Anda di halaman 1dari 18

Pengertian Etika dan Etiket Secara Umum Menurut Para

Ahli Lengkap Dengan Contohnya


Desember 11, 2017 Oleh Sidrotul Muntaha
Pengertian Etika – Sebagai makhluk sosial memiliki etika itu sangat penting, akan tetapi
tahukah kamu apa itu etika? Hah nggak tau! Lantas bagaimana mau menerapkan etika
secara kaffah kalau definisinya saja tidak tahu.
Tapi tak mengapa karena kali ini alihamdan mau berbagi seputar pengertian etika dan
etiket yang akan di jelaskan secara mendalam dan tentunya lengkap banget.
Daftar Isi
 Pengertian Etika dan Etiket
 Pengertian Menurut Para Ahli
 Perbedaan Etika dan Etiket
 Jenis-jenis Etika
o Etika Filososfis
 1. Non Empiris
 2. Praktis
o Etika Teologis
o Relasi Etika Filosofis dan Etika Teologis
 1. Revisionisme
 2. Sintetis
 3. Diaparalelisme
 Contoh Etika dan Etiket
o Contoh Etika
o Contoh Etiket

Pengertian Etika dan Etiket


© pinterest .com
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dituliskan bahwa arti etika adalah ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).

Menurut wikipedia etika itu berasal dari yunani kuno “ethikos” artinya “timbul dari
kebiasaan”. Secara metodologis tidak setiap hal menilai perbuatan bisa disebut sebagai
etika, etika adalah suatu sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam menjalankan refleksi.
Oleh sebab itulah etika merupakan suatu ilmu yang objeknya itu berupa manusia. Berbeda
dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti tingkah laku manusia, etika juga mempunyai sudut
pandang normatif, maksudnya adalah melihat dari sudut baik dan buruknya mengenai
perbuatan manusia.

Pengertian Menurut Para Ahli


© animasipowerpoint.blogspot .com
Soergarda Poerbakawatja ⇒ Etika adalah suatu ilmu yang memberikan arahan, acuan,
serta pijakan kepada suatu tindakan manusia.
H. A. Mustafa ⇒ Etika yaitu sebagai ilmu yang menyelidiki terhadap suatu perilaku yang
baik dan yang buruk dengan memerhatikan perbuatan manusia sejauh apa yang diketahui
oleh akan serta pikiran manusia.
K. Bertens ⇒  Etika merupakan nilai dan norma moral yang menjadi suatu acuan bagi
umat manusia secara baik secara individual atau kelompok dalam mengatur semua tingkah
lakunya.
DR. James J. Spillane SJ ⇒ Ia menyatakan bahwa etika adalah mempertimbangkan atau
memperhatikan suatu tingkah laku manusia di dalam mengambil keputusan yang
berhubungan dengan moral. Etika lebih mengarah ke penggunaan akal budi dengan
objektivitas guna menentukan benar atau salahnya  serta tingkah laku seseorang terhadap
lainnya.
Drs. H. Burhanudin Salam ⇒ Etika ialah sebuah cabang ilmu filsafat yang membicarakan
perihal suatu nilai-nilai serta norma yang dapat menentukan suatu perilaku manusia ke
dalam kehidupannya.
w.J.S. Poerwadarminto ⇒  Etika merupakan ilmu pengetahuan tentang suatu perilaku
atau perbuatan manusia yang dilihat dari sisi baik dan buruknya yang sejauh mana dapat
ditentukan oleh akal manusia.
Aristoteles ⇒ Berbeda dari yang lain, ia mendefinisikan etika menjadi 2 pengertian yaitu:
Terminius Technicus dan Manner and Cutom. Terminius Technicus ialah sebuah etika yang
dipelajari sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari suatu problema tindakan
manusia.
Sedangkan Manner and Cutom adalah sebuah pembahasan etika yang berhubungan
dengan tata cara dan adat kebiasaan yang melekat dalam diri manusia. Sangat terkait
dengan “baik & buruknya” suatu perilaku, tingkah, atau perbuatan  manusia.

Pengertian etika secara umum adalah suatu peraturan atau norma yang bisa digunakan
sebagai acuan bagi perilaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan
buruk yang dilakukan oleh seorang serta merupakan suatu kewajiban dan tanggungan
jawab moral.
Pengertian Etiket adalah sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang, dan menjadi kebiasaan
dalam sebuah masyarakat, baik berwujud kata-kata maupun suatu bentuk perbuatan nyata.
Perbedaan Etika dan Etiket
© emaze .com
 Dilihat dari segi asala kata Etika “ethos” ⇔ etiket “etiquette”
 Etika berlaku ada maupun tidak ada saksi ⇔ etiket berlaku sebab adanya saksi
mata
 Etika bersifat absolut ⇔ etiket relatif
 Cara pandang etika ke batiniah ⇔etiket lebih ke lahiriah
 Secara makna etika norma tentang perbuatan ⇔ etiket aturan yang dijalankan
Dalam rangka menjernihkan istilah, maka kita harus perhatikan lagi apa perbedaan antara
“etika” dan “etiket”. Sering kali dua istilah ini dicampuradukkan begitu saja, padahal
perbedaan di antaranya sangat hakiki.

