Anda di halaman 1dari 55

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan masa kehidupan yang penting. Seorang ibu hamil

harus mempersiapkan diri sebaik- baiknya agar tidak menimbulkan

permasalahan pada kesehatan ibu, bayi, dan saat proses kelahiran. Salah satu

faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu adalah keadaan gizi

(Waryana,2010). Kehamilan merupakan proses yang alamiah dan normal.

Perubahan yang terjadi pada wanita hamil bersifat fisiologis, Walau tidak

dipungkiri dalam beberapa kasus mungkin dapat terjadi komplikasi sejak awal

karena kondisi tertentu atau komplikasi tersebut terjadi kemudian. Ibu hamil

juga perlu merasakan adanya tanda-tanda bahaya kehamilan. Apabila tanda-

tanda bahaya dalam kehamilan ini tidak dilaporkan atau terdeteksi, dapat

mengancam jiwanya (Marmi, 2011). Selain itu ada faktor-faktor resiko yang

perlu diwaspadai antara lain perdarahan, hypertensi, infeksi, anemia, diabetes,

penyakit jantung dan komplikasi obstetrik lainnya yang merupakan penyebab

tingginya Angka Kematian Ibu (AKI).

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu selama masa

kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan

dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti

kecelakaan atau insidental di setiap 100.000 kelahiran hidup.


2

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu target global

Sustainable Development Goals (SDGs) dalam menurunkan angka kematian

ibu (AKI) menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Menurut

WHO (2019) Angka Kematian Ibu (AKI) didunia yaitu sebanyak 303.000

jiwa. jumlah kematian ibu di Indonesia pada tahun 2019 yaitu sebanyak 4.221

kasus (Kemenkes RI, 2019). (Belakang, 2020) . Berdasarkan pelaporan profil

kesehatan jawa barat, Jumlah kematian ibu tahun 2020 sebanyak 745 kasus

per 100.000 KH, meningkat 61 kasus dibandingkan tahun 2019 yaitu 684

kasus. Berdasarkan Profil Kesehatan Jawa Barat tahun 2020 perdarahan

merupakan penyebab kematian ibu kedua terbanyak setelah hypertensi

dimana salah satu penyebab perdarahan pada kehamilan adalah anemia 27.92

% .(Dinkes Jawa Barat, 2020). Sementara berdasarkan data Dinas Kesehatan

menunjukkan AKI di Kabupaten Bandung Barat (KBB) masih 127 per

100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2018, jumlah kematian ibu di KBB

sebanyak 38 kasus dari 29.828 kelahiran hidup. (Dinkes KBB,2018 ).

Anemia merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel darah merah atau

konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah Hemoglobin (Hb) tidak

mencukupi untuk kebutuhan fisiologis tubuh (Kemenkes RI, 2013).

Anemia pada ibu hamil merupakan penyebab utama dalam pendarahan ibu

hamil, hal ini menjadi faktor utama dalam meningkatkan angka kematian ibu

di Indonesia. Dalam kehamilan terjadi perubahan fisiologis dalam darah, akan

terjadi peningkatan volume plasma darah tetapi tidak diimbangi dengan

bertambahnya sel-sel darah merah sehingga dapat menyebabkan pengenceran


3

darah (hemodilusi). Seorang ibu hamil dapat dikatakan anemia apabila

memiliki kadar hemoglobin dibawah 11 gr% (trimester I dan III) atau kadar <

10,5gr% (trimester II).(Susilo et al., n.d.). Berdasarkan RISKESDAS 2018,

prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia meningkat hingga 48,9%

dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 37,1%. (Kemenkes RI, 2019).

Pada ibu yang kekurangan zat besi, anemia dapat mempengaruhi

perkembangan dan kemajuan janin selama hamil dan sesudahnya.

(Tanziha et al., 2016)

Akibat dari anemia pada kehamilan yaitu bayi dengan berat badan lahir

rendah (BBLR), infeksi terhadap janin dan ibu, keguguran, kelahiran prematur

dan kematian ibu. Penelitian dengan total sampel 245.407 menunjukkan

bahwa anemia menimbulkan akibat, terutama pada trimester ketiga (Rahmat,

2017).

Upaya untuk mengobati anemia adalah dengan cara farmakologi dan

non farmakologi. Tanaman herbal atau tanaman obat masih menjadi salah satu

media pengobatan yang banyak dicari oleh masyarakat Indonesia. Populernya

tanaman herbal di Indonesia bukan tanpa alasan, dari 40 ribuan lebih jenis

tanaman obat yang ada di dunia, sekitar 30 ribunya merupakan tanaman yang

tumbuh di Indonesia (Irene Radius, 2020).

Pencegahan anemia dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi makanan

yang banyak mengandung zat besi. Salah satunya adalah kacang merah.

Kacang merah merupakan salah satu makanan yang tinggi serat. Kandungan
4

mineral, seperti zat besi, zinc, dan tembaga pada kacang merah bermanfaat

membantu pembentukan sel darah merah, enzim, dan tulang. Selain itu,

Kandungan Omega 3 dan 6 dalam kacang merah ini bermanfaat membantu

perkembangan otak janin. Bahkan, perkembangan sel darah merah pada bayi

dapat ditunjang apabila ibu hamil rajin mengonsumsi kacang merah ini.

Kacang merah menempati peringkat atas, pada daftar makanan yang

mengandung antioksidan dan zat besi.(Rachman, 2018).

Menurut Umrah dan Dahlan (2018:690) dalam penelitiannya pada bulan

Mei – Juni 2017 terhadap ibu hamil anemia sebanyak 30 orang, menyatakan

bahwa hasil penelitian tersebut terdapat pengaruh konsumsi kacang merah

terhadap 2 pengobatan ibu hamil di Puskesmas Sendana Kota Palopo dengan

rata-rata kadar Hb sebelum diberikan perlakuan yaitu 9,7 g% dan kadar Hb

setelah diberikan perlakuan yaitu 12,5 g%. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi

peningkatan kadar Hb setelah diberikan perlakuan dengan selisih rata-rata 2,8

g%.

Penelitian yang terkait dengan masalah ini termasuk penelitian yang

dilakukan oleh Asti Bakara, Rizqi, dan Cory Situmorang ( 2022:20 ) dalam

penelitiannya pada bulan Maret – Agustus 2021 terhadap ibu hamil anemia

sebanyak 20 orang, Menyatakan bahwa hasil penelitian tersebut terdapat

pengaruh konsumsi kacang merah terhadap peningkatan hemoglobin pada ibu

hamil anemia di Puskesmas Malanu Kota Sorong yaitu dengan mengkonsumsi

kacang merah selama 14 hari berturut turut ada peningkatan kadar hb yang
5

signifikan pada ibu hamil,nilai penelitian diperoleh nilai Pvalue = 0,023 <

(0,05).

Puskesmas Rongga merupakan Puskesmas Tanpa Perawatan terletak di

Kecamatan Rongga Kabupaten Bandung Barat dimana terdapat 8 desa

wilayah binaan. Kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Rongga pada

tahun 2020 terdapat 42 ibu hamil mengalami anemia dari sebanyak 634

( 3,66% ). Namun ternyata kejadian anemia mengalami peningkatan pada

tahun 2021 yaitu terdapat 50 ibu hamil yang mengalami anemia dari sebanyak

782 ( 4,71 % ) . Upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi anemia dengan

menganjurkan kepada ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan yang

mengandung zat besi tinggi selain mengkonsumsi tablet tambah darah

diantaranya mengkonsumsi kacang merah karena didalam kacang merah

mengandung zat besi fe 9,3 mg dan akan berpengaruh pada perubahan kadar

hemoglobin pada ibu hamil.(Ii & Pustaka, 2015).

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “ Pengaruh Konsumsi Kacang Merah Terhadap

Kenaikan kadar HB ( Hemoglobin ) Pada Ibu Hamil Anemia diwilayah

Puskesmas Rongga Tahun 2022”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fenomena yang diuraikan diatas,

maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut: “Apakah terdapat

pengaruh konsumsi kacang merah terhadap Peningkatan Kadar HB


6

Hemoglobin ) pada ibu hamil Anemia diwilayah Puskesmas Rongga Tahun

2022”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh konsumsi kacang merah terhadap

peningkatan HB ( Hemoglobin ) pada ibu hamil Anemia diwilayah Puskesmas

Rongga Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kadar HB ( Hemoglobin ) sebelum diberikan kacang merah

terhadap peningkatan HB ( Hemoglobin ) pada ibu hamil Anemia.

b. Mengetahui kadar HB ( Hemoglobin ) setelah diberikan kacang merah

terhadap peningkatan HB ( Hemoglobin ) pada ibu hamil Anemia.

c. Untuk mengetahui pengaruh konsumsi kacang merah terhadap

peningkatan kadar HB ( Hemoglobin )pada ibu hamil anemia

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini menjadi salah satu bahan untuk

meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan dibidang Kesehatan sebelumnya

tentang pemberian kacang merah pada ibu hamil untuk meningkatkan kadar

Hb ( hemoglobin ) pada ibu hamil anemia.


