WABAH HAMA
DISUSUN OLEH
NIM; P1813026
1
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GRAHA EDUKASI
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumus Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Wabah
B. Bentuk Wabah
C. Langkah – Langkah Investigasi Wabah
D. Penanggulangan Wabah
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wabah adalah suatu keadaan ketika dimana kasus penyakit atau
peristiwa yang lebih banyak daripada yang diperkirakan dalam suatu
periode waktu tertentu di area tertentu atau diantara kelompok tertentu.
Disebuah fasilitas pelayanan kesehatan dugaan terhadap suatu wabah
mungkin muncul ketika aktivitas surveilans rutin mendeteksi adanya
suatu kluster kasus yang tidak biasa atau terjadinya peningkatan
jumlah kasus yang signifikan dari jumlah biasanya.
Pakar dan ilmuan merasa mempunyai tantangan dan kesempatan
untuk terus menerus menggali dan menemukan ilmu pengetahuan
baru guna mengatasi masalah ini. Ketika dokter mendiagnosa suatu
penyakit yang tidak biasa, ketika dokter, perawat, bidan, atau petugas
laboraturium yang menyadari terjadinya serangkaian kluster kasus.
Kluster kasus adalah kelompok kasus penyakit atau peristiwa
kesehatan lain yang terjadi dalam rentang waktu dan tempat yang
berdekatan. Didalam suatu kluster banyaknya kasus dapat melebihi
jumlah yang diperkirakan, umumnya jumlah yang diperkirakan tidak
diketahui .
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian wabah?
2. Apa saja bentuk wabah?
3. Bagaimana langkah – langkah investigasi wabah?
4
4. Bagaimana cara penanggulangan wabah?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian wabah
2. Untuk mengetahui apa saja bentuk wabah
3. Untuk mengetahui langkah – langkah investigasi wabah
4. Untuk mengetahui penanggulangan wabah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wabah
5
Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat,
dapat berupa penderita penyakit, perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang
berhubungan dengan kesehatan yang jumlahnya lebih
banyak dari keadaan biasa ( Last : 1981 )
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna
secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu (Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor
560/Menkes/Per/VIII/1989)
B. Bentuk Wabah
1. Berdasarkan Sifatnya
Pembagian wabah berdasarkan sifatnya yaitu :
6
menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang reatif singkat.
Adapun common source epidemic itu berupa keterpaparan
umum, biasa pada letusan keracunan makanan, polusi kimia
di udara terbuka, menggambarkan satu puncak epidemi,
jarak antara satu kasus dengan kasus, selanjutnya hanya
dalam hitungan jam, tidak ada angka serangan kedua
Jika keterpaparan kelompok serta penularan penyakit
berlangsung sangat cepat dalam waktu yang singkat (point
source of epiemic), maka resultan dari semua kasus/
kejadian berkembang hanya dalam satu masa tunas saja
Point source epidemic dapat pula terjadi pada penyakit oleh
faktor penyebab bukan infeksi yang menimbulkan
keterpaparan umum seperti adanya zat beracun polusi zat
kimia yang beracun di udara terbuka.
7
batas yang minimal. Contohnya, kejadian wabah demam
berdarah di suatu tempat yang dalam penyebarannya
memerlukan waktu yang lama, dimana wabah ini
memerlukan masa inkubasi. Selain itu penularan wabah
demam berdarah ini, melalui vector yang berupa nyamuk
Aides Aigepty.
a. Tujuan umum
8
1. Upaya penanggulangan dan pencegahan
2. Surveilans
3. Penelitian
4. Pelatihan
5. Menjawab keingintahuan masyarakat
6. Pertimbangan program
7. Kepentingan politik dan hokum
8. Kesadaran masyarakat
b. Tujuan khusus
1 Memastikan diagnose
2 Memastikan bahwa terjadi KLB/wabah
3 Mengidentifikasi penyebab KLB
4 Mengidentifikasi sumber penyebab
5 Rekomendasi: cepat dan tepat
6 Mengetahui jumlah korban dan populasi rentan, waktu dan
periode KLB, serta tempat terjadinya KLB (variable orang, waktu
dan tepat)
9
2 Pemastian Adanya Wabah
Dalam mementukan apakah wabah, perlu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
a) Dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu
dengan jumlah beberapa minggu atau bulan sebelumnya.
b) Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah
melampaui jumlah yang diharapkan.
c) Sumber informasi bervariasi bergantung pada situasinya.
