Anda di halaman 1dari 9

BAB I

ETIKA PROFESI
DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


1. Mampu memahami etika profesi dalam praktik kebidanan

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


1. Mampu menjelaskan pengertian dan ruang lingkup etika
2. Mampu menjelaskan etika dan moralitas
3. Mampu menjelaskan etika dan etiket
4. Mampu menjelaskan hubungan etika dan hukum.
5. Mampu menjelaskan etika profesi tenaga kesehatan
6. Mampu menjelaskan kode etik profesi Bidan
BAB I
ETIKA PROFESI
DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Etika


Etika atau sering juga disebut sebagai “filsafat perilaku “ (Asmoro Achmadi, 2005:15),
atau disebut juga dengan istilah “nilai” (Ahmad Tafsir,2005:40), ada juga pendapat yang
menyebut etika ini dengan istilah “filsafat moral” (Jan Hendrik Rapar, 2005:62), adalah salah
satu cabang filsafat yang membicarakan tentang perilaku manusia, dengan penekanannya kepada
hal-hal yang baik dan buruk. Dengan kata lain, etika adalah ilmu yang membahas tentang
perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia, sejauh yang dipahami oleh pikiran manusia.

Istilah etika sesungguhnya banyak memiliki arti, secara etimologi istilah etika berasal dari kata
Yunani ethos dan ethikos. Ethos berarti sifat, watak, kebiasaan. Ethikos berarti susila, keadaban,
atau kelakuan dan tingkah laku yang baik. Kata ini identik dengan kata moral yang berasal dari
bahasa latin Mores yang berarti adat istiadat, kebiasaan, watak, kelakuan dan cara hidup. Etika
pada hakikatnya membahas tentang rasionalitas nilai tindakan manusia, tentang baik dan
buruknya sebuah tindakan. Karena itu, etika sering juga disebut dengan filsafat moral.

Menurut Wiramiharja dan Abdullah (2006:158), pada dasarnya etika meliputi 4


pengertian, yaitu sebagai berikut :

1. Etika merupakan system nilai kebiasaan yang penting dalam kehidupan kelompok khusus
manusia.
2. Etika digunakan pada suatu diantara system-sistem khusus tersebut, yaitu “moralitas”
yang melibatkan makna dari kebenaran dan kesalahan, seperti salah dan malu.
3. Etika adalah system moralitas itu sendiri mengacu pada prinsip-prinsip moral aktual.
4. Etika adalah suatu daerah dalam filsafat yang memperbincangkan telaahan etika dalam
pengertian-pengertian lain.

Sebagai komparasi, berikut beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan tentang definisi
etika menurut persepsi dan pemahaman mereka masing-masing:
1. Ki Hajar Dewantara, mengatakan bahwa etika adalah ilmu yang mempelajari tentang
kebaikan dan keburukan didalam hidup manusia, teristimewa mengenai gerak-gerik
pikiran dan perasaan yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, hingga tampak
dalam perbuatan.
2. Ahmad Yamin mengartikan etika sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik-buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang
harus dituju manusia didalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan
apa yang seharusnya dilakukan.
3. Hamzah Yakup mengartikan etika sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan
mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan sejauh yang dapat diketahui
oleh akal pikiran.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Purwadarminta, 1953) , Etika adalah ilmu
pengetahuan tentang azas akhlak, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dari
Departeman Pendidikan dan Kebudayaan (1988), etika adalah :

1. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.
2. Kumpulan atau seperangkat azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Istilah etika dan etik sering dipertukarkan pemakaiannya dan tidak jelas perbedaannya, yang
dimaksud dengan etika adalah ilmu yang mempelajari azas akhlak, sedangkan etik adalah
seperangkat azas atau nilai yang berkaitan dengan akhlak seperti dalam kode etik. Istilah etis
biasanya digunakan untuk menyatakan sesuatu sikap atau pandangan yang secara etis dapat
diterima (ethically acceptable) atau tidak dapat diterima (ethically unacceptable, tidak etis).

Tujuan pendidikan etika dalam pendidikan tenaga kesehatan adalah untuk menjadikan
calon tenaga kesehatan itu lebih manusiawi dengan memiliki kematangan intelektual dan
emosional. Para pendidik masa lalu melihat perlu tersedia berbagai pedoman agar anggotanya
dapat menjalankan profesinya dengan benar dan baik, perlu adanya rambu-rambu yang akan
mengingatkan para peserta didik yang dilepas di tengah-tengah masyarakat selalu mengingat
pedoman yang membatasi mereka untuk berbuat yang tidak layak.
1.2 ETIKA DAN MORALITAS

Pada prinsipnya etika mengkaji mengenai moralitas manusia. Dalam beberapa literature, etika
diartikan sebagai filsafat tingkah laku (perilaku), sedangkan dalam literature lain disebut sebagai
filsafat moral. Pendapat kedua ini lebih tepat karena moral dalam arti luas juga moralitas,
merupakan nilai dan norma yang dapat menjadi pedoman sikap dan perilaku manusia, sehingga
bukan hanya perilaku yang dipedomani, tetapi juga sikap atau lengkapnya dapat dikatakan,
bahwa etika adalah filsafat tentang sikap atau perilaku.

Frans Magnis-Suseno (1997:9), mengartikan moral sebagai (sesuatu) menyangkut baik-buruknya


manusia sebagai manusia, dan moralitas sebagai keseluruhan norma, nilai dan sikap moral
seseorang atau sebuah masyarakat.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa moralitas merupakan kumpulan moral yang membentuk
suatu system nilai tertentu dalam diri pribadi seseorang atau suatu masyarakat. Dengan demikian
moral dapat dimaknai sebagai satuan yang ada dalam moralitas itu.

Shidarta (2009:20)menjelaskan bahwa etika melakukan pemikiran kritis tentang moral, moral
adalah bahan kajian dari filsafat yang namanya etika. Sebagai pengkaji moral, etika pada
dasarnya mendudukan dirinya pada sudut netral. Dikatakan “pada dasarnya” karena etika yang
netral biasanya mengacu pada pengertian etika deskriptif . etika akan berusaha menerangkan
karakteristik tiap-tiap moral yang dikajinya , selanjutnya terserah kepada masing-masing
individu atau masyarakat untuk memilihnya.

1.3 ETIKA DAN ETIKET

Kebanyakan orang sering keliru membedakan etika dengan etiket, contoh, jika seseorang
mahasiswa menghadap dosennya dengan menggunakan sandal jepit, mungkin dikatakan tidak
beretika. Sebenarnya kurang tepat sebab kata yang seharusnya tidak beretiket (bukan etika).
Etika merupakan cara yang dilakukan atau tidak dilakukan secara umum dan yang berlaku pada
kelompok masyarakat tertentu, misalnya membunuh, mencuri adalah masuk katagori etika,
karena pada masyarakat manapun, hal tersebut tidak etis atau tindakan tidak bermoral.

Sedangkan etiket, kaitannya dengan sopan santun dalam pergaulannya sesame manusia. Apa
yang diartikan sebagai sopan-santun dalam suatu kelompok masyarakat, akan berbada menurut
kelompok masyarakat yang lain. Dengan demikian istilah etiket bersifat kasuistik, seperti etiket
pergaulan, etiket makan, etiket bertelepon.

Etiket berlaku dalam pergaulan dengan orang lain atau hanya berlaku kalau berhubungan dengan
orang lain, tidak berlaku sepanjang tidak berhubungan dengan orang lain. Misalnya berteriak-
teriak dikatakan tidak beretika kalau dihadapan orang lain, tapi jika berteriak didalam kamar
mandi tidak dikatakan melanggar etiket. Beda dengan mencuri, meskipun tidak ada yang
melihat, orang yang melakukannya tetap dikatakan tidak bermoral atau tidak beretika.
Berdasarkan uraian diatas, istilah etika jauh lebih luas pengertian dan ruang lingkupnya dari
sekedar sopan santun dalam pergaulan. Etika merupakan refleksi manusia tentang nilai-nilai dan
norma-norma yang berlaku dalam kehidupannya. Etika juga tidak membatasi diri pada situasi
atau budaya tertentu, tetapi lebih berskala universal.

1.4 HUBUNGAN ETIKA DAN HUKUM

Sudah menjadi sifat pembawaannya bahwa manusia hanya dapat hidup dalam masyarakat.
Manusia adalah zoon politikon atau makhluk social dan manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan
manusia lainnya. Dalam hubungan satu sama lain menyebabkan adanya interaksi, kontak yang
menyenangkan atau menimbulkan pertentangan/komplik. Untuk menghindari komplik itu maka
diperlukan suatu aturan untuk mengatur tingkah laku manusia yang disebut hukum. Hukum
merupakan sekumpulan peraturan mengenai tingkah laku dalam masyarakat yang harus ditaati
untuk mencapai suatu tujuan. Adapun tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan
masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan.

Jika dikatakan bahwa hukum pada hakekatnya merupakan norma, dan tiap-tiap norma pasti
mengandung nilai, maka sekilas terjawab bahwa isi dari hukum sesungguhnya adalah nilai, nilai
yang dimaksud tidak lain adalah etika atau moral (dalam pengertian lebih luas moralitas).

Etika atau moral inilah yang menunjukkan misi yang diemban oleh norma hokum, Sehingga
norma hukum tanpa misi etika atau moral didalamnya, ia akan bertentangan dengan hakikat
kemanusiaan itu sendiri.
Diatas telah diuraikan pengertian etik dan hukum. Persamaan dan perbedaan antara keduanya
adalah sebagai berikut :

Persamaan etik dan hukum :

1. Sama-sama merupakan alat untuk mengatur tertibnya hidup bermasyarakat.


2. Sebagai objeknya adalah tingkah laku manusia.
3. Mengandung hak dan kewajiban anggota masyarakat agar tidak saling merugikan.
4. Menggugah kesadaran untuk bersikap manusiawi.
5. Sumbernya adalah hasil pemikiran para pakar dan pengalaman para anggota senior.

Perbedaan etik dan hukum :

1. Etik berlaku untuk lingkungan profesi/komunitas tertentu, hukum berlaku untuk umum.
2. Etik disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi, hukum disusun oleh badan
pemerintah.
3. Etik tidak seluruhnya tertulis, hukum tercantum secara terinci dalam Kitab Undang-undang
dan lembaran/berita Negara.
4. Sanksi terhadap pelanggaran etik berupa tuntunan, sanksi terhadap pelanggaran hukum
berupa tuntutan.
5. Pelanggaran etik diselesaikan oleh Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
(MKDKI) atau oleh Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK), atau oleh Majelis
Pertimbangan Etik Bidan (MPEB), pelanggaran hukum diselesaikan oleh Pengadilan.
6. Penyelesian pelanggaran etik tidak selalu disertai bukti fisik, penyelesaian pelanggaran
hukum memerlukan bukti fisik.

Pelanggaran etika kedokteran/kebidanan tidak selalu berarti pelanggaran hukum, begitu pula
sebaliknya pelanggaran hukum belum tentu berarti pelanggaran etika.

1.5 ETIKA PROFESI TENAGA KESEHATAN


Profesi merupakan suatu konsep yang lebih spesifik dibandingkan dengan pekerjaan. Pekerjaan
memiliki konotasi yang lebih luas dari pada profesi, setiap profesi adalah pekerjaan, tetapi tidak
semua pekerjaan merupakan profesi.

Pekerjaan profesi merupakan pekerjaan yang memerlukan pendidikan dan latihan tertentu,
memiliki kedudukan yang tinggi dalam masyarakat, seperti ahli hukum (hakim, pengacara),
wartawan, dosen, dokter, dokter gigi dan apoteker.

Pekerjaan profesi umumnya memiliki cirri-ciri sebagai berikut :

1. Pendidikan sesuai standar nasional.


2. Mengutamakan panggilan kemanusiaan.
3. Berlandaskan etik profesi, mengikat seumur hidup.
4. Legal melalui perizinan.
5. Belajar sepanjang hayat.
6. Anggota bergabung dalam satu organisasi profesi.

Dalam pekerjaan profesi sangat dihandalkan etik profesi dalam memberikan pelayanan kepada
publik. Etik profesi merupakan seperangkat perilaku anggota profesi dalam hubungannya dengan
orang lain. Pengamalan etika membuat kelompok menjadi baik dalam arti moral.

Cirri-ciri profesi adalah sebagai berikut :

1. Berlaku untuk lingkungan profesi.


2. Disusun oleh organisasi profesi bersangkutan.
3. Mengandung kewajiban dan larangan.
4. Menggugah sikap manusiawi.

Menurut Soekijo Notoatmodjo (2010:37), profesi kesehatan adalah semua kelompok atau jenis
fungsional yang melakukan pelayanan kesehatan terhadap klien atau masyarakat, baik yang sakit
maupun yang sehat. Secara lebih rinci, profesi kesehatan di Indonesia sampai saat ini
dikelompokkan menjadi :

1. Kuratif-rahabilitatif: dokter, dokter gigi, perawat, bidan, apoteker, rekam medis, piñata
rontgen, laboran, fisioterapitis, dan lain-lain.
2. Promotif-preventif : ahli kesehatan masyarakat, ahli kesehatan lingkungan, administrator
kesehatan, bidan dan perawat kesehatan masyarakat, epidemiolog, entomology,
penyuluh/pendidik/promoter kesehatan.

Berkaitan dengan etika profesi tenaga kesehatan, dapat dikatakan bahwa pengertian etika profesi
tenaga kesehatan adalah kumpulan norma-norma atau kaedah sebagai standar perilaku bertindak
bagi profesi tenaga kesehatan dalam melayani masyarakat. Adapun norma/kaedah atau standar
perilaku/pedoman adalah “kode etik profesi”
DAFTAR PUSTAKA

1. Muchtar,M, Etika Profesi dan Hukum Kesehatan, perspektif profesi bidan dalam
pelayanan kebidanan di indonesia, cetakan pertama, pustaka baru press, 2016.hal 44-54
2. Hanafiah MJ, Amir A. Etika Klinis. Dalam: Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan.
Edisi 4. Jakarta: EGC; 2013. hal. 47-54.
3. Sampurna B, Syamsur Z, Siswaja TD, Bioetika dan Hukum Kedokteran, pengantar bagi
mahasiswa kedokteran dan hukum, cetakan kedua, Pustaka Dwipar , Jakarta, 2007 hal.
10-11.
4. Soeparto P, dkk, Etika dan Hukum di Bidang Kesehatan, Edisi kedua, Airlangga
University Press, Surabaya, 2006, Hal.14-21
5. Amir A, Bunga rampai Hukum Kesehatan, Edisi kedua, Medan, 1996
6. Wiradharma D, Penuntun kuliah hukum kedokteran, Cetakan pertama, Binarupa aksara,
Jakarta, 1996.

Anda mungkin juga menyukai