dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas
yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.[rujukan?] Etika mencakup
analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
[rujukan?]
St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat
praktis (practical philosophy).
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.
[rujukan?]
Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan
refleksi.[rujukan?] Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek
dari etika adalah tingkah laku manusia.[rujukan?] Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu
lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif.
Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia. [2]
Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika
normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai
etika).[rujukan?]
Daftar isi
1 Jenis etika
o 1.1 Etika Filosofis
Jenis etika[sunting]
Etika Filosofis[sunting]
Etika filosofis secara harfiah (fay overlay) dapat dikatakan sebagai etika yang berasal
dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika
sebenarnya adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat.[rujukan?]
Etika termasuk dalam filsafat, karena itu berbicara etika tidak dapat dilepaskan dari
filsafat.[rujukan?] Karena itu, bila ingin mengetahui unsur-unsur etika maka kita harus
bertanya juga mengenai unsur-unsur filsafat. Berikut akan dijelaskan dua sifat etika: [3]
Etika Teologis[sunting]
Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis. Pertama, etika
teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki
etika teologisnya masing-masing.[rujukan?] Kedua, etika teologis merupakan bagian dari
etika secara umum, karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam
etika secara umum, dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum. [4]
Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari
presuposisi-presuposisi teologis.[5] Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara
etika filosofis dan etika teologis.[rujukan?] Di dalametika Kristen, misalnya, etika teologis
adalah etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi tentang Allah atau Yang
Ilahi, serta memandang kesusilaan bersumber dari dalam kepercayaan terhadap Allah
atau Yang Ilahi.[rujukan?] Karena itu, etika teologis disebut juga oleh Jongeneel sebagai
etika transenden dan etika teosentris.[6] Etika teologis Kristen memiliki objek yang
sama dengan etika secara umum, yaitu tingkah laku manusia. [rujukan?] Akan tetapi,
tujuan yang hendak dicapainya sedikit berbeda, yaitu mencari apa yang seharusnya
dilakukan manusia, dalam hal baik atau buruk, sesuai dengan kehendak Allah. [7]
Setiap agama dapat memiliki etika teologisnya yang unik berdasarkan apa yang
diyakini dan menjadi sistem nilai-nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, antara agama
yang satu dengan yang lain dapat memiliki perbedaan di dalam merumuskan etika
teologisnya.[rujukan?]
Terdapat perdebatan mengenai posisi etika filosofis dan etika teologis di dalam ranah
etika.[rujukan?] Sepanjang sejarah pertemuan antara kedua etika ini, ada tiga jawaban
menonjol yang dikemukakan mengenai pertanyaan di atas, yaitu: [8]
Revisionisme[rujukan?]
Tanggapan ini berasal dari Augustinus (354-430) yang menyatakan bahwa etika
teologis bertugas untuk merevisi, yaitu mengoreksi dan memperbaiki etika filosofis.
Sintesis[rujukan?]
Diaparalelisme[rujukan?]
Referensi[sunting]
1. ^ [K. Bertens. 2000. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 25.]
2. ^ Etika, 24-25
3. ^ Etika, 27-29
4. ^ [Eka Darmaputera. 1987. Etika Sederhana Untuk Semua: Perkenalan
Pertama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 94.]
5. ^ [Paul L. Lehmann. 1963. Ethics in a Christian Context. New York:
Harper & Row Publishers, 25.]
6. ^ [J.A.B. Jongeneel. 1980. Hukum Kemerdekaan Jilid 1. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 15-16.]
7. ^ [J. Verkuyl. 1982. Etika Kristen Bagian Umum, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 17.]
8. ^ Ethics in a Christian Context, 254
9. ^ Ethics in a Christian Context, 254
10. ^ Hukum Kemerdekaan Jilid 1, 38.
Etik
Istilah etik berasal dari bahasa yunani, ethos yang berarti budaya atau karakter (Blais, 2007)
Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar dan salah, baik dan buruk
dalam hubungan dengan orang lain.
Etik merupakan studi tentang perilaku, karakter dan motif yang baik serta
ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang.
