Anda di halaman 1dari 32

Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu

dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas
yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.[rujukan?] Etika mencakup
analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
[rujukan?]

St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat
praktis (practical philosophy).

Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat


spontan kita.[rujukan?] Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena
pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. [1] Untuk itulah
diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia.[rujukan?]

Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.
[rujukan?]
Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan
refleksi.[rujukan?] Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek
dari etika adalah tingkah laku manusia.[rujukan?] Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu
lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif.
Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia. [2]

Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika
normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai
etika).[rujukan?]

Daftar isi
 1 Jenis etika
o 1.1 Etika Filosofis

o 1.2 Etika Teologis


o 1.3 Relasi Etika Filosofis dan Etika Teologis
 2 Referensi
 3 Pranala luar

Jenis etika[sunting]
Etika Filosofis[sunting]

Etika filosofis secara harfiah (fay overlay) dapat dikatakan sebagai etika yang berasal
dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika
sebenarnya adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat.[rujukan?]

Etika termasuk dalam filsafat, karena itu berbicara etika tidak dapat dilepaskan dari
filsafat.[rujukan?] Karena itu, bila ingin mengetahui unsur-unsur etika maka kita harus
bertanya juga mengenai unsur-unsur filsafat. Berikut akan dijelaskan dua sifat etika: [3]

1. Non-empiris[rujukan?] Filsafat digolongkan sebagai ilmu non-empiris. Ilmu empiris


adalah ilmu yang didasarkan pada fakta atau yang kongkret. Namun filsafat tidaklah
demikian, filsafat berusaha melampaui yang kongkret dengan seolah-olah
menanyakan apa di balik gejala-gejala kongkret. Demikian pula dengan etika. Etika
tidak hanya berhenti pada apa yang kongkret yang secara faktual dilakukan, tetapi
bertanya tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

2. Praktis[rujukan?] Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu “yang ada”.


Misalnya filsafat hukum mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak terbatas
pada itu, melainkan bertanya tentang “apa yang harus dilakukan”. Dengan demikian
etika sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena langsung berhubungan dengan apa
yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia. Tetapi ingat bahwa etika bukan praktis
dalam arti menyajikan resep-resep siap pakai. Etika tidak bersifat teknis melainkan
reflektif. Maksudnya etika hanya menganalisis tema-tema pokok seperti hati nurani,
kebebasan, hak dan kewajiban, dsb, sambil melihat teori-teori etika masa lalu untuk
menyelidiki kekuatan dan kelemahannya. Diharapakan kita mampu menyusun sendiri
argumentasi yang tahan uji.

Etika Teologis[sunting]

Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis. Pertama, etika
teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki
etika teologisnya masing-masing.[rujukan?] Kedua, etika teologis merupakan bagian dari
etika secara umum, karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam
etika secara umum, dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum. [4]

Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari
presuposisi-presuposisi teologis.[5] Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara
etika filosofis dan etika teologis.[rujukan?] Di dalametika Kristen, misalnya, etika teologis
adalah etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi tentang Allah atau Yang
Ilahi, serta memandang kesusilaan bersumber dari dalam kepercayaan terhadap Allah
atau Yang Ilahi.[rujukan?] Karena itu, etika teologis disebut juga oleh Jongeneel sebagai
etika transenden dan etika teosentris.[6] Etika teologis Kristen memiliki objek yang
sama dengan etika secara umum, yaitu tingkah laku manusia. [rujukan?] Akan tetapi,
tujuan yang hendak dicapainya sedikit berbeda, yaitu mencari apa yang seharusnya
dilakukan manusia, dalam hal baik atau buruk, sesuai dengan kehendak Allah. [7]

Setiap agama dapat memiliki etika teologisnya yang unik berdasarkan apa yang
diyakini dan menjadi sistem nilai-nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, antara agama
yang satu dengan yang lain dapat memiliki perbedaan di dalam merumuskan etika
teologisnya.[rujukan?]

Relasi Etika Filosofis dan Etika Teologis[sunting]

Terdapat perdebatan mengenai posisi etika filosofis dan etika teologis di dalam ranah
etika.[rujukan?] Sepanjang sejarah pertemuan antara kedua etika ini, ada tiga jawaban
menonjol yang dikemukakan mengenai pertanyaan di atas, yaitu: [8]

 Revisionisme[rujukan?]

Tanggapan ini berasal dari Augustinus (354-430) yang menyatakan bahwa etika
teologis bertugas untuk merevisi, yaitu mengoreksi dan memperbaiki etika filosofis.

 Sintesis[rujukan?]

Jawaban ini dikemukakan oleh Thomas Aquinas (1225-1274) yang menyintesiskan


etika filosofis dan etika teologis sedemikian rupa, hingga kedua jenis etika ini, dengan
mempertahankan identitas masing-masing, menjadi suatu entitas baru. Hasilnya
adalah etika filosofis menjadi lapisan bawah yang bersifat umum, sedangkan etika
teologis menjadi lapisan atas yang bersifat khusus.

 Diaparalelisme[rujukan?]

Jawaban ini diberikan oleh F.E.D. Schleiermacher (1768-1834) yang menganggap


etika teologis dan etika filosofis sebagai gejala-gejala yang sejajar. Hal tersebut dapat
diumpamakan seperti sepasang rel kereta api yang sejajar.

Mengenai pandangan-pandangan di atas, ada beberapa keberatan. Mengenai


pandangan Augustinus, dapat dilihat dengan jelas bahwa etika filosofis tidak
dihormati setingkat dengan etika teologis. [rujukan?] Terhadap pandangan Thomas
Aquinas, kritik yang dilancarkan juga sama yaitu belum dihormatinya etika filosofis
yang setara dengan etika teologis, walaupun kedudukan etika filosofis telah diperkuat.
[rujukan?]
Terakhir, terhadap pandangan Schleiermacher, diberikan kritik bahwa meskipun
keduanya telah dianggap setingkat namun belum ada pertemuan di antara mereka. [9]
Ada pendapat lain yang menyatakan perlunya suatu hubungan yang dialogis antara
keduanya.[10] Dengan hubungan dialogis ini maka relasi keduanya dapat terjalin dan
bukan hanya saling menatap dari dua horizon yang paralel saja. [rujukan?] Selanjutnya
diharapkan dari hubungan yang dialogis ini dapat dicapai suatu tujuan bersama yang
mulia, yaitu membantu manusia dalam bagaimana ia seharusnya hidup.

Referensi[sunting]
1. ^ [K. Bertens. 2000. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 25.]
2. ^ Etika, 24-25
3. ^ Etika, 27-29
4. ^ [Eka Darmaputera. 1987. Etika Sederhana Untuk Semua: Perkenalan
Pertama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 94.]
5. ^ [Paul L. Lehmann. 1963. Ethics in a Christian Context. New York:
Harper & Row Publishers, 25.]
6. ^ [J.A.B. Jongeneel. 1980. Hukum Kemerdekaan Jilid 1. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 15-16.]
7. ^ [J. Verkuyl. 1982. Etika Kristen Bagian Umum, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 17.]
8. ^ Ethics in a Christian Context, 254
9. ^ Ethics in a Christian Context, 254
10. ^ Hukum Kemerdekaan Jilid 1, 38.

ETIK,NILAI DAN NORMA

A. Pengertian Etik, Nilai dan Norma

 Etik

Istilah etik berasal dari bahasa yunani, ethos yang berarti budaya atau karakter (Blais, 2007)

Beberapa definisi etik, antara lain :

 Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar dan salah, baik dan buruk
dalam hubungan dengan orang lain.
 Etik merupakan studi tentang perilaku, karakter dan motif yang baik serta
ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang.

 Menurut Curtin, etik adalah suatu disiplin yang diawali dengan mengidentifikasi,
mengorganisasi, menganalisis, dan memutuskan perilaku manusia dengan
menerapkan prinsip-prinsip untuk mendeterminasi perilaku yang baik terhadap
suatu situasi yang dihadapi (Priharjo, 1995)

 Nilai

Beberapa pakar mendefinisikan nilai sebagai berikut :

 Menurut Driyarkara (1966 : 38)

Nilai adalah hakekat suatu hal yang menyebabkan hal itu pantas dikejar oleh manusia.

 Menurut Fraenkel (1977 : 6)

Value is any idea, a concept , about what some one think is important in life.

Nilai adalah idea atau konsep yang bersifat abstrak tentang apa yang dipikirkan seseorang atau dianggap
penting oleh sesorang, biasanya mengacu kepada estetika (keindahan), etika pola perilaku dan logika
benar-salah atau keadilan( justice).

 Menurut Kuntjaraningrat (1992 : 26)

Nilai budaya terdiri dari konsepi-konsepi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar keluarga
masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap bernilai dalam hidup.

 Menurut Kosasih Jahiri

Nilai adalah tuntunan mengenai apa yang baik, benar dan adil.

 Menurut M.I. Soelaeman


Nilai diarahkan pada perintah dan larangan, dorongan dan cegahan, pujian dan kecaman, harapan dan
penyesalan, ukuran baik buruk, benar salah, patuh tidak patuh, adil tidak adil.

 Menurut Encylopedi Brittanca 963

Nilai adalah kualitas dari sesuatu objek yang menyangkut jenis apresiasi atau minat.

Jadi, nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap suatu standar atau
pegangan yang mengarah pada sikap/perilaku seseorang dan dianggap penting serta sering diartikan
sebagai perilaku personal.

