N
DI RUANGAN MELATI
OLEH:
PITRA ANNISA
P1813022
CI LAHAN CI INSTITUSI
2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadieat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas praktek di ruang
Melati dengan kasus tindakan “pembedahan pada pasien Struma Nodusa
Non Toksik (SNNT)”.
1. Dosen Pembimbing,
2. Kepala ruangan Melati yang telah membimbing saya dalam
menyelesaikan tugas
Dalam penulisan tugas, saya sadar tugas yang telah saya selesaikan jauh
dari kesempurnaan, untuk itu saya selaku penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun kepada para pembaca agar penulisan tugas
berikutnya dapan saya tulis dengan lebih baik lagi.
Semoga tugas yang saya tulis dapat memberikan manfaat, baik berupa
pengetahuan, informasi dan lain sebagainya kepada para pembaca nantinya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................3
B. Tujuan.........................................................................4
A. Pengrtian.....................................................................5
B. Etiologi.........................................................................6
C. Gejala..........................................................................6
D. Patofisiologi.................................................................7
E. Pemeriksaan penunjang.............................................8
F. Penatalaksanaan........................................................10
G. Komplikasi11
A. Pengkajian..................................................................12
B. Diagnose keperawatan...............................................13
C. Intervensi.....................................................................14
D. Implementasi...............................................................23
E. Evaluasi.......................................................................23
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................24
B. Saran...........................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................25
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pembesaran (struma) thyroidea sudah sering ditemukan di
mayarakat, skitar 10% dari semua wanita di area geografi yang
kekurangan yodium, dan kebanyakan struma yang terjadi akibat
kekurangan yodium langsung atu akibat dari makanan goitrogen
dalam hal diet aneh pada daeah tertentu. Banyak bentuk lain dalam
pembesaran thyroid yang menanmpilkan kesulitan dalam diagnosis
dan penatalaksanaan serta alogaritma klinik telah dibentuk untuk
menbantu pemeriksaan dan terapi.
Apabila pada pemeriksaan kelenjar teraba adanya nodul, maka
pembesaran tersebut disebut struma nodusa, struma nodusa tanpa
disertai tanda-tanda hiper thyroidisme disebut struma nodusa non
toksik. Kelainan in kerap sering dijumpa ibahkan dapat dikatakan
mudah ditemukan. Gondok endemic sering dijumpai di daerah-daerah
dengan defesiensi yodium. Penumpukan hormon tiroid meningkatkan
hormon TSH kompensatoar dengan akibat hiperplasia dan hipertropi
kelenjar, dan keadaan eutiroid, terutama pada wanita, dan uimumnya
timbul pada saat usia pubrtas.
B. Tujuan
1. Umum
Mahasisea dapat mengetahui apa itu Struma Nodusa Nontoksik
(SNNT)
2. Khusus
4
Mahasiswa dapat mengetahui instrument oprasi yang
diperlukan pada oprasi SNNT
Mahasiswa dapat berpartisipasi dalam tindakan oprasi
Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada kasus
SNNT
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Struma Nodusa Non Toksik adalah pembesaran kelenjar thyroid
yang secara klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai
tanda-tanda hiper thyroidisme. (Brunner dan Sudarth 2002)
6
B. Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid
merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :
Defisiensi iodium
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering
terdapat di daerah yang kondisi air minum dan tanahnya
kurang mengandung iodium, misalnya daerah
pegunungan.
Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa
hormon tyroid.
Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi
dalam kol, lobak, kacang kedelai).
Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya :
thiocarbamide, sulfonylurea dan litium).
C. Gejala
7
D. Patofisiologi
Nodularis Kelenjar
Tiroid
Struma
Penyempitan
Epiglostis Stromektomi
jalan Napas menutup trakea
Ketidak efektifan
Luka oprasi
jalan nafas Nyeri telan
Kerusakan
komunikasi verbal
8
E. Pemeriksaan penunjang meliputi (Mansjoer, 2001) :
1. Pemeriksaan sidik tiroid
Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran,
bentuk lokasi, dan yang utama ialah fungsi bagian-bagian tiroid.
Pada pemeriksaan ini pasien diberi Nal peroral dan setelah 24 jam
secara fotografik ditentukan konsentrasi yodium radioaktif yang
ditangkap oleh tiroid. Dari hasil sidik tiroid dibedakan 3 bentuk
a) Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang
dibandingkan sekitarnya. Hal ini menunjukkan sekitarnya.
b) Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari
pada sekitarnya. Keadaan ini memperlihatkan aktivitas yang
berlebih
c) Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan
sekitarnya. Ini berarti fungsi nodul sama dengan bagian
tiroid yang lain.