7

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai gambaran ilmu kebidanan yang dapat dijadikan sebagai bahan

kajian untuk kegiatan penelitian selanjutnya.

b. Bagi Ibu hamil

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pengetahuan

bagi ibu hamil dalam mengatasi anemia pada kehamilan.

c. Bagi peneliti lain

Sebagai pengalaman dan sekaligus sebagai sarana pembelajaran dalam

penulisan sekaligus penelitian mengenai pengaruh konsumsi kacang merah

terhadap peningkatan kadar Hb pada ibu hamil anemia diwilayah Puskesmas

Rongga.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Definisi Kehamilan

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi, bila

dihitung darisaat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut

kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester

pertama berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu

ke-13 hingga ke-27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-

40) (WHO, 2016).

Kehamilan merupakan keadaan fisiologis yang menyebabkan perubahan

keseimbangan hormonal, terutama perubahan hormon estrogen dan

progesteron. Beberapa perubahan fisiologis yang timbul selama masa hamil

dikenal sebagai tanda kehamilan (Maulana, M., 2006).

2. Tanda Bahaya Kehamilan

Tanda bahaya pada kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan

adanya bahaya yang bisa terjadi selama kehamilan atau periode antenatal,

yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan

kematian ibu. (Asrinah, 2010 :149)


9

a. Tanda-tanda dini bahaya/komplikasi ibu dan janin masa kehamilan muda.

1) Perdarahan pervaginam

2) Hyperemesis gravidarum

b. Tanda dini bahaya/komplikasi ibu dan janin masa kehamilan lanjut.

1) Perdarahan pervaginam

2) Sakit kepala yang hebat

3) Penglihatan kabur

4) Bengkak di wajah dan jari-jari tangan

5) Keluar cairan per-vaginam

6) Gerakan janin tidak terasa

7) Nyeri perut yang hebat

(Arsinah, 2010: 149-155)

3. Kebutuhan Gizi Ibu hamil

Ibu hamil membutuhkan asupan zat gizi yang baik untuk tumbuh

kembang janinya, untuk itu dibutuhkan asupan gizi yang beragam untuk

mencukupi zat gizi yang terkandung dalam makanan tersebut (Hasanah and

Febrianti, 2012). Penentuan status gizi (PSG) sangat penting pada tumbuh

kembang bayi balita, tujuan dari penentuan status gizi itu sebagai awal

perbaikan gizi di suatu masyarakat kususnya ibu hamil agar kebutuhan gizi

bayi balita terpenuhi (Kemenkes RI, 2017).

Kebutuhan makronutrien meliputi kalori, protein dan lemak. Kalori

diperlukan untuk mencukupi kebutuhan tumbuh kembang janin dan

membentuk jaringan penunjang selama kehamilan dengan rata-rata tambahan


10

kebutuhan kalori per hari sebesar 100 kkal untuk trimester pertama dan

sebesar 300 kkal untuk trimester kedua dan ketiga. Protein diperlukan untuk

membentuk struktur sel dan jaringan serta penyusun enzim. Kebutuhan protein

selama kehamilan rata-rata ditambah sebesar 17 gram per hari. Kebutuhan

protein meningkat terutama pada trimester ketiga. Lemak merupakan salah

satu sumber energi tubuh dan sebagai pelarut vitamin larut lemak. Kebutuhan

lemak tergantung pada kebutuhan energi untuk peningkatan berat badan.

Kebutuhan lemak meliputi asam lemak esensial jenis long chain

polyunsaturated fatty acid (LC PUFA) antara lain asam linoleat dan asam

linolenat (Yulizawati, 2020).

Kebutuhan mikronutrien meliputi vitamin larut air dan larut lemak serta

makromineral dan mikromineral. Asam folat diperlukan terutama untuk

mencegah terjadinya neural tube defect (NTD). Kebutuhan asam folat

ditambahkan sebesar 200 mcg dari kebutuhan sebelum hamil sebesar 400

mcg. Kolin mutlak diperlukan dari bahan makanan sebesar 450 mg per hari

karena bersifat esensial, yang digunakan untuk pembentukkan membran sel,

transmisi impul saraf, dan sumber gugus metil. Vitamin B6 diperlukan untuk

mengurangi gangguan mual dan muntah. Rata-rata tambahan kebutuhan

vitamin B6 sebesar 0.4 mg per hari dari kebutuhan sebelum hamil sebesar 1.3

mg per hari. Pemberian tambahan asam askorbat sebesar 10 mg per hari dari

kebutuhan sebelum hamil. Asam askorbat dapat diberikan diberikan bersama

dengan besi untuk meningkatkan bioavailabilitas besi (Yulizawati, 2020).


11

Masalah terbesar diindonesia saat ini ialah BBLR pada bayi yang

disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan rendahnya pendidikan ibu

tentang asupan gizi yang baik pada saat kehamilan.(Hasanah et al., 2013)

Pada dasarnya ibu hamil sangat memerlukan tambahan zat gizi untuk tumbuh

kembang janin yang dikandungnya, namun kebanyakan karena kurangnya

pengetahuan ibu maka kekurangan gizi yang sering terjadi adalah ibu hamil

mengalami kekurangan energi protein, mineral, zat besi dan kalsium yang

sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan janin didalam kandungan. (Yulizawati,

2020)

Kebutuhan energi yang harus dipenuhi ibu hamil iyalah 80.000 kalori

selama kehamilan, dan kebutuhan zat besi sangatlah dibutuhkan oleh ibu

hamil bukan cuman untuk pembentukan janin, zat besi sanggat dibutuhkan

untuk pembentuk sel-sel darah merah, perkembangan otak, pembentukan otot,

jika ibu kekurangan zat besi ibu kan mengalami anemia hingga bayi

kemungkinan lahir prematur, Sedangkan kalsium yang dikonsumsi ibu sangat

dibutuhkan untuk membentukan tulang pada janin. Rata –rata ibu hamil kadar

hemoglobinnya menurun atau biasa disebut anemia, jika ibu hamil tidak

mengkonsumsi tablet zat besi (fe) yang diberikan dipuskesmas atau rumah

sakit bersalin pada saat pemerikaan kesehatan ibu dan anak (KIA), maka dari

itu ibu hamil harus rutin mengkonsumsi tablet zat besi (fe) agar ibu tidak

mengalami anemia dimasa kehamilannya.


12

B. Anemia Dalam Kehamilan

1. Definisi Anemia

Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi

hemoglobin di dalamnya lebih rendah dari normal atau tidak mencukupi

kebutuhan tubuh (WHO). Menurut Kemenkes, 2019 anemia adalah suatu

keadaan tubuh dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang dari jumlah

normal atau sedang mengalami penurunan. Hemoglobin adalah suatu

metaloprotein yaitu protein yang mengandung zat besi di dalam sel darah

merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh

tubuh.( Fitriany & Saputri, 2018 )

Anemia dalam kehamilan adalah Ibu hamil dikatakan mengalami anemia

apabila kadar hemoglobin ibu kurang dari 11g/dl pada trimester satu dan tiga,

serta kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua (Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia, 2013).

Ada beberapa tingkatan anemia ibu hamil yang dialami ibu hamil menurut

WHO (2011), yaitu:

a. Anemia ringan: anemia pada ibu hamil disebut ringan apabila kadar

hemoglobin ibu 10,9 g/dl sampai 10g/dl.

b. Anemia sedang: anemia pada ibu hamil disebut sedang apabila kadar

hemoglobin ibu 9,9g/dl sampai 7,0g/dl.


13

c. Anemia berat: anemia pada ibu hamil disebut berat apabila kadar

hemoglobin ibu berada dibawah 7,0g/dl.

2. Kejadian Anemia pada ibu hamil

a. Fisiologis

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena

perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari

pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada

trimester II kehamilan, dan maksimum terjadi pada trimester III dan

meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali

normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma

seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron

b. Patologis

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena

perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari

pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada

trimester II kehamilan, dan maksimum terjadi pada trimester III dan

meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali

normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma

seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.

