Anda di halaman 1dari 52

PENGARUH KONSUMSI SAYUR DAUN BAYAM HIJAU

TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN (HB)


PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS CISEMPUR

PROPOSAL

Oleh :

WINA NUR FATIMAH

195401426468

UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
PROGRAM SARJANA TERAPAN
JAKARTA
2020
PENGARUH KONSUMSI SAYUR DAUN BAYAM HIJAU
TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN (HB)
PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS CISEMPUR

PROPOSAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan di
Program Studi Kebidanan – Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan – Universitas Nasional
Jakarta

Oleh :
WINA NUR FATIMAH
195401426468

UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
PROGRAM SARJANA TERAPAN
JAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Anemia dalam kehamilan yaitu Keadaan ibu hamil dimana terjadi

penurunan jumlah sel darah merah yang dibutuhkan untuk mensuplai makanan

bagi kebutuhan ibu dan janin. Nilai ambang batas yang digunakan untuk

menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO ditetapkan

dalam 3 kategori, yaitu normal (> 11 gr/dl), anemia ringan (8-11 gr/dl), dan

anemia berat (kurang dari 8 gr/dl) (Betty dkk, 2019)

Anemia pada ibu hamil menjadi masalah di dunia, karena anemia pada ibu

hamil sangat erat kaitannya dengan dampak pada ibu dan bayi termasuk resiko

keguguran, lahir mati, rematuritas, berat bayi lahir rendah World Health

Organization (WHO, 2014). Prevalesni anemia yang tinggi hampir menyerang

seluruh kelompok umur di masyarakat. Salah satu kelompok masyarakat yang

memiliki prevalensi tinggi yakni kelompok wanita hamil. Berbagai negara

termasuk indonesia melaporkan angka prevalansi anemia pada wanita hamil tetap

tinggi meskipun bervariasi. Prevalensi pada kehamilan di negara maju yaitu rata-

rata 18%, sedangkan prevalensi rata-rata anemia pada wanita hamil di negara

berkembang sekitar 63,5%-80%. (Reni dan Dwi, 2018). Prevalensi anemia

didunia diperkirakan 30% dari populasi dunia dan sekitar 500 juta orang diyakini

menderita anemia. WHO (2012) melaporkan bahwa prevalensi anemia pada ibu

hamil di dunia berkisar rata-rata 41,8%. Hasil riskesdas pada tahun 2013,

prevalensi ibu hamil dengan anemia di indonesia sebesar 37,1%

Tingginya angka kematian ibu di indonesia masih merupakan masalah yang


menjadi prioritas di bidang kesehatan. Penyebab kematian langsung dapat bersifat

medik meliputi anemia pada ibu hamil 40%. Kekurangan energi kronis 37%, serta

ibu hamil dengan konsumsi energi dibawah kebutuhan minimal 44,2%. (Depkes

RI, 2018). Di indonesia diperkirakan setiap harinya terjadi 41 kasus anemia, dan

20 perempuan meninggal dunia karena kondisi tersebut. Tingginya angka ini

disebabkan oleh rendahnya pengetahuan dan kesadaran akan bahaya anemia

dalam kehamilan cenderung muncul pada kehamilan trimester I dan III (Yuliatin,

2018)

Pada Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tercatat angka kematian ibu

(AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) menggambarkan besarnya resiko

kematian ibu pada fase kehamilan, persalinan dan nifas di antara 100.000

kelahiran hidup dalam satu wilayah kurun waktu tertentu. Jumlah kematian ibu

tahun 2019 berdasarkan pelaporan profil kesehatan kabupaten/kota sebanyak 684

kasus atau 74,19 per 100.000 KH, menurun 16 kasus dibandingkan tahun 2018

yaitu 700 kasus. (Diskes Jabar, 2019)

Berdasarkan pelaporan profil kesehatan Dinas kabupaten sumedang terdapat

angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2019 yaitu sebanyak 13 kasus. Berdasarkan

hasil evaluasi penyebab terjadinya peningkatan kematian ibu yaitu Hipertensi

dalam kehamilan (HDK), Perdarahan, Infeksi dan penyebab lainnya. Anemia pada

kehamilan merupakan resiko tinggi/komplikasi pada bidang kebidanan yang

meyebabkan terjadinya perdarahan dan salah satu penyebab dari kematian ibu.

(LAKIP Dinkes Kabupaten Sumedang, 2019).

Penyebab anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi, folat, dan

vitamin B12. Kebutuhan harian zat besi dan asam folat saat hamil meningkat
secara drastis (dua kali lipat) dari sebelum hamil. Anemia defesiensi besi pada ibu

hamil disebabkan oleh bertambahnya volume plasma darah ibu tanpa diimbangi

oleh penambahan massa normal hemoglobin ibu. Kekurangan vitamin B12

biasanya disebakan karena kekurangnya mengonsumsi sayur-sayuran (Husin,

2013). Anemia dalam kehamilan yang paling sering terjadi disbabkan oleh

defisiensi zat besi sebanyak 62,3%, serta mempunyai pengaruh yang dapat

menyebabkan keguguran, partus prematus, inersia uteri, partus lama, atonia uteri

dan menyebabkan perdarahan serta syok. (Agarwal et al, 2013). Kebijakan

pemerintah dalam upaya pencegehan dengan pemberian tablet Fe pada ibu hamil.

Menurut permenkes RI nomor 88 tentang standar tablet tambah darah bagi wanita

usia subur dan ibu hamil mengatakan bahwa tablet Fe pada ibu hamil diberikan

setiap hari selama masa kehamilannya atau minimal 90 (sembilan puluh) tablet

(Permenkes RI, 2014)

Ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi akan mengalami beberapa efek

samping seperti mual, muntah, konstipasi dan nyeri ulu hati. Berdasarkan

hasil penelitian di puskesmas sumbersari kabupaten jember ditemukan dari

90 orang ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe, 58 orang ibu hamil tidak patuh

dalam mengkonsumsi tablet Fe. Hal ini dikarenakan oleh efek samping

yang dirasakan ibu hamil ketika mengkonsumsi tablet Fe. Salah satu

alternatif untuk memenuhi kebutuhan zat besi dapat dilakukan dengan

mengkonsumsi sayuran yang berwarna hijau salah satunya bayam. Zat besi

yang terkandung didalam bayam sangat tinggi sebesar 3,9 mg / 100 gram

(Merlina, 2016). Menurut World Health Organitation dalam Rohmatika

(2016).
Menurut Abdul Qolik (2014), Bayam adalah tumbuhan yang biasa ditanam

untuk dikonsumsi daunnya sebagai sayuran hijau. Tumbuhan yang berasal dari

amerika tropik namun sekarang sudah tersebar ke seluruh dunia ini relatif

tahan terhadap pencayaan langsung karena merupakan tumbuhan yang memiliki

proses fotosintesis C4, yang mampu mengikat gas CO2 secara efesien. Tumbuhan

ini dikenal sebagai sayuran sumber ber zat besi. Mengonsumsi sayuran daun

bayam dapat meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil yang dikonsumsi

teratur. Ibu hamil dengan anemia dapat juga ditangani dengan mengonsumsi

sayuran daun bayam karena sayur bayam banyak mengandung zat besi.

Berdasarkan hasil penelitian Dheny Rohmatika (2017) Zat besi

ditemukan pada sayur-sayuran, antara lain bayam (Amaranthus tricolor).

Mengonsumsi sayur bayam hijau selama 7 hari dapat meningkatkan kadar

hemoglobin pada ibu hamil dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,541gr/dl.

Bayam yang telah dimasak mengandung zat besi sebanyak 8,3mg/100 gram

menambahkan kandungan zat besi pada bayam berperan untuk pembentukan

hemoglobin. Bayam hijau merupakan salah satu sumber makanan yang

menggantung senyawa yang diperlukan dalam sintesis hemoglobin seperti zat besi

dan vitamin B komplek. Bayam kaya akan garam mineral seperti kalsium, fosfor,

dan besi. Bayam juga mengandung beberapa macam vitamin, seperti vitamin A,

B, dan C .

Berdasarkan data yang diperoleh dari Laporan tahunan Puskesmas

Cisempur Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang tahun 2019 terdapat 101

ibu hamil dengan anemia di wilayah kerja puskesmas cisempur. Dan dari hasil

survey awal pada Penapisan ibu hamil di Desa Cintamulya wilayah kerja
Puskesmas Cisempur pada bulan September 2020, didapatkan hasil pemeriksaan

pada ibu hamil dengan anemia sebanyak 5 orang dari 20 orang (25%).

