PELAYANAN PUSKESMAS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum :
Pedoman pelayanan puskesmas ini disusun sebagai acuan bagi puskesmas
dalam membangun system pelayanan puskesmas baik untuk upaya kesehatan
masyarakat maupun untuk pelayanan klinis serta administrasi dan manajemen
puskesmas.
2. Tujuan Khusus:
1. Untuk mewujudkan masyarakat yang mampu menjangkau pelayanan
kesehatan bermutu
2. Untuk mewujudkan masyarakat yang hidup dalam lingkungan yang sehat
3. Untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang optimal
baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
a. USAHA KESEHATAN MASYARAKAT ESSENSIAL
1 PENANGGUNG JAWAB UKM AISATURRIDA, SST
ESSENSIAL
2 PROMKES RIFQATIL AINI, S.KM
3 KESEHATAN LINGKUNGAN RIKA BADRIYANTI, A.Md. KL
4 KIA KB AISATURRIDA, SST
5 GIZI ANA ARIFAH, A.Md. Gz
6 KEPERAWATAN KESMAS AINUR RAHMAN, S.Kep. Ns
PUSPA ARTIKO
7 PENYAKIT TIDAK MENULAR
SHANTI, S.Kep.Ns
8 P2TB R. NURUL HASANAH, S.Kep. Ns
9 P2 KUSTA AINUR RASYIDI
10 P2 ISPA DAN DIARE IRMA YULIASTUTIK, A.Md. Kep
11 KECACINGAN LISNUR LIVANI, A.Md. Keb
12 P2 MALARIA, DBD AINUR RASYIDI
13 PMS, HIV AIDS R. NURUL HASANAH, S.Kep, Ns
14 IMUNISASI SRI WIDYASTUTIK
15 SURVAILENS KHAIRIL ABDUNUR RAMADHAN,
S.Kep.Ns
C. JADWAL KEGIATAN
a. USAHA KESEHATAN MASYARAKAT
URAIAN BULAN
NO
KEGIATAN JAN FEB MAR APRL MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOV DES
Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial
Kesehatan
1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
keluarga dan gizi
Promosi dan
2 pemberdayaan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
masyarakat
3 Kesling √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 Penyakit menular √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Imunisasi dan
5 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
surveilans
Penyakit tidak
6 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
menular
Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan dan Upaya Kesehatan Lainnya
1 ARU √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Kesker dan
2 √ √ √ √ √ √ √ √
olahraga
3 Kesehatan haji √ √ √ √ √ √
4 Kesehatan jiwa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 Kesehatan gilut √ √ √ √ √ √
D. PENGATURAN JAGA
A. DENAH RUANG
B. STANDAR FASILITAS
Y
A
Ruang Perawatan
Unit
TIDAK Kepuasan
Pengaduan
Kotak Saran Pasien
Kotak (PUAS/TID
Kepuasan
Y
A
Kasir Pasien
Pulang
BAB V
LOGISTIK
C. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan
untuk mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan, baik melalui prosedur :
1. Pembelian
2. Produksi sendiri, maupun dengan
3. Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat
Untuk pengadaan obat di Puskesmas dilakukan oleh Gudang Farmasi
Kabupaten berdasarkan usulan kebutuhan obat dari Puskesmas.
D. Penyimpanan
Fungsi penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi penerimaan barang,
yang sebenarnya juga mempunyai peran strategi. Secara garis besar yang harus dicek
kebenarannya adalah :
1. Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu
penyerahan barang terhadap surat pesan (SP), surat perintah kerja
(SPK)atau purchase order (PO).
2. Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan, bau, noda
dan sebagainya yang menindikasikan tingkat kualitas bahan.
3. Kesesuian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP/PO
Untuk menghitung ini, yang perlu diperhatikan adalah berapa lama (durasi)
waktu penyediaan sejak pesanan diterima rekanan/supplier sampai barang diterima
oleh Puskesmas (ini disebut Lead Time) dan berapa kebutuhan barang selama periode
tersebut.
Dalam penyimpanan dikenal ada system FIFO (first in first out). Khusus di
puskesmas seharusnya FIFO juga dibaca sebagai first expired first out (FEFO), manan
yang mempunyai mempunyai masa kadaluarsa pendek/singkat harus dikeluarkan
terlebih dahulu, tidak tergantung kapan diterimanya digudang.
E. Pendistribusian
Keselamatan pasien (patient safety) adalah reduksi dan meminimalkan tindakan yang
tidak aman dalam sistem pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui pratik yang terbaik untuk
mencapai luaran klinis yang optimum. (The Canadian Patient Safety Dictionary, October 2003).
Keselamatan pasien menghindarkan pasien dari cedera/cedera potensial dalam pelayanan yang
bertujuan untuk membantu pasien.
• Assesment Resiko
Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena
suatu tindakan (commission) atau karena tidak bertindak (ommission) ketimbang daripada
“underlying dessease” atau kondisi pasien (KPP-RS). KTD yang tidak dapat dicegah
(unprevetable adverse event) yaitu suatu KTD akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah
dengan pengetahuan yang mutakhir.
Near miss/ KNC (Kejadian Nyaris Cedera)
Misal :
- Pasien menerima obat yang sebenarnya kontra indikasi tetapi tdk timbul reakasi.
- Obat dengan lethal overdosis akan diberikan tetapi diketahui staf lain
dan membatalkannya sebelum obat dikonsumsi pasien.
- Obat dengan lethal overdosis diberikan tetapi diketahui secara dini dan
diberikan antidotum-nya
1. Hak pasien:Pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapat informasi ttg rencana
dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan KTD,
2. Mendidik pasien dan keluarga:Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya
tentang kewajiban dan tangung jawab pasien dalam asuhan pasien,
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan:Puskesmas menjamin
keseinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit
pelayanan,
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien:Puskesmas harus mendisain proses baru atau
memperbaiki prosed yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien,
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien:Pimpinan mendorong dan
menjamin implementasi program keselamatan pasien secara terintegrasi melalui
penerapan tujuh langkah menuju KPRS. Pimpinan menjamim berlangsungnya program
proaktif untuk identifikasi risiko keselatan pasien dan program menekan atau mengurangi
KTD. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien. Pimpinan
mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji dan
meningkatkan kinerja Puskesmas serta meningkatkan keselamatan pasien. Pimpinan
mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja Puskesmas
dan keselamatan pasien,
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien Puskesmas memiliki proses pendidikan,
pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan
keselamatan pasien secara jelasPuskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan untuk meningkatkan dan ememlihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien,
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien:Puskesmas
merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal. Transmisi data dan informasi
harus tepat waktu dan akurat.
Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu sistem
kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu produk
atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu pada pelayanan kesehatan
diperlukan agar produk layanan kesehatan terjaga kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat
sebagai pelanggan. Penjaminan mutu pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan melalui
pelbagai model manajemen kendali mutu. Salah satu model manajemen yang dapat digunakan
adalah model PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang akan menghasilkan pengembangan
berkelanjutan (continuous improvement) atau kaizen mutu pelayanan kesehatan.
Yoseph M. Juran terkenal dengan konsep "Trilogy" mutu dan mengidentifikasikannya
dalam tiga kegiatan:
1. Perencanaan mutu meliputi: siapa pelanggan, apa kebutuhannya, meningkatkan produk
sesuai kebutuhan, dan merencanakan proses untuk suatu produksi,
2. Pengendalian mutu: mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan antara kinerja
aktual dan tujuan,
3. Peningkatan mutu: membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan peningkatan
mutu.
Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-Iangkah yang semuanya mengacu pada upaya
peningkatan mutu.
Peluang untuk memecahkan masalah harus digunakan pada saat yang tepat oleh mereka
yang bertanggungjawab melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1 : Mengidentifikasi, memilih, dan mendefinisikan masalah. Kenali hal-hal yang
berpotensi menjadi masalah dan kaji situasi dimana staf mungkin dapat
mempebaikinya.
Tentukan kriteria untuk memilih masalah yang paling penting. Definisikan secara
operasional masalah yang dipilih, misalnya,bagaimana staf mengetahui bahwa hal
yang diidentifikasi merupakan masalah?Bagaimana staf mengetahui bahwa masalah
sudah terpecahkan, dengan cara menentukan kriteria keberhasilan pemecahan
masalah.
Langkah 2 : Pelajari dengan seksama proses yang terjadi dari segala aspek.
Tentukan di mana dan kapan masalah muncul. Pahami proses terjadinya masalah.