Anda di halaman 1dari 58

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia adalah suatu keadaan yang mana kadar hemoglobin (Hb)

dalam tubuh dibawah nilai normal sesuai kelompok orang tertentu (Irianto,

2014). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2017 anemia

pada ibu hamil adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin di bawah

11 gr% pada trimester pertama dan ketiga, dan bawah 10,5gr % pada

trimester kedua. Angka kejadian anemia pada ibu hamil trimester 2 dan 3

adalah sebesar 70%. Hal ini dikarenakan mulai trimester 2 terjadi

peningkatan volume darah sebesar 35%. Anemia pada ibu hamil pada

umumnya disebabkan karena meningkatnya volume plasma dalam darah

dan defisiensi zat besi 90 tablet. Anemia pada kehamilan merupakan

kekurangan kadar hemoglobin dalam darah yang dapat menyebabkan

komplikasi yang lebih serius bagi ibu baik dalam kehamilan, persalinan dan

nifas. Anemia dapat mengakibatkan abortus, partus prematurus, partus lama

karena inertia uteri, pendarahan post partum karena antonia uteri, syok,

infeksi intra partum maupun post partum, sedangkan komplikasi yang dapat

terjadi pada hasil konsepsi yaitu, kematian perinatal, prematuritas, cacat

bawaan dan cadangan zat besi kurang.

Menurut World Health Organization (WHO) secara global prevalensi

anemia pada ibu hamil diseluruh dunia adalah sebesar 48,1 %, dan menurut

WHO juga 40 % kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan


anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut

(WHO 2017). Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Afrika memiliki

prevalensi anemia tertinggi. Prevalensi anemia ibu hamil pada wilayah

tersebut adalah 48,7% (WHO, 2015). Menurut hasil Riset Data Kesehatan

Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi anemia pada ibu hamil di

Indonesia sebesar 48,9% yang didominasi anemia pada ibu hamil umur 15-

24 sebesar 84,6% (Kementrian Kesehatan RI 2017). Data tersebut

menunjukkan peningkatan prevalensi anemia pada ibu hamil, dimana pada

tahun tahun 2013 hanya sebesar 37,1% (Kemenkes RI, 2018). Anemia pada

ibu hamil bukanlah masalah sederhana karena sel darah merah mempunyai

peranan penting membawa nutrisi dan oksigen untuk pertumbuhan janin.

Disamping itu anemia juga bisa menyebabkan terjadinya perdarahan

persalinan, dimana perdarahan persalinan adalah penyebab terbanyak

terjadinya angka kematian Ibu (AKI). Di Indonesia dilaporkan bahwa

penyebab tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2019 adalah

perdarahan (1.280 kasus), hipertensi dalam kehamilan (1.066 kasus), infeksi

(207 kasus). Dinas kesehatan Provinsi Jawa timur tahun 2019 melaporkan

anemia dalam kehamilan merupakan penyebab perdarahan yang

menyebabkan kematian ibu sebesar 21,59% yaitu 122 kasus, yang

merupakan penyebab terbesar kedua setelah Eklamsia/Pre eklamsia (Profil

Kesehatan Jawa timur 2020). Dikabupaten Sumenep prevalensi anemia

dengan kadar Hb 8-11 gr% sebesar 17,49% ,dimana puskesmas dengan

jumlah anemia tertinggi adalah puskesmas Batang-batang sebesar 66%.

Sedangkan anemia dengan kadar Hb < 8 gr % dikabupaten sumenep sebesar


0,77%( 120 orang) dimana puskesmas Batang-batang adalah terbanyak

kedua setelah Puskesmas Talango, yaitu sebanyak 13 orang dari 484 ibu

hamil.

PREVALENSI ANEMIA IBU HAMIL


DI PUSKESMAS BATANG-BATANG
71%

70%

69%

68%

67%

66%

65%

64%
2018 2019 2020

Gambar 1.2 Prevalensi Anemia di Puskesmas Batang-batang Tahun


2018-2020

Jumlah ibu hamil anemia di Puskesmas Batang-batang pada tahun 2018

sebesar 66%, pada tahun 2019 sebesar 70 % dan pada tahun 2020 sebesar

66%. (Dinas kesehatan Kabupaten Sumenep 2020).

Penyebab anemia pada ibu hamil diantaranya adalah kekurangan zat

besi dalam tubuh. Anemia defisiensi zat besi merupakan anemia yang

disebabkan oleh kurangnya zat besi, asam folat dan vitamin B12 di

karenakan asupan yang tidak adekuat atau ketersediaan zat besi yang

rendah. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia

kehamilan diantaranya adalah faktor langsung dan tidak langsung. Secara

langsung anemia disebabkan oleh seringnya mengkomsumsi zat

penghambat absorsi Fe, kurangnya mengkomsumsi makanan tinggi zat


besi, Kecukupan konsumsi Tablet besi serta adanya infeksi parasit

(cacing, TBC dan malaria).(Junaidi,2003) Sedangkan faktor yang tidak

langsung yaitu faktor-faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi

kadar Hb seseorang dan mempengaruhi ketersediaan Fe dalam makanan

seperti: Ekonomi yang masih rendah, atau rendahnya pendidikan dan

pengetahuan (Dep Kes RI ,2003). Berdasarkan penelitian disebutkan

bahwa 50% ibu tidak memiliki cadangan zat besi yang cukup selama

kehamilannya sehingga risiko defisiensi zat besi meningkat bersama

dengan kehamilannya.

Upaya untuk meningkatkan kadar HB untuk mencegah terjadinya

anemia dalam kehamilan dapat diberikan dengan terapi non farmakologi

dan farmakologi. Terapi non farmakologi yang dapat diberikan untuk

mempercepat peningkatan kadar Hb ibu hamil adalah dengan

mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi zat besi, seperti daging

merah, jeroan daging, sayuran yang berwarna hijau tua, makanan laut,

Tahu, Biji buah labu dan kacang-kacangan. Selain itu juga menghindari

makanan yng bisa menghambat penyerapan zat besi, seperti teh, kopi,

fosvitin dalam kuning telur, protein, fitat dan fosfat yang banyak terdapat

pada serealia. Terapi farmakologi adalah dengan pemberian tablet Fe

untuk meningkatkan kadar Hb pada ibu hamil dan pemberian Vitamin C

untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Pemerintah telah

memberikan program pemberian zat besi pada ibu hamil sebanyak 90

tablet. Pemberian zat besi tersebar diseluruh layanan kesehatan akan tetapi

angka kejadian anemia tetap tinggi. Hal ini dimungkinkan karena


konsumsi tablet besi yang tidak mencukupi, karena efek samping dari

konsumsi zat besi yaitu perut terasa tidak enak, mual, faeses kehitaman

dan konstipasi (Fathonah, 2016). Atau karena memang Fe yang diterima

ibu kurang dari 90 tablet. Sehingga dilakukan penelitian untuk

mengetahui apakah ibu hamil yang mengalami anemia salah satunya

disebabkan oleh konsumsi tablet besi yang kurang dari 90 tablet, agar

dapat meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan angka

kematian ibu dan bayi.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan

Permasalahan :

Adakah Hubungan Antara Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester 3

Dengan Kecukupan Konsumsi Tablet Fe di Wilayah Kerja puskesmas

Batang-Batang Kabupaten Sumenep?

1.3 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan anemia ibu hamil trimester 3 dengan kecukupan

konsumsi tablet Fe diwilayah kerja puskesmas Batang-batang kabupaten

Sumenep
1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi Anemia Ibu Hamil Trimester 3 Di Wilayah

Puskesmas Batang-batang Kabupaten Sumenep

2. Mengidentifikasi Kecukupan Konsumsi Tablet Fe Pada Ibu Hamil

Trimester 3 Di Wilayah Puskesmas Batang-Batang Kabupaten

Sumenep

3. Menganalisa Hubungan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester

3 Dengan Kecukupan Konsumsi Tablet Fe Di Wilayah Kerja

Puskesmas Batang-Batang Kabupaten Sumenep

4. Mengetahui Odds Rasio (OD) Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil

Trimester 3 Di Wilayah Kerja Puskesmas Batang-Batang Terhadap

Kecukupan Konsumsi Tablet Fe.

I.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Teoritis

Dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu,

khususnya tentang dasar penyelesaian masalah anemia dan upaya

penanganan anemia pada ibu hamil.

1.3.2. Manfaat Praktis

1. Bagi Ibu Hamil :

Diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan tentang

anemia, manfaat tablet Fe dan efek samping yang ditimbulkan,


sehingga dapat meningkatkan kesadaran para ibu hamil untuk

mengkonsumsi tablet Fe dengan jumlah yang cukup.

2. Bagi Mahasiswa :

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan menjadi

media pengembangan ilmu pengetahuan.