Menurut Curtin, etik adalah suatu disiplin yang diawali dengan mengidentifikasi,
mengorganisasi, menganalisis, dan memutuskan perilaku manusia dengan
menerapkan prinsip-prinsip untuk mendeterminasi perilaku yang baik terhadap
suatu situasi yang dihadapi (Priharjo, 1995)
Nilai
Nilai adalah hakekat suatu hal yang menyebabkan hal itu pantas dikejar oleh manusia.
Value is any idea, a concept , about what some one think is important in life.
Nilai adalah idea atau konsep yang bersifat abstrak tentang apa yang dipikirkan seseorang atau dianggap
penting oleh sesorang, biasanya mengacu kepada estetika (keindahan), etika pola perilaku dan logika
benar-salah atau keadilan( justice).
Nilai budaya terdiri dari konsepi-konsepi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar keluarga
masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap bernilai dalam hidup.
Nilai adalah tuntunan mengenai apa yang baik, benar dan adil.
Nilai adalah kualitas dari sesuatu objek yang menyangkut jenis apresiasi atau minat.
Jadi, nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap suatu standar atau
pegangan yang mengarah pada sikap/perilaku seseorang dan dianggap penting serta sering diartikan
sebagai perilaku personal.
Pada tahun 1985, “The American Association Colleges of Nursing” melaksanakan suatu proyek termasuk
didalamnya mengidentifikasi nilai-nilai esensial dalam praktek keperawatan profesional. Perkumpulan ini
mengidentifikasikan 7 (tujuh) nilai-nilai esensial dalam kehidupan profesional, yaitu:
1. Aesthetics (keindahan) : Kualitas obyek suatu peristiwa atau kejadian, seseorang memberikan kepuasan
termasuk penghargaan, kreatifitas, imajinasi, sensitifitas dan kepedulian.
2. Altruism (mengutamakan orang lain) : Kesediaan memperhatikan kesejahteraan orang lain termasuk
keperawatan atau kebidanan, komitmen, arahan, kedermawanan atau kemurahan hati serta ketekunan.
3. Equality (kesetaraan) : Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan dengan sikap asertif,
kejujuran, harga diri dan toleran.
4. Freedom (Kebebasan) : memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan termasuk percaya diri, harapan,
disiplin serta kebebasan dalam pengarahan diri sendiri.
5. Human dignity (Martabat manusia) : Berhubungan dengan penghargaan yang lekat terhadap martabat
manusia sebagai individu termasuk didalamnya kemanusiaan, kebaikan, pertimbangan dan penghargaan
penuh terhadap kepercayaan.
6. Justice (Keadilan) : Menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal termasuk objektifitas, moralitas,
integritas, dorongan dan keadilan serta kewajaran.
7. Truth (Kebenaran) : Menerima kenyataan dan realita, termasuk akuntabilitas, kejujuran, keunikan dan
reflektifitas yang rasional.
Nilai-nilai nyata dari seseorang diperlihatkan melalui pola perilaku yang konsisten
Nilai-nilai merupakan komponen intelektual dan emosional dari seseorang yang secara intelektual
diyakinkan tentang suatu nilai serta memegang teguh dan mempertahankannya
Norma
Norma merupakan suatu aturan-aturan yang berisi perintah, larangan, dan sanksi-sanksi bagi yang
melanggarnya yang berlaku dalam masyarakat.
Norma juga berarti aturan atau ketentuan yang mengikat warga/kelompok dalam masyarakat yang
dipakai sebagi panduan, tatanan dan kendali tingkah laku yang sesuai dan diterima (Murdiayatmoko,
2007).
Kode etik adalah suatu tatanan tentang prinsip-prinsip yang telah diterima oleh suatu profesi
(Potter&Perry, 2005).
Belum ada kata sepakat mengenai pengertian profesi karena tidak ada standar pekerjaan/tugas yang
bagaimanakah yang bisa dikatakan sebagai profesi. Ada yang mengatakan bahwa profesi adalah “jabatan
seseorang walau profesi tersebut tidak bersifat komersial”. Secara tradisional ada 4 (empat) profesi yang
sudah dikenal, yaitu kedokteran, hukum, pendidikan, dan kependetaan (Etika Profesi dalam Teknik
Manajemen, 2003)
o Autonomy (otonomi)
o Justice (keadilan)
o Veracity (kebenaran/kejujuran)
o Confidentiality (kerahasiaan)
o Accountability (akuntabilitas)
o Pertanggunggugatan
o Pertanggungjawaban
o Pelayanan/asuhan
o Hukum-hukum
E. Dilema Etik
Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau suatu
situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada
yang benar atau salah (Marquis, B.L and Huston, Carol.J., 2006).
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku
seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan oleh
seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggung jawab moral.
Dari konsep pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa etika adalah ilmu tentang
kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam
masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan
tingkah laku yang benar, yaitu:
1. Tujuan
Etika profesi keperawatan merupakan alut untuk mengukur perilaku moral dalam
keperawatan. Dalam penyusunan alat ukur ini, keputusan diambil berdasarkan kode
etik sebagai standar yang mengukur dan mengevaluasi perilaku moral perawat. Secara
umum tujuan etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan mempertahankan
kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan di antara sesama perawat, dan
kepercayaan masyarakat kepada profesi keparawatan.
Kode etik keperawatan merupakan bagian dari etika kesehatan yang menerapkan nilai
etika terhadap bidang pemeliharaan atau pelayanan kesehatan masyarakat. Kode etik
keperawatan di Indonesia telah disusun oleh Dewan Pimpinan Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia melalui Musyawarah Nasional PPNI di Jakarta pada
tanggal 29 November 1989.
Kode etik keperawatan Indonesia tersebut terdiri dari 4 bab dan 16 pasal. Bab 1,
terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
individu, keluarga, dan masyarakat. Bab 2 terdiri dari lima pasal, menjelaskan tentang
tanggung jawab perawat terhadap tugasnya. Bab 3, terdiri dari dua pasal, menjelaskan
tentang tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain.
Bab 4, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
profesi keperawatan. Bab 5, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung
jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa, dan tanah air.
Kode etik keperawatan menurut American Nurses Association (ANA) adalah sebagai
berikut.
Tanggung jawab menunjukkan kewajiban. Ini mengarah kepada kewajiban yang harus
dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan secara professional. Manajer dan para staf
harus memahami dengan jelas tentang fungsi tugas yang menjadi tanggung jawab
masing-masing perawat serta hasil yang ingin dicapai dan bagaimana mengukur
kualitas kinerja stafnya. Perawat yang professional akan bertanggung jawab atas
semua bentuk tindakan klinis keperawatan atau kebidanan yang dilakukan dalam
lingkup tugasnya.
Tanggung jawab diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan kinerja yang ditampilkan
guna memperoleh hasil pelayanan keperawatan yang berkualitas tinggi. Yang perlu
diperhatikan dari pelaksanaan tanggung jawab adalah memahami secara jelas tentang
uraian tugas dan spesifikasinya serta dapat dicapai berdasarkan standar yang berlaku
atau yang disepakati. Hal ini berarti perawat mempunyai tanggung jawab yang
dilandasi oleh komitmen, dimana mereka harus bekerja sesuai fungsi tugas yang
dibebankan kepadanya tanggung jawab utama perawat adalah meningkatkan kese-
hatan, mencegah timbulnya penyakit, memelihara kesehatan, dan mengurangi
penderitaan. Untuk melaksanakan tanggung jawab utama tersebut, perawat harus
meyakini bahwa:
1. Aesthetics (keindahan)
1. Equality (kesetaraan)
Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan dengan sikap asertif,
kejujuran, harga diri dan toleransi
1. Freedom (Kebebasan)
Memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan termasuk percaya diri, harapan, disiplin
serta kebebasan dalam pengarahan diri sendiri.
1. Justice (Keadilan)
1. Truth (Kebenaran)
Perawat memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan yang berkualitas
berdasarkan standar perilaku etika yang etis dalam praktek asuhan keperawatan.
Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan perawat dan berlanjut
pada diskusi formal maupun informal dengan sejawat. Perilaku yang etis mencapai
puncaknya bila perawat mencoba dan mencontoh perilaku pengambilan keputusan
yang etis untuk membantu memecahkan masalah etika. Dalam hal ini, perawat
seringkali menggunakan dua pendekatan yaitu :
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa etika dalam praktek keperawatan
sangat berhubungan penting sebagai dasar atau landsasan yang mengatur bagaimana
cara perawat melakukan asuhan keperawatan berdasarakan etika keperawatan agar
dapat melakukan sesuai konsep dan teori keperawatan.
1) Sesuatu yang baik, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang berharga, sesuatu yang bermanfaat, dan
menurut kodratnya bersifat positif (K. Bertens).
2) Secara umum : sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian rupa oleh seseorang sesuai
dengan tuntutan hati nuraninya.(pengertian secara umum);
3) Seperangkat keyakinan dan sikap pribadi seseorang tentang : kebenaran, keindahan, dan penghargaan
terhadap suatu pemikiran, obyek atau perilaku yang berorientasi pada tindakan dan memberikan arah
serta makna bagi kehidupan seseorang (Simon, 1973)
4) Keyakinan seseorang tentang sesuatu yang berharga, kebenaran atau keyakinan mengenai ide-ide, objek
atau perilaku khusus (Czimowski,1974)
5) Pilihan bebas, keyakinan atau sifat yang menetap mengenai penghargaan terhadap sesuatu : pribadi,
benda, ide, atau tindakan. (Barbara Kozier, Glenora Erb, Kathleen Blais.P.87)
Setiap perawat memiliki nilai dan perilaku pribadi masing-masing.Kode etik profesi membawa
perubahan perilaku personal kepada perilaku professional dan menjadi pedoman bagi tanggungjawab
perorangan sebagai anggota profesi dan tanggungjawab sebagai warga Negara. Tanggungjawab
professional berdasarkan anggapan bahwa profesi keperawatan bekerja sama dengan kelompok asuhan
kesehatan (kelompok asuhan yang di maksud adalah profesi dokter, ahligizi, tenaga farmasi, tenaga
laboratorium, kesehatan lingkungan,dsb) untuk meningkatkan kesehatan, mengurangi penderitaan, dan
menemukan pencapaian tujuan berdasarkan kebutuhan manusiawi. Setiap perawat harus
bertanggungjawab kepada seseorang yang sakit maupun sehat, keluarganya, dan masyarakat.
Tanggungjawab ini memerlukan pelaksanaan etika yang berkaitan dengan peraturan yang relevan
dengan keperawatan. Tanggungjawab ini antara lain:
1. Perawat melaksanakan pelayanan dengan menghargai derajat manusia, tidak membedakan kebangsaan.
2. Perawat melindungi hak pasien/klien, kerahasiaan pasien, melibatkan diri hanya terhadap hal yang
relevan dengan askep.
4. Perawat melindungi pasien/klien bila keperawatan dan keselamatannya diganggu oleh orang-orang yang
tidak berwenang, tidak etis, atau tidak legal.
5. Perawat mempertimbangkan orang lain dengan kriteria tertentu apabila akan mendelegasikan tugas atau
menunjuk seseorang untuk melakukan kegiatan keperawatan.
6. Perawat berpartisipasi dalam kegiatan riset bila hak individu yang menjadi subjek dilindungi.
7. Perawat berpartisipasi dalam usaha profesi untuk meningkatkan standar taktik dan pendidikan
keperawatan.
8. Perawat bertindak melalui organisasi profesi, berperan serta dalam mengadakan dan mempertahankan
kondisi pekerjaan yang memungkinkan kualitas asuhan keperawatan yang tinggi.
9. Perawat bekerjasama dengan anggota profesi kesehatan dan orang lain dalam upaya peningkatan
kesehatan masyarakat.
10. Perawat menolak tawaran untuk subjek advertensi atau promosi komersial.
Kode etik keperawatan ditanamkan kepada para perawat sejak dalam pendidikan
keperawatan.Sekolah keperawatan bertanggung jawab atas pemilihan calon-calon perawat yang mampu
melaksanakan kode etik. Tanggung jawab lain sekolah keperawatan adalah membuatkondisi yang
memungkinkan bagi peserta didik untuk mengaplikasikan kode etik. Pengajar dan staf sekolah
membantu peserta didik untuk mengetahui perilaku yang dapat diterima dan dikembangkan sebagai
perilaku perawat.
5) Menetapkan peraturan
6) Memberikan ganjaran hal yang baik/ benar dan hukum untuk hal yang tidakbaik/ salah.
Macam-Macam Nilai :
1) Nilai Personal : adalah nilai-nilai yang dimiliki oleh masing-masing individuyang merupakan internalisasi
dari beberapa atau semua nilai-nilai yangdipelajari dan diterima dari nilai-nilai yang ada. Nilai-nilai
tersebut dipelajari di rumah sejak kecil oleh anak-anak serta berkembang sepanjang kehidupannya.
Contoh :Kejujuran, Keterbukaan, Kemandirian, Menghargai orang lain, Rasa humor, Waktu senggang, Teliti,
Perhatian, Religius, Cinta, Damai, Keindahan, Tanggung jawab.
2) Nilai Sosial Budaya : adalah nilai-nilai yang dimiliki dan diterima oleh sebagian terbesar masyarakat dan
berlaku dimasyarakat yang bersangkutan.
3) Nilai Profesional : adalah nilai-nilai yang seharusnya dimiliki dan diterima oleh semua anggota profesi
yang bersangkutan.
Contoh : untuk profesi keperawatan nilai yang mendasar/pokok/utama adalah “Caring”. Kurtz dan Warry (1991)
mengemukakan bahwa “caring” dapat merupakan pengobatan/ penyembuhan.
Nilai profesional sering merupakan cerminan dan pengembangan dari nilai-nilai personal.
Perawat memperoleh nilai-nilai profesional ketika ia bersosialisasi dalam keperawatan dari (kode etik,
pengalaman merawat, pendidik/pembimbing, dan sesama perawat). Secara garis besar “Watson”
mengemukakan empat nilai penting yang perludalam perawatan yaitu :
4) Otonomi
(Essensial Of college and University Education For professional Nursing (1986), Washington DC.
American Assosiation Of College Of Nursing)mengemukakan nilai-nilai profesional sebagai berikut:
1) Aesthetics : Menciptakan sesuatu yang indah/menarik yang dapat memuaskan dan menyenangkan
klien/orang lain.
Sikap/Kualitas kepribadian : Appreciation : menghargai orang lain dengan keindahan/ hal-hal yang
menarik/menyenangkan.
Contoh : Menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan bagi diri sendiri dan bagi orang lain.
Sikap/kualitas pribadi : Caring : semangat untuk membantu/ menolong orang lain dengan penuh kasih
saying.
Contoh : Memberikan perhatian penuh kepada klien saat mermberikan pelayanan keperawatan.
3) Equality : memperlakukan klien tanpa diskriminasi (sama hak, sama kehormatan ataupun tidak
membedakan status individu).
Contoh : Mendukung diadakannya diskusi terbuka tentang masalah-masalah yang kontroversial dalam
profesi.
5) Human Dignity : menghormati/ menghargai martabat dan hak klien sebagaiindividu yang unik.
Nilai etis yang mendasari praktek keperawatan tidak selalu merupakan bagian dari sistem nilai
personal perawat.Oleh karena itu perawat perlu terus belajar untuk menjadi peka terhadap perasaan
dan kebutuhan pasien.
C. Pertentangan Nilai
Dengan berubahnya lingkup praktek keperawatan dan teknologi medis, maka tanggung jawab
keperawatan dapat menimbulkan konflik dengan nilai-nilai personal/pribadi perawat, misalnya :
Atasan membutuhkan bantuan aborsi terapeutik, akan tetapi hal ini bertentangan dengan nilai-nilai
personalnya.
Tidak membantu melakukan KB dengan cara sterilisasi atau penggugurankarena keyakinan agamanya.
Dengan kemajuan IPTEK, terjadinya konflik semakin tinggi, untuk itu perlumelakukan klarifikasi nilai.
D. Klarifikasi Nilai
Klarifikasi nilai adalah : proses dimana individu mengidentifikasi, menguji dan mengembangkan nilai
individu mereka sendiri. Dengan klarifikasi nilai, seseorang dapat meningkatkan pertumbuhan pribadi
melalui perkembangan kesadaran, empati dan wawasan.Teori klarifikasi dikembangkan oleh (Raths,
Harmin dan Simon pada tahun 1978). Proses klarifikasi nilai meliputi komponen : kognitif, afektif dan
perilaku yang ditunjukkan dengan tiga kegiatan utama yaitu : memilih, menghargai dan bertindak.
3) Pilihlah secara bebas. Tanyakan : Apakah ada yang ingin anda katakana sehubungan dengan
pilihan tersebut ? apakah anda sudah punya pilihan ?
4) Merasa baik, tenang, mantap dengan pilihannya. Tanyakan bagaimana perasaan pasien setelah
menentukan pilihannya, apakah ia merasa pilihannya baik, tenang, dan mantap?
5) Tegaskan pilihan tersebut. Tanyakan, apa yang akan dikatakan kepada orang lain (keluarga,
teman) tentang pilihannya itu.
6) Bertindaklah atas dasar pilihan itu. Untuk menguji apakah klien sudah siap bertindak dengan
keputusannya itu, tanyakan : Apakah keputusannya itu sulit dikatakan kepada isterinya/ suaminya/ orang
tuanya ?
7) Bertindak dengan suatu pola dan konsisten. Untuk mengetahui apakah klien bertindak secara
konsisten atau tidak, tanyakan : Berapa kali pasien telah melakukan, dan bagaimana tindakan selanjutnya
?
BAB II
ETIKA, MORAL DAN NILAI-NILAI DALAM KEPERAWATAN
1. ETIKA
A. Pengertian
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu Ethos yang menurut Araskar dan David (1978)
berarti “kebiasaan”, “model perilaku”, atau standar yang diharapkan dan criteria tertentu untuk
suatu tindakan. Penggunaan istilah etika sekarang ini banyak diartikan sebagai motif atau
dorongan yang mempengaruhi perilaku.(Dra.Hj. Mimin Emi Suhaemi.2002. 7).
Etika adalah kode prilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi kelompok
tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan yang benar. Etika
berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dan dengan kewajiban moral. Etika
berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan atau tidakan yang mempunyai prinsip benar dan
salah, serta prinsip moralitas karena etika mempunyai tanggung jawab moral, menyimpang dari
kode etik berarti tidak memiliki prilaku yang baik dan tidak memiliki moral yang baik.
Etika bisa diartikan juga sebagai, yang berhubungan dengan pertimbangan keputusan,
benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang
menegaskan hal yang harus dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang
bersumber dari martabat dan hak manusia ( yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan
dari profesi.
Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam situasi
nyata dan berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing manusia berpikir dan
bertindak dalam kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Banyak pihak
yang menggunakan istilah etik untuk mengambarkan etika suatu profesi dalam hubungannya
dengan kode etik profesional seperti Kode Etik PPNI. Profesi menyusun kode etik berdasarkan
penghormatan atas nilai dan situasi individu yang dilayani. Kode etik disusun dan disahkan oleh
organisasi atau wadah yang membina profesi tertentu baik secara nasional maupun internasional.
Kode etik menerapkan konsep etis karena profesi bertanggung jawab pada manusia dan
menghargai kepercayaan serta nilai individu.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang
digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang
seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain.
B. Tipe-Tipe Etik
Bioetik
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik,
menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetik difokuskan pada pertanyaan
etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik,
hukum, dan theology.
Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etik pada moralitas treatment
atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang
lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau
bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi
semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik antara
lain : peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan kesehatan
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang menyangkut
perawatan kesehatan modern, aplikasi teori etik dan prinsip etik terhadap masalah-masalah
pelayanan kesehatan
Clinical Ethics/Etik Klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah etik
selama pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical ethics : adanya persetujuan atau
penolakan, dan bagaimana seseorang sebaiknya merespon permintaan medis yang kurang
bermanfaat (sia-sia).
Pendekatan deontologi berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip-prinsip tersebut antara lain
autonomy, informed consent, alokasi sumber-sumber, dan euthanasia.
D. Prinsip-Prinsip Etik
Otonomi (Autonomy)
Autonomy berarti mengatur dirinya sendiri, prinsip moral ini sebagai dasar perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan dengan cara menghargai pasien, bahwa pasien adalah
seorang yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Perawat harus melibatkan pasien dalam
membuat keputusan tentang asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien.
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai
oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan
tentang perawatan dirinya.
Aplikasi prinsip moral otonomi dalam asuhan keperawatan ini contohnya adalah seorang
perawat apabila akan menyuntik harus memberitahu untuk apa obat tersebut, prinsip otonomi ini
dilanggar ketika seorang perawat tidak menjelaskan suatu tindakan keperawatan yang akan
dilakukannya, tidak menawarkan pilihan misalnya memungkinkan suntikan atau injeksi bisa
dilakukan di pantat kanan atau kiri dan sebagainya. Perawat dalam hal ini telah bertindak
sewenang-wenang pada orang yang lemah.
2. MORAL
A. Pengertian
Secara umum, etika dan moral adalah sama, tetapi etik memiliki terminologi yang sedikit
berbeda dengan moral. Bila istilah etik mengarahkan terminologinya untuk penyelidikan filosofis atau
kajian tentang masalah atau dilema tertentu, sedangkan moral biasanya merujuk pada standar personal
tentang benar atau salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal antara etika dalam agama, hukum, adat
dan praktek professional. Moral mendeskripsikan perilaku aktual, kebiasaan dan kepercayaan
sekelompok orang atau kelompok tertentu. Sedangkan etik digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola
atau cara hidup, sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang mempengaruhi
perilaku profesional. Cara hidup moral perawat telah dideskripsikan sebagai etik perawatan. Etika dan
moral merupakan sumber dalam merumuskan standard dan prinsip-prinsip yang menjadi panutan dalam
berperilaku serta membuat keputusan untuk melindungi hak-hak manusia.
B. Konsep moral dalam praktik keperawatan
Praktik keperawatan, termasuk etika keperawatan, mempunyai berbagai dasar penting seperti
advokasi, akuntabilitas, loyalitas, kepedulian, rasa haru dan menghormati martabat manusia. Tetapi yang
lazim di gunakan dan menjadi bahan kajian di praktik keperawatan adalah : advokasi, akuntabilitas, dan
loyalitas.
Advokasi
Advokasi menurut ANA (1985) “melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh
siapapun”. Pada dasarnya peran perawat dalam advokasi adalah; “memberi informasi dan member
bantuan” kepada pasien atas keputusan apapun yang dibuat pasien. Member informasi bererti
menyediakan penjelasan atau informasi sesuai yang dibutuhkan pasien. Memberikan bantuan
mempunyai dua peran yaitu:
a. Peran aksi : perawat memberikan keyakinan kepada pasien bahwa mereka mempunyai hak dan
tanggungjawab dalam menentukan pilihan atau keputusan sendiri dan tidak tertekan dengan pengaruh
orang lain.
b. Peran non aksi : pihak advokad seharusnya menahan diri untuk tidak mempengaruhi keputusan pasien
(Kohnke, 1982; lih Megan, 1991)
Akuntabilitas
Yaitu dapat mempertanggungjawabkan suatu tindakan yang dilakukan dan dapat menerima
konsekwenasi dari tindakan tersebut (Kozier, Erb, (1991). Menurut Fry (1990) akuntabilitas mempunyai
dua komponen yaitu tanggung jawab dan tanggung gugat. Ini berarti bahwa tindakan yang dilakukan
perawat dilihat dari praktik keperawatan, kode etik dan undang-undang dapat dibenarkan atau absah.
Akuntabilitas juga dapat dipandang dalam sistim hirarki dari tingkat Individu, institusi/professional dan
tingkat social.
a. Individu direflesikan dalam proses pembuatan keputusan etika perawat, kompetensi dan integritas
b. Institusi direfleksikan dalam pernyataan falsafah dan tujuan bidang keperawatan atau audit keperawatan
c. Professional direfleksikan dalam standar praktik keperawatan
d. Social direfleksikan dalam undang-undang yang mengatur praktik keperawatan
Loyalitas
Loyalitas merupakan suatu konsep dari berbagai segi yaitu simpati, peduli, dan hubungan timbal
balik terhadap pihak yang secara professional berhubungan dengan perawat. Hubungan professional
dipertahankan dengan cara menyusun tujuan bersama, menepati janji, menentukan masalah dan
prioritas, serta mengupayakan pencapaian keputusan bersama (Jameto, 1984; Fry, 1991; lih Creasia,
1991).
Loyalitas merupakan elemen pembentuk kombinasi manusia yang mempertahankan dan
memperkuat anggota masyarakat keperawatan dalam mencapai tujuan. Loyalitas juga dapat mengancam
asuhan keperawatan bila terjadi konflik antara teman sejawat. Argument dari Creasia 1991 untuk
memepertahankan loyalitas adalah :
a. Masalah pasien tidak boleh didiskusikan dengan pasien lain dan perawat harus bijaksana bila informasi
dari pasien harus di diskusikan secara professional
b. Perawat harus menghindari pembicaraan yang tidak bermanfaat (celotehan) dan berbagai persoalan,
yang berkaitan dengan pasien, rumah sakit atau pekerja rumah sakit, harus didiskusikan dengan umum
(terbuka dengan masyarakat)
c. Perawat harus menghargai dan memberikan bantuan kepada teman sejawat
d. Pandangan masyarakat terhadap profesi keperawatan ditentukan oleh kelakuan anggota profesi
(perawat).
3. NILAI-NILAI
A. Pengertian
Nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap suatu standar
atau pegangan yang mengarah pada sikap/perilaku seseorang. Nilai menggambarkan cita-cita dan
harapan- harapan ideal dalam praktik keperawatan. Sistem nilai dalam suatu organisasi adalah rentang
nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan sebagai perilaku personal.
Penghargaan:
1) Merasa bangga dan bahagia dengan pilihannya sendiri (anda akan merasa senang bila
mengetahui bahwa asuhan yang anda berikan dihargai pasen atau klien serta sejawat) atau
supervisor memberikan pujian atas keterampilan hubungan interpersonal yang dilakukan
2) Dapat mempertahankan nilai-nilai tersebut bila ada seseorang yang tidak bersedia
memperhatikan martabat manusia sebagaimana mestinya.
Tindakan:
1) nilai-nilai tersebut kedalam kehidupan atau pekerjaan sehari-hari
2) Upayakan selalu konsisten untuk menghargai martabat manusia dalam kehidupan pribadi dan
profesional, sehingga timbul rasa sensitif atas tindakan yang dilakukan. Semakin disadari nilai-
nilai profesional maka semakin timbul nilai-nilai moral yang dilakukan serta selalu konsisten
untuk mempertahankannya. Bila dibicarakan dengan sejawat atau pasen dan ternyata tidak
sejalan, maka seseorang merasa terjadi sesuatu yang kontradiktif dengan prinsip-prinsip yang
dianutnya yaitu; penghargaan terhadap martabat manusia yang tidak terakomodasi dan sangat
mungkin kita tidak lagi merasa nyaman. Oleh karena itu, klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu
proses dimana kita perlu meningkatkan serta konsisten bahwa keputusan yang diambil secara
khusus dalam kehidupan ini untuk menghormati martabat manusia. Hal ini merupakan nilai-nilai
positif yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari dan dalam masyarakat luas.
Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan bagi status
profesional dengan cara sebagai berikut:
1. Kode etik perawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan memahami dan
menerima kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan kepada perawat oleh masyarakat.
2. Kode etik menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan menjalin hubungan keprofesian
sebagai landasan dalam penerapan praktek etikal.
3. Kode etik perawat menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus dipatuhi yaitu
hubungan perawat dengan pasien/klien sebagai advokator, perawat dengan tenaga profesional
kesehatan lain sebagai teman sejawat, dengan profesi keperawatan sebagai seorang kontributor
dan dengan masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan.
4. Kode etik perawat memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.
C. Kode etik keperawatan Indonesia :
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam upaya mendorong profesi keperawatan agar dapat diterima dan dihargai oleh pasien, masyarakat
atau profesi lain, maka kita harus memanfaatkan nilai-nilai dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen
yang kuat dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian perawat yang menerima tanggung jawab,
dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan
standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasien,
penghormatan terhadap hak-hak pasien, akan berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan.