dimana tidak ditemukan sel-sel kelamin primordial,
dan tdk ada pertumbuhan korteks atau medulla pada gonad. wanita yang pendek (kurang dari 150 cm), amenorhea primer, pterrigium kolli (leher berselaput), nevus (andeng-andeng kecil) di kulit cukup banyak, koarktasi aorta (penyempitan aoarta), dan kubitus valgus (meningkatnya sudut lipat siku), ciri-ciri kelamin sekunder tidak tumbuh, genitalia eksterna kurang tumbuh tapi kecerdasan normal Kelainan genetik pada sindrom turner terletak pada adanya 1 kromosom X sehingga susunan kromosom ialah 44 otosom dan 1 kromosom X (seks) → 45-XO.
ini ditemukan pada penderita dengan fenotipe pria. Anak-anak dengan sindrom ini tumbuh sebagai pria, akan tetapi pada masa pubertas tumbuh ginekomasti, badan terbentuk eneukhoid dan rambut badan serta muka berkurang. Genitalia eksterna tumbuh dengan baik, ereksi dan koitus umumnya dapat berjalan dengan baik. Testis dalam keadaan atrofi, terdapat azoospermi, pada biopsi testis ditemukan sel- sel Leydig dan hialinisasi tubulus-tubulus seminiferus. Kelainan ini terjadi sebagai akibat nondisjunction. Adanya ginekomasti dapat menimbulkan masalah psikologik. Jika masalah ini sangat mengganggu, dapat dilakukan tindakan operasi.
dominasi alat pria, sehingga sering kali anak diasuh sebagai pria. Akan tetapi, apabila diagnosis dapat ditentukan dini,maka anak sebaiknya diasuh sebagai wanita.
Pada masa pubertas mamma mulai tumbuh dan
sering kali haid dimulai. Pada penderita dengan hermafrodistismus verus terdapat jaringan testis pada sisi yang satu dan jaringan ovarium pada sisi yag lain, atau terdapat ovotestis.
Sebagian besar dari penderita menunjukkan
kromatin seks dan gambaran kariotipe wanita. Kariotipe antara lain 46-XX atau 46-XY.
hidup akibat kromosom otosom yg abnormal, seperti halnya dengan sindrom-sindrom dibawah ini. Kejadian kelainan makin meningkat dengan makin tuanya ibu. Disini terjad karena adanya translokasi pada kromosom/21, biasanya dari kromosom D. Bayi dengan symdrom down atau mongolisme menunjukkan kecerdasan yang rendah, seringkali mulut terbuka dengan lidah yang menonjol, oksiput dan muka gepeng, hipotoni tubuh yang jelas, dan tidak adanya reflek moro.
diatas. Gejala-gejalanya ialah berat badan rendah pada saat lahir, pertumbuhannya lambat, palatoskisis dan labioskisis, mikrosefali dan polidaktili. Sering pula ditemukan kelainan jantung.
gonad wanita. Bentuk interseks yang paling sering dijumpai. Untuk menegakkan diagnosis perlu ditemukan: 1) kadar 17 kertas steroid dalam urine yang meningkat, 2) peningkatan kadar pregnanetriol di urine, 3) gangguan dalam keseimbangan elektrolit; yang jelas turunnya natrium di serum, 4) kromatin seks positif di buccal smear, dan 5) gambaran kromosom 44 XX
Umumnya haid timbul setelah diberikan pengobatan selama 6 bulan. Pemberian kortikosteroid akan mengganti kegagalan glandula adrenal membuat hormon tersebut sendiri dalam bentuk yang asli. Pemberian kortikosteroid buatan itu akan mengurangi pembuatan ACTH oleh hipofisis yang berlebihan, dan perangsangan kelenjar adrenal yang ditekan; dengan sendirinya produksi androgen akan turun sampai normal.
pria dan fenotipe wanita, dan dengan genitalia eksterna seperti pada wanita.
Dewasa ini diketahui bahwa penyebabnya
adalah gangguan dalam metabolisme endokrin pada janin, dimana tidak ada kepekaan jaringan alat-alat genital terhadap androgen yang dihasilkan secara normal oleh testis janin
ada kelainan kromosom, penderita mempunyai ciri-ciri khas wanita tetapi tidak mempunyai genitalia interna wanita, dan terdapat testis yang kurang tumbuh, dan ditemukan di rongga abdomen, kanalis inguinalis atau di labium mayus. Testis tidak menunjukkan spermatogenesis. Sebagian besar berwajah wanita, tinggi yang normal, pertumbuhan pannukulus adiposus yang normal, dan pertumbuhan mammae baik.
rambut ketiak (hairless woman), genetalia eksterna wanita ada, vagina pendek dan menutup. Kelenjar kelamin hanya mengandung jaringan testis yang rudimenter yang tidak memungkinkan terjadinya spermatogenesis, mengandung kemungkinan akan timbulnya neoplasma. oleh sebab itu testis harus diangkat jika sudah dewasa. Duktus Mulleri dan Wolffii sama sekali tidak berkembang, walaupun mungkin masih ditemukan sisa-sisanya yang rudimenter.
fenimisasi testikuler adalah ketidakkepaan alat-alat genital terhadap androgen, bukan oleh tidak adanya androgen. Mengapa tidak ada respons jaringan- jaringan itu tidak jelas sebab-sebabnya. Dikemukakan kemungkinan tidak mampunya sel-sel setempat mengubah testosteron menjadi hormon yang lebih biologik aktif yakni dihidrotestosteron. Hal ini mungkin disebabkan oleh tidak adanya 17- ketosteroid reductase enzym.