Pada tahun 1985, “The American Association Colleges of Nursing” melaksanakan suatu proyek termasuk
didalamnya mengidentifikasi nilai-nilai esensial dalam praktek keperawatan profesional. Perkumpulan ini
mengidentifikasikan 7 (tujuh) nilai-nilai esensial dalam kehidupan profesional, yaitu:

1. Aesthetics (keindahan) : Kualitas obyek suatu peristiwa atau kejadian, seseorang memberikan kepuasan
termasuk penghargaan, kreatifitas, imajinasi, sensitifitas dan kepedulian.

2. Altruism (mengutamakan orang lain) : Kesediaan memperhatikan kesejahteraan orang lain termasuk
keperawatan atau kebidanan, komitmen, arahan, kedermawanan atau kemurahan hati serta ketekunan.

3. Equality (kesetaraan) : Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan dengan sikap asertif,
kejujuran, harga diri dan toleran.

4. Freedom (Kebebasan) : memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan termasuk percaya diri, harapan,
disiplin serta kebebasan dalam pengarahan diri sendiri.

5. Human dignity (Martabat manusia) : Berhubungan dengan penghargaan yang lekat terhadap martabat
manusia sebagai individu termasuk didalamnya kemanusiaan, kebaikan, pertimbangan dan penghargaan
penuh terhadap kepercayaan.

6. Justice (Keadilan) : Menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal termasuk objektifitas, moralitas,
integritas, dorongan dan keadilan serta kewajaran.

7. Truth (Kebenaran) : Menerima kenyataan dan realita, termasuk akuntabilitas, kejujuran, keunikan dan
reflektifitas yang rasional.

Nilai memiliki beberapa ciri, diantaranya :


 Nilai-nilai membentuk dasar perilaku seseorang

 Nilai-nilai nyata dari seseorang diperlihatkan melalui pola perilaku yang konsisten

 Nilai-nilai menjadi kontrol internal bagi perilaku seseorang

 Nilai-nilai merupakan komponen intelektual dan emosional dari seseorang yang secara intelektual
diyakinkan tentang suatu nilai serta memegang teguh dan mempertahankannya

 Norma

Norma merupakan suatu aturan-aturan yang berisi perintah, larangan, dan sanksi-sanksi bagi yang
melanggarnya yang berlaku dalam masyarakat.

Norma juga berarti aturan atau ketentuan yang mengikat warga/kelompok dalam masyarakat yang
dipakai sebagi panduan, tatanan dan kendali tingkah laku yang sesuai dan diterima (Murdiayatmoko,
2007).

B. Kode Etik Keperawatan

Kode etik adalah suatu tatanan tentang prinsip-prinsip yang telah diterima oleh suatu profesi
(Potter&Perry, 2005).

Belum ada kata sepakat mengenai pengertian profesi karena tidak ada standar pekerjaan/tugas yang
bagaimanakah yang bisa dikatakan sebagai profesi. Ada yang mengatakan bahwa profesi adalah “jabatan
seseorang walau profesi tersebut tidak bersifat komersial”. Secara tradisional ada 4 (empat) profesi yang
sudah dikenal, yaitu kedokteran, hukum, pendidikan, dan kependetaan (Etika Profesi dalam Teknik
Manajemen, 2003)

Kode etik keperawatan indonesia (Priharjo, 1995) adalah :

o Perawat dan Klien

o Perawat dan Praktek/Tugas

o Perawat dan Masyarakat

o Perawat dan Teman Sejawat

o Perawat dan Profesi


o Perawat dan Pemerintah, Bangsa dan Tanah Air

C. Prinsip-prinsip Etik Keperawatan (Evy Azizah, 2008).

o Autonomy (otonomi)

o Beneficience (do goodbaik/berbuat )

o Justice (keadilan)

o Nonmaleficience (do no harm/tidak merugikan)

o Veracity (kebenaran/kejujuran)

o Fidelity (menepati janji)

o Confidentiality (kerahasiaan)

o Accountability (akuntabilitas)

D. Prinsip Legalitas Keperawatan

o Pertanggunggugatan

o Pertanggungjawaban

o Pelayanan/asuhan

o Hukum-hukum

E. Dilema Etik

Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau suatu
situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada
yang benar atau salah (Marquis, B.L and Huston, Carol.J., 2006).

ETIKA DAN NILAI KEPERAWATAN


1. Konsep Etika
1. Pengertian

Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku
seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan oleh
seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggung jawab moral.

Dari konsep pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa etika adalah ilmu tentang
kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam
masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan
tingkah laku yang benar, yaitu:

a). Baik dan buruk

b). Kewajiban dan tanggung jawab.

1. Tujuan

Etika profesi keperawatan merupakan alut untuk mengukur perilaku moral dalam
keperawatan. Dalam penyusunan alat ukur ini, keputusan diambil berdasarkan kode
etik sebagai standar yang mengukur dan mengevaluasi perilaku moral perawat. Secara
umum tujuan etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan mempertahankan
kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan di antara sesama perawat, dan
kepercayaan masyarakat kepada profesi keparawatan.

Sesuai dengan tujuan di atas, perawat ditantang untuk mengembangkan etika


profesisecara terus menerus agar dapat menampung keinginan dan masalah baru. Dan
agar perawat manjadi wasit untuk anggota profesi yang bertindak kurang professional
atau merusak keparcayaan masyarakat terhadap profesi keperawatan.

Menurut American Ethics Commision Bureau on Teaching, tujuan etika profesi


keperawatan adalah mampu:

1. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan.


2. Membentuk strategi / cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi dalam
praktik keperawatan.
3. Menghubungkan prinsip moral / pelajaran yang baik dan dapat dipertanggung
jawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan kepada Tuhan, sesuai
dengan kepercayaannya.

1. Etika dalam Keperawatan


1. Kode Etik Keperawatan

Kode etik keperawatan merupakan bagian dari etika kesehatan yang menerapkan nilai
etika terhadap bidang pemeliharaan atau pelayanan kesehatan masyarakat. Kode etik
keperawatan di Indonesia telah disusun oleh Dewan Pimpinan Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia melalui Musyawarah Nasional PPNI di Jakarta pada
tanggal 29 November 1989.

Kode etik keperawatan Indonesia tersebut terdiri dari 4 bab dan 16 pasal. Bab 1,
terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
individu, keluarga, dan masyarakat. Bab 2 terdiri dari lima pasal, menjelaskan tentang
tanggung jawab perawat terhadap tugasnya. Bab 3, terdiri dari dua pasal, menjelaskan
tentang tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain.
Bab 4, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
profesi keperawatan. Bab 5, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung
jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa, dan tanah air.

Kode etik keperawatan menurut American Nurses Association (ANA) adalah sebagai
berikut.

1. Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat


kemanusiaan dan keunikan klien yang tidak dibatasi oleh pertimbangan-
pertimbangan status sosial atau ekonomif atribut personal, atau corak masalah
kesehatannya.
2. Perawat melindungi hak klien akan privasi dengan memegang teguh informasi
yang bersifat rahasia.
3. Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan keselamatannya
terancam oleh praktik seseorang yang tidak berkompeten, tidak etis, atau ilegal.
4. Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tindakan perawatan
yang dijalankan masing-masing individu.
5. Perawat memelihara kompetensi keperawatan.
6. Perawat melaksanakan pertimbangan yang beralasan dan menggunakan
kompetensi dan kualifikasi individu sebagai kriteria dalam mengusahakan
konsultasi, menerima tanggung jawab, dan melimpahkan kegiatan keperawatan
kepada orang lain.
7. Perawat turut serta beraktivitas dalam membantu pengembangan pengetahuan
profesi.
8. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan dan
meningkatkan standar keperawatan.
9. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan membina
kondisi kerja yang mendukung pelayanan keperawatan yang berkualitas.
10.Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik
terhadap informasi dan gambaran yang salah serta mempertahankan integritas
perawat.
11. Perawat bekerjasama dengan anggota profesi kesehatan atau warga masyarakat
Iainnya dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan nasional untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan publik.
12.Tanggung jawab Keperawatan

Tanggung jawab menunjukkan kewajiban. Ini mengarah kepada kewajiban yang harus
dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan secara professional. Manajer dan para staf
harus memahami dengan jelas tentang fungsi tugas yang menjadi tanggung jawab
masing-masing perawat serta hasil yang ingin dicapai dan bagaimana mengukur
kualitas kinerja stafnya. Perawat yang professional akan bertanggung jawab atas
semua bentuk tindakan klinis keperawatan atau kebidanan yang dilakukan dalam
lingkup tugasnya.

Tanggung jawab diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan kinerja yang ditampilkan
guna memperoleh hasil pelayanan keperawatan yang berkualitas tinggi. Yang perlu
diperhatikan dari pelaksanaan tanggung jawab adalah memahami secara jelas tentang
uraian tugas dan spesifikasinya serta dapat dicapai berdasarkan standar yang berlaku
atau yang disepakati. Hal ini berarti perawat mempunyai tanggung jawab yang
dilandasi oleh komitmen, dimana mereka harus bekerja sesuai fungsi tugas yang
dibebankan kepadanya tanggung jawab utama perawat adalah meningkatkan kese-
hatan, mencegah timbulnya penyakit, memelihara kesehatan, dan mengurangi
penderitaan. Untuk melaksanakan tanggung jawab utama tersebut, perawat harus
meyakini bahwa:

1. Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan di berbagai ternpat


2. Pelaksanaan praktik keperawatan dititik beratkan pada penghargaan terhadap
kehidupan yang bermartabat dan menjunjung tinggi hak asasi manusia
3. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan atau keperawatan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat, perawat mengikutsertakan kelompok dan
instansi terkait.
4. Nilai-nilai Keperawatan
Pada tahun 1985, “The American Association Colleges of Nursing” melaksanakan
suatu proyek termasuk didalamnya mengidentifikasi nilai-nilai
keperawatan. Perkumpulan ini mengidentifikasikan nilai-nilai keperawatan, yaitu:

1. Aesthetics (keindahan)

Kualitas obyek suatu peristiwa atau kejadian, seseorang memberikan kepuasan


termasuk penghargaan, kreatifitas, imajinasi, sensitifitas dan kepedulian.

