Anda di halaman 1dari 49

PENGARUH KONSUMSI SAYUR DAUN BAYAM TERHADAP

PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN (HB) PADA IBU


HAMIL DENGAN ANEMIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS CISEMPUR

PROPOSAL

Oleh :

WINA NUR FATIMAH

195401426468

UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
PROGRAM SARJANA TERAPAN
JAKARTA
2020
PENGARUH KONSUMSI SAYUR DAUN BAYAM TERHADAP
PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN (HB) PADA IBU
HAMIL DENGAN ANEMIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS CISEMPUR

PROPOSAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan di
Program Studi Kebidanan – Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan – Universitas Nasional

Oleh :
WINA NUR FATIMAH
195401426468

UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
PROGRAM SARJANA TERAPAN
JAKARTA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wanita hamil sangat rentan terjadi anemia defisiensi besi, karena pada

kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu penigkatan produksi

eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah

(eritrosit) meningkat, sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb)

akibat hemodilusi (Cunninggham, 2013).

Anemia dalam kehamilan merupakan suatu keadaan ketika kadar

hemoglobin dibawah <11 gr/dl sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya

sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan. Anemia pada kehamilan

merupakan masalah komplikasi pada ibu hamil (Mengkuji, 2012: 45).

Masalah utama pada komplikasi kehamilan yang terjadi karena

kekurangan konsumsi zat besi, asam folat yang sering terjadi pada ibu hamil. Ibu

hamil juga harus memperhatikan konsumsi makanan yang tinggi Fe untuk

kehamilannya. Zat besi yang tinggi terdapat pada sayuran bayam. Konsumsi gizi

pada ibu hamil selain dengan Fe diantarannya ada sayuran bayam yang banyak

mengandung zat besi, sehingga mengonsumsi sayur bayam 200 gram selama 2

minggu dapat meningkatkan kadar hemoglobin 1gr/dl (Fairus, 2010: 96).

Anemia pada ibu hamil menjadi masalah di dunia, karena anemia pada

ibu hamil sangat erat kaitannya dengan dampak pada ibu dan bayi termasuk

resiko keguguran, lahir mati, rematuritas, berat bayi lahir rendah World Health

Organization (WHO, 2014). Prevalensi anemia di negara berkembang relatif


tinggi yaitu 33% sampai 75% (Husin,2013: 158).

Di Indonesia angka anemia kehamilan menunjukan nilai yang cukup

tinggi. Angka anemia kehamilan pada trimester I sebanyak : 3,8%, trimester II

yaitu 13,6% dan trimester III yaitu 24,8% dan tiap tahunnya wanita Indonesia

meninggal karena kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2010: 237). Pada tahun

2012 frekuensi ibu hamil penderita anemia relatif tinggi, yaitu 63,5% sedangkan

di amerika hanya 6%. Kekurangan gizi dan perhatian yang minim terhadap ibu

hamil merupakan predisposisi untuk anemia defesiensi besi pada ibu hamil di

Indonesia (Mengkuji, 2012: 46).

Pada Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tercatat angka kematian ibu

(AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) menggambarkan besarnya resiko

kematian ibu pada fase kehamilan, persalinan dan nifas di antara 100.000

kelahiran hidup dalam satu wilayah kurun waktu tertentu. Jumlah kematian ibu

tahun 2019 berdasarkan pelaporan profil kesehatan kabupaten/kota sebanyak 684

kasus atau 74,19 per 100.000 KH, menurun 16 kasus dibandingkan tahun 2018

yaitu 700 kasus. (Diskes Jabar, 2019)

Berdasarkan pelaporan profil kesehatan kabupaten sumedang terdapat

angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2019 yaitu sebanyak 13 kasus.

Berdasarkan hasil evaluasi penyebab terjadinya peningkatan kematian ibu yaitu

Hipertensi dalam kehamilan (HDK), Perdarahan, Infeksi dan penyebab lainnya.

Anemia pada kehamilan merupakan resiko tinggi/komplikasi pada bidang

kebidanan yang meyebabkan terjadinya perdarahan dan salah satu penyebab dari

kematian ibu. (LAKIP Dinkes Kabupaten Sumedang, 2019: 58).

Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi. Dampak


anemia dapat terjadi pada ibu dan janin. Pendarahan antepartum dan post partum

lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan sering berakibat fatal, sebab

wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. Dampak pada

kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya abortus,

partus immatur dan prematur, gangguan proses persalinan seperti inertia, atonia,

partus lama, pendarahan atonis, gangguan pada masa nifas sepeti sub involusi

rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress, kurang prosuksi ASI rendah, dan

gangguan pada janin seperti abortus, dismaturitas, makrosomi, berat bayi lahir

rendah, kematian perinatal (Rukiyah, 2010: 116).

Penyebab anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi, folat, dan

vitamin B12. Kebutuhan harian zat besi dan asam folat saat hamil meningkat

secara drastis (dua kali lipat) dari sebelum hamil. Anemia defesiensi besi pada

ibu hamil disebabkan oleh bertambahnya volume plasma darah ibu tanpa

diimbangi oleh penambahan massa normal hemoglobin ibu. Kekurangan vitamin

B12 biasanya disebakan karena kekurangnya mengonsumsi sayur-sayuran

(Husin, 2013: 159).

Penanganan anemia defesiensi besi ialah dengan memberikan

suplementasi besi dan asam folat. Tingginya angka anemia pada ibu hamil perlu

penanganan yang serius untuk menurunkan kejadian anemia. ANC dini,

konsumsi tablet Fe secara rutin dan konsumsi gizi seimbang dapat mencegah

terjadinya anemia. Tablet yang saat ini banyak tersedia di puskesmas adalah

tablet tambah darah yang berisi 60 mg besi elemental dan 250 µg asam folat.

Bila dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet sampai 42 hari

pascasalin (Mengkuji, 2012: 50). Makanan yang mengandung banyak zat besi
dapat membantu kadar hemoglobin meningkat. Beberapa contoh makanan yang

dapat membantu meningkatkan kadar hemoglobin ibu seperti bayam, daun

singkong, kacang-kacangan, ikan, dan buah seperti pisang ambon (Fairus, 2010:

96).

Bayam adalah tumbuhan yang biasa ditanam untuk dikonsumsi daunnya

sebagai sayuran hijau. Tumbuhan yang berasal dari amerika tropik namun

sekarang sudah tersebar ke seluruh dunia ini relatif tahan terhadap

pencayaan langsung karena merupakan tumbuhan yang memiliki proses

fotosintesis C4, yang mampu mengikat gas CO2 secara efesien. Tumbuhan ini

dikenal sebagai sayuran sumber ber zat besi. Mengonsumsi sayuran daun bayam

dapat meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil yang dikonsumsi teratur

(Abdul Qolik,2014: 9). Ibu hamil dengan anemia dapat juga ditangani dengan

mengonsumsi sayuran daun bayam karena sayur bayam banyak mengandung zat

besi. Berdasarkan hasil penelitian Dheny Rohmatika (2017) Zat besi

ditemukan pada sayur-sayuran, antara lain bayam (Amaranthus tricolor).

Mengonsumsi sayur bayam hijau selama 7 hari dapat meningkatkan kadar

hemoglobin pada ibu hamil dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,541gr/dl.

Bayam yang telah dimasak mengandung zat besi sebanyak 8,3mg/100 gram

menambahkan kandungan zat besi pada bayam berperan untuk pembentukan

hemoglobin. Bayam hijau merupakan salah satu sumber makanan yang

menggantung senyawa yang diperlukan dalam sintesis hemoglobin seperti zat

besi dan vitamin B komplek. Bayam kaya akan garam mineral seperti kalsium,

fosfor, dan besi. Bayam juga mengandung beberapa macam vitamin, seperti

vitamin A, B, dan C .
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang di atas dapat diidentifikasi permasalahan

dalam penelitian ini adalah anemia ibu hamil yang berdampak negatif antara ibu

dan calon bayi. Anemia pada ibu hamil juga merupakan salah satu faktor

penyebab pada angka kematian ibu (AKI). Hasil prasurvey di Penapisan ibu

hamil di Desa Cintamulya wilayah kerja Puskesmas Cisempur pada bulan

September 2020, didapatkan hasil pemeriksaan pada ibu hamil dengan anemia

sebanyak 5 orang dari 20 orang (25%).

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada pengaruh

konsumsi sayur daun bayam terhadap peningkatan kadar hemoglobin (Hb) pada

ibu hamil dengan anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Cisempur ”

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahuinya pengaruh konsumsi daun bayam terhadap

peningkatan kadar hemoglobin (Hb) pada ibu hamil dengan anemia di Wilayah

kerja Puskesmas Cisempur

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Rata-Rata Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Anemia Sebelum

Dan Sesudah Kelompok Intervensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Cicempur

1.3.2.2 Rata-Rata Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Anemia Sebelum

Dan Sesudah Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas

Cisempur
1.3.2.3 Diketahuinya pengaruh daun bayam terhadap peningkatan

hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia di Wilayah Kerja

Puskesmas Cisempur.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1.4.1. Bagi Lahan Praktik

Secara praktik manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan

informasi dan masukan bagi tenaga kesehatan. Pengaruh konsumsi daun

bayam terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan

anemia.

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai metode penilaian pada mahasiswi dalam melaksanakan

tugasnya dalam menyusun skripsi, mendidik dan membimbing

mahasiswa agar lebih terampil dan professional dalam memberikan

asuhan kebidanan.

1.4.3. Bagi Penulis

Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dan

dapat menggali wawasan serta mampu menerapkan ilmu yang telah

didapatkan. Merupakan sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah

didapat dan mendapatkan pengalaman nyata dalam bidang penelitian

serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan.

1.4.4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan bacaan dan referensi serta untuk dapat dijadikan


acuan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan kejadian

anemia dengan pendekatan dan jenis variabel yang berbeda.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Definisi Kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lama

hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 atau 7 hari) kehamilan dibagi

tiga bagin, yaitu : kehamilan trimester 1 sebelum 14 minggu, kehamilan trimester

2 antara 14-28 minggu, kehamilan trimester antara 28-36 minggu atau sesudah

36 minggu (Mengkuji, 2012 : 27).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan spermatozoa

dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi dan implantasi. Pada masa ini terjadi

perubahan produksi dan pengaruh hormonal serta perubahan anatomi dan

fisiologis. Pada pertama kalinya ibu tidak akan mengenali bahwa ia sedang

hamil. Akan tetapi, sesungguhnya tubuh secara aktif bekerja untuk

menyesuaikan proses kehamilan. Proses penyesuaian tersebut dapat

menimbulkan perubahan fisiologis baik secara fisik maupun psikologis (Husin,

2014: 55).

2.1.1.1. Klasifikasi Masa Kehamilan

Kehamilan di klasifikasikan dalam 3 trimester, yaitu:

a. Trimester kesatu, dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu).

b. Trimester kedua, dari bulan keempat sampai 6 bulan (13-27 minggu).

c. Trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (28-40 minggu).


(Saifuddin, 2014: 213)

2.1.1.2. Fisiologis Kehamilan

Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang mempengaruhi oleh

sistem hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang berlangsung 20

sampai 35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses

pematangan dan terjadi ovulasi (Manuaba, 2010: 75)

Konsepsi merupakan pertemuan antara sperma dan sel telur yang

menandai awal kehamilan. Peristiwa ini merupakan rangkaian kejadian yang

meliputi pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi (pelepasan telur),

penggabungan gamet dan implantasi dan embrio di dalam uterus. Terjadinya

pertemuan dan persenyawaan antara sel mani dan sel telur disebut

penghamilan (fertilisasi). Fertilisasi terjadi di ampula tuba dan syarat dari

setiap kehamilan adalah harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum

(konsepsi) dan nidasi hasil konsepsi.

Pada saat ovulasi, ovum dilkeluarkan dari folikel de graf dari

ovarium, folikel yang ruptur akan mengalami perubahan sehingga terbentuk

korpus luteum menstruasi, secara progresif akan mengalami degenerasi dan

regresi menyeluruh pada menstruasi berikutnya. Apabila ovum dibuahi

maka korpus luteum akan dipertahankan oleh produksi gonadotropin kronik

(HCG) yang dihasilkan oleh sinsitofoblas disekeliling blatokis dan menjadi

korpus luteum kehamilan (Varney, 2007: 492)

2.1.1.3. Perubahan Fisiologis Kehamilan


a. Sistem Reproduksi

1) Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima

dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasentaamnion) sampai

persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk

bertambah besar dan cepat selama kehamilan dan pulih kembali

seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan

(Saifuddin, 2014: 175).

2) Serviks

bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak

dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi

dan terjadinya edema pada seluruh serviks, berbeda kontras dengan

korpus, seviks hanya memiliki 10 – 15% otot polos.

Serviks manusia merupakan organ yang kompleks dan

heterogen yang mengalami perubahan yang luar biasa selama

kehamilan dan persalinan. Bersifat seperti katup yang bertanggung

jawab menjaga janin didalam uterus sampai akhir kehamilan dan

selama persalinan (Saifuddin, 2014: 177).

3) Ovarium

Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang

mendukung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya

sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu.

Kejadian ini tidak dapat lepas dari kemampuan vili korealis yang

mengeluarkan hormon korionik gonadotropin yang mirip dengan


hormon lutiotropik hipofisis anterior (Manuaba, 2010: 92).

4) Vagina dan Perineum

Selama hamil peningkatan vaskularisasi dan hiperemi terlihat

jelas pada kulit dan otot–otot diperineum dan vulva, sehingga pada

vagina akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda

chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya

sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel–sel otot polos.

Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang

merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu

persalinan dengan meningkatkan ketebalan mikosa, mengendornya

jaringan ikat dan hipertrofi otot polos (Saifuddin, 2014: 178).

5) Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna

menjadi kemerahan, kusam dan kadang – kadang juga akan

mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan

nama strie gravidarum. Pada multipara selain strie kemerahan ini

sering kali ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan

sikatrik dan strie sebelumnya (Saifuddin, 2014: 179).

6) Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan

sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan

payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat

kehamilan yaitu ekstrogen, progesteron, dan somatomamotrofin

(Manuaba, 2010: 92).


b. Perubahan Metabolik

Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan

berasal dari ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan berat badan

akan bertambah 12,5 kg. Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan

dengan gizi baik dianjurkan menambah berat badan perminggu sebesar

0,4 kg, sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih

dianjurkan menambah berat badan perminggu masing-masing sebesar

0,5 kg dan 0,3 kg (Saifuddin, 2014: 180).

c. Sistem Kardiovaskuler / Sirkulasi darah

Sirkulasi darah ibu dalm kehamilan dipengaruhi oleh adanya

sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-

pembuluh darah yang membesar pula, mamae dan alat lain yang yang

berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Volume maternal mulai

meningkat pada saat 10 minggu usia kehamilan dan terus-menerus

meningkat sampai 30-34 minggu, sampai ia mencapai titik maksimum

(Saifuddin, 2014: 182).

d. Traktus Digestivus / Pencernaan

Seiring dengan makin besarnya uterus, lambug dan usus akan

tergeser, demikian juga dengan yang lainnya seperti apendiks yang akan

bergeser kearah atas dan lateral (Saifuddin, 2014: 185).

e. Traktus Urinarius

Pada bulan – bulan pertama kehamilan kandung kemih akan

tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan

sering berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya


kehamilan bila uterus dengan rongga panggul. Pada akhir kehamilan

jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas panggul, keluhan itu

akan timbul kembali (Saifuddin, 2014: 185).

f. Sistem Endokrin

Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar ±

135%. Akan tetapi, kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting

dalam kehamilan. Pada perubahan yang mengalami hipofisektomi

persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hormon prolaktin akan

meningkat 10x lipat pada saat kehamilan aterm. Sebaliknya, setelah

persalinan konsentrasinya pada plasma akan menurun. Hal ini juga

ditemukan pada ibu-ibu yang menyusui (Saifuddin, 2014: 186).

g. Sistem Muskuluskeletal

Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada

muskuluskeletal. Akibat peningkatan kadar hormon ekstrogen dan

progesteron, terjadi relaksasi dan jaringan ikat, kartilago, dan ligament

juga meningkatkan jumlah cairan synovial. Bersamaan dua keadaan

tersebut meningkatkan fleksibilitas dan mobilitas persendian.

