Anda di halaman 1dari 96

HUBUNGAN BUDAYA DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LABIBIA KOTA KENDARI


TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Terapan Kebidanan

OLEH:
WA NIAGA
P00312017096

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN
KENDARI
2018
BIODATA

A. Identitas Diri

1. Nama : Wa Niaga
2. Tempat/tgl. Lahir : Danagoa,13 Februari 1994
3. Suku/Bangsa : Muna/ Indonesia
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Alamat : BTN Mekar Asri Kota Kendari

B. Riwayat Pendidikan

1. Tamat SD Negeri 09 Tongkuno, Tahun 2006


2. Tamat SLTP Negeri 1 Tongkuno, Tahun 2009
3. Tamat SMA Negeri 1 Tongkuno, Tahun 2012
4. Tamat D-III Kebidanan Sandi Karsa Makassar, Tahun 2015
5. Masuk Politeknik Kesehatan Kendari Tahun 2017 sampai sekarang
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT karena alas berkat Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya. Sehingga penulis

dapat menyelesaikan Skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat dalam

proses menyelesaikan pendidikan alih jenjang Diploma-IV Kebidanan di

Poltekkes Kemenkes Kendari dengan judul, "Hubungan Budaya dengan

Pemilihan Alat Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota

Kendari Tahun 2018".

Penulis sepenuhnya menyadari begitu banyak kesulitan dan

hambatan yang di temukan, namun berkat adanya dukungan dan bimbingan

dari Ibu Sitti Aisa, AM.Keb, M.Pd selaku pembimbing I dan Ibu Wahida S,

S.Si.T,M.Keb selaku pembimbing II yang telah memberikan saran perbaikan,

serta berbagai pihak sehingga penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat

terselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah di tentukan.

Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.

2. Ibu Hasmia Naningsi, S.ST, M.Keb selaku ketua Prodi D-IV Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kendari.

3. Ibu Hendra Yulita, SKM, MPH selaku Penguji I, Ibu Hasmia Naningsi, S. ST,

M.Keb selaku Penguji II dan Ibu Nasrawati, S.SiT, M.PH selaku Penguji III yang

telah memberikan saran perbaikan.

4. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan pendidikan Politeknik Kesehatan Kendari

Jurusan Kebidanan yang telah banyak membimbing dan membagi ilmu selama

penulis mengikuti proses belajar dibangku kuliah beserta seluruh staf pegawai

yang telah banyak membantu.


5. Kepala Puskesmas Labibia Kota Kendari yang telah memberikan izin penelitian.

6. Teristimewa untuk kedua orang tuaku, saudaraku, serta keluargaku yang selalu

mendoakan, mendukung, memberikan bantuan, motivasi serta kasih sayang

yang begitu besar semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya.

7. Seluruh rekan-rekan seperjuangan di Politeknik Kesehatan Kendari Prodi D-IV

Kebidanan angkatan 2018 khususnya teman-teman Alih Jenjang Terima kasih

sudah mau berbagi semangat dan atas segala dukungan, kebersamaan serta

doa yang tulus ikhlas selama penulis menempuh pendidikan.

Akhir kata penulis menyadari sebagai manusia yang tidak lepas akan

kesalahan sehingga kritik dari pembaca sangat diharapkan. Semoga

penelitian ini dapat berguna bagi berbagai pihak khususnya di bidang

kesehatan, Amin.

Kendari, Agustus 2018

Penulis
ABSTRAK

HUBUNGAN BUDAYA DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LABIBIA KOTA KENDARI
TAHUN 2018

Wa Niaga1 Sitti Aisa 2 Wahida 2

Latar Belakang: Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas


sumber daya manusia dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk dapat
mengangkat derajat kehidupan bangsa salsah satunya dengan keluarga berencana.
Peserta KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari sebagian besar
tidak menggunakan KB berjumlah 12,31%.
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan budaya dengan pemilihan alat
kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari Tahun 2018.
Metode Penelitian: Jenis penelitian survey dengan rancangan Cross Sectional
Study. Seluruh Pasangan Usia Subur dalam hal ini ibu yang termasuk Wanita Usia
Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari Tahun 2018 yang
berjumlah 2.346 orang. Sampel berjumlah 96 secara Simple random sampling.
Analisis Chi square Test.
Hasil Penelitian: Pemilihan alat kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia
Kota Kendari Tahun 2018 sebagian besar menggunakan sebesar 55,2% tetapi
jumlah yang tidak mengggunakan relatif masih cukup besar sebanyak 44,8%.
budaya tentang pemilihan alat kontrasepsi sebagian besar mendukung sebesar
57,3% tetapi jumlah yang tidak mendukung relatif masih cukup besar sebanyak
42,7%. Ada hubungan hubungan budaya dengan pemilihan alat kontrasepsi
dengan ρ=0,000
Kesimpulan dan Saran: Ada hubungan budaya dengan pemilihan alat
kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari Tahun 2018.
Bagi ibu yang termasuk pasangan usia subur disarankan agar selalu meningkatkan
pengetahuan tentang KB khususnya efektif terpilih sehingga sadar akan pentingnya
penggunaan KB dan motivasi untuk menjaga dan merencanakan jumlah anak yang
ideal, sehingga kesejahteraan dan kehidupannya dapat terjamin dengan baik

Kata Kunci : Budaya, Kontrasepsi

1
Mahasiswa Prodi D-IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari
2
Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari
DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di


Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari Tahun 2017... 47

Tabel 4.2 Distribusi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Jenis Pendidikan


dan Status Kepegawaian di Puskesmas Labibia Kota Kendari
Tahun 2018................................................................................ 48

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Wilayah Kerja


Puskesmas Labibia Kota Kendari Tahun 2018.......................... 49

Tabel 4.4 Distribusi Pemilihan Alat Kontrasepsi Responden di Wilayah


Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari Tahun 2018............... 50

Tabel 4.5 Distribusi Budaya tentang Pemilihan Alat Kontrasepsi di


Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari Tahun 2018... 51

Tabel 4.6 Hubungan Budaya dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di


Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari Tahun
2018.................................................................................... 51
DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2. 1 Kerangka Teori ……………......................................... 35

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian.................................. 36

Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian Cross Sectional Study 37

Gambar 3.2 Kerangka Alur Penelitian 42


DAFTAR SINGKATAN

AKDR Alat Kontrasepsi Dalam Rahim


AKBK Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
BKKBN Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional
Depkes RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia
HKI Helen Keller International
KB Keluarga berencana
KIA Kesehatan Ibu dan Anak
KISS Kampanye Ibu Sehat Sejahtera
Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat
SD Sekolah Dasar
SLTP Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SMU Sekolah Menengah Umum
WHO World Health Organization
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permintaan Menjadi Responden

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

Lampiran 4. Master Tabel Penelitian

Lampiran 5. Analisis SPSS

Lampiran 6. Tabel Chi Square

Lampiran 7. Surat Pernyataan Bebas Plagiarisme

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian

Lampiran 9. Surat Izin Penelitian

Lampiran 10. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk suatu

keluarga yang sejahtera dengan membatasi kelahiran. Program KB ini

dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, sehingga pada tahun

1970 terbentuk Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Program ini salah satu tujuannya adalah penjarangan kehamilan dengan

menggunakan metoda kontrasepsi dan menciptakan kesejahteraan

ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat melalui usaha-usaha

perencanaan dan pengendalian penduduk (Saifuddin, 2008).

World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa jumlah

pengguna kontrasepsi suntik yaitu sebanyak 100 juta orang. Cakupan KB

Nasional Tahun 2013 memperlihatkan proporsi peserta KB yang

terbanyak adalah suntik (46,87 %), pil (24,54 %), IUD (11,41%), susuk KB

(9,75%), sterilisasi wanita (3,52%), Kondom (2,22%) dan sterilisasi pria

(0,69%). Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

merupakan Negara ke-5 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk

terbanyak yaitu 249 juta, Indonesia di antara Negara ASEAN dengan luas

wilayah terbesar tetap menjadi Negara dengan penduduk terbanyak, jauh

di atas 9 Negara anggota lainnya (Kemenkes RI, 2014).

Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber

daya manusia dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk dapat

mengangkat derajat kehidupan bangsa telah dilaksanakan secara


bersamaan pembangunan ekonomi dan keluarga berencana yang

merupakan sisi masing-masing mata uang. Bila gerakan keluarga

berencana tidak dilakukan bersamaan dengan pembangunan ekonomi,

dikhawatirkan hasil pembangunan tidak akan berarti (Manuaba, 2013).

Pusat data informasi, Kementrian Kesehatan RI mengestimasi

jumlah penduduk Indonesia tahun 2013 sebanyak 248,4 juta orang. Pada

tahun 2013 cakupan KB aktif secara nasional sebesar 75,88%. Dari 33

propinsi ada 15 propinsi yang cakupannya masih berada dibawah

cakupan nasional. Propinsi Bengkulu merupakan provinsi dengan

cakupan tertinggi sebesar 87,70% dan provinsi Papua merupakan

provinsi dengan cakupan terendah sebesar 67,15%. Data Riskesdas

2013 menunjukan bahwa pada wanita usia 15-49 tahun dengan status

kawin sebesar 59,3% menggunakan metode KB modern (Implant, IUD,

kondom, suntik, pil, MOW, MOP), 0,4% menggunakan metode KB

tradisional (menyusui/MAL, pantang berkala/kalender, senggama terputus

dan lainnya), 24,7% pernah menggunakan KB dan 15,5% tidak pernah

menggunakan KB (Kemenkes RI, 2014)

Data Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015 jumlah pasangan usia

subur tercatat sebanyak 392.680 PUS dengan jumlah peserta KB aktif

sebanyak 265.447 pasangan (67,60%) dan jumlah peserta KB baru

tercatat sebanyak 77.062 (19,62%). Jenis kontrasepsi suntik 37,84% , pil

38,65%, implant 15,73%, IUD 1,71%, MOP/MOW 1,75% dan kondom

sebanyak 4,32% (Dinkes Provinsi Sultra, 2015).


Pengguna KB berdasarkan data di Kota Kendari dari 15 Puskesmas

yang menggunakan kontrasepsi sebesar 46.334 PUS, yang

menggunakan KB aktif berjumlah 32.851 PUS (70,90%), hal tersebut

menunjukkan bahwa pengguna KB aktif masih jauh dari yang diharapkan

yaitu 80%. Pengguna kontrasepsi efektif berjumlah 70,59% yang terdiri

dari pil berjumlah 11,69%, suntik berjumlah 42,60%, implan berjumlah

5,7% dan AKDR berjumlah 10,6% (Dinkes Kota Kendari, 2017).

Hasil survey di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari pada

bulan januari sampai bulan Juni 2018 terdapat 2.346 pasangan usia

subur (PUS). Peserta KB aktif berjumlah 289 orang (12,31%). Sebanyak

164 orang menggunakan KB Pil, sebanyak 132 orang menggunakan KB

suntik dan 2 orang menggunakan Kondom. Dari data yang menunjukkan

bahwa sebagian besar tidak menggunakan KB dan pengguna KB

sebagian besar menggunakan alat kontrasepsi pil dan suntik, selain itu

rata-rata menggunakan metode kontrasepsi jangka pendek, padahal

masih ada metode yang lebih efektif yaitu penggunaan metode jangka

panjang seperti implant, IUD dan kontap.

Kultur budaya masyarakat yang cukup kuat dapat menjadi penyebab

pemilihan kontrasepsi, seperti kepercayaan bahwa memiliki banyak anak

maka akan semakin meningkatkan rezeki, selain itu faktor budaya di

lingkungan mereka tidak menganjurkan untuk mengikuti program KB,

memegang teguh ajaran agama Islam. Selain itu dukungan petugas

kesehatan dalam sosialisasi program KB kepada masyarakat, dukungan

dari tokoh agama dan tokoh masyarakat dapat menjadi kendala bagi
pasangan usia subur dalam menentukan metode kontrasepsi yang tepat

dan sesuai dengan kebutuhan. Hal ini berkaitan dengan kepercayaan dan

budaya masyarakat yang masih belum memahami pentingnya

kontrasepsi dalam mengatur jarak kehamilan serta merencanakan

keluarga (Assails, 2012).

Berdasarkan latar belakang di diatas maka penulis telah meneliti

tentang, “Hubungan Budaya dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di

Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari Tahun 2018”.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan budaya dengan pemilihan alat kontrasepsi di

wilayah kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari Tahun 2018?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan budaya dengan pemilihan alat

kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari Tahun

2018.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pemilihan alat kontrasepsi di Wilayah Kerja

Puskesmas Labibia Kota Kendari Tahun 2018.

b. Mengidentifikasi budaya pemilihan alat kontrasepsi di Wilayah

Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari Tahun 2018.

c. Untuk menganalisis hubungan budaya dengan pemilihan alat

kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari

Tahun 2018 .
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Untuk menambah wawasan dan sebagai syarat menyelesaikan

pendidikan di Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan

Kendari dan sebagai bahan referensi ilmiah untuk melakukan

penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan yang

bertugas di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari agar

dapat meningkatkan cakupan pemilihan alat kontrasepsi.

b. Bagi Masyarakat

Manfaat penelitian bagi Pasangan Usia Subur agar

menggunakan alat kontrasepsi untuk mengurangi angka kelahiran,

mengatur jarak kelahiran untuk meningkatkan kesejahteraan ibu

dan anak sehingga tercapai keluarga kecil bahagia sejahtera.

E. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian adalah perbedaan dengan penelitian

sebelumnya sehingga penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan dan

sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus dijunjung tinggi, yaitu

kejujuran, rasional, objektif, serta terbuka. Penelitian terdahulu tersebut

diuraikan sebagai berikut:

1. Penelitian Assails (2012) dengan judul, “Hubungan Sosial Budaya

dengan Pemilihan Metode Alat Kontrasepsi di Kabupaten Lampung.


Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel penelitian, dalam

penelitian ini yaitu tempat dan waktu penelitian.

2. Nuryati (2014) dengan judul, “Pengaruh Faktor Internal dan Faktor

Eksternal terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi pada Akseptor KB Baru.

Perbedaan dengan penelitian ini variabel yang diteliti adalah hubungan

budaya dengan pemilihan alat kontrasepsi, sedangkan penelitian

Nuryati faktor internal dan eksternal terhadap pemilihan alat

kontrasepsi. Perbedaan lainnya yaitu analisis dalam penelitian ini

menggunakan Chi Square sedangkan penelitian Elizawarda

menggunakan uji Fisher’s Exact Test.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Tinjauan Tentang Kontrasepsi

a. Pengertian

Kontrasepsi berasal dari kata kontra, berarti "mencegah" atau

"melawan" dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang

matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi,

kontrasepsi adalah menghindari terjadinya kehamilan akibat

pertemuan sel telur matang dengan sel sperma (BKKBN, 2013).

Kontrasepsi secara harfiah diartikan sebagai suatu alat atau metode

yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN,

2013).

Penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi fertilitas. Program keluarga berencana merupakan

usaha langsung untuk mengurangi angka kelahiran, mengatur jarak

kelahiran untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak sehingga

tercapai keluarga kecil bahagia sejahterah. Kontrasepsi merupakan

komponen penting dalam pelayanan kesehatan reproduksi sehingga

dapat mengurangi resiko kematian dan kesakitan dalam kehamilan

(BKKBN, 2013).

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya

kehamilan. Upaya yang dilakukan dalam pelayanan kontrasepsi dapat

bersifat sementara maupun bersifat permanen (Kemenkes RI, 2014).


Menurut WHO KB adalah tindakan yang membantu individu

atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif

tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur

interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam

hubungan dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak

dalam keluarga (Handayani, 2010).

b. Syarat kontrasepsi yang baik

Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang

baik menurut (Kemenkes RI, 2014) adalah :

1). Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya

2). Tidak ada efek samping yang merugikan

3). Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan

4). Tidak menganggu hubungan seksual

5). Cara penggunaannya sederhana

6). Dapat diterima oleh pengguna

7). Dapat diterima oleh pasangan.

c. Macam-Macam Alat Kontrasepsi

Macam-macam alat kontrasepsi antara lain :

1). Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

Adapun macam-macam kontrasepsi jangka panjang adalah

implant, IUD dan Kontap.

a). Kontrasepsi Implan

Implant adalah alat kontrasepsi berbentuk kapsul silastik

berisi hormon jenis progestin sintetik yang ditanamkan di


bawah kulit atau alat kontrasepsi bagi wanita yang dipasang

(disusupkan) dibawah kulit lengan bagian atas yang terdiri atas

6 kapsul berisi zat levonorgestrel (Irianto, 2014).

Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:

(1). Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga

dengan panjang 3,4cm, dengan diameter 2,4 mm, yang

diisi dengan 3,6 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5

tahun.

(2). Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan

panjang kira-kira 40mm, dan diameter 2 mm, yang diisi

dengan 68 mg 3- Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3

tahun.

(3). Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi

dengan 75 mg. Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

Cara kerja implant yaitu menekan ovulasi yang akan

mencegah lepasnya sel telur (ovum) dari indung telur,

mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma tidak mudah

masuk ke dalam rahim dan menipiskan endometrium, sehingga

tidak siap untuk nidasi. Implant memiliki efektifitas tinggi yaitu

0,2-1 kehamilan per 100 perempuan (BKKBN, 2012)

Indikasi dan kontraindikasi KB implant sebagai berikut:

(1). Indikasi

Usia reproduktif, telah memiliki anak ataupun belum,

menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi


dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang,

pasca persalinan dan tidak menyusui, pasca keguguran,

tidak menginginkan anak lagi tetapi menolak sterilisasi,

riwayat kehamilan ektopik, tekanan darah <180/110

mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau anemia

bulan sabit (sickle cell), tidak boleh menggunakan

kontrasepsi hormonal yang mengandung esterogen dan

sering lupa menggunakan kontrasepsi pil (Melani, 2010).

(2). Kontra Indikasi

Hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam

yang belum jelas penyebabnya, benjolan/kanker payudara

atau riwayat kanker payudara, tidak dapat menerima

perubahan pola haid yang terjadi, Mioma uterus dan

kanker payudara dan gangguan toleransi glukosa

(Sulistyawati, 2013)

Efek samping implant yaitu amenorhoe, spotting

(perdarahan bercak), ekspulsi, Infeksi pada daerah insersi dan

berat badan naik atau turun. Cara penanganan dari efek

samping implant yaitu:

(1). Amenorhoe

Pastikan hamil atau tidak hamil, tidak memerlukan

penanganan khusus, cukup konseling saja. Bila klien tetap

saja tidak dapat menerima, angkat implant dan anjurkan

menggunakan kontrasepsi lain. Bila terjadi kehamilan dan


klien ingin melanjutkan kehamilan, cabut implant dan

jelaskan, bahwa progestin tidak berbahaya bagi janin. Bila

diduga terjadi kehamilan ektopik, klien dirujuk. Tidak ada

gunanya memberikan obat hormon untuk memancing

timbulnya perdarahan.

(2). Spotting (perdarahan bercak)

Menjelaskan bahwa perdarahan ringan sering

ditemukan pada tahun pertama. Bila tidak masalah dan klien

tidak hamil, tidak diperlukan tindakan apapun. Bila klien

tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin

melanjutkan pemakaian implant, dapat diberikan: Pil

kombinasi selama siklus atau ibuprofen 3x800 mg selama 5

hari. Terangkan kepada klien bahwa akan terjadi

perdarahan setelah pil kombinasi habis. Bila terjadi

perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan2 tablet pil

kombinasi untuk 3-7 hari dan kemudian dilanjutkan dengan

satu siklus pil kombinasi atau 50 mg etinilestrodial atau 1,25

mg estrogen equein konjugasi untuk 14-21 hari.

b). Kontrasepsi AKDR/ IUD

Kontrasepsi modern atau IUD (Intra Uterine Device)

adalah alat kontrasepsi yang disisipkan ke dalam rahim, terbuat

dari bahan semacam plastik, ada pula yang dililit tembaga, dan

bentuknya bermacam-macam. Bentuk yang umum dan

mungkin banyak dikenal oleh masyarakat adalah bentuk spiral.


Spiral tersebut dimasukkan ke dalam rahim oleh tenaga

kesehatan (dokter/bidan terlatih). Sebelum spiral dipasang,

kesehatan ibu harus diperiksa dahulu untuk memastikan

kecocokannya. Sebaiknya IUD ini dipasang pada saat haid atau

segera 40 hari setelah melahirkan.

Bentuk AKDR yang beredar di pasaran adalah spiral

(Lippes loop), huruf T (Tcu380A, Tcu200C dan Nova T), tulang

ikan (MLCu250 dan 375) dan batang (Gynefix). Unsure

tambahan adalah tembaga (cuprum) atau hormone

(Levonorgestrel). BKKBN menggunakan Cupper T 380 A

sebagai standar yang dibuat oleh PT kimia farma (Manuaba,

2013)

Keuntungan dari alat kontrasepsi ini yaitu :

(1). Memiliki efektifitas yang tinggi (6 kegagalan dalam 1000

kehamilan)

(2). Dapat efektif segera setelah dipasang

(3). Dapat diterima masyarakat dunia termaksud Indonesia dan

menempati urutan ketiga dalam pemakaian.

(4). Pemasangan tidak memerlukan medis teknik yang sulit

(5). Control medis yang ringan

(6). Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah

abortus (apabila tidak terjadi infeksi )

(7). Penyulit tidak terlalu berat


(8). Pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung

baik

Kerugian dari alat kontrasepsi ini adalah sebagai berikut:

(1). Terdapat perdarahan (spotting dan menometroragia)

(2). Leukorea, sehingga menguras protein tubuh dan liang

senggama terasa lebih basah

(3). Dapat terjadi infeksi

(4). Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau

sekunder dan kehamilan ektopik

(5). Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan

mengganggu hubungan seksual (Manuaba, 2013).

c). Kontrasepsi Mantap

Kontrasepsi mantap adalah suatu metode kontrasepsi

dengan cara mengikat atau memotong saluran telur

(perempuan) atau saluran sperma (laki-laki) kontap dijalankan

dengan melakukan operasi kecil pada organ reproduksi

sehingga proses reproduksi tidak lagi terjadi dan kehamilan

angka terhindar untuk selamanya (Manuaba, 2013).

Kontrasepsi Mantap (Kontap) terdiri dari 2 macam yaitu

Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria

(MOP) . MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip

metode ini adalah memotong atau mengikat tuba/tuba falopii

sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma.

Sedangkan MOP sering dikenal dengan sebutan Vasektomi,


yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga

cairan sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi (Handayani,

2010)

d). Metode Kontrasepsi Jangka Pendek

(1). Kontrasepsi Pil

Pil oral akan menggantikan produksi normal

estrogen dan progesteron oleh ovarium. Pil oral akan

menekan hormon ovarium selama siklus haid yang normal,

sehingga juga menekan releasing factors di otak dan

akhirnya mencegah ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan

hanya untuk mencegah ovulasi, tetapi juga menimbulkan

gejala-gejala pseudo pregnancy (kehamilan palsu) seperti

mual, muntah, payudara membesar, dan terasa nyeri.

Efektivitas pil pada penggunaan yang sempurna adalah

99,5- 99,9% dan 97% (Handayani, 2010).

Cara kerja KB Pil yaitu menekan ovulasi, mencegah

implantasi, mengentalkan lendir serviks dan pergerakan

tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan terganggu

(Saifuddin, 2008).

Jenis KB Pil yaitu:

(a). Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengamdung hormon aktif estrogen atau progestin,

dalam dosisi yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon

aktif, jumlah dan porsihormonnya konstan setiap hari.


(b). Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen, progestin, dengan

dua dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis

hormon bervariasi.

(c). Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen atau progestin,

dengan tiga dosis yang berbeda 7 tablet tanpa hormon

aktif, dosis hormon bervariasi setiap hari (Sulistyawati,

2013).

Keuntungan KB Pil yaitu tidak mengganggu hubungan

seksual, siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia),

dapat digunakam sebagai metode jangka panjang, dapat

digunakan pada masa remaja hingga menopause, mudah

dihentikan setiap saat, kesuburan cepat kembali setelah

penggunaan pil dihentikan dan membantu mencegah:

kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium,

kista ovarium, acne, disminorhea (Handayani, 2010).

Keterbatasan KB Pil yaitu amenorrhea, perdarahan

haid yang berat, perdarahan diantara siklus haid, depresi,

kenaikan berat badan, mual dan muntah, perubahan libido,

hipertensi dan jerawat (Sinclair, 2010).

(2). Kontrasepsi Suntikan

Jenis kontrasepsi suntik mempunyai efektivitas yang

tinggi, dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per


tahun, jika penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai

jadwal yang telah ditentukan (Sulistyawati, 2013)

Terdapat 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya

mengandung progestin, yaitu :

(a). Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung

150 mg DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan

cara di suntik intramuscular (di daerah pantat).

(b). Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat),

mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan

setiap dua bulan dengan cara di suntik intramuscular (di

daerah pantat atau bokong) (Sulistyawati, 2013),

Cara kerja kontrasepsi Suntik yaitu menghalangi

pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan

ovum, mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan

kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir

rahim tipis dan atrofi. menghambat transportasi gamet oleh

tuba falloppii (Sulistyawati, 2013)

Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat

efektif, pencegah kehamilan jangka panjang, pemberiannya

sederhana 8-12 minggu, tidak mengganggu hubungan

seksual, pengawasan medis yang ringan, dapat diberikan

pasca persalinan, pasca- keguguran atau pasca menstruasi.

Sedangkan keterbatasan pengguna KB suntik yaitu sering

ditemukan gangguan haid, klien sangat bergantung pada


pelayanan kesehatan (harus kembali untuk disuntik), tidak

dapat dihentikan sewaktu waktu sebelum suntikan

berikutnya, tidak melindungi dari infeksi menular seksual,

terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentiaan

penggunaan dan efek samping yaitu amenore dan

perdarahan/perdarahan bercak (Manuaba, 2013).