1. Altruism (mengutamakan orang lain)

Kesediaan memperhatikan kesejahteraan orang lain termasuk keperawatan atau


kebidanan, komitmen, arahan, kedermawanan atau kemurahan hati serta ketekunan.

1. Equality (kesetaraan)

Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan dengan sikap asertif,
kejujuran, harga diri dan toleransi

1. Freedom (Kebebasan)

Memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan termasuk percaya diri, harapan, disiplin
serta kebebasan dalam pengarahan diri sendiri.

1. Human dignity (Martabat manusia)

Berhubungan dengan penghargaan yang lekat terhadap martabat manusia sebagai


individu termasuk didalamnya kemanusiaan, kebaikan, pertimbangan dan
penghargaan penuh terhadap kepercayaan.

1. Justice (Keadilan)

Menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal termasuk objektifitas, moralitas,


integritas, dorongan dan keadilan serta kewajaran.

1. Truth (Kebenaran)

Menerima kenyataan dan realita, termasuk akontabilitas, kejujuran, keunikan dan


reflektifitas yang rasional.

1. Hubungan Etika dengan Praktek Keperawatan


Aplikasi dalam praktek klinis bagi perawat diperlukan untuk menempatkan etika,
nilai-nilai dan perilaku kesehatan pada posisinya. Perawat bisa menjadi sangat
frustrasi bila membimbing atau memberikan konsultasi kepada pasien yang
mempunyai nilai-nilai dan perilaku kesehatan yang sangat rendah. Hal ini disebabkan
karena pasien kurang memperhatikan status kesehatannya. Pertama-tama yang
dilakukan oleh perawat adalah berusaha membantu pasien untuk mengidentifikasi
etika dan nilai-nilai dasar kehidupannya sendiri.

Perawat memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan yang berkualitas
berdasarkan standar perilaku etika yang etis dalam praktek asuhan keperawatan.
Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan perawat dan berlanjut
pada diskusi formal maupun informal dengan sejawat. Perilaku yang etis mencapai
puncaknya bila perawat mencoba dan mencontoh perilaku pengambilan keputusan
yang etis untuk membantu memecahkan masalah etika. Dalam hal ini, perawat
seringkali menggunakan dua pendekatan yaitu :

1. Pendekatan berdasarkan Prinsip

Pendekatan berdasarkan prinsip, sering dilakukan dalam etika untuk menawarkan


bimbingan untuk tindakan khusus. Beauchamp Childress (1994) menyatakan empat
pendekatan prinsip dalam etika antara lain :

1. Sebaiknya mengarah langsung untuk bertindak sebagai penghargaan terhadap


kapasitas otonomi setiap orang
2. Menghindarkan berbuat suatu kesalahan
3. Bersedia dengan murah hati memberikan sesuatu yang bermanfaat dengan
segala konsekuensinya
4. Keadilan menjelaskan tentang manfaat dan resiko yang dihadapi.

1. Pendekatan berdasarkan Auhan Keperawatan.

Ketidakpuasan yang timbul dalam pendekatan berdasarkan prinsip dalam etika


mengarahkan banyak perawat untuk memandang “care” atau asuhan sebagai fondasi
dan kewajiban. Hubungan perawat dengan pasien merupakan pusat pendekatan
berdasarkan asuhan, dimana memberikan langsung perhatian khusus kepada pasien,
sebagaimana dilakukan sepanjang kehidupannya sebagai perawat. Perspektif asuhan
memberikan arah dengan cara bagaimana perawat dapat membagi waktu untuk dapat
duduk bersama dengan pasien, merupakan suatu kewajaran yang dapat
membahagiakan bila diterapkan berdasarkan etika.

Karakteristik perspektif dari asuhan menurut Taylor (1993) meliputi :


1. Berpusat pada hubungan interpersonal dalam asuhan
2. Meningkatkan penghormatan dan penghargaan terhadap martabat klien atau
pasien sebagai manusia
3. Mau mendengarkan dan mengolah saran-saran dari orang lain sebagai dasar
yang mengarah pada tanggung jawab profesional
4. Mengingat kembali arti tanggung jawab moral yang meliputi kebajikan
seperti: kebaikan, kepedulian, empati, perasaan kasih sayang, dan menerima
kenyataan.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa etika dalam praktek keperawatan
sangat berhubungan penting sebagai dasar atau landsasan yang mengatur bagaimana
cara perawat melakukan asuhan keperawatan berdasarakan etika keperawatan agar
dapat melakukan sesuai konsep dan teori keperawatan.

NILAI – NILAI DAN HUBUNGANNYA DENGAN ETIKA PROFESI

NILAI – NILAI DAN HUBUNGANNYA


DENGAN ETIKA PROFESI
A. Pengertian Nilai Sosial Budaya
Pengertian kebudayaan : berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk
jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal. Istilah lain dari kebudayaan adalah Culture
(Inggris).Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat.(Soerjono Soekanto, Pengantar Sosiologi, hal 188-189). Inti
kebudayaan setiap masyarakat adalah sistem nilai yang dianut oleh masyarakat pendukung kebudayaan
yang bersangkutan. Sistem nilai tersebut mencakup konsepsi-konsepsi abstrak tentangapa yang dianggap
buruk “harus dihindari” dan apa yang dianggap baik “harus selalu diikuti” (Soerjono Soekanto, Pengantar
Sosiologi. Hal. 208). Sistem nilai tersebut perlu lebih dikongkritkan kedalam norma-norma, yang dapat
dijadikan patokan atau pedoman dalam berperilaku secara pantas : Norma moral, norma hukum, norma
sopan santun.

Ada beberapa pengertian tentang nilai / value, yaitu sebagai berikut :

1) Sesuatu yang baik, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang berharga, sesuatu yang bermanfaat, dan
menurut kodratnya bersifat positif (K. Bertens).

2) Secara umum : sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian rupa oleh seseorang sesuai
dengan tuntutan hati nuraninya.(pengertian secara umum);
3) Seperangkat keyakinan dan sikap pribadi seseorang tentang : kebenaran, keindahan, dan penghargaan
terhadap suatu pemikiran, obyek atau perilaku yang berorientasi pada tindakan dan memberikan arah
serta makna bagi kehidupan seseorang (Simon, 1973)

4) Keyakinan seseorang tentang sesuatu yang berharga, kebenaran atau keyakinan mengenai ide-ide, objek
atau perilaku khusus (Czimowski,1974)

5) Pilihan bebas, keyakinan atau sifat yang menetap mengenai penghargaan terhadap sesuatu : pribadi,
benda, ide, atau tindakan. (Barbara Kozier, Glenora Erb, Kathleen Blais.P.87)

Setiap perawat memiliki nilai dan perilaku pribadi masing-masing.Kode etik profesi membawa
perubahan perilaku personal kepada perilaku professional dan menjadi pedoman bagi tanggungjawab
perorangan sebagai anggota profesi dan tanggungjawab sebagai warga Negara. Tanggungjawab
professional berdasarkan anggapan bahwa profesi keperawatan bekerja sama dengan kelompok asuhan
kesehatan (kelompok asuhan yang di maksud adalah profesi dokter, ahligizi, tenaga farmasi, tenaga
laboratorium, kesehatan lingkungan,dsb) untuk meningkatkan kesehatan, mengurangi penderitaan, dan
menemukan pencapaian tujuan berdasarkan kebutuhan manusiawi. Setiap perawat harus
bertanggungjawab kepada seseorang yang sakit maupun sehat, keluarganya, dan masyarakat.

Tanggungjawab ini memerlukan pelaksanaan etika yang berkaitan dengan peraturan yang relevan
dengan keperawatan. Tanggungjawab ini antara lain:

1. Perawat melaksanakan pelayanan dengan menghargai derajat manusia, tidak membedakan kebangsaan.

2. Perawat melindungi hak pasien/klien, kerahasiaan pasien, melibatkan diri hanya terhadap hal yang
relevan dengan askep.

3. Perawat mempertahankan kompetensinya dalam praktik keperawatan, mengenal dan menerima


tanggungjawab untuk kegiatan dan keputusan yang akan di ambil.

4. Perawat melindungi pasien/klien bila keperawatan dan keselamatannya diganggu oleh orang-orang yang
tidak berwenang, tidak etis, atau tidak legal.

5. Perawat mempertimbangkan orang lain dengan kriteria tertentu apabila akan mendelegasikan tugas atau
menunjuk seseorang untuk melakukan kegiatan keperawatan.

6. Perawat berpartisipasi dalam kegiatan riset bila hak individu yang menjadi subjek dilindungi.

7. Perawat berpartisipasi dalam usaha profesi untuk meningkatkan standar taktik dan pendidikan
keperawatan.

8. Perawat bertindak melalui organisasi profesi, berperan serta dalam mengadakan dan mempertahankan
kondisi pekerjaan yang memungkinkan kualitas asuhan keperawatan yang tinggi.