3. Bagi Puskesmas :

Dapat Sebagai dasar dalam membuat perencanaan kegiatan dalam

upaya perbaikan gizi khususnya dalam upaya pencegahan kejadian

anemia dan penanganan anemia pada ibu hamil


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anemia

2.1.2 Definisi Anemia

Anemia Adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah

(eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak

mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan

(Tarwoto, 2007). Menurut WHO anemia adalah suatu kondisi dimana

jumlah sel darah merah atau kemampuan pengangkutan oksigen oleh sel

darah merah tidak dapat memenuhi kebutuhan normal yang berbeda-beda

tergantung pada umur, jenis kelamin, ketinggian (diatas permukaan laut),

kebiasaan merokok, dan kehamilan. Jika dilihat dari kadar hemoglobin(Hb)

anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb rendah dibawah normal.

Dikatakan sebagai anemia bila Hb kurang dari 14 g% pada pria dan Hb

kurang dari 12 g% pada wanita. Menurut WHO, anemia didefenisikan

sebagai Hb kurang dari 13 g% untuk laki-laki dan Hb kurang dari 12 g%

untuk wanita.

2.1.2 Kriteria Anemia

Penentuan anemia pada seseorang tergantung pada umur, jenis


kelamin, dan tempat tinggal.

Kriteria anemia menurut WHO (1968) adalah:

Laki-laki dewasa : Hemoglobin < 13 g/dl

Wanita dewasa tidak hamil : Hemoglobin < 12 g/dl


Wanita hamil : Hemoglobin < 11 g/dl

Anak-anak umur 6-14 tahun : Hemoglobin < 12 g/dl

Anak-anak 6 bulan- 6 tahun : Hemoglobin < 11 g/dl

Secara klinis kriteria anemia di Indonesia umumnya adalah (I Made Bakta,


2005):

1. Hemoglobin < 10 g/dl

2. Hemotokrit < 30 %

3. Eritrosit < 2,8 juta/mm3

2.1.3 Kategori Anemia

Berikut ini tingkat keparahan pada anemia menurut WHO, 2013:

1. Kadar Hb 10 gr-8 gr disebut dengan anemia ringan


2. Kadar Hb 8gr-5gr disebut anemia sedang
3. Kadar anemia kurang dari 5 gr disebut anemia berat

2.1.4 Tanda dan Gejala Anemia

1. Anemia Ringan

Berdasarkan WHO, anemia ringan merupakan kondisi dimana

kadar Hb dalam darah diantara Hb 8 g/dl – 10 g/dl. Sedangakan

berdasarkan Depkes RI, anemia ringan yaitu ketika kadar Hb diantara Hb 8

g/dl - <11 g/dl. Jumlah sel darah yang rendah dapat menyebabkan

berkurangnya pengiriman oksigen ke setiap jaringan seluruh tubuh

sehingga muncul tanda dan gejala serta dapat memperburuk kondisi medis

lainnya. Pada anemia ringan umumnya tidak menimbulkan gejala karena

anemia berlanjut terus-menerus secara perlahan sehingga tubuh


beradaptasi dan mengimbangi perubahan. Gejala akan muncul bila anemia

berlanjut menjadi lebih berat.

Gejala anemia yang mungkin muncul:

a. kelelahan

b. penurunan energi

c. Kelemahan

d. Sesak nafas ringan

e. Palpitasi

f. Tampak pucat

2. Anemia Berat

Menurut WHO dan Dep Kes RI anemia berat merupakan kondisi

dimana kadar Hb dalam darah dibawah < 5 g/dl. Beberapa tanda yang

mungkin muncul pada penderita anemia berat yaitu:

a. Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan tinja lengket dan

berbau busuk, berwarna merah marun, atau tampak berdarah jika

anemia karena kehilangan darah melalui saluran pencernaan.

b. Denyut jantung cepat

c. Tekanan darah rendah

d. Frekuensi pernapasan cepat

e. Pucat atau kulit dingin


f. Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel darah

merah

g. Murmur jantung

h. Pembesaran limpa dengan penyebab anemia tertentu

2.1.5 Klasifikasi Anemia

Anemia dalam terbagi beberapa bagian yaitu:

1. Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibagt

menurunnya jumlah besi total dalam tubuh sehingga cadangan besi

untuk eritropoitesis berkurang. Anemia defisiensi besi ditandai oleh

anemia hipokromik mikrositer, besi serum menurun, total iron binding

capacity (TIBC) meningkat, saturasi transferin menurun, dan cadangan

besi sumsum tulang negative atau feritin serum menurun serta adanya

respons terhadap pengobatan tablet zat besi (Ani, 2013).

2. Anemia Megaloblastik

Dalam Howard & Hamilton 2008, Anemia megaloblastik

dikarakterisasikan oleh terlambatnya kematangan sel darah merah di

sumsum tulang yang disebabkan oleh kegagalan sintesis DNA. Sel darah

merah akan mati di sumsum (produksi sel darah yang tidak efektif) atau

masuk kedalam sirkulasi darah dengan bentuk yang abnormal dan umur

yang pendek. Secara klinis anemia megaloblastik umumnya disebabkan

oleh defisiensi vitamin B12 (cobalalamin) atau folat. Vitamin B12 dan

folat dibutuhkan untuk sintesis DNA. Defisiensi vitamin B12 menyebabkan


kegagalan konversi homocysteine menjadi methiomine sehinggga folat

terjebak dalam bentuk methyl. Padahal folat dibutuhkan dalam bentuk

tetrahydrofolate (FH4) sebagai senyawa kofaktor dalam mensintesis DNA.

Terhambatnya pembentukan senyawa kofaktor tersebut mengakibatkan

kegagalan sintesis DNA.

3. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik adalah suatu kondisi dimana tidak ada cukup sel

darah merah dalam darah karena kerusakan dini sel-sel darah merah.

Sumsum tulang tidak mampu memproduksi sel darah merah baru

dengan cepat untuk menggantikan sel darah yang telah hancur

(Proverawati, 2011). Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi

hamil, apabila ia hamil, maka anemia biasanya menjadi lebih berat.

Sebaliknya mungkin pula bahwa kehamilan menyebabkan krisis

hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia

(Winkjosastro, 2005).

4. Thalassemia

Dalam Howard & Hamilton 2008, Thalassemia adalah suatu

kelainan reproduksi hemoglobin yang bersifat herediter. Thalassemia

dibedakan kedalam dua karakteristik yaitu thalassemia akibat

berkurangnya sintesis rantai protein α- atau β- yang kemudian

diklasifikasikan menjadi thalassemia-α dan thalassemia-β. Sintesis yang

tidak seimbang dari rantai protein α- dan β- dapat merusak sel darah merah

dengan dua cara. Pertama, kegagalan penggabungan rantai α dan β


mengakibatkan berkurangnya pembentukan hemoglobin pada sel darah

merah dibawah batas normal. Sehingga sel darah tersebut tidak dapat

mengangkut oksigen dengan baik setelah dilepas kedalam sirkulasi

darah. Kedua, penggabungan rantai protein yang tidak sesuai

mempercepat penghancuran jaringan pembentuk sel darah merah di

sumsum tulang dan menghancurkan sel darah merah dewasa di limpa.

Secara umum, tingkat keparahan kasus thalassemia bergantung pada

derajat ketidakseimbangan sintesis rantai protein α- dan β-.

5. Anemia Sel Sabit

Anemia sel sabit merupakan penyakit keturunan dimana sel darah

merah berbentuk sabit abnormal. Sel darah merah normal berbentuk bulan

dengan bagian tengah yang cekung (Tarwoto, 2007).

6. Anemia Penyakit Kronis

Anemia penyakit kronis adalah gangguan darah jangka panjang

medis yang memengaruhi produksi dan umur sel darah merah (Ani,

2013). Anemia yang disebabkan oleh penyakit kronis tidak terdeteksi

sampai pemeriksaan darah rutin karena gejalanya tertutup oleh penyakit

yang mendasari. Anemia kronis berkembang perlahan-lahan bersama

dengan penyakit jangka panjang ataupun infeksi kronis yang dapat

menyebabkan penurunan produksi sel darah merah, seperti diabetes,

penyakit ginjal kronis, kanker, TBC, atau HIV.


2.1.6 Epidemiologi Anemia

Prevalensi anemia pada wanita hamil berkisar antara 39,8% hingga

48,7%. Negara dengan prevalensi anemia tertinggi adalah Afrika; hal ini

menggambarkan tingginya prevalensi faktor-faktor yang memengaruhi

anemia yaitu malaria, anemia bulan sabit, dan thalassemia (WHO, 2015).

Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Afrika memiliki prevalensi anemia

tertinggi. Prevalensi anemia ibu hamil pada wilayah tersebut adalah

48,7% (WHO, 2015). Menurut hasil Riset Data Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2018, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia

sebesar 48,9% yang didominasi anemia pada ibu hamil umur 15-24 sebesar

84,6% (Kementrian Kesehatan RI 2017).