Berdasarkan dari hasil wawancara dengan ibu hamil yang anemia, didapatkan

hasil dari beberapa ibu hamil belum mengetahui bahwa dengan mengkonsumsi

bayam sebagai alternatif pengganti Fe (zat besi). Sehubungan dengan hal tersebut

penulis tertarik untuk meneliti pengaruh konsumsi sayur daun bayam hijau

terhadap peningkatan kadar hemoglobin (Hb) pada ibu hamil dengan anemia di

wilayah kerja puskesmas cisempur kecamatan jatinangor kabupaten sumedang.

1.2. Perumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh

konsumsi sayur daun bayam hijau terhadap peningkatan kadar hemoglobin (Hb)

pada ibu hamil dengan anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Cisempur ?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahuinya pengaruh konsumsi daun bayam hijau terhadap

peningkatan kadar hemoglobin (Hb) pada ibu hamil dengan anemia di

Wilayah kerja Puskesmas Cisempur.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Rata-Rata Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Anemia Sebelum Dan

Sesudah Kelompok Intervensi di Wilayah Kerja Puskesmas Cicempur

2. Rata-Rata Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Anemia Sebelum Dan

Sesudah Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Cisempur


3. Diketahuinya pengaruh daun bayam hijau terhadap peningkatan

hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia di Wilayah Kerja

Puskesmas Cisempur.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Bagi Lahan Praktik

Secara praktik manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan informasi dan

masukan bagi tenaga kesehatan. Pengaruh konsumsi daun bayam hijau

terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia.

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai metode penilaian pada mahasiswi dalam melaksanakan tugasnya

dalam menyusun skripsi, mendidik dan membimbing mahasiswa agar

lebih terampil dan professional dalam memberikan asuhan kebidanan.

1.4.3. Bagi Penulis

Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dan dapat

menggali wawasan serta mampu menerapkan ilmu yang telah didapatkan.

Merupakan sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan

mendapatkan pengalaman nyata dalam bidang penelitian serta

mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan.

1.4.4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan bacaan dan referensi serta untuk dapat dijadikan acuan

dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan kejadian anemia

dengan pendekatan dan jenis variabel yang berbeda.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine mulai

sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Lamanya kehamilan

mulai dari ovulasi sampai partus kira-kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih

dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan 40 minggu ini disebut matur (cukup bulan).

Bila kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan

antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur) (Miftahul, 2019).

Menurut Lusiana dan Julietta (2020) Kehamilan merupakan penyatuan

spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan tertanamnya hasil konsepsi ke

dalam endometrium. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya

janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

dihitung dari hari pertama haid terakhir. Untuk menghitung lamanya kehamilan,

tentunya ibu harus tahu kapan kehamilan itu dimulai. Penting untuk dicatat

tanggal hari pertama haid terakhir ibu guna menentukan usia kehamilan dan

memperkirakan tanggal kelahiran.

Kehamilan merupakan suatu proses dari kehidupan seorang wanita, dimana

terjadi perubahan-perubahan besar dari asfek fisik, mental dan sosialnya.

Perubahan-perubahan tersebut tidak lepas dari adanya faktor-faktor yang

mempengaruhinya yang dapat berupa faktor fisik, faktor psikologis dan faktor

lingkungan, sosial, budaya serta ekonomi. (Lusiana dan Julietta, 2020)

1. Klasifikasi Masa Kehamilan

Lamanya kehamilan dimulai dari ovulasi sampai terjadinya persalinan

adalah kira-kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu).

Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi dalam 3 bagian, yaitu:


a. Kehamilan trimester satu (0 sampai 12 minggu)

b. Kehamilan Trimester kedua (12 sampai 28 minggu)

c. Kehamilan Trimester ketiga (28 sampai 40 minggu).

(Miftahul, 2019)

2. Fisiologis Kehamilan

a. Fertilisasi

Ovum

1) Bisa dibuahi jika sudah melewati proses oogenesis

2) Dikeluarkan oleh ovarium saat fase ovulasi, satu kali setiap siklus haid

dan akan habis jika sudah masuk masa menopause

3) Ovum mempunyai waktu hidup 24-48 jam setelah di keluarkan dari

ovarium

4) Mempunyai lapisan pelindung yaitu sel-sel granulosa dan zona pellusida

yang harus bisa ditembus oleh sperma untuk dapat terjadi suatu

kehamilan

Sperma

1) Dikeluarkan oleh testis dan peristiwa pematangannya disebut

spermatogenesis

2) Jumlahnya akan berkurang, tetapi tidak akan habis seperti pada ovum dan

tetap berproduksi meskipun pada lansia

3) Kemampuan fertilisasi selama 2-4 hari, rata-rata 3 hari.

4) Terdapat 100 juta sperma setiap militer air mani yang di hasilkan, rata-

rata 3 cctiap ejakulasi.


5) Mengeluarkan enzim hialuronidase untuk melunakkan korona radiata

atau sel-sel granulosa.

6) Mempunyai morfologi yang sempurna, yaitu kepala: berbentuk lonjong

agak gepeng berisi inti (nukleus), diliputi lagi oleh alkrosom dan

membran plasma. Leher: menghubungkan kepala dengan bagian tengah.

Ekor: panjang kurang lebih 10 kali bagian kepala dan dapat bergetar

sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat.

Fertlasi

Proses kehamilan dimulai dari fertilasi yaitu bertemunya sel telur dan sel

sperma. Tempat bertemunya ovum dan sperma paling sering adalah di daerah

ampula tuba. Sebelumnya keduanya bertemu, maka akan terjadi tiga fase

yaitu sebagai berikut.

1) Tahap penembusan korona radiata

2) Penembusan zona pellusida

3) Tahap penyatuan oosit dan membran sel sperma

Fertilasi terjadi di ampula tuba, hanya satu sperma yang telah mengalami

proses kapasitasi dapat melintasi zona pellusida masuk kedalam vitellus

ovum. Setelah itu zona pellusida mengalami perubahan sehingga tidak dapat

dilalui sperma lain.

b. Konsepsi

Nidasi/Implantasi adalah penanaman sel telur yang sudah dibuahi (pada

stadium blastoksida) ke dalam dinding uterus pada awal kehamilan. Jaringan

endometrium ini banyak mengandung sel-sel besar yang banyak

mengandung glikogen, serta mudah dihancurkan oleh trofoblas. Blastula


dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner-cell mass) akan mudah

masuk kedalam desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan

menutup lagi. Itulah sebabnya, terkadang saat nidasi terjadi sedikit

perdarahan akibat luka desidua (Tanda Hartman). Umumnya nidasi terjadi

pada dinding depan atau belakang rahim (korpus) dekat fundus uteri.

c. Pertumbuhan dan Perkembangan hasil Konsepsi

Sebelum lahir kedunia, anak akan tumbub dan berkembang didalam

rahim ibunya selama kurang lebih sembilan bulan lamanya. Setiap bulan janin

mengalami proses perkembangan yang berbeda-beda. Untuk dapat tumbuh

dan berkembang dengan baik, sang ibu membutuhkan asupan makanan

dengan gizi tertentu.

Ketika hamil seorang wanita mengalami penimgkatan kebutuhan

asupan gizi untuk mencukupi kebutuhan dua orang (sang ibu dan

janinbayinya), yaitu antara lain seperti energi, protein, mineral, kalsium, air,

omega 3, vitamin, asam folat, zat besi dan lain sebagainya.

Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim dipengaruhi oleh

beberapa faktor dan subfaktor antara lain :

Faktor Ibu

1) Keadaan kesehatan ibu saat hamil

2) Penyakit yang menyertai kehamilan

3) Penyulit Kehamilan

4) Kelainan pada uterus

5) Kehamilan tunggal atau ganda atau triplet

6) Kebiasaan ibu, merokok, alkohol, kecanduan


Faktor Janin

1) Jenis kelamin janin

2) Penyimpangan genetik: kelainan kongenital, pertumbuhan abnormal

3) infeksi intrauterine

Faktor Plasenta

Plasenta adalah akarnya janin untuk dapat tumbuh dan berkembang

dengan baik dalam rahim. Karena itu plasenta sangat penting artinya untuk

menjamin kesehatan janin dalam rahim, yang ditetapkan dengan indeks

plasenta, indeks plasenta = berat plasenta (Erina, 2018)

3. Proses adaptasi fisiologi dalam kehamilan

a. Sistem Reproduksi

1) Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan

melindungi hasil konsepsi (janin, plasentaamnion) sampai

persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk

bertambah besar dan cepat selama kehamilan dan pulih kembali

seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan

(Saifuddin, 2014).