9. Perawat bekerjasama dengan anggota profesi kesehatan dan orang lain dalam upaya peningkatan
kesehatan masyarakat.

10. Perawat menolak tawaran untuk subjek advertensi atau promosi komersial.
Kode etik keperawatan ditanamkan kepada para perawat sejak dalam pendidikan
keperawatan.Sekolah keperawatan bertanggung jawab atas pemilihan calon-calon perawat yang mampu
melaksanakan kode etik. Tanggung jawab lain sekolah keperawatan adalah membuatkondisi yang
memungkinkan bagi peserta didik untuk mengaplikasikan kode etik. Pengajar dan staf sekolah
membantu peserta didik untuk mengetahui perilaku yang dapat diterima dan dikembangkan sebagai
perilaku perawat.

B. Cara Pembentukan/ Pembelajaran Nilai.


1) Memberi contoh/ teladan tingkah laku yang dapat diterima orang lain.

2) Meyakinkan dengan membujuk atau memberi motivasi.

3) Pendidikan budaya/ kultural dan agama.

4) Memberikan kesempatan atau memilih secara bertanggung jawab.

5) Menetapkan peraturan

6) Memberikan ganjaran hal yang baik/ benar dan hukum untuk hal yang tidakbaik/ salah.

Ciri-ciri nilai adalah sebagai berikut :

1) Nilai bersifat pribadi dan berkembang dari pengalaman.

2) Nilai-nilai membentuk dasar perilaku seseorang.

3) Nilai-nilai nyata dari seseorang diperlihatkan melalui pola perilaku yangkonsisten.

4) Nilai-nilai menjadi kontrol internal untuk perilaku seseorang.

5) Nilai-nilai mempunyai komponen intelektual dan emosional.

Macam-Macam Nilai :

1) Nilai Personal : adalah nilai-nilai yang dimiliki oleh masing-masing individuyang merupakan internalisasi
dari beberapa atau semua nilai-nilai yangdipelajari dan diterima dari nilai-nilai yang ada. Nilai-nilai
tersebut dipelajari di rumah sejak kecil oleh anak-anak serta berkembang sepanjang kehidupannya.

Contoh :Kejujuran, Keterbukaan, Kemandirian, Menghargai orang lain, Rasa humor, Waktu senggang, Teliti,
Perhatian, Religius, Cinta, Damai, Keindahan, Tanggung jawab.

2) Nilai Sosial Budaya : adalah nilai-nilai yang dimiliki dan diterima oleh sebagian terbesar masyarakat dan
berlaku dimasyarakat yang bersangkutan.

Contoh :Kehidupan, hak-hak individu, Otonomi, Kebebasan, Kekuasaan, Kesehatan,Kekayaan, Pendidikan,


Kenyamanan, Belas kasih, Keadilan, Kesopanan,Ramah.

3) Nilai Profesional : adalah nilai-nilai yang seharusnya dimiliki dan diterima oleh semua anggota profesi
yang bersangkutan.
Contoh : untuk profesi keperawatan nilai yang mendasar/pokok/utama adalah “Caring”. Kurtz dan Warry (1991)
mengemukakan bahwa “caring” dapat merupakan pengobatan/ penyembuhan.

Nilai profesional sering merupakan cerminan dan pengembangan dari nilai-nilai personal.
Perawat memperoleh nilai-nilai profesional ketika ia bersosialisasi dalam keperawatan dari (kode etik,
pengalaman merawat, pendidik/pembimbing, dan sesama perawat). Secara garis besar “Watson”
mengemukakan empat nilai penting yang perludalam perawatan yaitu :

1) Komitmen yang kuat terhadap pelayanan.

2) Meyakini dan menghargai martabat setiap pribadi.

3) Komitmen terhadap pendidikan.

4) Otonomi

6. Nilai-nilai Esensial Perawat Profesional :

(Essensial Of college and University Education For professional Nursing (1986), Washington DC.
American Assosiation Of College Of Nursing)mengemukakan nilai-nilai profesional sebagai berikut:

1) Aesthetics : Menciptakan sesuatu yang indah/menarik yang dapat memuaskan dan menyenangkan
klien/orang lain.

 Sikap/Kualitas kepribadian : Appreciation : menghargai orang lain dengan keindahan/ hal-hal yang
menarik/menyenangkan.

Contoh : Menyesuaikan lingkungan sehingga menyenangkan klien.

 Sikap/Kualitas kepribadian : Creativity : kreatifitas menciptakan suatu hal yang menarik/menyenangkan.

Contoh : Menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan bagi diri sendiri dan bagi orang lain.

2) Altruism : Kepedulian terhadap kesejahteraan atau keselamatan orang lain

 Sikap/kualitas pribadi : Caring : semangat untuk membantu/ menolong orang lain dengan penuh kasih
saying.

Contoh : Memberikan perhatian penuh kepada klien saat mermberikan pelayanan keperawatan.

3) Equality : memperlakukan klien tanpa diskriminasi (sama hak, sama kehormatan ataupun tidak
membedakan status individu).

 Sikap/ kualitas pribadi : Acceptance : menerima orang lain apa adanya

Contoh : Memberikan pelayanan keperawatan berdasarkan pada kebutuhan klien tanpamempedulikan


karakteristikindividu.

4) Freedom : Kemampuan dan kebebasan untuk melakukan pilihan


 Sikap/kualitas pribadi : Independence : memiliki kemandirian untuk memutuskan hal yang baik untuk
orang lain.

Contoh : Mendukung diadakannya diskusi terbuka tentang masalah-masalah yang kontroversial dalam
profesi.

5) Human Dignity : menghormati/ menghargai martabat dan hak klien sebagaiindividu yang unik.

 Sikap/kualitas pribadi : Consideration : perhatian terhadap kebutuhan orang lain.

Contoh : Melindungi hak individu untuk mendapatkan privasi.

Nilai etis yang mendasari praktek keperawatan tidak selalu merupakan bagian dari sistem nilai
personal perawat.Oleh karena itu perawat perlu terus belajar untuk menjadi peka terhadap perasaan
dan kebutuhan pasien.

C. Pertentangan Nilai
Dengan berubahnya lingkup praktek keperawatan dan teknologi medis, maka tanggung jawab
keperawatan dapat menimbulkan konflik dengan nilai-nilai personal/pribadi perawat, misalnya :

 Atasan membutuhkan bantuan aborsi terapeutik, akan tetapi hal ini bertentangan dengan nilai-nilai
personalnya.

 Memperpanjang kehidupan pasien yang tidak responsive menggunakanmesin.

 Tidak memasukkan darah karena keyakinan agamanya.

 Tidak membantu melakukan KB dengan cara sterilisasi atau penggugurankarena keyakinan agamanya.

Dengan kemajuan IPTEK, terjadinya konflik semakin tinggi, untuk itu perlumelakukan klarifikasi nilai.

D. Klarifikasi Nilai
Klarifikasi nilai adalah : proses dimana individu mengidentifikasi, menguji dan mengembangkan nilai
individu mereka sendiri. Dengan klarifikasi nilai, seseorang dapat meningkatkan pertumbuhan pribadi
melalui perkembangan kesadaran, empati dan wawasan.Teori klarifikasi dikembangkan oleh (Raths,
Harmin dan Simon pada tahun 1978). Proses klarifikasi nilai meliputi komponen : kognitif, afektif dan
perilaku yang ditunjukkan dengan tiga kegiatan utama yaitu : memilih, menghargai dan bertindak.

E. Membantu Klien Mengidentifikasi Nilai.


1) Buat daftar alternatif tindakan dan segala konsekuensinya. Tanyakan pada pasien apakah pasien
sudah mempertimbangkan cara tindakan lainnya ?
2) Periksa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin terjadi dari pilihan tersebut. Tanyakan
keuntungan apa yang diperoleh dengan pilihan tersebut..

3) Pilihlah secara bebas. Tanyakan : Apakah ada yang ingin anda katakana sehubungan dengan
pilihan tersebut ? apakah anda sudah punya pilihan ?

4) Merasa baik, tenang, mantap dengan pilihannya. Tanyakan bagaimana perasaan pasien setelah
menentukan pilihannya, apakah ia merasa pilihannya baik, tenang, dan mantap?

5) Tegaskan pilihan tersebut. Tanyakan, apa yang akan dikatakan kepada orang lain (keluarga,
teman) tentang pilihannya itu.

6) Bertindaklah atas dasar pilihan itu. Untuk menguji apakah klien sudah siap bertindak dengan
keputusannya itu, tanyakan : Apakah keputusannya itu sulit dikatakan kepada isterinya/ suaminya/ orang
tuanya ?

7) Bertindak dengan suatu pola dan konsisten. Untuk mengetahui apakah klien bertindak secara
konsisten atau tidak, tanyakan : Berapa kali pasien telah melakukan, dan bagaimana tindakan selanjutnya
?