2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dapat membedakan antara padat, cair, dan
beberapa bentuk kelainan, tetapi belum dapat membedakan
dengan pasti ganas atau jinak. Kelainan-kelainan yang dapat
didiagnosis dengan USG :
a) Kista
b) Adenoma
c) Kemungkinan karsinoma
d) Tiroiditis
3. Biopsi aspirasi jarum halus(Fine Needle Aspiration/FNA)
9
Mempergunakan jarum suntik no. 22-27. Pada kista dapat juga
dihisap cairan secukupnya, sehingga dapat mengecilkan nodul
(Noer, 1996).
Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu
keganasan. Biopsi aspirasi jarum halus tidak nyeri, hampir tidak
menyababkan bahaya penyebaran sel-sel ganas. Kerugian
pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena
lokasi biopsi kurang tepat, teknik biopsi kurang benar, pembuatan
preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salah
interpretasi oleh ahli sitologi.
4. Termografi
Metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada
suatu tempat dengan memakai Dynamic Telethermography.
Pemeriksaan ini dilakukan khusus pada keadaan yang
mencurigakan suatu keganasan. Hasilnya disebut panas apabila
perbedaan panas dengan sekitarnya > 0,9 o C dan dingin apabila
<0,9o C. Pada penelitian Alves didapatkan bahwa pada yang ganas
semua hasilnya panas. Pemeriksaan ini paling sensitif dan spesifik
bila dibanding dengan pemeriksaan lain.
5. Petanda Tumor
Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian tiroglobulin
(Tg) serum. Kadar Tg serum normal antara 1,5-3,0 ng/ml, pada
kelainan jinak rataa-rata 323 ng/ml, dan pada keganasan rata-rata
424 ng/ml.
F. Penatalaksanaan
i. Indikasi operasi pada struma nodosa non toksika ialah (tim
penyusun, 1994)
Keganasan
10
Penekanan
Kosmetik
Tindakan operasi yang dikerjakan tergantung jumlah lobus tiroid
yang terkena. Bila hanya satu sisi saja dilakukan subtotal
lobektomi, sedangkan kedua lobus terkena dilakukan subtotal
tiroidektomi. Bila terdapat pembesaran kelenjar getah bening leher
maka dikerjakan juga deseksi kelenjar leher fungsional atau
deseksi kelenjar leher radikal/modifikasi tergantung ada tidaknya
ekstensi dan luasnya ekstensi di luar kelenjar getah bening.
a) Kalorigenik
b) Termoregulasi
c) Metabolisme protein. Dalam dosis fisiologis kerjanya bersifat
anabolik, tetapi dalam dosis besar bersifat katabolik
d) Metabolisme karbohidrat. Bersifat diabetogenik, karena resorbsi
intestinal meningkat, cadangan glikogen hati menipis, demikian
11
pula glikogen otot menipis pada dosis farmakologis tinggi dan
degenarasi insulin meningkat.
e) Metabolisme lipid. T4 mempercepat sintesis kolesterol, tetapi
proses degradasi kolesterol dan ekspresinya lewat empedu
ternyata jauh lebih cepat, sehingga pada hiperfungsi tiroid kadar
kolesterol rendah. Sebaliknya pada hipotiroidisme kolesterol
total, kolesterol ester dan fosfolipid meningkat.
f) Vitamin A. Konversi provitamin A menjadi vitamin A di hati
memerlukan hormon tiroid. Sehingga pada hipotiroidisme dapat
dijumpai karotenemia.
g) Lain-lain : gangguan metabolisme kreatin fosfat menyebabkan
miopati, tonus traktus gastrointestinal meninggi, hiperperistaltik
sehingga terjadi diare, gangguan faal hati, anemia defesiensi
besi dan hipotiroidisme.
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku bangsa : Bugis
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status perkawinan : Kawin
Alamat : Jl. Labakkang
Tanggal masuk RS : 10 Juni 2022 jam:14.30
Tanggal pengkajian : 13 Juni 2022 jam:15.30
No. Reg : 299037
Diagnosa medis : Struma Nodusa Non Toksik
13
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.S
Umur : 30 tahun
Hubungan dengan Klien: Anak
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
2. Status Kesehatan
a) Status Kesehatan Saat ini
1) Keluhan Utama : sulit menelan
2) Alasan Masuk RS
Jumat, 10 Juni 2022 klien masuk ke ruangan Melati dengan
keluhan ada benjolan di leher,semakin lama semakin
membesar. Ny N.mangatakan bahwa ia merasa malu dan
cemas dengan kondisi lehernya yang makin membengkak dan
bertambah keras hingga membuat Ny.N kesulitan dalam
menelan makanan yang keras dan tidak nafsu makan.
3) Upaya Yang Dilakukan
Saat pengkajian klien mengatakan belum pernah dibawa ke
puskesmas maupun ke dokter tetapi kadaan klien semakin
melemah, keluarga klien memutuskan membawa klien ke RS
b) Status Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit Yang Pernah Dialami
Klien Ny. N mengatakan bahwa ia tidak mempunyai penyakit
lain selain benjolan pada leher.
2) Pernah Dirawat
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat.
3) Alergi
14
Klien mengatakan tidak memiliki alergi makanan, minuman
maupun obat-obatan.
4) Kebiasaan (merkok/kopi/alcohol)
Klien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan merokok,
meminum minuman keras maupun alcohol. Ny.N juga jarang
meminum kopi.
c) Riwayat Penyakit Keluarga
Ny. N mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang pernah
mengalami penyakit yang selam ini di deritanya. Ny. N juga
mengatkan bahwa saat kecil keluarganya sering mengkonsumsi
garam laut yang tidak beriodium.
d) Diagnosa Medis dan Terapi
Diagnosa medis : Struma Nodusa Non Toksik
Terapi
Diit : Tidak ada
Therapy Farmakologis: Tidak ada
15
- Jumlah Makanan 1 porsi 2x sehari
- Bentuk Makanan Padat, cair ½ porsi
Cair, padat
- Makanan pantangan Tidak ada berkuah
Minum Tidak ada
- Jenis Minuman Air, kadang
- Frekwensi susu Air
- Jumlah Minuman 6x sehari 5x sehari
6 gelas 5 gelas
3) Pola Eliminasi
BAB
- Frekuensi 2x sehari 1x sehari
BAK
- Frekwensi 5 x sehari 5 x sehari
4) Pola istirahat/tidur
- Siang: waktu, lama, 2 jam 2 jam
kualitas
- Siang: waktu, lama, 8 jam 8 jam
kualitas
5) Personal hygiene
- Mandi 2 x sehari 2 x sehari
- Cuci Rambut 2 kali 2 kali
seminggu
16
- Gosok Gigi 2 kali sehari seminggu
- Ganti Pakaian 2 kali sehari 2 kali sehari
- Gunting Kuku 1 minggu 2 kali sehari
sekali 1 minggu
sekali
6) Pola Aktivitas/Latihan Fisik
- Mobilisasi/ jenis Tidak ada Tidak ada
aktivitas
- Waktu/frekwensi
7) Pola Kognitif-Persepsi
Klien mengatakan tidak terlalu mengetahui dan masih hawam
tentang penyakitnya. Kelima panca indera klien masih berfungsi
dengan baik.
8) Pola Persepsi-Konsep Diri
1. Citra tubuh : klien sekarang tidak seperti dulu lagi sebelum ada
benjolan pada leher
2. Ideal tubuh : sikap klien sesuai dengan standar perilaku tidak
ada penyimpangan perilaku
3. Harga diri : klien merasa minder karena ada benjolan pada
leher
4. Peran diri : klien berperan sebagai ibu rumah tangga yang
mengatur semua kebutuhan anak dan suami, namun klien tidak
dapat melaksanakannya karena dirawat di RS
9) Pola Seksual-Reproduksi
Untuk keluarga Tn. N sudah tidak aktif dalam berhubungan seks
karena sudah mempunyai dua orang anak. Mereka tidak
menggunakan alat bantu dalam berhubungan seks. Dan untuk
17
pemenuhannya mereka tidak mengalami kesulitan. Ny. N sendiri
tidak mengalami masalah pada masa mentruasinya.
10)Pola Toleransi Stress-Koping
Klien mengatakan khawatir dengan penyakitnya dan proses
operasi yang akan di hadapi. Klien tampak cemas, dan banayk
bertanya tentang proses operasi yang akan dilakukan padanya
dan dampaknya saat menjalani aktivitas sehari-hari, klien tampak
khawatir dengan kegagalan pada operasi.
11)Pola Nilai dan Kepercayaan
Klien mengatakan beragama Islam dan rajin sholat di rumah dan
di pura. Ny. N selalu berdoa agar dapat segera dioperasi dan
cepat sembuh. Ny. N yakin bahwa dengan pertolongan Tuhan
maka Ny. N akan mendapatkan kesehatan seperti sediakala.
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum
1) Tingkat Kesadaran : compos mentis
2) Tanda-tanda Vital :
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 80x/ menit
- RR : 18x/ menit
- Suhu : 36,5℃
3) Keadaan Fisik
a) Kepala : bentuk kepala simetris tidak ada lesi, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri tekan
b) Mata : simetris, kelopak mata nampak sayup
c) Telinga : simetris, tidak nampak adanya serumen
18
d) Mulut : nampak agak kering , lidah nampak kotor ,tidak ada
stomatitis, palatoskisis dan labioskisis
e) Leher : nampak adanya pembesaran kelenjar thyroid, ada
benjolan, sulit menelan
f) Hidung : tidak ampak adanya sekret
g) Dada : bentuk simetris, tidak ada lesi
h) Abdomen : bentuk abdomen rata, tidak ada nyeri tekan
i) Genetalia dan anus : bersih
j) Integumen : warna kulit sawo matang dan tidak ada
sianosis, turgor kulit baik
k) Ekstremitas :
- Atas : tidak ada luka, pada lengan kiri terpasang infus,
pada vena radialis
- Bawah : tidak ada luka
l) Neurologis :
- Fungsi cerebral
1) Status mental
Klien masih dapat mengenal lingkungan dimana
ia berada
Daya ingat dan kemampuan berhitung baik
2) Bahasanya jelas dan mudah dipahami
3) Tingkat kesadaran : Komposmentis
Eye : Membuka mata secara spontan (4)
Motorik : Mengikuti perintah (6)
Verbal : Respon bicara baik (5)
4) Klien berbicara dengan jelas dan mudah dipahami
- Fungsi motorik
1) Massa otot : tidak ada atropi ataupun hipertropi
19
2) Tonus otot : Mampu mengkontraksikan ototnya
3) Kekuatan otot : Mampu menahan tekanan
- Fungsi sensorik
Klien mampu membedakan panas dan dingin
- Fungsi Cerebellum
Koordinasi baik, dapat mengatur keseimbangannya
dengan baik
- Refleks
Refleks fisiologis :
Bisep (+)
Triceps : (+)
Patella : (+)
- Iritasi menigen : Tidak ada kaku kuduk
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Photo Thoraks
Tanggal
Klinis: Tumor thyroid bilateral suspek malignant.
STI:
- Tampak bayangan opak densitas soft. Tissue dengan
klasifikasi di daerah colli anterior kiri yang mendorong kolom
udara ke kanan.
- Kolom udara dalam laring dan faring dalam batas normal.
- Retropharygeal dan retropharygeal space tidak melebar.
- Epiglottis dan vaskula dalam batas normal.
Kesan: Massa jaringan lunal dengan klasifikasi di colli anterior
kiri yang mendorong kolom udara ke kanan, kolom udara masih
terbuka.
Thorak:
20
- Foto asimetris dan kurang inspirasi
- Cor tidak membesar
- Sinuses dan diagfragma normal.
- Tampak bayangan opak samapai setinggi paravertebra Th 3
yang mendorong trakea kanan.
- Pulmo:
Hill normal
Corakan bronkovaskuler normal
Tidak tampak bercak lunak.
Kesan :
- Struma intrathorakal
- Tidak tampak TB paru aktif
- Tidak tampak kardiomegali
2. Radiologi/USG
Tanggal
Pemeriksaan USG thyroid
a. Scanning tiroid kanan
Ukuran kurang lebih 29,40 x 18,60 x 29,40 mm, tekstruktur,
parenkim homogeny, tampak lesi multiple anekholik, batas
tegas, tepi relative regular, dengan ukuran terbesar kurang
lebih 6,3 x 3,7 mm. Pada color Doppler tampak vaskularisasi
di dalamnya.
b. Scanning tiroid kiri
Ukuran kurang lebih lebih 12 x 8 x 8 cm (manual),
tekstruktur parenkim homogeny. Tampak lesi multiple
anekholik, batas tegas, tepi relative regular. Pada color
Doppler tampak vaskularisasi di dalamnya.
c. Scanning daerah colli kanan dan kiri
Tidak tampak bayangan hipokholik
d. Kesan:
- Pembesaran tiroid kiri dengan multiple di dalamnya.
- Massa campuran dominan solid pada tiroid kanan
21
- Tidak tampak pembesaran kelenjar Getah Bening di
daerah colli bilateral.
5. Analisis Data
22
2 DS : Gejala terkait Gangguan rasa
Klien mengatakan merasa penyakit nyaman
Tanggal/Jam
No Diagnosa Keperawatan
ditemuka
1 13 Juni 2022 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
pukul 17.00 tubuh berhubungan dengan intake nutrisi kurang
WITA ditandai dengan klien mengatakan susah menelan
dan tidak nafsu makan, adanya benjolan pada leher,
kelemahan untuk menelan ,serta TTV : TD : 120/80
mmHg, N : 80x/menit, RR : 18x/menit, S : 36,5℃
2 13 Juni 2022 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala
pukul 17.00 terkait penyakit ditandai dengan klien mengatakan
WITA merasa terganggu karena adanya benjolan pada
leher, klien terlihat gelisah, serta TTV : TD : 120/80
mmHg, N : 80x/menit, RR : 18x/menit, S : 36,5℃
23
II. Intervensi Keperawatan
Rencana Perawatan
No
Tujuan dan Kriteria
Dx Intervensi Rasional
Hasil
1 Setelah dilakukan 1. Kaji adanya alergi 1. Untuk mempermudah
tindakan keperawatan makanan dalam memilih
selama 2x24 jam 2. Monitor adanya makanan untuk klien
diharapkan masalah penurunan berat badan. 2. Untuk mengetahui
ketidakseimangan 3. Beri klien makan adanya kekurangan
nutrisi dapat teratasi makanan yang selagi atau kelebihan
dengan kriteria hasil : hangat sedikit tapi massa tubuh.
sering 3. Untuk memenuhi
1. Tidak ada tanda-
asupan nutrisi
tanda mal nutrisi
2. Menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapan dari
menelan
3. Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang berarti
24
nyaman dengan memberikan 2. Agar klien lebih
kriteria hasil : keamanan dan merasa lebih nyaman
mengurangi takut
1. Klien tidak gelisah
2. Status
kenyamanan
meningkat
Hari/ No Tindakan
Jam Evaluasi Proses Paraf
Tgl Dx Keperawatan
Selasa, 16.00 1 1. Mengkaji adanya DS :
14 Juni WITA alergi makanan Klien mengatakan tidak
2022 memiliki alergi terhadap
makanan apapun
DO : -
25
17.30 DS : klien mengatakan
WITA 2 1. Menintruksikan klien merasa lebih tenang
untuk menarik nafas DO : klien tampak kooperatif
melalui hidung dan mengikuti intruksi ysng
mengeluarkannya diberikan perawat
melalui mulut
(relaksasi)
18.30 DS : klien mengatakan
WITA 2. Menemani klien merasa lebih nyaman dan
untuk memberikan gelisah berkurang
keamanan dan DO : klien tampak senang
mengurangi takut ditemani oleh perawat
26
selagi hangat sedikit yang telah diberikan
tapi sering
IV. Evaluasi
27
o Dx
1 Selasa, 20.00 1 S : Klien mengatakan tidak memiliki alergi
14 Juni WITA terhadap makanan apapun
2022 O:
- BB : 56 kg
- Klien tampak mau makan 1 porsi makanan
yang telah diberikan
A : Masalah teratasi dan tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi klien
2 Selasa, 20.00 2 S:
14 Juni WITA - Klien mengatakan merasa lebih tenang
2022 - Klien mengatakan merasa lebih nyaman
dan tidak gelisah lagi
O:
- Klien tampak kooperatif mengikuti intruksi
yang diberikan perawat
- Klien tampak senang ditemani oleh
perawat
A : Masalah teratasi dan tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi klien
BAB IV
PENUTUP
28
A. Kesimpulan
Defisiensi iodium
Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa
hormon tyroid
Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia
Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan
B. Saran
Kita yang sedang dalam keadaan sehat, tetaplah jaga kesehatan,
konsumsi makanan yang mengandung yodium agar terhindar dari
penyakit SNNT, makan makanan yang sehat seimbang. Perlu kita
ingat bahwa sehat itu mahal, satuhari saja kita mengalami sakit, maka
sesungguhnya waktu kita dalam sehari tersebut tidak akan kembali
terulang.
DAFTAR PUSTAKA
29
Kadek Wahyu Adi Putra, selasa, 16 oktober 2012
Sukron Elma’moun
30