“Etika” di sini berarti “moral” sedangkan “etiket” berarti “sopan santun” (tentu saja di
samping arti lain “secarik kertas yang ditempelkan pada botol atau kemasan barang”).
Apabila kita melihat dari asal usulnya, sebetulnya tidak ada kaitannya antara du aistilah
tersebut. Hal inilah yang menjadi lebih jelas, jika dibandingkan  bentuk kata bahasa Inggris,
yaitu ethics dan etiqiette.
Jenis-jenis Etika
© ciputraceo .net
Dilihat dari jenisnya setidaknya terdapat 3 jenis etika yaitu etika filosofis, teologis, dan relasi
dari ke dua etika tersebut. Berikut penjelasannya.

Etika Filososfis
Secara harfiah etika filosofis itu bisa dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan
berfilsafat atau berpikir, yang dikerjakan manusia. Oleh karena itu sebenarnya etika
termasuk bagian dari filsafat.

Karena termasuk filsafat maka ketika berbicara etika tidak bisa dilepaskan dari filsafat, dari
sini diambil kesimpulan bahwa jika seseorang ingin mengetahui unsur-unsur etika maka ia
harus bertanya juga perihal unsur-unsur filsafat. Di bawah ini akan dijelaskan 2 sifat etika.

1. Non Empiris
Ilmu empiris adalah sebuah ilmu yang didasarkan pada fakta atau yang konkret. Namun
berbeda dengan filsafat (tidak demikian), filsafat berusaha melampaui yang konkret yang
seakan-akan menanyakan apa di balik gejala-gejala konkret.

Begitupun dengan etika yang tidak berhenti terhadap apa yang konkret secara faktual
dilakukan, tapi bertanya perihal apa yang mesti dikerjakan dan apa yang tidak boleh
dikerjakan.

2. Praktis
Berbagai cabang filsafat membicarakan tentang sesuatu “yang ada”. Seperti contoh filsafat
hukum mempelajari apa itu hukum. Namun tak demikian, etika tidak terbatas hanya itu saja
melainkan bertanya seputar “apa yang harus dilakukan”.

Dengan demikian etika sebagai cabang filsafat yang sifatnya praktis, sebab langsung
berhubungan dengan apa yang boleh dan tidak boleh dikerjakan. Akan tetapi perlu diingat
bahwa bukanlah praktis dalam artian menyajikan resep-resep siap pakai.

Etika juga tidak mempunyai sifat teknis melainkan reflektif, maksudnya adalah etika hanya
menganalisa tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, serta hak dan kewajiban dll.

Etika Teologis
Dalam hal ini terdapat 2 hal yang mesti diingat, pertama etka teologis bukan hanya milik
agama tertentu melainkan setiap agama dapat memiliki etika ini secara masing-masing.
Contoh dalam etika Kristen misalnya, etika teologis adalah etika yang bertitik tolak dari
presuposis-presuposis mengenai Allah atau yang Illah, juga memandang kesusilaan
bersumber dari dalam kepercayaan terhadap Allah.

Sebab itulah Jongeneel menyebut “etika teologis” sebagai “etika transenden dan etika
teosentris”. Etika teologis Kristen mempunyai objek sama dengan etika secara umum yaitu
tingkah laku manusia.

Setiap agama dapat memiliki etika teologisnya berdasarkan apa yang diyakini dan menjadi
sistem nilai yang dianut.

Relasi Etika Filosofis dan Etika Teologis


Sepanjang sejarah pertemuan antara kedua etika diatasa terdapat 3 jawaban menonjol
yang dikemukakan atas pertanyaan di atas yaitu :

1. Revisionisme
Tanggapan ini berasal dari Augustinus (354 – 430) ia menyatakan bahwa etika teologis
bertugas untuk merevisi yaitu mengoreksi dan memperbaiki etika filosofis.

2. Sintetis
Jawaban kedua ini dikemukakan oleh Thomas Aquinas (1225 – 1274) yang menyintesiskan
etika filosofis dan teologis sedemikian rupa, sampai kedua jenis etika ini mempertahankan
identitas masing-masing, menjadi satu hal baru.

