Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN INDIVIDU

PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT DESA


(PKMD)

Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas
Praktik Kebidanan Komunitas
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa

EVA NOVIANI
NIM PO111117

AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN IBU PEKALONGAN


Jl. Sriwijaya No. 7 Pekalongan
Telp. (0285) 7998866 4416108 Fax (0285) 4416108

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan suatu negara yang cukup luas dengan distribusi
penduduk yang tidak merata dan dalam waktu 57-60 tahun penduduk
Indonesia akan menjadi dua kali lipat, yaitu sekitar 425-450 juta orang.
Permasalahan yang muncul adalah tidak meratanya kepadatan penduduk
antar daerah di Indonesia. Secara ekonomis, permasalahan yang muncul dari
kondisi ini adalah rendahnya produktivitas daerah dengan kepadatan
penduduk yang rendah (Suryasaputra, 2011. h. 51-52).
Berbagai usaha yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengatasi
masalah pertumbuhan penduduk yang terlalu pesat.Upaya yang dilakukan
adalah untuk membuat Undang-Undang No. 10 tahun 1992 tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera. Program
ini merupakan salah satu program pemerintah yang mempunyai tujuan dalam
meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan
usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera
(Dyah dan Sujiatini, 2009. h. 28).
Alat-alat kontrasepsi merupakan alat untuk usaha pencegahan dari
bertemunya sel sperma dan sel telur agar tidak mengalami suatu
pembuahan.Untuk keperluan itu, biasanya kontrasepsi ini dilakukan dengan
beberapa alat dan juga cara. Misalnya IUD, implant, pil, suntik dan kondom
(http://alatkontrasepsi.org/).
Suntik KB merupakan metode KB yang menjadi bagian gerakan
keluarga berencana nasional serta peminatnya makin bertambah.Tingginya
minat pemakaian suntik KB karena aman, sederhana, efektif, tidak

menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pasca persalinan (Manuaba, h.


444).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun
2012, jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah sebanyak 33.270.207 orang,
yang terdiri atas 16.495.705 laki-laki dan 16.774.502 perempuan. Cakupan
peserta KB aktif Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 80,2%. Cakupan
tertinggi di Kabupaten Semarang (85,8%) dan terendah di Kabupaten Cilacap
(73,4%). Untuk yang menggunakan KB Suntik 54,0%, IUD sebanyak 9,2%,
Implant 12,5%, Pil 16,66%, kondom 5,1%, MOP 0,2% dan MOW 2,4%
(Dinkes, 2012).
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Pekalongan pada tahun
2011 jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 44.693 jiwa, pada tahun
2012 jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) 46.008 jiwa. Cakupan KB aktif
pada tahun 2011 sebanyak 33.176 jiwa (74,23%), pada tahun 2012
cakupannya 36.753 (79,88%) mengalami kenaikan sebesar 5,65%, target
MDGs 80% dan cakupan KB aktif 10,06%. Untuk yang menggunakan KB
suntik pada tahun 2011sebanyak 6.561jiwa, dan pada tahun 2012 sebanyak
24.166 jiwa, mengalami peningkatan sebesar 17.605 jiwa (Dinkes, 20112012).
Hasil Survey Mawas Diri (SMD) yang dilakukan di Kelurahan
Sokorejo Kota Pekalongan Timur di dapatkanjumlah penduduk3.243jiwa,
dengan jumlah Kepala Keluarga 853 jiwa, dan Pasangan Usia Subur (PUS)
sebanyak 454jiwa dan yang menjadi akseptor KB ada 315 jiwa.
Di RW 02 didapatkan jumlah penduduk sebanyak 714 jiwa dengan
jumlah Kepala Keluarga 182 jiwa. RW 02 RT 01 dengan jumlah penduduk
130 jiwa (18,20%), RT 02 dengan jumlah penduduk 164 jiwa (22,97%), RT
03 dengan jumlah penduduk 116 jiwa (16,24 %), RT 04 dengan jumlah
penduduk 199 jiwa (27,887%), RT 05 dengan jumlah penduduk 105 jiwa
(14,70%). Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 109 jiwa, dan yang
2

menjadi akseptor KB sebanyak 89 jiwa. Untuk yang menggunakan KB


kondom sebanyak 2 orang, suntik 61 orang, Implant 4 orang, PIL 11 orang,
IUD 8 orang dan Kontap 3 orang. Dengan presentase terbanyak yaitu PUS
yang menggunakan KB suntik 3 bulan sejumlah 61 akseptor. Dari 61
akseptor KB suntik 3 bulan terdapat 12 akseptor KB suntik yang mengalami
keluhan seperti pusing sebanyak 5 orang (4,59%) dan gangguan haid
sebanyak 7 orang (6,42%).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengambil
kasus dengan judul Asuhan Kebidanan Pada Ny. Y Umur 31 Tahun P1A0
Dengan Akseptor KB suntik 3 Bulan di Kelurahan Sokorejo Rw 02 Rt 05
Pekalongan Timur, sehingga penulis dapat memecahkan masalah mengenai
akseptor KB suntik 3 bulan yang mengalami spotting di Kelurahan Sokorejo
Kota Pekalongan Timur.

B. Tujuan
1.

Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan anak pada masalah
spotting dan melakukan pemecahan masalah sesuai dengan kewenangan
dan kompetensi bidan di komunitas.

2.

Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah KIA khususnya pada akseptor KB suntik
di Kelurahan Sokorejo.
b. Menentukan

c. Memberikan asuhan kebidanan terhadap anggota keluarga yang


mengalami masalah kesehatan khususnya masalah spotting.

C. Manfaat
1.

Bagi Insitusi Pendidikan


a.

Menambah reverensi dalam pelaksanaan PBL-PKMD

b.

Dapat digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan antara teori


yang diberikan dengan pelaksanaan praktek.

2.

Petugas Kesehatan
Sebagai bahan tambahan data dan informasi agar sejak dini masyarakat
diberikan penyuluhan tentang spotting.

3.

Bagi Masyarakat
Dapat menambah pengetahuan masyarakat terutama di bidang kesehatan
Ibu dan Anak termasuk tentang spotting.

4.

Bagi Mahasiswa
Mahasiswi dapat belajar menerapkan teori yang telah diperoleh selama
perkuliahan dalam memberikan asuhan kebidanan yang nyata pada ibu
dan anak di komunitas khususnya pada kasus spotting.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Kebidanan Keluarga


1.

Pengertian Keluarga
Pengertian keluarga menurut Ali (2009. h. 2) :
a.

Friedman
Keluarga adalah unit utama dari masyarakat dan merupakan
lembaga

yang

memengaruhi

kehidupan

masyarat.

Dalam

masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga

sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga / unit layanan


perlu diperhitungkan.
b.

Duval
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adaptasi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatakanperkembangan
fisik, mental, dan emosional serta sosial individu yang ada
didalamnya, dilihat dari interaksi yang regular dan ditandai dengan
adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum.

c.

Bailon dan Maglaya


Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga,
yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan
serta mempertahankan suatu budaya.

d.

Abu Ahmadi
Keluarga adalah unit satuan terkecil yang sekaligus merupakan suatu
kelompok kecil dalam masyarakat (Ahmadi, 2003. h. 87).

e.

Soerjono
Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih
miliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan sebagai
sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih
mempunyai

hubungan

kekerabatan/hubungan

darah

karena

perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya. Keluarga yang


terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah disebut
keluarga batih. Sebagai unit pergaulan terkecil yang hidup dalam
masyarakat, keluarga batih mempunyai peranan-peranan tertentu,
yaitu (Soerjono, 2004. h. 23).
5

2.

Tipe-tipe Keluarga
Delapan tipe keluarga menurut Friedman dalam buku karya Zaidin Ali
(2009. h. 6) :
a.

Nuclear Family (keluarga inti)


Yaitu terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi
tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak
keluarga lainnya.

b.

Extended Family (keluarga besar)


Yaitu suatu keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti
yang tinggal dalam satu rumah dan saling menunjang satu sama
lainnya.

c.

Single Parent Family


Yaitu suatu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan
hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung padanya.

d.

Nuclear Dyatd
Yaitu keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak,
tinggal dalam satu rumah yang sama.

e.

Recontituened atau Blended Family


Yaitu suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang
masing-masing membawa anak hasil perkawinan terdahulu.

f.

Tree Generation Family


yaitu keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek, nenek,
bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.

g.

Single Adult Living Alone


Yaitu bentuk keluarga yang hanya terdiri dari seorang dewasa yang
hidup dalam rumahnya.

h.

Midle Age Atau Ederly Coople


6

Yaitu keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri paruh baya.

3.

Ciri-ciri Keluarga
Menurut Maclver dan Charles Morton Page dalam buku karya Zaidin Ali
(2009. h. 5) ciri-ciri keluarga yaitu :
a.

Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

b.

Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan


hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.

c.

Keluarga mempunyai satu sistem tata nama (nomen clatur),


termasuk perhitungan garis keturunan.

d.

Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggotaanggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai
keturunan dan membesarkan anak.

e.

Keluarga mempunyai tempat tinggal bersama, rumah, atau rumah


tangga.

4.

Tugas Keluarga
Menurut Karyawati (2011, h. 8) tugas keluarga ada 8 tugas pokok, yaitu
sebagai berikut :
a.

Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

b.

Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

c.

Pembagian

tugas

masing-masing

anggotanya

sesuai

dengan

kedudukannya masing-masing.
d.

Sosialisasi antar anggota keluarga.

e.