3. Macam macam Anemia selama kehamilan

Berdasarkan penyebabnya anemia dikelompokkan sebagai berikut:


14

a. Anemia defisiensi zat besi

Merupakan salah satu jenis anemia yang diakibatkan oleh kurangnya zat

besi sehingga terjadi penurunan sel darah merah.

b. Anemia pada penyakit kronik

Jenis anemia ini adalah anemia terbanyak kedua setelah anemia defisiensi

zat besi dan biasanya terkait dengan penyakit infeksi.

c. Anemia pernisius

Biasanya diderita orang usia 50-60 tahun yang merupakan akibat dari

kekurangan vitamin B12. Penyakit ini bisa diturunkan.

d. Anemia hemolitik

Adalah anemia yang disebabkan oleh hancurnya sel darah merah yang

lebih cepat dari proses pembentukannya dimana usia sel darah merah

normalnya adalah 120 hari.

e. Anemia defisiensi asam folat

Disebabkan oleh kurangnya asupan asam folat. Selama masa kehamilan,

kebutuhan asam folat lebih besar dari biasanya.

f. Anemia aplastic

Adalah anemia yang terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang

dalam membentuk sel darah merah.


15

4. Etiologi Anemia Kehamilan

Salah satu faktor yang menyebabkan tinggi atau rendahnya kadar

hemoglobin dalam darah adalah asupan zat gizi. Proses produksi sel darah

merah berjalan dengan lancar apabila kebutuhan zat gizi yang berguna dalam

pembentukan hemoglobin terpenuhi (Almatsier et al., 2011).

Komponen gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin adalah

zat besi, sedangkan vitamin C dan protein membantu penyerapan

hemoglobin. Zat besi merupakan salah satu komponen heme, yang

dibutuhkan tubuh untuk membentuk hemoglobin (Proverati, 2011).

Sedangkan menurut WHO, Penyebab paling umum dari anemia termasuk

kekurangan nutrisi, terutama kekurangan zat besi, meskipun kekurangan folat,

vitamin B12 dan A juga merupakan penyebab penting, hemoglobinopati, dan

penyakit menular, seperti malaria, tuberkulosis, HIV dan infeksi parasit.

Menurut, Kemenkes, 2019 anemia dapat disebabkan oleh barbagai faktor

misalnya kekurangan asupan gizi, penyakit infeksi seperti malaria,

mengalami perdarahan saat melahirkan, kebutuhan tubuh yang meningkat,

akibat mengidap penyakit kronis, dan kehilangan darah akibat menstruasi dan

infeksi parasite (cacing). Menurut hasil Riskesdas 2018, konsumsi sayur dan

buah masyarakat Indonesia masih dibawah jumlah yang dianjurkan.

Etiologi Anemia pada Kehamilan dapat disebabkan oleh berbagai macam

hal. Penyebab utama anemia pada kehamilan adalah defisiensi zat besi dalam

tubuh. Kebutuhan zat besi yang besar selama hamil tidak cukup apabila

didapatkan dari makanan saja, sehingga harus dibantu dengan suplementasi


16

tablet besi. Kekurangan zat besi sejak sebelum kehamilan bila tidak diatasi

dapat mengakibatkan ibu hamil menderita anemia. Selain itu, penyebab

lainnya adalah infeksi parasit, penyakit HIV yang menurunkan konsentrasi

Hb dalam darah, kehilangan darah akut maupun kronis dan kekurangan

nutrisi mikronutrien (Ujiani, 2018).

Kekurangan zat besi sejak sebelum kehamilan bila tidak diatasi dapat

mengakibatkan ibu hamil menderita anemia merupakan salah satu resiko

kematian ibu (Depkes RI, 2016).

a. Penyakit Infeksi

Perdarahan patologis akibat penyakit atau infeksi parasit seperti cacingan

dan saluran pencernaan juga berhubungan positif terhadap anemia. Darah

yang hilang akibat infestasi cacing bervariasi antara 2-100cc/hari, tergantung

beratnya infestasi. Anemia yang disebabkan karena penyakit infeksi, seperti

seperti malaria, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan cacingan terjadi

secara cepat saat cadangan zat besi tidak mencukupi peningkatan kebutuhan

zat besi (Listiana, 2016). Kehilangan besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi

parasit seperti cacing tambang, Schistoma, dan mungkin pula Trichuris

trichura. Hal ini lazim terjadi di negara tropis, lembab serta keadaan sanitasi

yang buruk. Penyakit kronis seperti ISPA, malaria dan cacingan akan

memperberat anemia. Penyakit infeksi akan menyebabkan gangguan gizi

melalui beberapa cara yaitu menghilangkan bahan makanan melalui muntah-

muntah dan diare serta dapat menurunkan nafsu makan. Infeksi juga dapat

menyebabkan pembentukan hemoglobin (hb) terlalu lambat. Penyakit diare


17

dan ISPA dapat menganggu nafsu makan yang akhirnya dapat menurunkan

tingkat konsumsi gizi (Listiana, 2016).

b. Umur

Ibu yang berumur dibawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun lebih rentan

menderita anemia hal ini disebabkan oleh faktor fisik dan psikis. Wanita yang

hamil di usia kurang dari 20 tahun beresiko terhadap anemia karena pada usia

ini sering terjadi kekurangan gizi. Hal ini muncul biasanya karena usia remaja

menginginkan tubuh yang ideal sehingga mendorong untuk melakukan diet

yang ketat tanpa memperhatikan keseimbangan gizi sehingga pada saat

memasuki kehamilan dengan status gizi kurang. Sedangkan, ibu yang berusia

di atas 35 tahun usia ini rentan terhadap penurunan daya tahan tubuh sehingga

mengakibatkan ibu hamil mudah terkena infeksi dan terserang penyakit

(Herawati & Astuti, 2010)

Ibu hamil pada umur muda atau di bawah 20 tahun perlu tambahan gizi

yang banyak, karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan

dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Ibu

hamil dengan umur yang tua di atas 35 tahun perlu energi yang besar juga

karena fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja

maksimal maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung

kehamilan yang sedang berlangsung (Kristiyanasari, 2010). Penelitian yang

dilakukan oleh Dwi (2016), usia ibu hamil dapat mempengaruhi anemia jika

usia ibu hamil relatif muda di bawah 20 tahun, karena pada umur tersebut
18

masih terjadi pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi lebih banyak. Jika zat

gizi yang dibutuhkan tidak terpenuhi, akan terjadi kompetisi zat gizi antara ibu

dan bayinya.

c. Status Gizi

Melorys dan Nita (2017) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa

terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi ibu dan

janin. Kekurangan gizi dapat menyebabkan ibu menderita anemia, suplai

darah yang mengantarkan oksigen dan makanan pada janin akan terhambat,

sehingga janin akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

Oleh karena itu, pemantauan gizi ibu hamil sangat penting dilakukan.

5. Tanda dan gejala Anemia pada ibu hamil

Keluhan anemia yang paling sering dijumpai dimasyarakat adalah yang

lebih dikenal dengan 5L, yaitu lesu, lemah, letih, lelah dan lalai. Disamping

itu penderita kekurangan zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh yang

mengakibatkan mudah terkena infeksi (Depkes RI, 2003). Anemia dalam

kehamilan akan ditemukan tanda-tanda seperti cepat lelah, sering pusing, mata

berkunang-kunang, mual muntah yang sangat hebat terutama pada saat usia

kehamilan masih muda (Ajeng, 2016).

Tanda dan gejala anemia defisiensi zat besi tidak khas hampir sama

dengan anemia pada umumnya yaitu


19

a. Cepat lelah/kelelahan, hal ini terjadi karena simpanan oksigen dalam

jaringan otot kurang sehingga metabolisme otot terganggu,

b. Nyeri kepala dan pusing merupakan kompensasi dimana otak kekurangan

oksigen, karena daya angkut haemoglobin berkurang,

c. Kesulitan bernapas, terkadang sesak napas merupakan gejala, dimana tubuh

memerlukan lebih banyak lagi oksigen dengan cara kompensasi pernapasan

lebih dipercepat,

d. Palpasi, dimana jantung berdenyut lebih cepat diikuti dengan peningkatan

denyut nadi., dan

e. Pucat pada muka, telapak tangan, kuku, membran mukosa mulut dan

konjungtiva (Rahayu et al., 2019)

6. Patofisiologis Anemia

Patofisiologi anemia defisiensi besi (ADB) disebabkan karena gangguan

homeostasis zat besi dalam tubuh. Homeostasis zat besi dalam tubuh diatur

oleh penyerapan besi yang dipengaruhi asupan besi dan hilangnya zat

besi/iron loss. Kurangnya asupan zat besi/iron intake, penurunan penyerapan,

dan peningkatan hilangnya zat besi dapat menyebabkan ketidakseimbangan

zat besi dalam tubuh sehingga menimbulkan anemia karena defisiensi besi.

