Anda di halaman 1dari 7

DIMENSI ETIKA

Oleh:
Siti Nur Fadila Pantulu, Lestari Lihawa, Nur Septriani Djibu
Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK
Dimensi etika memiliki tiga definisi vital. Pertama, etika sebagai sistem nilai dimana
terdapat nilai-nilai moral dan aturan moral yang menjadi patokan untuk setiap orang atau
kelompok dalam mengatur akhlak atau perilakunya. Kedua, dikenal sebagai kode etik yaitu
kumpulan dasar atau nilai moral. Ketiga, sebagai filsafat moral mengenai ilmu yang
berhubungan dengan baik atau buruk. Dimensi ini dapat berdampak pada dimensi-dimensi lain,
juga sangat berdampak terhadap berhasil-tidaknya tujuan administrasi publik pada umumnya,
dan tujuan organisasi pada khususnya.
Kata kunci: Dimensi, Etika
PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini selalu muncul kasus terkait dengan pelanggaran etika (misconduct) dalam
biro pemerintah, termasuk pemerintah Indonesia. Banyak fenomenal yang terjadi seperti
penyalahgunaan otoritas diberbagai lembaga, kasus korupsi, dan birokrasi menyebabkan buruknya
pelayanan publik. Sikap yang tidak terpuji banyak juga dilakukan oleh aparat pemerintah di
Amerika Serikat. Isu etika menjadi sangat vital di dalam administrasi publik karena secara logis
adanya keleluasaan atau diskresi yang diamanatkan kepada para pemimpin. Pokok pikiran tersebut
dalam realita jauh lebih sulit dari pada pelanggaran yang dibuat oleh manusia. Sementara itu etika
ialah salah satu bagian yang esensial yang menentukan kesuksesan perwujudan kegiatan organisasi
dan pemeran administrasi publik disebabkan karena nilai nilai moral itu terletak dalam semua
proses kegiatan administrasi publik. Perkara yang sangat disayangkan dan lebih besar akibatnya
dibandingkan dengan kesalahan manusia yang dilakukan dalam pemerintah yaitu masalah moral
atau etika.
KONSEP ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK
Berdasarkan etimologik, istilah etika digunakan untuk pengkajian sistem nilai-
dari kata Yunani yaitu “Ethos” yang nilai yang ada, sedangkan moral atau
memiliki arti watak kesusilaan atau adat. moralitas digunakan dalam tindakan yang
Serupa dengan kata moral yang diambil dari sedang dinilai.
kata latin “mos” yang bentuk jamaknya
Aristoteles kata Bertens, telah
“mores” yang berati juga adat atau cara
memakai kata etika ini mendiskripsikan
hidup. Etika dan moral memiliki arti yang
filsafat moral, yaitu ilmu tentang apa yang
sama, tetapi dalam penggunaan sehari-hari
biasa dilakukan atau yang tidak biasa
ada sedikit selisih di dalamnya. Etika
dilakukan. Hal ini diperkuat oleh
Poedjawijatna dalam Pasolong, mengatakan BATASAN DAN RUANG LINGKUP
bahwa etika merupakan cabang dari filsafat.
Bertens menyimpulkan bahwa etika
Etika itu mencari kebenaran yang dalam hal
memiliki 3 arti penting, yaitu (1) sebagai
ini perilaku manusia manakah yang baik dan
nilai-nilai moral dan norma-norma moral
manakah yang tidak baik atau buruk, sebagai
yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
filsafat yang mencari keterangan (benar)
suatu kelompok dalam mengatur tingkah
yang sedalam mungkin.
lakunya,atau disebut dengan ”sistem nilai”.
Bratawijaya membagi dua jenis etika yaitu : Etika merupakan pedoman yang berisi nilai
moral dan norma moral, untuk suatu individu
1. Etika umum ialah menyediakan suatu
maupun dengan kelompok dalam mengatur
strategi yang cermat mengenai norma-
tindakan atau perilaku, (2) sebagai kumpulan
norma yang valid secara umum bagi
asas atau nilai moral yang sering dikenal
setiap masyarakat. Etika umum
dengan “kode etik’, (3) sebagai ilmu tentang
berlangsung atas tiga bagian norma
yang baik atau buruk, yang acapkali disebut
yaitu : norma santun, norma
“filsafat moral”. Selanjutnya Keban dalam
hukum,dan norma moral.
mengacu pada pendapat Bertens (2000) ada
2. Etika khusus ialah penetapan etika
perbedaan antara konsep etika dan konsep
umum dalam pekerjaan karir
etiket. Etika merujuk pada norma tentang
contohnya Etika Dosen,Etika
perbuatan individu, yaitu manakah perbuatan
Sekretaris, Etika Dokter,Etika Bisnis
yang baik atau perbuatan tidak baik.
dan Etika pelayanan.
Sedangkan etiket merujuk pada bentuk
Etika terhubung dengan semua ilmu perbuatan yang dilakukan manusia dan hanya
pengetahuan mengenai manusia dan di terapkan dalam pergaulan dengan orang
masyarakat sebagai: lain, dan hanya diterapkan dalam kalangan
antropologi,psikologi,sosiologi,ekonomi,ilm tertentu saja.
u politik,dan ilmu hukum. Selisih terdapat
pada sudut pandangn keharusan (ought) Denharat (1988) dalam Keban (2014)
selisih dengan Teologi moral, karena tidak membagi nilai-nilai moral yang terdiri dari
menurut pada petunjuk keagamaan,tetapi enam nilai besar atau disebut juga dengan
terbatas pada pengetahuan yang terbentuk “six great ideas” yakni nilai kebenaran
oleh manusia itu sendiri. (truth), kebaikan (goodness), keindahan
(beauty), kebebasan (liberty), kesamaan
Ada 3 pengertian penting etika (1) menjadi (equality), dan keadilan (justice).
nilai moral dan aturan moral yang menjadi
patokan bagi setiap individu atau kelompok Etika administrasi publik yaitu
dalam mengendalikan perilakunya atau bidang pengetahuan tentang ajaran moral dan
disebut disebut dengan “sistem nilai”, (2) norma perilaku yang baik untuk para
menjadi kumpulan asas atau nilai moral yang administrator dalam melakukan tugas
selalu dikenal dengan “kode atik”, (3) pekerjaannya dan dalam melakukan tindakan
menjadi ilmu mengenai yang buruk dan baik, jabatan.
yang sering kali disebut “filsafat moral”.
Etika yang lebih mewujudkan norma
mengenai perbuatan itu sendiri.
PERUBAHAN PARADIGMA bukan pengalaman. Intutitive theory
berpendaoat bahwa pengalaman dan logika
Etika menjadi salah satu dimensi (pikiran) tidak harus menjadi sumber dari
utama dalam administrasi publik karena etika, namun secara natural manusia
aktivitas-aktivitas administrasi publik mempunyai pengetahuan tentang baik dan
berkaitan dengan suatu tujuan, ditujukan buruk. Revelation theory beragumen bahwa
untuk memenuhi kepentingan publik dan yang benar dan salah bersumber dari Tuhan
harus didasarkan dengan kewajiban dan cara sendiri yang mempunyai kekuasaan di atas
yang benar. Hal ini yang melatar belakangi manusia, apa yang difirmankan oleh Tuhan
etika dan moral berkembang saat ini, seperti (pada setiap kitab suci) menjadi petunjuk
teleologi, utilitarianisme, dan deontologi. utama dalam menentukan apa yang benar dan
salah.
Dilihat dalam latar belakang
administrasi publik, etika merupakan pokok Selain empat aliran pokok yang telah
pikiran yang masih baru. Etika belum dijelaskan, dalam administrasi publik sering
merangkap dalam aliran klasik / birokrasi diperdebatkan karena dampaknya terhadap
klasik seperti Max Weber, F.W. Taylor, L. administrator sangat besar adalah pendekatan
Gullick, L. Urwick, dan baru terlihat jelas teleologis, utilitarianisme, deontologi, dan
ketika administrasi dan politik dipisahkan virtue ethics.
atau disebut juga “the politics-administrstion
dichotomy”. Nicholas Henry (l980) dalam Aliran teleologis dapat ditelaah dalam
Wahyudi Kumoro (l996: 102-3) karya Aristoteles. Menurut Aristoteles dalam
menguraikan adanya 5 paradigma dalam Keban, tujuan dan alasanlah yang
administrasi publik dan sebagian besar mempengaruhi apakah sesuatu itu
perbedaan paradigma itu berkisar perlu bermanfaat. Para scientific revolution
tidaknya pemisahan antara ilmu politik dan menentang hal tersebut karena bukan tujuan
administrasi (Jenni Yani,p.128). Pendapat ini dan alasan yang menentukan itu berharga,
terus berjalan sampai Paul Appleby tetapi lebih ditentukan oleh kaidah-kaidah
memandang bahwa admninstrasi dan politik ilmiah yang diapakai.
adalah bagian yang seragam, barulah
dipahami bahwa moralitas termasuk dalam Aliran utilitarianisme dalam tulisan
birokrasi. Menururt Chandler dan Plano Jeremy Bentham beragumen bahwa prinsip
(1988) dalam Keban (2014) etika terbagi benar atau tidaknya suatu tindakan tidak
menjadi empat aliran penting yaitu empirical bergantung pada kebahagiaan atau dengan
theory, rational theory, dan revelation menguranginya. Melainkan, etika benar-
theory. benar perduli mengenai kebahagiaan
individu. Pendapat ini diperkuat oleh John
Empirical theory menjelaskan bahwa Stuart Mill dalam tulisannya yaitu
secara vertikal diturunkann dari pengalaman Utilitarianisme yang setuju bahwa tindakan
manusia dan persetujuan umum. Rational tergantung pada utility (kegunaan) apakah
theory menjelaskan bahwa yang meningkatkan kebahagiaan, tetapi akan
melatarbelakangi perbuatan baik atau buruk dianggap tidak etis bila datang kesengsaraan.
sangat bertumpu pada reasoning atau alasan Sayangnya, pendapat ini dikritik karena
dan pikiran yangmendasari suatu tindakan, sebenarnya tidak mudah mengkalkulasikan
suatu kegunaan dengan tepat. Kelompok dengan tema Ethical Values in
utilitarian kontemporer atau Administration yang oleh Denhart (1988)
consequentialists juga mengkritik, mereka pendapat ini dikategorikan sebagai model II
menanyakan mengapa kebahagiaan harus – The 1950’s, bahwa akan dipandang etis jika
dijadikan patokan ukuran, seharusnya seorang administrator menguji dan
mempertimbangkan hal penting seperti hak mempertanyakan standard atau taksiran yang
asasi manusia. dipakai untuk mengetes landasan pembuatan
keputusan. Sekitar tahun 1960an timbul
Deontologi adalah bagian dari cabang suasana baru dalam etika pelayanan publik.
etika yang menegaskan kewajiban, tugas, Menurut Robert T.Golembiewski kegiatan
tanggung jawab dan harus patuh pada dalam organisasi yang berjalan sudah lama
prinsip-prinsip. Immanuel Kant dan John ini yang dilandasi pada teori organisasi
Rawls merupakan tokoh utama dari aliran ini. tradisional ini menimbulkan dampak negatif
Deontologi lebih menekankan pada ketaatan pada individu yang bekerja. Karena dalam
dan kesesuaian (compliance dan organisasi diterapkan standrad-standard
enforcement) mengenai kewajiban, tanggung zaman dulu tentu belum pasti cocok sesuai
jawab, aturan dan prinsip yang berfungsi. perkembangan zaman. Mengamati pendapat
Deontologi dikritik karena lebih memusatkan ini Denhart (1988) menetapkan sebagai
pada rasionalitas, karena tidak Model III – 1960’S, nilai-nilai dasar
memperdulikan unsur manusianya. masyarakat harus menjadi refleksi dari
stndard-standard tersebut, bukan bergantung
Filsafat Yunani Kuno pada suatu kebiasaan atau tradisi.
mengemukakan aliran Virtue Ethics sebagai
reaksi terhadap aliran yang sebelumnya. Model IV – The 1970’s muncul
Menurut paham ini, benar atau salah tidak ketika para ahli termasuk dalam masyarakat
berpatokan dari konsekuensi maupun dari New Public Administration, mereka
prinsip yang harus dipatuhi namun dari “the memberikan suasana baru yaitu berharap
excellences of character” yang merujuk pada para administrator bisa memperhatikan
integritas. Dalam aliran ini, lebih "administrative responsibility”. David K.
menekankan bahwa berbuat baik adalah Hart menyarankan bahwa keadilan sosial
suatu kewajiban bukan karena ambisi untuk harus menjadi landasan utama administrasi
memperoleh hasil atau keharusan menaati publik, yang dianjurkan juga oleh John Rawls
prinsip yang telah ditentukan. dalam teori keadilan. John Rohr (1978) dan
Terry L. Cooper (1986) memberikan
Dalam administrasi publik, telah sumbangsi yang sangat penting yaitu bahwa
banyak perubahan mengenai pandangan “indenpendensi” diperlukan dalam mengets
etika. Denhart (1988) menggambarkan dan mempertanyakan standard yang
sejarah etika pelayanan publlik bermula dari diperlukan dalam pengambilan keputusan.
karangan Wayne A.R.Leys (1944) yang Kemudian, Denhart (1988) menyebutnya
disebut sebagai Model I – The 1940’s. sebagai Model IV – After Rohr. Denhart
pendapat yang disampaikan oleh Leys adalah (1988) menyebutkan model terakhir yaitu
mengenai bagaimana membentuk suatu Model VI - After Cooper. Dalam model ini,
keputusan yang baik. Pada tahun 1953 Hurst lingkungan dimana organisasi beroperasi
A. Anderson menyampaikan pidatonya
sangatlah menentukan selain antara profesi pelayanan publik. Dalam pelayanan
administrator, organisasi, dan etika. publik ada salah satu contoh kode etik yang
dimiliki yaitu ASPA (American Society for
Dalam perubahan pandangan etika Public Administration) yang telah diperbaiki
pelayanan publik dapat ditarik kesimpulan. berulang kali dan mendapat perbaikan dari
Tiga pokok penting dalam pandangan ini para anggotanya (Waches, 1985).
yaitu (1) harus secara independen dalam
melakukan proses menguji dan Seluruh nilai yang terletak pada kode
mepertanyakan standard etika; (2) standard etik administrator ini tidak muncul seketika
etika harus mencerminkan nilai dasar yang namun melalui suatu kajian yang
ada pada masyarakat akibat dari perubahan memerlukan waktu yang cukup lama. Dalam
standard telah menyempurnakan mendukung diterapkannya prinsip-prinsip
pengetahuan nilai-nilai dasar masyarakat, etika dan moral di Indonesia yang pernah
meskipun dari waktu ke waktu dapat terjadi di negara lain harus ditimba. Etika
menimbulkan masalah yang baru; dan (3) administrator publik atau etika para birokrat
tujuan dan pernanan organisasi didasarkan harus diupayakan dan harus dilaksanakan.
pada lingkungan organisasi dimana para
administrator bekerja, sehingga dapat ISU PENTING
mempengaruhi kewenangan mereka ketika
beretika. Menurut Denis dalam Keban isu etika
yang bertentangan adalah etika netralis dan
APLIKASI ETIKA DAN MORAL etika struktur di dalam administrator publik.
Etika netralis artinya menekankan
Dalam pelaksanaan etika dan moral administrator untuk netral dalam
ditinjau dari kode etik yang dimiliki oleh melaksanakan prinsip etika sesuai dengan
seorang administrator. Keberadaan kode etik aturan organisasi, dan tidak diperbolehkan
berperan sebagai kendali langsung dalam untuk menerapkan etika yang diyakininya.
sikap dan perilaku dalam bekerja, karena Sedangkan etika struktur menilai bahwa
tidak semua dimensi dalam bekerja organisasi atau pimpinan organisasilah yang
ditetapkan dalam aturan atau tata tertib. bertanggung jawab mengenai seluruh
ketetapan dan prosedur yang dibuat dan
Kode etik ini tidak hanya ada, namun bukan para individu. Oleh karena itu, jika
juga harus diterapkan pada saat bekerja dan terjadi suatu kekacauan pimpinanlah yang
tingkat penilainnya menggunakan metode bersedia menanggung konsekuensi, jikalau
monitoring, setelah itu dievaluasi, dan perlu harus mengundurkan diri.
mengusahakan perbaikan melalui
kesepakatan. Perbaikan etika ini perlu Isu lain terkait norma-norma yang
dipegang teguh agar publik makin percaya sifatnya relatif dan absolut. Universal Rules
pada pemerintah. adalah norma yang diterima dimana-mana
anggapan ini disebut sebagai norma yang
Di Amerika Serikat, misalnya bersifat absolut. Norma-norma ini acapkali
pengetahuan tentang beretika dalam berasal dari ajaran filsafat hidup atau agama,
melayani masyarakat telah meningkat dan perlu dijaga karena memiliki alasan yang
sehingga hal ini menyebabkan berlimpahnya masuk akal untuk dijadikan landasan untuk
pembuatan keputusan. Nilai-nilai UUD 1945 Dalam pelaksanaan pelayanan publik
dan pancasila yang dicetus oleh pendiri di Indonesia saat ini, perkembangan etika
negara ialah contoh nyata dari nilai-nilai sangat membantu dalam mengendalikan
absolut atau universal. tingkah laku. Namun, situasi mengikat
norma-norma tersebut maka untuk menerima
Sayangnya, ada juga yang belum norma-norma tersebut sebaiknya tidak kikuk.
percaya dengan norma tersebut. Kaum
teleologis mengatakan bahwa “universal Kekurangan atau ketiadaan kode etik
moral” tidak ada. Pendapat yang diberikan menjadi suatu kelemahan kita. Maka
oleh kaum relativis adalah nilai-nilai yang diperlukan upaya untuk menguji norma-
sifatnya universal dapat diterima sebagai norma itu adakalanya pimpinan menganggap
sesuatu yang etis jika diuji oleh keadaan dan sebagai tindakan yang tidak terpuji,
situasi tertentu. Permasalahan paradigma berlawanan dengan konstitusi, ideologi
diantara kaum relativis dan absolutis sering negara, dan sebagainya. Hal ini
terjadi di dalam realita kehidupan dan sudah mengakibatkan muncul sikap acuh, dan hal
menjadi budaya akademis di negara-negara ini memberikan kesempatan untuk mendikte
maju. Permasalahan ini secara langsung atau etika dalam bekerja.
pun tidak telah mengembangkan etika.
DAFTAR PUSTAKA
Keban, Yeremias T. 2019. Enam Dimensi Yani, Jenni. 2010. Etika Administrasi Publik
Strategis Administrasi Publik Konsep, Peranannya dalam Mewujudkan Good
Teori, dan Isu. Yogyakarta: Gava Media Governance. Vol. 1, No, 2. 128-132
Pasolong, Harbani. 2019. Teori Administrasi
Publik. Bandung: Alfbeta

Anda mungkin juga menyukai