Keseimbangan kadar kalsium selama hamil biasanya normal apabila

asupan nutrisinya khususnya produk susu terpenuhi. Tulang dan gigi

biasanya tidak berubah pada kehamilan yang normal (Saifuddin, 2014:

175 – 186).

2.1.1.4. Diagnosa Kehamilan

Kehamilan adalah suatu keadaan fisiologis, akan tetapi pentingnya


diagnosa kehamilan tidak dapat diabaikan. Dalam kehidupan wanita, hanya

sedikit diagnosis yang lebih penting dari pada diagnosis kehamilan.

Diagnosis kehamilan biasanya sangat mudah ditegakkan tapi

sayangnya, hal ini tidak selalu terjadi. Proses farmakologis atau

patofisiologis kadang–kadang memicu perubahan endokrin atau anatomis

yang menyerupai kehamilan. Dengan demikian kadang- kadang diagnosis

kehamilan tidak mudah ditegagkan tetapi kehamilan jarang tidak

terdiagnosis apabila telah dilakukan pemeriksaan klinis dan laboratorium

dengan benar (Cunningham, 2005: 22).

Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan, yaitu triwulan pertama (0

sampai 12 minggu), triwulan kedua (13 sampai 28 minggu), triwulan ketiga

(29 sampai 42 minggu). Untuk dapat menegakkan kehamilan ditetapkan

dengan melakukan penilaian terhadap tanda dan gejala kehamilan

(Manuaba, 2010: 107).

2.1.1.5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-

komponen sebagai berikut :

a. Melakukan pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3 dan

K4. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal

hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama

kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal

pada usia kehamilan diatas 36 minggu.

1) K1 ini mempunyai peranan penting dalam program kesehatan ibu dan


anak yaitu sebagai indikator pemantauan yang dipergunakan untuk

mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan

program dalam menggerakkan masyarakat

2) Tujuan dari K2 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan

kehamilannya pada trimester II (usia kehamilan 12 – 28 minggu) dan

mendapatkan pelayanan 7T atau 10T setelah melewati K1.

3) K3 dan K4 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan

kehamilannya pada trimester III (28-36 minggu dan sesudah minggu

ke-36) dua kali kunjungan, dan mendapatkan pelayanan 7T setelah

melewati K1 dan K2.

b. Mengupayakan kehamilan yang sehat

c. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal

serta rujukan bila diperlukan

d. Persiapan persalinan yang bersih dan aman

e. Mempersiapkan pemberian ASI

f. Menggolongkan kehamilan resiko rendah, menengah dan tinggi

1) Resiko rendah: primi tanpa komplikasi kepala masuk PAP

minggu ke-36

2) Resiko menengah: primi dengan kepala tinggi anak besar,

serotinus, infertilitas, primipara tinggi badan <150 cm

3) Resiko tinggi: riwayat obstetrik buruk, preeklamsi / eklamsi,

perdarahan antepartum.

g. Perencanaan antisipasi dan pesiapan dini melakukan rujukan, jika

terjadi komplikasi (Manuaba, 2010: 115).


2.1.2. Anemia

2.1.2.1. Pengertian Anemia

Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel-sel darah merah

(eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak

mampu memenuhi fungsi nya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan

(Tarwoto, 2007: 30).

2.1.2.2. Jenis-jenis Anemia

Secara umum, ada tiga jenis utama anemia, diklasifikasikan

menurut sel ukuran darah merah :

a. Jika sel darah merah lebih kecil dari biasanya ini disebut mikrositik,

penyebab utama dari jenis ini defisiensi besi (anemia) dan thalasemia

(kelainan bawaan hemoglobin).

b. Jika ukuran sel darah merah normal dalam ukuran (tetapi rendah dalam

jumlah) ini disebut anemia normositik, seperti anemia yang

berhubungan dengan penyakit ginjal.

c. Jika sel darah merah lebih besar dari normal, maka disebut anemia

makrositik, seperti anemia yang berhubungan dengan alkoholisme

(Proverawati, 2011: 6).

2.1.2.3. Penyebab Umum Anemia

Beberapa penyebab anemia yaitu :

a. Pendarahan, pada wanita kekurangan zat besi mungkin karena

menstruasi, tetapi pada orang tua dan pria pendarahan biasanya dari
penyakit usus seperti bisul dan kanker.

b. Kurangnya asupan makanan dan zat besi terjadi karena tidak atau

kurangnya zat besi. Pada anak-anak dan wanita hamil, tubuh

membutuhkan lebih banyak zat besi. Perempuan hamil dan menyusui

sering terjadi kekurangan ini karena memerlukan sejumlah besar besi

untuk perempuan.

c. Gangguan penyerapan mempengaruhi penyerapan zat besi dari makanan

pada saluran gastrotinal (GI) dan dari waktu ke waktu dapat

mengakibatkan anemia (Proverawati, 2011:53).

2.1.2.4. Anemia Pada Kehamilan

a. Definisi Anemia Pada Kehamilan

Anemia pada ibu hamil didefinisikan bila kadar Hb dibawah 11

gr/dl (Manuaba, 2010 : 239). Anemia adalah suatu kondisi medis dimana

jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar

hemoglobin pada umumnya pada perempuan 12gr / dl (Proverawati, 2011 :

1). Anemia adalah sebagai sesuatu keadaan ketika kadar hemoglobin (Hb)

dalam darah kurang dari normal (Ani, 2016 : 44).

b. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan

Pembagian anemia adalah sebagai berikut : (Manuaba, 2010: 239)

1) Hb 11 gr/dl : Normal / tidak anemia

2) Hb 9-10 gr/dl : Anemia ringan

3) Hb 7-8 gr/dl : Anemia sedang

4) Hb <7 gr/dl : Anemia berat


2.1.2.5. Etiologi Anemia Dalam Kehamilan

a. Perdarahan Aktif

Kehilangan darah bisa terjadi karena perdarahan, menstruasi berat,

atau luka sehingga dapat menyebabkan anemia (Proverawati, 2011: 14). Jika

perdarahan berlebihan atau terjadi selama periode waktu tertentu (kronis),

tubuh tidak akan mencukupi kebutuhan zat besi atau cukup disimpan untuk

menghasilkan hemoglobin yang cukup atau sel darah merah untuk

menggantikan apa yang hilang (Proverawati, 2011: 54).

b. Kurangnya Asupan Makanan

Kurangnya zat besi mungkin terjadi karena tidak atau kurang

mengkonsumsi zat besi. Wanita hamil tubuh membutuhkan lebih banyak zat

besi. Perempuan hamil dan menyusui sering terjadi kekurangan ini karena

bayi memerlukan sejumlah besar besi untuk pertumbuhan. (Proverawati,

2011: 54).

c. Gangguan Penyerapan

Kondisi tertentu mempengaruhi penyerapan zat besi dari makanan

pada saluran gastrointestinal (GI) dan dari waktu kewaktu dapat

mengakibatkan anemia (Proverawati, 2011: 55).

d. Penyakit Kronis

Setiap kondisi medis jangka panjang dapat menyebabkan anemia.