Zat besi yang diserap di bagian proksimal usus halus dan dapat dialirkan

dalam darah bersama hemoglobin, masuk ke dalam enterosit, atau disimpan

dalam bentuk ferritin dan transferin. Terdapat 3 jalur yang berperan dalam
20

penyerapan besi, yaitu: (1) jalur heme, (2) jalur fero (Fe2+), dan (3) jalur feri

(Fe3+). Zat besi tersedia dalam bentuk ion fero dan dan ion feri. Ion feri akan

memasuki sel melalui jalur integrin-mobili ferrin (IMP), sedangkan ion fero

memasuki sel dengan bantuan transporter metal divalent/divalent metal

transporter (DMT)-1. Zat besi yang berhasil masuk ke dalam enterosit akan

berinteraksi dengan paraferitin untuk kemudian diabsropsi dan digunakan

dalam proses eritropioesis.Sebagain lainnya dialirkan ke dalam plasma darah

untuk reutilisasi atau disimpan dalam bentuk ferritin maupun berikatan dengan

transferin. Kompleks besi-transferrin disimpan di dalam sel diluar sistem

pencernaan atau berada di dalam darah. Transport transferrin dalam tubuh

masih belum diketahui dengan pasti. Kapisitas dan afinitias transferin terhadap

zat besi dipengaruhi oleh homeostasis dan kebutuhan zat besi dalam tubuh.

Kelebihan zat besi lainnya kemudian dikeluarkan melalui keringat ataupun

dihancurkan bersama sel darah. Perdarahan baik makro ataupun mikro adalah

penyebab utama hilangnya zat besi. Sering kali perdarahan yang bersifat

mikro atau okulta tidak disadari dan berlangsung kronis, sehingga

menyebabkan zat besi ikut terbuang dalam darah dan lama-kelamaan

menyebabkan cadangan zat besi dalam tubuh ikut terbuang. Keadan-keadaan

seperti penyakit Celiac, postoperasi gastrointestinal yang mengganggu mukosa

dan vili pada usus, sehingga penyerapan besi terganggu dan menyebabkan

homeostasis zat besi juga terganggu.


21

7. Penatalaksanaan Anemia

Anemia dapat dicegah dengan konsumsi makanan tinggi zat besi, asam

folat, vitamin A, vitamin C dan Zink, dan pemberian tablet tambah darah

(Kemenkes RI, 2018). Sedangkan menurut Amalia A, dan Agustyas, 2016

tatalaksana anemia ada 3 yakni, 1) Pemberian Zat besi oral 2) Pemberian Zat

besi intramuscular. Terapi ini dipertimbangkan apabila respon pemberian zat

besi secara oral tidak berjalan baik. 3) Tranfusi darah diberikan apabila gejala

anemia disertai dengan adanya resiko gagal jantung yakni ketika kadar Hb 5-8

g/dl. Komponen darah yang diberikan adalah PRC dengan tetesan lambat.

8. Cara Penentuan Anemia

Melakukan pengukuran kadar Hb dengan menggunakan alat ukur Hb

digital strip-test. Pengukuran kadar Hb dilakukan oleh peneliti dibantu dengan

seorang asisten atas sepengetahuan bidan desa. Responden yang mendapat

giliran untuk diukur kadar Hb, dipersilahkan duduk lalu ditanyakan apakah

bersedia mengikuti prosedur. Jika bersedia, responden diminta mengisi lembar

persetujuan. Selanjutnya perawat membersihkan ujung jari responden

menggunakan kapas alkohol 70%. Kemudian 18 menusuk area jari responden

yang sudah dibersihkan menggunakan lancing device yang sudah diisi dengan

jarum lancet. Darah yang keluar diteteskan pada strip yang sudah tersedia

pada alat ukur Hb digital. Hasil pengukuran bisa diketahui dalam 5

detik.Setiap responden mendapatkan jarum lancet dan strip yang berbeda

(Halim, Diana, 2014).


22

9. Kebutuhan Zat Besi Pada Wanita Hamil

Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi

menstruasi dengan pendarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan

kehillangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mgr. Disamping itu kehamilan

memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah

dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Sebagai gambaran banyak

kebutuhan zat besi pada kehamilan adalah 900 mgr Fe. Jumlah ini meliputi

sebanyak 500 mgr Fe digunakan untuk meningkatkan sel darah ibu. Kemudian

300 mgr Fe terdapat pada plasenta dan 100 mgr Fe untuk darah janin. Jika

persalinan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi

persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan

berikutnya (Manuaba, 2003).

10. Pencegahan anemia pada ibu hamil

Upaya pencegahan anemia pada masa kehamilan dapat dilakukan oleh

ibu hamil dengan meningkatkan asupan zat besi melalui makanan, konsumsi

pangan hewani dalam jumlah cukup dan mengurangi konsumsi makanan

yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti: fitat, fosfat, tannin.

Suplemen tablet zat besi yang diberikan minimal 90 tablet untuk memenuhi

kebutuhan zat besi pada ibu hamil juga perlu untuk diminum secara tepat.

(Triharini, 2019)

Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen Fe dosis

rendah 30 mg pada trimester III ibu hamil non anemik Hb ≥ 11 gr/dl,


23

sedangkan untuk hamil dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan

suplemen sulfat 325 mg 1-2 kali sehari. Untuk yang disebabkan oleh defisiensi

asam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/hari atau untuk dosis pencegahan

dapat diberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12 100-200

mcg/hari (Budiarti, 2009).

Kepandaian dalam mengatur pola makan dengan mengkombinasikan

menu makanan serta mengkonsumsi buah dan sayur yang mengandung

vitamin C pada waktu makan bisa membuat tubuh terhindar dari anemia.

Mengindari makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi yaitu kopi

dan teh.

a. Mengkonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh sayuran warna

hijau, kacang – kacangan, protein hewani, terutama hati.

b. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti jeruk, tomat,

mangga dan lain – lain yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi (Mei,

2009).

Penderita anemia ringan sebaiknya tidak menggunakan suplemen zat besi.

Lebih cepat bila mengupayakan perbaikan menu makanan. Misalnya dengan

konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti telur, susu, hati,

ikan, daging, kacang – kacangan (tahu, oncom, kedelai, kacang hijau, sayuran

berwarna hijau, sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam) dan buah –

buahan (jeruk, jambu biji dan pisang). Selain itu dibiasakan pula

menambahkan substansi yang mendahulukan penyerapan zat besi sperti


24

vitamin C, air jeruk, daging ayam dan ikan. Sebaliknya substansi penghambat

penyerapan zat besi seperti teh dan kopi patut dihindari (Anonim, 2003).

11. Pengobatan anemia pada ibu hamil

Bagi penderita anemia karena kekurangan zat besi, sebaiknya

mengkonsumsi makanan yang mengadung zat besi seperti sayuran yang

berwarna hijau tua yaitu bayam. Dalam mengkonsumsi makanan yang

mengandung kaya akan zat besi di imbangi dengan makanan yang dapat

membantu penyerapan zat besi yaitu yang mengandung vitamin C seperti

jeruk, tomat, mangga dan jambu. Sebab kandungan asam askorbat dalam

vitamin C tersebut dapat meningkatkan penyerapan zat besi.

C. Kacang Merah (Phaseolus vulgaris, L.)

1. Definisi

Kacang merah (Phaseolus vulgaris) yaitu tergolong tanaman kelompok

kacang polong (legume); satu keluarga dengan kacang hijau, kacang kedelai,

kacang tolo dan kacang uci, Biji kacang merah merupakan bahan makanan

yang mempunyai energi tinggi dan sekaligus sumber protein nabati yang

potensial, karena itu peranannya dalam usaha perbaikan gizi sangatlah

penting. Di samping kaya akan protein, biji kacang merah juga merupakan

sumber karbohidrat, mineral dan vitamin. Kandungan vitamin per 100 gram

biji adalah vitamin A 30 SI, thiamin/vitamin B1 0,5 mg, riboflavin/vitamin B2

0,2 mg, serta niasin 2,2 mg (Astawan, 2009).