Akhirnya akan diperoleh hasil berupa etika filosofis menjadi lapisan bawah yang sifatnya
umum, sedangkan etika teologis menjadi lapisan atas yang bersifat khusus.

3. Diaparalelisme
Jawaban terakhir ini kemukakan oleh F.E.D. Schleiermacher tahun (1768 – 1834) yang
menganggap kedua etika tersebut sebagai gejala-gejala yang sejajar. Hal ini bisa
diumpamakan seperti sepasang rel kereta api yang sejajar.

Mengenai pendapat-pendapat di atas ada beberapa yang keberatan, pendapat Augustinus


dapat dilihat jelas bahwa etika filosofi tidak dihormati setingkat dengan etika teologis.

Sedangkan pandangan Thomas Aquinas dikomentari sama seperti pendapat Augustinus.

Kemudian ada pendapat menyatakan perlunya suatu hubungan yang dioalogis antara
keduanya. Dengan hubungan dialogis ini maka relasi keduanya akan terjalin, bukan hanya
saling menatap dari dua horizon yang pararel saja.
Sehingga diharapkan dengan adanya hubungan ini bisa mencapai suatu tujuan bersama
yang mulia, yaitu membantu manusia dalam bagaimana seharusnya menjalani hidup.

Contoh Etika dan Etiket


© rosyarachmania.wordpress .com
Contoh Etika
 “Di hari senin santri dilarang mencuci” Seorang yang mempunyai etika ia tidak akan
mencuci ketika hari senin, meskipun ada kesempatan dan tidak ada saksi yang
mengawasinya
 Mencuri atau merugikan orang lain
 Terlambat ngampus, ngantor, atau lainnya
Contoh Etiket
 Adab ngupil, kentut, meludah, dan sebagainya, berbagai macam tindakan tersebut
akan dinilai kurang sopan jika ada orang lain yang menyaksikannya, sementara jika
tidak ada orang hal ini bukanlah suatu masalah
 Makan tanpa sendok, etiket makan tanpa sendok hanya berlaku pada kalangan
borjuis saja, sementara dalam agama Islam tindakan ini merupakan sunnah
Makna etiket sendiri lebih sempit yaitu terkait dengan cara perbuatan yang mesti dikerjakan
contohnya memberi sesuatu menggunakan tangan kanan, menutup mulut saat menguap,
KONSEP ETIKA MORAL DALAM
PELAYANAN KEBIDANAN
17 JUNI 2014TINGGALKAN KOMENTAR
1. pengertian Etika, Etiket, Moral dan Hukum
2. Etika
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk tunggal mempunyai arti
kebiasaan-kebiasaan tingkah laku manusia, adat, akhlak, waktu, perasaan, sikap dan cara berfikir. Dalam bentuk
jamak ta etha mempunyai arti adat kebiasaan. Menurut filsuf Yunani Aristoteles, istilah etika sudah dipakai
untuk menunjukkan filsafat moral. Sehingga berdasarkan asal usul kata, maka etika berarti: ilmu tentang apa
yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Etika berasal dari bahasa Inggris Ethics, artinya
pengertian, ukuran tingkah laku atau perilaku manusia yang baik, yakni tindakan yang tepat yagn harus
dilaksanakan oleh manusia sesuai dengan moral pada umumnya. Etika berasal dari bahasa Latin Mos atau Mores
(jamak), artinya moral, yang berarti juga adat, kebiasaan, sehingga makna kata moral dan etika adalah sama,
hanya bahasa asalnya berbeda. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1953), Etika artinya
ilmu pengetahuan tentang azas-azas akhlak (moral). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988)
etika mengandung arti:
1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk tentang hak dan kewajiban moral.
2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.Sedangkan Bertens merumuskan
arti kata etika sebagai berikut:
1) Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, arti ini bisa dirumuskan sebagai sistem nilai. Sistem nilai
bisa berfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial.
2) Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud disini adalah kode etik.
3) Etika mempunyai arti ilmu tentang apa yang baik atau buruk.
3. Moral
Moral adalah nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya. Moral juga berarti mengenai apa yang dianggap baik atau buruk di masyarakat dalam suatu
kurun waktu tertentu sesuai perkembangan atau perubahan norma atau nilai. Moralitas berasal dari bahasa Latin
Moralis, artinya:
1) Segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya.
2) Sifat moral atau keseluruhan azas dan nilai yang berkenaan dengan baik buruk.
4. Etiket
Etiket berasal dari bahasa Inggris Etiquette. Etika berarti moral, sedangkan etiket berarti sopan santun.
Persamaan etika dengan etiket adalah:
1) Sama-sama menyangkut perilaku manusia.
2) Memberi norma bagi perilaku manusia, yaitu menyatakan tentang apa yang harus dilakukan atau tidak
boleh dilakukan.Untuk meningkatkan pemahaman kita tentang etika dan etiket, maka berikut ini digambarkan
mengenai perbedaan antara etiket dengan etika:
Etiket
Etika
1. Menyangkut cara suatu perbuatan yang harus dilakukan.
1. Tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan, memberi nilai tentang perbuatan itu sendiri.
2. Hanya berlaku dalam pergaulan, bila tidak ada orang lain tidak berlaku.
2. Selalu berlaku, tidak tergantung hadir atau tidaknya seseorang.
3. Bersifat relatif, tidak sopan dalam satu kebudayaan, sopan dalam kebudayaan lain.
3. Bersifat absolut, contoh jangan mencuri, jangan berbohong.
4. Memandang manusia dari segi lahiriah.
4. Memandang manusia dari segi batiniah.
5. Kode Etik
ADVERTISEMENT
REPORT THIS AD

