Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)

LAPORAN PENDAHULUAN STRUMA NODUSA NON TOKSIK (SNNT)

Dosen Pembimbing
Lindawati, S.Kep. Ners. MKM

Disusun Oleh :
Ayu Tiara
Eka Trisnawati
Florentina Luspitasari
Ikroyanah
Nadhilla Fitri
Roihatul Jannah
Winda Sari Ramadhani

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI NERS
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah keperawatan medikal
bedah I yang membahas tentang “Laporan Pendahuluan Struma Nodusa Non
Toksik (Snnt)”. Pada penulisan makalah ini penulis menggunakan bahasa yang
sederhana sehingga diharapkan lebih mudah dipahami oleh pembaca. Penulisan
makalah ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua terutama
mahasiswa kesehatan.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini tidaklah sempurna,
masih banyak kekurangan dan kelemahan didalam penulisan makalah ini, baik
dalam segi bahasa dan pengolahan maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan saran yang sifatnya membangun demi
mencapainya suatu kesempurnaan dalam makalah ini.

Tangerang, Agustus 2019


Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keseimbangan hormon penting untuk menjaga fungsi tubuh tetap normal.
Jika terganggu, akan terjadi masalah kesehatan, termasuk penyakit gondok.
Fungsi kelenjar gondok yang membesar dan metabolisme tubuh yang
meningkat (hipermetabolisme) juga terkadang disertai kelelahan, jari-jari
gemetar atau tremor dan mata menonjol. Terjadinya goiter atau penyakit
gondok memang terkait kelainan yang menyerang kelenjar tiroid yang letaknya
di depan leher di bawah jakun. Kelenjar ini menghasilkan hormon tiroid yang
fungsinya mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh seseorang. Jika
kelenjar kurang aktif memproduksi hormon, terjadilah defisiensi hormon.
Begitu juga jika terlalu aktif, hormon yang dihasilkan akan berlebihan.
Dua kondisi ketidaknormalan ini memicu perbesaran kelenjar yang hasil
akhirnya antara lain penyakit gondok (struma endemik). Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah gizi utama di
Indonesia, dan tersebar hampir di seluruh provinsi. Survei Pemetaan GAKY
tahun 1997/1998 menemukan 354 kecamatan di Indonesia merupakan daerah
endemik berat. Kekurangan iodium ini tidak hanya memicu pembesaran
kelenjar gondok, bisa juga timbul kelainan lain seperti kretinisme (kerdil), bisu,
tuli, gangguan mental, dan gangguan neuromotor. Untuk itu, penting
menerapkan pola makan sadar iodium sejak dini.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami tentang Struma Nodusa Non Toksik (Snnt)
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mejelaskan pengertian Struma Nodusa Non Toksik
(Snnt)
b. Mahasiswa mampu menyebutkan etiologi Struma Nodusa Non Toksik
(Snnt)
c. Mahasiswa mampu menjelaskan patofidiologi Struma Nodusa Non
Toksik (Snnt)
d. Mahasiswa mampu menyebutkan manifestasi klinis Struma Nodusa Non
Toksik (Snnt)
e. Mahasiswa mampu menyebutkan penatalaksanaan Struma Nodusa Non
Toksik (Snnt)
f. Mahasiswa mampu menyebutkan pemeriksaan penunjang Struma
Nodusa Non Toksik (Snnt)
g. Mahasiswa mampu menyebutkan komplikasi Struma Nodusa Non Toksik
(Snnt)
h. Mahasiswa mampu menjelaskan Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Struma Nodusa Non Toksik (Snnt)
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Strauma nodusa adalah pembesaran pada tiroid yang disebabkan akibat
adanya nodul (Tonacchera, Pirichhera dan Vitty, 2009), biasanya di anggap
membesar bila kelenjar tiroid lebih dari 2x ukuran normal stuma nodusa non
toksik merupakan struma nodusa tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme
(Hermes dan Huysmans, 2009).
Struma nodusa yaitu pembesaran pada kelenjar tiroid  yang ukurannya 2x
lebih besar dari ukuran biasanya yang tanpa disertai tanda-tanda.

B. Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan
faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain : 
1. Defisiensi yodium
2. Kelainan metabolik kongenital yang mengahambat sintesa hormon tyroid
a. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia ( substansi dalam kol,
lobak, dan kacang kedelai )
b. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan ( Triocarbamide,
sulfonylurea dan litium).
3. Hiperplasi dan involusi kelenjar tyroid

C. Patofidiologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk
pembentukan hormon tiroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus,
masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap  paling banyak oleh kelenjar
tiroid. Dalam kelenjar tiroid, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang
distimuler oleh TSH kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi
pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diidotironiin
membentuk T4 dan T3. T4 menunjukkan  pengaturan umpan balik negatif dari
sekresi TSH dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang T3
merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat
mempengaruhi sintesis,  pelepasan dan metabolisme tiroid sekaligus
menghambat sintesis T4 dan melalui rangsangan umpan balik negatif
meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hipofisis. Keadaan ini
menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid.