25

Kacang merah salah satu makanan yang tinggi serat. Kacang merah

sangat kaya akan gizi yang membangun kesehatan tubuh. Kandungan zat besi,

asam folat, kalsium, karbohidrat dan berprotein tinggi menjadikan manfaat

kacang merah sangat diperlukan tubuh terutama pada ibu hamil.(Umrah &

Dahlan, 2018)

Kacang merah termasuk dalam Famili Leguminoseae alias polong

polongan. Satu keluarga dengan kacang hijau, kacang kedelai dan kacang tolo.

Kacang merah mudah didapatkan karena sudah ditanam di seluruh propinsi di

Indonesia. Daerah sentral penghasil kacang merah adalah Jawa Barat, Jawa

Tengah, Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Bengkulu dan Nusa Tenggara Timur

(Rukmana, 1998). Menurut Afriansyah (2007) kacang merah kering

merupakan sumber karbohidrat kompleks, serat, vitamin B (terutama asam

folat dan vitamin B1), kalsium, fosfor, zat besi dan protein.

Kacang Jogo atau Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L )bukan

merupakan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini berasal dari Meksiko Selatan,

Amerika Selatan dan daratan Cina. Selanjutnya tanaman tersebut menyebar ke

daerah lain seperti Indonesia, daerah yang banyak ditanami kacang jogo atau

kacang merah adalah Lembang (Bandung), Pacet (Cipanas), Kota Batu

(Bogor) dan Pulau Lombok (Astawan, 2009).

Biasanya yang dimanfaatkan dari kacang merah adalah bijinya. Biji

kacang merah merupakan bahan makanan yang mempunyai energy tinggi dan

sekaligus sumber protein nabati yang potensial. Kacang merah dapat


26

digunakan sebagai sayuran (sayur asam, sup), campuran salad, sambal goreng,

kacang goreng, bahan dodol, wajik, dan aneka kue lainnya (Astawan, 2009).

2. Ada beberapa jenis kacang merah diantaranya adalah

a. kacang adzuki (kacang merah kecil) :

kacang ini berukuran kecil, dengan warna merah tua. Kacang ini berasal

dari Asia, terutama di Jepang dan China. Polong tumbuh 4 sampai 5 inci (10-

12,5 cm) dan masa panennya pada bulan November sampai Desember.

Kacang ini memiliki rasa manis sehingga sering dibuat menjadi pasta kacang

merah untuk bahan isian roti atau kue, sebagai makanan penutup, maupun

difermentasikan (Feby, 2016).(Mayasari, 2015)

Gambar 1. Kacang Adzuki

Sumber : Feby (2016)


27

b. Red bean

Memiliki ukuran sedang dengan bentuk seperti ginjal dan warna merah

gelap. Red bean memiliki tekstur yang lebih halus dibandingkan kidney bean

dan berasal dari Amerika Tengah dan Selatan (Feby, 2016).

Gambar 2. Kacang Red Bean


Sumber : https://indonesian. /product-detail/big-and-smallsize-cooking-

red-beans

c. Red kidney bean /Cannellini bean (kacang merah ukuran besar)

Kacang berbentuk ginjal, memiliki ukuran yang lebih besar dan

tekstur yang lembut. Kacang ini berwarna merah daging dan memiliki rasa

yang hambar. Cannellini bean merupakan kacang merah putih. Kidney

bean diolah sebagai salad ataupun sup, direbus, bahan tambahan dalam

membuat cabai, rendang. Ketika dimasak, kidney bean akan

mempertahankan bentuk semulanya kecuali jika dihancurkan (Feby,

2016).
28

Gambar3. Kacang Kidney Bean


Sumber : https://www.tokopedia.com/murahjadii/kacangmerah-kemasan

3. Kandungan Gizi Kacang Merah

Kacang merah banyak mengandung protein dan karbohidrat. Keunggulan

lainnya yaitu kacang merah bebas kolesterol, sehingga aman untuk

dikonsumsi oleh semua golongan masyarakat dari berbagai kelompok umur.

Protein kacang merah juga dapat digunakan untuk menurunkan kadar

kolesterol LDL yang bersifat jahat bagi kesehatan manusia, serta

meningkatkan kadar kolesterol HDL yang bersifat baik bagi kesehatan

manusia Made Astawan (2009, 22).

Kacang merah merupakan sumber serat yang baik. Setiap 100 gram

kacang merah kering menyediakan serat sekitar 24 gram, yang terdiri dari

campuran serat larut dan tidak larut air. Serat larut dapat menurunkan

konsentrasi kolesterol dan gula darah. (Afriansyah, 2007). Kacang merah juga

merupakan salah satu jenis kacang yang mengandung senyawa bioaktif

polifenol dalam bentuk prosianidin sekitar 7%-9% terutama pada kulitnya.

Polifenol mempunyai aktivitas antibakteri yaitu menghambat pertumbuhan


29

bakteri patogen. Nilai gizi kacang merah menurut USDA tahun 2007 dapat

dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Nilai Gizi Kacang Merah per 100 Gram

Zat Gizi Satuan Nilai per 100 g


Proksimat
Air G 1,75
Energi Kkal 330
Energi KJ 1381
Protein G 24,37
Lemak G 0,25
Abu G 3,38
Karbohidrat G 59,80
Serat G 24,9
Mineral
Kalsium, Ca mg 195
Besi,Fe Mg 9.35
Magnesium,Mg Mg 160
Phospor, P Mg 405
Kalium, K Mg 1490
Natrium Na Mg 11
Seng, Zn Mg 2,25
Tembaga,Cu Mg 1,100
Mangan,Mn Mg 1,000
Selenium,Se µg 3,2
Vitamin
Vitamin C mg 4,5
Thiamin mg 0,529
Riboflavin mg 0,219
Niacin mg 2,060
Asam pantotenat mg 0,780
Vitamin B-6 0,397 mg 0,397
Folat(total) µg 394
Vitamin B-12 µg 0,00
Vitamin A, IU IU 8
(Sumber : USDA, 2007)

4. Manfaat Kacang Merah (Phaseolus vulgaris, L.) bagi ibu hamil

Kacang merah sering digunakan dalam berbagai hidangan, terutama beras,

kari, salad dan topping. Destriyana (2013), mengungkapkan ada banyak


30

manfaat kesehatan dari kacang merah yang perlu kita ketahui. Berikut adalah

manfaat kesehatan dari kacang merah:

a. Kaya kandungan asam amino dan protein

Satu setengah cangkir kacang merah, sudah bisa memenuhi kebutuhan

protein saat hamil. Protein berperan penting dalam tumbuh kembang janin.

Selain itu, kacang merah juga dilengkapi asam amino esensial yang bisa

meningkatkan daya tahan tubuh ibu dan bayi. Sehingga bisa lebih kuat

melawan infeksi dan penyakit yang rentan menyerang selama kehamilan.

b. Membantu melawan anemia dan kekurangan zat besi

Banyak ibu yang mengalami anemia dan kekurangan zat besi ketika

hamil. Biasanya dokter akan memberikan suplemen penambah darah dan zat

besi, juga merekomendasikan makanan yang kaya zat besi. Salah satu sumber

zat besi yang wajib di konsumsi bila terkena anemia ialah kacang merah.

Kandungan zat besinya tinggi, dan membantu meningkatkan kadar

hemoglobin di dalam tubuh, sehingga menghindari risiko bayi cacat lahir

akibat kekurangan zat besi. Konsumsi kacang merah selama kehamilan juga

membantu plasenta berkembang dengan baik.

c. Mengurangi asam lambung

Selama hamil, asam lambung seringkali naik dan membuat ibu merasa

tidak nyaman. Ditambah lagi mual-mual dan muntah yang semakin memicu

asam empedu dari usus naik ke tenggorokan. Kandungan serat dalam kacang
31

merah bisa membantu menghilangkan asam lambung dari dalam tubuh.

Kacang merah juga membantu mengatasi masalah pencernaan saat hamil,

seperti sembelit dan kelebihan gas, yang sering menjadi masalah pada Bumil.

d. Menjaga kadar kolesterol

Kolesterol tinggi dalam masa kehamilan berisiko menimbulkan

komplikasi, seperti hipertensi. Asupan makanan tinggi serat seperti kacang

merah bisa membantu menjaga kadar kolesterol tetap sehat di dalam ibu

hamil. Sehingga mengurangi risiko komplikasi serius yang ditimbulkan oleh

kolesterol tinggi saat hamil.

e. Sumber Anti Oksidan

Kacang merah juga kaya akan antioksidan, yang bisa membuat ibu hamil

sehat dan glowing selama kehamilan. Antioksidan ini juga bisa membantu

mengurangi risiko diabetes gestasional yang berbahaya bagi janin dan ibu.

f. Mengandung mineral yang baik bagi tubuh

Kacang merah kaya akan kandungan mineral tembaga, yang sangat

penting untuk meningkatkan aktifitas enzim di dalam tubuh. Untuk

memperbaiki jaringan yang rusak, juga memastikan pembuluh darah, sendi

dan ligamen tetap elastis agar bisa berfungsi dengan baik. Kacang merah juga

diperkaya magnesium yang bisa merilekskan otot, pembuluh darah serta saraf.

Sehingga bisa mengurangi rasa lelah dan lemas selama masa kehamilan.

g. Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil


32

Kacang merah mengandung nutrisi penting bagi kesehatan ibu serta janin

selama masa kehamilan. Mulai dari protein, asam folat, dan zat besi bisa Anda

dapatkan dari kacang merah. Saat hamil, wanita membutuhkan zat besi dan

asam folat lebih banyak daripada sebelumnya. Kedua nutrisi ini diperlukan

untuk membantu pertumbuhan bayi dan plasenta.Perlu diketahui, kekurangan

zat besi pada masa kehamilan dapat menyebabkan bayi terlahir prematur atau

lahir dengan berat badan rendah, ibu hamil mengalami anemia, gangguan

mood, atau bahkan depresi.

D. Kerangka Teori

Kehamilan

Anemia kehamilan

Asupan Penyakit/
kacang merah makanan pada
infeksi
ibu hamil

Bagan 2.1 Kerangka teori Penelitian


33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan cara pandang peneliti terhadap sesuatu

masalah yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti

(Sugiono, 2011). Kerangka konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur

melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Riyanto, 2018).

Angka Kematian Ibu diIndonesia dan dijawa Barat masih tinggi,

termasuk di Kabupaten Bandung Barat , demikian juga diwilayah kerja

Puskesmas Rongga. Perdarahan merupakan penyebab kematian ibu kedua

terbanyak setelah hypertensi dimana salah satu penyebab perdarahan pada

kehamilan adalah Anemia. Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah

merah atau konsentrasi hemoglobin di dalamnya lebih rendah dari normal atau

tidak mencukupi kebutuhan tubuh (WHO). Untuk itu perlu dilakukan upaya

untuk pencegahan dan penanganan Anemia. Salah satu upayanya adalah

meningkatkan asupan gizi pada ibu hamil yaitu dengan pemberian makanan

yang mengandung protein dan zat besi yang cukup, seperti mengkonsumsi

kacang merah dimana kacang merah mengandung zat besi, asam folat,

kalsium, karbohidrat dan berprotein tinggi menjadikan manfaat kacang merah

sangat diperlukan tubuh terutama pada ibu hamil selain rutin mengkonsumsi

tablet tambah darah.


34

Berdasarkan paradigma diatas, kerangka konsep penelitian ini sebagai

berikut :

HB Sebelum HB Setelah
Konsumsi
Konsumsi konsumsi
kacang merah
Kacang merah kacang merah

Bagan 3.1. Kerangka konsep penelitian

2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Menurut

Arikunto (2013), penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak

dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran

terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah Quasi ekperimen atau

Eksperimen semu, peneliti melakukan percobaan ( Exsperiment ) atau

perlakuan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi kacang merah

terhadap kenaikan kadar Hb pada ibu hamil Anemia.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah one grup pretest posttest

yaitu rancangan yang tidak memiliki kelompok pembanding (control) tetapi

paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan

menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen. Dalam

penelitian ini dirancang dengan melakukan pengukuran Hb sebelum dan

sesudah pemberian kacang merah.


35

Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut :

Sebelum konsumsi kacang merah Kadar HB Setelah konsumsi kacang merah

01 X 02

Keterangan

01 : Pretest sebelum konsumsi kacang merah

X : kadar HB

02 : Posttest setelah konsumsi kacang merah

3. Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan tentang jawaban sementara terhadap

masalah penelitian yang disusun berdasarkan teori. Hipotesis ini menunjukkan

hubungan 2 variabel yang memungkinkan pembuktian secara empiris. Jenis

hipotesis salah satunya hipotesis kerja (Ha) dan hipotesis nol (Ho). Ho yang

ditunjukan dengan pernyataan “tidak ada hubungan/beda x dengan y” atau

“tidak ada pengaruh x terhadap y”. (Sulistyaningsih, 2012)

Peneliti membuat hipotesis berdasarkan teori di atas, yaitu sebagai berikut :

Ha : Terdapat pengaruh konsumsi kacang merah terhadap kadar HB

pada ibu hamil Anemia

Ho : Tidak terdapat pengaruh konsumsi kacang merah terhadap kadar

HB pada ibu hamil Anemia


36

4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian

a. Variabel Penelitian

1) Variabel Independen dalam penelitian ini adalah konsumsi kacang

merah

2) Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah kadar Hb pada ibu

hamil Anemia.

b. Definisi Operasional Penelitian

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi konseptual Definisi Hasil Skala


Independe Operasional Pengukuran
n
Kacang Kacang merah Kacang merah yg - -
merah merupakan sudah dimasak
makanan yang sebanyak 100
tinggi serat,kaya gram yg diberikan
akan gizi, selama 2 minggu
kandungan zat besi, berturut turut
asam folat,
kalsium,
karbohidrat dan
berprotein tinggi. .
(Umrah & Dahlan,
2018)
Variabel Definisi konseptual Definisi Hasil Skala
Dependen Operasional Pengukuran
Kadar HB Hemoglobin adalah Kadar HB ibu a. Ringan 10,5 Ordinal
suatu metaloprotein hamil anemia gr/dl
yaitu protein yang trimester I yg - 10 gr/dl
mengandung zat diukur sebelum
besi di dalam sel dan sesudah b. Sedang 9,9
darah merah yang diberikan
37

berfungsi sebagai konsumsi kacang gr/dl- 7,0 gr/dl


pengangkut merah dengan
oksigen dari paru- menggunakan alat c. Berat < 7,0
paru ke seluruh strip HB digital gr/dl
tubuh.( Fitriany &
Saputri, 2018 )
B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan subjek penelitian ( misalnya : manusia,

binatang percobaan,data laboratorium, dll ) yang akan diteliti dan memenuhi

karakteristik yang ditentukan.( Riyanto,2018 ).

Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu hamil yang mengalami anemia

di puskesmas Rongga pada bulan April tahun 2022 sebanyak 60 orang yang

tersebar di 8 desa.

2. Sampel

Sampel adalah merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan dapat

mewakili atau representative populasi.(Riyanto,2018 ). Sampel dalam

penelitian ini adalah ibu hamil yang mengalami anemia di puskesmas Rongga

pada bulan April tahun 2022 sebanyak 30 orang. Menurut Cohen, et.al, (2007,

hlm. 101) semakin besar sample dari besarnya populasi yang ada adalah

semakin baik, akan tetapi ada jumlah batas minimal yang harus diambil oleh

peneliti yaitu sebanyak 30 sampel. Dikemukakan oleh Baley dalam Mahmud

(2011, hlm. 159) yang menyatakan bahwa untuk penelitian yang

menggunakan analisis data statistik, ukuran sampel paling minimum adalah

30.
38

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 30 ibu hamil Tm I

dengan Anemia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah strata random sampling atau Stratified random sampling

yaitu merupakan suatu metode pengambilan sampel dimana populasi yang

bersifat heterogen dibagi dalam lapisan-lapisan ( strata ). Teknik pengambilan

sampel acak strata dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengambilan

sampel acak stratifikasi sederhana ( simple stratified random sampling) atau

pengambilan sampel acak stratifikasi proporsional ( Proportional stratified

random sampling ).( Riyanto,2018)

Pada penelitian ini ditemukan ibu hamil yang mengalami anemia

sebanyak 60 ibu hamil. Sebanyak 60 ibu hamil anemia Setelah dilakukan

kriteria inklusi maka ditemukan sampel sebanyak 30 orang pada penelitian ini.

