Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA

WABAH HAMA

DISUSUN OLEH

NAMA; Tirsa Rumtili

NIM; P1813026

1
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GRAHA EDUKASI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

MAKASSAR

2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberi rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah ini dengan judul “PENANGGULANGAN KONDISI BENCANA :
Wabah Hama”

Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Keperawatan Bencana. Selain itu sebagai upaya untuk meningkatkan
kemampuan dan memotivasi mahasiswa dalam menyusun makalah.

Terimakasih kepada Pak Ahmad Mushawwir. S.Kep.,Ners.,M.Kep


Selaku dosen Keperawatan Bencana dan juga kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini. Selain itu sebagai upaya
untuk meningkatkan kemampuan dan memotivasi mahasiswa dalam
menyusun makalah.

Penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak


kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
sekalian demi memperbaiki makalah ini dalam penulisan lain di
kemudian hari.
Dan semoga makalah ini dapat mendatangkan manfaat bagi kita
semua. Sekian dan terimakasi

2
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumus Masalah
C. Tujuan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Wabah
B. Bentuk Wabah
C. Langkah – Langkah Investigasi Wabah
D. Penanggulangan Wabah

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wabah adalah suatu keadaan ketika dimana kasus penyakit atau
peristiwa yang lebih banyak daripada yang diperkirakan dalam suatu
periode waktu tertentu di area tertentu atau diantara kelompok tertentu.
Disebuah fasilitas pelayanan kesehatan dugaan terhadap suatu wabah
mungkin muncul ketika aktivitas surveilans rutin mendeteksi adanya
suatu kluster kasus yang tidak biasa atau terjadinya peningkatan
jumlah kasus yang signifikan dari jumlah biasanya.
Pakar dan ilmuan merasa mempunyai tantangan dan kesempatan
untuk terus menerus menggali dan menemukan ilmu pengetahuan
baru guna mengatasi masalah ini. Ketika dokter mendiagnosa suatu
penyakit yang tidak biasa, ketika dokter, perawat, bidan, atau petugas
laboraturium yang menyadari terjadinya serangkaian kluster kasus.
Kluster kasus adalah kelompok kasus penyakit atau peristiwa
kesehatan lain yang terjadi dalam rentang waktu dan tempat yang
berdekatan. Didalam suatu kluster banyaknya kasus dapat melebihi
jumlah yang diperkirakan, umumnya jumlah yang diperkirakan tidak
diketahui .

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian wabah?
2. Apa saja bentuk wabah?
3. Bagaimana langkah – langkah investigasi wabah?

4
4. Bagaimana cara penanggulangan wabah?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian wabah
2. Untuk mengetahui apa saja bentuk wabah
3. Untuk mengetahui langkah – langkah investigasi wabah
4. Untuk mengetahui penanggulangan wabah

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Wabah

Secara umum Wabah dapat diartikan sebagai kejadian penyakit


melebihi dari normal (kejadian yang biasa terjadi). Banyak definisi
yang diberikan mengenai wabah baik kelompok maupun para ahli
diantaranya :

 Wabah adalah penyakit menular yang terjangkit dengan


cepat, menyerang sejumlah besar orang didaerah luas
( KBBI : 1989 ).
 Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau
kematian yang telah meluas secara cepat, baik jumlah
kasusnya maupun daerah terjangkit ( depkes RI, DirJen
P2MPLP : 1981).
 Wabah adalah kejadian terjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim
pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka ( UU RI No. 4 tahun 1984 ).
 Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit
tertentu pada penduduk suatu daerah, yang nyata jelas
melebihi jumlah biasa ( Benenson : 1985 )

5
 Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat,
dapat berupa penderita penyakit, perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang
berhubungan dengan kesehatan yang jumlahnya lebih
banyak dari keadaan biasa ( Last : 1981 )
 Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna
secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu (Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor
560/Menkes/Per/VIII/1989)

Tiga komponen wabah :

1) Kenaikan jumlah penduduk


2) Kelompok penduduk disuatu daerah
3) Waktu tertentu

Penyelidikan adanya kemungkinan wabah :

 Mengadakan penanggulangan dan pencegahan


 Ganas tidaknya penyakit
 Sumber dan cara penularan
 Ada atau tidaknya cara penanggulangan dan pencegahan
 Kesempatan mengadakan penelitian dan pelatihan
 Pertimbangan program
 Kepentingan umum, politik, dan hokum