Pengaturan jumlah anggota keluarga.

f.

Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

g.

Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih


luas.

h.

Membangkitkan

dorongan

dan

semangat

para

anggotanya

(Karyawati dkk, 2011. h. 8).

5.

Peran keluarga
Peran adalah seperangkat perilaku interpersonal, sifat, dan kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan satu anter tentu.Setiap
anggota keluarga mempunyai peran masing-masing (Ali, 2009. h. 10).
Menurut Ali, peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai
berikut :
a.

Ayah sebagai pemimpin keluarga, pencari nafkah, pendidik,


pelindung / pengayom, dan pemberi rasa aman kepada anggota
keluarga. Selain itu, sebagai anggota masyarakat / kelompok sosial
tertentu.

b.

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik anak-anak,


pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan
keluarga. Selain itu, sebagai aggota masyarakat.

c.

Anak

berperan

sebagai

pelaku

psikososial

sesuai

dengan

perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual (Ali 2010. h.11).

6.

Hubungan dalam keluarga


Hubungan keluarga merupakan suatu ikatan dalam keluarga yang
terbentuk melalui masyarakat. Ada tiga jenis hubungan keluarga yang
dikemukakan ol eh Robert R. Bel l (Ihromi, 2004. h. 91), yaitu :
a.

Kerabat dekat (conventional kin) yaitu terdiri dari individu yang


terikat dalam keluarga melalui hubungan darah, adopsi dan atau
perkawinan, seperti suami istri, orang tua-anak, dan antar-saudara
(siblings).

b.

Kerabat jauh (discretionary kin) yaitu terdiri dari individu yang


terikat dalam keluarga melalui hubungan darah, adopsi dan atau
perkawinan, tetapi ikatan keluarganya lebih lemah daripada keluarga
dekat. Anggota kerabat jauh kadang-kadang tidak menyadari adanya
hubungan keluarga tersebut. Hubungan yang terjadi di antara mereka
biasanya karena kepentingan pribadi dan bukan karena adanya
kewajiban sebagai anggota keluarga. Biasanya mereka terdiri atas
paman dan bibi, keponakan dan sepupu.

c.

Orang yang dianggap kerabat (fictive kin) yaitu seseorang dianggap


anggota kerabat karena ada hubungan yang khusus, misalnya
hubungan antar teman akrab.

Erat-tidaknya hubungan dengan anggota kerabat tergantung dari jenis


kerabatnya dan lebih lanjut dikatakan Adams, bahwa hubungan dengan
anggota kerabat juga dapat dibedakan menurut kelas sosial (Ihromi,
2004. h. 99).

7.

Fungsi keluarga
a.

Fungsi biologis
1) Meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak

3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga


4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b.

Fungsi pemeliharaan
Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya dapat
terlindung dari gangguan-gangguan sebagai berikut :
1) Gangguan udara dengan berusaha menyediakan rumah.
2) Gangguan penyakit dengan berusaha menyediakan obat-obatan.

3) Gangguan bahaya dengan berusaha menyediakan senjata pagar


tembok, dll.
c.

Fungsi ekonomi
Keluarga berusaha menyelenggarakan kebutuhan manusia yang
pokok, yaitu :
1) Kebutuhan makan dan minum.
2) Kebutuhan pakaian untuk menutupi tubuhnya.
3) Kebutuhan tempat tinggal.

d.

Fungsi keagamaan
Memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain
dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk
menanamkan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini
dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.

e.

Fungsi sosial
1) Membina sosialisasi pada anak
2) Membentuk normanorma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
3) Meneruskan nilainilai budaya keluarga (Abu,2003. h. 88-91).

B. Manajemen Kebidanan Komunitas


1.

Konsep Dasar Kebidanan Komunitas


Konsep adalah gambaran tentang objek dari suatu kejadian atau
objek yang digunakan oleh peneliti untuk menggambarkan fenomena
sosial yang menarik perhatiannya (Estiwidani, dkk. 2008. h. 103).

10

Konsep adalah penopang sebuah teori yang menjelaskan tentang


suatu teori yang dapat diuji melalui observasi atau penelitian (Asri, 2009.
h. 80).
Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian
tertentu (Ambarwati, 2011. h. 1 ).
Bidan menurut Ikatan Bidan Komunitas yakni seorang perempuan
yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi
profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kualifikasi
untuk regrister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk
menjalankan praktik kebidanan (Pujiastuti, 2011. h. 1).
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program
pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi
dan diberi izin untuk menjalankan praktik kebidanan di negeri itu (Asri,
2009. h. 13).
Bidan adalah seseorang yang dikenal sebagai profesional yang
bertanggung jawab, yang bekerja sebagai mitra perempuan dalam
memberikan dukungan yang diperlukan, asuhan dan sarana kehamilan,
periode persalinan, dan post partum , melakukan pertolongan persalinan
dibawah tanggung jawabnya sendiri, serta memberikan perawatan pada
bayi baru lahir dan bayi. Asuhan ini termasuk tindakan pencegahan,
promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anaknya,
akses untuk perawatan medis atau pertolongan persalinan semestinya,
serta pemberian tindakan kedaruratan (Soepardan, 2007. h. 2).
Menurut kesepakatan antara International Confederation of
Midwife, International Federation of Gynocologist and Obstetrics dan
Word Health Organization pada tahun 2013, definisi bidan (midwife)
adalahseseorang yang telah mengikuti pendidikan kebidanan yang diakui
pemerintah setempat, telah menyelesaikan pendidikan tersebut, dan lulus

11

serta terdaftar atau mendapat izin melakukan praktik kebidanan (Runjati,


2010. h.1).
Menurut Kepmenkes No. 900/MENKES/SK/VII/2002 Bidan
adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan
kebidanan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku
(Estiwidani, dkk. 2008. h. 7).
Menurut IBI Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti
dan menyelesaikan pendidikan yang telah diakui pemerintah dan lulus
ujian sesuai persyaratan yang berlaku, dicatat (regristrasi), diberi izin
secara sah untuk menjalankan praktik (Estiwidani, dkk. 2008. h. 7).
Komunitas berasal dari bahasa latin yaitu communitas yang
berarti kesamaan, juga communis yang berarti lama sama, publik,
ataupun banyak. Istilah community dapat diterjemahkan sebagai
masyarakat setempat, istilah yang menunjukkan pada warga sebuah
desa, kota, suku atau bangsa (Karyawati dkk, 2011. h.3).
Komunitas adalah kelompok orang yang berada di suatu lokasi
atau daerah atau area tertentu. Bidan komunitas (community Midwifery)
adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat di wilayah
tertentu. Kebidanan komunitas adalah konsep dasar Bidan dalam
melayani keluarga dan masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas
adalah upaya yang dilakukan Bidan untuk pemecahan terhadap masalah
kesehatan Ibu dan Anak balita dalam keluarga dan masyarakat
(Ambarwati, 2009. h.2).
Kebidanan komunitas adalah bagian dari kebidanan yang berupa
serangkaian ilmu dan ketrampilan untuk memberikan pelayanan
kebidanan pada ibu dan anak yang berada dalam masyarakat diwilayah
tertentu (Syahlan, 1996).
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional
yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok
12

resiko tinggi, dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal


melalui

pencegahan

penyakit,

peningkatan

kesehatan,

menjamin

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan


klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pelayanan kebidanan (Karwati dkk, 2011. h. 9).

2.

Unsur-unsur Kebidanan Komunitas


Menurut Ambarwati (2011, h. 3-5.) unsur-unsur kebidanan komunitas
ada 3, yaitu :
a.

Bidan
Sekarang belum ada pendidikan khusus untuk menghasilkan tenaga
bidan yang bekerja di komunitas, yang ada hanya untuk
menghasilkan bidan yang mampu bekerja di desa.Kegiatan yang
dilakukan bidan di komunitas meliputi :
1) Bimbingan terhadap kelompok remaja, masa perkawinan.
2) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, nifas, masa interval (antara
dua persalinan) dalam keluarga.
3) Pertolongan persalinan dirumah.
4) Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan dengan
resiko tinggi di keluarga.
5) Pengobatan keluarga sesuai dengan kewenangan.
6) Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan
reproduksi.
7) Pemeliharaan kesehatan anak balita.

b.

Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi
tanggung jawab praktik praktik profesi bidan dalam sistem
pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu

13

dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan


masyarakat (Estiwiani, dkk. 2008. h. 7).
Pelayanan Kebidanan adalah bagian integral dari system
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah
teregistrasi, yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaburasi atau
rujukan (Depkes RI, 2008).
Pelayanan kebidanan komunitas adalah seluruh tugas yang
menjadi tanggung jawab praktik profesi bidan dalam sistem
pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu
dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan
masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas juga dapat berarti
interaksi bidan dan pasien dalam suatu kegiatan atau aktivitas yang
dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan klien / pasien dari
gangguan kesehatan (Runjati, 2010. h. 5).
Menurut
mencakup

Ambarwati

upaya

pelayanan

pencegahan

kebidanan

penyakit,

komunitas

pemeliharaan

dan

peningkatan kesehatan, penyembuhan serta pemulihan kesehatan.


Kegiatan pelayanan komunitas bisa dilakukan di puskesmas,
polindes, posyandu, bidan praktek swasta atau dirumah pasien.
Kegiatan pelayanan komunitas meliputi :

c.

a.

Penyuluhan dan nasehat tentang kesehatan

b.

Pemeliharaan kesehatan ibu dan balita

c.

Perbaikan gizi keluarga

d.

Imunisasi ibu dan anak

e.

Pertolongan persalinan dirumah

f.

Pelayanan KB (Ambarwati, 2009. h. 4).

Sasaran Pelayanan Kebidanan Komunitas

14

Dalam

komunitas

terdapat

kumpulan

individu

yang

membentuk keluarga atau kelompok masyarakat.Sasaran utama


adalah ibu dan anak dalam keluarga.
d.

Lingkungan
Lingkungan mencakup lingkungan fisik, sosial, flora dan
fauna.Lingkungan fisik yang kurang sehat menimbulkan penyakit
pada masyarakat.Lingkungan social berkaitan dengan adat atau
budaya dalam memberikan pelayanan diupayakan tidak bertentangan
dengan kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan dan agama di
masyarakat.Flora

fauna

berhubungan

dengan

penghijauan,

pemanfaatan pekarangan dengan tanaman yang bergizi.


e.

Ilmu Pengetahuan Serta Teknologi (IPTEK)


Pelayanan kebidanan komunitas menggunakan ilmu dan
tehnologi yang sesuai dengan tuntutan masyarakat.Bidan dituntut
untuk selalu mengembangkan kemampuannya agar tidak ketinggalan
terhadap kemajuan ilmu dan tehnologi dibidang kesehatan.

3.

Peran Bidan Dalam Pelayanan Kesehatan Di Masyarakat


Menurut Ambarwati (2011. h. 3-6) peran adalah tingkah laku
yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan
kedudukannya dalam suatu system. Adapun peran bidan dalam pelayanan
kesehatan di masyarakat meliputi :
a.

Pemberian asuhan langsung


Asuhan langsung diberikan kepada individu, keluarga, kelompok
maupun masyarakat, meliputi pengkajian kebutuhan kesehatan,
merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil kegiatan dalam
rangka pemenuhan kesehatan.

b.

Penyuluhan kesehatan

15

Dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.Oleh karena itu bidan harus


mampu memberikan penyuluhan pada kunjungan antenatal trimester
pertama, kedua, ketiga.
c.

Penemuan kasus
Deteksi dini yang berkaitan dengan masalah kesehatan ibu hamil,
bersalin, nifas, bayi dan anak balita.

d.

Pelaksana rujukan
Masalah kesehatan ibu dan anak (KIA) yang tidak dapat diatasi oleh
bidan karena keterbatasan kewenangan, perlu dirujuk.Bidan di
masyarakat bertanggung jawab untuk mengetahui hasil dari setiap
kasus yang dirujuk dan melaksanakan tindak lanjut di rumah.

e.

Penghubung (Komunikator)
Bidan merupakan mata rantai antara sasaran keluarga, kelompok dan
masyarakat

dengan

pelayanan

kesehatan

yang

diperlukan,

menggalang komunikasi untuk memperoleh informasi yang akurat.


f.

Konselor
Konseling dalam memecahkan masalah kesehatan keluarga yang
berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak (KIA). Kegiatan konseling
harus membawa kepada proses pemecahan masalah kesehatan klien
secara mandiri.

g.

Anggota tim
Masalah kesehatan ibu dan anak (KIA) di masyarakat memerlukan
pemecahan masalah baik secara lintas program maupun lintas sector.
Bidan sebagai anggota tim perlu mengkoordinasikan kegiatannya
kepada anggota tim yang lain sehingga dapat dicapai keterpaduan
program.

h.

Supervise (Pembimbing)

16

Bimbingan kepada dukun bayi, kader yang terlibat dalam pelayanan


kesehatan ibu dan anak (KIA) berupa mengenal tanda bahaya pra
kehamilan persalinan dan nifas serta rujukan.
i.

Panutan (Rol model)


Pembaharuan dalam merubah tingkahlaku masyarakat dalam
perilaku hidup sehat sehingga mampu mandiri dalam menjaga dan
meningkatkan kesehatannya.

C. Teori Medis
1.

Konsep Dasar Keluarga Berencana


a.

Pengertian Keluarga Berencana


Menurut WHO dalam buku karya Hartanto keluarga
berencana adalah program yang bertujuan membantu pasangan
suami istri untuk, (1) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
(2) Mendapatkan kelahiran yang diinginkan, (3) Mengatur interval
diantara kehamilan, (4) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan umur suami dan istri, (5) Menentukan jumlah anak
dalam keluarga (Hartanto, 2004. h. 27).
Keluarga berencana adalah sebagai proses penetapan jumlah
dan jarak anak yang diinginkan dalam keluarga seseorang dan
pemilihan cara yang tepat untuk mencapai keinginan tersebut (Setya
arum dan Sujiyatini, 2009. h. 29).
Menurut WHO keluarga berencana merupakan tindakan yang
membantu suami istri untuk :
1) Mendapatkan objek-objek tertentu
2) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
3) Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan

4) Mengatur interval kelahiran


17

5) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan suami istri


6) Menentukan jumlah anak dalam jumlah keluarga (Hartanto,
2004. h. 27).
b.

Tujuan Keluarga Berencana


Tujuan keluarga berencana menurut Depkes RI adalah
meningkatkan kesejahteran ibu dan anak serta mewujudkan norma
keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang menjadi dasar bagi
terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian
pertumbuhan penduduk Indonesia. Sedangkan dalam era otonomi
daerah saat ini pelaksanaan program keluarga berencana nasional
bertujuan untuk mewujudkan keluarga berkualitas memiliki visi,
sejahtera, maju, bertanggung jawab, bertakwa dan mempunyai anak
ideal, dengan demikian diharapkan :
1) Terkendalinya tingkat kelahiran
2) Meningkatnya jumlah peserta KB atas dasar kesadaran, sukarela
dengan dasar pertimbangan moral dan agama.
3) Berkembangnya usaha-usaha yang membantu peningkatan
kesejahteraan ibu dan anak, serta kematian ibu pada masa
kehamilan dan persalinan (Depkes RI, 2002).

c.

Sasaran dan Target Program Keluarga Berencana


Menurut Hartanto (2004. h. 25) sasaran dan target yang ingin
dicapai dengan program Keluarga Berencana adalah bagaimana
supaya segera tercapai dan melembaganya Norma Keluarga Kecil
yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) pada masyarakat Indonesia.
Sasaran yang harus dicapai untuk target tersebut adalah :
1) Pasanga Usia Subur (PUS) yaitu pasangan suami istri yang
hidup bersama dimana istrinya berusia 15-49 tahun, yang harus
dimotivasi terus menerus sehingga menjadi peserta Keluarga
Berencana Lestari.
18

2) Non PUS, yaitu anak sekolah, orang yang belum kawin,


pemuda-pemudi, pasangan diatas 45 tahun, tokoh masyarakat.
3) Institusional yaitu berbagai organisasi, lembaga masyarakat,
pemerintah dan swasta.
d.

Pelayanan Keluarga Berencana


Pelayanan kontrasepsi saat ini dirasakan masyarakat,
khususnya pasangan suami istri, sebagai salah satu kebutuhannya.
Pelayanan kontrasepsi yang semula menjadi program pemerintah
dengan orientasi pemenuhan target melalui subsidi penuh dari
pemerintah, berangsur-angsur bergeser menjadi suatu gerakan
masyarakat yang sadar akan kebutuhannya hingga bersedia
membayar untuk memenuhinya (Depkes RI, 2002).
Peran pelayanan Keluarga Berencana diarahkan untuk
menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan
yang diinginkan dan berlangsung pada keadaan dan saat yang tepat,
akan lebih menjamin keselamatan ibu dan bayi yang dikandungnya.
Pelayanan KB bertujuan menunda, menjarangkan, atau membatasi
kehamilan bila jumlah anak sudah cukup. Dengan demikian
pelayanan KB sangat berguna dalam mengatur kehamilan dan
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak tepat waktu
(Hartanto, 2004. h. 27).
Menurut Depkes RI (2002) ada 5 hal yang penting dalam
pelayanan KB yang perlu diperhatikan :
1) Prioritas pelayanan KB diberikan terutama kepada pasangan
usia subur yang istrinya mempunyai keadaan 4 terlalu, yaitu
terlalu muda (usia kurang dari 20 tahun), terlalu banyak anak
(lebih dari 3 orang), terlalu dekat jarak kehamilan (kurang dari 2
tahun), dan terlalu tua (lebih dari 35 tahun).

19

2) Menekankan bahwa jumlah KB merupakan tanggung jawab


bersama antara suami istri. Suami juga perlu berpartisipasi aktif
dalam ber KB dengan menggunakan alat/metoda kontrasepsi
untuk pria.
3) Memberi informasi lengkap dan adil tentang keuntungan dan
kelemahan masing-masig metoda kontrasepsi. Setiap klien
berhak untuk mendapatkan infomasi mengenai hal ini, sehingga
dapat mempertimbangkan metoda yang cocok bagi dirinya.
4) Memberi nasehat tentang metoda yang paling cocok sesuai
dengan hasil pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan
kepada klien, untuk memudahkan klien untuk menentukan
pilihan.
5) Member informasi tentang kontraindikasi pemakaian berbagai
metoda

kontrasepsi.

Pelaksanaan

pelayanan

KB

perlu

melakukan skrining atau penyaringan melalui pemeriksaan fisik


terhadap klien untuk memastikan bahwa tidak terdapat
kontraindikasi bagi pemakaian metoda kontrasepsi yang akan
dipilih. Khusus untuk tindakan operatif diperlukan surat
pernyataan setuju (informed consent) dari klien.
e.

Akseptor KB
Akseptor KB adalah pasangan usia subur yang mana salah
seorang menggunakan salah satu alat kontrasepsi untuk pencegahan
kehamilan, baik melalui program maupun non program (Hartanto,
2004. h. 37).

f.

Kontrasepsi

20

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya


kehamilan yang dapat bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi
merupakan salah satu variable yang mempengaruhi fertilitas
(Wiknojosastro, 2007. h . 905).
Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan (Sarwono, 2002. h. 532).

2.

Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik Progestin


a.

Pengertian KB Suntik
Suntikan KB adalah suatu cairan berisi zat untuk mencegah
kehamilan selama

jangka waktu tertentu (antara1-3

bulan)

(Manuaba, 2010. h. 601).


Kontrasepsi suntik adalah cara untuk mencegah kehamilan
dengan melalui suntikan hormonal (Wikjosastro, 2007. h. 921).
b.

Jenis Kontrasepsi Suntikan Progestin


Menurut Hartanto, Jenis kontrasepsi Suntikan Progestin ada
2, yaitu :
1) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera), mengandung
150 mg DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntik intramuskular (di daerah bokong).
2) Depo

Noretisteron

Enantat

(Depo

Noristerat),

yang

mengandung 200 mg Noretdron Enantat yang diberikan setiap 2


bulan dengan cara disuntik intramuskular (Hartanto, 2009. h.
163).
c.

Cara Kerja Kontrasepsi Suntikan Progestin


Menurut Manuaba (2010, h. 601) adalah :
1) Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi
pelepasan ovum.

21

2) Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit ditembus oleh


sperma
3) Mengganggu peristaltic tuba fallopi sehingga konsepsi dihambat
4) Mengubah suasana endometrium, sehingga tidak sempurna
untuk implantasi hasil konsepsi.
d.

Indikasi menurut Saifuddin adalah :


1) Usia reproduksi
2) Nulipara dan yang telah memiliki anak
3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki
efektifitas tinggi
4) setelah melahirkan dan tidak menyusui
5) setelah abortus atau keguguran
6) tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen
7) sering lupa memakai pil
8) mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi (Saifuddin, 2006. h. MK-43).

e.

Kontra indikasi menurut Handayani, yaitu :


1) Hamil atau dicurigai hamil
2) Sedang mengalami perdarahan vaginal tanpa diketahui sebabnya
3) Riwayat kanker payudara (Handayani, 2010 . h. 113).

f.

Cara pemberian
Disuntikkan secara IM pada otot bokong (musculus gluteus)
agak dalam sebelum diberikan botol obat harus dikocok agak lama
sampai seluruh obat terlihat benar-benar larut dan tercampur baik
(Mochtar, 2007. h. 483).

g.

Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntikan progestin


Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntikan progestin
menurut Saifuddin yaitu :
1) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil
22

2) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid


3) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap
saat, asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah
suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual
4) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin
mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah
menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar
dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat segera
diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya
datang.
5) Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan
ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain
lagi, kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat
jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
6) Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur.
Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu
tersebut tidak hamil dan selama 7 hari setelah suntikan tidak
boleh melakukan hubungan seksual (Saifuddin, 2006. h. 145).
Menurut Hartanto,

waktu untuk

mulai

menggunakan

kontraspsi suntikan selama 5-7 hari pertama dari siklus haid. Apabila
DMPA disuntikkan setelah 7 hari pertama dan siklus haid tidak
selalu mencegah ovulasi dalam siklus tersebut (Hartanto, 2003. h.
168).
h.

Efektivitas
Menurut Sujiyatini (2009. h. 124) kontrasepsi ini memiliki
efektifitas tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 per tahun, asal
penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah
ditentukan.

23

i.

Keuntungan Kontrasepsi Suntikan Progestin


Menurut Saifuddin bahwa keuntungan darisuntikan progestin
diantaranya :
1) Sangat efektif
2) Pencegahan kehamilan jangka panjang
3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-isteri
4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap
5) penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.
6) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
7) Sedikit efek samping
8) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
perimenopause
9) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik
10) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
11) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
12) Menurunkan krisis anemia bulan sabit/sickle cell (Saifuddin,
2006. h. MK-42).

j.

Kerugian
Menurut Saifuddin kerugian suntik progestin diantaranya :
1) Sering ditemukan gangguan haid, seperti :
a)

Siklus haid yang memendek atau memanjang

b) Perdarahan yang banyak atau sedikit


c)

Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)

d) Tidak haid sama sekali


2) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan
kesehatan (harus kembali untuk suntikan).

24

3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan


berikut.
4) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi
menular seksual, hepatitis B virus atau infeksi virus HIV
6) Terlambatnya

kembali

kesuburan

setelah

penghentian

pemakaian.
7) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya
kerusakan/kelainan pada organ genetalia, melainkan karena
belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat
suntikan).
8) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka
panjang
9) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan
kepadatan tulang (densitas).
10) Pada

penggunaan

jangka

panjang

dapat

menimbulkan

kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi


(jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat (Saifuddin, 2006. h.
MK-42).
k.

Efek samping
1) Gangguan haid seperti amenorrhea, menoragia, dan spotting
(Wiknojosastro, 2007. h. 923).
2) Nyeri tekan pada payudara, rasa penuh pada abdomen,
perubahan mood, dan depresi (Varney, 2006. h. 483).
3) Berat badan yang bertambah, sakit kepala, pasa system
kardiovaskuler efeknya sangat sedikit, mungkin ada sedikit
peninggian dari kadar insulin dan penurunan HDL-Kolesterol
(Hartanto, 2004. h. 169).

25

l.

Penanganan efek samping


Menurut Saifuddin penanganan efek samping suntik progestin yaitu :
1) Amenorrhea
a)

Yakinkan ibu bahwa hal tersebut adalah biasa, bukan


merupakan efek sampnig yang serius.

b) Evaluasi untuk mengetahui apakah ada kehamilan, terutama


jika amenor setelah masa haid yang teratur (Handayani,
2010. h. 114)
c)

Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan


perdarahan karena tidak akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan
kemudian, bila tidak terjadi perdarahan juga, rujuk
(Saifuddin, 2006. h. MK-47).

2) Perdarahan
Menurut Saifuddin yaitu :
a)

Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai,


tetapi hal ini bukanlah masalah serius dan biasanya tidak
memerlukan pengobatan. Bila klien tidak dapat menerima
perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan, maka
dapat disarankan 2 pilihan pengobatan.

b) 1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 g etinilestradiol),


ibuprofen (sampai 800 mg, 3x/hari untuk 5 hari), atau obat
sejenis lain. Jelaskan bahwa selesai pemberian pil
kontrasepsi kombinasi dapat terjadi perdarahan. Bila terjadi
perdarahan banyak selama pemberian suntikan ditangani
dengan pemberian 2 tablet pil kontrasepsi kombinasi/hari
selama 3-7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi
hormonal (Saifuddin, 2006. h. MK-47).

26

Menurut Hanafi yaitu :


Spotting yang berkepanjangan ( > 8 hari ) atau perdarahan sedang :
1) Yakinkan dan pastikan
2) Periksa apakah ada masalah ginekologis (mis.servisitis)
3) Pengobatan jangka pendek :
a)

Kontrasepsi oral kombinasi (30-50 g EE) selama 1 siklus


1, atau

b) Ibuprofen (hingga 800 mg 3 kali sehari x 5 hari)

Perdarahan yang dua kali sebanyak atau dua kali lama pendarahan
normal :
1) Tinjau

riwayat

perdarahan

secara

cermat

dan

periksa

hemoglobin (jika ada)


2) Periksa apakah ada masalah ginekologis
3) Pengobatan jangka ependek :
a)

Kontrasepsi oral kombinasi (30-50 g EE) selama siklus 1,


atau

b) Ibuprofen (hingga 800 mg 3 kali sehari x 5 hari) (Hanafi,


2004. h. 170).

27

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DALAM KONTEKS


KELUARGA di RT 05 RW 02
KELURAHAN SOKOREJO, KOTA PEKALONGAN

DATA DAN IDENTIFIKASI


A. Data dan Sifat Keluarga
1.

Struktur Keluarga
a. Nama Kepala keluarga

: Tn. A

b. Umur

: 36 tahun

c. Jenis Kelamin

: Laki-laki

d. Agama

: Islam

e. Pendidikan

: Tamat SD

f. Pekerjaan

: Buruh

g. Pendapatan

: Rp. 600.000,- / bulan

h. Alamat

: Rt 5/Rw 02Kelurahan Sokorejo


Kota PekalonganTimur.

i. Suku/bangsa

: Jawa / Indonesia

j. Daftar anggota keluarga :

No

Nama

Hub
Klg

Imunisasi
L/P

Umur

Pend

Agm

Pkrj

Polio

Hep/

DPT

Campak

HiB

1.

Ny. Y

Istri

31 Th

SMP

Islam

2.

An. A

Anak

3 Th

Paud

Islam

Ny. N

Mertua

70 Th

Tidak

Islam

IRT

3.

IRT

BCG

sekolah

4.

Ny. N

Bibi

33 Th

SMP

Islam

Buruh

5.

Tn. A

Paman

23 Th

SMP

Islam

Buruh

28

k. Tipe keluarga

Dalam keluarga Tn. A merupakan tipe keluarga Extended Family


(Keluarga Besar)yang terdiri dari keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah missal : nenek, bibi,
paman.
l. Genogram

:
Ny.
N

Ny.
Y

Ny.
N

Tn. A

Tn. A

An. A

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Garis perkawinan
: Garis keturunan

m. Hubungan antar anggota keluarga


Hubungan anggota keluarga Tn. A dengan anggota keluarga lainnya
terlihat harmonis juga terdapat keakraban diantara mereka.Hubungan
keluarga Tn.A dengan tetangga juga baik, terbukti dengan seringnya
mengobrol atau berinteraksi dengan tetangga pada sore hari atau
ketika ada waktu senggang.
29

2.

Sifat Keluarga
a.

Dalam pengambilan keputusan yang berpengaruh adalah Tn. A.

b.

Kebiasaan hidup sehari-hari :


Kebiasaan keluarga ini makan 3x, porsi satu piring penuh dengan
nasi, lauk, sayur. Minum rata-rata anggota keluarga yaitu 8-10 gelas
perhari berupa air putih, teh. Cara pengolahan makan diawali dengan
mencuci terlebih dahulu sayuran yang akan dimasak, kemudian
dipotong-potong. Tempat makan yaitu dengan memakai tikar. Tidak
ada makanan pantangan.

c.

Kebiasaan istirahat dan tidur keluarga


Keluarga Tn.A mempunyai kebiasaan tidur malam 8 Jam (21.00
sampai dengan jam 05.00 WIB) dan terkadang Ny. N dan An. A
tidur siang 2 Jam (13.00 sampai jam 15.00 WIB).

d.

Sarana hiburan keluarga


Tn. A mengatakan bahwa dalam keluarganya memanfaatkan televisi
sebagai sarana hiburan keluarga.

e.

Pemanfaatan waktu senggang


Keluarga Tn.A menggunakan waktu senggang untuk menonton
televisi, istirahat, berkumpul dengan keluarga dan megobrol dengan
tetangga.

f.

Eliminasi
Keluarga Tn. A BAB 1x / hari di WC rumahnya, BAK 4x / hari dan
dan keluarga mengatakan tidak ada gangguan mengenai kebutuhan
eliminasi, baik buang air kecil maupun buang air besar.

g.

Kebiasaan keluarga yang merugikan adalah


Tn. A mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang
merokok,

tidak

mengkonsumsi

minum-minuman

beralkohol dan tidak memelihara binatang.

30

keras

atau

B. Faktor Keluarga, Sosial dan Budaya


1.

Penghasilan keluarga :
Penghasilan keluarga yang utama yaitu dari penghasilan Tn.A sebesar
Rp. 600.000 / bulan.Penghasilan tambahan dari Tn. A dan Ny. N yaitu
sebagai buruh. Penggunaan dana keluarga digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari, membayar biaya sekolah dan pengelolaan keuangan oleh Ny.
Y.

2.

Kegiatan sosial kemasyarakatan :


Tn. Amengatakan bahwa anggota keluarganya aktif mengikuti kegiatan
kemasyarakatan seperti arisan RT dan gotong royong.Hubungan anggota
keluarga dengan masyarakat selalu harmonis.

C. Faktor Rumah dan Lingkungan


1.

Bentuk Rumah
Status Rumah

: Numpang

Jenis Bangunan

: Permanen

Jendela

: Ada, luas jendela < 20% luas lantai dan


kadang-kadang dibuka

Cahaya

: Kurang, < 25 cm dari jarak baca

Kebersihan Rumah

: Tidak bersih, dikarenakan banyak debu.

Vektor di Sekitar Rumah

: Nyamuk dan tikus.

2. Perabotan Rumah
Perabotan

rumah

terlihat

berantakan

dan

berdebu.Alat

masak

menggunakan tungku dan perabotan dapur diletakkan di rak piring

3. Sampah
Pembuangan sampah dengan memanfaatkan jasa petugas kebersihan yang
memungut sampah.
31

4. Sumber Air
Keluarga Tn.A menggunakan sumber air dari sumur gali untuk memasak,
air minum dan mandi. Kualitas air keruh dan tidak berbau.

5. Penampungan Air Minum


Keluarga menampung air minum dari sumur menggunakan bak kecil yang
terbuka dan dikuras setiap hari.

6. Jamban Rumah
Keluarga membuang tinja di WC yang selalu terpelihara dan dibersihkan
setiap hari.Jarak tempat pembuangan tinja dengan sumber air adalah lebih
dari 10 meter.

7. Pembuangan Air Limbah


Keluarga mempunyai saluran pembuangan air limbah yang dialirkan ke
selokan dan kondisinya terbuka lancar.

8. Kandang Ternak
Keluarga tidak memiliki kandang ternak dirumahnya.

9. Halaman
Keluarga memiliki halaman rumah yang terletak di depan rumah dan
terlihat kotor karena sampah.

10. Kamar Mandi


Di dalam rumah terdapat kamar mandi, lantai kamar mandi Tn.A kedap air
dan terpisah dengan WC.

32

11. Denah Rumah

Keterangan

1
2

1.

Halaman Rumah

2.

Ruang Tamu

3.

Ruang TV

4.

Kamar Tidur

5.

Kamar Tidur

6.

Kamar Tidur

7.

Dapur

8.

Kamar Mandi

9.

WC

8
7
9

D. Riwayat Kesehatan Material Psikososial-spiritual


1.

Pemenuhan kebutuhan jiwa


Keluaraga Tn. A setiap harinya merasa nyaman tidak ada gangguan,
masing-masing anggota keluarga merasa senang

2.

Pemenuhan status sosial


Keluarga Tn. A menjalin hubungan yang baik dengan tetangga dan aktif
mengikuti kegiatan dalam masyarakat.

33

3.

Riwayat kesehatan material keluarga


Di dalam keluarga Tn.A tidak ada yang mengalami gangguan jiwa, tidak
ada yang pernah dirawat di RS jiwa.

4.

Gangguan maternal pada keluarga


Gangguan mental pada keluarga seperti merasa bersalah, gagal, kecewa,
dan tertekan tidak ada.

5.

Penampilan tingkah laku anggota keluarga yang menonjol


Tidak ada penampilan tingkah laku anggota keluarga Tn.Ayang
menonjol.

6.

Riwayat spiritual anggota keluarga


Keluarga Tn. A menjalankan sholat 5 waktu.

7.

Kesadaran Keluarga tentang HIV/AIDS


Tn. Amengatakan keluarganya tahu mengenai penyakit HIV/AIDS dan
sadar bahwa HIV/AIDS adalah penyakit menular seksual.

8.

Tentang petugas kesehatan


Tn. Amengatakan bahwa keluarganya mendapat informasi kesehatan dari
TV dan bila ada anggota keluarga yang sakit maka langsung berobat ke
sarana pelayanan kesehatan.

9.

Dana sehat / JPKM


Keluarga Tn. Atahu mengenai dana sehat / JPKM dan memilikikartu
sehat.

34

10. Keadaan kesehatan keluarga saat kunjungan


Dalam keluarga tidak ada yang sedang sakit.

E. Riwayat Kesehatan Keluarga


1.

Riwayat kesehatan anggota keluarga


Dari hasil anamnesa didapatkan bahwa Tn.Adan anggota keluarga tidak
pernah menderita penyakit yang berbahaya, penyakit menular, penyakit
keturunan dan tidak ada anggota keluarga yang pernah dirawat di rumah
sakit.

2.

Kebiasaan memeriksakan diri


Keluarga terbiasa memeriksakan diri ke Tenaga Kesehatan jika ada
anggota keluarga yang sakit.

3.

Kesehatan ibu dan anak


a.

Riwayat kehamilan anggota keluarga

No. Kehamilan

1.

Pertama

Umur

Jumlah

Kehamilan

Pemeriksaan

39

Keluhan

Mengatasi
Mual-muntah

Minggu

Cara

pada
kehamilan

Makan sedikit tapi

awal sering,

tidak

makan-makanan
yang berlemak dan
berbumbu
menyengat.

b.

Riwayat persalinan yang lalu

No Persalinan

Tempat

Keluhan

Persalinan
1.

Spontan

BPS

Proses

Keterangan

Persalinan
Tidak ada

Normal

BB 3200 gram
PB 49 cm

35

c.

Ibu hamil
Tidak ada ibu hamil dalam keluarga

d.

Ibu nifas
Tidak ada ibu nifas dalam keluarga.

e.

Ibu menyusui
Tidak ada ibu nifas dalam keluarga.

f.

Keluarga Berencana
Ny. Y menggunakan KB suntik 3 bulan sudah 2,5 tahun, dan sudah 5
bulan ini menggalami spotting.

g.

Pemeriksaan Neonatus/Bayi
Tidak ada neonates / bayi dalam keluarga.

h.

Persepsi dan tanggapan keluarga terhadap masalah


Ny. Y merasa cemas dengan keadaannya.

F. Perumusan Masalah
Dari data yang telah diuraikan, muncul masalah berupa :
1. Ibu akseptor KB suntik 3 bulan, dengan keluhan spotting.
2. Kurangnya pencahayaan dan udara yang masuk kedalam rumah.
3. Perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang.

G. Prioritas Masalah
Prioritas masalah adalah masalah yang ditemukan diberikan
penilaian sesuai metode yang digunakan untuk dipilih masalah utama yang
harus segera diselesaikan.Untuk menentukan prioritas masalah dari masalah
yang telah ditemukan, maka digunakan tekknik schoring yaitu PAHO
meliputi :

36

Tabel 1 : Schoring berdasarkan teknik PAHO


SCORING

KETERANGAN

MAGNITUDE

Besarnya masalah

SEVERITY

Derajat keparahan dari suatu masalah

VULNERABILITY

Sulit atau tidaknya dalam menyelesaikan masalah

COMMUNITY AND POLITICAL Perhatian dan partisipasi masyarakat terhadap


CONCERN

Masalah

AFFORDABILITY

Besar atau kecilnya biaya

Teknik scoring menggunakan angka dari 1 5 dengan tingkatan


tingkatan yang meliputi :
1. Nilai 1 : sangat kurang
2. Nilai 2 : kurang
3. Nilai 3 : cukup besar
4. Nilai 4 : besar
5. Nilai 5 : sangat besar
Berikut adalah masalah yang telah dilakukan penilaian untuk ditentukan
prioritasnya :
Table 2 : Schoring Prioritas Masalah
MxSx
No

Masalah

CC

V x CC

Rangking

192

72

96

Ibu akseptor KB suntik 3 bulan, dengan


1.

keluhan spotting
Kurangnya pencahayaan dan udara yang

2.

masuk kedalam rumah


Perilaku hidup bersih dan sehat yang

3.

kurang

37

Berdasarkan prioritas masalah yang sudah di tentukan di atas didapatkan


masalah pada keluarga Tn.A adalah :
1.

Ibu akseptor KB suntik 3 bulan, dengan keluhan spotting.

2.

Kurangnya pencahayaan dan udara yang masuk kedalam rumah.

3.

Perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang.

H. Asuhan Sesuai dengan SOAP

38

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. Y UMUR 31 TAHUN P1A0 DENGAN


AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN
DI KELURAHAN SOKOREJO RW 02 RT 05 PEKALONGAN TIMUR

Tanggal

: 9 Januari 2014

Waktu

: 16.00 WIB

Tempat

: Rumah Ny. Y

IDENTITAS
Nama Ibu

: Ny. Y

Nama Suami

: Tn. A

Umur

: 31 tahun

Umur

: 36 tahun

Alamat

: Sokorejo, Rt. 05 Rw. 02

SUBJEKTIF
1.

Ibu mengatakan bernama Ny. Y, umur 31 tahun, pernah melahirkan 1 kali dan
tidak pernah mengalami keguguran.

2.

Ibu mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulan, lamanya 2,5 tahun. Saat ini
ibu mengeluarkan bercak-bercak darah diluar siklus haid. Keluhannya
tersebut terjadi sejak 5 bulan yang lalu dan terkadang tidak m

OBJEKTIF
1.

Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Baik
b. Tanda Vital

: Tensi : 110/70 mmHg


0

Suhu : 36,8 C
c. Statust present

Muka

: Agak pucat.

Mata

: Konjungtiva : agak pucat

Ekstermitas

: Kuku agak pucat


39

Nadi

: 80 x /menit

RR

: 26 x /menit

ASSESMENT
Ny. Y umur 31 tahun P1A0 akseptor KB suntik 3 bulan dengan spotting.

PLANNING
Tanggal : 26 januari 2014
Jam

: 17.15 WIB

1. Memberitahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan
sehat dan normal
Ku

: baik

TTV : Tensi : 110/70 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 36,8 0C

RR : 26x/menit

Evaluasi: ibu sudah tahu tentang hasil dari pemeriksaanya.


2. Melakukan pemeriksaan cek Hb pada ibu.
Evaluasi : Ibu sudah dilakukan pemeriksaan HB dengan hasil 9,2 gr %.
3. Memberi tahu kepada ibu bahwa yang dialaminya adalah Spotting (bercak-bercak)
karena ini merupakan efek samping dari KB suntik 3 bulan.
Evaluasi : ibu sudah paham dengan penjelasan mahasiswi dan ibu merasa sudah
tidak cemas lagi dengan keluhan yang dialaminya.
4. Menjelaskan kepada ibu tentang efek samping dari KB suntik 3 bulan yaitu:
a. Tidak menstruasi
b. Mual/pusing/muntah
c. Perdarahan bercak atau spotting
d. Menstruasi tidak teratur
e. Penambahan berat badan
Evaluasi : ibu sudah jelas dengan penjelasan dari mahasiswi tentang efek samping
KB suntik 3 bulan

40

5. Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang bergizi seperti sayur-sayuran,buahbuahan,susu,dll.


Evaluasi : ibu sudah jelas dengan penjelasan mahasisai tentang gizi.
6. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang sesuai dengan
jadwalnya.
Evaluasi : ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan mau melakukan kunjungan
sesuai jadwalnya.

41

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada saat Survey Mawas Diri di Desa Sokorejo RT 05 RW 02, ditemukan


pada keluarga Tn. A terdapat Ny. Y yang menggunakan KB suntik 3 bulan
dengan keluhan spotting.
Masalah yang dialami pada keluarga Tn. A adalah Ny. Y yang
menggunakan KB suntik 3 bulan dengan keluhan spotting. Lamanya sudah 2,5
tahun dan alasan Ny Y menggunakan KB ialah agar dapat menunda kehamilan,
dan Tn. A mendukung dengan penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan. Namun
saat ini Ny.Y merasa cemas karena mengalami keluhan spotting. Menurut teori
medis memang KB suntik mempengaruhi hormon-hormon dalam tubuh terutama
oestrogen dan progesteron yang mempengaruhi menstruasi. (Hartanto,2004.h.163)
Kontrasepsi suntik adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya
kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. (Wikjosastro,2007;h.921)
Berdasarkan kenyataan yang terjadi, Ny.Y sebagai pengguna akseptor KB
suntik 3 bulan mengalami spotting. Keluhan tersebut merupakan efek samping
yang normal dari penggunaan KB suntik 3 bulan. Jadi , bahwa keluhan yang
dialami oleh Ny.Y sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh Varney,2007.
Dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara kenyataan yang ada
dilapangan dengan teori tentang efek samping KB suntik 3 bulan.
Penyebab terjadinya spotting pada Ny. Y, dikarenakan karena adanya
pelebaran pemburuh vena kecil di endometrium, sehingga penyebabkan rapuhnya
pembuluh darah tersebut. (Baziad, 2008)
Upaya untuk menyelesaikan masalah pada Ny.Y yaitu dengan cara
memberikan penyuluhan kesehatan tentang pengertian KB, manfaat KB, efek
samping dari KB suntik, dan cara mengatasi keluahannya. Serta memberi motivasi
42

kepada Ny. Y, dan kemudian bisa juga dengan memeriksakan ketenaga kesehatan
mengenai keluhan yang dialaminya supaya keluhan yang dialami oleh Ny. Y
dapat segera diatasi.
Setelah dilakukan penanganan keluhan efek samping KB suntik 3 bulan, Ny.
Y mengerti dan memahami bahwa keluhan tersebut merupakan hal yang normal.

43

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1.

Mengidentifikasi Masalah Kesehatan


Setelah dilakukan Survey Mawas Diri (SMD) di kelurahan Sokorejo RW
02 RT 05

ditemukan kasus pada keluarga Tn.A adalah Ny.Y yang

menggunakan KB suntik 3 bulan dengan keluhan spotting.


2.

Merumuskan Masalah
Berdasarkan analisa data, maka di dapatkan masalah yang dialami oleh
Ny. Y yaitu :
Kb suntik 3 bulan dengan spotting.

3.

Memprioritaskan Masalah
Setelah dilakukan penilaian berdasarkan teknik PAHO, di dapatkan
prioritas masalah yaitu :
MxSx
No

Masalah

CC

V x CC

Rangking

192

72

96

Ibu akseptor KB suntik 3 bulan,


1.

dengan keluhan spotting


Kurangnya

2.

udara

yang

pencahayaan
masuk

dan

kedalam

rumah
Perilaku hidup bersih dan sehat
3.

yang kurang

4. Memecahkan Masalah
Masalah yang dialami oleh Ny.Y dapat di pecahkan dengan cara
memberikan penyuluhan kepada Ny.Y tentang pengertian KB, manfaat

44

KB, efek samping KB dan cara mengatasinya sehingga keluhan yang


dialami Ny.Y dapat diatasi.

45

B. Saran
1. Bagi Tenaga kesehatan
Adanya partisipasi aktif dari tenaga kesehatan dalam melakukan kegiatan
konseling dan penyuluhan tentang kesehatan ibu, dan

anak. Khusnya

mengenai KB baik di posyandu ataupun dengan melakukan kunjungan


rumah sehingga masyarakat yang mengikuti KB faham tentang KB secara
keseluruhan sehingga mereaka tahu cara mengatasi keluhan yang mungkin
timbul pada pengguna akseptor KB tersebut.
2. Bagi Penulis
Agar penulis lebih meningkatkan pengetahuan tentang macam-macam KB
terutama KB suntik, sehingga dapat membantu PUS tentang bagaimana
cara mengatasi keluhan yang dialaminya saat ini.
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui tentang apa itu KB, manfaat, serta efek
samping KB, sehingga diharapkan masyarakat dapat mengatasi keluhan
yang dialaminya.

Praktek Belajar Lapangan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa atau


PBL PKMD yang dilakukan di kelurahan bandengan telah dilakukan pendataan
dengan hasil tabulasi ditemukan beberapa masalah yang berkaitan dengan
kesehatan diantaranya masalah Ibu hamil yang mempunyai resiko tinggi, PUS
yang tidak ber-KB, Bayi dan Balita yang sakit, Lansia dengan keluhan, Remaja
yang tidak tau tentang Kesehatan Reproduksi, adanya masalah masalah tersebut
mahasiswa menyajikan dalam Musyawarah Mufakat Desa (MMD) dan melakukan
penilaian menggunakan Metode PAHO sehingga didapatkan priorotas masalah
atas kesepakatan bersama masyarakat, dan masalah yang pertama harus
ditindaklanjuti sebagai implementasi praktel PBL PKMD yaitu yang pertama Ibu
Hamil dengan Resiko Tinggi, Bayi dan Balita yang Sakit, Lansia dengan Keluhan.

46

Implementasi atau tindak lanjut yang telah dilakukan mahasiswa untuk


menindaklanjuti masalah kesehatan yang telah disepakati bersama diantaranya
yaitu untuk Ibu hamil yang beresiko tinggi diadakan kelas Ibu Hamil di setiap Rw,
Senam hamil, untuk Bayi dan Balita yang sakit diberikan penyuluhan tentang
kesehatan dan demonstrasi cara membuat makanan tambahan pada Bayi, dan
meningkatkan keaktifan posyandu setiap bulanya, untuk Lansia dengan Keluhan
dilakukan posyandu lansia yang diadakan disetiap Rw

karena sebelumnya

posyandu lansia di kelurahan bandengan hanya terdapat satu posyandu lansia


untuk semua warga dan itu tidak rutin dilaksanakan setiap bulanya.
Salah satunya adalah masalah kesehatan yang terjadi pada keluaraga
keluarga Tn.A yang bertempat tinggal di Rw 01, Rt 01, adapun faktor pemicu
masalah kesehatan keluarga Tn.A antara lain :
2. Keadaan rumah dan lingkungan yang kurang sehat
3. Banyaknya vektor penyakit seperti nyamuk,lalat
4. Adanya anggota keluarga yang merokok
5. Adanya Neonatus yang diberikan MP-ASI

Dari keempat faktor tersebut, dan telah diperioritaskan masalah dengan


menggunakan metode PAHO maka ditemukan prioritas masalah Sesuai dengan
sasaran pelayanan bidan yaitu ibu dan anak dalam keluarga, maka Neonatusyang
diberikan MP-ASI merupakan sasaran yang kemudian mendapatkan asuhan
kebidanan.
Menurut Sunardi, ASI Eksklusif adalah pemberian ASI murni tanpa bayi
diberi tambahan lain seperti cairan air putih, teh, madu, buah-buahan, maupun
makanan tambahan seperti bubur susu atau bubur saring dan sebagainya, sampai
usia bayi 6 bulan karena Saat bayi berumur < 6 bulan, sel sel di sekitar usus
belum siap utk kandungan dari makanan. Sehingga makanan yg masuk dapat
menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi. .

47

Sedangkan pada kasus yang terjadi di keluarga Tn.A adalah Neonatus


yang berumur 25 hari

yang sudah di berikan makanan tambahan yaitu nasi

pisang.
Dalam kasus pada keluarga Tn.A dengan salah satu anggota keluarga
mengalami pemberian MP-ASI dini, dikarenakan keluarga ini memiliki tingkat
pengetahuan yang rendahkhususnya tentangpemberian Asi Eksklusif
Telah dilakukan beberapa kunjungan kepada keluarga Tn.A yang
dilakukan oleh mahasiswa, kunjungan I dilakukan mahasiswa yaitu untuk
melakukan pendataan dan menemukan masalah kesehatan Ibu dan Anak pada
keluarga Tn.A, setelah dilakukan pendataan telah ditemukan masalah pada
keluaraga Tn.A adalah masalah pemberian MP-ASI, kunjungan yang II yaitu
mahasiswa melakukan pemeriksaan pada bayi Ny.K didapatkan keadaan dimana
bayi mengalami susah BAB dan perut bayi kelihatan buncit hal tersebut
diakibatkan karena bayi sudah diberikan makanan tambahan yaitu nasi pisang,
mahasiswa juga memberikan asuhan kebidanan diantaranya memberikan
penyuluhan pada ibu adalah :
1. Memberikan Pengertian tentang ASI
2. Menganjurkan Ibu untuk memberikan Asi Eksklusif saja.
3. Memberitahu manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi Ibu maupun Bayi
4. Menjelaskan pada keluarga mengapa tidak boleh diberikanya makanan
tambahan sebelum 6 bulan dan akibat pemberian

makanan tambahan yang

telah diberikan pada bayinya.


5. Menganjurkan Ibu untuk rutin dateng ke Posyandu untuk memantau tumbuh
kembang bayinya.

Setelah dilakukan beberapa kunjungan pada keluarga Tn.A didapatkan


hasil yaitu kemajuan kesehatan pada keluarga Tn.A diantaranya adalah BAB pada
bayinya sudah lancar, Ibu sudah tidak memberikan makanan tambahan lagi pada
bayinya dan Ibu akan berusahan memberikan ASI saja kepada bayinya, serta Ibu
48

mau datang ke posyandu untuk mengetahui perkembangan bayinya setiap


bulanya.

BAB V
49

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan Praktek Belajar Lapangan Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa atau PBL PKMD yang dilakukan di kelurahan bandengan
dan dilaksanakannya Musyawarah Mufakat Desa (MMD) dapat disimpulkan
bahwa

keadaan lingkungan di kelurahan bandengan ini masih kumuh

mungkin dikarenakan sering terjadi banjir atau rob sehingga banyak genangan
air disekitar rumah masyarakat.
Secara umum masyarakat dikelurahan bandengan masih kurang sadar
akan pentingnya kesehatan keluarga dan kurangnya fasilitas kesehatan atau
tenaga kesehatan yang ada dikelurahan tersebut, dibuktikan dengan masih
banyak Ibu hamil yang mempunyai resiko tinggi, PUS yang tidak be KB,
Balita yang menderita sakit dan salah satunya adalah masalah kesehatan pada
keluarga Tn.A yaitu dengan masalah MP-ASI.
Praktek PBL PKMD adalah salah satu bentuk pengapdian langsung
kepada masyarakat yang dilakukan mahasiswa untuk mengimplementasikan
noulet yang telah di dapatkan selama perkuliyahan sehingga mahasiswa
mampu memberikan asuhan kebidanan langsung kepada masyarakat.
Setelah dilaksanakan pendataan dan pemeriksaan serta intervensi
maka pada kasus yang dialami pada keluarga Tn.A dapat disimpulkan bahwa:
1.

Mengidentifikasi Masalah Kesehatan


Masalah kesehatan yang ditemukan di keluarga Tn.A adalah bayi
yang berusia 25 hari yang sudah diberikan MP-ASI, dan setelah dilakukan
pemeriksaan pada bayi Ny.K ditemukan masalah padakesehatan bayinya
yaitu mengalami sulit BAB/konstipasi

2.

Asuhan yang telah diberikan pada Ny. K adalah Memberikan Komunikasi


Informasi dan Edukasi (KIE) tentang ASI Eksklusif, Gizi Ibu Menyusui,
50

dan menganjurkan ibu untuk tidak memberikan makanan tambahan apapun


sebelum bayi berusia 6 bulan
3.

Rencana tindak lanjut setelah diberikan Asuhan kebidanan kepada


keluarga Tn.A adalah menganjurkan ibu agar rutin datang ke posyandu
untuk memantau tumbuh kembang pada bayinya setiap bulan.

B. SARAN
Setelah dilakukan pendataan dan telah ditemukanya masalah
kesehatan di kelurahan bandengan di antaranya adalah masalah kesehatan
pada keluarga Tn.A tentang MP-ASI, maka mahasiswa menyarankan salah
satunya bagi :
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan bagi tenaga kesehatan setempat dapat meningkatkan mutu
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dan menambah sarana dan
prasarana kesehatan sehingga bisa mengurangi masalah atau angka
kesakitan pada masyarakat setempat.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa

dapat

menerapkan

teori

yang

telah

didapat

selama

pertkuliyahan dan dapat mengimplementasikan kepada masyarakat sesuai


dengan kewenanganya.
3. Bagi Masnyarakat
Diharapkan agar lebih sadar akan pentingnya kesehatan keluaraga dan
dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan dalam upaya penanganan
kesehatan di masyarakat secara umum khususnya kesehatan ibu dan anak.

51

Lampiran I

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


ASI EKSKLUSIF
Pokok Bahasan

: Makanan terbaik ASI

Sub Pokok Bahasan

: ASI Eksklusif

Sasaran

: Ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan.

Waktu

: 30 menit

Penyuluh

:Mahasiswi AKBID HARAPAN IBU

Hari /Tanggal

Tempat

I.

: Rumah Ny.K

Tujuan Intruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan tentang ASI eksklusif, diharapkan ibu dapat
mengerti, memahami pentingnya ASI eksklusif bagi bayi

II.

Tujuan Intruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan tentang ASI Eksklusif diharapkan ibu dapat :
a. Menjelaskan pengertian ASI Eksklusif
b. Menjelaskan manfaat ASI Eksklusif
c. Menjelaskan kandungan ASI
d. Menjelaskan faktor-faktor yang meningkatkan produksi ASI
e. Menjelaskan faktor yang menghambat produksi ASI
f.

Menjelaskan pedoman menyusui

III. Materi
a.

Pengertian ASI Eksklusif

b.

Manfaat ASI Eksklusif

c.

Kandungan ASI

d.

Faktor faktor yang meningkatkan produksi ASI

e.

Faktor yang menghambat produksi ASI


52

f.

IV.

Pedoman menyusui

Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab

V.

Media
a. Liflet

VI.
No

Kegiatan Penyuluhan

Tahap/Waktu
Pembukaan(

Kegiatan Penyuluhan
10 a. Salam

menit)

b. Perkenalan

11.00-11.15 WIB

c. Appersepsi

Respon Audience
Mendengar

Metode

Media

dan Ceramah

menjawab

d. Menyampaikan tujuan
penyuluhan
2

Kegiatan Inti (25 a. Menjelaskan pengertian


menit)
11.15-11.35 WIB

ASI Eksklusif

o Ibu
mendengarkan

b. Menjelaskan manfaat
ASI Eksklusif

materi
penyuluhan

c. Menjelaskan kandungan
ASI

yang
disampaikan

d. Menjelaskan faktor-

o Ibu

faktor yang meningkatkan

memperhatikan

produksi ASI

jalannya

e. Menjelaskan faktor yang


menghambat produksi ASI
f. Menjelaskan pedoman
menyusui
53

penyuluhan
o Ibu bertanya

Ceramah

Riflet

h. Tanya Jawab
3

Penutup (5 menit)
11.35-11.40 WIB

a. Menyimpulkan, dan

o Ibu

mampu Ceramah

Mengevaluasi dengan

menjawab

memberikan pertanyaan

pertanyaan

tentang Asi Eksklusif

yang diajukan

b. Menutup dengan salam

o Menjawab
salam

VII. Evaluasi
Setelah dilakukan penyuluhan mengenai ASI Eksklusif, dikatakn berhasil
yaitu dengan adanya respons dari Ibu yang antusias sehingga dapat
menjawab pertanyaan yang diajukan secara lisan, yaitu:
1. Apa yang dimaksud ASI Eksklusif
2. Apa manfaat ASI Eksklusif
3. Sebutkan kandungan ASI
4. Faktor yang bisa meningkatkan produksi ASI

54

Riflet

Mengenal ASI Eksklusif. Trubus Agriwidya: Jakarta


Suradi, Raulina. 2004. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi. Perinasia:
Jakarta
Bahiatun .2009.Buku Ajar Asuhan KeMATERI SAP
ASI EKSKLUSIF

A. Pengertian Asi Eksklusif


Asi eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) saja pada bayi
tanpa tambahan cairan dan makanan padat lain sampai bayi berumur 6
bulan.
B. Manfaat Asi Eksklusif
1.

Bagi Bayi
a.

ASI sebagai sumber gizi


ASI merupakan sumber zat gizi yang paling sesuai, dengan
komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan
pertumbuhan bayi.ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna,
baik kualitas maupun kwantitasnya. ASI sebagai makanan tunggal
akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia
6 bulan.

b.

ASI meningkatkan daya tahan tubuh


ASI mengandung zat yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh
yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit. Bayi yang
diberi ASI eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan
dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.
55

c. ASI meningkatkan kecerdasan


Dengan memberikan ASI secara eksklusif akan meningkatkan
kecerdasan otak bayi secara maximal.
d. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan
merasakan kasih sayang ibunya dan juga merasa aman dan tentram.
2.

Bagi Ibu
a. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan
b. Mengurangi terjadinya kurang darah
c. Sebagai KB alami
d. Mengecilkan rahim
e. Lebih cepat langsing kembali
f. Mengurangi kemungkinan menderita kanker

3.

Bagi keluarga
Ekonomis dan praktis

C. Kandungan ASI
ASI mempunyai kandungan yang sesuai untuk bayi yaitu : protein,
lemak, karbohidrat, garam, mineral, vitamin, dan zat kekebalan tubuh
sehingga bayi jarang sakit.

D. Faktor-faktor yang Menghambat ASI


a.

Ibu sedih, cemas, bingung, dan takut ASInya tidak cukup

b.

Ibu merasa kesakitan saat menyusui

c.

Kurang dukungan keluarga

d.

Keadaan bayi yang kurang memungkinkan untuk menyusu seperti


bibir sumbing.

e.

Setelah melahirkan ibu ada pantangan makanan

f.

Ibu takut jika menyusui akan merusak bentuk tubuh


56

E. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan ASI


a.

Ada kemauan ibu untuk menyusui

b.

Menyusui sesering mungkin.

c.

Cara menyusui benar

d.

Makan makanan yang bergizi

e.

Istirahat yang cukup.

f.

Ibu tidak mempunyai penyakit

g.

Menyusui bayi dengan payudara kiri dan kanan secara bergantian

F. Pedoman menyusui
WHO

dan UNICEF merekomendasikan kepada para

ibu, bila

memungkinkan memberikan ASI Eksklusif sampai 6 bulan dengan


menerapkan :
a. Inisiasi menyusui dini selama 1 jam setalah melahirkan
b. ASI Eksklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan
tambahan atau minuman apapun.
c. ASI diberikan secara on demand atau tidak terjadwal atau sesuai
kebutuhan bayi, setiap hari setiap malam.
d. ASI diberikan tidak menggunakan botol, cangkir maupun dot
melainkan langsung dari payudara ibu.

57

SATUAN ACARA PENYULUHAN


GIZI PADA IBU MENYUSUI

Pokok Bahasan

: Gizi

Sub Pokok Bahasan

: Gizi pada ibu menyusui

Tempat

: Rumah Ny.K

Tanggal

: 5 Febuari 2012

Waktu

: Pukul 10.30 WIB

Sasaran

: Ny.K

I. Tujuan Instraksional Umum


Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang gizi selama 30
Menit, maka ibu menyusui diharapkan dapat memahami kebutuhan gizi yang
harus dikonsumsi selama menyusui.
58

II. Tujuan Instraksional Khusus


Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang gizi selama30
Menit, maka ibu menyusui diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pengertian gizi ibu menyusui
2. Menguraikan manfaat gizi pada ibu menyusui
3. Menjelaskan kebutuhan gizi pada ibu menyusui
4. Menguraikan prinsip gizi bagi ibu menyusui
5. Menjelaskan pengaruh status gizi bagi ibu menyusui
6. Menguraikan dampak yang akan terjadi akibat kekurangan gizi pada ibu
menyusui
7. Menguraikan cara menyusun menu seimbang pada ibu menyusui
III. Materi
1. Pengertian gizi ibu menyusui
2. Manfaat gizi pada ibu menyusui
3. Kebutuhan gizi pada ibu menyusui
4. Prinsip gizi ibu menyusui
5. Pengaruh status gizi bagi ibu menyusui
6. Dampak kekurangan gizi pada ibu menyusui
7. Menyusun menu seimbang pada ibu menyusui

IV. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

V. Media
1. Riflet

VI. Kegiatan Penyuluhan


No

Tahap/Waktu

Kegiatan Penyuluhan
59

Respon Audience

Metode

Media

Pembukaan(

10 a. Salam

menit)

b. Perkenalan

10.30-10.40 WIB

c. Appersepsi

Mendengar

dan Ceramah

menjawab

d. Menyampaikan tujuan
penyuluhan
2

Kegiatan Inti (25 a.Menjelaskan pengertian gizi


menit)

ibu menyusui

10.40-11.05WIB

Ceramah

Riflet

mampu Ceramah

Riflet

mendengarkan

b. Menjelaskan manfaat gizi


pada ibu menyusui

c.

o Ibu

materi
penyuluhan

c. Menjelaskan Kebutuhan gizi


pada ibu menyusui

yang
disampaikan

d. Menjelaskan Prinsip gizi ibu o Ibu


menyusui

memperhatikan

e. MenjalaskanPengaruh status
gizi bagi ibu menyusui

jalannya
penyuluhan

Dampak o Ibu bertanya

f. Menjelaskan

kekurangan gizi pada ibu


menyusui
g. Menjelaskan

Menyusun

menu seimbang pada ibu


menyusui

Penutup (5 menit)
11.05-11.10WIB

b. Menyimpulkan, dan

o Ibu

Mengevaluasi dengan

menjawab

memberikan pertanyaan

pertanyaan

tentang Gizi Ibu Menyusui

yang diajukan

b. Menutup dengan salam

o Menjawab
salam

60

soepardan S, konsep kebidanan, EGC, 2007, Jakarta


Ratna Dewi Pujiastuti, Buku Ajaran Kebidanan Komunitas, Nuha Medika,2011,
Yogyakarta.
runjati, Asuhan Kebidanan Komunitas, EGC, 2010, Jakarta.
Ambarwati, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Ali, Zaidin. 2009. PengantarKeperawatanKeluarga. Jakarta : EGC.
Syahlan, JH, Dr. 1996. Kebidanan Komunitas, Yayasan Bina Sumber
Daya Kesehatan. Jakarta

Wiknojosastro,

Hanafi.

Ilmu

Kebidanan.

Yayasan

Bina

Pustaka.

Jakarta;2007.h.905.
Prawirohardjo, Sarwono. Buku Acuan Nasional Pelayanan KesehatanMaternal
dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka .Jakarta;2002.h.532
Hartanto, Hanafi. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan:
Jakarta;2004.h.42-43

61

Saifuddin AB, dkk. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal Edisi 1. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2000.
Handayani, Sri. Biku Ajar Pelayanan KB. Pustaka Rihama: Yogyakarta;
2010.h.113.
Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Jilid 2. EGC: Jakarta;2007.h.277
Varney, Helen et.all.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi.4 vol.1. EGC:
Jakarta;2006.h.424.83

Ahmadi, Abu.2003. ilmu sosial dasar. Rineka cipta :Jakarta


Ambarwati, Eny retna.2011. Asuhan kebidanan komunitas.nuha medika:
Yogyakarta

62

Anda mungkin juga menyukai