F. Hubungan Sosial Budaya dengan Etika Profesi


Salah satu bentuk kongkrit dari sistem nilai yang dijadikan norma bagi masyarakat profesi adalah
“Kode Etik Profesi”. Kode Etik Profesi, merupakan pedoman dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Banyak nilai-nilai yang terkandung dalam Kode Etik merupakan bagian dari nilai-nilai sosial budaya yang
ada di masyarakat. Nilai-nilai social budaya yang sesuai dan perlu untuk tetap dilaksanakan antara :
ramah, baik hati, dapat dipercaya, tanggung jawab, cakap dan terampil, gotong royong/kerjasama, saling
menghormati terutama kepada yang lebih tua, baik dalam usia, pengalaman, pendidikan maupun
kedudukan dalam masyarakat. Penghormatan kepada orang lain dengan sopan santun misalnya dengan :
mendahulukan mereka untuk lewat, memberi tempat duduk, memberi kesempatan berbicara lebih
dahulu, mengucapkan salam, dan ucapan terima kasih pada setiap jasa sekecil apapun. Kebiasaan-
kebiasaan tersebut berlaku tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Negara lain seperti Asia, Eropa, dan
Amerika.Nilai-nilai sosial budaya yang sesuai dengan etika Profesi tersebut diharapkan oleh masyarakat
untuk tetap dimiliki, diwujudkan dalam perilaku para perawat profesional dalam melaksanakan
tugasnya.Dimanapun perawat profesional tersebut bertugas melaksanakan asuhan keperawatan, disitu
pulalah perawat juga perlu menjunjung dan menghormati nilai-nilai sosial budaya yang ada di
masyarakat setempat.

NiLai, Etik DaN moRaL kePerAwaTan


BAB I
PENDAHULUAN
Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam segala bidang serta
meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula terhadap meningkatnya tuntutan
masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Hal ini merupakan
tantangan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme selama memberi
pelayanan yang berkualitas. Kualitas pelayanan yang tinggi memerlukan landasan komitmen
yang kuat dengan basis pada etika dan moral yang tinggi.
Sikap etis profesional yang kokoh dari setiap perawat akan tercermin dalam setiap
langkahnya, termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil dalam merespon situasi
yang muncul. Oleh karena itu pemahaman yang mendalam tentang etika dan moral serta
penerapannya menjadi bagian yang sangat penting dan mendasar dalam memberikan asuhan
keperawatan dimana nilai-nilai pasien selalu menjadi pertimbangan dan dihormati.

BAB II
ETIKA, MORAL DAN NILAI-NILAI DALAM KEPERAWATAN
1. ETIKA
A. Pengertian
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu Ethos yang menurut Araskar dan David (1978)
berarti “kebiasaan”, “model perilaku”, atau standar yang diharapkan dan criteria tertentu untuk
suatu tindakan. Penggunaan istilah etika sekarang ini banyak diartikan sebagai motif atau
dorongan yang mempengaruhi perilaku.(Dra.Hj. Mimin Emi Suhaemi.2002. 7).
Etika adalah kode prilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi kelompok
tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan yang benar. Etika
berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dan dengan kewajiban moral. Etika
berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan atau tidakan yang mempunyai prinsip benar dan
salah, serta prinsip moralitas karena etika mempunyai tanggung jawab moral, menyimpang dari
kode etik berarti tidak memiliki prilaku yang baik dan tidak memiliki moral yang baik.
Etika bisa diartikan juga sebagai, yang berhubungan dengan pertimbangan keputusan,
benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang
menegaskan hal yang harus dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang
bersumber dari martabat dan hak manusia ( yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan
dari profesi.
Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam situasi
nyata dan berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing manusia berpikir dan
bertindak dalam kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Banyak pihak
yang menggunakan istilah etik untuk mengambarkan etika suatu profesi dalam hubungannya
dengan kode etik profesional seperti Kode Etik PPNI. Profesi menyusun kode etik berdasarkan
penghormatan atas nilai dan situasi individu yang dilayani. Kode etik disusun dan disahkan oleh
organisasi atau wadah yang membina profesi tertentu baik secara nasional maupun internasional.
Kode etik menerapkan konsep etis karena profesi bertanggung jawab pada manusia dan
menghargai kepercayaan serta nilai individu.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang
digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang
seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain.
B. Tipe-Tipe Etik
 Bioetik
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik,
menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetik difokuskan pada pertanyaan
etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik,
hukum, dan theology.
Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etik pada moralitas treatment
atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang
lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau
bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi
semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik antara
lain : peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan kesehatan
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang menyangkut
perawatan kesehatan modern, aplikasi teori etik dan prinsip etik terhadap masalah-masalah
pelayanan kesehatan
 Clinical Ethics/Etik Klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah etik
selama pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical ethics : adanya persetujuan atau
penolakan, dan bagaimana seseorang sebaiknya merespon permintaan medis yang kurang
bermanfaat (sia-sia).

 Nursing Ethics/Etik Perawatan


Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan dikembangkan
dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.
C. Teori Etik
 Utilitarian
Utilitarian berasal dari bahasa latin yaitu utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori
ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut
bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Dalam rangka pemikiran
utilitarianisme, kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah “the greatest
happiness of the greatest number”, kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang terbesar.
Kebenaran atau kesalahan dari tindakan tergantung dari konsekwensi atau akibat tindakan
Contoh : Mempertahankan kehamilan yang beresiko tinggi dapat menyebabkan hal yang tidak
menyenangkan, nyeri atau penderitaan pada semua hal yang terlibat, tetapi pada dasarnya hal
tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya.
 Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata deon yang berasal dari Yunani yang
artinya kewajiban. Sudah jelas kelihatan bahwa teori deontologi menekankan pada pelaksanaan
kewajiban. Suatu perbuatan akan baik jika didasari atas pelaksanaan kewajiban, jadi selama
melakukan kewajiban berarti sudah melakukan kebaikan. Deontologi tidak terpasak pada
konsekuensi perbuatan, dengan kata lain deontologi melaksanakan terlebih dahulu tanpa
memikirkan akibatnya. Berbeda dengan utilitarisme yang mempertimbangkan hasilnya lalu
dilakukan perbuatannya.

Pendekatan deontologi berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip-prinsip tersebut antara lain
autonomy, informed consent, alokasi sumber-sumber, dan euthanasia.
D. Prinsip-Prinsip Etik
 Otonomi (Autonomy)
Autonomy berarti mengatur dirinya sendiri, prinsip moral ini sebagai dasar perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan dengan cara menghargai pasien, bahwa pasien adalah
seorang yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Perawat harus melibatkan pasien dalam
membuat keputusan tentang asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien.
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai
oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan
tentang perawatan dirinya.
Aplikasi prinsip moral otonomi dalam asuhan keperawatan ini contohnya adalah seorang
perawat apabila akan menyuntik harus memberitahu untuk apa obat tersebut, prinsip otonomi ini
dilanggar ketika seorang perawat tidak menjelaskan suatu tindakan keperawatan yang akan
dilakukannya, tidak menawarkan pilihan misalnya memungkinkan suntikan atau injeksi bisa
dilakukan di pantat kanan atau kiri dan sebagainya. Perawat dalam hal ini telah bertindak
sewenang-wenang pada orang yang lemah.

 Berbuat Baik (Beneficience)


Prinsip beneficience ini oleh Chiun dan Jacobs (1997) didefinisikan dengan kata lain
doing good yaitu melakukan yang terbaik . Beneficience adalah melakukan yang terbaik dan
tidak merugikan orang lain , tidak membahayakan pasien . Apabila membahayakan, tetapi
menurut pasien hal itu yang terbaik maka perawat harus menghargai keputusan pasien tersebut,
sehingga keputusan yang diambil perawatpun yang terbaik bagi pasien dan
keluarga. Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan,
terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
Beberapa contoh prinsip tersebut dalam aplikasi praktik keperawatan adalah, seorang
pasien mengalami perdarahan setelah melahirkan, menurut program terapi pasien tersebut harus
diberikan tranfusi darah, tetapi pasien mempunyai kepercayaan bahwa pemberian tranfusi
bertentangan dengan keyakinanya, dengan demikian perawat mengambil tindakan yang terbaik
dalam rangka penerapan prinsip moral ini yaitu tidak memberikan tranfusi setelah pasien
memberikan pernyataan tertulis tentang penolakanya.Perawat tidak memberikan tranfusi,
padahal hal tersebut membahayakan pasien, dalam hal ini perawat berusaha berbuat yang terbaik
dan menghargai pasien.
 Keadilan (Justice)
Setiap individu harus mendapatkan tindakan yang sama, merupakan prinsip dari justice
(Perry and Potter, 1998 ; 326). Justice adalah keadilan, prinsip justice ini adalah dasar dari
tindakan keperawatan bagi seorang perawat untuk berlaku adil pada setiap pasien, artinya setiap
pasien berhak mendapatkan tindakan yang sama. Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang
sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk
terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan.
Tindakan yang sama tidak selalu identik, maksudnya setiap pasien diberikan konstribusi
yang relatif sama untuk kebaikan kehidupannya. Prinsip Justice dilihat dari alokasi sumber-
sumber yang tersedia, tidak berarti harus sama dalam jumlah dan jenis, tetapi dapat diartikan
bahwa setiap individu mempunyai kesempatan yang sama dalam mendapatkannya sesuai dengan
kebutuhan pasien. (Sitorus, 2000).
Sebagai contoh dari penerapan tindakan justice ini adalah dalam keperawatan di ruang
penyakit bedah, sebelum operasi pasien harus mendapatkan penjelasan tentang persiapan
pembedahan baik pasien di ruang VIP maupun kelas III, apabila perawat hanya memberikan
kesempatan salah satunya maka melanggar prinsip justice ini.
 Tidak Merugikan (Nonmaleficience) atau avoid killing
Prinsip avoiding killing menekankan perawat untuk menghargai kehidupan manusia
(pasien), tidak membunuh atau mengakhiri kehidupan. Thomhson ( 2000 : 113) menjelasakan
tentang masalah avoiding killing sama dengan Euthanasia yang kata lainya tindak menentukan
hidup atau mati yaitu istilah yang digunakan pada dua kondisi yaitu hidup dengan baik atau
meninggal.
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien. kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan kerugian atau
cidera. Prinsip : Jangan membunuh, menghilangkan nyawa orang lain, jangan menyebabkab
nyeri atau penderitaan pada orang lain, jangan membuat orang lain berdaya dan melukai
perasaaan orang lain.
Ketika menghadapi pasien dengan kondisi gawat maka seorang perawat harus
mempertahankan kehidupan pasien dengan berbagai cara. Tetapi menurut Chiun dan Jacobs
(1997 : 40) perawat harus menerapkan etika atau prinsip moral terhadap pasien pada kondisi
tertentu misalnya pada pasien koma yang lama yaitu prinsip avoiding killing, Pasien dan
keluarga mempunyai hak-hak menentukan hidup atau mati. Sehingga perawat dalam mengambil
keputusan masalah etik ini harus melihat prinsip moral yang lain yaitu beneficience,
nonmaleficience dan otonomy yaitu melakukan yang terbaik, tidak membahayakan dan
menghargai pilihan pasien serta keluarga untuk hidup atau mati. Mati disini bukan berarti
membunuh pasien tetapi menghentikan perawatan dan pengobatan dengan melihat kondisi pasien
dengan pertimbangan beberapa prinsip moral diatas.
 Kejujuran (Veracity)
Veracity menurut Chiun dan Jacobs (1997) sama dengan truth telling yaitu berkata benar
atau mengatakan yang sebenarnya. Veracity merupakan suatu kuajiban untuk mengatakan yang
sebenarnya atau untuk tidak membohongi orang lain atau pasien (Sitorus, 2000).
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan
bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif
untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang
sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
selama menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan
adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk
pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu
memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang
kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
Perawat dalam bekerja selalu berkomunikasi dengan pasien, kadang pasien menanyakan
berbagai hal tentang penyakitnya, tentang hasil pemeriksaan laboratorium, hasil pemeriksaan
fisik seperti, “berapa tekanan darah saya suster?”, bagaimana hasil laboratorium saya suster?’
dan sebagainya. Hal-hal seperti itu harusnya dijawab perawat dengan bener sebab berkata benar
atau jujur adalah pangkal tolak dari terbinanya hubungan saling percaya antar individu
dimanapun berada.
Namun demikian untuk menjawab pertanyaan secara jujur diatas perlu juga dipikirkan
apakah jawaban perawat membahayakan pasien atau tidak, apabila memungkinkan maka harus
dijawab dengan jawaban yang jelas dan benar, misalnya pasien menanyakan hasil pemeriksaan
tekanan darah maka harus dijawab misalnya, 120/80 mmHg, hasil laboratorium Hb 13 Mg% dan
sebagainya.
Prinsip ini dilanggar ketika kondisi pasien memungkinkan untuk menerima jawaban yang
sebenarnya tetapi perawat menjawab tidak benar misalnya dengan jawaban ; hasil ukur tekanan
darahnya baik, laboratoriumnya baik, kondisi bapak atau ibu baik-baik saja, padahal nilai hasil
ukur tersebut baik buruknya relatif bagi pasien.
 Menepati Janji (Fidelity)
Sebuah profesi mempunyai sumpah dan janji, saat seorang menjadi perawat berarti siap
memikul sumpah dan janji. Hudak dan Gallo (1997 : 108), menjelaskan bahwa membuat suatu
janji atau sumpah merupakan prinsip dari fidelity atau kesetiaan. Dengan demikian fidelity bisa
diartikan dengan setia pada sumpah dan janji. Chiun dan Jacobs (1997 : 40) menuliskan tentang
fidelity sama dengan keeping promises, yaitu perawat selama bekerja mempunyai niat yang baik
untuk memegang sumpah dan setia pada janji.
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien.
Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan
bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
Prinsip fidelity menjelaskan kewajiban perawat untuk tetap setia pada komitmennya,
yaitu kewajiban memperatankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien yang
meliputi menepati janji dan menyimpan rahasia serta caring (Sitorus, 2000 : 3). Prinsip fidelity
ini dilanggar ketika seorang perawat tidak bisa menyimpan rahasia pasien kecuali dibutuhkan,
misalnya sebagai bukti di pengadilan, dibutuhkan untuk menegakan kebenaran seperti
penyidikan dan sebagainya.
Penerapan prinsip fidelity dalam praktik keperawatan misalnya, seorang perawat tidak
menceritakan penyakit pasien pada orang yang tidak berkepentingan, atau media lain baik
diagnosa medisnya (Carsinoma, Diabetes Militus) maupun diagnosa keperawatanya (Gangguan
pertukaran gas, Defisit nutrisi). Selain contoh tersebut yang merupakan rahasia pasien adalah
pemeriksaan hasil laboratorium, kondisi ketika mau meninggal dan sebagainya.
 Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain
harus dihindari.
 Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

2. MORAL
A. Pengertian
Secara umum, etika dan moral adalah sama, tetapi etik memiliki terminologi yang sedikit
berbeda dengan moral. Bila istilah etik mengarahkan terminologinya untuk penyelidikan filosofis atau
kajian tentang masalah atau dilema tertentu, sedangkan moral biasanya merujuk pada standar personal
tentang benar atau salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal antara etika dalam agama, hukum, adat
dan praktek professional. Moral mendeskripsikan perilaku aktual, kebiasaan dan kepercayaan
sekelompok orang atau kelompok tertentu. Sedangkan etik digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola
atau cara hidup, sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang mempengaruhi
perilaku profesional. Cara hidup moral perawat telah dideskripsikan sebagai etik perawatan. Etika dan
moral merupakan sumber dalam merumuskan standard dan prinsip-prinsip yang menjadi panutan dalam
berperilaku serta membuat keputusan untuk melindungi hak-hak manusia.
B. Konsep moral dalam praktik keperawatan
Praktik keperawatan, termasuk etika keperawatan, mempunyai berbagai dasar penting seperti
advokasi, akuntabilitas, loyalitas, kepedulian, rasa haru dan menghormati martabat manusia. Tetapi yang
lazim di gunakan dan menjadi bahan kajian di praktik keperawatan adalah : advokasi, akuntabilitas, dan
loyalitas.
 Advokasi
Advokasi menurut ANA (1985) “melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh
siapapun”. Pada dasarnya peran perawat dalam advokasi adalah; “memberi informasi dan member
bantuan” kepada pasien atas keputusan apapun yang dibuat pasien. Member informasi bererti
menyediakan penjelasan atau informasi sesuai yang dibutuhkan pasien. Memberikan bantuan
mempunyai dua peran yaitu:
a. Peran aksi : perawat memberikan keyakinan kepada pasien bahwa mereka mempunyai hak dan
tanggungjawab dalam menentukan pilihan atau keputusan sendiri dan tidak tertekan dengan pengaruh
orang lain.
b. Peran non aksi : pihak advokad seharusnya menahan diri untuk tidak mempengaruhi keputusan pasien
(Kohnke, 1982; lih Megan, 1991)
 Akuntabilitas
Yaitu dapat mempertanggungjawabkan suatu tindakan yang dilakukan dan dapat menerima
konsekwenasi dari tindakan tersebut (Kozier, Erb, (1991). Menurut Fry (1990) akuntabilitas mempunyai
dua komponen yaitu tanggung jawab dan tanggung gugat. Ini berarti bahwa tindakan yang dilakukan
perawat dilihat dari praktik keperawatan, kode etik dan undang-undang dapat dibenarkan atau absah.
Akuntabilitas juga dapat dipandang dalam sistim hirarki dari tingkat Individu, institusi/professional dan
tingkat social.
a. Individu direflesikan dalam proses pembuatan keputusan etika perawat, kompetensi dan integritas
b. Institusi direfleksikan dalam pernyataan falsafah dan tujuan bidang keperawatan atau audit keperawatan
c. Professional direfleksikan dalam standar praktik keperawatan
d. Social direfleksikan dalam undang-undang yang mengatur praktik keperawatan
 Loyalitas
Loyalitas merupakan suatu konsep dari berbagai segi yaitu simpati, peduli, dan hubungan timbal
balik terhadap pihak yang secara professional berhubungan dengan perawat. Hubungan professional
dipertahankan dengan cara menyusun tujuan bersama, menepati janji, menentukan masalah dan
prioritas, serta mengupayakan pencapaian keputusan bersama (Jameto, 1984; Fry, 1991; lih Creasia,
1991).
Loyalitas merupakan elemen pembentuk kombinasi manusia yang mempertahankan dan
memperkuat anggota masyarakat keperawatan dalam mencapai tujuan. Loyalitas juga dapat mengancam
asuhan keperawatan bila terjadi konflik antara teman sejawat. Argument dari Creasia 1991 untuk
memepertahankan loyalitas adalah :
a. Masalah pasien tidak boleh didiskusikan dengan pasien lain dan perawat harus bijaksana bila informasi
dari pasien harus di diskusikan secara professional
b. Perawat harus menghindari pembicaraan yang tidak bermanfaat (celotehan) dan berbagai persoalan,
yang berkaitan dengan pasien, rumah sakit atau pekerja rumah sakit, harus didiskusikan dengan umum
(terbuka dengan masyarakat)
c. Perawat harus menghargai dan memberikan bantuan kepada teman sejawat
d. Pandangan masyarakat terhadap profesi keperawatan ditentukan oleh kelakuan anggota profesi
(perawat).
3. NILAI-NILAI
A. Pengertian
Nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap suatu standar
atau pegangan yang mengarah pada sikap/perilaku seseorang. Nilai menggambarkan cita-cita dan
harapan- harapan ideal dalam praktik keperawatan. Sistem nilai dalam suatu organisasi adalah rentang
nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan sebagai perilaku personal.