Menurut Sugiyono (2013, hlm. 138), penentuan jumlah sampel untuk

masing-masing desa dihitung secara proporsional dengan menggunakan rumus

: Rumusnya :
n
s = ─ xS
N
Keterangan :

s = Jumlah sampel setiap unit secara proporsional

S = Jumlah seluruh sampel yang didapat

N = Jumlah Populasi

n = Jumlah masing-masing unit populasi


39

Berdasarkan perhitungan sampel didapatkan jumlah sampel yang akan

diambil sebanyak 30 orang,data sebagai berikut :

Desa Unit populasi S = n_ X S Unit Sampel


N
Cibedug 7 7/60 X 30 3

Cicadas 3 3/60 X 30 2

Bojong 3 3/60 X 30 2

Bojong salam 2 2/60 X 30 1

Cinengah 10 10/60 X 30 5

Sukamanah 10 10/60 X 30 5

Sukaresmi 10 10/60 X 30 5

Cibitung 15 15/60 X 30 7

Jml populasi 60 30

Kriteria sampel dalam pengambilan data adalah sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi yaitu kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap

anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel,diantaranya:

- Ibu hamil dengan kadar Hb < 11 gr% pada Tm I.

- Ibu hamil yang bersedia menjadi responden

- Ibu hamil yang bersedia diperiksa kadar hemoglobinnya


40

b. Kriteria Eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil

sebagai sampel. (Notoatmodjo, 2012: 130),diantaranya :

- Ibu hamil dengan kadar Hb ≥ 11 gr%

- Ibu hamil Tm II dan Tm III

- Ibu hamil yang tidak bersedia menjadi responden

- Ibu hamil yang tidak bersedia diperiksa kadar hemoglobinnya

- Ibu yang menderita penyakit kelainan pembekuan darah,penyakit kronis

C. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian.

(Nursalam, 2019).

1. Tehnik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data

primer.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam hal ini untuk mendapatkan data yang

relevan dengan masalah yang diteliti, maka diperlukan alat untuk

mengumpulkan data instrumen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu alat ukur Hb digital strip-test.

D. Prosedur Penelitian

Berikut adalah tahapan-tahapan dalam penelitian yang akan dilakukan

oleh peneliti, yaitu :


41

1. Tahap persiapan

a. Mencari masalah penelitian / fenomena dan pembuatan judul

Setelah membaca beberapa literatur yang bekaitan dengan kehamilan

akhirnya peneliti menemukan masalah yang sedang banyak diperbincangkan

dan dicari solusinya bersama-sama yaitu masalah Anemia kehamilan dan

setelah peneliti mencari data secara global ditemukanlah angka kejadian

Anemia cukup besar di wilayah Kec. Rongga Kabupaten Bandung Barat yang

tersebar dari 8 desa, karena Anemia berkaitan dengan asupan gizi ibu hamil

maka peneliti membuat judul Pengaruh konsumsi Kacang merah terhadap

kenaikan kadar HB pada ibu hamil anemia. Tidak hanya sampai disitu penelti

juga berusaha mencari solusi yang dapat menurunkan angka kejadian

Anemia. Judul akhir yang disepakati adalah pengaruh konsumsi kacang

merah terhadap kenaikan HB pada ibu hamil Anemia.

Setelah peneliti menyepakati masalah yang akan diteliti dan judul yang

telah disetujui bersama maka peneliti melakukan proses administrasi dengan

meminta surat untuk diberikan kepada kepala Puskesmas Rongga selaku

Puskesmas yang menaungi beberapa desa diwilayah kecamatan Rongga.

b. Menyusun proposal penelitian

Data yang telah didapat dari Puskesmas Rongga beserta teori yang

berkaitan dengan Anemia pada ibu hamil dicari dan tulis sehingga dapat

segera melakukan tahap bimbingan kepada dosen pembimbing.

c. Mengikuti bimbingan proposal penelitian


42

Bimbingan dilakukan bersama dengan tim dan dosen pembimbing,

proses perbaikan dilakukan sesegera mungkin, kemudian dilakukan

bimbingan selanjutnya sampai dosen pembimbing menyetujui penelitian yang

akan dilakukan.

d. Sidang/ presentasi proposal penelitian

Setelah dosen pembimbing menyetujui maka dilakukan sidang/presentasi

proposal yang dihadiri oleh penguji dan pembimbing, peneliti memaparkan

hasil yang didapat baik, tinjauan teori maupun metode penelitian yang telah

dibuat.

e. Perbaikan hasil seminar proposal penelitian

Proposal yang telah dibuat dan dipaparkan akan mendapat perbaikan

serta masukkan dari penguji dan dosen pembimbing sehingga penelitian dan

perbaikan bisa dilakukan bersamaan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pengumpulan dan pengolahan data dilakukan secara langsung

mendatangi Puskesmas dan pengamatan pada bulan April 2022.

Penelitian diawali dengan pemeriksaan kadar Hb di beberapa Desa, lalu

peneliti menetapkan kriteria inklusi. Setalah kriteria inklusi telah terpenuhi

maka peneliti melakukan pengambilan sampel dan diambil 60 ibu hamil

Anemia untuk dijadikan sampel penelitian. Pada penelitian ini ditemukan ibu

hamil yang mengalami Anemia sebanyak 30 dan data paling tinggi terdapat
43

didesa Cibitung 15 sebanyak , sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 30 ibu

hamil Anemia pada penelitian ini.

Peneliti melakukan informed concent atau persetujuan dengan ibu hamil

Anemia dan setelahnya dilakukan pendidikan kesehatan tentang Anemia

kehamilan dengan cara presentasi selama 15 menit menggunakan media

leaflet, dilanjutkan sosialisai mengenai pemeriksaan untuk mendeteksi

anemia kepada ibu hamil yang akan diteliti. Setelah semua ibu hamil Anemia

memahami yang telah dijelaskan, maka peneliti melakukan pemantauan

selama 14 hari. Pada akhir penelitian dilakukan posttest berupa pemeriksaan

kadar HB kembali. Sebelum menuju ke tempat penelitian, peneliti melakukan

briefing mengenai susunan acara yang akan dilakukan saat Posyandu yang

diantaranya yaitu pelaksanaan posttest, penjelasan mengenai hasil penelitian

dan pemberian cenderamata kepada pihak Puskesmas beserta responden.

Hasil penelitian ditemukan bahwa seluruh responden yang dalam hal ini

adalah ibu hamil Anemia mengalami peningkatan kadar HB yang cukup

signifikan.

3. Tahap Akhir

Setelah dilakukan penelitian maka peneliti melakukan penyusunan hasil

penelitian dengan bimbingan dosen, presentasi hasil penelitian, melakukan

perbaikan dan publikasi hasil penelitian.


44

Permohonan izin Sampel


penelitian pada instansi Pretest sebelum sesuai
terkait yaitu Puskesmas konsumsi kacang
kriteria
Rongga merah di Posyandu
inkslusi

Informed concent
kepada ibu hamil
Anemia

Sosialisasi Pendidikan kesehatan


pemeriksaan Kadar tentang Anemia
HB kehamilan

Posttest setelah
Pemantauan selama konsumsi kacang
14 hari diPosyandu

Pengolahan Data

Penyajian Data

Gambar3.2 Bagan Alur Penelitian


45

E. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, langkah yang dilakukan peneliti adalah mengolah

data, sehingga dapat dianalisis dan diambil kesimpulannya. Tujuan

pengolahan data adalah menyiapkan data agar mudah ditangani dalam

analisisnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengolahan data

adalah data relevan dengan tujuan penelitian, kualitas data dapat dipercaya,

gunakan metode yang tepat dan mudah, ungkapkan batasan kelemahannya bila

ada, hasil olahan data harus sesuai standar, data mudah dimengerti,

menghasilkan persepsi sama dan dapat diperbandingkan menurut waktu,

geografis, dan sebagainya. (Sulistyaningsih, 2012 : 149)

Langkah-langkah mengolah dan menganalisis data dapat digambarkan sebagai


berikut :

a. Editing (Penyuntingan Data)

Editing adalah kegiatan memeriksa data, kelengkapan, kebenaran

pengisian data, keseragaman ukuran, keterbacaan tulisan dan konsistensi data

berdasarkan tujuan penelitian. (Sulistyaningsih, 2012 : 150)

b. Coding (Membuat Lembaran Kode)

Coding adalah pemberian kode pada data yang berskala nominal dan

ordinal. Kodenya berbentuk angka/numerik/nomor, bukan simbol karena

hanya angka yang dapat diolah secara statistik dengan bantuan program

komputer. (Sulistyaningsih, 2012 : 150)


46

c. Entry (Memasukkan Data)

Data entry adalah memasukan data yang tlah dicoding ke dalam program

komputer, salah satu paket program yang digunakan adalah komputerisasi.

(Sulistyaningsih, 2012 : 151)

d. Tabulasi

Tabulasi yaitu membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian

atau yang diinginkan oleh peneliti. (Notoatmodjo, 2012: 174-176)

2. Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara univariat.

a. Analisis Univariat (Analisis Deskriptif)

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. (Notoatmodjo, 2012 : 182)

Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui

distribusi frekuensi dari peningkatan dan tidak ada peningkatan kadar HB

pada ibu hamil Anemia.

Rumusnya :
47

F
P= 100 %
N

Keterangan : P= Presentasi

F= Frekuensi

N= Jumlah seluruh responden

(Notoatmodjo, 2012 : 183)

b. Analisis Bivariat

Berdasarkan hasil uji normalitas analisis data dari penelitian ini

menggunakan IBM softwere SPSS 22.0 yaitu Uji T berpasangan untuk

mengetahui perbedaan rata-rata antara dua sampel yang berhubungan atau

berpasangan, melalui pengujian ini dapat diketahui signifikasi perbedaan

rata-rata 2 kelompok sampel yang saling berhubungan.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa apabila hasil uji

normalitas menyimpulkan data berdistribusi normal maka digunakan uji t

dua sampel berpasangan dengan rumus sebagai berikut:

D= Beda rata-rata (mean difference)

SD= Deviasi standar (standar deviation)

(Cooper & Schindler, 2014:451)


48

Dasar pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis pada

uji paired sampel t-test sebagai berikut:

- Jika probabilitas (Asymp.Sig) < 0,05 maka Ho ditolak artinya terdapat

peningkatan.

- Jika probabilitas (Asymp.Sig) > 0,05 maka Ho diterima artinya tidak

terdapat peningkatan.

F. Etika Penelitian

Sebagai pertimbangan etik, peneliti meyakinkan bahwa responden

terlindungi dengan aspek-aspek sebagai berikut:

1. Anonymity ( Tannpa nama )

Anonymity (tanpa nama) adalah tidak mencantumkan nama responden

dalam pengisian instrumen penelitian maupun penyajian hasil penelitian.

Nama responden diganti dengan pemberian nomor kode responden.

(Sulistyaningsih, 2012 : 146) Pada penelitian ini nama responden tidak

digunakan. Sebagai gantinya, peneliti menggunakan nomor responden.

2. Confidentiality ( Kerahasiaan )

Confidentiality (kerahasiaan) adalah memberikan jaminan kerahasiaan

hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Pada

penelitian ini peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dan informasi

yang diberikannya. Segala informasi yang akan dijaga kerahasiaannya serta

hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian ini dan setelah selesai,


49

semua catatan atau data mengenai responden akan dimusnahkan. (Hidayat,

2011).

G. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Rongga, Lokasi penetilian

dilakukan ditempat ini karena masih ada ibu hamil yang megalami Anemia

kehamilan.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan April - Mei 2022. Untuk

lebih jelasnya rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

N Kegiatan Tahun 2022


O
Maret April Mei

1. Survey awal dan penentuan


lokasi penelitian
2. Penyusunan proposal

3. Seminar Proposal

4. Pelaksanaan Penelitian

5. Pengolahan data, analisa


dan penyusunan laporan
6. Seminar hasil
50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan
51

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

B. Saran

C. Bagian Akhir

1. Daftar Pustaka

2. Lampiran
52

DAFTAR PUSTAKA

Agus Riyanto. (2018). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :Nuha


Medika

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Asrinah;putri,Shinta siswoyo; Sulistyorini,Dewi;Dkk.2010.Asuhan kebidanan


Masa Kehamilan,Yogyakarta;Graha Ilmu

Astawan, Made. 2009. Sehat Dengan Hidangan Kacang dan Biji-Bijian. Jakarta:
Penebar Swadaya

Ajeng, P. (2016). Asuhan Kebidanan Pada..., , Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,


2012. Asuhan Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, 12, 13–19.
Arsini, N. K. V. (2018). Metode Penelitian. http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/203/
Belakang, A. L. (2020). No Title. 2019, 1–10.
Cohen, et al. (2007). Metode Penelitian dalam Pendidikan. New York. Routledge.
657 Hal.
Cooper, D.R. dan Schindler, P.S. (2014). Business Research Methods. USA:
McgrawHill College.
Dinkes Jawa Barat. (2020). Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun 2020. Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 103–111.
Fitriany, J., & Saputri, A. I. (2018). Anemia Defisiensi Besi. Jurnal. Kesehatan
Masyarakat, 4(1202005126), 1–30.
Hasanah, D. N., Febrianti, F., & Minsarnawati, M. (2013). Kebiasaan Makan
Menjadi Salah Satu Penyebab Kekurangan Energi Kronis (Kek) Pada Ibu
Hamil Di Poli Kebidanan Rsi&a Lestari Cirendeu Tangerang Selatan. Jurnal
Kesehatan Reproduksi, 4, 91–104.
ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/kespro/article/download/3907/3751
53

Herawati, C., & Astuti, S. (2010). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Anemia Gizi Pada Ibu Hamil di Puskesmas Jalaksana Kuningan Tahun 2010.
Jurnal Kesehatan Kartika, 51–58.
Listiana, A. (2016). Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian
Anemia Gizi Besi pada Remaja Putri di SMKN 1 Terbanggi Besar Lampung
Tengah. Jurnal Kesehatan, 7(3), 455. https://doi.org/10.26630/jk.v7i3.230
Mahmud, (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Manuaba, (2010 ), IlmuKebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta : EGC
Mayasari. (2015). Karakteristik Kacang Merah. Poltekkes Kemenkes Yogykarta,
9–34.
Nursalam. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif. 41–58.
Notoatmodjo, S. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Rachman, T. (2018). 済 無 No Title No Title No Title. Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952., 10–27.
Rahayu, A., Yulidasari, F., Putri, A. O., & Anggraini, L. (2019). Metode Orkes-
Ku (raport kesehatanku) dalam mengidentifikasi potensi kejadian anemia
gizi pada remaja putri.
Sugiyono, 2013, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan r&d. (Bandung:
alfabeta)
Sulistyaningsih,(2012),Metode Penelitian Kebidanan Kuantitatif-kualitatif Ed.1
jilid 2 Yogyakarta: Graha limu
Susilo, X. A., Noor, M. S., Heriyani, F., Qamariah, N., Studi, P., Dokter, P.,
Kedokteran, F., Mangkurat, U. L., Ilmu, D., Masyarakat, K., Kedokteran, F.,
Lambung, U., Banjarmasin, M., Kedokteran, F., Lambung, U., Banjarmasin,
M., Kedokteran, F., & Mangkurat, U. L. (n.d.). Literatur review : hubungan
antara tingkat pengetahuan dan sikap., 3, 785–794.
Tanziha, I., Utama, L. J., & Rosmiati, R. (2016). Faktor Risiko Anemia Ibu Hamil
Di Indonesia. Jurnal Gizi Dan Pangan, 11(2), 143–152.
https://doi.org/10.25182/jgp.2016.11.2.%p
Triharini, M. (2019). Editorial: Upaya Bersama dalam Pencegahan Anemia
Kehamilan. Pediomaternal Nursing Journal, 5(2).
https://doi.org/10.20473/pmnj.v5i2.21220
Umrah, A. St., & Dahlan, A. K. (2018). Pengaruh Konsumsi Kacang Merah
Terhadap Pengobatan Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Sendana Kota
Palopo. Voice of Midwifery, 8(01), 688–695.
https://doi.org/10.35906/vom.v8i01.35
54

Ujiani, S. (2018). Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara November, 2018.


Pemanfaatan Buah Nangka Muda Sebagai Bahan Alternatif Pembuatan
Dendeng, Volume 5, 1–10.
http://repository.umsu.ac.id/handle/123456789/5163
Yulizawati. (2020). Dengan Evidence Based Midwifery Implementasi Dalam
Masa Kehamilan.
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai gizi kacang merah per 100 gram...................................................29

Tabel 3.1 Definisi Operasional penelitian ............................................................36

Tabel 3.2 Jadwal penelitian ..................................................................................49


55

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ..............................................................................32

Gambar 3.1 Kerangka Konsep...........................................................................34

Gambar 3.2 Bagan alur penelitian .....................................................................44

Anda mungkin juga menyukai