2) Serviks

Bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan

kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan

terjadinya edema pada seluruh serviks, berbeda kontras dengan

korpus, seviks hanya memiliki 10 – 15% otot polos.


Serviks manusia merupakan organ yang kompleks dan heterogen

yang mengalami perubahan yang luar biasa selama kehamilan dan

persalinan. Bersifat seperti katup yang bertanggung jawab menjaga

janin didalam uterus sampai akhir kehamilan dan selama persalinan

(Saifuddin, 2014).

3) Ovarium

Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mendukung korpus

luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya

plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu. Kejadian ini tidak

dapat lepas dari kemampuan vili korealis yang mengeluarkan

hormon korionik gonadotropin yang mirip dengan hormon

lutiotropik hipofisis anterior (Manuaba, 2010).

4) Vagina dan Perineum

Selama hamil peningkatan vaskularisasi dan hiperemi terlihat jelas

pada kulit dan otot–otot diperineum dan vulva, sehingga pada vagina

akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda

chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya

sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel–sel otot polos.

Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan

persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan

dengan meningkatkan ketebalan mikosa, mengendornya jaringan ikat

dan hipertrofi otot polos (Saifuddin, 2014).

5) Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi


kemerahan, kusam dan kadang – kadang juga akan mengenai daerah

payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama strie

gravidarum. Pada multipara selain strie kemerahan ini sering kali

ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik

dan strie sebelumnya (Saifuddin, 2014).

6) Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai

persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan

payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat

kehamilan yaitu ekstrogen, progesteron, dan somatomamotrofin

(Manuaba, 2010).

b. Perubahan Metabolik

Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari

ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan

bertambah 12,5 kg. Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan

gizi baik dianjurkan menambah berat badan perminggu sebesar 0,4 kg,

sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan

menambah berat badan perminggu masing-masing sebesar 0,5 kg dan 0,3

kg (Saifuddin, 2014).

c. Sistem Kardiovaskuler / Sirkulasi darah

Sirkulasi darah ibu dalm kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke

plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh- pembuluh darah yang

membesar pula, mamae dan alat lain yang yang berfungsi berlebihan

dalam kehamilan. Volume maternal mulai meningkat pada saat 10


minggu usia kehamilan dan terus-menerus meningkat sampai 30-34

minggu, sampai ia mencapai titik maksimum (Saifuddin, 2014).

d. Traktus Digestivus / Pencernaan

Seiring dengan makin besarnya uterus, lambug dan usus akan tergeser,

demikian juga dengan yang lainnya seperti apendiks yang akan bergeser

kearah atas dan lateral (Saifuddin, 2014).

e. Traktus Urinarius

Pada bulan – bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan

oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering

berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan bila

uterus dengan rongga panggul. Pada akhir kehamilan jika kepala janin

sudah mulai turun ke pintu atas panggul, keluhan itu akan timbul kembali

(Saifuddin, 2014).

f. Sistem Endokrin

Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar ± 135%.

Akan tetapi, kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting dalam

kehamilan. Pada perubahan yang mengalami hipofisektomi persalinan

dapat berjalan dengan lancar. Hormon prolaktin akan meningkat 10x

lipat pada saat kehamilan aterm. Sebaliknya, setelah persalinan

konsentrasinya pada plasma akan menurun. Hal ini juga ditemukan pada

ibu-ibu yang menyusui (Saifuddin, 2014).

g. Sistem Muskuluskeletal

Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada muskuluskeletal.

Akibat peningkatan kadar hormon ekstrogen dan progesteron, terjadi


relaksasi dan jaringan ikat, kartilago, dan ligament juga meningkatkan

jumlah cairan synovial. Bersamaan dua keadaan tersebut meningkatkan

fleksibilitas dan mobilitas persendian. Keseimbangan kadar kalsium

selama hamil biasanya normal apabila asupan nutrisinya khususnya

produk susu terpenuhi. Tulang dan gigi biasanya tidak berubah pada

kehamilan yang normal (Saifuddin, 2014).

4. Diagnosa Kehamilan

Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm adalah sekitar 280

sampai 300 hari dengan perhitungan sebagai berikut :

a. Usia kehamilan sampai 28 minggu dengan berat janin 1000 gram bila

berakhir disebut keguguran.

b. Usia kehamilan 29 minggu sampai 36 minggu bila terjadi persalinan disebut

prematuritas.

c. Usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu disebut aterm.

d. Usia kehamilan melebihi 42 minggu disebut kehamilan lewat waktu atau

postdatism (serotinus).

Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan, yaitu triwulan pertama (0 sampai 12

minggu), triwulan kedua (13 minggu sampai 28 minggu), dan triwulan ketiga (29

minggu sampai 42 minggu) (Manuaba, 2014).

5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-

komponen sebagai berikut :


a. Melakukan pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3 dan K4.

Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia

kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28-36

minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan

diatas 36 minggu.

1) K1 ini mempunyai peranan penting dalam program kesehatan ibu dan

anak yaitu sebagai indikator pemantauan yang dipergunakan untuk

mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program

dalam menggerakkan masyarakat

2) Tujuan dari K2 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan

kehamilannya pada trimester II (usia kehamilan 12 – 28 minggu) dan

mendapatkan pelayanan 7T atau 10T setelah melewati K1.

3) K3 dan K4 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan

kehamilannya pada trimester III (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-

36) dua kali kunjungan, dan mendapatkan pelayanan 7T setelah melewati

K1 dan K2.

b. Mengupayakan kehamilan yang sehat

c. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta

rujukan bila diperlukan

d. Persiapan persalinan yang bersih dan aman

e. Mempersiapkan pemberian ASI

f. Menggolongkan kehamilan resiko rendah, menengah dan tinggi

g. Resiko rendah: primi tanpa komplikasi kepala masuk PAP minggu ke-36

h. Resiko menengah: primi dengan kepala tinggi anak besar, serotinus,


infertilitas, primipara tinggi badan <150 cm

i. Resiko tinggi: riwayat obstetrik buruk, preeklamsi / eklamsi, perdarahan

antepartum.

j. Perencanaan antisipasi dan pesiapan dini melakukan rujukan, jika terjadi

komplikasi (Manuaba, 2010).

2.1.2. Anemia
1. Pengertian Anemia

Anemia merupakan kondisi berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam

sirkulasi darah atau massa hemoglobin (Hb) sehingga tidak mampu memenuhi

fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan. (Reni dan Dwi, 2018)

2. Patofisiologi Anemia

Patofisiologi anemia dapat dilihat pada gambar 2.1:

Etiologi
Eritlopolesis
kehilangan darah
Destruksi

sel darah merah


hemoglobin (kondisi anemik)

kemampuan membawa
oksigen (hipoksemua)

Hipoksia Jaringan

Respirasi Pucat pada


Kelemahan Sistem saraf
( RR, napas kulit, mukosa
, kelelahan pusat (pusing,
dalam, mulut
dispneu pingsan,letargi)
Mekanisme
Kompensasi

Kebutuhan oksigen
Kardiovaskuler Ginjal
untuk kerja jantung
Hearth rate, dilatasi Respon renin
kapiler Aldosteron
Eritropolitin Stroke Volum Retensi garam dan
Hiperdinamik air
Gerakan ekstraseluler
Stimulasi sumsum Sirkulasi Hiperdinamik
tulang Cairan ekstraseluler

Murmur jantung Gagal jantung

Gambar 2.1
Patofisiologi Anemia

(Sumber: Sylvia Anderson Price & Lorraine M. Wilson) (Reni dan Dwi, 2018)

3. Klasifikasi Anemia

a. Anemia berdasarkan Morfologi dan Etiologi

Klasifikasi anemia dapat dibedakan berdasarkan morfologi dan dengan

melihat indeks eritrosit atau hapusan darah tepi dan berdasarkan etiologinya.

Berdasarkan klasifikasi ini anemia dibagi menjadi tiga golongan:

1) Anemia hipokromik mikrositer MCV<80 fl dan MCH<27 pg

Mean Corpuscular Volume (MCV) atau volume eritrosit rata-rata

merupakan pengukuran besarnya sel yang dinyatakan dalam

kilometer kubik, dengan batas normal 81-96 mm³.

Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) atau konsentrasi hemoglobin

rata-rata adalah mengukur banyak hemoglobin yang terdapat dalam

satu sel darah merah. Nilai normalnya kira-kira 27-31 pikogram/sel


darah merah, yaitu: Anemia defiseinsi besi, Thalassemia mayor,

Anemia akibat penyakit kronik, Anemia sideroblastik.