Catatan hasil surveilans.
Catatan keluar dari rumah sakit, statistic kematian,
register, dan lain-lain.
Bila data lokal tidak ada, dapat digunakan rate dari
wilayah di dekatnya atau data nasional.
Boleh juga dilaksanakan survey di masyarakat
menentukan kondisi penyakit yang biasanya ada.
d) Pseudo endemik (jumlah kasus yang dilaporkan belum
tentu suatu wabah) :
Perubahan cara pencatatan dan pelaporan
penderita.
Adanya cara diagnosis baru.
Bertambahnya kesadaran penduduk untuk
berobat.
Adanya penyakit lain dengan gejala yang
serupa.
Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan.
3 Pemastian Diagnosis
Semua temuan secara klinis harus dapat memastikan
diagnosis wabah, hal yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut :
10
a) Untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah
didiagnosis dengan patut.
b) Untuk menyingkirkan kesalahan laboraturium yang
menyebabkan peningkatan kasus yang dilaporkan.
c) Semua temuan klinis harus disimpulakan dalam
distribusi frekuensi.
d) Kunjungan terhadap satu atau dua penderita.
11
6 Epidemiologi Deskriptif
a) Gambaran waktu berdasarkan waktu
Perjalanan wabah berdasarkan waktu
digamabarkan dengan grafik histogram yang
berbentuk kurva epidemic, gambaran ini membantu :
Memberi informasi samapai dimana proses wabah itu
dan bagaimana kemungkinan kelanjutannya.
Memperkirakan kapan pemaparan terjadi dan
memusatkan penyelidikan pada periode tersebut, bila
telah diketahui penyakit dan masa inkubasinya.
Menarik kesimpulan tentang pola kejadian, dengan
demikian mengetahui apakah bersumber tunggal,
ditularkan dari orang ke orang, atau campuran
keduanya.
b) Gambaran wabah berdasarkan tempat
Gambaran wabah berdasarkan tempat
menggunakan gambaran grafik berbentuk Spot map.
Grafik ini menunjukkan kejadian dengan titik/symbol
tempat tertentu yang menggambarkan distribusi
geografi suatu kejadian menurut golongan atau jenis
kejadian namun mengabaikan populasi.
c) Gambaran wabah berdasarkan ciri orang
Variable orang dalam epidemiologi adalah
karakteristik individu yang ada hubungannya dengan
keterpajanan atau kerentanan terhadapa suatu
penyakit. Misalnya karakteristik inang (umur, jenis
kelamin, ras/suku, status kesehatan) atau
berdasarkan pemaparan (pekerjaan, penggunaan
obat-obatan).
7 Pembuatan Hipotesis
12
Dalam pembuatan suatu hipotesis suatu wabah,
hendaknya petugas memformulasikan hipotesis meliputi
sumber agens penyakit, cara penularan, dan pemaparan
yang mengakibatkan sakit.
a) Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang
penyakit itu:
Apa reservoir utama agen penyakitnya?
Bagaimana cara penularannya?
Bahan apa yang biasanya menjadi alat penularan?
Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular?
8 Penilaian Hipotesis
a) Dengan membandingkan hipotesis dengan fakta yang
ada,
b) Dengan analisis epidemiologi untuk mengkuantifikasikan
hubungan dan menyelidiki peran kebetulan,
c) Uji kemaknaan statistik, Kai kuadrat.
13
10 Pengendalian dan Pencegahan
Pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat
mungkin upaya penanggulangan biasanya hanya dapat
diterapkan setelah sumber wabah diketahui Pada umumnya,
upaya pengendalian diarahkan pada mata rantai yang
terlemah dalam penularan penyakit. Upaya pengendalian
mungkin diarahkan pada agen penyakit, sumbernya, atau
reservoirnya.