2.2 Anemia Pada Kehamilan

2.2.1 Pengertian Anemia Pada Kehamilan

Menurut World Health Organization (WHO) anemia pada ibu

hamil adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya

kurang dari 11 gr/dl sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk

sel darah merah (Erythtopoetic) dalam produksinya untuk

mempertahankan konsentrasi Hb pada tingkat normal. Anemia dalam

kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai hemoglobin

dibawah 11 gr/dl pada trimester satu dan tiga, atau kadar nilai
hemoglobin kurang dari 10,5 gr/dl pada trismester dua (Syaifuddin, 2002).

Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya

hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan

organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. (Tarwoto, 2007)

2.2.2 Patofisiologi Anemia pada Kehamilan

Anemia lebih sering ditemukan dalam kehamilan karena selama

kehamilan keperluan akan zat makanan bertambah dengan adanya

perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Pertambahan volume darah

selama kehamilan disebut dengan hipervolemia. Akan tetapi

bertambahnya sel darah merah lebih sedikit dibandingkan dengan

bertambahnya plasma darah sehingga terjadi pengenceran darah.

Pertambahan berbanding sebagai berikut: plasma darah 30%, sel darah

merah 80%, dan hemoglobin 19%. (Hanifa, 2003) Pengenceran darah

dianggap sebagai penyesuaian fisiologis dalam kehamilan dan

bermanfaan bagi ibu karena pengenceran itu meringankan beban kerja

jantung yang harus bekerja lebih berat selama masa kehamilan yang

disebabkan peningkatan cardiac output akibat hipervolemia. Kerja jantung

akan menjadi ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer juga

berkurang sehingga tekanan darah naik, dan pada perdarahan selama

persalinan banyaknya unsur zat besi lebih sedikit hilang dibandingkan

apabila darah itu tetap kental (Manuaba, 2007) Hemodilusi ini

menyebabkan pseudoanemia atau anemia fisiologis. Hemodilusi dimulai

pada trimester pertama kehamilan yaitu pada minggu 12-20 dan

hemodilusi maksimal terjadi pada umur kehamilan 20-36 minggu.


Akibat hemodilusi saja kadar hemoglobin darah ibu dapat menurun

sampai 10 gr/dl, umumnya kondisi ini karena turunnya cadangan zat besi

(Sarimawar, 2003)

2.2.3 Penyebab Anemia pada Kehamilan

Menurut Purnawan 1998, Sebagian besar penyebab anemia di

Indonesia adalah kurangnya kadar Fe yang diperlukan untuk

pembentukan Hb sehingga sebagian besar kasus anemia pada ibu hamil

disebabkan oleh defisiensi besi. Penyebab terjadinya anemia defisiensi

besi pada ibu hamil disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor langsung dan

faktor tidak langsung. Secara langsung, anemia disebebakan oleh

seringnya mengonsumsi zat penghambat absorbsi besi (Fe), kurangnya

mengonsumsi promoter absorbsi non hem besi (Fe), serta ada infeksi

parasit. Sedangkan faktor yang tidak langsung yaitu faktor yang

memengaruhi ketersediaan besi (Fe) dalam makanan seperti kondisi

ekonomi rendah, atau rendahnya pendidikan dan pengetahuan

(Prawirahardjo, 2002). Secara umum anemia pada kehamilan disebabkan

oleh :

1. Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin

2. Kurangnya asupan zat besi yang dikonsumsi oleh ibu hamil

3. Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan

4. Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada

wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.


2.2.4 Dampak Anemia

Dampak anemia dalam Manuaba 2002 adalah sebagai berikut:

1. Dampak Anemia Terhadap Kehamilan

a. Dapat terjadi abortus

b. Meningkatkan risiko terjadinya persalinan premature karena

kurangnya suplay darah ke uterus

c. Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim

d. Mengurangi daya tahan ibu sehingga mudah terjadi infeksi

e. Ancaman decompensasi cordis atau payah jantung (Hb<6 gr%)

f. Mola hidatidosa (hamil anggur)

g. Hipermisis gravidarum (mual muntah saat hamil muda)

h. Perdarahan antepartum (perdarahan sebelum melahirkan)

i. Ketuban Pecah Dini (KPD) sebelum proses melahirkan

2. Dampak Anemia Terhadap Persalinan

Partus lama akibat kontraksi uterus yang tidak kuat oleh karena

hipoksia jaringan.

a. Kurangnya kemampuan dan kekuatan ibu untuk menghadapi

persalinan sehingga menyebabkan maternal distress, selanjutnya dapat

terjadi syok.
b. Retensio placenta (placenta tidak terlepas dengan spontan), dan

perdarahan pospartum (perdarahan setelah melahirkan) karena atonia

uteri (rahim tidak berkontraksi).

3. Dampak Anemia Terhadap Masa Nifas

a. Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum.

b. Memudahkan infeksi puerperium (daerah di bawah genitalia) karena

kondisi yang lemah dan daya tahan menurun.

c. Pengeluaran ASI berkurang.

d. Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan

e. Anemia kala nifas (masa setelah melahirkan hingga 42 hari)

f. Mudah terjadi infeksi mamae (payudara).

4. Dampak Anemia Terhadap Janin

Anemia pada ibu hamil dapat mengurangi kemampuan metabolisme tubuh

sehingga mengangu pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim.

Akibat yang terjadi pada janin adalah:

a. Abortus

b. Terjadi kematian intrauterin (dalam rahim)

c. Persalinan prematurasi tinggi

d. Berat bayi lahir rendah


e. Kelahiran dengan anemia

f. Dapat terjadi cacat bawaan

g. Bayi mudah mendapat infeksi sampaikematian perinatal

h. Intelegensia rendah

2.2.5 Diagnosa Anemia Dalam Kehamilan

Diagnosa anemia dalam kehamilan dapat ditegakkan dengan:

1. Anamnesa

Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing,

mata berkunang-kunang, keluhan mual muntah lebih berat pada hamil muda

(Sohimah, 2006). Bila terdapat keluhan lemah, Nampak pucat, mudah

pingsan sementara tekanan darah dalam batas normal, maka perlu

dicurigai anemia defisiensi besi (Syaifuddin, 2002)

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan ibu tampak lemah, kulit pucat,

mudah pingsan, sementara tekanan darah masih dalam batas normal,

pucat pada membrane mukosa dan konjuntiva karena kurangnya sel

darah merah pada pembuluh kapiler dan pucat pada kuku serta jari

(Syaifuddin, 2002)
3. Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu

pada trimester 1 dan 3. Dengan melihat hasil anamnesa dan pemeriksaan

fisik maka diagnosa dapat dipastikan dengan pemeriksaan kadar Hb.

Ada beberapa metode untuk menentukan kadar Hb yaitu:

a. Metode kertas lakmus

Metode ini praktis dan sederhana serta tidak memerlukan

pereaksi ataupun peralatan tertentu, karena yang digunakan adalah

kertas yang disebut kertas lakmus yang khusus untuk menentukan kadar

Hb. Caranya setelah darah diteteskan di atas permukaan kertas lakmus,

kemudian didiamkan sebentar ± 5 menit pada suhu ruangan hingga

darah menjadi kering. Setelah kering, warna darah yang terbentuk

dibandingkan secara visual di tempat yang cukup terang dengan sederet

warna standar sudah di kalibrasi sedemikian rupa secara kualitatif

sehingga setiap warna menunjukkan nilai kadar Hb. Dengan demikian

warna standar yang dibandingkan dengan darah yang diuji

menunjukkan kadar Hb darah (Sihadi dk, 2002).

b. Metode Sahli

Prinsipnya membandingkan warna darah secara visual akan

tetapi memerlukan peralatan dan pereaksi tertentu. Peralatan yang

digunakan sangat sederhana dan ringan sehingga memungkinkan dibawa ke

lapangan. Cara kerjanya, kira-kira 5 tetes HCl 0,1 N dimasukkan ke dalam

tabung khusus yang disebut tabung hemometer. Darah yang akan ditentukan
kadar Hb nya di pipet sebanyak ± 20 mikroliter dan dimasukkan kedalam

tabung hemometer tadi lalu ditempatkan dalam alat hemometer. Pada alat

tersebut terdapat dua tabung. Tabung pertama berisikan larutan standar.

Posisi kedua taung itu berdampingan dan sisi kedua tabung bisa dilihat

dari sisi yang sama. Kemudian tabung yang berisikan contoh darah di

tambah aquades secara perlahan sehingga warna larutan menyamai warna

larutan standar yang ada pada tabung sebelahnya. Setelah persamaan

warna tercapai kadar Hb dapat diketahui dengan membaca batas

permukaan larutan yang berimpit dengan skala yang tertera pada alat

hemometer dekat dengan tabung contoh darah tadi. Metode sahli ini

masih dianggap subyektif karena perbandingan warna dilakukan secara

visual (Sihadi dkk, 2002).

c. Metode cyanmethemoglobin

Metode cyanmethemoglobin merupakan metode yang lebih

canggih dalam menentukan kadar Hb. Pemeriksaan kadar Hb dilakukan

dengan cara Hb dioksidasi oleh kalium ferrosianida menjadi

methemoglobin yang kemudian membentuk sian-methemoglobin yang

berwarna merah. Pembacaan intensitas warna dilakukan dengan

menggunakan spektrofotometer. Hasil pembacaan menunjukkan kadar

Hb, dihitung berdasarkan hasil pembacaan alat pada larutan standar

yang telah diketahui konsentrasinya (Sihadi dkk, 2002 dan Supriasa dkk,

2002).
2.2.6 Pencegahan Anemia pada Ibu Hamil

Pencegahan anemia pada ibu hamil menurut Ani 2013 adalah sebagai

berikut:

1. Skrining

Tingginya risiko anemia pada kelompok remaja putri usia 15-

17 tahun, wanita hamil dan menyusui maka perlu dilakukan skrining agar

dapat diketahui penyebab anemia tersebut sehingga dapat ditangani lebih

awal. Skrining pada remaja putri dapat dilakukan setiap 5-10 tahun

dengan pemeriksaan kadar hemoglobin. Jika hasil pemeriksaan tersebut

menunjukkan kadar hemoglobin dibawah batas normal maka remaja

tersebut akan diberi tablet zat besi 60 mg selama 4 minggu. Jika tidak

ada respons terhadap terapi tablet zat besi oral, lakukan pemeriksaan

mean corpuscular volume (MCV), red cell distribution width (RDW),

dan kadar feritin. Skrining pada wanita dewasa sebaiknya dilaksanakan

setiap tahun. Sedangkan pada wanita hamil, skrining dilaksanakan pada

saat kunjungan antenatal (ANC) pertama kali dengan metode

pemeriksaan anemia seperti pada kelompok wanita dewasa maupun

remaja putri. Jika kadar hemoglobin dibawah batas normal dan tidak ada

respon terhadap terapi tablet besi oral, sebaiknya wanita hamil tersebut

dirujuk untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.


2. Peningkatan Konsumsi Makanan Kaya Gizi

Wanita di negara berkembang cenderung mengalami defisiensi besi

laten sehubungan dengan pola makan yang rendah gizi. Untuk

menanggulangi masalah anemia defisiensi besi melalui peningkatan

asupan makanan dapat diupayakan dengan mengonsumi bahan makan

yang mengandung zat besi tinggi dan/atau meningkatkan absorpsi zat

besi serta mengurangi konsumsi bahan makanan yang dapat menghambat

penyerapan zat besi. Bahan makanan yang mengandung zat besi tinggi

antara lain daging ternak, unggas, ikan, sayu-sayuran berwarna hijau

serta kacang-kacangan. Sedangkan bahan makanan yang dapat

meningkatkan absorpsi zat besi antara lain buah-buahan dan sayur-sayuran

yang kaya akan vitamin A, C, dan asam folat. Sedangkan bahan

makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi adalah bahan

makanan yang mengandung fitat seperti padi-padian, biji-bijian, tepung

seruhan, dan kacang polong. Senyawa fenolat pengikat zat besi atau tanin

seperti kopi, cokelat, jamu-jamuan, serta kalsium khususnya susu dan hasil

olahannya.

3. Suplementasi Besi

Suplementasi besi diperlukan untuk memenuhi peningkatan

kebutuhan zat besi seperti pada masa pertumbuhan, wanita yang

mengalami menstruasi, dan wanita hamil. Tablet besi yang menjadi pilihan

utama dalam pengobatan anemia defisiensi besi adalah ferrous sulfat karena

penyerapan garam fero tiga kali lebih baik dibandingkan dengan garam fero

lainnyaseperti fumarat, suksinat, glukonat, atau garam lainnya. Besarnya


suplementasi zat besi pada kelompok wanita prahamil dan wanita hamil

disesuaikan dengan kebutuhan. Salah satu faktor yang dicurigai menjadi

penyebab kegagalan suplementasi besi pada saat hamil adalah status

cadangan besi tubuh kosong sejak masa prahamil. Untuk itu, cadangan

besi tubuh harus selalu dalam keadaan terisi penuh untuk mencegah

terjadinya anemia defisiensi besi selama kehamilan. Tablet besi diberikan 60

mg selama 16 minggu pada wanita prahamil. Tablet besi disarankan

diberikan 30 mg per hari untuk semua wanita hamil tanpa memandang

status besi. Dosis 30 mg per hari diberikan karena alasan efisiensi

absorbsi besi menurun pada dosis yang lebih tinggi. Dengan dosis

tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan besi 6 mg yang

terabsorpsi perhari. Di Indonesia, Depkes menyarankan pemberian tablet

zat besi pada semua wanita hamil sekitar 60 mg/hari selama 90 hari.

Suplementasi harus diberikan pada trimester II dan III, saat efisiensi

absorpsi meningkat dan risiko terjadinya mual berkurang.

4. Fortifikasi Makanan

Fortifikasi makanan adalah penambahan za gizi pada makanan

dengan kadar yang lebih tinggi dari kadar aslinya. Fortifikasi makanan

memiliki peran penting dalam memenuhi zat besi folat, iodium, dan

zink sehingga perlu di rekomendasikan jika besi diet tidak mencukupi

atau diet zat besi harian rendah bioavailabilitas, terutama pada

masyarakat di negara berkembang yang sebagian besar penduduknya

berada pada status ekonomi rendah. Walalupun makanan telah difortifikasi

dengan besi, konsumsi faktor pendorong penyerapan zat besi


seharusnya selalu dipromosikan untuk mendapatkan manfaat yang terbaik

dari makanan yang dikonsumsi.

2.2.7 Penanganan Anemia pada Kehamilan

Menurut Prawirahardjo 2007, penanganan anemia pada kehamilan

dilihat dari derajat anemia yaitu:

1. Anemia Ringan

Pada kehamilan dengan kadar Hb 9-10 gr% masih di anggap

ringan sehingga hanya perlu diberikan kombinasi 60 mg/hari zat besi dan

500 mg asam folat peroral sekali sehari. Jika tidak tertangani akan menjadi

anemia sedang.

2. Anemia Sedang

Pengobatan dapat dimulai dengan prefarat besi ferrous 600-1000

mg/hari seperti sulfat ferrosus atau glukonas ferrosus. Jika tidak ditangani

dengan segera akan menjadi lebih berat.

3. Anemia Berat

Pemberian prefarat parenteral yaitu dengan ferum dextrim

sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2x10 ml intramuskuler. Transfusi

darah pada kehamilan lanjut dapat diberikan walaupun sangat jarang

dilakukan mengingat risiko transfuse bagi ibu dan janin.


2.3 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Pada

Kehamilan

2.3.1. Umur Ibu

Resiko akibat umur ibu berkaitan dengan alat-alat reproduksi

wanita. Umur reproduksi yang sehat adalah umur 20-35 tahun.

Kehamilan di usia < 20 tahun secara biologis belum optimal, karena

emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah

mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian

terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilan.

Sedangakan pada usia > 35 tahun berhubungan dengan kemunduran dan

penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa di

usia ini (Prawirohardjo, 2007).

2.3.2. Paritas

Jumlah paritas adalah banyaknya bayi yang dilahirkan seorang ibu

dalam keadaan hidup maupun lahir mati. Paritas merupakan faktor

penting dalam menentukan nasib ibu dan janin selama kehamilan

maupun melahirkan. Tubuh berada pada risiko tinggi untuk menjadi anemia

selama kehamilan jika hamil lebih dari satu anak (Proverawati, 2011).

Hubungan kadar Hb dengan paritas dalam SKRT 2005 menunjukkan

bahwa prevalensi anemia ringan pada paritas 1-4 lebih tinggi daripada

paritas 0 yaitu 70,5 % sedangkan prevalensi anemia ringan pada paritas

> 5 lebih tinggi dari pada paritas 1-4 yaitu 72,9%. Prevalensi anemia berat

pada paritas 0 sebesar 2,9%, paritas 1-4 sebesar 3,5%, dan paritas >5 7,6%.
Dari peningkatan prevalensi tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin

sering seorang wanita mengalami kehamilan maka semakin tinggi risiko

mengalami anemia ringan maupun berat. Menurut Arisman (2009), Paritas

menyebabkan meningkatnya metabolism energi, karena itu kebutuhan

energi dan zat besi lainnya meningkat. Peningkatan kebutuhan energi dan

zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan

janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan

metabolisme tubuh ibu.

Apabila cadangan besi didalam tubuh berkurang maka kehamilan akan

menguras persediaan besi di dalam tubuh sehingga ibu hamil dengan paritas

tinggi dan jarak kehamilan pendek berisiko menimbulkan anemia pada

kehamilan berikutnya.

2.3.3. Jarak Kehamilan

Jarak kehamilan adalah sejak ibu hamil sebelumnya sampai

terjadinya kehamilan sekarang (Amiruddin, 2004). Penyebab antara

kematian masih banyak dijumpai salah satunya terlalu pendek jarak

kehamilan (< 2 tahun) sehingga kehamilan tidak dalam kondisi kesehatan

optimal (Manuaba, 2002). Salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko

terjadinya defisiensi gizi pada ibu hamil adalah jarak kemhamilan yang

terlalu pendek yaitu <18 bulan (Whitney, 2006). Kehamilan yang

berulang dalam waktu singkat menyebabkan cadangan besi ibu belum

pulih akibat terkuras untuk kebutuhan janin yang dikandung

(Prawirohardjo, 2007). Ibu yang memiliki jarak kelahiran terlalu dekat


(< 2 tahun) akan mengurangi kesempatannya untuk memulihkan

kondisi tubuh dan untuk mengembalikan zat gizi yang terpakai selama

kehamilan berikutnya (Brown, 2002).

2.3.4. Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi

makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi adalah gambaran

tentang keseimbangan antara asupan dan kebutuhan gizi seseorang. Salah

satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat status gizi adalah dengan

cara mengukur lingkar lengan atas (LILA). Pada ibu hamil LILA berguna

untuk skrining ibu hamil yang memiliki risiko melahirkan bayi BBLR

sedangkan untuk wanuta usia subur (WUS) memberikan gambaran

risiko kurang energi kronis (KEK). Batasan seseorang dinyatakan KEK

jika memiliki ukuran LILA < 23,5 cm (Depkes RI, 2005). Menurut Depkes

RI (2007), seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat

kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang baik. Sehingga kelebihan

atau kekurangan gizi harus dihindari.

2.3.5. Pendidikan

Pendidikan adalah proses alamiah yang harus terjadi pada semua

manusia, secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia

untuk membina kepribadiannya, sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat

dan kebudayaan, oleh karena itu bagaimana pun primitifnya suatu

masyarakat di dalamnya pasti terjadi proses pendidikan (Notoadmojo,

2003). Pendidikan ibu hamil masih rendah terutama yang berada di


pedesaan. Masih banyaknya ibu yang beranggapan bahwa kehamilan

dan persalinan merupakan sesuatu yang alami yang berarti tidak

memerlukan pemeriksaan dan perawatan, padahal tanpa mereka sadari

bahawa ibu hamil termasuk kelompok risiko tinggi (Wibowo, 2006)

2.3.6. Frekuensi Kunjungan Antenatal Care (ANC)

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga

kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya. Pelayanan antenatal

care dilaksankan sesuai dengan pedoman antenatal care (ANC) oleh Depkes

RI. Menurut Depkes RI (2007), pemeriksaan kehamilan (ANC) bertujuan

untuk:

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang janin.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan

social ibu.

3. Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit-penyulit atau

komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit

secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan persalinan yang aman

dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan mempersiapkan

ibu agar dapat memberikan ASI secara eksklusif.


6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

janin agar dapat tumbuh kembang secara normal

7. Mengurangi bayi lahir premature, kelahiran mati dan kematian neonatal.

8. Mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin.

Cakupa pelayanan antenatal dapat dipantau melalui kunjungan ibu hamil

sesuai standar. Minimal 4 kali kunjungan dengan distribusi satu kali

pada trimester pertama (K1), satu kali pada trimester kedua dan dua kali

pada trimester ketiga (K4). Pada saat ANC ibu mendapatkan

penyuluhan gizi dan makanan, personal hygiene. Pada saat memeriksakan

diri, ibu juga mendapat tablet tambah darah dari petugas kesehatan. Jika

ibu mengkonsumsi tablet tambah darah tersebut dengan teratur dapat

memperkecil terjadinya anemia. Standar pelayanan antenatal yang

berkualitas yaitu merupakan perpaduan jumlah kunjungan keseluruhan yang

secara minimal 4 kali dengan jenis pemeriksaan yang disebut “5 T” yang

terdiri dari timbang badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran

tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT, dan pemberian tablet besi

minimal 90 hari.

2.3.7. Konsumsi Suplementasi Besi

Kebutuhan zat besi ketika hamil cukup tinggi karena adanya proses

retensi air atau penambahan cairan sebanyak 40% dalam tubuh ibu. Selain

itu kebutuhan akan zat besi ketika hamil meningkat karena diperlukan

juga oleh janin dan plasenta. Jumlah zat besi yang dianjurkan pada ibu

hamil adalah 18 mg perhari. Kebutuhan yang dianjurkan tersebut sulit


diperoleh dari sumber makanan tanpa penambahan zat besi dalam

makanan. Dalam makanan biasa terdapat 10-20 mg besi setiap hari

tetapi hanya < 10% dari jumlah tersebut yang diabsorbsi (Lila, 2004)

WHO merekomendasikan ferro sulfat 320 mg (setara dengan 60 mg zat

besi) 2 kali sehari bagi semua ibu hamil. Jika Hb 8 gr/dl atau kurang pada

salah satu kunjungan, tingkatkan pemberian tablet besi menjadi 3 kali 1

tablet perhari selama kehamilan. Sedangkan kebijaksanaan program KIA

pemberian tablet Fe (320 mg Fe sulfat dan 0,5 mg asam folat) untuk semua

ibu hamil selama 90 hari. Jumlah tersebut sudah mencukupi tambahan

selama kehamilan yaitu 1000 mg (Depkes RI, 2005). Program pemberian

suplementasi tablet besi di Indonesia merupakan salah satu alternatif untuk

mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil. Hal ini didasarkan pada

hanya sedikit wanita hamil di negara berkembang seperti Indonesia

yang dapat memenuhi kebutuhan zat besi selama kehamilan melalui

makanan sehari-hari karena sumber utama zat besi yang mudah diserap oleh

tubuh (heme) relative mahal harganya (Depkes RI, 2005). Program ini

didasarkan pada suatu harapan bahwa semua ibu hamil yang rutin

mendatangi puskesmas selama kehamilan memperoleh tablet besi yang

mengandung 60 mg besi elemental + folat 0,4 mg secara gratis (Patimah,

2007). Tablet besi dianjurkan diminum di antara dua kali waktu makan,

karena bioavailibilitasnya lebih tinggi pada waktu perut kosong, kecuali

ketika terjadi efek samping maka tablet besi dapat diminum pada waktu

makan (Murtini, 2004).


2.4 Kerangka Teori

Berdasarkan teori Lawrence Green dalam Soekidjo Notoatmodjo

2003 terdapat tiga teori yang mempengaruhi perilaku sehingga menjadi

penyebab timbulnya masalah kesehatan, yaitu:

1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor) yaitu faktor-faktor yang

mempermudah atau mepredisposisi terjadinya perlaku seseorang.

Terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai

dan sebagainya.

2. Faktor Pendukung (Enabling Factor) yaitu faktor yang memungkinkan

atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Artinya faktor pendorong

adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku

kesehatan. Terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya fasilitas atau

sarana kesehatan, misalnya Puskesmas, obat-obatan, dan sebagainya.

Faktor Pendukung:

a. Pendidikan

b. Status Ekonomi

c.. Pelayanan Kesehatan

Faktor Pendorong:

a. Dukungan Keluarga

b. Sosialisasi dari Nakes

c. Lingkungan Sosial

Faktor Predisposisi:

a. Pengetahuan

b. Budaya
NON-PERILAKU:

a. Umur ibu

b. Usia kehamilan

c. Status gizi

d. Paritas

e. Jarak kehamilan

f. Riwayat penyakit infeksi

PERILAKU:

a. Frekuensi kunjungan ANC

b. Konsumsi suplementasi Fe

c. Pola Makan Anemia pada ibu hamil

3. Faktor Pendorong (Reinforcing Factor) yaitu faktor yang mendorong

atau memperkuat terjadinya perilaku. Terwujud dalam sikap petugas

kesehatan, keluarga, atau yang lain, yang merupakan kelompok referensi

dari perilaku masyarakat. Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau

masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap,

kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang

bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku

petugas kesehatan terhadap kesehatan juga mendukung dan memperkuat

terbentuknya perilaku (Notoadmojo, 2003).


BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

Faktor predisposisi:

1.Pengetahuan

2.Budaya

1.
Faktor Pendukung:
PERILAKU:
1.Pendidikan
1.frekwensi kunjungan ANC
2.Status ekonomi
2.Konsumsi Tablet
2.Konsumsi TabletFe
Fe
3.Pelayanan kesehatan
3.Pola makan

Anemia
Faktor Pendorong:
Pada Ibu
1.Dukungan keluarga Hamil
NON PERILAKU:
Trimester
2.Sosialisasi dari nakes 1.Umur ibu 2.Usia kehamilan 3

3.Lingkungan sosial 3.Status gizi 4.Paritas

5.Jarak kehamilan

6. Riwayat penyakit infeksi

Gambar 2.1 Kerangka Teori (Sumber: Modifikasi Lawrence Green dalam


Soekidjo Notoatmodjo 2003)

Kerangka konsep tersebut menerangkan faktor pendukung terjadinya

anemia adalah Pendidikan, Status Ekonomi,Pelayanan Kesehatan. Faktor

Pendorong terjadinya anemia adalah Dukungan Keluarga, Sosialisasi dari

Nakes, Lingkungan Sosial


Faktor Predisposisi terjadinya anemia : Pengetahuan, Budaya. Segi non-

perilaku yaitu Umur ibu, Usia kehamilan, Status gizi , Paritas, Jarak

kehamilan dan Riwayat penyakit infeksi. Dari faktor Perilaku : Frekuensi

kunjungan ANC, Konsumsi tablet Fe dan Pola Makan pada ibu hamil.

Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti tentang kecukupan konsumsi

tablet Fe sebagai salah satu factor yang beresiko menyebabkan anemia pada

ibu hamil trimester 3

3.2 Hipotesa Penelitian

Hipotesa merupakan dugaan jawaban pada penelitian yang bersifat


sementara( Nursalam, 2017). Hipotesis pada penelitian ini adalah: Ada
hubungan kejadian Anemia ibu hamil trimester 3 dengan Kecukupan
konsumsi tablet fe di wilayah kerja Puskesmas Batang-batang.
BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain dan Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah penelitian

kuantitatif analitik observsional dengan rancangan penelitian

komparatif case control. Observasional analitik adalah penelitian

yang mencari hubungan antara variabel yang satu dengan variabel

lainnya. Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap data, karena

itu pada penelitian analatik selalu diperlukan hipotesis yang harus di

formulasikan sebelum penelitian dimulai. Desain penelitian case

control yaitu suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana

faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan

retrospektif. Penelitian case control dapat digunakan untuk menilai

berapa besarkah peran faktor risiko dalam kejadian penyakit (cause-

effect relationship). Pada penelitian ini, peneliti terlebih dulu

menentukan kelompok kasus dan kelompok kontrol dengan

mengukur variabel dependen, kemudian dilakukan penilaian

retrospektif pada variabel independen untuk melihat faktor-faktor

yang berpengaruh atau berhubungan (Nursalam, 2017). Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan kejadian anemia ibu hamil

trimester 3 dengan kecukupan konsumsi tablet Fe di wilayah kerja

Puskesmas Batang-batang Kabupaten Sumenep.


Peneliti
Menilai faktor risiko RETROSPEKTIF mengobservasi
pada waktu ini

Mengkonsumsi
tablet fe ≥ 90
tablet Ibu hamil
Retrospektif
anemia(Case)
Mengkonsumsi
tablet fe < 90
tablet
(Case)
Mengkonsumsi
tablet fe ≥ 90
tablet Ibu hamil tidak
Retrospektif
anemia(Control)
Mengkonsumsi
tablet fe < 90
tablet

Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian Case Control: Hubungan


Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester 3 Dengan
Kecukupan Konsumsi Tablet Fe diWilayah Kerja Puskesmas
Batang-Batang Kabupaten Sumenep
4.2 Kerangka Kerja (Frame work)

Kerangka Kerja Pada Penelitian ini adalah:

Populasi :

Populasi Kelompok Kasus: Semua ibu hamil trimester 3 yang menderita anemia
Di wilayah kerja puskesmas batang-batang kabupaten sumenep berjumlah 30 orang
Populasi Kelompok Kontrol: Semua ibu hamil trimester 3 yang tidak menderita
anemia Di wilayah kerja Puskesmas Batang-batang Kabupaten Sumenep berjumlah
50 orang

Tekhnik Sampling Simple Random Sampling

Sampel
Sampel Kelompok Kasus: Sebagian ibu hamil trimester 3 yang menderita anemia
di wilayah kerja puskesmas Batang-batang kabupaten Sumenep yang berjumlah 28
orang
Sampel Kelompok Kontrol: Sebagian ibu hamil trimester 3 yang tidak menderita
anemia di wilayah kerja puskesmas Batang-batang kabupaten Sumenep yang
berjumlah 28 orang

Pengumpulan Data
Dengan kuesioner dan melihat buku KIA tentang tablet tambah darah yang
dikonsumsi

Managemen Data
Editing, pengolahan data, coding, entri data, tabulating, cleaning data, dan
interpretasi data

Analisa Data
Uji Chi Square

Penyajian Hasil

Kesimpulan dan Saran

Gambar 4.2 Kerangka Kerja Hubungan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil
Trimester 3 diwilayah Kerja Puskesmas Batang-Batang
4.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

4.3.1. Populasi

Populasi merupakan semua subjek penelitian berdasarkan kriteria

sesuai tujuan peneliti (Nursalam, 2017).

1. Populasi Kelompok Kasus

Semua ibu hamil trimester 3 yang menderita anemia di Puskesmas

Batang-batang Kabupaten Sumenep yang berjumlah 30 orang.

2. Populasi Kelompok Kontrol

Semua ibu hamil trimester 3 yang tidak menderita anemia di


Puskesmas Batang-batang Kabupaten Sumenep yang berjumlah 50
orang.

4.3.2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari anggota populasi yang diperoleh

dengan cara memilih subjek penelitian (Nursalam, 2017). Sebagian dari

populasi kelompok kasus dan kelompok kontrol yang memenuhi kriteria

inklusi merupakan sampel pada penelitian ini yaitu berjumlah 28 orang.

1. Kriteria Inklusi

a. Untuk kelompok kasus yaitu Ibu hamil trimester 3 dengan kadar Hb

<11 gr % dalam 1 bulan terakhir.

b. Untuk kelompok kontrol yaitu Ibu hamil trimester 3 dengan kadar Hb

>11 gr % dalam 1 bulan terakhir.

c. Ibu yang tinggal menetap di wilayah penelitian.

d. Ibu yang bersedia berpartisipasi sebagai responden.

2. Kriteria Eksklusi

a. Menderita penyakit infeksi seperti kecacingan,TBC dan malaria


Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan cara

perhitungan statistic dengan menggunakan rumus Slovin. Rumus tersebut

digunakan untuk menentukan ukuran sampel dari populasi yang telah

diketahui jumlahnya yaitu sebanyak 30 orang ibu hamil trimester 3 yang

menderita anemia :

n= N

1+Ne²
= 30 Keterangan:

1+30(0,05)² N: populasi bumil anemia trimester 3 sejumlah


30 bumil
= 30
e : error margin(tingkat kesalahan) 0,05
1+ 30x0,0025
= 30
1 + 0,075
= 30
1.075
= 28

Jadi, sampel kelompok kasus terdiri dari 28 orang dan sampel kelompok

kontrol terdiri dari 28 orang.

4.3.3. Tekhnik Sampling

Sampling adalah suatu proses penentuaan sampel dari populasi.

Tekhnik sampling merupakan metode yang digunakan untuk menentukan

sampel yang dapat mewakili populasi (Nursalam, 2017). Penelitian ini

menggunakan tekhnik probability sampling jenis simple random sampling.

Simple random sampling dilakukan dengan menulis setiap nama sampel

pada kertas yang diletakkan di dalam kotak, kemudian dilotre hingga

memenuhi jumlah sampel yang telah ditentukan oleh peneliti.


4.4 Variabel Penelitian

Variabel merupakan karakteristik yang memiliki nilai berbeda pada

setiap subjek (benda, manusia, dll) (Soeparto, Putra, & Haryanto, 2000).

4.4.1. Variabel Independen (bebas)

Variabel independen merupakan karakteristik suatu subjek yang

berpengaruh pada nilai variabel terikat. Kecukupan konsumsi tablet fe

adalah variabel independen dalam penelitian ini.

4.4.2. Variabel Dependen (terikat)

Variabel dependen merupakan karakteristik suatu subjek yang

nilainya ditentukan oleh variabel independen. Kejadian anemia pada ibu

hamil trimester 3 adalah variabel terikat dalam penelitian ini.

4.5 Definisi Operasional

Definisi Operasional merupakan definisi karakteristik setiap

variabel yang dapat diobservasi dan diukur oleh peneliti (Nursalam, 2017).
Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Kejadian Anemia Ibu Hamil Trimester 3
dengan Kecukupan Konsumsi Tablet Fe di Puskesmas Batang-Batang
Kabupaten Sumenep

No. Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Kriteria


Operasional Data
1. Anemia Ibu hamil 1. Usia 1. Hasil Nominal 1=Anemia
ibu hamil trimester 3 kehamila pemeriksaan Kadar Hb
trimester 3 dengan kadar n > dari laborat di < 11 gr %
Hb < 11 gr % 28 mg buku KIA 2=Tidak
dalam 1 2. Kadar hb Anemia
bulan terakhr < 11 gr Kadar Hb
% > 11 gr %

2. Kecukupa Kecukupan Kecukupan 1. Kuisioner Nominal 1=Cukup


n konsumsi konsumsi 2. Buku KIA konsumsi
konsumsi tablet fe tablet Fe: tablet Fe ≥
tablet Fe sejumlah 90 1. Cukup: 90 tablet
tablet konsumsi
tablet Fe 2=Tidak
≥ 90 cukup
tablet konsumsi
2. Tidak tablet Fe <
cukup : 90 tablet
konsumsi
tablet Fe <
90 tablet

4.6 Pengumpulan Data dan Pengolahan Data


4.6.1 Instrumen Penelitian

Kuesioner merupakan instrumen dalam penelitian ini, yaitu:

Kuesioner kecukupan konsumsi tablet Fe

Kuesioner terdiri dari 3 pertanyaan tentang kecukupan konsumsi


tablet Fe, yaitu berapa jumlah tablet fe yang diterima ibu, berapa
jumlah tablet fe yang dikonsumsi ibu, dan satu pertanyaan utuk
membuktikan apakah tablet Fe betul-betul diminum oleh ibu, yaitu
bagaimana warna tinja ibu selama mengonsumsi tablet Fe.
4.6.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kerja puskesmas Batang-

batang pada bulan Oktober sampai dengan November 2021.

4.6.3 Prosedur Pengumpulan Data

1. Peneliti meminta surat ke bagian akademik Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Wiraraja untuk pengambilan data awal yang ditujukan

kepada Bakesbangpol Limnas Sumenep.

2. Bakesbangpol akan memberikan surat balasan yang ditujukan kepada

Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep untuk pengambilan data awal.

3. Dinas Kesehtan Kabupaten Sumenep memberikan data ibu hamil

anemia di Kabupaten Sumenep dan memberikan surat balasan yang

ditujukan kepada Puskesmas Batang-batang untuk pengambilan data

awal.

4. Puskesmas Batang-batang memberikan data ibu hamil anemia di

setiap desa di wilayah kerja puskesmas Batang-batang.

5. Setelah mendapat data jumlah ibu hamil anemia, peneliti membuat

proposal penelitian, jadwal penelitian, dan menyiapkan kuesioner.

6. Peneliti melakukan seminar proposal di Fakultas Kesehatan

Universitas Wiraraja.

7. Setelah lulus ujian seminar proposal di Fakultas Kesehatan

Universitas Wiraraja, peneliti melakukan persiapan penelitian.


8. Peneliti meminta surat ijin penelitian ke bagian akademik Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja yang ditujukan ke Bakesbangpol

Limnas Sumenep.

9. Bakesbangpol Limnas Suemenep memberikan surat balasan berupa

surat permohoanan izin penelitian yang ditujukan kepada Dinas

Kesehatan Kabupaten Sumenep dan Puskesmas Batang-batang.

10. Peneliti melakukan konfirmasi kepada Kepala Puskesmas Batang-

batang.

11. Peneliti melakukan koordinasi dengan bidan koordinator, bidan desa

dan petugas gizi untuk menentukan populasi dan sampel penelitian.

12. Penentuan sampel penelitian diwilayah kerja puskesmas Batang-

batang menggunakan simple random sampling.

13. Peneliti melakukan koordinasi dengan bidan desa, petugas gizi, dan

kader disetiap desa diwilayah kerja puskesmas Batang-batang agar

responden yang terpilih datang ke acara posyandu untuk pengambilan

data. Jika ada responden terpilih yang tidak datang ke posyandu

karena ada halangan, maka peneliti akan melakukan pengumpulan

data secara door to door.

14. Setelah reponden terpilih datang ke posyandu, peneliti menjelaskan

tujuan dari dilaksanakannya penelitian, dan meminta persetujuan

reponden dengan menggunakan lembar informed consent.

15. Kemudian peneliti menjelaskan cara mengisi kuisioner. Saat

pelaksaan penelitian, peneliti di bantu oleh 1 bidan sukwan

dipuskesmas Batang-batang untuk mengawasi responden dalam


pengisian kuesioner. Hal ini dilakukan agar reponden menjawab

semua pertanyaan di kuesioner dengan lengkap dan objektif. Setelah

pengisian lembar kuesioner oleh ibu selesai, lembar kuesioner

dikumpulkan kepada peneliti.

16. Peneliti akan melakukan analisa data dan tabulasi data.

4.6.4 Pengolahan Data

1. Editing

Editing merupakan pemeriksaan kembali yang bertujuan

untuk mengetahui kelengkapan dan kebenaran data. Jika data tidak

lengkap, maka responden terpilih akan diminta melengkapi kembali

data yang kurang pada saat pelaksanaan penelitian.

2. Pengolahan Data

Kecukupan konsumsi tablet Fe dapat dilihat dari jawaban


pertanyaan dikuesioner.

3. Coding

Coding yaitu klarifikasi jawaban reponden yang bervariasi

dengan memberikan kode-kode sesuai tujuan penelitian. Berikut ini

beberapa pengkodean yang dilakukan oleh peneliti:

a. Berapa jumlah tablet Fe yang diterima ibu

1) ≥ 90 tablet kode 1

2) < 90 tablet kode 2

b. Berapa jumlah tablet Fe yang dikonsumsi ibu

1) ≥ 90 tablet kode 1
2) < 90 tablet kode 2

c. Bagaimana warna tinja ibu selama mengonsumsi tablet Fe

1) Berwarna kehitaman kode 1

2) Berwarna kuning kode 2

4. Entry Data

Memasukkan data yang telah di coding kedalam aplikasi

SPSS. Data di input berdasarkan nomer urut responden terpilih.

5. Tabulating

Memindahkan data variabel yang telah dikelompokkan

kedalam tabel yang telah dipersiapkan. Pengolahan data menggunakan

aplikasi microsoft excel dan SPSS

6. Cleaning Data

Cleaning data dilakukan dengan mengecek kembali data yang

sudah dimasukkan untuk memasatikan kelengkapan dan kebenaran

coding.

7. Interprestasi Data

Menurut Arikunto (2009) hasil pengolahan data dapat

interprestating dengan menggunakan presentase ataau skala data

sebagai berikut :

1. 100 % = Seluruhnya

2. 76% - 99% = Hampir Seluruhnya

3. 51% - 75% = Sebagian Besar

4. 50% = Setengahnya

5. 26% - 49% = Hampir Setengahnya


6. 10% - 25% = Sebagian Kecil

4.7 Analisa Data.

Analisis Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel,

yaitu variabel independen (kecukupan konsumsi tablet Fe) dan variabel

dependen (kejadian anemia pada ibu hamil trimester 3 ). Uji chi-square

merupakan uji statistik yang dipilih dalam penelitian ini untuk melihat

kemaknaan hubungan. Hubungan dikatakan bermakna, jika nilai p value

<0,05.

4.8 Etika Penelitian

Ketika melakukan penelitian atau pengumpulan data, peneliti harus

menggunakan etika penelitian. Penelitian ini menggunakan 3 Prinsip etika

penelitian, yaitu:

4.8.1. Informed Consent

Sebelum dilakukan penelitian, peneliti akan menjelaskan

tujuan dari dilaksanakannya penelitian. Responden berhak memilih

untuk menjadi responden atau mengundurkan diri. apabila responden

bersedia berpartisipasi dalam penelitian, maka responden harus

bersedia menandatangani surat persetujuan pada lembar informed

consent (Nursalam, 2017).


4.8.2. Anonimity

Identitas pasien dirahasiakan dalam penelitian, dengan kata

lain nama responden tidak dicantumkan dalam penelitian (Nursalam,

2017).

4.8.3. Confidentiality

Peneliti harus menjaga kerahasian data yang diberikan

reponden (Nursalam, 2017).

4.9. Keterbatasan Penelitian

Terdapat beberapa responden terpilih yang tidak hadir ke posyandu

yang menyebabkan, peneliti harus mendatangi rumah responden dibantu

oleh kader untuk mendapatkan data, sehingga waktu pengumpulan data

membutuhkan waktu yang cukup lama.


DAFTAR PUSTAKA

Agustin ,S 2002, Kenali 7 Makanan Yang mngandung zat besi diakses dari
internet tanggal 23 Juli 2019 jam 19.00 wib http://www.alodokter.com
Abidah S, Dode S, & Ferial E.W, 2013, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Terjadinya Anemia pada Ibu Hamil Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak
Agarwal KN, Gupta V, & Agarwal S. 2013, Effect of Maternal Iron Status
on Placenta, Fetus and Newborn. International journal of Medicine and
Medical Sciences, 5(9), 5.

Ani, Luh Seri. 2013, Anemia Defisiensi Besi: Masa Prahamil &
Hamil, Buku Saku. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Asyirah, Sitti. 2012, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada


Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Bajeng Kecamatan Bajeng
Kabupaten Gowa Tahun 2012. Skripsi. Universitas Indonesia.

Balarajan, Ramakrishnan U, Ozaltin E, Shankar AH, & Subramanian SV.


2011, Anemia in Low-Income and Middle Income Countries. Lancet,
378(12), 2123.
Bobak, Lowdermilk &Jensen, 2005, Keperawatan Maternitas. Edisi 4. EGC,
Jakarta
Brown LS, 2010, Nutrition Requirement during pregnancy (pp. 24): Jones
and Bartlet publisher.

Bakta, I Made, 2005, Pendekatan terhadap Pasien Anemia Buku Ajar


Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Brown, Judith E. 2002. Nutrition Trought the Life Cycle.


Wadsworth/Thomson Learning 10 Davis Drive. Belmont. USA

Cunninggham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, & Spong, 2013, Obstetri


Williams. Jakarta: EGC.

Depkes RI, 2005, Masalah Gizi di Indonesia dan Penanggulangan


Anemia di Indonesia: Pedoman Kerja Puskesmas. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI

Departemen Kesehatan RI, 2015, Pedoman Pelayanan Antenatal, Jakarta:


Dep Kes RI
Dirjen Binkesmas, 2019, Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta: Dirjen Bina Kesehatan Ibu.

Frontranita, RR Desriyanti, 2014, Hubungan Kepatuhan Ibu Hamil


dalam Mengkonsumsi Zat Besi dengan Kejadian Anemia di Puskesmas
Padang Bulan Medan tahun 2014. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Handayani, Kumala S, 2012, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Anemia pada Ibu Hamil Trisemester III di Wilayah Kerja Puskesmas
Liang Anggang Kota Banjar Baru Kalimantan Selatan Tahun 2012.
Skripsi. Universitas Indonesia.

Hanifa, dkk, 2003, Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirihardjo.

Howard, Martin R and Peter J Hamilton, 2008, Haematology. New


York: ELSEVIER

Kemenkes RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta:


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Lemeshow, 1997, Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan Edisi


Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Laporan Nasiomal Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2018, Jakarta:


Badan Litbangkes.

Manuaba, E.B.G, 2002, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan


Keluarga Berencana. Jakarta: EGC

Mislih, Mahyuni, 2016, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukajaya Kota Sabang Tahun 2014. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Naibaho, Agnes S, 2011, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Kejadian Anemia Gizi pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Parsoburan Kecamatan Habinsaran Kabupaten Toba Samosir Tahun 2011.
Skripsi. Universitas Indonesia.

Notoadmojo, Soekidjo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta

Nursalam, 2017, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Slemba


Medika.
Proverawati, Atikah, 2011, Anemia & Anemia Kehamilan. Yogyakarta:
Nuha Medika
Penanggulangan Anemia Gizi, 2015, Pedoman Operasional, Jakarta:
Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat

Pusdatin Kementrian Kesehatan Indonesia, 2019, Provil Kesehatan


Indonesia diakses dari internet tanggal 23 Juli 2019 jam 20.00 wib
https://pusdatin.kemkes.go.id
Pusdatin Dinas Kesehatan Jawa Timur , 2020, Provil Kesehatan Jawa
Timur diakses dari internet tanggal 24 Juli 2019 jam 10.30.00 wib
https://dinkes.jatimprov.go.id
Swarjana, I. K, 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: CV
ANDI OFFSET.
Sarimawar, D, dkk, 2003, Faktor Resiko yang Mempengaruhi Anemia
Kehamilan. Buletin Kesehatan.
Sukasmiyanti, 2012, Hubungan antara Umur Kehamilan dan
Suplementasi Tablet Besi dengan Status Anemia Ibu Hamil di
Puskesmas Dlingo II Bantul Yogyakarta Tahun 2012. Skripsi. Universitas
Indonesia.

Supariasa, dkk, 2002, Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

Syaifuddin, AB, dkk, 2002. Buku Acuan Nasional Maternal & Perinatal.
Jakarta: YBSP

Tarwoto & Wasnidar, 2007, Buku Saku Anemia pada Ibu Hamil,
Konsep, dan Penatalaksanaan. Jakarta: Trans Info Media

Whitney, Sizer, 2006, Nutrition Concepts and Controversies Tenth


Edition. International Student Edition. Thomson Wadsworth 482-497

WHO, 2015, The Global Prevalence of Anemia in 2011. Geneva: World


Health Organization.

Maternal Deaths fell 44% since 1990-UN, 2019, Report from WHO,
UNICEF, UNFPA, World Bank Group and the United Nation Population
Division highlights progress. diakses dari www.who.int pada 24 Juli 2021

Wibowo, N & Purba T, 2006, Anemia Defisiensi Besi Selama Kehamilan.


Jurnal Kedokteran dan Farmasi Dexa Media. No.1 vol. 19. Januari-Maret,
2006

Windarti, 2012, Gambaran Kejadian Anemia Ibu Hamil dan Faktor-Faktor


yang Berhubungan di Wilayah Kerja Puskesmas Kismantoro Wonogiri
Tahun 2012. Skripsi. Universitas Indonesia.

Winkjosastro, 2005, Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka.


Vanessa, NN, 2019, Makalah kebidanan Anemi pada Kehamilan, diakses
dari internet tanggal 23 Juli 2021 jam 16.00 wib
htt://eprints.poltekkesjogja.ac.id
Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN CALON RESPONDEN PENELITIAN

Bapak/Ibu, perkenalkan saya Windu Rohmatul Fitri, mahasiswi


Program Studi Ilmu Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Wiraraja Sumenep semester akhir yang sedang dalam proses penyusunan
Skripsi. Skripsi saya berjudul “ Hubungan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
Trimester 3 dengan kecukupan konsumsi tablet Fe di Wilayah kerja
Puskesmas Batang-batang Kabupaten Sumenep”.
Terkait dalam penelitian tersebut, saya ingin meminta data dari Ibu
terkait “Kecukupan konsumsi Tablet Fe”. Data-data yang diambil akan
dipublikasikan namun tanpa menyebut nama, alamat, dan identitas penting
lainnya yang dianggap rahasia. Oleh karena itu, kerahasiaan sangat saya
jaga dalam penelitian ini.
Ibu tidak akan dipaksa untuk ikut serta dalam penelitian ini bila tidak
menghendakinya, jika diawal Ibu bersedia ikut dalam penelitian ini
kemudian tiba-tiba berubah pikiran untuk tidak mengikuti kelanjutan
penelitian maka bapak/ibu berhak untuk tidak berpartisipasi. Saya berharap
ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Sumenep, 2021

Windu Rohmatul Fitri


NPM.720 640 017
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pekerjaaan :

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai


penelitian Hubungan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester 3 dengan
Kecukupan Konsumsi Tablet Fe di Wilayah kerja Puskesmas Batang-
batang, maka dengan ini saya menyatakan:

BERSEDIA/ TIDAK BERSEDIA

Untuk berpartisipasi dalam penelitian tersebut. Selama penelitian


tersebut saya berhak mengundurkan diri untuk tidak melanjutkan menjadi
responden jika dalam pelaksanaannya ada hal-hal yang tidak diinginkan.
Persetuan ini saya buat secara sadar dan sukarela tanpa ada paksaan
dari pihak manapun.

Sumenep, 2021
Yang Menyatakan,

( )
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KEJADIAN ANEMIA
PADA IBU HAMIL TRIMESTER 3 DENGAN KECUKUPAN
KONSUMSI TABLET Fe DIPUSKESMAS BATANG-BATANG
KABUPATEN SUMENEP

No. Responden :

Petunjuk pengisian: Tanggal Pengisian :

1. Diisi oleh reponden.


2. Isilah kuesiner ini dengan lengkap.
3. Jangan memberi tanda pada kotak sebelah kanan.
4. Berilah tanda silang pada jawaban yang benar.

1. Berapa jumlah tablet Fe yang diterima ibu

a. ≥ 90 tablet

b. < 90 tablet

2. Berapa jumlah tablet Fe yang dikonsumsi ibu

a. ≥ 90 tablet

b. < 90 tablet

3. Bagaimana warna tinja ibu selama mengonsumsi tablet Fe

a. Berwarna kehitaman

b. Berwarna kuning
Lampiran 4

LEMBAR BIMBINGAN PROPOSAL / SKRIPSI

Nama : Windu Rohmatul Fitri


NPM : 720640017
Judul Skripsi : Hubungan Kejadian Anemia Ibu Hamil Trimester 3
dengan Kecukupan Konsumsi Tablet Fe di Wilayah
Kerja Puskesmas Batang-batang Kabupaten sumenep
Dosen Pembimbing 1 : Ahmaniyah, S. ST., M. Tr. Keb

No. Tanggal Bab Masukan Paraf


Lampiran 5

LEMBAR BIMBINGAN PROPOSAL / SKRIPSI

Nama : Windu Rohmatul Fitri


NPM : 720640017
Judul Skripsi : Hubungan Kejadian Anemia Ibu Hamil Trimester 3
dengan Kecukupan Konsumsi Tablet Fe di Wilayah
Kerja Puskesmas Batang-batang Kabupaten sumenep
Dosen Pembimbing 2 : Mujib Hannan, S.KM., S.Kep., Ns., M.Kes

No. Tanggal Bab Masukan Paraf

Anda mungkin juga menyukai