Pengertian kode etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi didalam melaksanakan tugas
profesinya dan didalam hidupnya di masyarakat. Kode etik juga diartikan sebagai suatu ciri profesi yang bersumber
dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pengetahuan komprehensif suatu profesi
yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi.

5. Hukum
Hukum berhubungan erat dengan moral. Hukum membutuhkan moral. Hukum tidak mempunyai arti, kalau tidak
dijiwai oleh moralitas. Sebaliknya moral juga berhubungan erat dengan hukum. Moral hanya sebatas hal yang
abstrak saja tanpa adanya hukum. Contoh bahwa mencuri itu adalah moral yang tidak baik, supaya prinsip etis
ini berakar di masyarakat maka harus diatur dengan hukum.
Menurut Bertens, ada beberapa perbedaan antar hukum dan moral:
Hukum
Moral
1. Hukum ditulis sistematis, disusun dalam kitab undang-undang, mempunyai kepastian lebih besar dan bersifat
obyektif.
1. Moral bersifat subyektif, tidak tertulis dan mempunyai ketidakpastian lebih besar.
2. Hukum membatasi pada tingkah laku lahiriah saja dan hukum meminta legalitas.
2. Moral menyangkut sikap batin seseorang.
3. Hukum bersifat memaksa dan mempunyai sanksi.
3. Moral tidak bersifat memaksa, sanksi moral adalah hati nurani tidak tenang, sanksi dari Tuhan.
4. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan negara, masyarakat atau negara dapat merubah hukum. Hukum
tidak menilai moral.
4. Moral didasarkan pada norma-norma moral yang melebihi masyarakat dan negara, masyarakat dan negara tidak
dapat merubah moral. Moral menilai hukum.

6. Etika Dalam Pelayanan Kebidanan


Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tempat, dimana sering terjadi karena kurang
pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika. Pelayanan kebidanan adalah proses dari berbagai
dimensi.
Bidan sebagai praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan praktik berdasarkan evidence based  Etika adalah
penerapan dan proses dan teori filsafat moral pada situasi nyata. Etika dibagi menjadi tiga bagian, meliputi:
1.    Metaetika (etika)
2.    Etika atau teori moral;
3.    Etika praktik.
Etika atau teori moral untuk memformulasikan prosedur atau mekanisme untuk memecahkan masalah etika.
Etika praktik merupakan penerapan etika dalam praktik sehari-hari, dimana dalam situasi praktik ketika
kecelakaan terjadi keputusan harus segera dibuat.
Guna etika adalah memberi arah bagi perilaku manusa tentang: apa yang baik atau buruk, apa yang benar atau
salah, hak dan kewajiban moral (akhlak), apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan.
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota didalam melaksanakan
tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.
7. Sistematika Etika
Sebagai suatu ilmu maka Etika terdiri atas berbagai macam jenis dan ragamnya antara lain :
8. Etika deskriptif, yang memberikan gambaran dan ilustrasi tentang tingkah laku manusia ditinjau dari nilai
baik dan buruk serta hal-hal mana yang boleh dilakukan sesuai dengan norma etis yang dianut oleh masyarakat.
9. Etika normatif, membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan manusia, yang biasanya
dikelompokkan menjadi :
10. Etika Umum : yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi manusia untuk bertindak
etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori dan prinsip-prinsip moral.
11. Etika Khusus : terdiri dari etika sosial, etika individu dan etika terapan.
Etika sosial menekankan tanggungjawab sosial dan hubungan antar sesama manusia dalam aktivitasnya, Etika
individu lebih menekankan pada kewajiban-kewajiban manusia sebagai pribadi.
Etika terapan adalah etika yang diterapkan pada profesi
Pada tahun 2001 ditetapkan oleh MPR-RI dengan ketetapakn MPR-RI No. VI/MPR/ 2001 tentang Etika
Kehidupan Bangsa. Etika kehidupan bangsa bersumber pada agama yang universal dan nilai-nilai luhur budaya
bangsa yaitu Pancasila. Etika kehidupan berbangsa antara lain meliputi : Etika Sosial Budaya, Etika Politik dan
Pemerintahan, Etika Ekonomi dan Bisnis, Etika Penegakkan Hukum yang Berkeadilan, Etika Keilmuan, Etika
Lingkungan, Etika Kedokteran dan Etika Kebidanan.
12. Fungsi Etika Dan Moralitas Dalam Pelayanan Kebidanan
13. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien.
14. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yang merugikan/membahayakan
orang lain
15. Menjaga privacy setiap individu
16. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya.
17. Dengan etik kita mengetahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan apa alasannya.
18. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis suatu masalah.
19. Menghasilkan tindakan yang benar
20. Mendapatkan informasi tentang hal yang sebenarnya
21. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia antara baik, buruk, benar atau salah sesuai
dengan moral yang berlaku pada umumnya.
22. Berhubungan dengan pengaturan hal-hal yang bersifat abstrak
23. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etika
24. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik
25. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun tata cara di dalam organisasi
profesi.
26. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yang biasa disebut kode etik
profesi.
27. SUMBER ETIKA
28. HAK, KEWAJIBAN, TANGGUNG JAWAB
Pancasila adalah sumber sumber nilai, maka nilai dasar Pancasila
dapat dijadikan sebagai sumber pembentukan norma etik (norma
moral) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Nilai-nilai pancasila adalah nilai moral. Oleh karena
itu, nilai pancasila juga dapat diwujudkan kedalam norma-norma
moral (etik). Norma-norma etik tersebut selanjutnya dapat
digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam bersikap dan
bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem
etika yang baik di negara ini. Disetiap saat dan dimana saja kita
berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku kita.
Seperti tercantum di sila ke dua “ kemanusian yang adil dan
beadab” tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam
membangun etika bangsa ini sangat berandil besar.
Hak dan kewajiban adalah hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial sehari-hari. Pasien memiliki hak terhadap
bidan atas pelayanan yang diterimanya. Hak pasti berhubungan dengan individu, yaitu pasien. Sedangkan bidan
mempunyai kewajiban/keharusan untuk pasien, jadi hak adalah sesuatu yang diterima oleh pasien. Sedang
kewajiban adalah suatu yang diberikan oleh bidan. Seharusnya juga ada hak yang harus diterima oleh bidan dan
kewajiban yang harus diberikan oleh pasien.
1. Hak Pasien
Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien/klien:

1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit atau
instusi pelayanan kesehatan.
2. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
3. Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa diskriminasi.
4. Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan keinginannya.
5. Pasien berhak mendapatkan ;nformasi yang meliputi kehamilan, persalinan, nifas dan bayinya yang baru
dilahirkan.
6. Pasien berhak mendapat pendampingan suami atau keluarga selama proses persalinan berlangsung.
7. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan seuai dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan
yang berlaku di rumah sakit.
8. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat kritis dan pendapat etisnya
tanpa campur tangan dad pihak luar.
9. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut (second
opinion) terhadap penyakit yang dideritanya, sepengatahuan dokter yang merawat.
10. Pasien berhak meminta atas privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya.
11. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi:
1. Penyakit yang diderita
2. Tindakan kebidanan yang akan dilakukan
3. Alternatif terapi lainnya
4. Prognosisnya
5. Perkiraan biaya pengobatan
6. Pasien berhak men yetujui/mem berikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan
dengan penyakit yang dideritanya.
7. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta
perawatan atas tanggungjawab sendiri sesuadah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
1. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
2. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu pasien lainnya.
3. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit.
4. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.
5. Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasus mal-praktek.
2. Kewaiiban Pasien
3. Hak Bidan
4. Kewajiban Bidan
1. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tat tertib rumah sakit atau
institusi pelayanan kesehatan.
2. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, bidan, perawat yang merawatnya.
3. Pasien dan atau penangungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan rumah
sakit atau institusi pelayanan kesehatan, dokter, bidan dan perawat.
4. Pasien dan atau penangggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang selalu disepakati/perjanjian yang
telah dibuatnya.
1. Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
2. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat jenjang pelayanan kesehatan.
3. Bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang bertentangan dengan peraturan
perundangan dan kode etik profesi.
4. Bidan berhak atas privasi dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik oleh pasien, keluarga
maupun profesi lain.
5. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan.
6. Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk mmingkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai.
7. Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.
1. Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum antara bidan tersebut dengan
rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana ia bekerja.
2. Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi dengan menghormati
hak-hak pasien.
3. Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai kemampuan dan keahlian
sesuai dengan kebutuhan pasien.
4. Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami atau keluarga.
5. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah sesuai dengan
keyakinannya.
1. Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien.
2. Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan dilakukan serta risiko yang
mungkiri dapat timbul.
3. Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed consent) atas tindakan yang akan dilakukan.
4. Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.
5. BidanwajibmengikutiperkembanganIPTEKdanmenambahilmupengetahuannya melalui pendidikan formal
atau non formal.
Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secra timbal balik dalam memberikan asuhan
kebidanan