2) Anemia Nomokromik normosister MCV 80-95 fl dan MCH 27-34

pg, antara lain: Pasca perdarahan akut, Aplastik hemolitik didapat,

akibat penyakit kronik, Sindrom mielodiplastik, Keganasan

hematologik.

3) Anemia Makrositer MCV > 95 fl, antara lain: Bentuk megaloblastik

dan Bentuk non-megaloblastik (Bakta 2009 dalam Reni dan Dwi

2018)

b. Anemia berdasarkan ukuran sel

Klasifikasi anemia berdasarkan ukuran sel antara lain:

1) Anemia Mikrositik

Sebab utamanya defisensi dan talasemia (Gangguan Hb)

2) Anemia Noromostik

Disebabkan karena penyakit kronis, misal penyakit ginjal.

3) Anemia Makrositik

Penyebab utamanya adalah anemia pernisiosa, anemia akibat

konsumsi alkohol dan anemia megaloblastik. (Reni dan Dwi, 2018)

4. Kriteria Anemia

Penentuan anemia pada seseorang tergantung pada usia, jenis kelamin dan

tempat tinggal, Kriteria anemia menurut WHO adalah:

a. Laki-laki dewasa : Kadar Hb <13g/dl

b. Wanita dewasa tidak hamil : Kadar Hb <12g/dl


c. Wanita Hamil : Kadar Hb <11g/dl

d. Anak umur 6-14 tahun : Kadar Hb <12g/dl

e. Anak umur 6 bulan-6 tahun : Kadar Hb<11g/dl

Secara klinis kriteria anemia di indonesia umumnya jika dari hasil

laboratorium didapatkan:

a. Kadar Hb <10g/dl

b. Hematokrit <30g/dl

c. Eritrosit < 2,8 juta/mm3 (Bakta 2009 dalam Reni dan Dwi 2018)

5. Penyebab umum anemia

Beberapa penyebab anemia yaitu :

a. Pendarahan, pada wanita kekurangan zat besi mungkin karena

menstruasi, tetapi pada orang tua dan pria pendarahan biasanya dari

penyakit usus seperti bisul dan kanker.

b. Kurangnya asupan makanan dan zat besi terjadi karena tidak atau

kurangnya zat besi. Pada anak-anak dan wanita hamil, tubuh

membutuhkan lebih banyak zat besi. Perempuan hamil dan menyusui

sering terjadi kekurangan ini karena memerlukan sejumlah besar besi

untuk perempuan.

c. Gangguan penyerapan mempengaruhi penyerapan zat besi dari makanan

pada saluran gastrotinal (GI) dan dari waktu ke waktu dapat

mengakibatkan anemia (Proverawati, 2011).

6. Anemia Pada Kehamilan


a. Definisi Anemia Pada Kehamilan

Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau

hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin pada umumnya pada

perempuan 12gr / dl (Proverawati, 2011 : 1). Anemia adalah sebagai sesuatu

keadaan ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal (Ani,

2016).

b. Derajat Anemia Dalam Kehamilan

Penentuan anemia tidaknya seorang ibu hamil menggunakan dasar kadar

Hb dalam darah. Derajat anemia berdasarkan kadar Hb menurut WHO adalah

1) Ringan sekali : Hb 10 gr/dl – batas normal

2) Ringan : Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl

3) Sedang : Hb 6 gr/dl – 7,9 gr/dl

4) Berat : Hb < 5 gr/dl

7. Etiologi Anemia Dalam Kehamilan

a. Perdarahan Aktif

Kehilangan darah bisa terjadi karena perdarahan, menstruasi berat, atau

luka sehingga dapat menyebabkan anemia (Proverawati, 2011). Jika

perdarahan berlebihan atau terjadi selama periode waktu tertentu

(kronis), tubuh tidak akan mencukupi kebutuhan zat besi atau cukup

disimpan untuk menghasilkan hemoglobin yang cukup atau sel darah

merah untuk menggantikan apa yang hilang (Proverawati, 2011).

b. Kurangnya Asupan Makanan

Kurangnya zat besi mungkin terjadi karena tidak atau kurang


mengkonsumsi zat besi. Wanita hamil tubuh membutuhkan lebih banyak

zat besi. Perempuan hamil dan menyusui sering terjadi kekurangan ini

karena bayi memerlukan sejumlah besar besi untuk pertumbuhan.

(Proverawati, 2011: 54).

c. Gangguan Penyerapan

Kondisi tertentu mempengaruhi penyerapan zat besi dari makanan pada

saluran gastrointestinal (GI) dan dari waktu kewaktu dapat

mengakibatkan anemia (Proverawati, 2011).

d. Penyakit Kronis

Setiap kondisi medis jangka panjang dapat menyebabkan anemia.

Mekanisme yang tepat dalam proses ini tidak diketahui tetapi setiap

berlangsung lama dan kondisi medis yang berkelanjutan seperti infeksi

kronis atau kanker dapat menyebabkan anemia (Proverawati, 2011).

e. Penyakit Ginjal Kronis

Pada orang dengan penyakit ginjal kronis (jangka panjang) produksi

hormon ini berkurang dan ini pada gilirannya mengurangi produksi sel

darah merah yang menyebabkan anemia (Proverawati, 2011).

f. Gizi Buruk

Kekurangan dalam gizi buruk dapat menyebabkan anemia karena

kekurangan produksi sel darah merah. Asupan makanan yang buruk

merupakan penyebab penting rendahnya kadar asam folat dan vitamin

B12 (Proverawati, 2011)

8. Patofisiologis Anemia pada Ibu Hamil


Kebutuhan ibu hamil terhadap energi, vitamin maupun mineral meningkat

sesuai dengan perubahan fisiologis ibu terutama pada akhir trimester kedua

dimana terjadi proses hemodelusi yang menyebabkan terjadinya peningkatan

volume darah dan mempengaruhi konsentrasi hemoglobin darah. Keperluan yang

meningkat pada masa kehamilan, rendahnya asupan protein hewani serta

tingginya konsumsi serat/kandungan fitat dari tumbuh-tumbuhan serta protein

nabati merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya anemia besi.

Saat hamil, volume darah dalam tubuh meningkat sekitar 50%, karena tubuh

memerlukan tambahan darah untuk mensuplai oksigen dan makanan bagi

pertumbuhan janin. meningkatnya volume darah berarti meningkat pula jumlah

zat besi yang dibutuhkan untuk memproduksi sel-sel darah merah. Selama hamil,

dibutuhkan zat besi sebanyak 800 mg, dimana 500 mg digunakan untuk

pertambahan sel darah merah ibu, 300 mg untuk janin dan plasenta. ( Betty, dkk

2019)

9. Tanda dan Gejala

a. Anemia Ringan

Biasanya anemia ringan tidak menimbulkan tanda dan gejala apapun, jika

anemia secara perlahan terus menerus (kronis), tubuh dapat beradaptasi

dan mengimbangi perubahan, dalam hal ini mungkin tidak ada gejala

apapun sampai anemia menjadi berat (Proverawati, 2011).

b. Anemia Sedang

Karena jumlah sel darah merah yang rendah menyebabkan berkurangnya

pengiriman oksigen kesetiap jaringan dalam tubuh, anemia dapat


menyebabkan berbagai tanda dan gejala. Gejala anemia termasuk :

kelelahan, penurunan energi, kelemahan, sesak nafas, ringan, tampak

pucat (Proverawati, 2011).

c. Anemia Berat

Beberapa tanda dan gejala yang mungkin menujukan anemia berat pada

seseorang, seperti: perubahan warna tinja, denyut jantung cepat, tekanan

darah rendah, frekuensi nafas cepat, pucat atau kulit dingin, pusing, sakit

kepala, dan nyeri dada. Gejalanya seperti: sembelit, daya konsentrasinya

rendah, rambut rontok, dan memburuknya masalah jantung (Proverawati,

2011).

Menurut Betty, dkk (2019) Anemia sering dikaitkan dengan kondisi

lemah, letih, lesu dan lelah akibat kurangnya kandungan zat besi di dalam

darah. Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai

pada kehamilan, keperluan besi pada saat kehamilan bertambah terutama

pada trimester terakhir. Keperluan zat besi untuk wanita tidak hamil 12

mg/hari, wanita hamil dan wanita menyusui 17mg/hari.

Penyebab Anemia pada Ibu Hamil:

a. Kuranngnya asupan zat besi dan protein dari makanan

b. Gangguan penyerapan pada pencernaan

c. Perdarahan akut maupun kronis (misal: karena wasir dan kecacingan)

d. Meningkatnya kebutuhan zat besi

Anemia dapat juga disebabkan oleh:

a. Kekurangan asam folat dan vitamin

b. sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah baru

penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari


pembuatannya

c. Menjalankan diet miskin zat besi atau pola makan yang kurang baik juga

rentan anemia.

10. Faktor Resiko Anemia Dalam Kehamilan

Tubuh berada pada resiko tinggi untuk menjadi anemia selama kehamilan

jika :

a. Mengalami dua kehamilan yang berdekatan

b. Hamil dengan lebih dari satu anak

c. Sering mual dan muntah karena sakit pagi hari

d. Tidak mengonsumsi cukup zat besi

e. Mengalami menstruasi berat sebelum kehamilan

f. Hamil saat remaja

g. Kehilangan banyak darah karena cidera atau selama operasi (Proverawati

2011).

11. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan

Alat Mekanik (Alat Hb digital) . Hasil pemeriksaan Hb dapat digolongkan sebagai

berikut:

a. Hb 11 gr/dl : Normal / Tidak Anemia

b. Hb 9 – 10 gr/dl : Anemia Ringan

c. Hb 7 – 8 gr/dl : Anemia Sedang

d. Hb < 7 gr/dl : Anemia Berat

Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu


pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu

hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90

tablet selama kehamilan (Manuaba, 2010).

12. Diagnosa Anemia

Menurut kemenkes (2013) diagnosis anemia dapat ditegakkan bila kadar

Hb, 11g/dl pada trimester I dan III, atau <10,5g/dl pada trimester II. Penegakan

diagnosa pada kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa, pada anamnesa akan

didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing-pusing, mata berkunang-kunang,

dan muntah lebih sering dan hebat pada kehamilan muda.

13. Dampak Anemia

Dampak anemia terhadap ibu maupun bayi antara lain : dapat terjadi

abortus, persalinan prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim,

mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb <6gr/dl), mola

hidatidosa, hiperemesis gravidarum, pendarahan antepartum, ketuban pecah dini

(KPD), terjadinya kematian intrauterin, berat bayi lahir rendah (BBLR), dapat

terjadinya cacat bawaan pada bayi, bayi mudah mengalami infeksi sampai

kematian perinatal, intelegensia lemah (Mengkuji, 2012).

14. Penanganan Anemia

Penanganan anemia defesiensi besi adalah memalui pemberian preparat besi

oral dan perenatal. Pemberian 300 kalori/hari dan suplemen besi 60/hari kiranya

cukup untuk mencegah anemia.

Di indonesia, pemerintah melalui dapertemen kesehatan telah melakukan

berbagai upaya penanggulangan anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil
a. Pemberian tablet besi pada ibu hamil secara rutin selama jangka waktu

tertentu untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara tepat. Tablet besi

untuk ibu hamil sudah tersedia dan telah didistribusikan keseluruh provinsi

dan pemberiannya diatur melalui puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu

dan bidan desa.

b. Buku pedoman pemberian zat besi bagi petugas tahun 1995 dan pemasangan

poster-poster mengenai tablet besi.

c. Buku pedoman operasional penanggulangan anemia zat besi petugas tahun

1996.

d. Sejak tahun 1993 sampai sekarang, kemasan Fe yang tadinya menimbulkan

bau kurang sedap sekarang telah diperbarui dalam bentuk tablet salut yang

dikemas sebanyak 30 tablet per bungkus alumunium dengan komposisi yang

sama (Mengkuji, 2012).

2.1.3. Bayam
1. Pengertian Bayam

Bayam adalah tumbuhan yang biasa ditanam untuk dikonsumsi daunnya

sebagai sayuran hijau. Tumbuhan yang berasal dari amerika tropik namun

sekarang sudah tersebar keseluruh dunia ini relatif tahan terhadap pencayaan

langsung karena merupakan tumbuhan yang memiliki proses fotosintesis C4, yang

mampu mengikat gas CO2 secara efesien. Tumbuhan ini dikenal sebagai sayuran

sumber ber zat besi (Abdul Qolik, 2014).

Amaranthus tricolor, yaitu jenis bayam yang dapat ditanam sebagai bayam

cabut dan juga bayam petik. Jenis bayam ini tumbuh tegak, berdaun besar,

berwarna hijau keabu-abuan dan dapat dipanen secara cabutan pada umur 3
minggu (Abdul Qolik, 2014).

Tanaman bayam pada mulanya hanya digunakan sebagai tanaman hias,

namun dalam masa perkembangan selanjutnya tanaman bayam dipromosikan

sebagai bahan pangan sumber protein. Bayam adalah salah satu sayuran yang

paling begizi. Kandungan yang ada di dalam sayuran bayam berwarna hijau ini

begitu banyak, kandungan yang banyak inilah yang menyebabkan daun bayam

menjadi daun yang berkhasiat bagi kesehatan (Elshabrina, 2013).

2. Jenis-Jenis Bayam

Jenis bayam budidaya dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Bayam Hijau

Bayam hijau adalah jenis bayam yang biasa dikonsumsi masyarakat.

Bentuk daunnya yang kecil dan lembut sangat digemari oleh masyarakat,

bayam ini juga disebut bayam cabut (Amaranthus tricolor). Juga ada

bayam berdaun lebar, tebal dan agak liat yang disebut bayam tahunan

(Amaranthus Hybridus.L) (Abdul Qolik, 2014).

b. Bayam Merah

Bayam jenis ini sangat berbeda dengan bayam yang lain karena bayam

ini memiliki warna merah pada daun hingga batang.Memiliki tinggi

batang sekitar 0.4-1 mtr dan bercabang, batang lemah dan berair, daun

bertangkai, berbentuk bulat telur serta pangkal runcing berwarna merah.

Jenis bayam ini juga banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Dapat dibuat

lalaban, sayuran berkuah hingga salad. Bayam ini juga memiliki

sejumlah manfaat yang baik untuk kesehatan tubuh. Selain

mengkonsumsi bayam hijau dan bayam putih, msayarakat juga perlu


mengkonsumsi bayam yang berwarna merah. Selain itu bayam jenis ini

juga bisa dicampurkan sebagai pewarna makanan alami (Abdul Qolik,

2014).

c. Bayam Putih

Bayam putih adalah bayam yang daunnya berwarna hijau keputih-

putihan, daunnya bulat, berdaging tebal dan lunak. bayam ini juga sering

ditemukan di pasar-pasar tradisional maupun pasar modern. Bayam ini

juga biasa dimasak dengan cara disayur (Abdul Qolik, 2014).

3. Kandungan Bayam

Di dalam daun tanaman bayam terdapat cukup banyak kandungan protein,

mineral, kalsium, zat besi dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Pada

tabel di bawah ini diuraikan mengenai komposisi gizi yang terkandung tiap 100g

pada daun tanaman bayam, yaitu :

Tabel 2.1. Zat Gizi Bayam Hijau

No Zat Gizi Bayam hijau

1 Kalori (kal) 36 kal


2 Karbohidrat 6,5 gram
3 Lemak (g) 0,5 gram
4 Protein (g) 3,5gram
5 Kalsium (mg) 267 mg
6 Posfor (mg) 6,7 mg
7 Besi (mg) 3,9 mg
8 Vitamin A (SI) 6090 SI
9 Vitamin B 1 (mg) 0,08 mg
10 Vitamin C (mg) 80 mg
11 Air (g) 86,9 gram
(Abdul Qolik, 2014)

Asupan gizi sangat dibutuhkan terutama untuk proses tumbuh kembang

anak sehingga pemberian kebutuhan gizi secara akurat turut menentukan kualitas

tumbuh kembang sebagai sumber daya manusia dimasa yang akan datang.

Dalam tubuh kita memerlukan zat gizi untuk manjaga kesehatan tubuh, diantara

zat gizi yang diperlukan dalam tubuh adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin,

mineral, dan air. Jadi makanan yang dikonsumsi sehari-hari dalam kehidupan

perlu diperhatikan guna menjaga kestabilan tubuh seperti halnya mengkonsumsi

sayuran yang merupakan bagian dari nutrisi tersebut. Kandungan gizi yang kaya

akan nutrisi pada bayam juga dapat menurunkan kolesterol, gula darah,

menurunkan tekanan darah, dan melancaran peredaran darah serta dapat

mencegah kanker usus, diabetes, dan gagal ginjal (Abdul Qolik, 2014)

4. Manfaat Bayam

Beberapa manfaat bayam bagi tubuh manusia diantaranya yaitu:

a. Merangsang Pertumbuhan Anak

Bayam sangat bagus untuk dikonsumsi, terutama bagi anak- anak, karena

zat besi dalam bayam berguna untuk menstimulasi pertumbuhan anak

remaja atau balita. Zat besi dan mineral yang terkandung dalam bayam

sangat baik untuk pertumbuhan anak anak dan remaja. Selain itu, byam

juga baik untuk wanita yang sedang menstruasi. Dibandingkan dengan

daging merah, bayam mengandung lebih banyak kalori seperti rendah

lemak dan bebas kolesterol.

b. Menjaga Pencernaan
Sayuran bayam mengandung vitamin C dan beta karote yang sangat bagus

untuk menjaga sel-sel tubuh dari efek buruk radikal bebas. Selain itu,

bayam juga mengandung kandungan serat tinggi sangat efektif untuk

menyehatkan organ pada pencemaran dalam tubuh.

c. Menyehatkan Otak dan Meningkatkan Memori

Seiring dengan bertambahnya usia, maka kemampuan untuk mengingat

suatu apapun akan berkurang. Demi menjaga kesehatan otak dan

meningkatkan daya ingat, mengonsumsi sayuran bayam secara rutin dapat

menjadi salah satu solusi karena kandungan vitamin K dalam bayam

menjadi penjaga bagi sistem saraf otak dan sintesis sphingolipids.

d. Menjaga Kesehatan Kulit

Kandungan vitamin A dalam bayam akan memainkan peran ini. Hal ini

mengandung vitamin A yang tinggi yang dapat membuat kulit menjadi

lebih sehat dan memungkinkan retensi kelembapan yang tepat pada

epidermis yang pada akhirnya dapat memerangi proriasis, jerawat,

keratinisasi, bahkan keriput.

e. Menjaga Kesehatan Tulang dan Sendi

Kandungan kalsium yang terdapat dalam bayam mampu menguatkan

tulang pada tubuh sehingga bisa meminimalisir terjadinya pengeroposan

pada tulang atau osteoporosis sedini mungkin dengan rutin mengonsumsi

bayam. Dalam satu cangkir bayam mengandung 1000% AKG vitamin K

yang berguna untuk mencegah kerusakan sel-sel tulang.

f. Menyehatkan Mata

Bayam merupakan vitamin A yang sangat baik dalam nutrisi organ


penglihatan mata. Bayam mengandung bagian sejumlah anti-oksidan yang

sangat bagus dalam melindungi mata dari efek buruk sinar untraviolet.

Selain itu, bayam juga mengadung luten dan karotenoid yang dipercaya

sebagai penawar dari masalah katarak yang terjadi gara-gara usia

bertambah.

g. Menurunkan Tekanan Darah Tinggi

Dalam bayam terkandung zat angiotensin dan peptida yang bermanfaat

untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Dan juga meiliki mineral yang

tinggi dan bermanfaat bagi penderita hipertensi atau tekanan darah tinggi.

Folat yang terkandung dalam bayam juga membantu menurunkan tekanan

darah tinggi dan melemaskan pembuluh darah yang ada akhirnya dapat

mempertahankan kelancaran sistem aliran darah.

h. Manfaat Bayam Untuk Diet

Bagi yang sedang menjalankan program diet, bayam juga baik untuk diet.

Bayam bisa sangat bagus bagi pencernaan. Satu gelas bayam mengandung

20% dari RDA serat makanan yang bermanfaat untuk melancarkan

pencernaan, mencegah terjadinya sembelit, memgontrol gula darah tetap

rendah.

i. Mencegah dan Melawan Sel Kanker

Manfaat bayam dapat melawan kanker. Hal ini karena vitamin A dan C,

serat, asam folat, serta 13 flavonoid yang terdapat dalam kandungan baym

bermanfaat untuk mengurangi sel kanker. Sebuah penelitian menunjukan

bahwa kandungan pada bayam tersebut dapat menurunkan resiko terserang

kanker sebesar 34% terutama terserang kanker rahim, kanker payudara,


kanker kulit, kanker prostat agresif, dan kanker perut. Kelimpahan

flavonoid yang ada dalam bayam mejadi sebuah phytonutrisi yang dapat

melambatkan pembelahan sel pada perut dan sel kanker.

j. Mencegah Anemia

Bayam merupakan sumber zat besi yang baik. Zat besi diperlukan untuk

mencegah anemia atau kekurangan sel darah merah. Zat besi bermanfaat

untuk memperbanyak (meregenerasi) sel darah yang membawa oksigen

keseluruh tubuh sehingga dapat mencegah terkena anemia (Abdul Qolik.

2014)

5. Keberadaan Besi di Dalam Tanaman Bayam

Zat besi yang terdapat pada daun bayam sangat tinggi dibandingkan sayuran

daun lain. Fungsi utamanya adalah mentranformasikan ketika mendistribusikan

oksigen keseluruh tubuh. Adapun manfaat zat besi ini adalah sebagai penyusun

sitrokom, dan protein yang terlibat dalam proses fotosintesis dengan begitu

berguna untuk penderita anemia. Selain itu, bayam juga mengandung antioksidan

esensial dan fitokimia yang membantu melindungi tubuh tehadap berbagai

penyakit (Elshabrina, 2018).

6. Bahaya Mengkonsumsi Sayuran Bayam

Bayam tidak boleh dikonsumsi dalam jangka waktu lama setelah dimasak.

Sayur bayam juga tidak boleh di makan apabila sudah di panaskan berulang-

ulang. Sayur bayam akan menimbulkan efek yang berbahaya bagi tubuh. Bahaya

sayur bayam akan terjadi karena peristiwa oksidasi yang terjadi antara udara dan
bayam (Mansoor, 2015).

Salah satu penyakit yang berbahaya disebabkan konsumsi bayam yang tidak

benar adalah penyakit sianosis, yaitu ketidak mampuan hemoglobin untuk

mengikat oksigen, sehingga seluruh jaringan tubuh akan terasa lemas karena

kekurangan oksigen (Mansoor, 2015).

7. Cara Mengkonsumsi Bayam

Berikut cara memilih dan mengonsumsi sayuran bayam :

a. Peniliti mengajarkan cara mengolah dan memilih sayuran bayam yang

baik dan benar. Memilih sayuran yang masih segar

b. Mencuci terlebih dahulu sebelum dipotong-potong, hal ini dapat

mengurangi zat gizi terutama vitamin yang larut dalam air (Vitamin C da

B).

c. Tidak menyimpan sayur bayam lebih dari ± 4 jam

d. Hindari memasak terlalu lama baik direbus maupun ditumis karena zat

bermanfaat yang dikandungnya akan hilang karena panas. Dan ada

baiknya tidak mennggunakan suhu api yang terlalu besar sehingga

merusak kandunngan gizi dari sayuran tersebut.

e. Segera mengkonsumsi sayur bayam sebaiknya masih dalam keadaan

masih hangat, karena jika dikonsumsi dalam keadaan yang sudah

didiamkan lebih dari beberapa jam dapat menyebabkan keracunan pada

tubuh. Selain itu bayam yang sudah dimasak tidak boleh dipanaskan

dalam hal ini dihangatkan kembali untuk dikonsumsi, karena bayam

hanya bisa untuk satu kali konsumsi.


2.1.4. Pengaruh Konsumsi Sayur Daun Bayam Hijau Terhadap
Peningkatan Hemoglobin Pada Ibu Hamil Dengan Anemia

Bayam adalah tumbuhan yang biasa ditanam untuk dikonsumsi daunnya

sebagai sayuran hijau. Tumbuhan yang berasal dari amerika tropik namun

sekarang sudah tersebar ke seluruh dunia ini relatif tahan terhadap pencayaan

langsung karena merupakan tumbuhan yang memiliki proses fotosintesis C4, yang

mampu mengikat gas CO2 secara efesien. Tumbuhan ini dikenal sebagai sayuran

sumber ber zat besi. Indonesia merupakan salah satu tropis yang tanahnya lembap

dan mudah untuk menanam sayur bayam. Sayur bayam juga mudah diperoleh di

pasar-pasar dengan harga yang relative murah. (Abdul Qolik,2014).

Bayam merupakan sumber zat besi yang baik. Zat besi diperlukan untuk

mencegah anemia atau kekurangan sel darah merah. Zat besi bermanfaat untuk

memperbanyak (meregenerasi) sel darah yang membawa oksigen keseluruh tubuh

sehingga dapat mencegah terkena anemia (Abdul Qolik. 2014).

Tumbuhan ini dikenal sebagai sayuran sumber ber zat besi. Ibu hamil

dengan anemia membutuhkan asam folat dan zat besi. Ibu hamil masih

mengonsumsi Fe dan sayuran bayam selama 14 hari dapat meningkatkan kadar

hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia berdasarkan penelitian Dheny

Rohmatika (2017).

Mengonsumsi Sayuran bayam pada ibu hamil dengan anemia sebanyak

±200 gram yang diberikan 2 kali setiap hari selama 2 minggu. Pada sayuran

bayam memiliki kandungan zat besi 8,3mg/ 100gram sehingga dapat

meningkatkan kadar hemoglobin. Kandungan zat besi pada bayam berperan untuk
pembentukan hemoglobin

2.2. Kerangka Teori


Kerangka teori adalah tinjauan teori yang berkaitan dengan permasalahan

yang akan diteliti agar peneliti mempunyai pengetahuan yang luas sebagai dasar

untuk mengembangkan atau mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti

(Notoatmodjo, 2018: 82). Maka dapat digambarkan kerangka teori sebagai

berikut:
Makanan yang
mengandung zat besi
tinggi :
a. Daging
Peningkatan
b. Ikan
Hemoglobin Pada
c. Telur
Ibu Hamil
d. Sereal
Dengan Anemia
e. Hati sapi
f. Kacang-kacangan
g. Kedelai
h. Daun bayam

Sumber : Fairus, 2010

Gambar 2.2
Kerangka Teori

2.3. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep

dengan konsep-konsep yang ingin diamati dan diukur melalui penelitian yang

akan dilakukan (Notoatmodjo, 2018). Kerangka konsep dalam penelitian ini

terdiri dari variabel-variabel serta hubungan yang satu dengan yang lain, yang

digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen


Pemberian Sayur Daun Peningkatan
Bayam Hijau Hemoglobin Pada Ibu
Hamil Dengan Anemia

Gambar 2.3
Kerangka Konsep

2.4. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian adalah jawaban sementara penelitian, patokan

duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian

tersebut (Notoatmodjo, 2018). Hipotesis berfungsi untuk menentukan karah

pembuktian, artinya merupakan pernyataan yang harus dibuktikan hipotesis dalam

penelitian ini yaitu “Adanya Pengaruh konsumsi sayur daun bayam hijau terhadap

peningkatan hemoglobin pada ibu dengan anemia di Wilayah Kerja Puskesmas

Cisempur Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Tahun 2020.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan Rancangan pada

penelitian ini Pra eksperimen. Desain penelitian merupakan rancangan penelitian

perbandingan kelompok statis (static group comparison) dimana dalam rancangan

ini menggunakan kelompok kontrol pada saat penelitian, kelompok eksperimen

menerima perlakuan yang diikuti dengan pengukuran kedua atau observasi. Hasil

observasi ini kemudian dikontrol atau dibandingkan dengan hasil observasi pada

kelompok kontrol yang tidak menerima intervensi (Notoatmodjo, 2018)

Rancangan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh konsumsi sayur

daun bayam hijau terhadap peningkatan kadar hemoglobin (Hb) pada ibu hamil

dengan anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Cisempur Kecamatan Jatinangor.

Rencana penelitian adalah sebagai berikut :

Perlakuan Posttest

Kelompok Eksperimen X
O2
Kelompok Kontrol
O2
Gambar 3.4
Static Group Comparison
Sumber : Notoatmodjo, 2018

Keterangan :

X = Perlakuan

O2 = Nilai posttest (sesudah diberi penyuluhan)

3.2. Populasi dan Sampel


3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh


peneliti untuk dipelajari (Sugiyono, 2018). Populasi penelitian ini adalah Seluruh

ibu hamil dengan anemia yang berjumlah 52 ibu hamil dengan anemia yang ada di

wilayah kerja Puskesmas Cisempur Kecamatan Jatinangor.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misal karena keterbatasan dana,

tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu.

Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akn diberlakukan untuk

populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul

representative (Sugiyono, 2018). Sampel adalah sebagian yang diambil dari

keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo, 2018), sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil dengan

anemia yang berjumlah 24 ibu hamil. Teknik sampling atau tekinik pengambilan

sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah “Purposive Sampling” , yaitu

peneliti memilih sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian dan memiliki

kriteria penelitian sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi adalah kriteria yang apabila terpenuhi dapat menjadi

objek yang terpilih dalam penelitian. Kriteria inklusi pada penelitian ini

yakni:

a. Seluruh ibu hamil dengan anemia yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas

Cisempur

b. Seluruh ibu hamil yang anemia dan tetap mengkonsumsi tablet Fe


c. Bersedia menjadi sampel

d. Kadar Hb <12 gr/dl

2. Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi merupakan kriteria yang apabila dijumpai menyebabkan

objek tidak dapat menjadi bagian dari responden dalam penelitian. Kriteria

ekslusi pada penelitian ini yakni:

a. Ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit, seperti hipertensi dan kanker

b. Ibu hamil yang mengkonsumsi teh

c. Ibu hamil yang tidak bersedia menjadi sampel

3.3. Lokasi Penelitian


Penelitian tentang pengaruh konsumsi sayur daun bayam hijau terhadap

peningkatan kadar hemoglobin (Hb) pada ibu hamil dengan anemia ini dilakukan

di Wilayah Kerja Puskesmas Cisempur Kecamatan Jatinangor Kabupaten

Sumedang.

3.4. Waktu Penelitian

Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada bulan Januari Tahun 2021.

3.5. Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2017). Variabel independen

dalam penelitian ini adalah pemberian sayur daun bayam hijau, sedangkan

variabel dependennya yaitu Peningkatan Hemoglobin Pada Ibu Hamil Dengan

Anemia.

3.6. Definisi Operasional Penelitian


Definisi operasional adalah petunjuk yang membantu peneliti tentang

bagaimana cara mengukur variabel (Notoatmodjo, 2018). Adapun definisi

operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2. Definisi Operasional

Definisi Cara Alat


No Variabel Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur Ukur
1 Pemberian Konsumsi sayur Observasi Cheklist Konsumsi Ordinal
sayur bayam bayam hijau pada sayuran
hijau ibu hamil dengan bayam sesuai
anemia sebanyak ± 200 gram
± 200 gram yang
diberikan 2 kali
sehari setiap hari
selama 2 minggu.
2 Anemia Kadar Hemoglobin Observasi Alat cek 1 : Rata-rata Nominal
pada responden yang Hb kadar Hb
kehamilan didapatkan dari digital ≤11gr/dl
hasil pemeriksaan (GCU) 2 : Rata-rata
laboratorium: ≤ kadar Hb
11 gr/dl. ≥12gr/dl

3.7. Instrumen Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2018) instrumen penelitian adalah alat-alat yang

digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, yaitu daftar pengecek yang
berisi nama subjek dan beberapa gejala serta identitas lainnya dari sasaran

pengamatan (Notoatmodjo, 2018). Selanjutnya, pengukuran variabel penelitian ini

adalah dengan memberi kode sesuai dengan kategori pada masing- masing

variabel, yaitu: pemberian sayur daun bayam terhadap peningkatan hemoglobin

pada ibu hamil dengan anemia.

3.8. Prosedur Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah semua bentuk penerimaan data yang akan

dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitung, mengukur, dan

mencatatnya (Arikunto, 2010)

3.8.1. Tahap Persiapan

1. Menyiapkan surat izin penelitian kepada pihak Wilayah Kerja

Puskesmas Cisempur Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang.

2. Menentukan waktu penelitian yang dilaksanakan pada bulan Januari

3. Membuat inform consent untuk ibu hamil dengan anemia di Wilayah

kerja Puskesmas Cisempur

4. Menyiapkan instrumen penelitian berupa daftar cheklist atau lembar

observasi dan panduan pelaksanaan penelitian

5. Mengajukan laik etik penelitian

6. Mendapatkan surat izin penelitian dan laik etik penelitian

7. Peneliti akan meminta bantuan dari orang lain dalam mengambil data

yang disebut enumerator. Enumerator dalam penelitian ini adalah

bidan dan kader yang telah berpengalaman di Wilayah kerja

Puskesmas Cisempur Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang.


Sebelum enumerator membantu dalam pengambilan data, peneliti

terlebih dahulu akan menyamakan persepsi dengan cara :

a. Enumerator akan diberikan materi mengenai pemberian sayur

bayam terhadap ibu hamil anemia.

b. Enumerator akan diberikan penjelasan mengenai cara pengisian

lembar pengecekan yang tepat.

c. Sebelum enumerator bertemu langsung dengan responden, maka

terlebih dahulu akan melihat penelitian mengambil data.

d. Setelah itu, peneliti akan mendampingi enumerator mengambil

data.

3.8.2. Tahap Pelaksanaan

1. Peneliti datang ke Wilayah kerja Puskesmas Cisempur Kecamatan

Jatinangor Kabupaten Sumedang melakukan sosialisasi kegiatan yang

akan dilakukan terhadap ibu hamil yang mengalami anemia dengan

menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.

2. Melakukan observasi (pengukuran kadar hemoglobin) pada responden

sebelum diberikan sayuran bayam.

3. Peneliti mengumpulkan responden dalam satu ruangan.

4. Peneliti menjelaskan prosedur peneliti dan teknik penelitian pada

responden.

5. Peneliti meminta persetujuan dari calon responden untuk

berpartisipasi dalam penelitian. Setiap responden diminta

menandatangani informed consent yang telah disiapkan.


3.9. Analis Data
Sesuai dengan metode penelitian setelah hasil penelitian terkumpul, maka

analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut :

3.9.1. Analisa Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik setiap variabel.

Bentuk analisis univariat tergantung jenis datanya. Pada data numerik analisis data

menggunakan mean (rata-rata), median dan standar deviasi (Notoatmodjo,

2018:182). Analisis univariat penelitian ini menggunakan data mean kadar Hb

sebelum dan sesudah mengonsumsi sayuran bayam. Analisa univariat untuk

variabel yang akan diteliti menggunakan rumus mean, yaitu:

Keterangan :

d = mean

d1 = selisih pre-post

n = jumlah sampel

3.9.2. Analisa Bivariat

Apabila telah dilakukan analisis univariat, hasilnya akan diketahui

karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan kemudian dilanjutkan analisis

bivariat. Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel untuk menentukan

kedua variabel (Notoatmodjo, 2018: 183). Analisis dalam penelitian ini

mengetahui hubungan antara variabel dependen (peningkatan homoglobin pada

ibu hamil dengan anemia) dan variabel independen (pengaruh pemberian sayur

daun bayam hijau). Uji t-test digunakan jika variabel pertama dalam penelitian

berbentuk kategorik (nominal atau ordinal) dan variabel kedua berbentuk numerik

(interval rasio). Analisa dalam penelitian ini menggunakan analisisa T-Test


parametrik (uji wilcoxon) dikarenakan variabel pertama menggunakan (ordinal)

dan variabel kedua menggunakan (nominal). Uji T statistik yang digunakan untuk

menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah depnden sampel t-test (paried t-

test).

Dalam melakukan pengujian dengan statistik akan didapatkan hasil apakah

suatu hipotesis signifikan atau tidak. Pengertian signifikan dalam penelitian

adalah tingkat keyakinan terhadap suatu hipotesis. Jika didapatkan hasil penguji

hipotesis signifikan, hal ini berarti hipotesis tersebut meyakinkan dan berarti

sehingga Ha diterima. Jika hasil pengolahan data melalui program komputer

didapatkan p value ≥ α (0,05) maka Ha ditolak dan Ho diterima, yang artinya

“tidak terdapat pengaruh konsumsi sayur daun bayam hijau terhadap peningkatan

kadar hemoglobin”. Sedangkan jika p value ≤ α (0,05) maka Ha diterima dan Ho

ditolak, yang berati “ terdapat pengaruh konsumsi sayur daun bayam hijau

terhadap peningkatan kadar hemoglobin”

3.10. Etika Penelitian


3.10.1. Prinsip Manfaat (Beneficence)

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh

konsumsi sayur daun bayam hijau terhadap peningkatan kadar

hemoglobin (Hb) pada ibu hamil dengan anemia. Penelitian yang

dilakukan tidak membahayakan responden/partisipan. Seluruh tindakan

penelitian sudah melewati uji etik sehingga aman untuk dilakukan.

3.10.2. Menghormati Hak Responden


Peniliti akan menghormati hak-hak responden yang terlibat dalam

penelitian termasuk hak untuk membuat keputusan untuk terlibat atau

tidak dalam penelitian ini, serta hak untuk dijaga kerahasiaannya

berkaitan dengan data yang diperoleh selama penelitian.

3.10.3. Keadilan (Justice)

Peneliti akan memperlakukan semua yang terlibat dalam penelitian

secara adil dan tidak mebeda-bedakan ras, agama, atau status sosial

ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Q., 2014, Buku Pintar Bertanam Bayam dan Sawi, Indoliterasi,

Yogyakarta
Ani, L.S., 2016, Buku Saku Anemia Defisiensi Besi. ECG, Jakarta

Baharini, I. A., Pratama, A. N. W., & Christianty, F. M., 2017, Hubungan Efek

Samping Suplemen Zat Besi (Fe) dengan Kepatuhan Ibu Hamil di

Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember, Pustaka Kesehatan, Jawa

Timur, 5(1) 35-39.

Betty, Y., dkk, 2019, Buku Pegangan Petugas KUA Sebagai Konselor 1000 HPK

dalam Mengedukasi Calon Pengantin Menuju Bengkulu Bebas Stunting,

CV Budi Utama, Yogyakarta

Cunningham, F.G., Gant N.F., dkk, 2013, Obstetri Williams Volume 1 Edisi 23,

EGC, Jakarta

Rohmatika, Supriyana, Djamaluddin, 2016. Perbandingan Pengaruh Pemberian

Ekstrak Bayam Hijau Dengan Preparat Fe Terhadap Perubahan Kadar

Hemoglobin Ibu Hamil Pasien Puskesmas Magister Epidemiologi

Universitas Diponegoro semarang

Dheny, Tresia, 2017, Efektifitas Pemberian Ekstrak Bayam Terhadap Peningkatan

Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Dengan Anemia Ringan, KTI, Prodi

DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Dinkes Kabupaten Sumedang, 2019, LAKIP Dinkes Kabupaten Sumedang,

Sumedang

Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2019, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat,

Bandung

Elshabrina, 2013, Dahsyatnya daun obat sepanjang masa, CV Solusi Distribusi,

Yogyakata

Erina E.H., 2018, Asuhan Kebidanan Kehamilan, Wineka Media, Malang


Esther, Jimmy, jane, 2014, Uji Efek Daun Bayam Hijau (Amaranthus Trocolor)

Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Tikus Wistar (Rattus Norvegicus),

Skrispi, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado,

Manado

Husin, F., 2013, Asuhan Kehamilan, Berbasis Bukti Paradigma Baru dalam

Asuhan Kebidanan, Seto, Jakarta

Kemenkes R.I., 2018, Profil Kesehatan Indonesia, Kemenkes RI, Jakarta

Lina, Evi, 2013, Hubungan Konsumsi Sayuran Hijau Dengan Anemia Pada Ibu

Hamil Di Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga. Akademi

Kebidanan YLP Purwokerto, Jawa Tengah

Lusiana, G., Julietta, H., 2020, Asuhan Kebidanan Kehamilan, Zifatama Jawara,

Sidoarjo

Mansoor, Nizam, 2015, Tahukah Anda Fakta Makanan dan Minuman yang

Berbahaya, Dunia Sehat, Dunia sehat

Manuaba, 2010, Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan KB, EGC, Jakarta

Mengkuji, B., dkk, 2012, Asuhan Kebidanan 7 Langah SOAP, EGC, Jakarta

Miftahul, K., Arkha, R.B., dan Kholifatul, U., 2019, Buku Ajar Asuhan

Kebidanan Kehamilan, CV Jakad Publishing, Surabaya

Notoatmodjo, S., 2018, Metode Penelitian Kesehata, Rhineka Cipta, Jakarta

Prof, Dr. Sugiyono., 2018, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D, Alfabeta, Bandung

Proverawati, dan Atikah, 2011, Anemia dan Anemia Kehamilan, Nuha Medika,

Yogyakarta
Reni, Y.A., dan Dwi, E., 2018, Anemia dalam Kehamila, CV Pustaka Abadi,

Jember

Saifuddin, dkk, 2014, Ilmu Kebidanan, Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,

Jakarta

Sugiyono, 2017, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta,

Bandung

Yuliztin, 2018, Kehamilan, Jilid I, Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai