomen

Untuk mengetahui apakah ada bekas luka operasi, ada benjlan atau tidak, nyeri atau

tidak (Ambarwati dan wulandari, 2010).

h) Genetalia

Untuk mengetahui adanya varices atau tidak, mengetahui apakah ada kelenjar

batolini, mengetahui pengeluaran yaitu perdarahan dan flour albus (Prawirohardjo,

2010).

i) Anus

Untuk mengetahui apakah anus terdapat haemorhoid atau tidak (Saifuddin, 2008).

24
j) Ekstremitas

Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak, adanya varices atau tidak, adanya

kelainan atau tidak (Varney, 2007).

3) Pemeriksaan Penunjang

Menurut Manuaba (2007) hasil pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan Hb.

Langkah II: Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah

dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang

dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan

masalah atau diagnosa spesifik (Mufdlilah dkk, 2012).

a. Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup

praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan (Heryani,

2011). Diagnosa kebidanan pada kasus ini adalah Ny. ...

P...A... umur.......tahun nifas hari/jam dengan anemia

Menurut Anggraini (2010) data dasar meliputi :

1. Data Subyektif

Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus atau tidak,

keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya.

2. Data obyektif

Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil pemeriksaan tentang

pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital.

25
b. Masalah

Masalah adalah problem yang dialami ibu tetapi tidak termasuk kedalam

ketegori standar nomenklatur diagnosa kebidanan (Heryani, 2011) .

c. Kebutuhan

Kebutuhan adalah sesuatu yang diperlukan untuk meningkatkan kesehatan klien

(Heryani, 2011). Menurut Ambarwati (2010) kebutuhan ibu nifas dengan anemia yaitu

memberikan informasi tentang keadaan ibu bahwa ibu mengalami anemia,

memberikan informasi tentang makanan bergizi yang mengandung protein, kalori,

vitamin penambah darah, melakukan transfuse darah pada ibu (Wahyuningsih, 2014).

Langkah III: Diagnosa Potensial

Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial

yang lain berdasarkan beberapa masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah

ini membutuhkan antisipasi yang cukup dan apabila memnungkinkan dilakukan proses

pencegahan atau dalam kondisi tertentu pasien membutuhkan tindakan segera (Sari,

2012). Menurut Manuaba (2007) diagnosa potensial terjadi apabila anemia ringan terus

berlanjut bisa menyebabkan anemia sedang (Wahyuningsih, 2014).

Langkah IV : Antisipasi

Beberapa data menunjukan situasi emergensi dimana bidan perlu bertindak segera

demi keselamatan ibu dan bayi, beberapa data menunjukan situasi yang memerlukan

tindakan segera sementara menunggu instruksi dokter. Langkah ini mencerminkan

kesinambungan dari proses manajemen kebidanan (Mufdlilah dkk, 2012).

26
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010) antisipasi pertama yang dilakukan ibu

nifas dengan anemia yaitu dengan menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makan-

makanan yang mengandung banyak protein dan sayur hijau, memberikan vitamin

penambah darah (Tablet Fe), vitamin C (Wahyuningsih, 2014).

Langkah V: Perencanaan

Pada langkah ini direncanankan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah

sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau

masalah yang telah diidentifikasi atau antisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar

yang tidak lengkap dilengkapi (Mufdlilah dkk, 2012).

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010) rencana asuhan ibu nifas dengan anemia

adalah (Wahyuningsih, 2014):

1. observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital klien

2. observasi perdarahan, kontraksi uterus dan TFU

3. beri pendidikan tentang gizi ibu nifas, istirahat dan tidur, ambulasi dini, dan tanda

bahaya masa nifas

4. beri terapi obat vitamin penambah darah (tablet Fe) 1x 60 mg dan vitamin C

5. lakukan pemeriksaan hemoglobin (Hb)

Langkah VI : Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana

sebelumnya, baik terhadap masalah pasien maupun diagnosa yang

ditegakkan (Sari, 2012).

Langkah VII: Evaluasi

Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan melakukan

evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan oleh

27
bidan. Evaluasi sebagai bagian dari pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah

sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien (Sari, 2012)

Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses

manajemen dengan benar terhadap setia aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi

belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana ( Anggraini, 2010)

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010) evaluasi pada ibu nifas dengan anemia

(Wahyuningsih, 2014) antara lain :

a. keadaan ibu sudah membaik

b. tekanan darah ibu normal

c. conjungtiva kemerahan

d. wajah tidak pucat

e. kadar hemoglobin (Hb) ibu sudah meningkat

3. Model dokumentasi asuhan kebidanan

Model dokumentasi yang digunakan dalam askeb adalah dalam bentuk catatan

perkembangan, karena bentuk asuhan yang diberikan berkesinambungan dan meggunakan

proses yang terus menerus. Data perkembangan yang digunakan dalam laporan kasus ini

dengan menggunakan SOAP menurut Mufdlilah dkk ( 2012) yang meliputi:

a. Subyektif

Data informasi yang subjektif (mencatat hasil anamnesa).

d. Obyektif

Data informasi objektif (hasil pemeriksaan fisik, observasi).

28
e. Assesment

Mencatat hasil analisa (diagnosa dan masalah kebidanan ).

1) Diagnosa atau masalah

2) Diagnosa/masalah potensial dan antisipasinya

3) Perlunya tindakan segera

f. Planning

Mencatat seluruh pelaksanaan (tindakan antisipasi, tindakan segera, tindakan rutin,

penyuluhan, support, kolaborasi, rujukan dan evaluasi/follow up).

B. Teori Hukum Kewenangan Bidan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan

Penyelenggaraan Praktik Bidan

Kewenangan Bidan

Pasal 19

1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a diberikan pada masa

sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua

kehamilan.

2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan:

a. konseling pada masa sebelum hamil;

b. antenatal pada kehamilan normal;

c. persalinan normal;

d. ibu nifas normal;

e. ibu menyusui; dan

f. konseling pada masa antara dua kehamilan.

29
3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bidan

berwenang melakukan:

a. episiotomi;

b. pertolongan persalinan normal;

c. penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;

d. penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;

e. pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil;

f. pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;

g. fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif;

h. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum

i. Penyuluhan dan konseling

j. Bimbingan pada kelompok ibu hamil

k. Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran

30
BAB IV

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY. “RS” USIA 25 TAHUN P2002 AB 000 POSTPARTUM NOMAL 1 JAM DENGAN

ANEMIA DI PUSKESMAS KROMENGAN

Hari/Tanggal : 27 Maret 2022 Jam : 06.45 WIB


Tempat : Puskesmas Kromengan

I. PENGKAJIAN
Data Subjektif
1. Identitas
Nama Klien : Ny. RS Nama Suami : Tn. FS
Umur : 25 Tahun Umur : 26 Tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Perg.Tinggi Pendidikan : Perg.Tinggi
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat rumah : Jl. Kalimosodo XI/36 RT. 6 RW. 6, Kota Malang

2. Alasan Kunjungan : Nifas 1 jam di ruang rawat inap melati RSUB


Keluhan Utama : Klien mengatakan perut bagian bwah terasa sakit, mules, pusing, badan
lemas dan tidak nafsu makan

3. Riwayat Menstruasi
Menarche : usia 12 tahun
Siklus : teratur
Lamanya : 7 hari
Volume : 3-4 kali ganti pembalut
Keluhan : nyeri perut bagian bawah pada hari pertama menstruasi
4. Riwayat Perkawinan
Kawin ke 1
Lama Perkawinan : 3 tahun

5. Riwayat kehamilan sekarang


HPHT : 21 juni 2021
HPL : 30 maret 2022
Kehamilan ke 2
31
Periksa Pertama : RS
Imunisasi TT : T5
Gerakan Janin : aktif
Tanda Bahaya : tidak pernah
Keluhan : pusing, mual muntah pada trimester pertama
Obat/Jamu : tidak pernah

6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :


Ke- Tahun UK Jenis Tempat Penolong Penyulit BB PB JK ondisi Nifas
partus

1. 2019 term pontan RS Dokter - 200 49 P Hidup ±40 hari


2 2022 term pontan RS Dokter - 020 45 P Hidup ekarang (hari ke
1)

7. Riwayat Laktasi : anak pertama dan kedua mendapatkan ASI pada bulan-bulan pertama setelah
lahir, kemudian klien memberikan asupan tambahan dari susu formula serta tidak memberikan
ASInya secara on demand.

8. Riwayat KB : tidak terkaji

9. Riwayat Kesehatan Sekarang : klien mengaku saat ini sedang dalam kondisi yang kurang baik
karena merasakan mules dan pusing lemas

10. Riwayat kesehatan lalu : klien mengatakan memiliki riwayat penyakit anemia sejak remaja, klien
tidak memiliki riwayat alergi makanan ataupun obat. Klien pernah menjalani operasi pada area
payudara atas indikasi mastitis.

11. Riwayat Penyakit Keluarga : keluarga klien tidak memiliki riwayat hamil kembar, penyakit
kronis, menurun, maupun menular

12. Kebiasaan Sehari –hari


Makan sehari-hari : Makan 3 kali sehari (porsi sedang, nasi, sayur, lauk)
Minum : Minum 8 gelas perhari
Istirahat : istirahat malam 5 jam
BAB : belum BAB
BAK : 3 kali, tidak ada keluhan

32
Aktivitas : tidur tidak nyenyak karena menyusui
Personal hygiene : klien mandi dan gosok gigi 2 kali sehari, ganti baju setiap setelah mandi dan
pulang mengajar, cebok dari arah depan ke belakang, mengeringkan
organ kemaluan menggunaan handuk
Merokok : tidak pernah
Alcohol : tidak pernah
Seksualitas : 1x dalam 1-2 minggu

13. Riwayat Psikososial & Budaya : klien, suami, dan keluarga sangat antusias menunggu kehadiran
anggota keluarga baru, klien selalu mendapatkan dukungan dan motivasi dari keluarga maupun
kerabat terdekatnya. Keluarga klien masih memiliki kepercayaan pantangan makan.

Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum : cukup
 Kesadaran : Composmentis
 Tinggi badan : 160 cm
 Berat Badan : 58 kg
 Lila : 25 cm
 Tanda-tanda vital
o Tekanan darah : 110/70mmHg
o Suhu : 36,5 oC
o Pernafasan : 20 x/menit
o Nadi : 80 x/menit

2. Pemeriksaan Terfokus
 Wajah : tidak nampak pucat, tidak terdapa, tidak ada oedema
 Mata : konjungtiva nampak anemis, sklera berwarna putih, tidak terdapat sekret
 Abdomen : tidak terdapat bekas luka, terdapat linea nigra, tidak terdapat striae
gravidarum, TFU 2 dibawah pusat,
 Payudara : kedua putting menonjol dan tidak ada tanda yang abnormal
 UC : keras baik
 Genetalia : terdapat pengeluaran lendir darah lochea rubra, tidak terdapat varises maupun
oedema pada vulva, luka jahitan perineum basah kemerahan masih nyeri
 Anus : tidak ada haemoroid
 Ekstremitas : simetris, tidak terdapat varises maupun oedema

33
3. Pemeriksaan Penunjang
 Swab antigen : negatif
 Foto Thorax : cor dan pulmo tidak terdapat kelainan
 Hb : 6,7 gr/dL

II. INTEPRETASI DATA DASAR

Diagnosa : NY. “RS” USIA 25 TAHUN P2002 AB 000 POSTPARTUM NORMAL 1 JAM
DENGAAN ANEMIA
Masalah : nyeri perut bagian bawah terasa mules, pusing, lemas dan tidak nafsu makan
Kebutuhan :
 Transfusi darah
 Infus RL 20 tpm
DS : Klien mengatakan nyeri perut bagian bawah terasa mules, pusing, lemas dan tidak nafsu
makan
DO : Tidak terdapat oedema pada wajah maupun ekstremitas, TFU 2 jari dibawah pusat Terdapat
pengeluaran lendir darah lochea rubra,
TTV
TD : 100/70 mmHg
N 109 x/mnt
S : 37,1 C
RR : 22 x/mnt

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Syok hipovolemik dan hemorrhagic postpartum

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Kolaborasi dengan dokter Sp. OG untuk melakukan trasfusi darah golongan darah O
V. INTERVENSI
Tanggal: 27 Maret 2022 Pukul: 06.45 WIB

Kriteria hasil: Keadaan umum cukup, kesadaran composmentis, TTV normal, TFU sesuai, kontraksi
uterus baik
Intervensi:
1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien dan keluarga yang mendampingi R/ agar
klien dan keluarga mengetahui kondisi klien
2. Observasi tanda-tanda vital
R/ Untuk mendeteksi dini adanya kelainan sehingga dapat segera dilakukan tindakan

34
3. Observasi kontraksi uterus
R/ untuk menilai baik tidaknya proses involusi
4. Anjurkan ibu untuk beristirahat agar kondisi tubuh dapat pulih serta menghilangkan stress
R/ Menghindari ibu terhadap stress dan memenuhi kebutuhan istirahat setelah seluruh
organ tubuh digunakan dalam proses persalinan
5. Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian transfuse darah dengan
golongan darah yang sama dan sudah di nilai dalam keadaan layak dipakai, R/
dengan pemberian transfuse darah dapat mencegah terjadinya anemia
8. Melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn dalam memberikan terapi dan tindakan medis
bled stop PO 3 x 1, asam mefenamat 3 x 500 mg

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal: 27 Maret 2022 Pukul: 06.45 WIB

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien dan keluarga yang mendampingi


2. Menganjurkan observasi TTV
3. Melakukan observasi kondisi ibu
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn dalam memberikan terapi dan tindakan medis

VII. EVALUASI

S : klien mengatakan intensitas nyeri berkurang saat relaksasi


O : telah dilakukan transfuse darah golongan darah O dengan 20 tpm A :
P2002 Ab 000 Postpartum 1 jam dengan anemia
P:
 Melakukan observasi kondisi ibu dan bayi
 Melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn dalam memberikan terapi dan tindakan medis

 Catatan Perkembangan 1
Tanggal : 27 Maret 2022 Pukul : 07.20 WIB

S = Klien mengatakan nyeri berkurang


O = keadaan umum cukup, kesadaran composmentis, TD : 110/80 mmHg, S: 37 C, N : 90 x/menit,
RR : 22 x/menit. TFU 2 jari dibawah pusat, pengeluaran pervaginam lochea rubra, UC keras baik,
HB : 6,7 gr/dl

35
A = P2002 Ab 000 Postpartum 2 jam dengan anemia P =
Tanggal: 27 Maret 2022` Pukul: 07.20 WIB

1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien dan keluarga yang mendampingi klien R/ agar

klien dan keluarga mengetahui kondisi ibu dan bayi

2. Lakukan pencegahan infeksi sesuai standar PPI

R/ guna mencegah terjadinya infeksi baik pada ibu, janin, maupun tenaga kesehatan

3. Melakukan transufi darah dengan golongan darah O R/

untuk mencegah anemia

4. melakukan A/p dari dokter fatma, memberikan obat oral asam mefenamat dan bled stop

R/ untuk mengurangi rasa nyeri dan mencegah perdarahan

5. Mengobservasi Tanda-tanda vital, kontraksi uterus dan pengeluran darah

pervaginam

6. memasang oksigen 2 liter tetes permenit E/

Oksigen terpasang

 Catatan Perkembangan 2
Tanggal : 27 Maret 2022 Pukul : 08.45 WIB

S = Klien mengatakan nyeri berkurang

O = keadaan umum cukup kesadaran composmentis, Tanda-tanda vital dalam batas normal,

pengelurana darah pervaginam 25 cc, lochea rubra, Tfu 2 jari bawah pusat UC keras baik, terdapat

pengeluaran ASI

A = P2002 Ab000 postpartum 2 jam dengan anemia P =

Tanggal : 27 Maret 2022 Pukul : 08.45 WIB

1. Memantau kondisi ibu dan memantau tanda-tanda vital

2. Mengganti transfusi dengan labu ke 2 dengan golongan darah O 20 tpm

3. Melakukan terapi terkait nutrisi, menjaga personal hygiene, istirahat dan mobilisasi dini tidur

miring kiri dan miring kanan

36
Catatan Perkembangan 3
Tanggal : 27 Maret 2022 Pukul : 12.30 WIB

S : klien mengatakan keluhan pusing dan lemas sudah berkurang O :


 KU : cukup
 Kesadaran : composmentis
 TD : 115/80 mmHg
 S : 36,6oC
 N : 74 x/menit
 RR : 20 x/menit
 SpO2 : 99%
 Kontraksi : baik
 TFU : 2 jari bawah pusat
 Perdarahan : ¼ pembalut
 VU : kosong
 Makan/minum: +/+
 Mobilisasi :+
A : P2002 Ab00 postpartum normal 6 jam P :
 Asam mefenamat 3x1 PO
 Bled stop 3x1 PO
 Fe 2X1 PO
 NS 20 tpm
 Transfusi 2 labu
 Diet TKTP
 Hb > 7  KRS

37
BAB V

PEMBAHASAN

Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang rendah dalam darah.

(WHO,2015). National Institute of Health (NIH) Amerika 2011 menyatakan bahwa anemia terjadi ketika

tubuh tidak memiliki jumlah sel darah merah yang cukup (Fikawati, Syafiq & Veretamala, 2017).

Anemia pada ibu postpartum didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 10 g/dl, hal ini

merupakan masalah yang umum dalam bidang obstetrik. Meskipun wanita hamil dengan kadar besi yang

terjamin, konsentrasi hemoglobin biasanya berkisar 11-12 g/dl sebelum melahirkan.

Anemia pada wanita masa nifas (pasca persalinan) juga umum terjadi, sekitar 10% dan 22%

terjadi pada Wanita post partum dari keluarga miskin (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat,

2008). Pengaruh anemia pada masa nifas adalah terjadinya subvolusi uteri yang dapat menimbulkan

perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang dan mudah

terjadi infeksi mamae (Prawirohardjo, 2005).

Berdasarkan data subyektif dan data obyektif yang penulis peroleh pada kasus Ny. RS

didapatkan data ibu mengatakan badannya terasa lemas, pusing, mules, tidak nafsu makan keadaan

umum cukup, conjungtiva anemis, TD = 110/ 70 mmHg, N = 80 x/ menit, S = 36,5 C, R = 20 x/ menit,

Hb 6,7 gr%. Menurut Manuaba (2007), tanda dan gejala anemia adalah cepat lelah, sering pusing, mata

berkunang-kunang, nafsu makan menurun dan mual- mual. Dikatakan Anemia berat, dimana kadar Hb

ibu kurang dari 7,00 gr%. Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami Ny. RS menunjukkan antara teori

dan kasus tidak ada kesenjangan.

Pada interpretasi data terdiri dari diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan. Pada kasus Ny.

RS diagnosa kebidanannya adalah Ny. “RS” usia 25 tahun P2002 Ab 000 postpartum 1 jam dengaan

anemia . Masalah yang dialami Ny. RS adalah cemas, dikarenakan badan terasa lemas dan perutbawah

terasa sakit, pusing, serta tidak nafsu makan. Untuk mengatasi masalah tersebut Ny. RS perlu informasi

tentang makanan bergizi, informasi tentang keadaan ibu dan beri dukungan moril. Menurut Mansjoer

(2009), masalah yang timbul adalah rasa cemas yang dikarenakan pusing, badan terasa lemas, maka

dibutuhkan kebutuhan ibu nifas dengan anemia

38
berat, yaitu informasi tentang keadaan ibu, informasi tentang makanan bergizi dan cukup kalori

(Manuaba, 2007). Pada kasus ini tidak ditemukan juga adanya kesenjangan antara teori dan kasus.

Pada kasus Ny. RS nifas dengan anemia berat, tindakan yang dilakukan yaitu beri tahu ibu, KIE

tentang nutrisi ibu nifas, Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian transfuse darah dengan

golongan darah yang sama dan sudah di nilai dalam keadaan layak dipakai, pemberian terapi Melakukan

kolaborasi dengan dokter obgyn dalam memberikan terapi dan tindakan medis bled stop PO 3 x 1, asam

mefenamat 3 x 500 mg dan kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk mengecek kadar haemoglobin

pada ibu nifas dengan anemia. Menurut Manuaba (2002), rencana tindakan pada ibu nifas dengan

anemia sedang meliputi meningkatkan konsumsi makanan bergizi/ sayuran hijau yang mengandung zat

besi, memberi suplemen zat besi secara peroral atau parental dan transfusi darah Pada kasus ini tidak

ditemukan juga adanya kesenjangan antara teori dan juga praktek.

Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah masalah yang sudah ada dapat diatasi sesuai dengan

yang sudah direncanakan dan dilakukan. Dan kasus ini dapat dilihat dari hasil asuhan selama 5 jam 45

menit mulai pada jam 6.45 WIB pada tanggal 8 maret sampai dengan 12.30 pada tanggal yang sama,

yaitu ibu sudah merasa baik, tidak dan juga lemas yang dialami oleh ibu sudah berkurang, setelah diberi

terapi obat dan di-check Hb ternyata terdapat peningkatan pada kadar Hb ibu nifas, terdapat kenaikan Hb

dari 6,7 gr% menjadi >7 gr%. Menurut Varney (2004), hasil yang diharapkan setelah melaksanakan

tindakan yaitu anemia dapat teratasi, keadaan umum baik dan ibu merasa nyaman. Pada kasus ini tidak

terjadi kesenjangan antara teoridan juga praktek yang telah dilakukan paa Ny. RS di Rumah Sakit

Universitas Brawijaya.

39
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Anemia merupakan kadar hemoglobin kurang dari 10 g/dl, hal ini merupakan masalah yang umum

dalam bidang obstetrik. Meskipun wanita hamil dengan kadar besi yang terjamin, konsentrasi

hemoglobin biasanya berkisar 11-12 g/dl sebelum melahirkan. Tanda dan gejala anemia adalah cepat

lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, nafsu makan menurun dan mual- mual. Dikatakan

Anemia berat, dimana kadar Hb ibu kurang dari 7,00 gr%. Sebagian besar anemia disebabkan oleh pola

pemenuhan nutrisi terutama yang mengandung zat besi kurang adekuat. Pengaruh anemia pada masa

nifas adalah terjadinya subvolusi uteri yang dapat menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan

infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang dan mudah terjadi infeksi mamae, oleh karena itu,

uterus tidak memiliki kemampuan untuk berkontraksi semana mestinya, sehigga dapat memicu

perdarahan postpartum. Penatalaksanaan yang dilakukan pada kasus Ny. RS sudah sesuai dengan teori

terkait anemia dan perdarahan postpartum.

6.2 Saran

Dengan adanya laporan ini, diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

mahasiswa profesi bidan dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan anemia.

40
DAFTAR PUSTAKA

Andaryani, Julia. 2013. Gambaran Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Terhadap Penerapan Langkah-

Langkah Pertolongan Persalinan Oleh Bidan Di Puskesmas Kembang Tanjong Kabupaten

Pidie. Karya Tulis Ilmiah. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U`Budiyah Banda Aceh

Arif M. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Ganguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba

Medik

Ari N. 2010.Hubungan Dukungan Suami Dengan Lama Pers Alinan Kala Iidi RbAnnissa Surakarta.

Karya Tulis Ilmiah. Surakarta

Anggraini. 2013. AsuhanKebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Arisman,

2014, GizidalamDaurKehidupanBuku Ajar IlmuGizi, Jakarta, EGC Astutidan Ertiana. 2018.

Anemia Kadar Hemoglobin. Jawa Timur: CV Pustaka Abadi

Asrinah, Shinta, S.P., Dewie.S., Ima,S.M., Dian, N.S. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Departeman Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indinesia 2015. Jakarta: Dapartemen

Kesehatan RI

DepartemenGizi. 2016. Gizi dan kesehatan. Jakarta: Raja GrafindoPersada. Infodatin

2014. Pusat Data dan InformasiKementrian Kesehatan RI. Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI, 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016, Jakarta: Kementrian

Kesehatan RI Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI & Usman A, 2012. Buku Ajar

Neotoologyedisike 1, Jakarta: IDAI

Milma (2012). Pospartum anemia I: definition, prevalence, causes, and consequences Nurhayatii,

Halimatusakhidah dan Asnia. 2014. PengaruhAsupan Tablet ZatBesi (Fe) terhadap

Kadar Hemoglobin (Hb). di Puskesmas Darussalam Tahun 2014. Bandar Aceh:

PolttekkesKemenkes Aceh. Vol VI No.3.

41
Nur, A. F., Rahman, A., & Kurniawan, H. (2019). Faktor Risiko Kejadian Perdarahan Postpartum di

Rumah Sakit Umum (RSU) Anutapura Palu. Healthy Tadulako Journal (Jurnal

Kesehatan Tadulako), 5(1), 26-31.

Riskesdes. 2013. Riset Kesehatan Dasar Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.

Jakarta Kementrian Kesehatan RI.

Saifuddin, Abdul Bari. 2014, Buku Panduan PraktisPelayanaan KesehatanMaternal. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka

World Health OrganizationThe Global Pravalence of Anemia in 2017. Geneve: World Health Organization,

2012

42

Anda mungkin juga menyukai