D. Manifestasi Klinis
1. Gangguan menelan
2. Peningkatan metabolisme karena klien hiperaktif dengan meningkatnya
denyut nadi
3. Peningkatan simpatis (jantung menjadi berdebar-debar , gelisah,
berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, diare, gemetar dan kelelahan)
4. Pada pemeriksaan status lokalis struma nodusa, dibedakan dalam hal :
a. Jumlah nodul : satu (soliter) atau lebih dari satu (multipel)
b. Konsistensi : lunak, kistik, keras atau sangat keras
c. Nyeri pada penekanan : Ada atau tidak ada
d. Perlekatan dengan  sekitarnya : Ada atau tidak ada
e. Pembesaran kelenjar getah bening disekitar tyroid : Ada atau tidak ada

E. Penatalaksanaan
1. Dengan pemberian kapsul minyak berodium terutama bagi penduduk di
daera epidemik sedang dan berat
2. Eduksi
Program ini bertujuan merubah perilaku masyarakat, dalam hal pola makan
dan memasyarakatkan pemakaian garam beriodium
3. Penyuntikan lipidol penduduk yang tinggal di daerah epidemik di
berisuntikan 40% tiga tahun sekali dengan dosisi untuk orang dewasa dn
anak diatas 6 tahun 1cc, sedangakan kurang dari 6 tahun diberi 0,2cc-0,8cc
4. Tindakan operasi (Stromektomi)
5. L- Tiroksin selama 4-5 bulan
Diberikan apabila terdapat nodul hangat, lalu dilakuakan pemeriksaan sidik
tyroid ulang.
6. Biopsy aspirasi jarum halus
Dilakukan pada kista tyroid hingga nodul kurang dari 10mm.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pada palpasi teraba batas yang jelas , bernodul satu atau lebih,
konsistensinya kenyal
2. Human thyrologbulin ( untuk keganasan tyroid)
3. Pada pemeriksaan lab , ditemukan serum T4 (Troksin) dan T3
( tryodotironin) dlam batas normal, nilai normal T3 = 0,6-2,0, T4 = 4,6-11
4. Pada pemeriksaan USG ( Ultrasonografi) dapat dibedakan padat atau
tidaknya nodul
5. Kepastian histologi dapat ditegakan melalui biopsy aspirasi jarum halus
yang hanya dapat dilakukan oleh seorang tenaga ahli yang berpengalaman
6. Pemerksaan sidik tyroid
a. Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan
sekitarnya hal ini menunjukan fungsi yang rendah
b. Nodus panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada
bsekitarnya keadaan ini memperlihatkan aktifitas yang lebih
c. Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya ini
berarti fungsi nodul sama dengan bagian tyroid yang lain

G. Komplikasi
1. Perdarahan.
2. Masalah terbukanya vena besar dan menyebabkan embolisme udara.
3. Trauma pada nervus laryngeus recurrens.
4. Memaksa sekresi glandula ini dalam jumlah abnormal ke dalam sirkulasi
dengan tekanan.
5. Sepsis yang meluas ke mediastinum.
6. Hipotiroidisme pasca bedah akibat terangkatnya kelenjar para tiroid.
7. Trakeumalasia (melunaknya trakea).

H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Keluhan utama
1) Pre op mengeluh terdapat pembesaran pada leher
2) Post op thyroidectomy keluahan  yang dirasakan yang dirasakan pada
umumnya adalah nyeri akibat luka operasi
c. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang
semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan
karena penekanan trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi
d. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan
penyakit gondok, sebelumnya pernah menderita penyakit gondokn
e. Riwayat kesehatan keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita sama dengan klien saat ini
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Lemah, kesadaran composmentis dengan tanda- tanda vital berubah
2) Kepala dan leher
Pre op terdapat pembesaran kelenjar tyroid
Post op terdapat tyrodectomy pada luka operasi yang sudah tertutup
dengan kasa steril
3) Sistem pernafasan
Biasanya da sesak akibat dari penumpukan sekret efek dari anastesi
atau karena adanya darah dalam jalan nafas
4) Sistem neurologi
Pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan didapatkan
ekspresi wajah yang legang dan gelisah karena menahan sakit
5) Sistem gastrointestinal
Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam
lambung akibat anastesi umum, dan pada akirnya akan ilang sejalan
dengan efek anastesi yang hilang
6) Aktifitas/ istirahat
Insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelaan berat, atropi otot,
7) Eliminasi
Urine  dan jumlah banyak, perubahan dalam feses diare
8) Makanan /cairan
Kehilanagan berat badan yang mendadak, nafsu makn meningkat,
makan baik, makannya sering, kehausan, mual dan muntah,
pembesaran tyroid.
9) Keamanan
Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebian, alergi
terhadap iodium, suhu meningkat diatas 37,4c, diaporesis, kulit halus,
hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus,
retaksi , iritasi pada konjungtiva dab berair, pruritis, lesi eritema yang
menjadi sangat parah.
2. Analisa Data
No Data Yang Menyimpang Etiologi Masalah
1 DS : Inkontinuitas jaringan Nyeri
- Klien menyatakan nyeri pada daerah
leher, skala 4 Peradangan jaringan di
- Klien merasa nyeri sewaktu menelan bawah kulit (subkutis)
- TTV : Td: 140/ 90 mmHg
- N: 85x/ menit, RR: 20x/ menit Mengiritasi daerah sekitar

- S: 360C

Do: mengeluarkan zat-zat


prostaglandin, bradikinin,
- Ekpresi wajah meringis kesakitan
serotini dan histamin

Merangsang reseptor nyeri


dari sistem saraf pusat

Nyeri
2 Ds: Hospitalisasi Cemas
- Klien menanyakan penyakitnya kenapa Di
harus di operasi lakukantindakanpembedahan
- Klien merasa takut apalgi penyakitnya ↓
tidak dapat di sembuhkan Informasitidakakurat
- Klien tidak mengerti tentang ↓
penyakitnya Klienkurangpengetahuan
Do: ↓
- Klien tampak gelisah Klienbingung

Stressor bagiklien

Kopingtidakefektif

Cemas

3 Ds: Beberapa obat dan keadaan Bersihan


klien mengatakan sesak napas dapat mempengaruhi sintesis jalan napas
Do: ↓ tidak efektif
Klien tampak sesak Pelepasan metabolisme tiroid
RR : > 24x/mnt sekaligus menghambat
sintesis tiroksin(T4) dan
melalui rangsangan umpan
balik negatif meningkat

Pelepasan TSH oleh kelenjar
hypofisis

Menyebabkan pembesaran
kelenjar tyroid

Gangguan pertukaran gas

Bersihan jalan nafas tidak
efektif
 4 Ds: - Terputusnya inkontinuitas Resiko
Do: terdapat luka post op jaringan tinggi
↓ infeksi
Perawatan luka yang salah

Mediasi invasi kuman dan
mikroorganisme patogen

Resiko tinggi infeksi
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b.d terputusnya Inkontinuitas jaringan
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi trachea, pembengkakan
c. Resiko tinggi infeksi b.d adanya luka post op
d. Gangguan rasa cemas b.d kurangnya informasi tentang penyakitnya.

4. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan 1. Atur posisi semi 1. Mencegah
nyaman nyeri keperawatan nyeri akan teratasi fowler, ganjal hyperekstensi
berhubungan dengan kriteria hasil: kepala /leher leher dan
dangan Inkontinuitas jaringan dengan bantal melindungi
Inkontinuitas terbentuk: nyeri hilang kecil integritas pada
jaringan 2. Kaji respon jahitan pada
verbal /non luka.
verbal lokasi, 2. Mengevaluasi
intensitas dan nyeri,
lamanya nyeri. menentukan
3. Intruksikan pada rencana tindakan
klien agar keefektifan terapi.
menggunakan 3. Mengurangi
tangan untuk ketegangan otot.
menahan leher 4. Memutuskan
pada saat alih transfusi SSP
posisi pada rasa nyeri
4. Lakukan
kolaborasi
dengan dokter
untuk
pemberian
analgesik
2. Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pola 1. Mengetahui
nafas tidak keperawatan bersihan jalan napas klien frekuensi dan
efektif b.d nafas teratasi dengan kriteria 2. Berikan O2 hambatan
obstruksi hasil: tambahan napas
trachea, - Sesak napas berkurang nasal kanul 2- 2. Agar tidak
pembengkakan - Sekret berkurang 3L terjadi infeksi
3. Auskultasi 3. Memandirikan
suara napas klien dan
4. Atur posisi keluarga
semi fowler 4. Mencegah
infeksi
3. Resiko tinggi Setelah di lakukan tindakan 1. Cuci tangan 1. Mencegah
infeksi b.d keperawatan tidak terdapat sebelum dan infeksi
adanya luka tanda-tanda infeksi dengan sesudah nosocomial
post op kriteria hasil : tindakan 2. Teknik aseptik
- Luka operasi bersih tertutup 2. Ganti balutan meminimalkan
perban steril dengan masuknya
- Luka operasi kering tidak menggunakan mikroorganis
ada tanda-tandainfeksi teknik aseptik me dalam luka
dan antisepik 3. Pemberian
3. Kolaborasi atibiotik
dalam menghambat
pemberian pertumbuhan
antibiotik bakteri
dengan dokter
4. Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan 1. Menambah
cemas b.d keperawatan cemas dapat tentang pengetahuan
kurangnya teratasi dengan kriteria hasil : penyakit yang klien sehingga
informasi - Klienmengertidantidaklagibe di derita klien. klien dapat
tentang rtanyatentangpenyakitnya 2. Jelaskan memahami
penyakitnya. - Ekpresimukarilektidakketakl tentang tentang
utan penyebab dari penyakitnya
penyakit dan sehingga resiko
cara penyakit
pencegahanny berulang tidak
a tejadi.
2. Agar klien
menghindari
penyebab
timbulnya
penyakit

Anda mungkin juga menyukai