Penanganan terjadinya efek samping penggunaan

kontrasepsi suntik yaitu:

(a). Amenore

Apabila tidak hamil maka tidak perlu pengobatan

apapun. Jelasakan bahwa darah haid tidak terkumpul

dalam rahim dan nasehati untuk kembali ke klinik.

Apabila terjadi kehamilan, rujuk klien dan hentikan

penyuntikkan. Apabila terjadi kehamilan ektopik rujuk

klien segera. Jangan berikan terapi hormonal untuk

menimbulkan perdarahan karena tidak akan berhasil.

(b). Perdarahan/perdarahan bercak

Informasikan bahwa perdarahan ringan memang

sering dijumpai tetapi hal ini bukanlah masalah serius,

dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Bila klien

tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin

melanjutkan suntikan maka dapat disarankan dua pilihan

pengobatan yaitu preparat estrogen dan progesteron

(Manuaba, 2013).
(3). Kondom

Kondom adalah alat kontrasepsi atau alat untuk

mencegah kehamilan atau penularan penyakit kelamin pada

saat bersenggama. Kondom biasanya dibuat dari bahan

karet latex dan dipakaikan pada alat kelamin pria atau

wanita dalam keadaan ereksi sebelum bersenggama atau

berhubungan suami istri.

Keuntungan penggunaan kondom yaitu: murah, mudah

didapat (tanpa resep dokter), tidak memerlukan

pengawasan, mengurangi kemungkinan penularan penyakit

kelamin. Kerugiannya yaitu : menganggu hubungan seksual,

mudah robek dan hanya satu kali pemakaian. Efek samping

terdapat reaksi alergi terhadap kondom karet.

(4). Spermisida

Spermisida adalah metode untuk mencegah hamil,

yang biasanya mengandung bahan kimia nonoxynol-9 yang

dapat membunuh sperma atau menghentikan

pergerakannya. Alat KB ini tersedia dalam bentuk gel, krim,

foam atau supositoria. Spermisida harus dimasukkan

kedalam vagina sebelum berhubungan intim. Spermisida

mulai bekerja setidaknya 10-15 menit setelah pemasangan.

Keuntungan dari spermisida yaitu tidak menganggu

produksi ASI, tidak menganggu kesehatan, tidak


mempunyai pengaruh sitemik, mudah digunakan, tidak perlu

resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus. Kerugian

penggunaan spremisida yaitu efektivitas kurang (3-21

kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama),

Efektivitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan

mengukuti cara penggunaan, ketergantungan pengguna

dari motivasi yang berkelanjutan yaitu dengan

menggunakannya setiap melakukan hubungan seksual,

pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah dipasang

sebelum melakukan hubungan seksual, dapat menimbulkan

iritasi atau alergi dan kejadian hamil tinggi sekitar 30 sampai

35 % karena pemasangan tidak sempurna atau terlalu cepat

melakukan senggama.

2. Tinjauan Tentang Pemilihan Alat Kontrasepsi

a. Pengertian

Penggunaan alat kontrasepsi aman sekaligus nyaman, ibarat

mencari jodoh, perlu ketelitian dan kejujuran agar mendapatkan yang

sesuai diinginkan dan cocok. Masalah pemilihan alat kontrasepsi

banyak dihadapi wanita muda yang baru menikah, ada yang bertujuan

menunda kehamilan atau memiliki anak atau berniat mengatur jarak

kelahiran anak. Memilih alat kontrasepsi perlu dibekali dengan

pengetahuan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya. Pada

dasarnya tidak ada alat kontrasepsi yang 100% aman dan efektif serta
yang terpenting memaksimalkan manfaat dan meminimalkan efek

sampingnya (Sumaryoto, 2010).

Sampai saat ini belum tersedia satu metode kontrasepsi yang

benar-benar 100% ideal/sempurna. Pengalaman menunjukkan bahwa

saat ini pilihan metode kontrasepsi umumnya masih dalam bentuk

supermarket dimana calon Peserta memilih sendiri metode

kontrasepsi yang diinginkannya, hal ini menunjukkan bahwa sulitnya

calon menentukan pilihan alat kontrasepsi yang akan dipakai sehingga

membutuhkan pengetahuan akan alat KB yang kemungkinan cocok

untuk digunakan (Hartanto, 2011).

Pemilihan metode kontrasepsi, seharusnya dapat memandang

dari pihak calon akseptor dan pihak medis/petugas KB, ada 2 hal yang

sangat penting yang ingin diketahui oleh pasangan calon akseptor,

yaitu efektivitas dan keamanan (Manuaba, 2013).

b. Faktor penyebab pemilihan alat kontrasepsi

Faktor eksternal penyebab kurangnya pengguna alat kontrasepsi

antara lain dari fasilitas kesehatan, yaitu:

1). Pelayanan KB dan kesehatan reproduksi terutama ketersediaan

kontrasepsi di daerah miskin sering kali belum tersedia secara

meluas.

2). Ketersediaan tenaga yang tidak memadai.

3). Sumber dana pengadaan dan peralatan KB yang masih kurang.


4). Biaya pelayanan dan transportasi ke tempat pelayanan yang tidak

terjangkau oleh penduduk miskin atau penyebabnya pendapatan

masyarakat yang masih kurang (Handayani, 2010).

Pemilihan kontrasepsi rasional yaitu :

a. Fase menunda kehamilan (pil, IUD, sederhana atau kondom,

suntikan dan implant.

b. Fase menjarangkan kehamilan (IUD, suntikan, pil, implant).

c. Fase tidak hamil lagi (steril, IUD, implant, suntikan dan pil)

(Handayani, 2010).

Faktor eksternal lainnya yaitu sosial budaya. Dukungan sosial

dan psikologis sangat diperlukan oleh setiap individu di dalam setiap

siklus kehidupan, dukungan sosial akan semakin dibutuhkan pada

saat seseorang sedang menghadapi masalah atau sakit, disinilah

peran anggota keluarga diperlukan untuk menjalani masa-masa sulit

dengan cepat. Salah satu dukungan keluarga yang dapat di berikan

yakni dengan melalui perhatian secara emosi, diekspresikan melalui

kasih sayang dan motivasi anggota keluarga yang sakit agar terus

berusaha mencapai kesembuhan (Efendi, 2009).

Faktor internal dalam pemilihan alat kontrasepsi terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu sebagai berikut :

a. Tingkat Pendidikan

Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin

mudah menerima informasi. Pendidikan merupakan salah satu


faktor yang mempengaruhi pengetahuan tentang metode

kontrasepsi. Orang yang berpendidikan tinggi akan memeberikan

respon yang lebih rasional dari pada mereka yang berpendidikan

rendah, lebih kreatif dan terbuka terhadap usaha-usaha

pembaharuan (Wawan dan Dewi, 2010)

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana

seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi

dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan lebih tinggi biasanya

bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang lebih

berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru (Ma’ruf,

2013).

Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi

perilaku masyarakat dalam kesehatan yang selanjutnya akan

berdampak pada derajat kesehatan. Orang yang tidak

berpendidikan atau golongan ekonomi rendah kurang

memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia. Tinggi

rendahnya pendidikan berkaitan dengan sosio ekonomi, kehidupan

seks dan kebersihan. Pendidikan dimana diharapkan seseorang

dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas

pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang

yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan

rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh

dipendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada

pendidikan non formal, pengetahuan seseorang dengan suatu


obyek juga mengandung dua aspek yaitu positif dan negatif. Kedua

aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang

terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek

yang diketahui, akan menumbuhkan sikap positif terhadap obyek

tersebut (Martini, 2013).

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai

intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya

dibagi dalam enam tingkat pengetahuan:

1). Tahu (know), tahu diartikan hanya sebagai memanggil memori

yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Oleh

sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur orang tahu tentang apa

yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2). Memahami (comperhension), memahami suatu objek bukan

sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat

menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui

tersebut.

3). Aplikasi (aplication), aplikasi diartikan apabila seseorang telah

memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau

mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui tersebut pada

situasi yang lain.


4). Analisis (analysis), analisis adalah kemampuan sesorang untuk

menjabarkan dan memisahkan, dan mencari hubungan antara

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau

objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang

telah sampai pada tingkat analisis adalah apabila seseorang

telah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang

tersebut telah dapat membedakan, atau mengelompokkan,

membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek

tersebut.

5). Sintesis (synthesis), sintesis menunjukan suatu kemampuan

sesorang untuk merangkum atau meletakan dalam suatu

hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan

yang dimiliki. Dengan kata lainsintesi adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang

telah ada.

6). Evaluasi (evaluation), evaluasi ini berkaitan dengan

kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan

sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri (Notoatmodjo, 2012).

c. Umur

Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah umur/usia akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya. Umur dimaksud


disini adalah salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang

menjadi akseptor KB, sebab umur berkaitan dengan potensi

produksi dan perilaku tidaknya seseorang memantau alat

kotrasepsi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada ibu muda

di USA, mereka mengatakan bahwa untuk menjarangkan

kehamilan diperlukan suatu metode kontrasepsi yang efektif untuk

jangka panjang, karena umur yang muda maka masa

reproduktifnya lebih panjang, dari penelitian tersebut didapatkan

data pada wanita usia <21 tahun cenderung mengalami kehamilan

yang tidak diinginkan dan abortus lebih besar dua kali.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia membagi kelompok

umur untuk akseptor KB menjadi dua kategori yaitu umur <20 atau

>35 tahun, umur 20-35 tahun. Umur <20 tahun atau umur >35

tahun adalah usia untuk menunda kehamilan,umur 20-35 tahun

untuk menjarangkan kehamilan. (Depkes RI, 2006).

3. Tinjauan Tentang Budaya

a. Pengertian

Budaya dari kata sans atau Bodhya yang artinya pikiran dan akal

budi. Budaya ialah segala hal yang dibuat oleh manusia berdasarkan

pikiran dan akal budinya yang mengandung cipta rasa dan karsa.

Dapat berupa kesenian, pengetahuan, moral, hukum, kepercayaan,

adat istiadat ataupun ilmu (Sunaryo, 2015).

Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “buddhayah”,

yang merupakan bentuk jamak dari kata “buddhi” yang berarti budi
atau akal. Dari definisi tersebut, dapat diartikan bahwa budaya adalah

hal-hal yang bersangkutan dengan akal budi manusia. Sementara itu,

istilah culture atau kebudayaan berasal dari bahasa Latin, yaitu colore,

yang berarti mengolah atau mengerjakan tanah atau bertani. Dari kata

colore menjadi culture, kebudayaan berarti bahwa segala daya dan

kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam (Soekanto,

2009).

Kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur, dan

mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu

kelompok sosial dalam memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik

yang berupa upaya mencegah penyakit maupun menyembuhkan diri

dari penyakit. Masalah utama sehubungan dengan hal tersebut adalah

bahwa tidak semua unsur dalam suatu sistem budaya kesehatan

cukup ampuh serta dapat memenuhi semua kebutuhan kesehatan

masyarakat yang terus meningkat akibat perubahan-perubahan

budaya yang terus menerus berlangsung. Sedangkan pada pihak lain

tidak semua makna unsur-unsur pengetahuan dan praktek biomedis

yang diperlukan masyarakat telah sepenuhnya dipahami ataupun

dilaksanakan oleh sebagian terbesar para anggota suatu komunitas

masyarakat. Bahkan dari segi perawatan dan pelayanan medis belum

seluruhnya berhasil memenuhi kebutuhan dan harapan suatu

masyarakat karena adanya berbagai masalah keprofesionalan, seperti

perilaku profesional medis yang belum sesuai dengan kode etik,

pengutamaan kepentingan pribadi dan birokrasi, keterbatasan dana


dan tenaga, keterbatasan pemahaman komunikasi yang berwawasan

budaya (Kalangie, 2010).

Kepercayaan datang dari apa yang kita lihat dan apa yang kita

ketahui. Sekali kepercayaan telah terbentuk maka ia akan menjadi

dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan

dari objek tertentu. Kepercayaan dapat terus berkembang.

Pengalaman pribadi, apa yang diceritakan orang lain dan kebutuhan

emosional kita sendiri merupakan determinan utama dalam

terbentuknya kepercayaan. Pengalaman pribadi yang

digeneralisasikan ini lalu membentuk streotipe. Apabila streotipe ini

sudah berakar sejak lama, maka orang akan mempunyai sikap yang

lebih didasarkan pada predikat yang dilekatkan oleh pola streotipenya

dan bukan didasarkan pada objek sikap tertentu. Sikap yang didasari

pola streotipe seperti ini biasanya sangat sulit untuk menerima

perubahan. Kepercayaan tidak selalu akurat. Kadang-kadang

kepercayaan itu terbentuk justru dikarenakan kurang atau tidak

adanya informasi yang benar mengenai objek yang dihadapi (Azwar,

2015).

Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau

nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan

dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Kepercayaan

seseorang terhadap hal tersebut tergantung dari kuatnya kepercayaan


yang diturunkan oleh nenek moyangnya dan pengalaman yang dimiliki

(Notoatmodjo, 2012).

Budaya merupakan nilai yang berguna bagi kehidupan manusia

jasmani dan rohani. Nilai adalah suatu perangkat preferensi yang

diakui syahnya menurut aturan yang ada. Nilai yang dianut seseorang

ditentukan oleh semua prilakunya karena nilai tersebut menghasilkan

norma-norma dan mengajarkan bahwa norma-norma tersebut adalah

benar. Nilai yang dianut individu mempengaruhi pengolahan informasi

yang membentuk representasi internal. Nilai bersifat permanen karena

tertanam pada individu selama masa pertumbuhannya. Latar belakang

budaya, masyarakat dan lembaga-lembaga sosial merupakan

sebagian besar asal dari mana nilai-nilai tertanam pada individu. Jadi

nilai yang dianut individu dipengaruhi oleh persepsi orang yang

penting bagi individu dalam menilai objek yang bersangkutan (Azwar,

2015).

Nilai mempengaruhi individu berperilaku atau mengambil

keputusan sesuai dengan nilai tersebut. Nilai berfungsi sebagai

rujukan dalam memilih dan mengevaluasi tingkah laku dan kejadian-

kejadian. Dengan demikian nilai berfungsi sebagai pengarah tingkah

laku dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Selain nilai dan sistem

nilai, pembentukan representasi internal juga dipengaruhi norma

subjektif. Norma subjektif adalah persepsi mengenai pendapat orang

lain tertentu (important others) tentang apa yang harus atau tidak

boleh dilakukan (Azwar, 2015)


Jadi defenisi budaya berdasarkan teori tersebut diatas adalah

segala hal yang diciptakan oleh manusia dengan pemikiran dan budi

nuraninya untuk dan atau dalam kehidupan bermasyarakat. Atau lebih

singkatnya manusia membuat sesuatu berdasar budi dan pikirannya

yang diperuntukan dalam kehidupan bermasyarakat.

Terciptanya sebuah kebudayaan bukan hanya dari buah pikir dan

budi manusia, tetapi juga dikarenakan adanya interaksi antara

manusia dengan alam sekitarnya. Suatu interaksi dapat berjalan

apabila ada lebih dari satu orang yang saling berhubungan atau

komunikasi. Perubahan kebudayaan bisa saja terjadi akibat

perubahan sosial dalam masyarakat, begitupula sebaliknya. Manusia

sebagai pencipta kebudayaan dan pengguna kebudayaaan,sehingga

kebudayaan akan selalu ada jika manusiapun ada.

Sosial adalah cara tentang bagaimana para individu saling

berhubungan. Sedangkan menurut Daryanto (1998), sosial

merupakan sesuatu yang menyangkut aspek hidup masyarakat.

Namun jika di lihat dari asal katanya, sosial berasal dari kata ”socius”

yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan berkembang

dalam kehidupan secara bersama-sama (Enda, 2010).

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu

buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau

akal) di artikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal

manusia. Budaya berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia

yang harus di biasakan dengan belajar serta keseluruhan dari hasil


budi pekerti. Sedangkan menurut Larry, dkk kebudayaan dapat berarti

simpanan akumulatif dari pengetahuan, pengalaman, kepercayaan,

nilai, sikap, makna, hirarki, agama, pilihan waktu, peranan, relasi

ruang, konsep yang luas, dan objek material atau kepemilikan yang di

miliki dan di pertahankan oleh sekelompok orang atau suatu generasi

(Sunaryo, 2015).

Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang di aturkan atau di

ajarkan manusia kepada generasi berikutnya, budaya adalah sesuatu

yang kompleks yang mengandung pengetahuan, kepercaayaan seni,

moral, hukum, kebiasaan, dan kecakapan lain yang merupakan

kebiasaan manusia sebagai anggota komunikasi setempat.

Kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu

pengetahuan, religius, dan segala pernyataan intelektual dan artistik

yang menjadi ciri khas suatu masyarakat (Sunaryo, 2015).

Kondisi sosial budaya (adat istiadat) dan kondisi lingkungan

(kondisi geografis) berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi.

Situasi budaya dalam hal ini adat istiadat saat ini memang tidak

kondusif untuk help seeking behavior dalam masalah kesehatan

reproduksi di Indonesia. Hal ini dikemukakan berdasarkan realita,

bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya sudah terbiasa

menganggap bahwa kehamilan merupakan suatu hal yang wajar yang

tidak memerlukan antenal care. Hal ini tentu berkaitan pula tentang

pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya


antenal care dan pemeliharaan kesehatan reproduksi lainnya

(Sunaryo, 2015).

b. Pembagian Budaya

Karakteristik budaya adalah pengalaman yang bersifat univerbal

sehingga tidak ada dua budaya yang sama persis. Budaya bersifat

stabil, tetapi juga di namis karena budaya tersebut diturunkan kepada

generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan. Budaya di isi

dan tentukan oleh kehidupan manusia sendiri tanpa di sadari. Menurut

pandangan antropologi tradisional, budaya di bagi menjadi dua yaitu:

1) Budaya material, budaya material dapat beruapa objek, seperti

makanan, pakaian, seni, benda - benda kepercayaan.

2) Budaya non material terdiri dari:

a) Kepercayaan

Kepercayaan adalah bagian psikologis terdiri dari keadaan

pasrah untuk menerima kekurangan berdasarkan harapan

positif dari niat atau perilaku orang lain. Kepercayaan adalah

harapan seseorang, asumsi-asumsi atau keyakinan akan

kemungkinan tindakan seseorang akan bermanfaat,

menguntungkan atau setidaknya tidak mengurangi keuntungan

yang lainnya (Lendra, 2006).

b) Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Sebagaian besar pengetahuan manusia di


peroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2012).

c) Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup

dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap

secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi

terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari

merupakans reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus

sosial (Notoatmodjo, 2012).

d) Nilai

Nilai adalah merupakan suatu hal yang nyata yang

dianggap baik dan apa yang dianggap buruk, indah atau tidak

indah, dan benar atau salah. Nilai adalah asumsi yang abstrak

dan sering tidak di sadari tentang apa yang di anggap penting

dalam masyarakat. Sedangkan norma adalah kebiasaan umum

yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok

masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma adalah

sesuatu yang berada di luar individu, membatasi mereka dan

mengendalikan tingkah laku mereka (Notoatmodjo, 2012).

c. Unsur Budaya

Adapun unsur-unsur dari budaya adalah :


1) Sistem religi, terdiri dari sistem kepercayaan kesusastraan suci,

sistem upacara keagamaan, kelompok keagamaan, ilmu gaib,

serta sistem nilai dan pandangan hidup.

2) Sistem dan organisasi masyarakat, terdiri dari sistem kekerabatan,

sistem kesatuan hidup setempat, asosiasi dan perkumpulan-

perkumpilan dan sistem kenegaraan.

3) Sistem pengetahuan, terdiri dari pengetahuan tentang sekitar

alam, pengetahuan tentang alam flora, pengetahuan tentang zat-

zat bahan mentah, pengetahuan tentang tubuh manusia, dan

pengetahuan tentang ruang, waktu dan bilangan.

4) Bahasa, terdiri dari bahasa lisan dan tulisan.

5) Kesenian, terdiri dari seni patung, seni relief, seni lukis/gambar,

seni rias, seni vocal, seni instrumenseni kesusastraan dan seni

drama.

6) Mata pencaharian, terdiri dari berburu dan meramu, perikanan,

bercocok tanam di lading, bercocok tanam menetap, peternakan,

perdagangan.

7) Teknologi dan peralatan, terdiri dari alat-alat produktif, alat-alat

distribusi dan transport, wadah-wadah atau tempat untuk

menaruh, makanan dan minuman, pakaian dan perhiasan, tempat

berlindung dan perumahan dan senjata.


d. Wujud Budaya

Tiga gejala kebudayaan yaitu ideas, activities, dan artifact,

memiliki arti sebagai berikut:

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari ide-ide,

gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan

sebagainya.

2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta

tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

e. Budaya dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi sangat terkait dengan budaya,

sebab alat kontrasepsi terkait dengan cara pemasangan dan

kebiasaan menggunakan. Sebagaimana diketahui bahwa

pemasangan alat kontrasepsi IUD misalnya, pemasangan alat ini

melalui alat kemaluan wanita yang tidak terterima pada orang-orang di

lingkungan budaya tertentu. Di samping itu penggunaannya terkait

dengan kebiasaan masyarakat yang hidup di lingkungan tertentu.

Seseorang akan tertarik menggunakan salah alat kontrasepsi jika

orang-orang di sekitarnya menggunakan alat kontrasepsi yang sama.

contohnya ketertarikan seseorang pada penggunaan alat kontrasepsi

suntik akan timbul jika orang-orang di sekitarnya juga menggunakan

kontrasepsi suntik. Termasuk juga kebiasaan yang turun temurun, dari

ibu ke anak, dan seterusnya (Assails, 2012).


B. Landasan Teori

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Upaya ini dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan

upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obat-

obatan.

Pemilihan alat kontrasepsi dapat disebabkan oleh berbagai, faktor-

faktor ini meliputi salah pengertian dalam masyarakat mengenai berbagai

metode, kepercayaan religius serta budaya, tingkat pendidikan, persepsi

mengenai risiko kehamilan, dan status wanita. Penyedia layanan harus

menyadari bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi pemilihan

metode di daerah mereka dan harus memantau perubahan-perubahan

yang mungkin mempengaruhi pemilihan metode. Dalam hal ini perlu

melibatkan para tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam melakukan

penyuluhan tentang penggunaan metode kontrasepsi di masyarakat.

Misalnya dengan mengajak ulama atau kepala desa yang istrinya telah

menggunakan alat kontrasepsi sehingga dapat menjadi referensi dan

panutan masyarakat dalam menggunakan alat kontrasepsi.


C. Kerangka Teori

Adapun kerangka teori digambarkan sebagai berikut:

Pendidikan

Pengetahuan Pemilihan Alat


Kontrasepsi

Umur

Sosial Budaya

Gambar 2.1. Kerangka Teori

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian digambarkan sebagai berikut:

Sosial Budaya Pemilihan Alat


Kontrasepsi

Keterangan :

: Variabel Bebas

: Variabel Terikat

: Garis hubungan variabel diteliti

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian


E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini yaitu ada hubungan sosial budaya dengan

pemilihan alat kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota

Kendari Tahun 2018.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey

dengan rancangan Cross Sectional Study yaitu analisis hubungan

antara variabel penelitian sebab akibat yang terjadi pada obyek

penelitian. Variabel penelitian diukur atau dikumpulkan secara

simultan/dalam waktu tertentu secara bersamaan disebut cross

sectional (tabulasi silang) dimana data yang dikumpulkan dari subyek

sekaligus (Notoatmodjo, 2012).

2. Rancangan Penelitian

Rancangan peneltian Cross Sectional Study digambarkan

sebagai berikut:

Populasi
Sampel

Budaya Mendukung Budaya Tidak Mendukung

Memilih Memilih tidak Memilih Memilih tidak


menggunakan menggunakan menggunakan menggunakan
Kontrasepsi Kontrasepsi Kontrasepsi Kontrasepsi

Gambar 3.1. Bagan Desain Penelitian Cross Sectional Study


B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 9 Juli sampai 9

Agustus 2018.

2. Tempat Penelitian

Tempat Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas

Labibia Kota Kendari Tahun 2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah Seluruh Pasangan Usia

Subur dalam hal ini ibu yang termasuk Wanita Usia Subur di Wilayah

Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari Tahun 2018 yang berjumlah

2.346 orang.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian

kecil Pasangan Usia Subur dalam hal ini ibu yang termasuk Wanita

Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari Tahun

2018. Besaran Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan

rumus Slovin dari Riyanto (2013) yaitu sebagai berikut:

n= N (Nursalam, 2011)
N(d) 2  1

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Nilai preposisi (0,1)


Berdasarkan rumus tersebut perhitungan jumlah sampel sebagai

berikut:

n = 2346
2346(0,12 )  1

= 2346
24,46

= 95,9 orang.

Jadi total jumlah sampel dalam penelitian ini 96 PUS. Teknik

pengambilan sampel secara Simple Random Sampling yaitu

pengambilan sampel ibu yang termasuk dalam Pasangan Usia Subur

di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari yang memenuhi

syarat sesuai kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria sampel yaitu:

a. Kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subjek yang dimasukkan

dalam penelitian terdiri dari :

1). Ibu yang termasuk dalam Pasangan Usia Subur yang bersedia

menjadi responden dengan menandatangani format informed

consent.

2). Ibu yang termasuk dalam Pasangan Usia Subur yang

berdomisili dan menetap di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia

Kota Kendari minimal 6 bulan.

b. Kriteria eksklusi yaitu kriteria subjek yang harus dikeluarkan dari

penelitian (Riyanto, 2011), dalam penelitian ini terdiri dari:

1). Ibu yang termasuk dalam Pasangan Usia Subur yang bekerja

sebagai petugas kesehatan, tenaga medis/paramedis.