14
d. Merupakan cetak biru untuk mengambil tindakan.
e. Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu
legal, dan merupakan bahan rujukan apabila terjadi
hal yang sama di masa datang.
D. Penanggulangan Wabah
15
luas daerah yang terserang dapat ditekan seminimal mungkin.
Dalam operasionalnya kegiatan penanggulangan selalu disertai
kegiatan penyelidikan yang selanjutnya digunakan istilah
penyelidikan dan penanggulangan KLB.
Upaya penyelidikan dan penanggulangan secara garis besar
meliputi:
16
Bupati/Walikota atas rekomendasi teknis Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, baik bersumber data kesakitan
dan atau data kematian yang ada di masyarakat atau data dari
unit pelayanan penderita serta hasil pemeriksaan laboratorium.
Untuk memastikan adanya KLB, maka data penderita
setidaknya menunjukkan perkembangan penyakit dari waktu ke
waktu berdasarkan tanggal mulai sakit dan atau tanggal
berobat yang dapat digunakan untuk memperkirakan tanggal
mulai sakit, tempat kejadian menurut unit pelayanan penderita
berobat, tempat tinggal penderita, tempat usaha atau
karakteristik tempat lain, serta menurut umur, jenis kelamin dan
kelompok-kelompok tertentu sesuai dengan kebutuhan untuk
memastikan adanya KLB. Secara operasional, langkah-langkah
untuk memastikan adanya KLB adalah sebagai berikut :
1) Melakukan analisis terhadap data kesakitan dan kematian
yang ada di Puskesmas atau Rumah Sakit
2) Mendiskusikan dengan petugas poliklinik tentang adanya
peningkatan jumlah penderita atau diduga penderita
penyakit berpotensi KLB diantara yang berobat ke poliklinik
menurut desa atau lokasi tertentu.
3) Menanyakan pada setiap orang yang datang berobat ke
Puskesmas atau Rumah Sakit tentang adanya peningkatan
jumlah penderita atau diduga penderita penyakit berpotensi
KLB tertentu atau adanya peningkatan jumlah kematian di
desa, sekolah, asrama atau tempat lain. Peningkatan
jumlah penderita dibandingkan dengan kewajaran jumlah
penderita pada keadaan normal berdasarkan data yang
ada di Puskesmas atau menurut pandangan orang-orang
yang diwawancarai.
4) Melakukan kunjungan ke lokasi yang diduga terjadi KLB
untuk memastikan adanya KLB. Tatacara memastikan
adanya KLB adalah dengan wawancara penduduk
17
setempat melalui survei masyarakat, dan atau dengan
membuka pelayanan pengobatan umum. Apabila jumlah
penderita dan atau kematian cukup banyak dan meningkat
dibandingkan jumlah penderita pada keadaan sebelumnya
sesuai dengan kriteria kerja KLB, maka dapat dipastikan
adanya KLB di daerah tersebut.
18
pemeriksaan klinis dan epidemiologi. Bahan spesimen yang
menimbulkan perlukaan atau risiko perlukaan diupayakan
hanya diambil dari beberapa orang saja sebagai contoh
pengujian laboratorium.
19
Menetapkan Cara-Cara Penanggulangan KLB
Penanggulangan KLB meliputi upaya-upaya pengobatan
yang tepat terhadap semua penderita yang ada di unit
pelayanan kesehatan dan di lapangan, upaya-upaya
pencegahan dengan menghilangkan atau memperkecil peran
sumber penyebaran penyakit atau memutuskan rantai
penularan pada KLB penyakit menular. Cara-cara
penanggulangan KLB sebagaimana tersebut diatas sesuai
dengan masing-masing cara penanggulangan KLB setiap jenis
penyakit, keracunan atau masalah kesehatan tertentu dan
penyakit berpotensi KLB yang belum jelas etiologinya.
Rekomendasi
Rekomendasi merupakan salah satu tujuan penting dari
suatu penyelidikan dan penanggulangan KLB. Rekomendasi
berisi cara-cara penanggulangan KLB yang sedang
berlangsung, usulan penyelidikan dan penanggulangan KLB
lebih luas dan atau lebih teliti, dan upaya penanggulangan KLB
dimasa yang akan datang. Perumusan suatu rekomendasi
berdasarkan fakta hasil penyelidikan dan penanggulangan KLB,
merujuk hasil-hasil penelitian dan pembahasan para ahli
terhadap masalah yang sama atau berkaitan, kemampuan
upaya penanggulangan KLB dan kondisi kelompok populasi
yang mendapat serangan KLB. Rekomendasi disampaikan
kepada tim penanggulangan KLB berdasarkan asas cepat,
tepat dan bertanggungjawab untuk segera menghentikan KLB
dan mencegah bertambahnya penderita dan kematian pada
KLB.
20
Menurut Pasal 5 ayat (1)
Upaya penanggulangan wabah meliputi:
a) penyelidikan epidemiologis;
b) pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita,
termasuk tindakan karantina;
c) pencegahan dan pengebalan;
d) pemusnahan penyebab penyakit;
e) penanganan jenazah akibat wabah;
f) penyuluhan kepada masyarakat;
g) upaya penanggulangan lainnya.
21
pendekatan persuasif edukatif, diharapkan masyarakat akan
memberikan bantuannya, dan ikut serta secara aktif. Agar tujuan
tersebut dapat tercapai perlu dilakukan beberapa tindakan, yakni:
a) Penyelidikan epidemiologis, yaitu melakukan penyelidikan
untuk mengenal sifat sifat penyebabnya serta faktor yang
dapat mempengaruhi timbulnya wabah. Dengan adanya
penyelidikan tersebut, maka dapat dilakukan tindakan
tindakan penanggulangan yang paling berdaya guna dan
berhasil guna oleh pihak yang berwajib dan/atau yang
berwenang. Dengan demikian wabah dapat ditanggulangi
dalam waktu secepatnya, sehingga meluasnya wabah dapat
dicegah dan jumlah korban dapat ditekan serendah-
rendahnya.
22
d) Yang dimaksud dengan penyebab penyakit adalah bibit
penyakit yakni bakteri, virus, dan lain lainnya yang
menyebabkan penyakit. Dalam pemusnahan penyebab
penyakit, kadang kadang harus dilakukan pemusnahan
terhadap benda benda, tempat tempat dan lain lain yang
mengandung kehidupan penyebab penyakit yang
bersangkutan, misalnya sarang berkembang biak nyamuk,
sarang tikus, dan lain lain.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wabah dapat diartikan sebagai kejadian penyakit melebihi dari
normal (kejadian yang biasa terjadi). langkah – langkah investigasi
wabah dapat dilakukan melalui beberapa tahap yaitu persiapan
invetigasi di lapangan, Pemastian adanya Wabah, Pemastian
diagnostik, Pembuatan definisi kasus, Penemuan dan Perhitungan
kasus, epidemiologi deskriptif, pembuatan hipotesis, Penilaian
hipotesis, Perbaikan hipotesis, Pengendalian dan Pencegahan.
Penyampaian hasil penyelidikan.
Penanggulangan wabah biasa disebut dengan Sistem
Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai upaya
pencegahan dan penanggulangan wabah secara dini dengan
melakukan kegiatan untuk mengantisipasi wabah. Kegiatan ini
24
dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus
yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat
terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat .
DAFTAR PUSTAKA
https://freyadefunk.wordpress.com/2012/12/19/wabah-epidemiologi/
Anonim. 2012. Bab5-Wabah. Tersedia dalam
(http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/epidemiologi_kebidanan/
bab5-wabah.pdf). Diakses: tanggal 04 Mei 2012 Pukul 08.30 wita
Wibowo, Trisna Agung. 2008. Investigasi wabah.
Wuryanto, Ari. Handout Materi Penyelidikan Wabah Fakultas Kesehatan
Masyarakat
25
26