Anda di halaman 1dari 7

ETIKA KEILMUAN

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Etika mempunyai sifat yang sangat mendasar, yaitu sifat kritis. Etika mempersoalkan norma-
norma yang dianggap berlaku, menyelidiki dasar norma-norma itu, mempersoalkan hak dari setiap
lembaga seperti orang tua, negara, dan agama untuk memberi perintah atau larangan yang harus
ditaati. Hak dan wewenang untuk menuntut ketaatan dari lembaga tersebut harus dan perlu
dibuktikan. Dengan demikian, etika menuntut orang bersikap rasional terhadap semua norma.
Sehingga etika akhirnya membantu manusia menjadi lebih otonom.

B.     Tujuan

         Menjelaskan arti pentingnya etika keilmuan


         Menjelaskan hubungan etika dengan ilmu
         Mengetahui ruang lingkup etika ilmu
         Mengetahui mengenai pendapat aliran-aliran mengenai etika ilmu

C.     Rumusan Masalah

         Jelaskan pengertian etika ilmu?


         Bagaimana perbedaan antara etika dan etiket?
         Bagaimana hubungan etika dan ilmu?

D.    Metodologi

Metode penulisan makalah yang kami buat ini menggunakan sistem kepustakaan.

BAB II

PEMBAHASAN
A.    Pengertian Etika

Dalam bahasa inggris. Etika disebut ethic (singular) yang berarti a system of moral principles
or rules of behaviour, atau sesuatu system, prinsip moral, aturan atau cara berprilaku. Akan tetapi
ethics (plural) berarti the branch of philisophy that deals with moral principles, suatu cabang
filsafatyang memberikan batasan prinsip-prinsip moral.
Dalam bahasa yunani. Etika berarti ethikos mengandung arti penggunaaan, karakter,
kebiassaan, kecendrungan dan sikap yang mengandung:

1.      Analisis konsep-konsep seperti harus , mesti, benar-ssalah

2.      Pencarian kedalam watak moralitas atau tindakan moral

3.      Serta mengandung pencarian kehidupan yang baik secara moral

Dalam bahasa yunani kuno. Etika berarti ethosDalam bemntuk tunggal mempunyai arti
tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang,adat,akhlak, watak perasaan. Sikap dan cara
berpikir, dalam bentuk jamak artinya adalah adat kebiasaan.
Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Arti
inilah yang menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah “etika” yang oleh aristoteles (382-322
sm) sudah dipakai untuk menunjukan filsafat moral.

B.     Ruang Lingkup Etika

Etika membicarakan segala perbuatan yang berkaitan dengan manusia lingkungan hidupnya.
Karena ruanglingkup etika banyak berkulat pada manusia, dengan demikian etika juga berurusan
dengan persoalan manusia sebagai manusia . Bukan manusia sebagai dosen, mahasiswa, supir, rektor,
pustakawan, tukang sapu dll.

C.     Moral

Epistemologi moral, Dalam kaitannya dengan permassalahan moral , pertanyaan tersulit


adalah “Dari mana kita bisa memutuskan suatu itu baik atau buruk, benar atau salah?”
Contoh:

“Bisakah kita mengetahui bahwa menyiksa anak tidak berdosa adalah perbuatan tidak bermoral?.
Lebih jauh lagi bisakah kita mengetahui baik atau buruk iti?”

Sejatinya, epistemologi moral membedakan permasalahan tersebut, persoalan pengetahuan


dan justifikasi tentang moral.
Moral berarti sesuatu yang menyangkut prinsip benar dan salah dari suatu perilaku dan
menjadi standar perilaku manusia. Moral berasal dari bahasa latin moralis yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, cara , dan tingkah laku. Moral mengandung 4 pengertian:

1.      Baik-buruk, benar-salah, tepat-tidak tepat dalam aktivitas manusia.

2.      Tindakan benar, adil dan wajar

3.      Kapassitas untuk diarahkan pada kesadaran benar-salah, dan kepastian untuk mengarahkan kepada
orang lain sesuai dengan kaidah tingkah laku yang dinilai benar-slah, dan sikap seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain.

Moralitas: nilai, sifat moral, keseluruhan azas tingkah laku yang berkaitan dengan moral baik dan
buruk. Ada dua kata yang berhubungan dengan moralitas yaitu:

1.      Amoral: kata ini tidak dihubungkan dengan konteks moral, diluar etis dan tidak mempunyai relevansi
dengan etis.

Contoh : seorang petani tidah memeakai bju saat bekerja di sawah.

2.      Immoral: tidak bermoral, tidak berakhlakj dan tidak etis.

Contoh: seorang petani tidak memakai celana ketika ke sawah.

D.    Kajian Etika Ilmu

Menurut K. Bertens (2004: 15-22) mengungkapakan bahwa kajian etika dapat dibagi menjadi
tiga bagian, sebagai berikut:

a.       Etika Deskriptif

Etika Deskriptif adalah Mendeskripsikan tingkah laku moral dalam arti luas, seperti: Adat kebiasaan,
Anggapan tentang baik dan buruk. Tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan.

Etika deskriptif bersifat mengkomparatifkan perbedaan cara masyarakat menjawab pertanyaan moral,
tidak pernah menjustifikasi suatu kebudayaan yang ada.

Contoh etika deskriptif:

Di selandia baru:isyarat”nebeng” kendaraan di amerika yaiu tangan terkepal dengan ibu jari secara
horisontal mengarah ketujuan merupakan isyarat tak sopan.

Di prancis: menceklekkan” jari tangan dan dan menepukan telapak tangan ke kepalan tangan
merupakan isyarat tak sopan.
Di filipina: orang asing tak boleh mengeritik seseorang atau lembaga meski secara bergurau di dalam
pertemuan, orang –orang filipina boleh mengkritik sesamanya, tapi tak menyukai kritik orang luar
atau orang asing

Di costa rica: pada waktu makan, kedua tangan harus ada diatas meja. Dalam petemuan, kontak mata
tidak terlalu penting pada saat berbicara kepada kelompok.

b.      Etika Normatif

Etika normatif yaitu, Etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku ideal yang
seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai.

Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan
yang akan diputuskan.

Contoh etika normatif:

         Menolak korupsi. Kolusi, nepotisme (KKN)


         Menolak adanya prostitusi
         Menolak tindakan penyalahgunaan terhadap NARKOBA

c.       Etika Metaetika

Merupakan etika yang berusaha memberikan arti istilah dan bahasa yang di pakai dalam pembicaraan
etika, serta cara berpikir yang di pakai untuk membenarkan pernyataan etika.

Metaetika merupakan hasil kajian dari etika deskriptif dan etika normatif, yang menjelaskan tentang
ciri serta istilah yang berkaitan dengan tindakan bermoral atau sebaliknya seperti kebaikan, kejahatan,
tanggungjawab dan kewajiban.

Contoh Metaetika:

         Seorang anak menendang bola hingga jendela kaca pecah, secara metaetis, baik buruknya tindakan
tersebut haruss dilihat menurut sudut pandang yang netral.
         Dari sudut pandang si anak, bukanlah suatu kesalahan apabila ia menendang bola ketika sedang
bermain, karena memang dunianya (dunia anak-anak) salah satunya adalah bermain, apalagi ia tidak
sengaja melakukannya.
         Bagaimanapun juga hal seperti ini tida akan pernah menemui kejelassannya hingga salah ssatu pihak
terpaksa kalah atau mungkin masalah menjadi berlarut-larut. Mungkin juga kedua pihak dapat saling
memberi maklum. Menyikapi persoalan semacam inilah, maka meta-etika dijadikan bekal awal
dalam mempertimbangkan suatu masalah, sebelum penetapan hasil pertimbangan dibuat
E.     Perbedaan Etika Dan Etiket

         Etiket: menyangkut bagaimana suatu perbuatan harus dilakukan dalam suatu pergaulan, berlaku untuk
budaya tertentu.
         Etika: berkenan dengan pemikiran yang mendasari perbuatan itu dilakukan dengan cara tertentu.
         Contoh:
Budaya jawa menganggap tidak sopan untuk perilaku menyampaikan sesuatu kepada orang tua
dengan tangan kiri. Budaya barat tidak mempermasalahkan tangan kiri/kanan. Budaya jawa tersebut
diatas dapat berubah dengan pergeseran waktu dan budaya lain.
Memasukan bahan toksik dalam gelas seseorang secara sembunyi-sembunyi. Secara etika jelas
melanggar, karena merugikan orang lain. Tetapi tidak menampakkan etiket yang menyalahi, bahkan
orang lain pun tidak mengetahui.

F.      Teori-Teori Etika

         Absolutis: teori ini menganggap bahwa kebenaran moral bersifat universal (biasa diterapkan dimana
pun dan kapan pun).
         Relativis, kebalikan dari absolut yaitu mempercayai bahwa kepercayaan moral itu tidak universal,
setiap waktu atau tempat mempunyai nilai moralnya sendiri, yang berbeda satu sama lain.
         Teleologis, mempercayai bahwa nilai moral itu ditentukan dari akhir atau hasil tindakan.
         Deontologis, kata deon dalam bahasa yunani berarti kewajiban, teori moral yang menekan kewajiban.

G.    Aliran-Aliran filsafat tentang Etika

         Naturalisme, berpendapat bahwa kebahagiaan manusia itu dedapatkan dengan menurutkan panggilan
natural/fitrah kejadian manusia sendiri. Naturalisme berpendapat bahwa perbuatan susila ialah
perbuatan yang menimbulkan hendone (kenikmatan dan kelezatan).
         Utilitarisme, berpendapat bahwa baik dan buruknya perbuatan manusia ditinjau dari kecil dan
besarnya manfaatnya bagi manusia.
         Idealisme, berpendapat bahwa perbuatan manusia janganlah terikat pada sebab musabab lahir, tapi
haruslah berdasarkan pada prinsip ide yang tinggi.
         Vitalisme, berpendapat bahwa baik dan buruknya perbuatan manusia ada tidaknya daya hidup ‘vital’
yang maksimum dalam mengendalikan perbuatan tersebut.
         Theologis, berpendapat bahwa baik dan buruknya perbuatan manusia diukur dengan sesuai atau
tidaknya dengan perintah tuhan.

H.    Hubungan Antara Etika Dan Ilmu


         Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran. Jadi etika dan ajaran moral tidak berada di tingkat
yang sama.
         Ilmu dan etika sebagai suatu pengetahuan yang diharapkan dapat meminimalkan dan menghentikan
oerilaku penyimpangan dan kejahatan di kalangan masyarakat.
         Ilmu dan etika diharapkan mampu mengembangkan kesadaran moral di lingkungan masyarakat
sekitar agar dapat menjadi cendekiawan yang memiliki moral dan akhlak yang baik/mulia.

Contoh hubungan antara etika dan beberapa ilmu:

•      Etika dan jiwa ilmu (psikologi), antara etika dan ilmu jiwa terdapat hubungan yang amat kuat. Ilmu
jiwa menyelidiki dan membicarakan kekuatan perasaan, paham, mengenal, ingatan, kehendak,
sedangkan etika sangat membutuhkan obyek kajian ilmu jiwa. Pada masa sekarang ini, terdapat
cabang ilmu jiwa yang disebut’ ilmu jiwa masyarakat” yakni menyelidiki soal bahasa bagaimana
pengaruhnya terhadap perkembangan susunan masyarakat.
•      Etika dan ilmu kemasyarakatan (sosiologi), hubungan diantara kedua ilmu ini erat, karena perbuatan
manusia itulah yang menjadi topik kajiannya, disisi lain etika sangat mendorong untuk mempelajari
kehidupan masyarakat yang mana itu menjadi pokok persoalan sosiologi.

I.       Kode Etik

Etika memberikan semacam batasan maupun standar yang mengatur pergaulan di dalam
kelompok sosialnya. Etika kemudian dirupakan ke dalam bentuk aturan tertulis yang secara sistematik
sengaja dibuat berdasarkan prinsip moral yang ada dan pada saat dibutuhkan dapat difungsikan
sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika rasional umum dinilai
menyimpang dari kode etik.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

•      Etik berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok-kelompok yang menilai
apa tindakan-tindakan yang telah dikerjakan. Dimana etika memberikan semacam batasan maupun
standar yang mengatur manusia di dalam kelompok sosial lainnya.

•      Pentingnya kita mempelajari etika ilmu ini adalah supaya kita mampu memahami dan menelaah segala
fenomena yang terjadi di dunia ini yang berlandaskan pada etika dan ilmu.

DAFTAR PUSTAKA
      Surajiyo. 2008. ”Ilmu Filsafat” Jakarta: Bumi Aksara
      Hartono Kasmadi, dkk. 1990. “Filsafat Ilmu” Semarang: IKIP Semerang Press.
      Kattsoof, Louis O.1985. Pengantar Filsafat” Terjemahan Drs. Soejono Soemargono. New York: The
Ronald Press Company.

http://pasyibisa.blogspot.com/p/blog-page_8144.html 22-10-2018

Anda mungkin juga menyukai