Mekanisme yang tepat dalam proses ini tidak diketahui tetapi setiap

berlangsung lama dan kondisi medis yang berkelanjutan seperti infeksi

kronis atau kanker dapat menyebabkan anemia (Proverawati, 2011: 16).

e. Penyakit Ginjal Kronis


Pada orang dengan penyakit ginjal kronis (jangka panjang)

produksi hormon ini berkurang dan ini pada gilirannya mengurangi produksi

sel darah merah yang menyebabkan anemia (Proverawati, 2011: 16).

f. Gizi Buruk

Kekurangan dalam gizi buruk dapat menyebabkan anemia karena

kekurangan produksi sel darah merah. Asupan makanan yang buruk

merupakan penyebab penting rendahnya kadar asam folat dan vitamin B12

(Proverawati, 2011: 16)

2.1.2.6. Patofisiologis

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh

karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan

pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45% - 65% dimulai pada

trimester II kehamilan dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan

meningkatkan sekitar 1000 ml, menurut sedikit manajemen aterm serta

kembali normal 3 bulan setelah partus.

Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat sekitar

800- 1000 mg untuk mencukupi kebutuhan seperti terjadi peningkatan sel

darah merah membutuhkan 300-400 mg zat besi dan mencapai puncak pada

usia kehamilan 32 minggu, janin membutuhkan zat besi sekitar 100-200 mg

dan sekitar 190 mg terbuang selama melahirkan. Dengan demikian jika

cadangan zat besi sebelum kehamilan berkurang maka pada saat hamil

pasien dengan mudah mengalami kekurangan zat besi (Rukiyah A. Y. 2010:

115).
2.1.2.7. Tanda dan Gejala

a. Anemia Ringan

Biasanya anemia ringan tidak menimbulkan tanda dan gejala

apapun, jika anemia secara perlahan terus menerus (kronis), tubuh dapat

beradaptasi dan mengimbangi perubahan, dalam hal ini mungkin tidak ada

gejala apapun sampai anemia menjadi berat (Proverawati, 2011: 21).

b. Anemia Sedang

Karena jumlah sel darah merah yang rendah menyebabkan

berkurangnya pengiriman oksigen kesetiap jaringan dalam tubuh, anemia

dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala.

Gejala anemia termasuk : kelelahan, penurunan energi, kelemahan,

sesak nafas, ringan, tampak pucat (Proverawati, 2011: 21).

c. Anemia Berat

Beberapa tanda dan gejala yang mungkin menujukan anemia berat

pada seseorang, seperti: perubahan warna tinja, denyut jantung cepat,

tekanan darah rendah, frekuensi nafas cepat, pucat atau kulit dingin, pusing,

sakit kepala, dan nyeri dada. Gejalanya seperti: sembelit, daya

konsentrasinya rendah, rambut rontok, dan memburuknya masalah jantung

(Proverawati, 2011: 22).

2.1.2.8. Faktor Resiko Anemia Dalam Kehamilan

Tubuh berada pada resiko tinggi untuk menjadi anemia selama

kehamilan jika :

d. Mengalami dua kehamilan yang berdekatan

e. Hamil dengan lebih dari satu anak


f. Sering mual dan muntah karena sakit pagi hari

g. Tidak mengonsumsi cukup zat besi

h. Mengalami menstruasi berat sebelum kehamilan

i. Hamil saat remaja

j. Kehilangan banyak darah karena cidera atau selama operasi (Proverawati

2011: 134).

2.1.2.9. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan

menggunakan Alat Mekanik (Alat Hb digital) . Hasil pemeriksaan Hb dapat

digolongkan sebagai berikut:

a. Hb 11 gr/dl : Normal / Tidak Anemia

b. Hb 9 – 10 gr/dl : Anemia Ringan

c. Hb 7 – 8 gr/dl : Anemia Sedang

d. Hb < 7 gr/dl : Anemia Berat

Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan,

yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa

sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian

preparat Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (Manuaba, 2010 : 239).

2.1.2.10. Diagnosa Anemia

Menurut kemenkes (2013 :160) diagnosis anemia dapat ditegakkan

bila kadar Hb, 11g/dl pada trimester I dan III, atau <10,5g/dl pada trimester

II. Penegakan diagnosa pada kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa,

pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing-pusing,

mata berkunang-kunang, dan muntah lebih sering dan hebat pada kehamilan
muda (Manuaba 2010: 239).

2.1.2.11. Dampak Anemia

Dampak anemia terhadap ibu maupun bayi antara lain : dapat

terjadi abortus, persalinan prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin

dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb

<6gr/dl), mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, pendarahan antepartum,

ketuban pecah dini (KPD), terjadinya kematian intrauterin, berat bayi lahir

rendah (BBLR), dapat terjadinya cacat bawaan pada bayi, bayi mudah

mengalami infeksi sampai kematian perinatal, intelegensia lemah

(Mengkuji, 2012: 48).

2.1.2.12. Penanganan Anemia

Penanganan anemia defesiensi besi adalah memalui pemberian

preparat besi oral dan perenatal. Pemberian 300 kalori/hari dan suplemen

besi 60/hari kiranya cukup untuk mencegah anemia.

Di indonesia, pemerintah melalui dapertemen kesehatan telah

melakukan berbagai upaya penanggulangan anemia defisiensi zat besi pada

ibu hamil

a. Pemberian tablet besi pada ibu hamil secara rutin selama jangka waktu

tertentu untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara tepat. Tablet besi

untuk ibu hamil sudah tersedia dan telah didistribusikan keseluruh

provinsi dan pemberiannya diatur melalui puskesmas, puskesmas

pembantu, posyandu dan bidan desa.

b. Buku pedoman pemberian zat besi bagi petugas tahun 1995 dan

pemasangan poster-poster mengenai tablet besi.


c. Buku pedoman operasional penanggulangan anemia zat besi petugas

tahun 1996.

d. Sejak tahun 1993 sampai sekarang, kemasan Fe yang tadinya

menimbulkan bau kurang sedap sekarang telah diperbarui dalam bentuk

tablet salut yang dikemas sebanyak 30 tablet per bungkus alumunium

dengan komposisi yang sama (Mengkuji, 2012: 50).

2.1.3. Bayam

2.1.3.1. Pengertian Bayam

Bayam adalah tumbuhan yang biasa ditanam untuk dikonsumsi

daunnya sebagai sayuran hijau. Tumbuhan yang berasal dari amerika tropik

namun sekarang sudah tersebar keseluruh dunia ini relatif tahan terhadap

pencayaan langsung karena merupakan tumbuhan yang memiliki proses

fotosintesis C4, yang mampu mengikat gas CO2 secara efesien. Tumbuhan

ini dikenal sebagai sayuran sumber ber zat besi (Abdul Qolik, 2014: 9).

Amaranthus tricolor, yaitu jenis bayam yang dapat ditanam sebagai

bayam cabut dan juga bayam petik. Jenis bayam ini tumbuh tegak, berdaun

besar, berwarna hijau keabu-abuan dan dapat dipanen secara cabutan pada

umur 3 minggu (Abdul Qolik, 2014: 6).

Tanaman bayam pada mulanya hanya digunakan sebagai tanaman

hias, namun dalam masa perkembangan selanjutnya tanaman bayam

dipromosikan sebagai bahan pangan sumber protein. Bayam adalah salah

satu sayuran yang paling begizi. Kandungan yang ada di dalam sayuran

bayam berwarna hijau ini begitu banyak, kandungan yang banyak inilah

yang menyebabkan daun bayam menjadi daun yang berkhasiat bagi

kesehatan (Elshabrina, 2013: 115).