B. Bentuk Wabah
1. Berdasarkan Sifatnya
Pembagian wabah berdasarkan sifatnya yaitu :

a)     Common Source Epidemic


Adalah suatu wabah penyakit yang disebabkan oleh
terpaparnya sejumlah orang dalam suatu kelompok secara

6
menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang reatif singkat.
Adapun common source epidemic itu berupa keterpaparan
umum, biasa pada letusan keracunan makanan, polusi kimia
di udara terbuka, menggambarkan satu puncak epidemi,
jarak antara satu kasus dengan kasus, selanjutnya hanya
dalam hitungan jam, tidak ada angka serangan kedua
Jika keterpaparan kelompok serta penularan penyakit
berlangsung sangat cepat dalam waktu yang singkat (point
source of epiemic), maka resultan dari semua kasus/
kejadian berkembang hanya dalam satu masa tunas saja
Point source epidemic dapat pula terjadi pada penyakit oleh
faktor penyebab bukan infeksi yang menimbulkan
keterpaparan umum seperti adanya zat beracun polusi zat
kimia yang beracun di udara terbuka.

b)     Propagated / Progresive Epidemic


Bentuk epidemik dengan penularan dari orang ke orang
sehingga waktu lebih lama dan masa tunas yang lebih lama
pula. Propagated / progresif epidemik terjadi karena adanya
penularan dari orang ke orang baik langsung maupun
melalui vektor, relatif lama waktunya dan lama masa tunas,
dipengaruhi oleh kepadatan penduduk serta penyebaran
anggota masyarakat yang rentan serta morbilitas dari
penduduk setempat, masa epidemi cukup lama dengan
situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu
sampai pada batas minimal anggota masyarakat yang
rentan, lebih memperlihatkan penyebaran geografis yang
sesuai dengan urutan generasi kasus. Masa tuntas penyakit
tersebut diatas adalah sekitar satu bulan sehingga tampak
bahwa masa epidemi cukup lama dengan situasi
peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai
pada saat di mana jumlah masyarakat yang rentan mencapai

7
batas yang minimal. Contohnya, kejadian wabah demam
berdarah di suatu tempat yang dalam penyebarannya
memerlukan waktu yang lama, dimana wabah ini
memerlukan masa inkubasi. Selain itu penularan wabah
demam berdarah ini, melalui vector yang berupa nyamuk
Aides Aigepty.

2. Berdasarkan Cara Transmisinya


Menurut transmisinya, wabah dibedakan atas :
1) Wabah dengan penyebaran melalui media umum
(common vehicle epidemics),yaitu:
a Ingesti bersama makanan atau minuman, misalnya
Salmonellosis.
b Inhalasi bersama udara pernafasan, misalnya
demam Q (di laboratorium).
c Inokulasi melalui intravena atau subkutan, misalnya
hepatitis serum.
2) Wabah dengan penjalaran oleh transfer serial dari
pejamu ke pejamu (epidemics propagated by serial
transfer from host to host), yaitu :
a Penjalaran melalui rute pernafasan (campak), rute
anal-oral (shigellosis), rute genitalia (sifilis), dan
sebagainya.
b Penjalaran melalui debu.
c Penjalaran melalui vektor (serangga dan
arthropoda).

Tujuan penyelidikan KLB/wabah

a. Tujuan umum

8
1. Upaya penanggulangan dan pencegahan
2. Surveilans
3. Penelitian
4. Pelatihan
5. Menjawab keingintahuan masyarakat
6. Pertimbangan program
7. Kepentingan politik dan hokum
8. Kesadaran masyarakat

b. Tujuan khusus

1 Memastikan diagnose
2 Memastikan bahwa terjadi KLB/wabah
3 Mengidentifikasi penyebab KLB
4 Mengidentifikasi sumber penyebab
5 Rekomendasi: cepat dan tepat
6 Mengetahui jumlah korban dan populasi rentan, waktu dan
periode KLB, serta tempat terjadinya KLB (variable orang, waktu
dan tepat)

C. Langkah – Langkah Investigasi Wabah


Langkah melakukan investigsi wabah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan yang sistemik yang terdiri dari:

1 Persiapan Investigasi di Lapangan


Persiapan dapat dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu:
a) Investigasi : Pengetahuan ilmiah
perlengkapan dan alat.
b) Administrasi  : Prosedur administrasi termasuk izin
dan pengaturanperjalanan.
c) Konsultasi : Peran masing-masing petugas
yang turun kelapangan.