2). Ibu yang termasuk dalam Pasangan Usia Subur sedang dalam

kondisi sakit atau, mengalami kelainan gangguan jiwa/cacat

buta dan tuli atau tidak dapat berkomunikasi, dapat membaca

dan menulis dengan baik.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Terikat (Dependent)

Variabel terikat pada penelitian ini yaitu pemilihan alat

kontrasepsi.

2. Variabel Bebas (Independent)

Variabel bebas dari penelitian ini yaitu budaya.

E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Pemilihan Alat Kontrasepsi

Pemilihan alat kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah

terjadinya kehamilan. Pelayanan kontrasepsi dapat bersifat sementara

maupun bersifat permanen, penilaian menggunakan pertanyaan

penggunaan kontrasepsi dan pemilihan jenis kontrasepsi pil, suntik,

implan, IUD, metode efektif seperti MOP dan MOW. Skala data

variabel pemilihan alat kontrasepsi adalah ordinal.

Kriteria Objektif:

a. Menggunakan : Bila memakai alat kontarasepsi dengan jenis

kontrasepsi pil, suntik, implan, IUD, metode

efektif seperti MOP dan MOW.

b. Tidak menggunakan : Bila tidak memakai alat kontrasepsi (Assails,

2012).
2. Budaya

Budaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian,

kebiasaan atau kepercayaan ibu yang termasuk dalam Pasangan Usia

Subur dalam pemilihan alat kontrasepsi (Sunaryo, 2015). Penilaian

dengan menggunakan kuesioner berjumlah 10 pertanyaan. Skala

penilaian kuesioner menggunakan skala Guttman jika menjawab ya

diberi skor 1 dan menjawab tidak diberi skor 0. Skala data variabel

budaya adalah ordinal.

Kriteria objektif:

a. Mendukung : Bila jawaban benar 56%-75% dari seluruh

pertanyaan

b. Tidak Mendukung : Bila jawaban benar < 56% dari seluruh

pertanyaan (Arikunto, 2010).

F. Jenis dan Sumber Data Penelitian

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh/bersumber dari

responden ibu yang termasuk dalam Pasangan Usia Subur yang

memenuhi kriteria. Adapun jenis data primer tersebut meliputi:

identitas responden, pemilihan alat kontrasepsi dan budaya dengan

menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang berupa informasi tentang

keluarga berencana dan alat kontrasepsi yang diperoleh/bersumber

dari Puskesmas Labibia, Dinas Kesehatan Kota Kendari, Dinas


Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, Instansi terkait lainnya dan

referensi buku maupun internet dan lain-lain yang akan disesuaikan

dengan kebutuhan penelitian.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan kuesioner yaitu identitas responden,

pemilihan alat kontrasepsi dan budaya berjumlah 10 pertanyaan terdiri

dari favorable 5 nomor 1 sampai 5 dan unfavorable 5 nomor 6 sampai

10.

H. Alur Penelitian

Populasi PUS berjumlah 2.346 orang

Penetapan Jumlah Sampel 96 orang

Pengumpulan Data

Analisis data

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3.2. Kerangka Alur Penelitian

I. Pengolahan, Analisa dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dari kuesioner menggunakan komputer dengan

langkah-langkah pengolahan sebagai berikut:


a. Editing

Memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau

dikumpulkan. Editing dilakukan pada tahap pengumpulan data.

b. Coding

Pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri

dari beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila

pengolahan dan analisa data menggunakan komputer.

c. Tabulating

Penilaian data dengan memberikan skor pada pertanyaan

yang berkaitan dengan variabel penelitian setelah itu memasukkan

data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database

komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi dan membuat

tabel kontingensi.

2. Analisa Data

Analisa data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Alat

untuk analisis data dengan komputer dengan program Excel dan

SPSS.

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap deskripsi responden dan

deskripsi variabel penelitian dengan menggunakan rumus:

(Chandra, 2010)

Keterangan :

P = Persentase

f = frekuensi data yang ada


n = Total Sampel

100% = Konstansta

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk analisis hubungan atau

menilai adanya hubungan sesuai dengan perbandingan pada

hipotesis penelitian menggunakan uji statistic dengan rumus Chi

square menggunakan software SPSS, bila memenuhi syarat yaitu

sel tidak boleh ada yang mempunyai nilai harapan (expected count)

kurang dari 5, apabila tidak memenuhi syarat tersebut karena tabel

2x3 maka digunakan uji Exact Fisher.

Analisis Chi-Square dengan rumus :

N (ad - bc)2
X2 hitung = ----------------------------- (Chandra, 2010)
(a+b) (c+d) (a+c) (b+d)

Keterangan :

X2 = nilai chi-square

N = jumlah sampel

a,b,c,d = hasil penelitian sesuai dengan tabel kontingensi.

Kesimpulan yang diambil dari pengujian hipotesis yaitu

berdasarkan analisis Chi square dibandingkan dengan

membandingkan tabel nilai Chi square yaitu :

1). Jika X2 hitung > X2 tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang

berarti ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel

terikat dengan taraf kepercayaan 95,0% (α = 0,05).


2). Jika X2 hitung < X2 tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang

berarti tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat dengan taraf kepercayaan 95,0% (α = 0,05).

3. Penyajian Data

Data dari analisis univariat disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi dan data analisis bivariat dalam bentuk tabel

kontingensi yang dinarasikan.

J. Etika Penelitian

Masalah etika yang diperhatikan antara lain adalah sebagai

berikut:

1. Lembar persetujuan (Informed concent), merupakan cara persetujuan

antara peneliti dengan responden dengan memberikan lembar

persetujuan.

2. Tanpa Nama (Anonimity), dilakukan dengan cara tidak memberikan

nama responden pada lembar alat ukur, hanya menuliskan kode pada

lembar pengumpulan data.

3. Kerahasiaan (Confidentiality), menjamin kerahasiaan informasi

maupun masalah-masalah lainnya.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografis

Puskesmas Labibia merupakan salah satu Puskesmas dari 15

Puskesmas yang ada diwilayah Kota Kendari, yang berada diwilayah

Kecamatan Mandonga Kota Kendari. Kantor Puskesmas Labibia

terletak di Kelurahan Labibia Kecamatan Mandonga Kota Kendari

pada 3.90Lintang Selatan dan 122.50Bujur Timur. Luas wilayah kerja

Puskesmas Labibia ± 60 KM2 yang berjarak ± 6 KM dari Ibukota

Propinsi (Puskesmas Labibia, 2017).

Wilayah kerja Puskesmas Labibia meliputi 4 Kelurahan dari 6

Kelurahan yang ada di Kecamatan Mandonga, yaitu Kelurahan

Anggilowu, Kelurahan Alolama, Kelurahan Wawombalata dan

Kelurahan Labibia. Secara administratif wilayah kerja Puskesmas

Labibia diuraikan sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Soropia Kabupaten

Konawe.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Gunung Nipa-nipa (Kec.

Soropia)

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Mandonga

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bondoala

Kabupaten Konawe.
2. Keadaan Demografi

Berdasarkan registrasi penduduk pada awal Tahun 2017 jumlah

penduduk wilayah Puskesmas Labibia 14.276 jiwa. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis


Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota
Kendari Tahun 2017

Jenis Kelamin
No. Kelurahan Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1. Anggilowu 2884 2854 5738
2. Alolama 1474 1447 2921
3 . Wawombalata 2921 1594 3199
4. Labibia 1198 1220 2418
Jumlah 7161 7115 14.276
Sumber: Data Sekunder, 2018

3. Situasi Sumber Daya Upaya Kesehatan

1. Sarana dan Prasarana Kesehatan

Puskesmas Labibia terletak di Kelurahan Labibia dimana

wilayah kerja Puskesmas Labibia terdapat 2 jenis sarana kesehatan

yaitu sarana kesehatan pemerintah dan sarana kesehatan

bersumber daya masyarakat. Sarana Kesehatan terdiri dari

Puskesmas Induk Non Perawatan 1 unit dengan luas tanah ±555M²

dan luas bangunan 325M² yang terdiri dari dua (2) lantai dan

mempunyai ruangan berjumlah 11 ruangan., Puskesmas Pembantu

1 unit. Sarana Posyandu Balita berjumlah 11 unit dan Posyandu

Lansia 5 unit. Sarana transportasi yang dimiliki Puskesmas Labibia

saat ini terdiri dari 2 unit kendaraan roda empat dan 13 unit

kendaraan roda dua, dengan kondisi 5 unit kendaraan roda dua

kondisinya sudah rusak berat. Puskesmas Labibia mendapatkan


sarana obat-obatan yang berasal/bersumber dari Obat-obatan PKD

(APBD) dan Obat-obatan Program (Puskesmas Labibia, 2017).

2. Sumber Daya Tenaga Kesehatan

Distribusi tenaga kesehatan berdasarkan jenis pendidikan dan

status kepegawaian di Puskesmas Sampara dapat dilihat pada

Tabel 4.2.

Tabel 4. 2. Distribusi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Jenis


Pendidikan dan Status Kepegawaian di Puskesmas
Labibia Kota Kendari Tahun 2018

Status Kepegawaian
No Pendidikan Jumlah
PNS Kontrak Sukarela
1 S2 Manajemen
1 - - 1
Kesehatan
2 Dokter Umum 1 - - 1
3 Dokter Gigi 1 - - 1
6 S1 Kesmas 4 1 2 7
7 S1 Tegnologi
1 - - 1
Pangan
8 S1 Keperawatan 4 - 1 5
9 Apoteker 1 - - 1
10 S1 Analis
- - 1 1
Kesehatan
11 D4 Kebidanan 1 - - 1
12 D3 Kebidanan 3 1 6 10
13 D3 Gizi 2 - 1 3
14 D3 Sanitasi 1 - 2 3
15 D3 Keperawatan 6 - 2 8
16 D3 Perawat Gigi - - 1 1
17 D3 Farmasi - - 1 1
18 D1 Kebidanan 1 - - 1
19 Perawat (SPK) 2 - - 2
20 SMA 1 2 - 3
Jumlah 30 4 17 51
Sumber: Puskesmas Labibia, 2018
B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Distribusi karakteristik terdiri dari umur dan pendidikan

responden di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari

diuraikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di


Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari Tahun
2018

Karakteristik Jumlah
Kriteria
Responden n %
Umur (Tahun) 20-30 27 28,1
31-40 69 71,9
Pendidikan SD 38 39,6
SMP 18 18,8
SMU 27 28,1
Perguruan Tinggi 13 13,5
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 63 65,6
PNS 8 8,3
Wiraswasta 12 12,5
Karyawati 13 13,5
Total 96 100
Sumber : Data Primer, Tahun 2018

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa berdasarkan umur dari 96

responden terbanyak pada kelompok umur 20-30 tahun yaitu

sebanyak 27 responden (28,1%) dan pada kelompok umur 31-40

tahun berjumlah 69 responden (71,9%). Berdasarkan pendidikan dari

96 responden terbanyak SD berjumlah 38 responden (39,6%) dan

terendah Perguruan Tinggi berjumlah 13 responden (13,5%).

Berdasarkan pekerjaan dari 96 responden terbanyak Ibu Rumah

Tangga berjumlah 63 responden (65,6%) dan terendah PNS

berjumlah 8 responden (8,3%).


2. Analisis Univariat

a. Pemilihan Alat Kontrasepsi

Distribusi frekuensi pemilihan alat kontrasepsi responden di

Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari diuraikan pada

Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Pemilihan Alat Kontrasepsi Responden di


Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari
Tahun 2018
Pemilihan Alat Kontrasepsi n %
Menggunakan Suntik 39 40,6
Menggunakan Pil 10 10,4
Menggunakan Implan 3 3,1
Menggunakan IUD 1 1,0
Tidak Menggunakan 43 44,8
Jumlah 96 100
Sumber : Data Primer, Tahun 2018

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 96 responden terbanyak

menggunakan kontrasepsi suntik 39 responden (40,6%), pil 10

responden (10,4%), implan 3 responden (3,1%) dan IUD 1

responden (1,0%), sedangkan yang tidak menggunakan

kontrasepsi berjumlah 43 responden (44,8%).

b. Budaya

Distribusi frekuensi budaya tentang pemilihan alat

kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari

diuraikan pada Tabel 4.5.


Tabel 4.5. Distribusi Budaya tentang Pemilihan Alat
Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia
Kota Kendari Tahun 2018
Budaya n %
Mendukung 55 57,3
Tidak Mendukung 41 42,7
Jumlah 96 100
Sumber : Data Primer, Tahun 2018

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 96 responden terbanyak

budayanya mendukung berjumlah 55 responden (57,3%),

sedangkan budayanya tidak mendukung berjumlah 41 responden

(42,7%).

3. Analisis Bivariat (Hubungan Budaya dengan Pemilihan Alat

Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari

Tahun 2018)

Hubungan budaya dengan pemilihan alat kontrasepsi di

wilayah kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari Tahun 2018

diuraikan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Hubungan Budaya dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi


di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari
Tahun 2018

Pemilihan Alat
Kontrasepsi
Tidak Jumlah
Budaya Menggun X2hitung p
Menggu
akan
nakan
n % n % n %
Mendukung 40 72,7 15 27,3 55 100
Tidak
14,367 0,000
Mendukung 13 31,7 28 68,3 41 100
Jumlah 53 55,2 43 44,8 96 100
Sumber : Data Primer, Tahun 2018

Ada hubungan antara budaya dengan pemilihan alat

kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari


Tahun 2018 dengan hasil analisis Chi Square nilai X2hitung>X2tabel

(14,367>3,841) dan ρ< (0,000<0,05), maka sesuai hipotesis Ho

ditolak dan Ha diterima.

C. Pembahasan

1. Pemilihan Alat Kontrasepsi

Hasil penelitian diperoleh dari 96 responden terbanyak

menggunakan kontrasepsi berjumlah 53 responden (55,2%),

sedangkan yang tidak menggunakan kontrasepsi berjumlah 43

responden (44,8%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan

bahwa mayoritas menggunakan alat kontrasepsi. Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Assails (2012) diketahui bahwa

distribusi frekuensi berdasarkan pemilihan metode kontrasepsi (57,8%)

menggunakan metode kontrasepsi dan (42,2%) tidak menggunakan

metode kontrasepsi.

Responden yang tidak menggunakan alat kontrasepsi dapat

disebabkan oleh berbagai hal seperti pengetahuan, sikap,

kepercayaan, tradisi dan sebagainya. Hal ini berhubungan dengan

pengaruh dari orang-orang terdekat dan lingkungan sekitar. Pola

komunikasi dan interaksi dengan orang terdekat dan para tetangga

dapat mempengaruhi keyakinan dan sikap para responden tentang alat

kontrasepsi yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan sehingga pada

akhirnya akan mempengaruhi keputusan para responden dalam

melakukan pemilihan metode kontrasepsi.


Sesuai dengan teori menurut Notoatmodjo (2012) yang

menyatakan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang

kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi,

dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di

samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas

terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat

terbentuknya perilaku. Seseorang yang tidak mau menggunakan alat

kontrasepsi dapat disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum

mengetahui manfaat kontrasepsi untuk mengatur jarak kehamilannya

(Predisposing Factors). Selain itu, rumah masyarakat yang jauh

dengan posyandu atau puskesmas tempat menggunakan alat

kontrasepsi (Enabling Factors). Petugas kesehatan atau tokoh

masyarakat lain disekitarnya tidak menggunakan alat kontrasepsi

(Reinforcing Factors).

Responden yang menggunakan kontrasepsi sebanyak 53

responden terbanyak menggunakan suntik sebesar 39 responden

(40,6%), menggunakan pil 10 responden (10,4%), menggunakan

implan 3 responden (3,1%) dan menggunakan IUD 1 responden

(1,0%). Penggunaan kontrasepsi dapat berkaitan dengan faktor

karakteristik responden dalam hal ini umur, variabel umur dapat

ditentukan fase-fase penggunaan kontrasepsi yang ideal. Umur kurang

dari 20 tahun merupakan fase menunda kehamilan diperlukan pada

wanita yang menikah dengan umur masih muda, umur 20-35 tahun

adalah fase menjarangkan kehamilan dengan cara mengatur jarak


kehamilan yang baik yaitu antara 2-4 tahun, dan umur 35 tahun atau

lebih merupakan fase mengakhiri kehamilan yaitu fase tidak ingin hamil

lagi, diperlukan jika wanita sudah tidak ingin memiliki anak lagi.

Berdasarkan permasalahan tidak menggunakannya kontrasepsi

hal tersebut menunjukkan perilaku yang masih kurang, hal ini terjadi

karena mereka masih kurang dalam pengetahuan dan sikapnya

tentang penggunaan alat kontrasepsi, selain dari faktor individu yang

tidak aktif dalam memperoleh informasi dari pelayan kesehatan yang

masih kurang dalam promosi tentang penggunaan alat kontrasepsi

efektif terpilih, hal lainnya ada kemungkinan metode promosi atau

penyuluhan yang kurang menarik atau memasyarakat, artinya

masyarakat bosan, hal ini perlunya pemberian informasi dengan

metode dan media yang lebih menarik bagi masyarakat seperti dengan

bantuan media gambar sehingga masyarakat mudah dalam memahami

informasi yang diberikan.

2. Budaya

Hasil penelitian diperoleh dari 96 responden terbanyak

budayanya mendukung berjumlah 55 responden (57,3%), sedangkan

budayanya tidak mendukung berjumlah 41 responden (42,7%).

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas budaya

sekitar wilayah Puskesmas Labibia mendukung dalam penggunaan

alat kontrasepsi. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Assails

(2012) responden berdasarkan budaya (51,7%) mendukung dan

(48,3%) tidak mendukung.


Sesuai dengan teori menurut Handayani (2010) bahwa kondisi

budaya (adat istiadat) dan kondisi lingkungan (kondisi geografis)

berpengaruh terhadap pemilihan metode kontrasepsi. Hal ini

dikemukakan berdasarkan realita, bahwa masyarakat Indonesia pada

umumnya sudah terbiasa menganggap bahwa mengikuti program KB

merupakan suatu hal yang tidak diwajibkan. Hal ini tentu berkaitan pula

tentang pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya

program KB untuk mengontrol kehamilan dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan keluarga.

Responden yang budaya tidak mendukung disebabkan tidak

percaya bahwa menggunakan kontrasepsi dapat meningkatkan

kesejahteraan karena dapat mengatur jumlah anak, petugas kesehatan

tidak pernah memberikan sosialisasi tentang alat kontrasepsi di

lingkungan responden dan penggunaan kontrasepsi atas hanya

sekedar ikut-ikutan atau saran dari orang lain selain petugas

kesehatan. Hal lainnya budaya masyarakat yang masih beranggapan

bahwa banyak anak rezkinya semakin banyak, keluarga dan suami

kurang mendukung dan suami adalah pengambil keputusan utama

dalam keluarga, sehingga anggota keluarga cenderung untuk

mengikuti keputusan yang telah ditetapkan oleh suami. Dengan

demikian dalam memberikan pelayanan KB perlu melibatkan

partisipasi pria agar pria dapat mendorong pasangannya untuk

memakai alat kontrasepsi yang rasional, efektif, efisien dan sesuai

dengan perencanaan keluarga.


Berdasarkan permasalahan budaya tersebut perlunya

peningkatan pendidikan kesehatan mengupayakan agar perilaku

individu, kelompok atau masyarakat mempunyai pengaruh positif

terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, agar intervensi

atau upaya efektif. Untuk itu dalam meningkatkan pengetahuan tentang

alat kontrasepsi juga perlu dilakukan penyuluhan dan pembinaan pada

seluruh lapisan masyarakat khususnya suami sehingga mendukung

dalam pemilihan kontrasepsi yang sesuai bagi dirinya.

3. Hubungan Budaya dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Wilayah

Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari Tahun 2018

Aspek budaya adalah interaksi dalam bentuk dukungan eksternal

seperti dukungan masyarakat, dukungan keluarga, dukungan

pemerintah, kepercayaan terhadap penggunaan alat kontrasepsi. Hasil

penelitian diperoleh bahwa ibu yang termasuk pasangan usia subur

yang budayanya mendukung menggunakan alat kontrasepsi sebanyak

40 responden (72,7%), dan sebaliknya ibu yang termasuk pasangan

usia subur yang budayanya tidak mendukung tidak menggunakan alat

kontrasepsi sebanyak 28 responden (68,3%). Hal ini dapat disimpulkan

salah satu penyebab pemilihan alat kontrasepsi di Wilayah Kerja

Puskesmas Labibia Kota Kendari adalah budaya, karena semakin

mendukung budaya maka ibu cenderung menggunakan alat

kontrasepsi dan sebaliknya semakin tidak mendukung budaya maka

ibu cenderung tidak menggunakan alat kontrasepsi.


Penggunaan alat kontrasepsi sangat terkait dengan budaya,

sebab alat kontrasepsi terkait dengan cara pemasangan dan

kebiasaan menggunakan. Sebagaimana diketahui bahwa pemasangan

alat kontrasepsi misalnya, pemasangan alat yang melalui alat

kemaluan wanita yang tidak terterima pada orang-orang di lingkungan

budaya tertentu. Di samping itu penggunaannya terkait dengan

kebiasaan masyarakat yang hidup di lingkungan tertentu. Seseorang

akan tertarik menggunakan salah alat kontrasepsi jika orang-orang di

sekitarnya menggunakan alat kontrasepsi yang sama. contohnya

ketertarikan seseorang pada penggunaan alat kontrasepsi suntik akan

timbul jika orang-orang di sekitarnya juga menggunakan kontrasepsi

suntik. Termasuk juga kebiasaan yang turun temurun, dari ibu ke anak,

dan seterusnya.

Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Aritonang (2010)

yang menyatakan bahwa masyarakat pada umumnya mengikuti

kebudayaan dan adat-istiadat yang sejak dulu telah dibentuk demi

mempertahankan hidup dirinya sendiri ataupun kelangsungan hidup

suku mereka. Untuk tercapainya keberhasilan suatu program

pembangunan khususnya dalam masyarakat ini perlu dipahami apa

yang terdapat dan diadatkan dalam masyarakat. Bila dilihat dari garis

keturunan, masyarakat lebih cenderung sebagai masyarakat yang

patrilineal yang dalam hal ini posisi ayah atau bapak (laki-laki) lebih

dominan dibandingkan dengan posisi ibu (perempuan). Sebagai

makhluk sosial manusia hidup tidak terlepas dari budaya bahkan dapat
dipengaruhi oleh budaya di mana ia hidup. Budaya menyangkut adat

istiadat, tradisi, kebiasaan, aturan-aturan dan pendapatpendapat.

Penggunaan alat kontrasepsi juga turut dipengaruhi oleh faktor budaya

mengingat penggunanya hidup dalam lingkungan budaya.

Selanjutnya terdapat 15 responden (27,3%) budayanya

mendukung tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi dan 13

responden (31,75) budayanya tidak mendukung tetapi menggunakan

alat kontrasepsi, hal ini dapat disimpulkan bahwa pemilihan alat

kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari tidak

hanya disebabkan oleh budaya saja, tetapi dapat disebabkan oleh

berbagai faktor lainnya seperti dukungan dari keluarga dan lingkungan

sekitar.

Hasil analisis Chi Square diperoleh nilai X2hitung>X2tabel

(14,367>3,841) dan ρ< (0,000<0,05), yang berarti ada hubungan

antara budaya dengan pemilihan alat kontrasepsi di wilayah kerja

Puskesmas Labibia Kota Kendari Tahun 2018.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Assails (2012)

didapatkan hasil ada hubungan budaya dengan pemilihan metode

kontrasepsi dimana p-value <0,05. responden yang menyatakan

bahwa budaya mendukung memiliki peluang 3,574 kali lebih besar

untuk menggunakan metode kontrasepsi dibandingkan dengan

responden yang menyatakan bahwa budaya tidak mendukung.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka menurut penulis agar

dapat meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi perlu dalam hal


ini perlu melibatkan para tokoh agama dan tokoh masyarakat

dalam melakukan penyuluhan tentang penggunaan metode

kontrasepsi di masyarakat. Misalnya dengan mengajak ulama atau

kepala desa yang istrinya telah menggunakan alat kontrasepsi

sehingga dapat menjadi referensi dan panutan masyarakat dalam

menggunakan alat kontrasepsi. Dalam penggunaan alat

kontrasepsi terdapat budaya positif dan budaya negatif, oleh

sebab itu perlu seorang ibu dapat membedakan yang positif dapat

diikuti dan yang negatif perlu ditinggalkan, hal ini dapat diperoleh

dari pengalaman dalam penggunaan alat kontrasepsi serta

banyaknya kepercayaan mitos-mitos yang beredar, menjadi

pegangan masyarakat, dan sudah menjadi kebiasaan turun

temurun dari orang tuanya.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pemilihan alat kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia

Kota Kendari Tahun 2018 sebagian besar menggunakan kontrasepsi

sebesar 55,2% terdiri dari suntik 40,6%, pil 10,4%, implan 3,1% dan

IUD 1,0%, tetapi jumlah yang tidak mengggunakan relatif masih cukup

besar sebanyak 44,8%.

2. Budaya tentang pemilihan alat kontrasepsi di Wilayah Kerja

Puskesmas Labibia Kota Kendari Tahun 2018 sebagian besar

mendukung sebesar 57,3% tetapi jumlah yang tidak mendukung relatif

masih cukup besar sebanyak 42,7%.

3. Ada hubungan budaya dengan pemilihan alat kontrasepsi di

wilayah kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari Tahun 2018

dengan ρ=0,000.

B. Saran

1. Bagi petugas kesehatan khususnya petugas di Wilayah kerja

Puskesmas Labibia Kota Kendari perlu meningkatkan pengetahuan

terutama pengguna alat kontrasepsi efektif terpilih yaitu suntik dengan

penyuluhan tentang penggunaan, efek samping, pemakaian alat

kontrasepsi efektif terpilih sehingga dapat memacu dalam peningkatan

kesadaran masyarakat dalam menggunakan kontrasepsi.


2. Bagi ibu yang termasuk pasangan usia subur agar selalu

meningkatkan pengetahuan tentang KB khususnya efektif terpilih

sehingga sadar akan pentingnya penggunaan KB dan motivasi untuk

menjaga dan merencanakan jumlah anak yang ideal, sehingga

kesejahteraan dan kehidupannya dapat terjamin dengan baik, dengan

menggunakan alat KB yang berjangka panjang seperti penggunaan

alat kontrasepsi efektif terpilih seperti IUD, Implant, Suntik dan alat

kontrasepsi mantap mudah dalam mengingat waktu untuk

menggunakannya.

3. Bagi peneliti selanjutnya agar mengembangkan variabel lainnya yang

lebih spesifik misalnya pendapatan, efek samping, penyuluhan dan

ketersediaan alat kontrasepsi di pelayanan kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Y. 2012, Pelayanan Kelurga Berencana. Yoyakarta.

Arikunto, S, 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Penerbit


Rineka Cipta. Jakarta.

Assails, H, 2012, Hubungan Sosial Budaya Dengan Pemilihan Metode


Kontrasepsi, Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 2, Oktober
2015, hlm 142-147

Azwar S, 2015, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Pustaka


Pelajar, Yogyakarta

BKKBN. 2011, Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi . Jakarta .

. Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi . Jakarta .


BKKBN, 2012

BKKBN, 2013, Rencana Aksi Nasional Pelayanan Keluarga Berencana tahun


2014-2015. Jakarta

Chandra B, 2010. Metode Penelitian Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran,


EGC, Jakarta

Dinkes Provinsi Sultra, 2015, Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara,


Kendari

Dinkes Kota Kendari, 2017, Profil Kesehatan Kota Kendari, Kendari

Enda, 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Handayani S, 2010 Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Pustaka


Rihama. Yogyakarta.

Hartanto, H. 2011. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi , Jakarta: Pustaka


Sinar Harapan.

Kalangie, 2010, Psikologi Sosial. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Kementrian Kesehatan RI, Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta : Pusat


Data Dan Informasi Kesehatan Ri 2014

Kemenkes RI, 2017, Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta

Manuaba, IBG, 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.
Meilani, dkk. Pelayanan Keluarga Berencana. Jogjakarta : Fitramayana. 2010

Notoatmodjo S, 2012. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Aneka


Cipta.

__________, 2012. Metode Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta.


Aneka Cipta.

Nursalam, 2011, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta

Nuryati, S, 2014, Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal Terhadap


Pemilihan Alat Kontrasepsi pada Akseptor KB Baru di Kabupaten
Bogor, Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5
Tahun 2014. ISSN : 2302-1721

Puskesmas Labibia, 2017, Profil Puskesmas dan Data KB. Labibia

Riyanto A. Aplikasi Metode Penelitian Kesehatan. Nuha Medika. Yogjakarta.


2011.

Saifuddin. AB. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Sulistyawati, A. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika ;


2013

Sinclair, C. 2010, Buku Saku Kebidanan. Jakarta .: ECG

Soekanto, 2009, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Pres, Jakarta

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alphabet.


Bandung.

Sukarni K I, dan Wahyu P, 2013, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Nuha


Medika, Yogyakarta

Sunaryo, 2015, Sosiologi, Bumi Medika, Jakarta

Wawan A dan Dewi, 2010, Pengetahuan,Sikap dan Perilaku manusia. Nuha


Medika, Yogyakarta

Yulaikhah, 2010, Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan, EGC, Jakarta


SURAT PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Ibu.................
di –
Tempat

Dengan Hormat,
Dalam rangka penyelesaian studi yaitu penulisan Skripsi, maka
mahasiswa/i yang bertanda tangan di bawah ini;
Nama : Wa Niaga
NIM : P00312017096
Institusi : Program Studi DIV Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kendari
Akan melakukan penelitian dengan judul: ”Hubungan Budaya dengan
Pemilihan Alat Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota
Kendari Tahun 2018”, maka saya mohon dengan hormat kepada Ibu untuk
menjawab beberapa pertanyaan kuisioner (angket penelitian) yang telah
disediakan. Jawaban Ibu diharapkan objektif (diisi apa adanya sesuai pilihan
jawaban).
Kuesioner ini bukan tes psikologi, maka dari itu Ibu tidak perlu takut
atau ragu-ragu dalam memberikan jawaban yang sejujur-jujurnya. Artinya,
semua jawaban yang Ibu berikan adalah benar dan jawaban yang diminta
adalah sesuai dengan kondisi yang terjadi, oleh karena itu, data dan identitas
Ibu akan dijamin kerahasiaannya.
Demikian atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terima
kasih.
Kendari, 2018
Peneliti

WA NIAGA
P00312017096
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)

Dalam rangka penyusunan Skripsi mahasiswa/i Program Studi DIV


Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kendari dengan judul: ”Hubungan
Budaya dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas
Labibia Kota Kendari Tahun 2018”, maka saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama/inisial : ...........................................................
Jenis Kelamin: ...........................................................
Umur : ...........................................................
Pendidikan : ...........................................................
Alamat : Dusun..................................................
Menyatakan Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Kendari, 2018
Hormat Saya,

(.......................................)
Responden
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN BUDAYA DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LABIBIA KOTA KENDARI
TAHUN 2018

A. Identitas PUS:

Inisial Nama :
Umur : Tahun
Pendidikan :

B. Variabel Terikat (Pemilihan Alat Kontrasepsi)

Apakah saat ini anda menggunakan alat kontrasepsi?

a. Ya

b. Tidak

apabila menggunakan, jenis kontrasepsi apa yang digunakan saat ini

Pil KB :

Suntik :

Implant :

IUD :
C. Variabel Budaya

Jawaban

No Pernyataan
Ya Tidak

1 Apakah ibu mempercayai bahwa suami selaku


kepala rumah tangga yang menentukan agar anda
menggunakan alat kontrasepsi?
2 Apakah anda terbiasa menggunakan alat
kontrasepsi?
3 Apakah di lingkungan anda petugas kesehatan
terbiasa memberikan informasi tentang cara
pemilihan kontraspesi keuntungan dan
kerugiannya?
4 Apakah anda percaya bahwa menggunakan
kontrasepsi dapat meningkatkan kesejahteraan
karena dapat mengatur jumlah anak?
5 Apakah sesuai kepercayaan agama anda tidak
melarang menggunakan alat kontrasepsi?
6 Apakah dilingkungan sekitar anda melarang
menggunakan alat kontrasepsi?
7 Apakah ibu percaya dengan adanya sosialisasi dari
petugas kesehatan tentang penggunaan alat
kontrasepsi?
8 Apakah penggunaan kontrasepsi atas hanya
sekedar ikut-ikutan atau saran dari orang lain selain
petugas kesehatan
9 Apakah ibu percaya bahwa banyak anak banyak
rezeki sehingga tidak perlu menggunakan alat
kontrasepsi?
10 Apakah tokoh agama di sekitar anda memberikan
contoh tidak menggunakan alat kontrasepsi?
MASTER TABEL PENELITIAN

Pendidikan Pekerjaan Pemilihan Alat


Umur Ibu SOSIAL BUDAYA
No Nama Ibu Ibu Kontrasepsi Jenis Kontrasepsi
Tahun Tkt Jenis Kriteria JML SKOR % Kriteria
1 Ny.Har 39 SMA IRT Menggunakan Implan 9 90 Mendukung
2 Ny.Her 34 SMA IRT Menggunakan Pil 9 90 Mendukung
Tidak
4 40
3 Ny.Sum 37 SMP IRT Menggunakan Suntik Mendukung
4 Ny.Irn 23 SMA IRT Menggunakan Suntik 8 80 Mendukung
Tidak
5 50
5 Ny.Ru 29 SMP IRT Tidak Menggunakan - Mendukung
6 Ny.Jum 26 SMA IRT Menggunakan Implan 9 90 Mendukung
7 Ny.Nur 27 S1 PNS Menggunakan Pil 8 80 Mendukung
Tidak
3 30
8 Ny.Sum 34 SD IRT Tidak Menggunakan - Mendukung
Tidak
4 40
9 Ny.Ram 35 SD Wiraswasta Tidak Menggunakan - Mendukung
Tidak
4 40
10 Ny.Pur 22 SD IRT Tidak Menggunakan - Mendukung
Tidak
5 50
11 Ny.Yum 38 SD Wiraswasta Menggunakan Implan Mendukung
Tidak
3 30
12 Ny.Yan 39 SD IRT Tidak Menggunakan - Mendukung
13 Ny.Sur 31 S1 Karyawati Menggunakan Pil 8 80 Mendukung
Tidak
3 30
14 Ny.Sus 31 SD Karyawati Tidak Menggunakan - Mendukung
Tidak
5 50
15 Ny.Sar 38 D3 PNS Menggunakan Suntik Mendukung
16 Ny.Has 32 SMA IRT Tidak Menggunakan - 6 60 Mendukung
17 Ny.Er 32 SMA Karyawati Tidak Menggunakan - 6 60 Mendukung
Tidak
5 50
18 Ny.Jun 31 SMP PNS Menggunakan Pil Mendukung
Tidak
4 40
19 Ny.Mar 31 SMA Karyawati Tidak Menggunakan - Mendukung
Tidak
5 50
20 Ny.Har 29 SMP IRT Tidak Menggunakan - Mendukung
21 Ny.Yen 28 SMP Wiraswasta Menggunakan Suntik 9 90 Mendukung
Tidak
4 40
22 Ny.Ros 30 D3 PNS Menggunakan Suntik Mendukung
23 Nt.Tet 34 SD IRT Menggunakan Suntik 9 90 Mendukung
24 Ny. Nia 28 D3 Karyawati Tidak Menggunakan - 6 60 Mendukung
25 Ny.Tat 33 SMP Wiraswasta Menggunakan IUD 9 90 Mendukung
Tidak
2 20
26 Ny.Mis 25 SD Karyawati Tidak Menggunakan - Mendukung
Tidak
4 40
27 Ny.Kus 38 SD Karyawati Tidak Menggunakan - Mendukung
28 Ny.Nur 32 SMP IRT Menggunakan Suntik 8 80 Mendukung
29 Ny.Irt 25 SMA IRT Menggunakan Suntik 9 90 Mendukung
Tidak
2 20
30 Ny.Ssar 30 SMP IRT Tidak Menggunakan - Mendukung
Tidak
4 40
31 Ny.Rab 29 SD Karyawati Tidak Menggunakan - Mendukung
Tidak
4 40
32 Ny.Sur 30 S1 PNS Tidak Menggunakan - Mendukung
33 Ny.Hasn 30 SMA IRT Menggunakan Suntik 8 80 Mendukung
34 Ny.Asn 25 S1 IRT Menggunakan Suntik 9 90 Mendukung
Tidak
5 50
35 Ny.Kar 30 SMA IRT Menggunakan Pil Mendukung
36 Ny.San 29 SMA IRT Menggunakan Suntik 7 70 Mendukung
37 Ny.Em 30 SD IRT Menggunakan Suntik 8 80 Mendukung
Tidak
5 50
38 Ny.Fit 38 SMP Wiraswasta Tidak Menggunakan - Mendukung
39 Ny.Tin 32 D3 Wiraswasta Menggunakan Suntik 9 90 Mendukung
40 Ny.Has 32 D3 Karyawati Menggunakan Pil 8 80 Mendukung
41 Ny.Sri 31 SMA Karyawati Menggunakan Pil 9 90 Mendukung
42 Ny.Ind 31 SMA IRT Menggunakan Suntik 9 90 Mendukung
43 Ny.De 29 D3 IRT Tidak Menggunakan - 6 60 Mendukung
44 Ny.Ast 28 SMA Wiraswasta Tidak Menggunakan - 6 60 Mendukung
45 Ny.Mar 30 S1 PNS Tidak Menggunakan - 6 60 Mendukung
46 Ny.Feb 34 SMA Karyawati Tidak Menggunakan - 6 60 Mendukung
47 Ny. Ros 28 SMA IRT Menggunakan Suntik 6 60 Mendukung
48 Ny.Des 33 SMP Wiraswasta Menggunakan Suntik 8 80 Mendukung
Tidak
5 50
49 Ny.San 25 SMP IRT Menggunakan Suntik Mendukung
50 Ny.Yus 38 S1 PNS Menggunakan Pil 8 80 Mendukung
51 Ny.Had 32 D3 PNS Tidak Menggunakan - 6 60 Mendukung
52 Ny. NR 34 SMU IRT Menggunakan Suntik 9 90 Mendukung
Tidak
SMU Suntik 4 40
53 Ny. SN 35 IRT Menggunakan Mendukung
54 Ny. JT 22 SD IRT Menggunakan Suntik 8 80 Mendukung
Tidak
SD 4 40
55 Ny. WH 38 IRT Tidak Menggunakan Mendukung
56 Ny. LM 39 SD IRT Menggunakan Suntik 9 90 Mendukung
57 Ny. SH 31 SMU IRT Menggunakan Suntik 8 80 Mendukung
Tidak
SD - 3 30
58 Ny. WR 31 IRT Tidak Menggunakan Mendukung
Tidak
SD - 4 40
59 Ny. HL 38 Wiraswasta Tidak Menggunakan Mendukung
Tidak
SD - 4 40
60 Ny. NR 32 IRT Tidak Menggunakan Mendukung
Tidak
SMU Pil 4 40
61 Ny. NJ 32 Wiraswasta Menggunakan Mendukung
Tidak
SD 3 30
62 Ny. SM 31 IRT Tidak Menggunakan Mendukung
63 Ny. SF 31 SD Karyawati Menggunakan Suntik 8 80 Mendukung
Tidak
SD - 3 30
64 Ny. AI 29 IRT Tidak Menggunakan Mendukung
Tidak
SD - 5 50
65 Ny. RU 28 IRT Menggunakan Mendukung
66 Ny. NR 30 SD IRT Tidak Menggunakan - 6 60 Mendukung
67 Ny. RM 34 SD IRT Tidak Menggunakan - 6 60 Mendukung
Tidak
SD - 5 50
68 Ny. NS 28 IRT Menggunakan Mendukung
Tidak
SD - 4 40
69 Ny. JS 33 IRT Tidak Menggunakan Mendukung
Tidak
SD - 5 50
70 Ny. RZ 25 IRT Tidak Menggunakan Mendukung
71 Ny. SN 38 SMP IRT Menggunakan Suntik 7 70 Mendukung
Tidak
SMP Suntik 5 50
72 Ny. AR 32 IRT Menggunakan Mendukung
73 Ny. MG 25 SMP IRT Menggunakan Suntik 9 90 Mendukung
74 Ny. RD 30 SMU IRT Tidak Menggunakan - 7 70 Mendukung
75 Ny. SU 29 SMU IRT Menggunakan Suntik 9 90 Mendukung
Tidak
SD - 2 20
76 Ny. BN 30 IRT Tidak Menggunakan Mendukung
Tidak
30 SMU - 4 40
77 Ny. NA IRT Tidak Menggunakan Mendukung
78 Ny. ED 25 SD Wiraswasta Menggunakan Suntik 9 90 Mendukung
79 Ny. AY 30 SD IRT Menggunakan Suntik 10 100 Mendukung
Tidak
80 Ny.AN 29 SD Wiraswasta Tidak Menggunakan - 2 20
Mendukung
Tidak
81 Ny.HZ 30 SD IRT Tidak Menggunakan - 4 40
Mendukung
Tidak
82 Ny.HD 38 SMP Karyawati Tidak Menggunakan - 4 40
Mendukung
83 Ny.IB 32 SMP IRT Menggunakan Pil 9 90 Mendukung
84 Ny.HR 32 SMU IRT Menggunakan Suntik 9 90 Mendukung
Tidak
85 Ny.NF 31 SMU IRT Menggunakan Suntik 5 50
Mendukung
86 Ny.ER 31 SD IRT Menggunakan Suntik 7 70 Mendukung
87 Ny.SB 34 SD IRT Menggunakan Suntik 8 80 Mendukung
Tidak
88 Ny.AM 35 SD IRT Tidak Menggunakan - 5 50
Mendukung
89 Ny.SZ 22 SMU IRT Menggunakan Suntik 9 90 Mendukung
90 Ny.DD 38 SD IRT Menggunakan Suntik 8 80 Mendukung
91 Ny.SB 39 SD IRT Menggunakan Suntik 9 90 Mendukung
92 Ny.SD 31 SMU IRT Menggunakan Suntik 9 90 Mendukung
93 Ny.KT 31 SD IRT Tidak Menggunakan - 7 70 Mendukung
94 Ny.AH 38 SMP IRT Tidak Menggunakan - 7 70 Mendukung
95 Ny. AY 32 SMP IRT Tidak Menggunakan - 6 60 Mendukung
96 Ny. AM 32 SD IRT Tidak Menggunakan - 6 60 Mendukung

PENGOLAHAN DATA

SOSIAL BUDAYA
No Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JML %
1 Ny.Har 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90
2 Ny.Her 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90
3 Ny.Sum 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 4 40
4 Ny.Irn 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 80
5 Ny.Ru 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 5 50
6 Ny.Jum 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90
7 Ny.Nur 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 80
8 Ny.Sum 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 3 30
9 Ny.Ram 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 4 40
10 Ny.Pur 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 4 40
11 Ny.Yum 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 5 50
12 Ny.Yan 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 3 30
13 Ny.Sur 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 80
14 Ny.Sus 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 3 30
15 Ny.Sar 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 5 50
16 Ny.Has 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 6 60
17 Ny.Er 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 6 60
18 Ny.Jun 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 5 50
19 Ny.Mar 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 4 40
20 Ny.Har 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 5 50
21 Ny.Yen 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90
22 Ny.Ros 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 4 40
23 Nt.Tet 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90
24 Ny. Nia 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 6 60
25 Ny.Tat 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90
26 Ny.Mis 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 20
27 Ny.Kus 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 4 40
28 Ny.Nur 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 80
29 Ny.Irt 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90
30 Ny.Ssar 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 20
31 Ny.Rab 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 4 40
32 Ny.Sur 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 4 40
33 Ny.Hasn 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 80
34 Ny.Asn 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90
35 Ny.Kar 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 5 50
36 Ny.San 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 70
37 Ny.Em 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 80
38 Ny.Fit 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 50
39 Ny.Tin 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90
40 Ny.Has 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 80
41 Ny.Sri 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90
42 Ny.Ind 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90
43 Ny.De 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 6 60
44 Ny.Ast 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 6 60
45 Ny.Mar 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 6 60
46 Ny.Feb 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 6 60
47 Ny. Ros 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 6 60
48 Ny.Des 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 80
49 Ny.San 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 5 50
50 Ny.Yus 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 80
51 Ny.Had 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 6 60
52 Ny. NR 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90
53 Ny. SN 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 4 40
54 Ny. JT 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 80
55 Ny. WH 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 4 40
56 Ny. LM 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90
57 Ny. SH 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 80
58 Ny. WR 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 3 30
59 Ny. HL 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 4 40
60 Ny. NR 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 4 40
61 Ny. NJ 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 4 40
62 Ny. SM 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 3 30
63 Ny. SF 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 80
64 Ny. AI 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 3 30
65 Ny. RU 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 5 50
66 Ny. NR 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 6 60
67 Ny. RM 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 6 60
68 Ny. NS 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 5 50
69 Ny. JS 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 4 40
70 Ny. RZ 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 5 50
71 Ny. SN 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 7 70
72 Ny. AR 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 5 50
73 Ny. MG 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90
74 Ny. RD 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 7 70
75 Ny. SU 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90
76 Ny. BN 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 20
77 Ny. NA 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 4 40
78 Ny. ED 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90
79 Ny. AY 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100
80 Ny.AN 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 20
81 Ny.HZ 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 4 40
82 Ny.HD 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 4 40
83 Ny.IB 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 90
84 Ny.HR 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90
85 Ny.NF 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 5 50
86 Ny.ER 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 70
87 Ny.SB 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 80
88 Ny.AM 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 50
89 Ny.SZ 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90
90 Ny.DD 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 80
91 Ny.SB 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90
92 Ny.SD 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90
93 Ny.KT 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 7 70
94 Ny.AH 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 7 70
95 Ny. AY 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 6 60
96 Ny. AM 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 6 60

Jml Jwbn Ya 75 51 61 39 96 96 7 46 74 50 Keterangan


% Ya 78.1 53.1 63.5 40.6 100 100 7.3 47.9 77.1 52.1 1 : ya
Jml Jwbn Tidak 21 45 35 57 0 0 89 50 22 46 0 : Tidak
% Tidak 21.9 46.9 36.5 59.4 0 0 92.7 52.1 22.9 47.9
ANALISIS SPSS

Statistics
PEMILIHAN
ALAT
PENDIDIKAN PEKERJAAN KONTRASEPSI BUDAYA UMUR
N Valid 96 96 96 96 96
Missing 0 0 0 0 0
Sum 207 167 139 137 173
Frequency Table

UMUR
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-30 Tahun 27 28.1 28.1 28.1
31-40 Tahun 69 71.9 71.9 100.0
Total 96 100.0 100.0

PENDIDIKAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 38 39.6 39.6 39.6
SMP 18 18.8 18.8 58.3
SMU 27 28.1 28.1 86.5
Perguruan Tinggi 13 13.5 13.5 100.0
Total 96 100.0 100.0

PEKERJAAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IBU RUMAH TANGGA 63 65.6 65.6 65.6
PNS 8 8.3 8.3 74.0
WIRASWASTA 12 12.5 12.5 86.5
KARYAWATI 13 13.5 13.5 100.0
Total 96 100.0 100.0

PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Menggunakan 53 55.2 55.2 55.2
Tidak Menggunakan 43 44.8 44.8 100.0
Total 96 100.0 100.0
JENIS PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Tidak
43 44.8 44.8 44.8
menggunakan
IUD 1 1.0 1.0 45.8
Implan 3 3.1 3.1 49.0
Suntik 39 40.6 40.6 89.6
Pil 10 10.4 10.4 100.0
Total 96 100.0 100.0

BUDAYA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Mendukung 55 57.3 57.3 57.3
Tidak Mendukung 41 42.7 42.7 100.0
Total 96 100.0 100.0

Crosstabs

BUDAYA * PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI Crosstabulation


PEMILIHAN ALAT
KONTRASEPSI
Tidak
Menggunakan Menggunakan Total
BUDAYA Mendukung Count 40 15 55
Expected Count 30.4 24.6 55.0
% within BUDAYA 72.7% 27.3% 100.0%
Tidak Mendukung Count 13 28 41
Expected Count 22.6 18.4 41.0
% within BUDAYA 31.7% 68.3% 100.0%
Total Count 53 43 96
Expected Count 53.0 43.0 96.0
% within BUDAYA 55.2% 44.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
15.983 1 .000
b
Continuity Correction 14.367 1 .000
Likelihood Ratio 16.365 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 15.817 1 .000
b
N of Valid Cases 96
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,36.
b. Computed only for a 2x2 table
TABEL CHI SQUARE

Taraf Signifikasi
d.b
50% 30% 20% 10% 5% 1%
1 0,455 1,074 1,642 2,760 3,841 6,635
2 1,386 2,408 3,219 4,605 5,991 9,210
3 2,366 3, 665 4,642 6,251 7,815 11,341
4 3,357 4,878 5,989 7,779 9,488 13,277
5 4,351 6,064 7,289 9,236 11,070 15,086

6 6,348 72,231 8,958 10,645 12,592 6,812


7 6,346 8,383 9,303 12,017 14,067 18,475
8 7,344 9,524 11,030 13,362 15,507 20,090
9 8,345 10,656 12,242 14,646 16,919 21,666
10 9,342 11, 781 13,442 15,987 18,307 23,209

11 10,341 12,899 14,631 17,275 19,675 24,276


12 11,340 14,001 15,812 18,549 21,026 26,217
13 12,340 15,119 16,985 19,812 22,362 27,688
14 13,339 16,222 18,151 21,064 23,685 29,141
15 14,339 17,322 19,311 22,307 24,.996 30.578

16 15,338 18,418 20,465 23,542 26,296 2,000


17 16,338 19,511 21,615 24,769 27,587 33,409
18 17, 338 20,601 22,760 25,989 28,569 34,805
19 18, 338 21,689 23,900 27,204 30,144 36,191
20 19, 338 22,775 25,038 28,412 31,410 37,566

21 20,337 23,858 26,171 29,615 32,671 38,932


22 21, 337 24,939 27,301 30,813 33,924 40,289
23 22, 337 26,018 28,429 32,007 35,172 1,638
24 23, 337 27,096 29,533 33,196 36,415 42,980
25 24, 337 28,172 30,675 34,382 37,652 44,314

26 25,336 29,246 31,795 35,563 38,885 45,642


27 26,339 30,319 32,912 36,741 40,113 46,963
28 37, 336 31,391 34,027 37,916 41,337 48,278
29 38, 336 32,461 35,139 39,087 42,557 49,588
30 39, 336 33,530 36,250 40,256 43,773 50,892

Sumber : Sugiyono, 2010


SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan dibawah ini dengan sebenarnya menyatakan

bahwa skripsi ini, saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai peraturan

yang berlaku di Politeknik Kesehatan Kendari.

Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme saya

akan bertanggungjawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan

oleh Politeknik Kesehatan Kendari kepada saya.

Kendari, Agustus 2018

Materai 6000

WA NIAGA
NIM. P00312017096
DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Pengisian kuisioner wawancara dengan responden

Gambar 2. Pengisian kuisioner wawancara dengan responden

Anda mungkin juga menyukai