 
Kode Etik Profesi Bidan
Kode etik profesi bidan merupakan suatu ciri profesi bidan yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal
suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif pofesi bidan yang memberikan tuntunan bagi anggota
dalam melaksanakan pengabdian profesi.
Kode etik profesi bidan hanya ditetapka oleh organisasi profesi, Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Penetapan harus
dalam Konggres IBU. Kode etik profesi bidan akan mempunyai garuh dalam menegakkan disiplin di kalangan
profesi bidan.
Kode etik bidan Indonesia tahun 1986 dan disahkan dalam Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia (IBI) X tahun
1988, dan petunjuk pelaksanaan disyahkan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IBI tahun 1991. Kode etik bidan
Indonesia terdiri atas 7 bab, yang dibedakan atas tujuh bagian :
1.    Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir).
2.    Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir).
3.    Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir).
4.    Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir).
5.    Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir).
6.    Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2 butir).
7.    Penutup (1 butir).
Menurut Standar Profesi Bidan 2007, terdapat beberapa pada bagian 5, yaitu kewajiban bidan terhadap diri sendiri
(dari 2 butir menjadi 3 butir).
E.    Kode Etik Bidan Indonesia
Sesuai keputusan Menteri Kesehatan Rupublik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar profesi
bidan, didalamnya terdapat Kode Etik Bidan Indonesia adalah merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari
nilai-nilai internal dan ekternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi.
KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN DAN MASYARAKAT
1.    Setiap bidan senatiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya dalam
melaksanakan tugas pengabdiannya.
2.    Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang
utuh dan memelihara citra bidan.
3.    Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai
dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
4.    Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien, menghormati hak klien dan
menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
5.    Setiap bidan dalam menjalankan tugas senantiasa mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat
dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
6.    Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan
mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.
KEWAJIBAN TERHADAP TUGASNYA
1.    Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan
kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
2.    Setiap bidan berkewajiban memberikan pertolongan sesuai dengan kewenangan dalam mengambil keputusan
termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.
3.    Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila
diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien.
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP SEJAWAT DAN TENAGA KESEHATAN LAINNYA
1.    Setiap bidan harus menjalin hubungan yang baik dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja
yang serasi.
2.    Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga
kesehatan lainnya.
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PROFESINYA
1.    Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan menampilkan
kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
2.    Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3.    Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang dapat
meningkatkan mutu dan citra profesinya.
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP DIRI SENDIRI
1.    Setiap bidan wajib memelihara kesehatannva agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik.
2.    Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
3.    Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PEMERINTAH NUSA, BANGSA DAN TANAH AIR
1.    Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan pemerintah dalam
bidan kesehatan khususnya dalam pelayanan KIA/ KB dan kesehatan keluarga.
2.    Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada pemerintah untuk
meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika
Kata “etika” dalam bahasa yunani adalah “ethos”
(tunggal), yang berarti kebiasaan
-
kebiasaan tingkah laku
manusia, adab, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara
berfikir serta “ ta etha”(jamak), yang berarti adab kebiasaan.
Dalam bahasa inggris, “ethics”,
berarti ukuran tingkah
laku atau perilaku manusia yang baik, tindakan yang tepat,
yang harus dilaksanakan oleh manusia sesuai dengan moral pada
umumnya.
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.
2.2 Pe
ngertian Etiket
Tata cara (adab sopan santun dll) dimasyarakat beradab
dalam memelihara hubungan baik diantara sesama manusia.
Definisi etiket, menurut para pakar ada beberapa
pengertian, yaitu merupakan kumpulan tata cara dan sikap baik
dalam pergaulan an
tar manusia yang beradab. Pendapat lain
mengatakan bahwa etiket adalah tata aturan sopan santun yang
disetujui oleh masyarakat ter¬tentu dan menjadi norma serta
panutan dalam bertingkah laku sebagai anggota masyarakat yang
baik dan menyenangkan
2.3 Pengert
ian Moral
Kata moral berasal dari bahasa latin yaitu mos
(jamak:mores) yang berarti kebiasaan, adat. Moral mempunyai
etimologi yang sama dengan etik, karena keduanya mengandung
arti adat kebiasaan, meskipun bahasa asalnya berbeda.
6
Moral adalah ajaran
tentang baik atau buruk yang diterima
secara umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dll; akhlak,
budi pekerti, asusila.
2.4 Pengertian Hukum
Peraturan, undang
-
undang atau adat yang secara resmi
dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau
pemer
intah.
Hukum adalah peraturan perundang
-
undangan yang dibuat
oleh suatu kekuasaan, dalam mengatur pergaulan hidup dalam
masyarakat.
2.5 Persamaan dan Perbedaan Etika, Etiket, Moral
2.5.1
Persamaan Etika dan Etiket

Keduanya menyangkut perilaku manusia

Etik
a dan etiket mengatur perilaku manusia secara
normatif, artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan
dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau
tidak boleh dilakukan.
Perbedaan Etika dan Etiket
1.
Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan ma
nusia.
Etiket menunjukkan cara yang tepat artinya cara yang
diharapkan serta ditentukan dalam sebuah kalangan
tertentu.Etika tidak terbatas pada cara melakukan sebuah
perbuatan, etika memberi norma tentang perbuatan itu
sendiri. Etika menyangkut masalah ap
akah sebuah perbuatan
boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
2.
Etiket hanya berlaku untuk pergaulan.Etika selalu berlaku
walaupun tidak ada orang lain. Barang yang dipinjam harus
dikembalikan walaupun pemiliknya sudah lupa.
3.
Etiket bersifat relatif. Yang
dianggap tidak sopan dalam
sebuah kebudayaan, dapat saja dianggap sopan dalam
7
kebudayaan lain.Etika jauh lebih absolut. Perintah
seperti “jangan berbohong”, “jangan mencuri” merupakan
prinsip etika yang tidak dapat ditawar
-
tawar.
4.
Etiket hanya memadang man
usia dari segi lahiriah saja
sedangkan etika memandang manusia dari segi dalam. Penipu
misalnya tutur katanya lembut, memegang etiket namun
menipu. Orang dapat memegang etiket namun munafik
sebaliknya seseorang yang berpegang pada etika tidak
mungkin munaf
ik karena seandainya dia munafik maka dia
tidak bersikap etis. Orang yang bersikap etis adalah
orang yang sungguh
-
sungguh baik.
2.5.2
Persamaan Etika dan Moral
Pada dasarnya secara konseptual etika dan moral mempunyai
arti yang serupa, yaitu sama
-
sama
membicarakan mengenai
perbuatan dan prilaku manusia ditinjau dari sudut pandang
nilai baik dan tidak baik (buruk).
Mempunyai fungsi yang sama yaitu : Bagaimana dan kemana kita
harus melangkah dalam hidup.
Perbedaan Etika dan Moral
Meskipun secara
etimologi arti kata etika dan moral mempunyai
pengertian yang sama, tetapi tidak persis dengan moralitas.
Etika semacam penelaah terhadap aktivitas kehidupan manusia
sehari
-
hari, sedangkan moralitas merupakan subjek yang menjadi
penilai benar atau tidak. b
eberapa perbedaan etikadan moral
adalah:
1.
Moral mengajarkan apa yang benar sedangkan etika
melakukan yang kebenaran
2.
Moral mengajarkan bagaimana seharusnya hidup sedangkan
etika berbuat atau bertindak sesuai dengan apa yang telah
diajarkan dalam pendidikan m
oral.
8
3.
Moral menyediakan “rel” kehidupan sedangkan etika
berjalan dalam “rel”kehidupan.
4.
Moral itu rambu
-
rambu kehidupan sedangkan etika mentaati
rambu
-
rambu kehidupan.
5.
Moral itu memberikan arah hidup yang harus ditepumpuh
sedangkan etika berjalan sesuai ara
h yang telah
ditetapkan (menuju arah )
6.
Moral itu seperti kompas dalam kehidupan sedangkan etika
memperhatikan dan mengikuti arah kompas dalam menjalani
kehidupan .
7.
Moral ibarat peta kehidupan sedangkan etika mengikuti
peta kehidupan
8.
Moral itu pedoman kehid
upan sedangkan etika mengiuti
pedoman
9.
Moral tidak bisa dimanipulasisedangkan etika bisa
dimanipulasi
10.
Moral itu aturan yang wajib ditaati oleh setiap
orang sedangkan etika sering berorientasi pada sikon
,motif ,tujuan,kepentingan ,dsb
2.5.3
Persamaan Etika dan Hu
kum
1.
Etika dan hukum memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk
mengatur terib dan tentramnya pergaulan hidup dalam
masyarakat.
2.
Mengandung hak dan Kewajiban anggota
-
anggota masyarakat,
agar tidak saling merugikan.
3.
Menggugah kesadaran untuk bersikap manusiawi.
4.
Sumbernya adalah hasil pemikiran para pakar dan
pengalaman anggota senior
9
Perbedaan Etika dan Hukum
1.
Etika berlaku untuk lingkungan profesi. Hukum berlaku
untuk umum.
2.
Etika disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi.
Hukum disusun oleh badan
pemerintahan.
3.
Etika tidak seluruhnya tertulis. Hukum tercantum secara
terinci dalam kitab undang
-
undang dan lembaran atau
berita negara.
4.
Sanksi terhadap pelanggaran etika berupa tuntunan. Sanksi
terhadap pelanggaran hukum berupa tuntutan.
5.
Penyelesaian pela
nggaran etika tidak selalu disertai
bukti fisik. Penyelesaian pelanggaran hukum bukti fisik.
2.5.4
Perbedaan Etiket dengan Moral

Etiket
1.
Etiket menyangkut tata cara suatu perbuatan harus
dilakukan.
2.
Etiket memandang manusia dari segi lahiriah.
3.
Etiket hanya berlak
u untuk pergaulan

Moral
1.
Untuk mengarahkan, mengendalikan, dan menentukan kelakuan
seseorang, karena nilai dijadikan standar perilaku
2.5.5
Persamaan Moral dengan Hukum
Hukum dan moral mempunyai persamaan dalam pengetahuan
perbuatan manusia. Hukum mengatur perbu
atan manusia sesuai
dengan pengaturan yang berlaku dan ditetapkan oleh penguasa
atau negara yang bertujuan untuk menjamin kesejahteraan dalam
10
masyarakat, memberi perlindungan dan keamanan, sedangkan moral
juga memiliki peraturan
-
peraturan yang mengatur per
buatan
manusia ditinjau dari perilaku yang baik dan buruk. Akhirnya,
dapat disimpulkan bahwa wajib hukum adalah wajib yang datang
dari luar diri manusia, sedang wajib moral adalah wajib yang
datang dari dalam diri manusia.
Perberdaan Moral dengan Hukum
1.
Hukum lebih dikondifikasikan daripada moralitas, artinya
dituliskan dan secara kurang lebih sistematis disusun
dalam kitab undang
-
undang. Karena itu norma yuridis
mempunyai kepastian lebih besar dan bersifat lebih
objektif. Sebaliknya norma moral bersifat
lebih subjef
dan akibatnya lebih banyak diganggu oleh diskusi
-
diskusi
yang mencari kejelasan tentang apa yang dianggap etis
atau tidak etis. Tentu saja di bidang hukum pun terdapat
banyak diskusi dan ketidakpastian tetapi di bidang moral
ketidakpastian ini
lebih besar karena tidak ada pegangan
tertulis.
2.
Hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja,
sedangkan moral menyangkut juga sikap batin seseorang.
3.
Sanksi yang berkaitan dengan hukum berlainan dengan
sanksi yang berkaitan dengan moralitas. Hukum
untuk
sebagian besar dapat dipaksakan; orang yang melanggar
hukum akan mendapat sanksi/hukuman. Tetapi norma
-
norma
etis tidak dapat dipaksakan. Menjalankan paksaan dalam
bidang etis tidak efektif juga. Sebab paksaan hanya dapat
menyentuh bagian luar saja,
sedangkan perbuatan
-
perbuatan
etis justru berasal dari dalam. Satu
-
satunya sanksi dalam
bidang moralitas adalah hati nurani yang tidak tenang
karena menuduh si pelaku tentang perbuatannya yang kurang
baik.
11
4.
Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akh
irnya
atas kehendak negara. Juga kalau hukum tidak secara
langsung berasal dari negara seperti hukum adat maka
hukum itu harus diakui oleh negara supaya berlaku sebagai
hukum. Moralitas didasarkan pada norma
-
norma moral yang
melampaui para individu dan mas
yarakat. Dengan cara
demokratis ataupun cara lain masyarakat dapat mengubah
hukum tetapi tidak pernah masyarakat mengubah atau
membatalkan suatu norma moral. Masalah etika tidak dapat
diputuskan dengan suara terbanyak.
12
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Jika
kita
membicarakan
etika, kita
tidak
bias
terlepas
dari
masalah moral dan
hukum, karena
ketiganya
berhubungan
erat
dan
saling
memengaruhi
satu
sama lain.
F.A Moeloek (2002) Menyatakan
bahwa
etika, moral, dan
hokum
merupakan the guardian
s
(
pengawal) bagi
kema
nusiaan.Ketiganya
mempunyai
tugas
dan
kewenangan
untuk
memanusiakan
manusia
dan
memperadab
manusia

Anda mungkin juga menyukai