9
2 Pemastian Adanya Wabah
Dalam mementukan apakah wabah, perlu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
a) Dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu
dengan jumlah beberapa minggu atau bulan sebelumnya.
b) Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah
melampaui jumlah yang diharapkan.
c) Sumber informasi bervariasi bergantung pada situasinya.
 Catatan hasil surveilans.
 Catatan keluar dari rumah sakit, statistic kematian,
register, dan lain-lain.
 Bila data lokal tidak ada, dapat digunakan rate dari
wilayah di dekatnya atau data nasional.
 Boleh juga dilaksanakan survey di masyarakat
menentukan kondisi penyakit yang biasanya ada.
d) Pseudo endemik (jumlah kasus yang dilaporkan belum
tentu suatu wabah) :
 Perubahan cara pencatatan dan pelaporan
penderita.
 Adanya cara diagnosis baru.
 Bertambahnya kesadaran penduduk untuk
berobat.
 Adanya penyakit lain dengan gejala yang
serupa.
 Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan.

3 Pemastian Diagnosis
Semua temuan secara klinis harus dapat memastikan
diagnosis wabah, hal yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut :

10
a) Untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah
didiagnosis dengan patut.
b) Untuk menyingkirkan kesalahan laboraturium yang
menyebabkan peningkatan kasus yang dilaporkan.
c) Semua temuan klinis harus disimpulakan dalam
distribusi frekuensi.
d) Kunjungan terhadap satu atau dua penderita.

4 Pembuatan Definisi Kasus


Pembuatan definisi kasus adalah seperangkat
kriteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat
diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh
waktu, tempat, dan orang. Penyelidikan sering membagi
kasus menjadi pasti (compirmed), mungkin (probable),
meragukan (possible), sensivitasdan spefsifitas.

5 Penemuan dan Penghitungan Kasus


Metoda untuk menemukan kasus yang harus sesuai
dengan penyakit dan kejadian yang diteliti di fasilitas
kesehatan yang mampu memberikan diagnosis. Informasi
berikut ini dikumpulakan dari setiap kasus :
a) Data identifikasi (nama, alamat, nomor telepon).
b) Data demografi (umur, jenis kelamin, ras, dan pekerjaan).
c) Data klinis.
d) Faktor risiko, yang harus dibuat khusus untuk tiap
penyakit.
e) Informasi pelapor untuk mendapatkan informasi
tambahan atau memberi umpan balik.

11
6 Epidemiologi Deskriptif
a) Gambaran waktu berdasarkan waktu
Perjalanan wabah berdasarkan waktu
digamabarkan dengan grafik histogram yang
berbentuk kurva epidemic, gambaran ini membantu :
 Memberi informasi samapai dimana proses wabah itu
dan bagaimana kemungkinan kelanjutannya.
 Memperkirakan kapan pemaparan terjadi dan
memusatkan penyelidikan pada periode tersebut, bila
telah diketahui penyakit dan masa inkubasinya.
 Menarik kesimpulan tentang pola kejadian, dengan
demikian mengetahui apakah bersumber tunggal,
ditularkan dari orang ke orang, atau campuran
keduanya.
b) Gambaran wabah berdasarkan tempat
Gambaran wabah berdasarkan tempat
menggunakan gambaran grafik berbentuk Spot map.
Grafik ini menunjukkan kejadian dengan titik/symbol
tempat tertentu yang menggambarkan distribusi
geografi suatu kejadian menurut golongan atau jenis
kejadian namun mengabaikan populasi.
c) Gambaran wabah berdasarkan ciri orang
Variable orang dalam epidemiologi adalah
karakteristik individu yang ada hubungannya dengan
keterpajanan atau kerentanan terhadapa suatu
penyakit. Misalnya karakteristik inang (umur, jenis
kelamin, ras/suku, status kesehatan) atau
berdasarkan pemaparan (pekerjaan, penggunaan
obat-obatan).

7 Pembuatan Hipotesis

12
Dalam pembuatan suatu hipotesis suatu wabah,
hendaknya petugas memformulasikan hipotesis meliputi
sumber agens penyakit, cara penularan, dan pemaparan
yang mengakibatkan sakit.
a) Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang
penyakit itu:
 Apa reservoir utama agen penyakitnya?
 Bagaimana cara penularannya?
 Bahan apa yang biasanya menjadi alat penularan?
 Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular?

b) Wawancara dengan beberapa penderita.


c) Mengumpulkan beberapa penderita mencari kesamaan
pemaparan.
d) Kunjungan rumah penderita.
e) Wawancara dengan petugas kesehatan setempat.
f) Epidemiologi diskriptif.

8 Penilaian Hipotesis
a) Dengan membandingkan hipotesis dengan fakta yang
ada,
b) Dengan analisis epidemiologi untuk mengkuantifikasikan
hubungan dan menyelidiki peran kebetulan,
c) Uji kemaknaan statistik, Kai kuadrat.

9 Perbaikan hipotesis dan penelitian tambahan


Dalam hal ini penelitian tambahan akan mengikuti hal
dibawah ini:
a) Penelitian Epidemiologi (epidemiologi analitik).
b) Penelitian Laboratorium (pemeriksaan serum) dan
Lingkungan (pemeriksaan tempat pembuangan tinja).

13
10 Pengendalian dan Pencegahan
Pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat
mungkin upaya penanggulangan  biasanya hanya dapat
diterapkan setelah sumber wabah diketahui Pada umumnya,
upaya pengendalian diarahkan pada mata rantai yang
terlemah dalam penularan penyakit. Upaya pengendalian
mungkin diarahkan pada agen penyakit, sumbernya, atau
reservoirnya.

11 Penyampaian Hasil Penyelidikan


Penyampaian hasil dapat dilakukan dengan dua cara
pertama Laporan lisan pada pejabat setempat dilakukan di
hadapan pejabat setempat dan mereka yang bertugas
mengadakan pengendalian dan pencegahan dan yang
kedua laporan tertulis. Penyampaian penyelidikan
diantaranya:
a. Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai
rekomendasi yang tepat dan beralasan.
b. Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara
ilmiah: simpulan dan saran harus dapat
dipertahankan secara ilmiah.
c. Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan
tertulis, bentuknya sesuai dengan tulisan ilmiah
(pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil,
diskusi, kesimpulan, dan saran).

14
d. Merupakan cetak biru untuk mengambil tindakan.
e. Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu
legal, dan merupakan bahan rujukan apabila terjadi
hal yang sama di masa datang.

D. Penanggulangan Wabah

Penanggulangan wabah biasa disebut dengan Sistem


Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai
upaya pencegahan dan penanggulangan wabah secara dini
dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi wabah.
Kegiatan ini dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan
terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang
cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status
kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah
pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang
berpotensi terjadi wabah secara mingguan. Data-data yang telah
terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data untuk
penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi.
Penyelenggaraan SKD- KLB telah diatur dalam PERMENKES
No.949/Menkes/SK/VIII/2004 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini KLB. Upaya
penanggulangan KLB dilaksanakan dengan tujuan untuk memutus
rantai penularan sehingga jumlah kesakitan, kematian maupun

15
luas daerah yang terserang dapat ditekan seminimal mungkin.
Dalam operasionalnya kegiatan penanggulangan selalu disertai
kegiatan penyelidikan yang selanjutnya digunakan istilah
penyelidikan dan penanggulangan KLB.
Upaya penyelidikan dan penanggulangan secara garis besar
meliputi:

 Persiapan Penyelidikan dan Penanggulangan KLB


Persiapan penyelidikan dan penanggulangan KLB meliputi
persiapan administrasi, tim penyelidikan epidemiologi, bahan
logistik dan bahan laboratorium serta rencana kerja
penyelidikan epidemiologi KLB. Pelaksanaan penyelidikan
epidemiologi KLB bekerjasama dengan unit kesehatan terkait
setempat, dapat melakukan wawancara, pemeriksaan medis
dan laboratorium terhadap penderita, pemeriksaan orang-orang
yang mendapat serangan penyakit, pemeriksaan sumber-
sumber penyebaran penyakit, pemeriksaan data perawatan
penderita di unit pelayanan kesehatan, pemeriksaan data
perorangan, sekolah, asrama, dan tempat-tempat lainnya yang
berhubungan dengan penyebaran penyakit dengan
memperhatikan etika pemeriksaan medis dan etika
kemasyarakatan setempat.
Rekomendasi dirumuskan dengan memperhatikan asas
segera, efektif dan efisien dalam rangka penanggulangan KLB
yang sedang berlangsung sesuai dengan kemampuan yang
ada serta disampaikan kepada tim penanggulangan KLB
dengan memperhatikan kerahasiaan jabatan dan implikasi
terhadap kesejahteraan dan keselamatan masyarakat.

 Memastikan adanya KLB


Kepastian adanya suatu KLB berdasarkan pengertian dan
kriteria kerja KLB yang secara formal ditetapkan oleh

16
Bupati/Walikota atas rekomendasi teknis Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, baik bersumber data kesakitan
dan atau data kematian yang ada di masyarakat atau data dari
unit pelayanan penderita serta hasil pemeriksaan laboratorium.
Untuk memastikan adanya KLB, maka data penderita
setidaknya menunjukkan perkembangan penyakit dari waktu ke
waktu berdasarkan tanggal mulai sakit dan atau tanggal
berobat yang dapat digunakan untuk memperkirakan tanggal
mulai sakit, tempat kejadian menurut unit pelayanan penderita
berobat, tempat tinggal penderita, tempat usaha atau
karakteristik tempat lain, serta menurut umur, jenis kelamin dan
kelompok-kelompok tertentu sesuai dengan kebutuhan untuk
memastikan adanya KLB. Secara operasional, langkah-langkah
untuk memastikan adanya KLB adalah sebagai berikut :
1) Melakukan analisis terhadap data kesakitan dan kematian
yang ada di Puskesmas atau Rumah Sakit
2) Mendiskusikan dengan petugas poliklinik tentang adanya
peningkatan jumlah penderita atau diduga penderita
penyakit berpotensi KLB diantara yang berobat ke poliklinik
menurut desa atau lokasi tertentu.
3) Menanyakan pada setiap orang yang datang berobat ke
Puskesmas atau Rumah Sakit tentang adanya peningkatan
jumlah penderita atau diduga penderita penyakit berpotensi
KLB tertentu atau adanya peningkatan jumlah kematian di
desa, sekolah, asrama atau tempat lain. Peningkatan
jumlah penderita dibandingkan dengan kewajaran jumlah
penderita pada keadaan normal berdasarkan data yang
ada di Puskesmas atau menurut pandangan orang-orang
yang diwawancarai.
4) Melakukan kunjungan ke lokasi yang diduga terjadi KLB
untuk memastikan adanya KLB. Tatacara memastikan
adanya KLB adalah dengan wawancara penduduk

17
setempat melalui survei masyarakat, dan atau dengan
membuka pelayanan pengobatan umum. Apabila jumlah
penderita dan atau kematian cukup banyak dan meningkat
dibandingkan jumlah penderita pada keadaan sebelumnya
sesuai dengan kriteria kerja KLB, maka dapat dipastikan
adanya KLB di daerah tersebut.

 Menegakkan Etiologi KLB


1) Etiologi suatu KLB dapat ditegakkan berdasarkan
gambaran klinis penderita perorangan, gambaran klinis
kelompok, gambaran epidemiologi dan hasil pemeriksaan
laboratorium atau alat penunjang pemeriksaan lainnya.
2) Gambaran klinis penderita perorangan dapat diperoleh
berdasarkan wawancara dan pemeriksaan medis penderita,
gambaran klinis kelompok penderita dapat diperoleh dari
prosentase gejala dan tanda-tanda penyakit yang ada pada
sekelompok penderita pada daerah yang terjadi KLB.
3) Gambaran epidemiologi dibuat dalam bentuk kurva
epidemiologi KLB, angka serangan (attack rate) dan angka
fatalitas kasus (case fatality rate) berdasarkan golongan
umur dan jenis kelamin. Gambaran epidemiologi lain dapat
dibuat berdasarkan pengelompokan tertentu sesuai dengan
kebutuhan mengetahui etiologi KLB.
4) Pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa spesimen
tertentu sesuai dengan perkiraan etiologi berdasarkan hasil

18
pemeriksaan klinis dan epidemiologi. Bahan spesimen yang
menimbulkan perlukaan atau risiko perlukaan diupayakan
hanya diambil dari beberapa orang saja sebagai contoh
pengujian laboratorium.

 Identifikasi Gambaran Epidemiologi KLB


1) Gambaran epidemiologi KLB menjelaskan distribusi
penyebaran penyakit dalam bentuk tabel, kurva epidemi,
grafik dan peta, baik dalam angka absolut maupun dalam
angka serangan (attack rate), dan angka fatalitas kasus
(case fatality rate) berdasarkan golongan umur, jenis
kelamin, dan tempat-tempat tertentu yang bermakna secara
epidemiologi. Umur dikelompokkan dalam kelompok umur
kurang dari 1 tahun, 1 – 4 tahun, 5 – 9 tahun, 10 – 14
tahun, 15 – 44 tahun dan 45 tahun atau lebih, sesuai
dengan kebutuhan epidemiologi menurut umur. Tempat
dikelompokkan berdasarkan tempat kejadian. Gambaran
epidemiologi lain dapat dibuat berdasarkan pengelompokan
tertentu sesuai dengan kebutuhan untuk mengetahui
etiologi KLB, besar masalah KLB dan menjadi dasar
membangun hipotesis sumber dan cara penyebaran
penyakit.
2) Gambaran epidemiologi KLB juga bermanfaat sebagai data
epidemiologi KLB dalam sistem kewaspadaan dini KLB dan
referensi perumusan perencanaan, pelaksanaan
pengendalian dan evaluasi program penanggulangan KLB

 Mengetahui Sumber dan Cara Penyebaran KLB


Cara untuk mengetahui sumber dan cara penyebaran
penyakit adalah berdasarkan metode epidemiologi deskriptip,
analitik dan kesesuaian hasil pemeriksaan laboratorium antara
penderita dan sumber penyebaran penyakit yang dicurigai.

19
 Menetapkan Cara-Cara Penanggulangan KLB
Penanggulangan KLB meliputi upaya-upaya pengobatan
yang tepat terhadap semua penderita yang ada di unit
pelayanan kesehatan dan di lapangan, upaya-upaya
pencegahan dengan menghilangkan atau memperkecil peran
sumber penyebaran penyakit atau memutuskan rantai
penularan pada KLB penyakit menular. Cara-cara
penanggulangan KLB sebagaimana tersebut diatas sesuai
dengan masing-masing cara penanggulangan KLB setiap jenis
penyakit, keracunan atau masalah kesehatan tertentu dan
penyakit berpotensi KLB yang belum jelas etiologinya.

 Rekomendasi
Rekomendasi merupakan salah satu tujuan penting dari
suatu penyelidikan dan penanggulangan KLB. Rekomendasi
berisi cara-cara penanggulangan KLB yang sedang
berlangsung, usulan penyelidikan dan penanggulangan KLB
lebih luas dan atau lebih teliti, dan upaya penanggulangan KLB
dimasa yang akan datang. Perumusan suatu rekomendasi
berdasarkan fakta hasil penyelidikan dan penanggulangan KLB,
merujuk hasil-hasil penelitian dan pembahasan para ahli
terhadap masalah yang sama atau berkaitan, kemampuan
upaya penanggulangan KLB dan kondisi kelompok populasi
yang mendapat serangan KLB. Rekomendasi disampaikan
kepada tim penanggulangan KLB berdasarkan asas cepat,
tepat dan bertanggungjawab untuk segera menghentikan KLB
dan mencegah bertambahnya penderita dan kematian pada
KLB.

20
 Menurut Pasal 5 ayat (1)
Upaya penanggulangan wabah meliputi:
a) penyelidikan epidemiologis;
b) pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita,
termasuk tindakan karantina;
c) pencegahan dan pengebalan;
d) pemusnahan penyebab penyakit;
e) penanganan jenazah akibat wabah;
f) penyuluhan kepada masyarakat;
g) upaya penanggulangan lainnya.

 Penjelasan Pasal 5 Ayat (1)


Upaya penanggulangan wabah mempunyai 2 (dua) tujuan pokok
yaitu :
1 Berusaha memperkecil angka kematian akibat wabah dengan
pengobatan.
2 Membatasi penularan dan penyebaran penyakit agar penderita
tidak bertambah banyak, dan wabah tidak meluas ke daerah
lain.

Upaya penanggulangan wabah di suatu daerah wabah


haruslah dilakukan dengan mempertimbangkan keadaan
masyarakat setempat antara lain : agama, adat, kebiasaan, tingkat
pendidikan, sosial ekonomi, serta perkembangan masyarakat.
Dengan memperhatikan hal hal tersebut diharapkan upaya
penanggulangan wabah tidak mengalami hambatan dari
masyarakat, malah melalui penyuluhan yang intensif dan

21
pendekatan persuasif edukatif, diharapkan masyarakat akan
memberikan bantuannya, dan ikut serta secara aktif. Agar tujuan
tersebut dapat tercapai perlu dilakukan beberapa tindakan, yakni:
a) Penyelidikan epidemiologis, yaitu melakukan penyelidikan
untuk mengenal sifat sifat penyebabnya serta faktor yang
dapat mempengaruhi timbulnya wabah. Dengan adanya
penyelidikan tersebut, maka dapat dilakukan tindakan
tindakan penanggulangan yang paling berdaya guna dan
berhasil guna oleh pihak yang berwajib dan/atau yang
berwenang. Dengan demikian wabah dapat ditanggulangi
dalam waktu secepatnya, sehingga meluasnya wabah dapat
dicegah dan jumlah korban dapat ditekan serendah-
rendahnya.

b) Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi


penderita termasuk tindakan karantina adalah tindakan
tindakan yang dilakukan terhadap penderita dengan tujuan:
1 Memberikan pertolongan medis kepada penderita agar
sembuh dan mencegah agar mereka tidak menjadi
sumber penularan;  
2 Menemukan dan mengobati orang yang nampaknya
sehat, tetapi mengandung penyebab penyakit sehingga
secara potential dapat menularkan penyakit (carrier).

c) Pencegahan dan pengebalan adalah tindakan tindakan yang


dilakukan untuk memberi perlindungan kepada orang orang
yang belum sakit, akan tetapi mempunyai risiko untuk terkena
penyakit.

22
d) Yang dimaksud dengan penyebab penyakit adalah bibit
penyakit yakni bakteri, virus, dan lain lainnya yang
menyebabkan penyakit. Dalam pemusnahan penyebab
penyakit, kadang kadang harus dilakukan pemusnahan
terhadap benda benda, tempat tempat dan lain lain yang
mengandung kehidupan penyebab penyakit yang
bersangkutan, misalnya sarang berkembang biak nyamuk,
sarang tikus, dan lain lain.

e) Penanganan jenazah apabila kematiannya disebabkan oleh


penyakit yang menimbulkan wabah atau jenazah tersebut
merupakan sumber penyakit yang dapat menimbulkan wabah
harus dilakukan secara khusus menurut jenis penyakitnya
tanpa meninggalkan norma agama serta harkatnya sebagai
manusia.

f) Penyuluhan kepada masyarakat adalah kegiatan


komunikasi yang bersifat persuasif edukatif tentang penyakit
yang dapat menimbulkan wabah agar mereka mengerti sifat
sifat penyakit, sehingga dengan demikian dapat melindungi
diri dari penyakit tersebut dan apabila terkena, tidak menular
kepada orang lain. Selain dari pada itu penyuluhan dilakukan
agar masyarakat dapat berperan serta secara aktif dalam
menanggulangi wabah.

g) Upaya penanggulangan lainnya adalah tindakan-tindakan


yang dilakukan dalam rangka penanggulangan wabah, yakni
bahwa untuk masing masing penyakit dilakukan tindakan 
tindakan khusus

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wabah dapat diartikan sebagai kejadian penyakit melebihi dari
normal (kejadian yang biasa terjadi). langkah – langkah investigasi
wabah dapat dilakukan melalui beberapa tahap yaitu persiapan
invetigasi di lapangan, Pemastian adanya Wabah, Pemastian
diagnostik, Pembuatan definisi kasus, Penemuan dan Perhitungan
kasus, epidemiologi deskriptif, pembuatan hipotesis, Penilaian
hipotesis, Perbaikan hipotesis, Pengendalian dan Pencegahan.
Penyampaian hasil penyelidikan.
Penanggulangan wabah biasa disebut dengan Sistem
Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai upaya
pencegahan dan penanggulangan wabah secara dini dengan
melakukan kegiatan untuk mengantisipasi wabah. Kegiatan ini

24
dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus
yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat
terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat .

DAFTAR PUSTAKA

https://freyadefunk.wordpress.com/2012/12/19/wabah-epidemiologi/
Anonim. 2012. Bab5-Wabah.  Tersedia dalam
(http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/epidemiologi_kebidanan/
bab5-wabah.pdf). Diakses: tanggal 04 Mei 2012 Pukul 08.30 wita
Wibowo, Trisna Agung. 2008. Investigasi wabah.
Wuryanto, Ari. Handout Materi Penyelidikan Wabah Fakultas Kesehatan
Masyarakat

PERMENKES No.949/Menkes/SK/VIII/2004 Tentang Pedoman


Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini KLB

25
26

Anda mungkin juga menyukai