2.1.3.2. Jenis-Jenis Bayam

Jenis bayam budidaya dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Bayam Hijau

Bayam hijau adalah jenis bayam yang biasa dikonsumsi

masyarakat. Bentuk daunnya yang kecil dan lembut sangat digemari oleh

masyarakat, bayam ini juga disebut bayam cabut (Amaranthus tricolor).

Juga ada bayam berdaun lebar, tebal dan agak liat yang disebut bayam

tahunan (Amaranthus Hybridus.L) (Abdul Qolik, 2014 : 5).

b. Bayam Merah

Bayam jenis ini sangat berbeda dengan bayam yang lain karena

bayam ini memiliki warna merah pada daun hingga batang.Memiliki tinggi

batang sekitar 0.4-1 mtr dan bercabang, batang lemah dan berair, daun

bertangkai, berbentuk bulat telur serta pangkal runcing berwarna merah.

Jenis bayam ini juga banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Dapat dibuat

lalaban, sayuran berkuah hingga salad. Bayam ini juga memiliki sejumlah

manfaat yang baik untuk kesehatan tubuh. Selain mengkonsumsi bayam

hijau dan bayam putih, msayarakat juga perlu mengkonsumsi bayam yang

berwarna merah. Selain itu bayam jenis ini juga bisa dicampurkan sebagai

pewarna makanan alami (Abdul Qolik, 2014 : 6).

c. Bayam Putih

Bayam putih adalah bayam yang daunnya berwarna hijau keputih-

putihan, daunnya bulat, berdaging tebal dan lunak. bayam ini juga sering

ditemukan di pasar-pasar tradisional maupun pasar modern. Bayam ini juga

biasa dimasak dengan cara disayur (Abdul Qolik, 2014 : 5).


2.1.3.3. Kandungan Bayam

a. Kandungan Vitamin

Vitamin merupakan senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan

oleh tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses

kegiatan tubuh. Tanpa vitamin, manusia tidak akan dapat melakukan

aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar

peluang terkena penyakit pada tubuh kita. Menurut Almatsier (2010 : 151)

“vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah

sangat kecil dan padaumumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh”.

Seperti halnya vitamin dalam sayur bayam sangat berpengaruh bagi

metabolisme dalam proses dan pengaturan kegiatan tubuh. Lingga (2010)

“Bayam mengandung vitamin yang lengkap”. Kandungan vitamin pada

bayam sangatlah banyak diantara kandungan vitamin pada bayam adalah

vitamin A, B2, B6, B12, C, K, mangan, magnesium, zat besi, kalsium,

kalium, dan fosfor. Berikut adalah manfaat dari masing-masing manfaat

vitamin tersebut:

1) Vitamin A berfungsi untuk: menjaga penglihatan, mencegah hingga

memulihkan penyakit rabun, ini juga bagus untuk kesehatan mata agar

semakin bagus.

2) Vitamin B2 berfungsi untuk pembentukan sel darah merah, penghasilan

antibodi, pernafasan sel, terutama yang menghasilkan energi dan

metabolisme asam amino.

3) Vitamin B6 befungsi sebagai metabolisme tubuh serta meningkatkan

kekebalan tubuh. Ini baik untuk tumbuh kembang anak agar anak
menjadi sehat dan kuat.

4) Vitamin C berfungsi sebagai pembentuk dan pengekal kolagen,

mempercepat proses penyembuhan luka, memperkuat tulang dan gigi,

mempercepat proses metabolisme, serta menjadi antioksidan yang sangat

baik untuk menangkal radikal bebas.

5) Vitamin K sangat berperan dalam pembekuan darah dan juga berperan

penting dalam proses pembentukan tulang.

6) magnesium adalah salah satu mineral makro yang banyak mempunyai

manfaat bagi kesehatan kita yang berperan penting dalam sistem enzim

dalam tubuh. Magnesium berfungsi sebagai mencegah pembekuan darah,

kerusakan gigi dengan cara menahan kalsium gigi didalam email gigi

7) Kandungan zat besi pada bayam berfungsi untuk pembentukan sel darah

merah dalam tubuh sehingga mengurangi resiko kurang darah. Zat besi

juga berperan dalam produksi hemoglobin dan menyokong sistem

kekebalan tubuh.

8) Kandungan mineralnya seperti kalsium dan fosfor sangat bagus untuk

kesehatan tulang tubuh dan gigi agar tetap sehat dan kuat. Mineral ini

juga baik untuk menghindari msalah osteoporosis dan tulang keropos.

b. Kandungan Gizi

Di dalam daun tanaman bayam terdapat cukup banyak kandungan

protein, mineral, kalsium, zat besi dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh

manusia. Pada tabel di bawah ini diuraikan mengenai komposisi gizi yang

terkandung tiap 100g pada daun tanaman bayam, yaitu :


Tabel 1
Zat Gizi Bayam Hijau

No Zat Gizi Bayam hijau

1 Kalori (kal) 36 kal


2 Karbohidrat 6,5 gram
3 Lemak (g) 0,5 gram
4 Protein (g) 3,5gram
5 Kalsium (mg) 267 mg
6 Posfor (mg) 6,7 mg
7 Besi (mg) 3,9 mg
8 Vitamin A (SI) 6090 SI
9 Vitamin B 1 (mg) 0,08 mg
10 Vitamin C (mg) 80 mg
11 Air (g) 86,9 gram

(Abdul Qolik, 2014 : 18)

Asupan gizi sangat dibutuhkan terutama untuk proses tumbuh

kembang anak sehingga pemberian kebutuhan gizi secara akurat turut

menentukan kualitas tumbuh kembang sebagai sumber daya manusia dimasa

yang akan datang. Dalam tubuh kita memerlukan zat gizi untuk manjaga

kesehatan tubuh, diantara zat gizi yang diperlukan dalam tubuh adalah

karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Jadi makanan yang

dikonsumsi sehari-hari dalam kehidupan perlu diperhatikan guna menjaga

kestabilan tubuh seperti halnya mengkonsumsi sayuran yang merupakan

bagian dari nutrisi tersebut. Kandungan gizi yang kaya akan nutrisi pada

bayam juga dapat menurunkan kolesterol, gula darah, menurunkan tekanan

darah, dan melancaran peredaran darah serta dapat mencegah kanker usus,

diabetes, dan gagal ginjal (Abdul Qolik, 2014 : 18)


2.1.3.4. Manfaat Bayam

Beberapa manfaat bayam bagi tubuh manusia diantaranya yaitu:

a. Merangsang Pertumbuhan Anak

Bayam sangat bagus untuk dikonsumsi, terutama bagi anak- anak,

karena zat besi dalam bayam berguna untuk menstimulasi pertumbuhan anak

remaja atau balita. Zat besi dan mineral yang terkandung dalam bayam

sangat baik untuk pertumbuhan anak anak dan remaja. Selain itu, byam juga

baik untuk wanita yang sedang menstruasi. Dibandingkan dengan daging

merah, bayam mengandung lebih banyak kalori seperti rendah lemak dan

bebas kolesterol.

b. Menjaga Pencernaan

Sayuran bayam mengandung vitamin C dan beta karote yang sangat

bagus untuk menjaga sel-sel tubuh dari efek buruk radikal bebas. Selain itu,

bayam juga mengandung kandungan serat tinggi sangat efektif untuk

menyehatkan organ pada pencemaran dalam tubuh.

c. Menyehatkan Otak dan Meningkatkan Memori

Seiring dengan bertambahnya usia, maka kemampuan untuk

mengingat suatu apapun akan berkurang. Demi menjaga kesehatan otak dan

meningkatkan daya ingat, mengonsumsi sayuran bayam secara rutin dapat

menjadi salah satu solusi karena kandungan vitamin K dalam bayam

menjadi penjaga bagi sistem saraf otak dan sintesis sphingolipids.

d. Menjaga Kesehatan Kulit

Kandungan vitamin A dalam bayam akan memainkan peran ini.


Hal ini mengandung vitamin A yang tinggi yang dapat membuat kulit

menjadi lebih sehat dan memungkinkan retensi kelembapan yang tepat pada

epidermis yang pada akhirnya dapat memerangi proriasis, jerawat,

keratinisasi, bahkan keriput.

e. Menjaga Kesehatan Tulang dan Sendi

Kandungan kalsium yang terdapat dalam bayam mampu

menguatkan tulang pada tubuh sehingga bisa meminimalisir terjadinya

pengeroposan pada tulang atau osteoporosis sedini mungkin dengan rutin

mengonsumsi bayam. Dalam satu cangkir bayam mengandung 1000% AKG

vitamin K yang berguna untuk mencegah kerusakan sel-sel tulang.

f. Menyehatkan Mata

Bayam merupakan vitamin A yang sangat baik dalam nutrisi organ

penglihatan mata. Bayam mengandung bagian sejumlah anti-oksidan yang

sangat bagus dalam melindungi mata dari efek buruk sinar untraviolet.

Selain itu, bayam juga mengadung luten dan karotenoid yang dipercaya

sebagai penawar dari masalah katarak yang terjadi gara-gara usia bertambah.

g. Menurunkan Tekanan Darah Tinggi

Dalam bayam terkandung zat angiotensin dan peptida yang

bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Dan juga meiliki

mineral yang tinggi dan bermanfaat bagi penderita hipertensi atau tekanan

darah tinggi. Folat yang terkandung dalam bayam juga membantu

menurunkan tekanan darah tinggi dan melemaskan pembuluh darah yang

ada akhirnya dapat mempertahankan kelancaran sistem aliran darah.

h. Manfaat Bayam Untuk Diet


Bagi yang sedang menjalankan program diet, bayam juga baik

untuk diet. Bayam bisa sangat bagus bagi pencernaan. Satu gelas bayam

mengandung 20% dari RDA serat makanan yang bermanfaat untuk

melancarkan pencernaan, mencegah terjadinya sembelit, memgontrol gula

darah tetap rendah.

i. Mencegah dan Melawan Sel Kanker

Manfaat bayam dapat melawan kanker. Hal ini karena vitamin A

dan C, serat, asam folat, serta 13 flavonoid yang terdapat dalam kandungan

baym bermanfaat untuk mengurangi sel kanker. Sebuah penelitian

menunjukan bahwa kandungan pada bayam tersebut dapat menurunkan

resiko terserang kanker sebesar 34% terutama terserang kanker rahim,

kanker payudara, kanker kulit, kanker prostat agresif, dan kanker perut.

Kelimpahan flavonoid yang ada dalam bayam mejadi sebuah phytonutrisi

yang dapat melambatkan pembelahan sel pada perut dan sel kanker.

j. Mencegah Anemia

Bayam merupakan sumber zat besi yang baik. Zat besi diperlukan

untuk mencegah anemia atau kekurangan sel darah merah. Zat besi

bermanfaat untuk memperbanyak (meregenerasi) sel darah yang membawa

oksigen keseluruh tubuh sehingga dapat mencegah terkena anemia (Abdul

Qolik. 2014 :23)

2.1.3.5. Keberadaan Besi di Dalam Tanaman Bayam

Zat besi yang terdapat pada daun bayam sangat tinggi dibandingkan

sayuran daun lain. Fungsi utamanya adalah mentranformasikan ketika


mendistribusikan oksigen keseluruh tubuh. Adapun manfaat zat besi ini

adalah sebagai penyusun sitrokom, dan protein yang terlibat dalam proses

fotosintesis dengan begitu berguna untuk penderita anemia. Selain itu,

bayam juga mengandung antioksidan esensial dan fitokimia yang membantu

melindungi tubuh tehadap berbagai penyakit (Elshabrina, 2018: 115).

2.1.3.6. Bahaya Mengkonsumsi Sayuran Bayam

Bayam tidak boleh dikonsumsi dalam jangka waktu lama setelah

dimasak. Sayur bayam juga tidak boleh di makan apabila sudah di panaskan

berulang- ulang. Sayur bayam akan menimbulkan efek yang berbahaya bagi

tubuh. Bahaya sayur bayam akan terjadi karena peristiwa oksidasi yang

terjadi antara udara dan bayam (Mansoor, 2015).

Salah satu penyakit yang berbahaya disebabkan konsumsi bayam

yang tidak benar adalah penyakit sianosis, yaitu ketidak mampuan

hemoglobin untuk mengikat oksigen, sehingga seluruh jaringan tubuh akan

terasa lemas karena kekurangan oksigen (Mansoor, 2015).

2.1.3.7. Cara Mengkonsumsi Bayam

Berikut cara memilih dan mengonsumsi sayuran bayam :

a. Peniliti mengajarkan cara mengolah dan memilih sayuran bayam yang

baik dan benar. Memilih sayuran yang masih segar

b. Mencuci terlebih dahulu sebelum dipotong-potong, hal ini dapat

mengurangi zat gizi terutama vitamin yang larut dalam air (Vitamin C

da B).
c. Tidak menyimpan sayur bayam lebih dari ± 4 jam

d. Hindari memasak terlalu lama baik direbus maupun ditumis karena zat

bermanfaat yang dikandungnya akan hilang karena panas. Dan ada

baiknya tidak mennggunakan suhu api yang terlalu besar sehingga

merusak kandunngan gizi dari sayuran tersebut.

e. Segera mengkonsumsi sayur bayam sebaiknya masih dalam keadaan

masih hangat, karena jika dikonsumsi dalam keadaan yang sudah

didiamkan lebih dari beberapa jam dapat menyebabkan keracunan pada

tubuh. Selain itu bayam yang sudah dimasak tidak boleh dipanaskan

dalam hal ini dihangatkan kembali untuk dikonsumsi, karena bayam

hanya bisa untuk satu kali konsumsi.

2.1.4. Pengaruh Konsumsi Sayur Daun Bayam Terhadap Peningkatan

Hemoglobin Pada Ibu Hamil Dengan Anemia

Bayam adalah tumbuhan yang biasa ditanam untuk dikonsumsi daunnya

sebagai sayuran hijau. Tumbuhan yang berasal dari amerika tropik namun

sekarang sudah tersebar ke seluruh dunia ini relatif tahan terhadap pencayaan

langsung karena merupakan tumbuhan yang memiliki proses fotosintesis C4,

yang mampu mengikat gas CO2 secara efesien. Tumbuhan ini dikenal sebagai

sayuran sumber ber zat besi. Indonesia merupakan salah satu tropis yang

tanahnya lembap dan mudah untuk menanam sayur bayam. Sayur bayam juga

mudah diperoleh di pasar-pasar dengan harga yang relative murah. (Abdul

Qolik,2014: 9).

Bayam merupakan sumber zat besi yang baik. Zat besi diperlukan untuk
mencegah anemia atau kekurangan sel darah merah. Zat besi bermanfaat untuk

memperbanyak (meregenerasi) sel darah yang membawa oksigen keseluruh

tubuh sehingga dapat mencegah terkena anemia (Abdul Qolik. 2014 :23).

Tumbuhan ini dikenal sebagai sayuran sumber ber zat besi. Ibu hamil

dengan anemia membutuhkan asam folat dan zat besi. Ibu hamil masih

mengonsumsi Fe dan sayuran bayam selama 14 hari dapat meningkatkan kadar

hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia berdasarkan penelitian Dheny

Rohmatika (2017).