B. Nilai-Nilai Esensial Dalam Profesi


Pada tahun 1985, “The American Association Colleges of Nursing” melaksanakan suatu
proyek termasuk didalamnya mengidentifikasi nilai-nilai esensial dalam praktek keperawatan
profesional. Perkumpulan ini mengidentifikasikan 7 nilai-nilai esensial dalam kehidupan
profesional, yaitu:
1. Aesthetics (keindahan): Kualitas obyek suatu peristiwa atau kejadian, seseorang memberikan
kepuasan termasuk penghargaan, kreatifitas, imajinasi, sensitifitas dan kepedulian. Estetika
secara sederhana adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan
bagaimana seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah
sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian
terhadap sentimen dan rasa. Keperawatan sebagai salah satu konsep ilmu pelayanan jasa
diharapkan mempunyai standar estetika dalam pelayanannya. Konsep nilai estetika mungkin
berada dalam ranah aktualisasi diri dalam penerapannya. (Moslow). jadi dengan kata lain, untuk
menerapkan konsep estetika dalam keperawatan, dibutuhkan seseorang yang sudah mempunyai
pemikiran dan kualitas sebagai orang yang sudah dalam tahapan aktualisasi diri.
2. Altruism (mengutamakan orang lain): Kesediaan memperhatikan kesejahteraan orang lain
termasuk keperawatan, komitmen, arahan, kedermawanan atau kemurahan hati serta ketekunan.
3. Equality (kesetaraan) : Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan dengan sikap
asertif, kejujuran, harga diri dan toleransi .
4. Freedom (Kebebasan ) : memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan termasuk percaya diri,
harapan, disiplin serta kebebasan dalam pengarahan diri sendiri.
5. Human dignity (Martabat manusia) : Berhubungan dengan penghargaan yang lekat terhadap
martabat manusia sebagai individu termasuk didalamnya kemanusiaan, kebaikan, pertimbangan
dan penghargaan penuh terhadap kepercayaan.
6. Justice (Keadilan) : Menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal termasuk objektifitas,
moralitas, integritas, dorongan dan keadilan serta kewajaran.
7. Truth (Kebenaran) : Menerima kenyataan dan realita, termasuk akontabilitas, kejujuran,
keunikan dan reflektifitas yang rasional.
C. Pengembangan Dan Transmisi Nilai-Nilai
Individu tidak lahir dengan membawa nilai-nilai (values). Nilai-nilai ini diperoleh dan
berkembang melalui informasi, lingkungan keluarga, serta budaya sepanjang perjalanan
hidupnya. Mereka belajar dari keseharian dan menentukan tentang nilai-nilai mana yang benar
dan mana yang salah. Untuk memahami perbedaan nilai-nilai kehidupan ini sangat tergantung
pada situasi dan kondisi dimana mereka tumbuh dan berkembang. Nilai-nilai tersebut diambil
dengan berbagai cara antara lain:
1. Model atau contoh, dimana individu belajar tentang nilai-nilai yang baik atau buruk melalui
observasi perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat lingkungannya dimana dia
bergaul
2. Moralitas diperoleh dari keluarga, ajaran agama, sekolah, dan institusi tempatnya bekerja dan
memberikan ruang dan waktu atau kesempatan kepada individu untuk mempertimbangkan nilai-
nilai yang berbeda
3. Sesuka hati adalah proses dimana adaptasi nilai-nilai ini kurang terarah dan sangat tergantung
kepada nilai-nilai yang ada di dalam diri seseorang dan memilih serta mengembangkan sistem
nilai-nilai tersebut menurut kemauan mereka sendiri. Hal ini lebih sering disebabkan karena
kurangnya pendekatan, atau tidak adanya bimbingan atau pembinaan sehingga dapat
menimbulkan kebingungan, dan konflik internal bagi individu tersebut
4. Penghargaan dan Sanksi; Perlakuan yang biasa diterima seperti: mendapatkan penghargaan bila
menunjukkan perilaku yang baik, dan sebaliknya akan mendapat sanksi atau hukuman bila
menunjukkan perilaku yang tidak baik
5. Tanggung jawab untuk memilih; adanya dorongan internal untuk menggali nilai-nilai tertentu
dan mempertimbangkan konsekuensinya untuk diadaptasi. Disamping itu, adanya dukungan dan
bimbingan dari seseorang yang akan menyempurnakan perkembangan sistem nilai dirinya
sendiri.
D. Klarifikasi Nilai-Nilai (Values)
Klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana seseorang dapat mengerti sistem
nilai-nilai yang melekat pada dirinya sendiri. Hal ini merupakan proses yang memungkinkan
seseorang menemukan sistem perilakunya sendiri melalui perasaan dan analisis yang dipilihnya
dan muncul alternatif-alternatif, apakah pilihan–pilihan ini yang sudah dianalisis secara rasional
atau merupakan hasil dari suatu kondisi sebelumnya (Steele&Harmon, 1983). Klarifikasi nilai-
nilai mempunyai manfaat yang sangat besar didalam aplikasi keperawatan dan kebidanan. Ada
tiga fase dalam klarifikasi nilai-nilai individu yang perlu dipahami oleh perawat dan bidan.
 Pilihan:
1) Kebebasan memilih kepercayaan serta menghargai keunikan bagi setiap individu
2) Perbedaan dalam kenyataan hidup selalu ada perbedaan-perbedaan, asuhan yang diberikan
bukan hanya karena martabat seseorang tetapi hendaknya perlakuan yang diberikan
mempertimbangkan sebagaimana kita ingin diperlakukan.
3) Keyakinan bahwa penghormatan terhadap martabat seseorang akan merupakan konsekuensi
terbaik bagi semua masyarakat.

 Penghargaan:
1) Merasa bangga dan bahagia dengan pilihannya sendiri (anda akan merasa senang bila
mengetahui bahwa asuhan yang anda berikan dihargai pasen atau klien serta sejawat) atau
supervisor memberikan pujian atas keterampilan hubungan interpersonal yang dilakukan
2) Dapat mempertahankan nilai-nilai tersebut bila ada seseorang yang tidak bersedia
memperhatikan martabat manusia sebagaimana mestinya.
 Tindakan:
1) nilai-nilai tersebut kedalam kehidupan atau pekerjaan sehari-hari
2) Upayakan selalu konsisten untuk menghargai martabat manusia dalam kehidupan pribadi dan
profesional, sehingga timbul rasa sensitif atas tindakan yang dilakukan. Semakin disadari nilai-
nilai profesional maka semakin timbul nilai-nilai moral yang dilakukan serta selalu konsisten
untuk mempertahankannya. Bila dibicarakan dengan sejawat atau pasen dan ternyata tidak
sejalan, maka seseorang merasa terjadi sesuatu yang kontradiktif dengan prinsip-prinsip yang
dianutnya yaitu; penghargaan terhadap martabat manusia yang tidak terakomodasi dan sangat
mungkin kita tidak lagi merasa nyaman. Oleh karena itu, klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu
proses dimana kita perlu meningkatkan serta konsisten bahwa keputusan yang diambil secara
khusus dalam kehidupan ini untuk menghormati martabat manusia. Hal ini merupakan nilai-nilai
positif yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari dan dalam masyarakat luas.

4. KODE ETIK KEPERAWATAN INDONESIA


A. Pengertian
Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman
perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang berlaku untuk
seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat
nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga
kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan.
B. Fungsi Kode Etik Perawat

Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan bagi status
profesional dengan cara sebagai berikut:
1. Kode etik perawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan memahami dan
menerima kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan kepada perawat oleh masyarakat.
2. Kode etik menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan menjalin hubungan keprofesian
sebagai landasan dalam penerapan praktek etikal.
3. Kode etik perawat menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus dipatuhi yaitu
hubungan perawat dengan pasien/klien sebagai advokator, perawat dengan tenaga profesional
kesehatan lain sebagai teman sejawat, dengan profesi keperawatan sebagai seorang kontributor
dan dengan masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan.
4. Kode etik perawat memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.
C. Kode etik keperawatan Indonesia :

 Perawat dan Klien


1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia,
keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit,
umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan
yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama klien.
3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan.
4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.
 Perawat dan praktek
1) Perawat memlihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan melalui belajar terus-
menerus.
2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran
profesional yang menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan klien.
3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan
mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi,
menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain.
4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu
menunjukkan perilaku profesional.
 Perawat dan masyarakat
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan
mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.
 Perawat dan teman sejawat
1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan tenaga
kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.
 Perawat dan Profesi
1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan
keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.
2) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan.
3) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi
kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.

5. PERILAKU ETIK PROFESIONAL


Perawat memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan yang berkualitas berdasarkan
standar perilaku yang etis dalam praktek asuhan profesional. Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai
dari pendidikan perawat, dan berlanjut pada diskusi formal maupun informal dengan sejawat atau teman.
Perilaku yang etis mencapai puncaknya bila perawat mencoba dan mencontoh perilaku pengambilan
keputusan yang etis untuk membantu memecahkan masalah etika.
Kadang-kadang perawat dihadapkan pada situasi yang memerlukan keputusan untuk mengambil
tindakan. Perawat memberi asuhan kepada klien, keluarga dan masyarakat; menerima tanggung jawab
untuk membuat keadaan lingkungan fisik, sosia dan spiritual yang memungkinkan untuk penyembuhan
dan menekankan pencegahan penyakit; serta meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan kesehatan.
Pelayanan profesional berdasarkan pada kebutuhan manusia, yang tidak membedakan
kebangsaan, warna kulit, politik, status sosial dan lain-lain. Keperawatan adalah pelayanan vital terhadap
manusia yang menggunakan manusia juga, yaitu perawat. Pelayanan ini berdasarkan kepercayaan bahwa
perawat akan berbuat hal yang benar, hal yang diperlukan, dan hal yang menguntungkan pasien dan
kesehatannya. Oleh karena manusia dalam interaksi bertingkah laku berbeda-beda maka diperlukan
pedoman untuk mengarahkan bagaimana harus bertindak.
Dalam hal ini, perawat seringkali menggunakan dua pendekatan: yaitu pendekatan
berdasarkan prinsip dan pendekatan berdasarkan asuhan keperawatan.
1. Pendekatan Berdasarkan Prinsip
Pendekatan berdasarkan prinsip, sering dilakukan dalam bioetika untuk menawarkan bimbingan
untuk tindakan khusus. Beauchamp Childress (1994) menyatakan empat pendekatan prinsip
dalam etika biomedik antara lain;
a. Sebaiknya mengarah langsung untuk bertindak sebagai penghargaan terhadap kapasitas otonomi
setiap orang
b. Menghindarkan berbuat suatu kesalahan
c. Bersedia dengan murah hati memberikan sesuatu yang bermanfaat dengan segala
konsekuensinya
d. Keadilan menjelaskan tentang manfaat dan resiko yang dihadapi.
Dilema etik muncul ketika ketaatan terhadap prinsip menimbulkan penyebab konflik dalam
bertindak. Contoh; seorang ibu yang memerlukan biaya untuk pengobatan progresif bagi bayinya
yang lahir tanpa otak dan secara medis dinyatakan tidak akan pernah menikmati kehidupan
bahagia yang paling sederhana sekalipun. Di sini terlihat adanya kebutuhan untuk tetap
menghargai otonomi si ibu akan pilihan pengobatan bayinya, tetapi dilain pihak masyarakat
berpendapat akan lebih adil bila pengobatan diberikan kepada bayi yang masih memungkinkan
mempunyai harapan hidup yang besar. Hal ini tentu sangat mengecewakan karena tidak ada satu
metoda pun yang mudah dan aman untuk menetapkan prinsip-prinsip mana yang lebih penting,
bila terjadi konflik diantara kedua prinsip yang berlawanan. Umumnya, pendekatan berdasarkan
prinsip dalam bioetik, hasilnya terkadang lebih membingungkan. Hal ini dapat mengurangi
perhatian perawat terhadap sesuatu yang penting dalam etika.
2. Pendekatan Berdasarkan Asuhan
Ketidakpuasan yang timbul dalam pendekatan berdasarkan prinsip dalam bioetik mengarahkan
banyak perawat untuk memandang “care” atau asuhan sebagai fondasi dan kewajiban moral.
Hubungan perawat dengan pasien merupakan pusat pendekatan berdasarkan asuhan, dimana
memberikan langsung perhatian khusus kepada pasien, sebagaimana dilakukan sepanjang
kehidupannya sebagai perawat. Perspektif asuhan memberikan arah dengan cara bagaimana
perawat dapat membagi waktu untuk dapat duduk bersama dengan pasien atau sejawat,
merupakan suatu kewajaran yang dapat membahagiakan bila diterapkan berdasarkan etika.
Karakteristik perspektif dari asuhan meliputi :
a. Berpusat pada hubungan interpersonal dalam asuhan.
b. Meningkatkan penghormatan dan penghargaan terhadap martabat klien atau pasien sebagai
manusia.
c. Mau mendengarkan dan mengolah saran-saran dari orang lain sebagai dasar yang mengarah
pada tanggung-jawab professional.
d. Mengingat kembali arti tanggung-jawab moral yang meliputi kebajikan seperti: kebaikan,
kepedulian, empati, perasaan kasih-sayang, dan menerima kenyataan. (Taylor,1993).
Asuhan juga memiliki tradisi memberikan komitmen utamanya terhadap pasien dan
belakangan ini mengklaim bahwa advokasi terhadap pasien merupakan salah satu peran yang
sudah dilegimitasi sebagai peran dalam memberikan asuhan keperawatan. Advokasi adalah
memberikan saran dalam upaya melindungi dan mendukung hak-hak pasien. Hal tersebut
merupakan suatu kewajiban moral bagi perawat, dalam menemukan kepastian tentang dua sistem
pendekatan etika yang dilakukan yaitu pendekatan berdasarkan prinsip dan asuhan.
Perawat yang memiliki komitmen tinggi dalam mempraktekkan keperawatan profesional dan
tradisi tersebut perlu mengingat hal-hal sebagai berikut:
1. Pastikan bahwa loyalitas staf atau kolega agar tetap memegang teguh komitmen utamanya
terhadap pasien.
2. berikan prioritas utama terhadap pasien dan masyarakat pada umumnya.
Kepedulian mengevaluasi terhadap kemungkinan adanya klaim otonomi dalam
kesembuhan pasien. Bila menghargai otonomi, perawat harus memberikan informasi yang
akurat, menghormati dan mendukung hak pasien dalam mengambil keputusan.
6. PELAKSANAAN ETIK DAN MORAL DALAM PELAYANAN KLINIS KEPERAWATAN
Aplikasi dalam praktek klinis bagi perawat diperlukan untuk menempatkan nilai-nilai dan
perilaku kesehatan pada posisinya. Perawat bisa menjadi sangat frustrasi bila membimbing atau
memberikan konsultasi kepada pasien yang mempunyai nilai-nilai dan perilaku kesehatan yang
sangat rendah. Hal ini disebabkan karena pasien kurang memperhatikan status kesehatannya.
Pertama-tama yang dilakukan oleh perawat adalah berusaha membantu pasien untuk
mengidentifikasi nilai-nilai dasar kehidupannya sendiri.
Sebagai ilustrasi dapat dicontohkan kasus sebagai berikut: Seorang pengusaha yang
sangat sukses dan mempunyai akses di luar dan dalam negeri sehingga dia menjadi sibuk sekali
dalam mengelola usahanya. Akibat kesibukannya dia sering lupa makan sehingga terjadi
perdarahan lambung yang menyebabkan dia perlu dirawat di rumah sakit. Selain itu dia juga
perokok berat sebelumnya. Ketika kondisinya telah mulai pulih perawat berusaha mengadakan
pendekatan untuk mempersiapkannya untuk pulang. Namun perawat menjadi kecewa, karena
pembicaraan akhirnya mengarah pada keberhasilan serta kesuksesannya dalam bisnis. Kendati
demikian upaya tersebut harus selalu dilakukan dan kali ini perawat menyusun list pertanyaan
dan mengajukannya kepada pasen tersebut. Pertanyaannya, “Apakah tiga hal yang paling penting
dalam kehidupan bapak dari daftar dibawah ini ?” Pasien diminta untuk memilih atas pertanyaan
berikut:
1. Bersenang-senang dalam kesendirian (berpikir, mendengarkan musik atau membaca).
2. Meluangkan waktu bersama keluarga.
3. Melakukan aktifitas seperti: mendaki gunung, main bola atau berenang.
4. Menonton televisi.
5. Membantu dengan sukarela untuk kepentingan orang lain.
6. Menggunakan waktunya untuk bekerja.
Langkah berikutnya adalah mengajaknya untuk mendiskusikan prioritas yang dibuat berdasarkan
nilai-nilai yang dianutnya, dengan mengikuti klarifikasi nilai-nilai sebagai berikut:
o Memilih: Setelah menggali aspek-aspek berdampak terhadap kesehatan pasien, misalnya stress
yang berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan dan mengganggu aktifitasnya, maka
sarankan kepadanya memilih secara bebas nilai-nilai kunci yang dianutnya. Bila dia memilih
masalah kesehatannya, maka hal ini menunjukkan tanda positif.
o Penghargaan: Berikan dukungan untuk memperkuat keinginan pasen dan promosikan nilai-nilai
tersebut dan bila memungkinkan dapatkan dukungan dari keluarganya. Contoh: istri dan anak
anda pasti akan merasa senang bila anda memutuskan untuk berhenti merokok serta mengurangi
kegiatan bisnis anda, karena dia sangat menghargai kesehatan anda.
o Tindakan: Berikan bantuan kepada pasien untuk merencanakan kebiasaan baru yang konsisten
setelah memahami nilai-nilai pilihannya. Minta kepada pasen untuk memikirkan suatu cara
bagaimana nilai tersebut dapat masuk dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata yang perlu
diucapkan perawat/bidan kepada pasennya: “Bila anda pulang, anda akan menemukan cara
kehidupan yang berbeda, dan anda menyatakan ingin mulai menggunakan waktu demi kesehatan
anda”.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Dalam upaya mendorong profesi keperawatan agar dapat diterima dan dihargai oleh pasien, masyarakat
atau profesi lain, maka kita harus memanfaatkan nilai-nilai dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen
yang kuat dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian perawat yang menerima tanggung jawab,
dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan
standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasien,
penghormatan terhadap hak-hak pasien, akan berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai