Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL

EFEKTIVITAS PEMBERIAN JUS JAMBU BIJI TERHADAP

PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU

HAMIL DENGAN ANEMIA DI BKIA

POLI KLINIK RAJAWALI

TYAS SURYA NINGRUM


17063

AKADEMI KEPERAWATAN RSP TNI AU


JAKARTA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu proses berantai yang berkesinambungan dan
terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi spermatozoa dan ovum,
konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus,
pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm
(Manuaba, 2010). Sedangkan menurut Kuswanti (2014), kehamilan
merupakan kondisi alamiah yang unik karena meskipun bukan penyakit,
tetapi sering sekali menyebabkan komplikasi akibat berbagai perubahan
anatomi serta fisiologis dalam tubuh ibu.

Angka kematian ibu (AKI) adalah salah satu indikator yang dapat
menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Berdasarkan
data World Health Organization (WHO) pada tahun 2015, angka kematian
ibu di dunia pada tahun 2015 adalah 216 per 100.000 kelahiran hidup atau
diperkirakan jumlah kematian ibu adalah 303.000 kematian dengan jumlah
tertinggi berada di negara berkembang yaitu sebesar 302.000 kematian.
Angka kematian ibu di negara berkembang 20 kali lebih tinggi
dibandingkan angka kematian ibu di negara maju yaitu 239 per 100.000
kelahiran hidup sedangkan di negara maju hanya 12 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2015.

Di Indonesia angka kematian ibu termasuk tinggi diantara negara-negara


ASEAN.Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per
100.000 kelahiran hidup. Data ini merupakan acuan untuk mencapai target
AKI sesuai Sustainable Development Goals yaitu 70 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2030 (Kemenkes,2015). Kematian ibu di Indonesia
tahun 2013 masih didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu
perdarahan sebesar 30,13%, hipertensi dalam kehamilan sebesar 27,1%,
dan infeksi sebesar 7,3%. Partus lama juga merupakan salah satu penyebab
kematian ibu di Indonesia yang angka kejadiannya terus meningkat yaitu
1% pada tahun 2010, 1,1 % pada tahun 2011, dan 1,8% pada tahun 2012.
(Kemenkes RI, 2016).

Salah satu penyebab komplikasi pada kehamilan yaitu anemia. Menurut


Pujiningsih (2010), anemia pada kehamilan adalah kondisi dimana ibu
hamil yang mempunyai kadar Hb < 11,00 gr% pada trimester I, II dan III
atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II, karena ada perbedaan
hemodilusi terutama terjadi pada trimester II. Gejala ibu hamil dengan
anemia yaitu pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan,
menurunnya kebugaran tubuh, dan gangguan penyembuhan luka (Irianto,
2014). Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah
kekurangan zat besi, asam folat, dan perdarahan akut dapat terjadi karena
interaksi antara keduanya (Noverstiti, 2012).

Sedangkan menurut Ari (2015), penyebab anemia pada kehamilan adalah


kekurangan asupan zat besi, kebutuhan Fe meningkat, gangguan
penyerapan zat besi pada usus. Anemia juga disebabkan karena ibu hamil
kurang mengkonsumsi buah dan sayuran yang mengandung banyak nutrisi
seperti protein, asam folat, zat besi, vitamin dan mineral. Anemia pada ibu
hamil sering terjadi karena ketidakpatuhan ibu untuk mengkonsumsi tablet
Fe dan ibu kurang mengerti tentang manfaat serta kandungan buah dan
sayuran yang selama ini dikonsumsi, sehingga cara memasak maupun
menghidangkan yang kurang tepat. Kekurangan akibat kurang intake
unsur zat besi ke dalam tubuh melalui makanan, gangguan penggunaan
atau terlalu banyak zat besi yang keluar dari badannya misalnya pada
perdarahan, dan adanya gangguan absorbsi/gangguan pada saluran cerna
misal defisiensi vitamin C sehingga absorbsi terganggu.

Anemia sendiri dapat menimbulkan efek pada ibu dan janin dari ringan
sampai berat. Bila kadar hemoglobin lebih rendah dari 6 g/dl, maka dapat
timbul komplikasi yang signifikan pada ibu dan janin. Kadar hemoglobin
serendah itu tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen janin,
menyebabkan gagal jantung pada ibu, terjadinya hambatan pertumbuhan
janin baik sel tubuh maupun sel otak., abortus, lamanya waktu partus
karena kurangnya daya dorongan rahim, perdarahan post partum, rentan
terjadi infeksi dengan hemoglobin kurang dari 4 g/% (Proverawati, 2011).

Prevalensi anemia pada ibu hamil di dunia sebesar 38,2% dan ini
merupakan salah satu masalah kesehatan yang ekstrim di seluruh dunia
dengan prevalensi tertinggi di Afrika sebesar 44,6% diikuti oleh Asia
dengan prevalensi sebesar 39,3%. Sedangkan di Indonesia Prevalensi
anemia pada ibu hamil berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) pada tahun 2013 sebesar 37,1% meningkat pada tahun 2018
menjadi sebesar 48,9%. Anemia bila dilihat berdasarkan kelompok umur
pada tahun 2018 adalah sebagai berikut; kelompok umur 15-24 tahun
sebesar 84,6%, kelompok umur 25-34 tahun sebesar 33,7%, kelompok
umur 35-44 tahun sebesar 33,6% dan kelompok umur 45-54 tahun sebesar
24% (Kemenkes RI, 2019).

Prevalensi anemia pada kehamilan di Provinsi Lampung adalah tertinggi


di Pulau Sumatera. Tingginya jumlah anemia di Provinsi Lampung adalah
sebesar 69,7%, angka tersebut lebih tinggi dari angka anemia gizi nasional
yaitu sebesar 63% (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2015). Sedangkan
menurut Dinas Kesehatan Profinsi Lampung tahun 2012, untuk angka
kejadian anemia di Kabupaten Lampung Timur mencapai 72,3%.
Penanganan yang biasanya dilakukan pada ibu hamil yang mengalami
defisiensi zat besi adalah pemberian suplemen 30 mg besi dianjurkan
untuk semua wanita hamil selama trimester kedua dan ketiga untuk
mencegah terjadinya anemia. Untuk memenuhi kekurangan zat besi
selama kehamilan maka ibu hamil harus meningkatkan konsumsi zat
besinya yaitu sekitar 45-50 mh/hari (Sukarni, 2013). Terapi zat besi ini
dapat dikombinasikan dengan terapi komplementer merupakan terapi
alternatif yang digunakan bersama atau sebagai tambahan terhadap
pengobatan konvensional. Terapi herbal biasanya sangat diminati oleh
masyarakat selain merasa aman karena terbuat dari bahan yang berasal
dari alam, pembuatan dan bahannya juga mudah di dapat untuk
dikonsumsi sehari-hari, khususnya bahan yang mengandung vitamin C
(Lenan, 2013).

Goodman & Gilman (2008) disitasi Yulia, Fitriani (2017) mengatakan


bahwa, salah satu zat yang sangat membantu penyerapan zat besi adalah
vitamin C (asam askorbat). Asam askorbat dapat diperoleh dari tablet
vitamin C atau secara alami terdapat pada buah-buahan dan sayuran.

Rhamnosa (2008) disitasi Yulia, Fitriani (2017) mengatakan bahwa,


vitamin C dapat meningkatkan penyerapan besi non heme empat kali lipat
dan dengan jumlah 200 mg akan meningkatkan absorpsi besi obat
sedikitnya 30%. Buah yang mengandung asam askorbat tidak selalu
berwarna kuning, pada jambu biji mengandung asam askorbat 2 kali lipat
dari jeruk yaitu sekitar 87 mg/100 gram jambu biji. Selain itu setiap 100
gram jambu biji juga mengandung Kalori 49 kal, Protein 0,9 gram, Lemak
0,3 gram, Karbohidrat 12,2 gram, Kalsium 14 mg, Fosfor 28 mg, Besi 1,1
mg, Vitamin A 25 SI, Vitamin B1 0,05 mg dan Air 86 gram. Vitamin C
yang terkandung dalam jambu biji memperbesar penyerapan zat besi oleh
tubuh, sehingga tubuh diharapkan dapat menyerap zat besi secara optimal
dan meningkatkan kadar hb dalam tubuh.
Menurut penelitian Yulia, Fitriani (2017) membuktikan bahwa pemberian
jus jambu biji dapat meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil. Hal
ini berkaitan dengan farmakokinetik zat besi yang menyatakan bahwa Fe
dalam tubuh lebih mudah diserap dalam bentuk ferro. Dan salah satu zat
yang membantu proses penyerapan Fe dalam tubuh adalah vitamin C yang
terkandung di dalam jus jambu biji. Hal itu disebabkan karena vitamin C
dapat mereduksi ion ferri menjadi ion ferro. Sehingga zat besi yang
terkandung di dalam tubuh dapat diserap secara maksimum oleh tubuh.

Peran perawat dalam penanggulangan ibu hamil dengan anemia meliputi


peran promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pada peran promotif
perawat meningkatkan dan memelihara kesehatan klien dengan
penyuluhan dan pendidikan kesehatan. Dari aspek preventif peran perawat
yaitu dengan pencegahan berupa menganjurkan ibu hamil mengkonsumsi
makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup seperti
daging (terutama daging merah), sayur-sayuran berwarna hijau gelap
seperti bayam, kangkung dan kacang-kacangan, serta meningkatkan
konsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C seperti jambu biji.
Sedangkan peran kuratif perawat merencanakan dan melaksanakan
rencana tindakan keperawatan seperti pemberian tablet Fe dan
memberikan terapi komplementer seperti pemberian jus jambu biji untuk
meningkatkan kadar hemoglobin. Kemudian peran rehabilitatif perawat
berperan follow up ibu hamil dengan anemia melalui pelayanan di rumah
atau home visite.

Berdasarkan studi pendahuluan

Berdasarkan data tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian


mengenai “Efektivitas Pemberian Jus Jambu Biji Terhadap
Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Dengan Anemia Di
Desa Sidodadi”.

A. Rumusan Masalah
“Bagaimanakah efektivitas pemberian jus jambu biji terhadap peningkatan
kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia di BKIA Poliklinik
Rajawali?”

B. Tujuan Studi Kasus


1. Tujuan Umum :
Untuk memperoleh gambaran nyata efektivitas pemberian jus jambu
biji terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan
anemia.
2. Tujuan Khusus :
a. Mampu melaksanakan pengkajian menyeluruh pada klien ibu
hamil dengan anemia
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien ibu hamil
dengan anemia
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan dengan pemberian
jus jambu biji terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada klien
ibu hamil dengan anemia
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dengan
menggunakan jus jambu biji terhadap peningkatan kadar
hemoglobin pada klien ibu hamil dengan anemia
e. Mampu melaksanakan evaluasi pada klien ibu hamil dengan
anemia
f. Mengetahui pengaruh pemberian jus jambu biji terhadap
peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia
g. Mengetahui kadar hemoglobin sebelum dilakukan intervensi
pemberian jus jambu biji
h. Mengetahui kadar hemoglobin setelah dilakukan intervensi
pemberian jus jambu biji
i. Mampu membandingkan tindakan keperawatan pemberian jus
jambu biji terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada klien ibu
hamil dengan anemia
j. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pemberian jus jambu
biji terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada klien ibu hamil
dengan anemia.

C. Manfaat Studi Kasus


1. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan informasi bagi
masyarakat tentang pencegahan dan penanganan anemia pada ibu
hamil dengan mengkonsumsi jus jambu biji.
2. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Keperawatan
Meningkatkan keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang
keperawatan dalam penanganan anemia pada ibu hamil dengan
pemberian jus jambu biji untuk meningkatkan kadar hemoglobin.
3. Bagi Penulis
Mendapatkan ilmu dan pengalaman dalam penerapan pemberian jus
jambu biji untuk ibu hamil dengan anemia.

Anda mungkin juga menyukai