Mengonsumsi Sayuran bayam pada ibu hamil dengan anemia sebanyak

±200 gram yang diberikan 2 kali setiap hari selama 2 minggu. Pada sayuran

bayam memiliki kandungan zat besi 8,3mg/ 100gram sehingga dapat

meningkatkan kadar hemoglobin. Kandungan zat besi pada bayam berperan

untuk pembentukan hemoglobin

2.2. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah tinjauan teori yang berkaitan dengan permasalahan

yang akan diteliti agar peneliti mempunyai pengetahuan yang luas sebagai dasar

untuk mengembangkan atau mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti

(Notoatmodjo, 2018: 82). Maka dapat digambarkan kerangka teori sebagai

berikut:

Makanan yang
mengandung zat besi
tinggi :
a. Daging
b. Ikan
c. Telur
d. Sereal
Peningkatan
Hemoglobin Pada Ibu
Hamil Dengan Anemia

Sumber : Fairus, 2010: 96

Gambar 1
Kerangka Teori

2.3. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep

dengan konsep-konsep yang ingin diamati dan diukur melalui penelitian yang

akan dilakukan (Notoatmodjo, 2018: 100). Kerangka konsep dalam penelitian ini

terdiri dari variabel-variabel serta hubungan yang satu dengan yang lain, yang

digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pemberian Sayur Daun Peningkatan


Bayam Hemoglobin Pada Ibu
Hamil Dengan Anemia

Gambar 2
Kerangka Konsep

2.4. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian adalah jawaban sementara penelitian,

patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam

penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2018: 84). Hipotesis berfungsi untuk

menentukan karah pembuktian, artinya merupakan pernyataan yang harus

dibuktikan hipotesis dalam penelitian ini yaitu “Adanya Pengaruh konsumsi

sayur daun bayam terhadap peningkatan hemoglobin pada ibu dengan anemia di

Wilayah Kerja Puskesmas Cisempur Kecamatan Jatinangor Kabupaten

Sumedang Tahun 2020.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan Rancangan pada

penelitian ini Pra eksperimen. Desain penelitian merupakan rancangan penelitian

perbandingan kelompok statis (static group comparison) dimana dalam rancangan

ini menggunakan kelompok kontrol pada saat penelitian, kelompok eksperimen

menerima perlakuan yang diikuti dengan pengukuran kedua atau observasi. Hasil

observasi ini kemudian dikontrol atau dibandingkan dengan hasil observasi pada

kelompok kontrol yang tidak menerima intervensi (Notoatmodjo, 2018 : 57)

Rancangan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh konsumsi sayur

daun bayam terhadap peningkatan kadar hemoglobin (Hb) pada ibu hamil dengan

anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Cisempur Kecamatan Jatinangor. Rencana

penelitian adalah sebagai berikut :

Perlakuan Posttest

Kelompok Eksperimen X
O2
Kelompok Kontrol
O2
Gambar 3
Static Group Comparison

Sumber : Notoatmodjo, 2018: 58

Keterangan :

X = Perlakuan

O2 = Nilai posttest (sesudah diberi penyuluhan)

3.2. Populasi dan Sampel


3.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin

meneliti semua element yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
X O2
merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitian juga disebut studi populasi
O2
atau studi sensus (Arikunto, 2010:108). Populasi penelitian ini adalah Seluruh ibu

hamil dengan anemia yang berjumlah 52 ibu hamil dengan anemia yang ada di

wilayah kerja Puskesmas Cisempur Kecamatan Jatinangor.

3.2.2. Sampel

Sampel menurut Arikunto (2010: 109) adalah sebagian atau wakil populasi

yang diteliti. Sampel adalah sebagian yang diambil deri keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2018: 115),

sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil dengan anemia yang berjumlah 24

ibu hamil. Teknik sampling atau tekinik pengambilan sampel yang digunakan

pada penelitian ini adalah “Purposive Sampling” , yaitu peneliti memilih sampel

yang sesuai dengan tujuan penelitian dan memiliki kriteria penelitian sebagai

berikut :

3.2.2.1. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi adalah kriteria yang apabila terpenuhi dapat

menjadi objek yang terpilih dalam penelitian. Kriteria inklusi pada

penelitian ini yakni:

a. Seluruh ibu hamil dengan anemia yang ada di Wilayah Kerja

Puskesmas Cisempur

b. Seluruh ibu hamil yang anemia dan tetap mengkonsumsi tablet Fe


c. Bersedia menjadi sampel

d. Kadar Hb <12 gr/dl

3.2.2.2. Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi merupakan kriteria yang apanila dijumpai

menyebabkan objek tidak dapat menjadi bagian dari responden dalam

penelitian. Kriteria ekslusi pada penelitian ini yakni:

a. Ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit, seperti hipertensi dan

kanker

b. Ibu hamil yang mengkonsumsi teh

c. Ibu hamil yang tidak bersedia menjadi sampel

3.3. Lokasi Penelitian

Penelitian tentang pengaruh konsumsi sayur daun bayam terhadap

peningkatan kadar hemoglobin (Hb) pada ibu hamil dengan anemia ini dilakukan

di Wilayah Kerja Puskesmas Cisempur Kecamatan Jatinangor Kabupaten

Sumedang.

3.4. Waktu Penelitian

Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada bulan Desember Tahun

2020.

3.5. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2017: 38). Variabel

independen dalam penelitian ini adalah pemberian sayur daun bayam, sedangkan

variabel dependennya yaitu Peningkatan Hemoglobin Pada Ibu Hamil Dengan

Anemia.

3.6. Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional adalah petunjuk yang membantu peneliti tentang

bagaimana cara mengukur variabel (Notoatmodjo, 2018: 85). Adapun definisi

operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 2
Definisi Operasional

Definisi Cara Alat


No Variabel Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur Ukur
1 Pemberian Konsumsi sayur Observasi Cheklist Konsumsi Ordinal
sayur bayam pada ibu sayuran
bayam hamil dengan bayam sesuai
anemia sebanyak ± 200 gram
± 200 gram yang
diberikan 2 kali
sehari setiap hari
selama 2 minggu.
2 Anemia Kadar Observasi Alat cek 1 : Rata- Nominal
pada Hemoglobin Hb rata
kehamilan responden yang digital kadar
didapatkan dari (GCU) Hb
hasil pemeriksaan ≤11gr/dl
laboratorium: ≤ 2 : Rata-
11 gr/dl. rata
kadar
Hb
≥12gr/dl

3.7. Instrumen Penelitian


Menurut Notoatmodjo (2018: 87) instrumen penelitian adalah alat-alat

yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pengecek yang berisi nama subjek

dan beberapa gejala serta identitas lainnya dari sasaran pengamatan

(Notoatmodjo, 2018: 137). Selanjutnya, pengukuran variabel penelitian ini adalah

dengan memberi kode sesuai dengan kategori pada masing- masing variabel,

yaitu: pemberian sayur daun bayam terhadap peningkatan hemoglobin pada ibu

hamil dengan anemia.

3.8. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah semua bentuk penerimaan data yang akan

dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitung, mengukur, dan

mencatatnya (Arikunto, 2010: 265)

3.8.1. Tahap Persiapan

3.8.1.1. Menyiapkan surat izin penelitian kepada pihak Wilayah Kerja

Puskesmas Cisempur Kecamatan Jatinangor Kabupaten

Sumedang.

3.8.1.2. Menentukan waktu penelitian yang dilaksanakan pada bulan

Desember

3.8.1.3. Membuat inform consent untuk ibu hamil dengan anemia di

Wilayah kerja Puskesmas Cisempur

3.8.1.4. Menyiapkan instrumen penelitian berupa daftar cheklist atau

lembar observasi dan panduan pelaksanaan penelitian

3.8.1.5. Mengajukan laik etik penelitian


3.8.1.6. Mendapatkan surat izin penelitian dan laik etik penelitian

3.8.1.7. Peneliti akan meminta bantuan dari orang lain dalam mengambil

data yang disebut enumerator. Enumerator dalam penelitian ini

adalah bidan dan kader yang telah berpengalaman di Wilayah

kerja Puskesmas Cisempur Kecamatan Jatinangor Kabupaten

Sumedang. Sebelum enumerator membantu dalam pengambilan

data, peneliti terlebih dahulu akan menyamakan persepsi dengan

cara :

a. Enumerator akan diberikan materi mengenai pemberian sayur

bayam terhadap ibu hamil anemia.

b. Enumerator akan diberikan penjelasan mengenai cara

pengisian lembar pengecekan yang tepat.

c. Sebelum enumerator bertemu langsung dengan responden,

maka terlebih dahulu akan melihat penelitian mengambil data.

d. Setelah itu, peneliti akan mendampingi enumerator mengambil

data.

3.8.2. Tahap Pelaksanaan

3.8.2.1. Peneliti datang ke Wilayah kerja Puskesmas Cisempur

Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang melakukan

sosialisasi kegiatan yang akan dilakukan terhadap ibu hamil

yang mengalami anemia dengan menjelaskan tujuan dan

prosedur tindakan.

3.8.2.2. Melakukan observasi (pengukuran kadar hemoglobin) pada

responden sebelum diberikan sayuran bayam.


3.8.2.3. Peneliti mengumpulkan responden dalam satu ruangan.

3.8.2.4. Peneliti menjelaskan prosedur peneliti dan teknik penelitian

pada responden.

3.8.2.5. Peneliti meminta persetujuan dari calon responden untuk

berpartisipasi dalam penelitian. Setiap responden diminta

menandatangani informed consent yang telah disiapkan.

3.9. Analis Data

Sesuai dengan metode penelitian setelah hasil penelitian terkumpul, maka

analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut :

3.9.1. Analisa Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik setiap

variabel. Bentuk analisis univariat tergantung jenis datanya. Pada data

numerik analisis data menggunakan mean (rata-rata), median dan standar

deviasi (Notoatmodjo, 2018:182). Analisis univariat penelitian ini

menggunakan data mean kadar Hb sebelum dan sesudah mengonsumsi

sayuran bayam. Analisa univariat untuk variabel yang akan diteliti

menggunakan rumus mean, yaitu:

Keterangan :

d = mean

d1 = selisih pre-post

n = jumlah sampel

3.9.2. Analisa Bivariat

Apabila telah dilakukan analisis univariat, hasilnya akan diketahui


karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan kemudian dilanjutkan

analisis bivariat. Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel untuk

menentukan kedua variabel (Notoatmodjo, 2018: 183). Analisis dalam

penelitian ini mengetahui hubungan antara variabel dependen

(peningkatan homoglobin pada ibu hamil dengan anemia) dan variabel

independen (pengaruh pemberian sayur daun bayam). Uji t-test

digunakan jika variabel pertama dalam penelitian berbentuk kategorik

(nominal atau ordinal) dan variabel kedua berbentuk numerik (interval

rasio). Analisa dalam penelitian ini menggunakan analisisa T-Test

parametrik (uji wilcoxon) dikarenakan variabel pertama menggunakan

(ordinal) dan variabel kedua menggunakan (nominal). Uji T statistik yang

digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah depnden

sampel t-test (paried t- test).

Dalam melakukan pengujian dengan statistik akan didapatkan

hasil apakah suatu hipotesis signifikan atau tidak. Pengertian signifikan

dalam penelitian adalah tingkat keyakinan terhadap suatu hipotesis. Jika

didapatkan hasil penguji hipotesis signifikan, hal ini berarti hipotesis

tersebut meyakinkan dan berarti sehingga Ha diterima. Jika hasil

pengolahan data melalui program komputer didapatkan p value ≥ α (0,05)

maka Ha ditolak dan Ho diterima, yang artinya “tidak terdapat pengaruh

konsumsi sayur daun bayam terhadap peningkatan kadar hemoglobin”.

Sedangkan jika p value ≤ α (0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak, yang

berati “ terdapat pengaruh konsumsi sayur daun bayam terhadap

peningkatan kadar hemoglobin”


3.10. Etika Penelitian

3.10.1. Prinsip Manfaat (Beneficence)

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh

konsumsi sayur daun bayam terhadap peningkatan kadar hemoglobin

(Hb) pada ibu hamil dengan anemia. Penelitian yang dilakukan tidak

membahayakan responden/partisipan. Seluruh tindakan penelitian sudah

melewati uji etik sehingga aman untuk dilakukan.

3.10.2. Menghormati Hak Responden

Peniliti akan menghormati hak-hak responden yang terlibat dalam

penelitian termasuk hak untuk membuat keputusan untuk terlibat atau

tidak dalam penelitian ini, serta hak untuk dijaga kerahasiaannya

berkaitan dengan data yang diperoleh selama penelitian.

3.10.3. Keadilan (Justice)

Peneliti akan memperlakukan semua yang terlibat dalam penelitian

secara adil dan tidak mebeda-bedakan ras, agama, atau status sosial

ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Qolik. 2014. Buku Pintar Bertanam Bayam dan Sawi. Yogyakarta :

Indoliterasi

Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Ani, LS. 2016. Buku Saku Anemia Defisiensi Besi. Jakarta: EGC

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: RhinekaChipta

Cunningham FG, Gant NF, dkk. 2013. Obstetri Williams Volume 1 Edisi 23.

Jakarta: EGC

Dheny Rohmatika, Supriyana, Djamaluddin Ramlan. (2016). Perbandingan

Pengaruh Pemberian Ekstrak Bayam Hijau Dengan Preparat Fe

Terhadap Perubahan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Pasien Puskesmas

Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro semarang.

Dheny Rohmatika, Tresia Umarianti. (2017). Efektifitas Pemberian Ekstrak

Bayam Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil

Dengan Anemia Ringan, Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada

Surakarta.

Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang. 2018. LAKIP Dinkes Kabupaten

Sumedang. Tahun 2018. Dinkes Sumedang: Sumedang

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2019. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat

Tahun 2019. Dinkes Jabar: Bandung

Elshabrina. 2013. Dahsyatnya daun obat sepanjang masa. Yogyakarta: CV Solusi

Distribusi.

Esther Ariny Rumimper, Jimmy Posangi, jane wuisan. (2014). Uji Efek Daun

Bayam Hijau (Amaranthus Trocolor) Terhadap Kadar Hemoglobin Pada


Tikus Wistar (Rattus Norvegicus). Kandidat Skrispi Fakultas Kedokteran

Universitas Sam Ratulangi Manado.

Fairus M. 2010. Buku saku gizi & kesehatan reproduksi. Jakarta: EGC

Fatimah, S, (2009), Studi Klorofil Dan Zat Besi (Fe) Pada Beberapa Jenis Bayam

Terhadap Jumlah eritrosit Tikus Putih (Rattusnorvegicus) anemia,

Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim, Malang.

Husin Farid. 2014. Asuhan Kehamilan, Berbasis Bukti Paradigma Baru dalam

Asuhan Kebidanan, Jakarta: Sagung Seto

Lina Dwi Puji Rahayu & Evi Sri suryani (2013) Hubungan Konsumsi Sayuran

Hijau Dengan Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Rembang

Kabupaten Purbalingga. Akademi Kebidanan YLP Ppurwokerto.

Mansoor, Nizam. 2015. Tahukah Anda Fakta Makanan dan Minuman yang

Berbahaya. Jakarta: Dunia Sehat.

Manuaba. 2010. Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC

Mengkuji Betty, dkk. 2012. Asuhan Kebidanan 7 Langah SOAP. Jakarta: EGC

Notoatmodjo. S. 2018. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta

Proverawati, Atikah. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha

Medika

Rukiyah, Ai Yeyeh & Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi

Kebidanan). Jakarta: Trans Info Media

Saifuddin, dkk. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Tarwoto. 2007. Buku Saku Anemia pada Ibu Hamil Konsep dan Penatalaksanaan.

Jakarta: TIM.

Varney. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai